• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI Latar Belakang Maksud dan Tujuan Lingkup Kegiatan Pengertian Dasar Tabel Input-Output...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI Latar Belakang Maksud dan Tujuan Lingkup Kegiatan Pengertian Dasar Tabel Input-Output..."

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

Kerj

asama

Kementeri

an

Pekerj

aan

Umum

Badan

Pusat

Stati

sti

k

Pengembangan

Satel

i

te

Account

(2)

Kerj

asama

Kementeri

an

Pekerj

aan

Umum

Badan

Pusat

Stati

sti

k

Pengembangan

Satel

i

te

Account

(3)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

... i

KATA PENGANTAR

... iii

BAB I. PENDAHULUAN

... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ... 3

1.3. Lingkup Kegiatan ... 4

BAB II. METODOLOGI

... 9

2.1. Pengertian Dasar Tabel Input-Output ... 9

2.2. Asumsi-asumsi ... 19

2.3. Konsep dan Definisi ... 20

2.4. Tabel Input-Output Konstruksi ... 27

BAB III. PERAN SEKTOR KONSTRUKSI DALAM

PEREKONOMIAN INDONESIA

... 31

3.1. Perkembangan Nilai Tambah Bruto ... 31

3.2. Kontribusi Nilai Tambah Bruto ... 32

3.3. Pertumbuhan Sektor Konstruksi ... 34

BAB IV. HASIL PENYUSUNAN DAN ANALISIS

... 37

4.1. Struktur Input ... 38

(4)

ii

4.3. Keterkaitan Sektor Konstruksi Dengan Sektor-sektor Ekonomi

Lainnya ... 48

4.4. Analisis Dampak ... 56

4.4.1. Dampak terhadap Output ... 56

4.4.2. Dampak terhadap NTB ... 59

4.4.3. Dampak terhadap Pendapatan ... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

... 67

4.1. Kesimpulan ... 67

4.2. Saran ... 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Klasifikasi Sektor Tabel I-O Konstruksi 2010 ... 69

Lampiran 2. Tabel Input-Output Konstruksi 2010, Transaksi Total

Atas Dasar Harga Pembeli 2010 ... 73

Lampiran 3. Tabel Input-Output Konstruksi 2010, Transaksi Total

Atas Dasar Harga Produsen 2010 ... 103

Lampiran 4. Tabel Input-Output Konstruksi 2010, Transaksi

Domestik Atas Dasar Harga Produsen 2010 ... 133

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Peningkatan

pertumbuhan

ekonomi

memerlukan

dukungan

infrastruktur yang memadai. Tanpa dukungan tersebut, maka perekonomian

akan menjadi cepat “panas” (overheated), karena respon dari sisi pasokan

(supply) terhadap permintaan (demand) menjadi terhambat. Kiranya kondisi

ini yang saat ini dihadapi oleh Indonesia, dimana ekonomi bertumbuh relatif

tinggi (6,1persen) namun investasi infrastruktur masih jauh dari memadai,

yaitu sekitar 3,5persen dari Produk Domestik Bruto/PDB (Islamic Development

Bank/IDB-2010) dari minimal kebutuhan sekitar 5 persen PDB.

Disamping itu, berbagai kajian empirik menunjukkan, bahwa

infrastruktur yang lebih baik akan memberikan kontribusi terhadap kenaikan

pertumbuhan ekonomi. IDB (2010) melaporkan, bahwa kenaikan investasi

infrastruktur sebesar 1persen di Indonesia, akan memberikan kontribusi

sebesar 0,3persen terhadap PDB. Menyadari hal tersebut, Pemerintah

Indonesia telah menetapkan, bahwa pembangunan infrastruktur menjadi

salah satu prioritas utama dalam program pembangunan nasional. Untuk

mewujudkan kebijakan tersebut Pemerintah telah menetapkan “Master Plan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)” yang

didasarkan pada pendekatan “Koridor Ekonomi”.

Untuk mendukung program tersebut, Pemerintah telah mencanangkan,

bahwa kebutuhan dana pembangunan infrastruktur publik antara Tahun

2010-2014 adalah sebesar Rp. 1.924 triliun.

Kebutuhan tersebut

(6)

iv

pertumbuhan ekonomi dari 5,5 - 5,6 persen pada tahun 2010 menjadi 7,0 -

7,7 persen pada tahun 2014 diperlukan dana pembangunan infrastruktur

minimal sebesar 5persen dari PDB per tahun. Kebutuhan tersebut diharapkan

dapat dipenuhi dari berbagai sumber, yaitu APBN sebesar Rp. 560 triliun (29

persen), APBD sebesar Rp. 355 triliun (18 persen), BUMN dan BUMD sebesar

Rp. 341 triliun (18 persen), serta dari swasta sebesar Rp. 345 triliun (18

persen). Dalam hal ini masih terdapat kekurangan (gap) pendanaan sebesar

Rp. 324 triliun (17 persen).

Selaras dengan program tersebut, alokasi dana pembangunan

infrastruktur yang disalurkan melalui Kementerian Pekerjaan Umum juga

meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan terbesar

(sebesar hampir 60 persen) terjadi pada tahun 2011, dimana alokasi anggaran

pembangunan infrastruktur pekerjaan umum ditetapkan sebesar Rp. 57,96

triliun dibandingkan anggaran tahun sebelumnya sebesar Rp. 36,5 triliun.

Alokasi tersebut akan terus meningkat, terlebih dengan adanya

tambahan alokasi anggaran untuk program New Initiative yang telah

digulirkan. Untuk tahun 2012, anggaran program New Initiative direncanakan

sebesar Rp. 22,5 triliun. Disamping program pembangunan infrastruktur

publik yang dikelola oleh pemerintah, pertumbuhan pasar konstruksi juga

dipacu oleh kebutuhan perumahan dan bangunan gedung properti lainnya,

serta pembangunan infrastruktur sektor migas. Secara keseluruhan, program

pembangunan tersebut akan membentuk pasar konstruksi domestik yang

memerlukan jaminan dukungan sumberdaya secara efektif dan efisien,

termasuk material dan peralatan konstruksi.

(7)

v

Disamping itu, sektor konstruksi juga memiliki keterkaitan ke belakang

(backward linkage) dengan sektor-sektor pendukungnya serta keterkaitan ke

depan (forward linkage) dengan sektor-sektor yang memanfaatkan produk

sektor konstruksi. Artinya, pertumbuhan sektor konstruksi akan mampu

menarik gerbong pertumbuhan sektor-sektor pendukung tersebut serta

mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang memanfaatkan produk sektor

konstruksi.

Undang-undang Nomor 18/1999 tentang Jasa Konstruksi menyatakan,

bahwa pembinaan jasa konstruksi meliputi pengaturan, pemberdayaan, dan

pengawasan. Undang-undang Jasa Konstruksi selanjutnya mengamanahkan,

bahwa pembinaan jasa konstruksi pada prinsipnya adalah menjadi tugas

Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum, yang

sebagian dapat dilimpahkan kepada pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kota/Kabupaten serta dapat dilakukan bersama-sama dengan masyarakat jasa

konstruksi.

Untuk menyelenggarakan tugas pembinaan dalam bentuk pengaturan,

pemerintah harus menyiapkan kebijakan yang didasarkan pada analisis yang

terukur dengan dukungan data dasar dan pemahaman yang lebih baik

tentang rantai pasok (supply chain) sektor konstruksi, termasuk untuk

berbagai bangunan infrastruktur ke-PU-an. Untuk itu, Badan Pembinaan

Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum bermaksud menyusun “Satellite

Account Sektor Konstruksi” yang dibangun berdasarkan tabel input-output

(I-O). Satellite Account tersebut akan menunjukkan formulasi input dari

berbagai sektor/komoditas yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan

(8)
(9)

1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Pembangunan pada dasarnya merupakan rangkaian upaya dan proses

perbaikan yang terencana, terpadu, bertahap dan berkesinambungan dalam

berbagai bidang. Pembangunan ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup

manusia dengan pemanfaatan seluruh sumber daya yang ada secara optimal.

Pembangunan tersebut tidak hanya dalam skala nasional, namun juga dalam skala

regional/wilayah.

Untuk memonitor dan mengevaluasi seberapa besar

perkembangan pembangunan yang dicapai, diperlukan bermacam-macam data

statistik sebagai alat informasi sekaligus guna menentukan strategi kebijakan

sehingga sasaran pembangunan dapat dicapai seperti yang diharapkan.

Pembangunan yang telah dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sejak awal

kemerdekaan hingga saat ini, tidak terlepas dari upaya-upaya pembangunan

infrastruktur secara berkesinambungan. Sebagai salah satu indikator dalam

pembangunan, sektor konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis dalam

pembangunan nasional, mengingat sektor ini menghasilkan produk akhir berupa

bangunan baik yang berupa sarana maupun prasarana yang berfungsi mendukung

pertumbuhan dan perkembangan berbagai sektor. Sektor konstruksi sangat

1

(10)

2

mendukung dalam menumbuhkembangkan berbagai produk, baik berupa barang

maupun jasa, sehingga secara tidak langsung ikut mendukung berkembangnya

industri-industri potensial di Indonesia. Hampir di setiap Negara, baik yang baru

memulai melakukan pembangunan fisik maupun yang telah maju menjadikan

sektor konstruksi sebagai sektor pemacu pembangunan ekonominya.

Peranan strategis sektor konstruksi sebagai penggerak pembangunan adalah

dukungan terhadap ketahanan pangan dan kelancaran proses produksi,

meningkatkan aksesibilitas dan ruang mobilitas kepada masyarakat terhadap

kegiatan sosial dan ekonomi. Kemajuan pembangunan suatu bangsa dapat diukur

dalam keberhasilan dalam penyediaan sektor konstruksi, khususnya sarana

infrastruktur sebagai kebutuhan dasar penyelenggaraan negara. Di sisi lain,

kemajuan dan kemunduran perekonomian memiliki implikasi langsung terhadap

kinerja sektor ini.

Sektor konstruksi erat kaitannya dengan kondisi stabilitas negara, baik

politik, keamanan maupun ekonomi. Beberapa komponen sektor konstruksi seperti

harga dan stock sangat rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga

yang merupakan proksi dari kondisi ekonomi. Di satu sisi, daya saing sektor

konstruksi sangat ditentukan oleh harga yang kompetitif, khususnya biaya

pembangunan sektor konstruksi. Di sisi lain kebutuhan dan pasar akan sektor

(11)

3

para pengusaha. Sementara itu, “pemain-pemain asing” dengan skala besar dan

relatif efisien mulai memasuki pasar sektor konstruksi Indonesia.

Agar pengembangan sektor kontruksi berjalan produktif, efisien dan efektif,

maka perlu dilakukan suatu evaluasi yang menyeluruh sekaligus memberikan

masukan-masukan yang erat kaitannya dengan strategi kebijakan bagi sektor

kontruksi.

Pembangunan sektor kontruksi yang menekankan pada hubungan/

keterkaitan antar sektor ini harus dapat digambarkan dan diukur melalui sistem

data yang komprehensip dan rinci, yang selanjutnya dikenal dengan Satelite Account

Tabel Input-Output Sektor Kontruksi. Tabel ini juga memberikan gambaran

mengenai perfoma (kinerja) ekonomi sektor kontruksi dalam skala makro (nasional).

1.2. Maksud dan Tujuan

Studi ini dimaksudkan untuk mempersiapkan suatu basis data yang rinci

dan menyeluruh mengenai hubungan keterkaitan antara sektor kontruksi dengan

sektor-sektor ekonomi lainnya, yang digambarkan dalam bentuk Satelite Account -

Tabel Input-Output (Tabel I-O). Tabel yang menekankan pada peranan dan profil

sektor kontruksi dalam skala makro ini, dapat dijadikan instrumen analisis dalam

penyusunan kebijakan pemerintah untuk mendukung pembangunan sektor

kontruksi. Sedangkan tujuan studi ini secara spesifik mencakup hal-hal pokok

(12)

4

a. Pengkajian mengenai profil dan struktur sektor konstruksi serta peranannya

dalam sistem perekonomian makro;

b. Analisis mengenai keterkaitan sektor konstruksi dengan sektor-sektor ekonomi

lainnya, serta kemampuan penetrasinya yang diukur melalui daya penyebaran

(power of dispersion) dan derajat kepekaan (degree of sensitivity);

c. Sebagai dasar analisis ekonomi-konstruksi dengan menggunakan model-model

kuantitatif yang dikembangkan;

d. Sebagai landasan bagi penyusunan perencanaan dan kebijakan pemerintah

dalam mendukung pembangunan sektor konstruksi.

1.3. Lingkup Kegiatan

Pada dasarnya kegiatan studi ini meliputi dua kegiatan pokok. Pertama

adalah kegiatan penyusunan Tabel I-O Konstruksi Tahun 2010 dan kedua adalah

kegiatan analisis sektor konstruksi berdasarkan data/informasi yang diturunkan dari

Tabel I-O tersebut. Penggunaan istilah Tabel I-O Konstruksi disebabkan karena

sektor-sektor ekonomi dan transaksi dalam Tabel I-O tersebut akan lebih

dititikberatkan pada sektor-sektor konstruksi dan sektor-sektor yang terkait dengan

sektor konstruksi. Kegiatan analisis ini merupakan implementasi dari studi

input-output sektor konstruksi yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar bagi

(13)

5

Sektor konstruksi mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh

kontraktor umum, kontraktor khusus dan individu. Kontraktor umum adalah

kontraktor yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, sedangkan

kontraktor khusus adalah unit usaha yang melakukan kegiatan konstruksi untuk

dipakai sendiri seperti misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumahtangga

dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan.

Kegiatan konstruksi mencakup kegiatan pembuatan, pembangunan,

pemasangan dan perbaikan berat maupun ringan dari semua jenis konstruksi seperti

bangunan tempat tinggal dan bukan tempat bangunan tempat tinggal mencakup

rumah dan gedung atau bangunan fisik lainnya yang digunakan untuk tempat

tinggal oleh rumahtangga. Bangunan bukan tempat tinggal meliputi hotel, sekolah,

rumah sakit, pusat pertokoan, perkantoran dan pusat perdagangan, industri atau

pabrik, bangunan pergudangan, bangunan tempat pemeliharaan hewan, ternak dan

unggas, bangunan tempat ibadat, bangunan gedung kesenian dan olah raga serta

bangunan bukan tempat tinggal lainnya. Pekerjaan umum untuk pertanian meliputi

pembuatan kolam pemeliharaan ikan, pintu pengendali air, bagan, pencetakan tanah

sawah, pembukaan hutan, irigasi dan sejenisnya.

Pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan diantaranya

mencakup pembuatan sarana jalan dan jembatan untuk angkutan jalan raya

maupun kereta api, pelabuhan laut dan udara, dermaga, landasan pesawat terbang,

(14)

6

dan komunikasi diantaranya adalah instalasi, transmisi dan distribusi listrik, gas, air

bersih dan jaringan komunikasi.

Sedangkan jenis bangunan yang digolongkan bangunan lainnya beberapa

diantaranya adalah bangunan taman kota, terowongan, waduk, banjir kanal,

sanitasi, lapangan olah raga dan tempat rekreasi serta bangunan sipil lainnya

termasuk peningkatan mutu tanah melalui pengeringan dan pengurukan.

Konsep output sektor bangunan adalah nilai pekerjaan yang telah dilakukan

selama tahun 2010, tanpa melihat apakah bangunan tersebut sudah selesai

seluruhnya atau belum pada tahun tersebut. Nilai instalasi listrik, pengatur hawa

(AC), instalasi air dan barang-barang lain yang telah dipasang pada bangunan

tersebut ditempati/digunakan dicakup pula di dalam output bangunan. Nilai tanah

tempat didirikannya bangunan tidak termasuk ke dalam nilai bangunan.

Perkiraan output sektor bangunan didasarkan pada pendekatan arus barang

(commodity flow approach) yaitu suatu metode pendugaan output sektor bangunan

berdasarkan input yang diperoleh dari sektor lain. Input antara di sektor bangunan

mencakup bahan bangunan dan bukan bahan bangunan seperti biaya pemasangan

dan biaya administrasi atau bahan-bahan lainnya. Ada dua sumber data yang

digunakan, yaitu sumber data untuk input antara yang berasal dari dalam negeri

dan yang berasal dari impor. Untuk input yang diimpor sumber datanya adalah

Statistik Impor, sedangkan untuk input dari dalam negeri adalah Statistik Industri

(15)

7

administrasi input primer dan distribusi jenis output bangunan didasarkan pada

Survei Khusus Input-Output sektor konstruksi dan Statistik Konstruksi. Selain itu,

untuk kepentingan penyusunan Tabel I-O Konstruksi, data struktur input juga

diperoleh dari Kementerian Pekerjaan Umum dalam bentuk rincian biaya dari

(16)
(17)

9

KERANGKA DASAR

TABEL INPUT-OUTPUT

2.1.

Pengertian Dasar Tabel Input-Output

Tabel Input-Output (Tabel I-O) adalah uraian statistik dalam bentuk matrik

yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling

keterkaitan antara sektor yang satu dengan sektor lainnya, dalam suatu wilayah

pada suatu periode waktu tertentu. Dengan menggunakan Tabel I-O dapat dilihat

bagaimana output dari suatu sektor ekonomi didistribusikan ke sektor-sektor

lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari

sektor-sektor lainnya. Isian sepanjang baris dalam matriks menunjukkan bagaimana

output suatu sektor ekonomi dialokasikan ke sektor-sektor lainnya untuk memenuhi

permintaan antara dan permintaan akhir, sedangkan isian dalam kolom

menunjukkan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor dalam

proses produksinya.

Berdasarkan ilustrasi Tabel I-O diatas, isian di sepanjang baris

memperlihatkan alokasi penyediaan (output) suatu sektor untuk memenuhi

permintaan antara dan permintaan akhir. Permintaan antara adalah permintaan

terhadap barang dan jasa untuk proses sektor produksi, sedangkan permintaan

akhir adalah permintaan untuk konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah,

2

(18)

10

pembentukan modal, dan ekspor. Isian menurut kolom menunjukkan pemakaian

input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk proses

produksi. Input primer juga disebut sebagai nilai tambah.

Dalam Tabel I-O, setiap angka dalam sel matriks bersifat ganda. Tiap angka

dapat dilihat baik secara baris maupun secara kolom. Secara baris merupakan

alokasi output suatu sektor kepada sektor lainnya, dan pada saat bersamaan dilihat

menurut kolom merupakan input suatu sektor yang diperoleh dari sektor lainnya.

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel I-O akan memberikan gambaran

menyeluruh mengenai:

1. Struktur perekonomian nasional/regional yang mencakup struktur output

dan nilai tambah masing-masing sektor;

2. Struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh

sektor-sektor produksi;

3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri

maupun barang-barang yang berasal dari impor;

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor

produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan

ekspor.

Bentuk tabel I-O dapat digambarkan seperti kerangka tabel seperti gambar

(19)

11

Gambar 1.

Ilustrasi 1 Tabel Input Output

Sistem Perekonomian dengan Tiga Sektor Produksi

I

(nxn)

Transaksi antar sektor/kegiatan

II

(nxm)

Permintaan akhir

III

(pxn)

Input Primer

IV

(pxm)

Kuadran pertama menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan

digunakan oleh sektor-sektor dalam suatu perekonomian. Kuadran ini

menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu proses produksi.

Penggunaan atau konsumsi barang dan jasa disini adalah penggunaan untuk

diproses kembali, baik sebagai bahan baku atau bahan penolong. Karenanya

transaksi yang digambarkan dalam kuadran pertama ini disebut juga transaksi

antara (intermediate transaction).

Kuadran kedua menunjukkan permintaan akhir (final demand) dan impor,

serta menggambarkan penyediaan barang dan jasa. Penggunaan barang dan jasa

bukan untuk proses produksi digolongkan sebagai permintaan akhir. Permintaan

akhir ini biasanya terdiri atas konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah,

investasi dan ekspor.

Kuadran ketiga memperlihatkan input primer sektor-sektor produksi. Input

(20)

12

produksi seperti pada kuadran pertama dan kedua. Input primer adalah semua

balas jasa faktor produksi yang meliputi upah dan gaji, surplus usaha ditambah

penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

Kuadran

keempat

memperlihatkan

input

primer

yang

langsung

didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Informasi di kuadran keempat ini

bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan tabel input-output

kadang-kadang diabaikan.

Tiap kuadran dalam Tabel I-O dinyatakan dalam bentuk matriks,

masing-masing dengan dimensi seperti tertera dalam Gambar 1. Bentuk seluruh matriks ini,

menunjukkan kerangka Tabel I-O yang berisi uraian statistik mengenai transaksi

barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu periode tertentu.

Dalam proses penyusunan tabel I-O diperlukan suatu tahapan untuk

mengelompokkan barang dan jasa ke dalam kelompok-kelompok tertentu. Proses

pengelompokan barang dan jasa ini dikenal sebagai proses klasifikasi sektor.

Sebagai ilustrasi Tabel I-O, misalkan hanya ada tiga sektor dalam suatu

perekonomian yaitu sektor produksi 1, 2 dan 3. Untuk dapat memperlihatkan

hubungan antar sektor perekonomian, berikut ditunjukkan ilustrasi Tabel I-O untuk

(21)

13

Gambar 2.

Ilustrasi 2 Tabel Input Output

Sistem Perekonomian dengan Tiga Sektor Produksi

Alokasi Output

Struktur Input

Permintaan

Antara

Permintaan

Akhir

Penyediaan

Sektor Produksi

Impor

Jumlah

Output

Input Antara

Kuadran I

Kuadran II

X

1

X

2

X

3

Sektor 1

Sektor 2

Sektor 3

x

11

x

21

x

31

x

12

x

22

x

32

x

13

x

23

x

33

F

1

F

2

F

3

M1

M2

M3

Input Primer

Kuadran III

V

1

V

2

V

3

Jumlah Input

X

1

X

2

X

3

Dari gambaran tersebut tampak bahwa penyusunan angka dalam bentuk

matriks memperlihatkan suatu jalinan yang saling mengait dari berbagai kegiatan

antar sektor. Sebagai ilustrasi dapat diamati proses pengalokasian output pada

Gambar 2. Output sektor 1 pada tabel tersebut adalah sebesar X1 dan

didistribusikan sepanjang baris sebesar x

11

, x

12

, dan x

13

masing-masing untuk

memenuhi permintaan antara sektor 1, 2 dan 3, sedangkan sisanya sebesar F1

dibunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Begitu juga dengan output sektor 2

dan 3 masing-masing sebesar X

2

dan X

3

, dapat dilihat dengan cara yang sama dalam

proses pengalokasian output sektor 1. Alokasi output pada masing-masing sektor

(22)

14

x

11

+ x

12

+ x

13

+ F

1

= X

1

+M

1

x

21

+ x

22

+ x

23

+ F

2

= X

2

+M

2

… (1.1)

x

31

+ x

32

+ x

33

+ F

3

= X

3

+M

3

atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai:

; untuk semua i = 1,2,3

… (1.2)

Apabila angka-angka dibaca menurut kolom, khususnya pada transaksi

antara, maka angka pada kolom (sektor) tertentu menunjukkan berbagai input yang

diperlukan dalam proses produksi pada sektor tersebut. Keseluruhan persamaannya

adalah :

X

11

+ X

21

+ X

31

+ V

1

= X

1

X

12

+ X

22

+ X

32

+ V

2

= X

2

… (1.3)

X

13

+ X

23

+ X

33

+ V

3

= X

3

atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai :

; untuk semua i = 1,2,3

… (1.4)

x

ij

adalah output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j

F

i

adalah permintaan akhir terhadap sektor i

X

i

adalah jumlah output sektor i

Mi adalah impor produksi i

(23)

15

Vi adalah input primer dari sektor j

Xj adalah total input sektor j

Pada dasarnya informasi dalam Tabel I-O juga diklasifikasikan dalam dua

kelompok tabel yaitu kelompok tabel-tabel dasar yang menyajikan informasi

statistik yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar sektor

ekonomi dan kelompok tabel-tabel analisis yang menyajikan informasi yang

diturunkan dari tabel dasar/tabel transaksi.

2.1.1. Tabel Dasar/Tabel Transaksi I-O

Tabel dasar atau tabel transaksi adalah tabel yang menggambarkan besarnya

nilai transaksi barang dan jasa antar ekonomi. Jenis tabel ini dapat digunakan untuk

melakukan analisis deskriptif terhadap struktur ekonomi. Tabel dasar atau tabel

transaksi yang disajikan dalam tabel I-O terdiri dari transaksi atas dasar harga

pembeli, transaksi atas dasar harga produsen, transaksi total, dan transaksi

domestik.

a. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli

Tabel transaksi atas dasar harga pembeli adalah tabel transaksi yang

menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang

dinyatakan atas dasar harga pembeli. Artinya dalam transaksi ini margin

perdagangan dan biaya pengangkutan masih tergabung dalam nilai input

(24)

16

b. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Produsen

Tabel transaksi atas dasar harga produsen adalah tabel transaksi yang

menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang

dinyatakan atas dasar harga produsen. Artinya dalam tabel transaksi ini

unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan telah dipisahkan sebagai

input yang dibeli dari sektor perdagangan dan pengangkutan.

c. Tabel Transaksi Total

Tabel transaksi total adalah tabel transaksi yang menggambarkan besarnya

nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi baik yang berasal dari

produksi domestik maupun impor. Artinya, nilai transaksi input antara antar

sektor ekonomi mencakup transaksi barang dan jasa produksi domestik dan

impor. Pada tabel transaksi ini tergambar informasi mengenai nilai impor

menurut sektor ekonomi yang disajikan pada blok permintaan akhir.

Penyajian tabel transaksi ini disebut sebagai Tabel I-O dengan perlakuan

impor secara bersaing (competitive import model).

d. Tabel Transaksi Domestik

Tabel transaksi domestik adalah tabel transaksi yang menggambarkan

besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang hanya

berasal dari produksi domestik. Tabel transaksi ini diperoleh dengan

memisahkan nilai transaksi barang dan jasa yang berasal dari impor baik dari

permintaan antara maupun permintaan akhir dari tabel transaksi total.

(25)

17

Penyajian Tabel I-O dengan memunculkan impor sebagai vektor baris disebut

sebagai Tabel I-O dengan perlakuan impor tidak bersaing (non competitive

import model).

2.1.2. Tabel Turunan I-O

Dari Tabel I-O dapat diciptakan tabel turunan yang terkenal dalam

penggunaannya yaitu Tabel Koefisien Input dan Tabel Pengganda Ekonomi (output

multiplier). Kedua tabel tersebut berfungsi untuk menganalisis kondisi

perekonomian di suatu wilayah dan sebagai bahan untuk perencanaan ekonomi.

a. Koefisien Input

Aplikasi model input output disamping memerlukan tabel transaksi sebagai

tabel dasar, juga memerlukan tabel koefisien input dan matriks kebalikan

(inverse matrix). Tabel koefisien input berada pada kuadran transaksi antara

yang dibaca vertikal menurut kolomnya. Proporsi input antara yang berasal

dari sektor i terhadap total input sektor j dikatakan sebagai koefisien input

antara atau koefisien teknis, yang dinyatakan sebagai:

……… (1.5)

adalah koefisien teknis

adalah banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input

sektor j

(26)

18

Dengan cara yang sama koefisien input primer dirumuskan sebagai:

adalah koefisien input primer

adalah input primer (nilai tambah) sektor j

adalah total input yang dibutuhkan sektor j=total output sektor i

(i=j)

Dengan demikian jumlah koefisien input antara dan koefisien input primer

adalah sama dengan 1 (satu) (a

ij

+ V

j

= 1). Tinggi rendahnya koefisien input

antara merupakan salah satu indikator tingkat efisiensi dalam proses

produksi, dan menggambarkan penggunaan teknologi, oleh karenanya

koefisien input-output disebut sebagai koefisien teknis (technical coefficient).

Koefisien teknis menunjukkan kebutuhan langsung (direct requirement) suatu

sektor akan output sektor lainnya.

b. Tabel pengganda Ekonomi (Output Multiplier)

Matriks koefisien teknis inilah yang merupakan dasar perhitungan efek

pengganda (multiplier effect) yang menjadi salah satu inti dari analisis

input-output. Efek pengganda ini diperoleh melalui bentuk persamaan sebagai

berikut:

AX

+ F

= X

X

- AX = F

(1-A) X

= F

X

= (I-A)

-1

F ……….. (1.6)

Invers matriks Leontief (I-A)

-1

ini berfungsi sebagai pengganda (output

(27)

19

hanya berpengaruh langsung terhadap kenaikan total output (X) sektor

tersebut, tetapi juga kepada sektor lainnya. Apabila unsur impor (M)

dimasukkan dalam persamaan, maka formulasinya menjadi:

(1-A) X

= F – M

X

= (I-A)

-1

(F – M) ……….. (1.7)

X

: adalah matriks total output

I

: adalah matriks identitas

A

: adalah matriks koefisien teknis

F

: adalah matriks permintaan akhir

(I-A)

-1

: adalah matriks kebalikan (invers)

M

: adalah impor

2.2. Asumsi-asumsi

Dalam penyusunan Tabel I-O, asumsi dasar yang digunakan adalah

sebagai berikut :

(1) Asumsi keseragaman/homogenitas yang mensyaratkan bahwa tiap sektor

memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal dan

bahwa tidak ada barang serupa atau substitusi yang dihasilkan oleh sektor

lain,

(2) Asumsi kesebandingan/proporsionalitas yang mensyaratkan bahwa dalam

(28)

20

lurus (linier), yaitu tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau

turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut,

(3) Asumsi penjumlahan/aditivitas, yaitu suatu asumsi yang menyebutkan

bahwa efek total pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan dari

masing-masing sektor secara terpisah, dan merupakan penjumlahan dari efek

masing-masing kegiatan. Ini berarti bahwa di luar sistem input-output semua

pengaruh dari luar diabaikan.

2.3. Konsep dan Definisi

Dalam penyusunan tabel I-O maupun analisis ekonomi yang menggunakan

model I-O, terdapat beberapa besaran (variabel) yang perlu untuk dijelaskan.

Besaran tersebut menyangkut output, input antara, input primer (nilai tambah),

permintaan akhir dan impor.

2.3.1.Output

Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh

seluruh sektor-sektor ekonomi yang ada di suatu wilayah. Ada tiga jenis produksi

yang dicakup dalam penyusunan output setiap sektor, yaitu :

a. Produk utama adalah produk yang memiliki nilai dan atau kuantitas paling

(29)

21

b. Produk ikutan adalah produk yang secara otomatis terbentuk pada saat

menghasilkan produk utama. Teknologi yang digunakan untuk mendapatkan

produk utama dan produk ikutan merupakan teknologi tunggal.

c. Produk sampingan adalah produk yang dihasilkan sejalan dengan produk

utama tetapi menggunakan teknologi yang berbeda.

Untuk lebih jelasnya diberikan ilustrasi sebagai berikut : Andaikan seseorang

berusaha dibidang penggilingan padi. Dari penggilingan padi ini dihasilkan beras

dan dedak, selain itu mesin penggilingan padi tersebut dapat membangkitkan

listrik. Listrik ini dijual ke lingkungan sekitar. Listrik yang dijual ini dimasukkan

sebagai produk sampingan karena teknologinya berbeda. Sedangkan beras

dimasukkan sebagai produk utama, dan dedak sebagai produk ikutan karena

teknologinya menyatu dengan tekonologi produk beras.

Untuk menghitung output suatu sektor, produk ikutan dimasukkan sebagai

bagian dari output sektor yang bersangkutan, sedangkan produksi sampingan

dihitung di sektor yang sesuai dengan karakteristiknya. Dalam contoh ini,

listrik yang dihasilkan oleh penggilingan padi dan dijual digolongkan kedalam

sektor listrik

Secara umum pengertian mengenai output dan cara memperkirakan output

telah dijelaskan. Namun untuk beberapa sektor, agak berbeda atau bersifat khusus,

seperti sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor keuangan, dan sektor

(30)

22

a. Output sektor bangunan adalah seluruh nilai proyek yang telah diselesaikan

selama periode penghitungan tanpa memperhatikan apakah bangunan

tersebut sudah selesai seluruhnya atau belum dan berlokasi pada wilayah

domestik. Oleh karena itu output dari sektor ini pada umumnya diperoleh

berdasarkan perkiraan.

b. Output sektor perdagangan mencakup seluruh margin perdagangan yang

timbul dari kegiatan perdagangan pada suatu wilayah domestik. Margin

perdagangan adalah selisih antara nilai penjualan dengan nilai pembelian

dari komoditas komoditas yang diperdagangkan dikurangi dengan biaya

pengangkutan yang telah dikeluarkan dalam rangka memperdagangkan

komoditas-komoditas tersebut.

c. Output sektor bank teridiri dari jasa pelayanan di bidang perbankan (service

charge) dan imputasi jasa bank (imputed service charge) yaitu selisih antara

bunga yang diterima dengan bunga yang dibayar.

d. Output sektor pemerintahan terdiri atas belanja pegawai dan penyusutan

barangbarang modal milik pemerintah. Dalam kerangka model I-O, output

biasanya dinotasikan dengan X (Xi atau Xj) sedangkan penyajian Tabel I-O,

(31)

23

2.3.2. Input Antara

Input antara mencakup penggunaan berbagai barang dan jasa oleh suatu

sektor dalam kegiatan produksi. Barang dan jasa tersebut berasal dari produksi

sektor-sektor lain, dan juga produksi sendiri. Barang-barang yang digunakan

sebagai input antara biasanya habis sekali pakai, seperti bahan baku, bahan

penolong, bahan bakar dan sejenisnya. Dalam model I-O, penggunaan input antara

diterjemahkan sebagai keterkaitan antara sektor dan dinotasikan dengan Xij, yaitu

input antara yang berasal dari produksi sektor-i yang digunakan oleh sektor-j

dalam rangka menghasilkan output Xj. Xij disebut sebagai total input antara sektor j,

dan dalam tabel I-O diberikan kode 190.

Dalam suatu tabel I-O, input antara dinilai dengan dua jenis harga. Input

antara atas dasar harga pembeli menggunakan harga beli konsumen sebagai

dasarnya. Dalam harga tersebut tentunya margin distribusi (keuntungan pedagang

dan ongkos angkut) sudah termasuk didalamnya. Sebaliknya input antara atas dasar

harga produsen penggunaan harga pabrik sebagai dasarnya, yang tentunya margin

distribusi tidak termasuk di dalamnya.

Margin distribusi selanjutnya diperlukan sebagai input yang berasal dari

sektor perdagangan dan angkutan. Input antara sebenarnya mencakup dua

komponen, komponen input yang berasal dari produksi sendiri dan komponen

impor (dari luar). Oleh karena itu suatu tabel I-O yang ingin menggambarkan secara

(32)

24

memisahkan komponen impor dari setiap input antara. Dalam model I-O, analisis

dengan menggunakan input antara domestik lebih sering dipakai.

2.3.3. Input Primer (Nilai Tambah)

Input primer atau lebih dikenal dengan nilai tambah merupakan balas jasa

yang diciptakan/diberikan kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam

proses produksi. Balas jasa tersebut mencakup upah dan gaji, surplus usaha,

penyusutan dan pajak tak langsung. Upah dan gaji merupakan balas jasa yang

diberikan kepada buruh/karyawan, baik dalam bentuk uang maupun barang,

termasuk dalam upah dan gaji, semua tunjangan (perumahan, kendaraan dinas,

kesehatan) dan bonus, uang lembur yang diberikan perusahaan kepada pekerja.

Semua pendapatan pekerja tersebut masih dalam bentuk bruto atau sebelum

dipotong pajak penghasilan.

Surplus usaha mencakup sewa properti (tanah, hak cipta/paten), bunga neto

(bunga yang diterima dikurangi bunga yang dibayar) dan keuntungan perusahaan.

Keuntungan perusahaan dalam bentuk bruto, yaitu sebelum dibagikan kepada

pemilik saham berupa deviden dan sebelum dipotong pajak perseroan. Penyusutan

merupakan nilai penyisihan keuntungan perusahaan untuk akumulasi pengganti

barang modal yang habis pakai.

Sedangkan pajak tak langsung merupakan pajak yang dikenakan pemerintah

(33)

25

pertambahan nilai (PPN). Dalam model I-O, nilai tambah biasanya dinotasikan

dengan Vj, dan untuk setiap komponennya mengunakan notasi h. Jadi Vhj

merupakan nilai tambah yang diciptakan di sektor j untuk komponen h. Untuk I-O ,

komponen nilai tambah berkode 201 sampai 204 dan jumlah nilai tambah untuk

setiap sektor diberi kode 209.

2.3.4. Permintaan Akhir dan Impor

Permintaan akan barang dan jasa dibedakan antara permintaan oleh

sektor-sektor produksi untuk proses produksi disebut permintaan antara dan permintaan

oleh konsumen akhir disebut permintaan akhir. Dalam tabel I-O, permintaan akhir

mencakup pengeluaran konsumsi rumahtangga, pengeluaran konsumsi pemerintah,

pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor.

Pengeluaran konsumsi rumahtangga (kode 301) mencakup semua pembelian

barang dan jasa oleh rumahtangga, baik untuk makanan maupun non makanan.

Termasuk pula pembelian barang-barang tahan lama (durable goods), seperti

perlengkapan rumahtangga, kendaraan bermotor dan sebagainya. Satu-satunya

pembelian yang tidak termasuk dalam konsumsi rumahtangga adalah bangunan

tempat tinggal, karena dianggap sebagai pembentukan modal di sektor persewaan

bangunan. Konsumsi rumahtangga mencakup pula barang-barang hasil produksi

(34)

26

Pengeluaran komsumsi pemerintah (kode 302) mencakup semua pembelian

barang dan jasa oleh pemerintah yang bersifat rutin (current expenditure), termasuk

pembayaran gaji para pegawai (belanja pegawai). Sedangkan pengeluaran

pembangunan untuk pengadaan sarana dan berbagai barang modal, termasuk

dalam pembentukan modal.

Pembentukan modal tetap (kode 303) mencakup semua pengeluaran untuk

pengadaan barang modal baik dilakukan oleh pemerintah maupun

perusahaan-perusahaan swasta (bisnis). Barang modal dapat terdiri dari bangunan/konstruksi,

mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan serta barang modal lainnya.

Sedangkan perubahan inventori (kode 304) sebenarnya juga merupakan

pembentukan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok akhir dan

stok awal periode penghitungan. Stok biasanya dipegang oleh produsen

merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual, oleh pedagang sebagai barang

dagangan yang belum sempat dijual dan oleh konsumen sebagai bahan-bahan

(inventory)yang belum sempat digunakan. Ekspor dan impor (kode 305 dan 409)

merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk dengan

penduduk luar, baik penduduk kota/kabupaten lain maupun provinsilain dan dari

luar negeri. Perbandingan ekspor dan impor baik keseluruhan maupun untuk setiap

kelompok komoditi menunjukkan terjadinya surplus atau defisit perdagangan

(35)

27

2.4. Tabel Input-Output Konstruksi

Dalam menyusun suatu Tabel Input-Output (I-O), tahap pertama yang

dilakukan adalah menyusun klasifikasi sektor ekonomi yang akan dimasukkan

dalam Tabel I-O. Penyusunan klasifikasi sektor ini dibuat berdasarkan tujuan

penelitian, ketersediaan data, cakupan data dan kualitas data dari masing-masing

sektor ekonomi. Selain itu penyusunan klasifikasi juga mempertimbangkan

penggolongan terhadap homogenitas kegiatan untuk kepentingan Tabel I-O

Konstruksi, klasifikasi dalam tabel I-O Indonesia diagregasikan menjadi 125 sektor

ekonomi (Lampiran 1).

Dalam penyusunan Tabel I-O Konstruksi, sektor-sektor konstruksi dan

sektor-sektor yang terkait dengan sektor konstruksi (rantai pasok) dibuat serinci

mungkin agar analisis terhadap sektor konstruksi dapat dilakukan secara lebih

terfokus. Dalam studi ini, karena keterbatasan data yang tersedia, jumlah klasifikasi

sektor-sektor konstruksi dibuat sebanyak 16 sektor. Semakin banyak klasifikasi

sektor ekonomi yang dapat dibuat semakin banyak data informasi yang dibutuhkan

dan akan semakin terinci pula analisis yang mungkin dapat dilakukan. Secara

umum bentuk Tabel I-O Konstruksi yang diturunkan dari Tabel I-O Indonesia

Updating 2010.

Pada tabel I-O Konstruksi tersebut, karena penelitian dan kajian akan lebih

ditekankan pada kegiatan konstruksi, maka klasifikasi pada kegiatan tersebut lebih

(36)

28

konstruksi digabung menjadi kelompok yang lebih agregat. Sebagai contoh, sektor

bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal dalam tabel I-O Indonesia

terdiri dari satu sektor, namun untuk kepentingan tabel I-O konstruksi sektor

tersebut didisagregasi menjadi dua sektor yaitu sektor bangunan tempat tinggal

(sektor 93) dan sektor bangunan bukan tempat tinggal (sektor 94). Uraian

selengkapnya mengenai klasifikasi sektor Tabel I-O Konstruksi dapat dilihat

dalam lampiran 1.

Berdasarkan Tabel I-O Konstruksi tersebut dapat dilakukan beberapa analisis

deskriptif mengenai keterkaitan sektor konstruksi dengan sektor-sektor lainnya.

Analisis yang dimaksud adalah analisis struktur permintaan dan penawaran sektor

konstruksi (ditinjau menurut baris), serta analisis struktur biaya sektor konstruksi

(ditinjau menurut kolom ). Misalkan baris sektor 93 memperlihatkan besarnya

output sektor bangunan tempat tinggal yang digunakan oleh sektor-sektor lainnya

sebagai permintaan antara dan digunakan sebagai permintaan akhir (seperti

konsumsi rumahtangga). Permintaan tersebut dipenuhi oleh penyediaan dari output

domestik dan impor.

Kolom sektor 93 memperlihatkan struktur input/biaya dari sektor bangunan

tempat tinggal yang terdiri dari input antara dan input primer atau nilai tambah

bruto. Bila dihitung besarnya koefisien input maka dapat dilakukan analisis

mengenai berapa besar ketergantungan sektor bangunan tempat tinggal pada

(37)

29

Matrik koefisien input dari Tabel I-O Konstruksi sangat memegang peranan

penting dalam menganalisis keterkaitan sektor konstruksi dengan sektor-sektor

lainnya. Dari matriks koefisien input “A”, dapat dihitung besarnya matrik

pengganda Leontief/output yang dinotasikan dengan (I-A)

-1

. Berdasarkan matriks

pengganda Leontief tersebut maka dapat diturunkan model-model analisis

(38)
(39)

31

PERAN SEKTOR KONSTRUKSI

DALAM PEREKONOMIAN INDNESIA

3.1.

Perkembangan Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto yang dikenal dengan input primer adalah biaya yang

timbul akibat dari pemakaian faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi. Faktor

produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan.

Nilai Tambah Bruto terdiri atas upah dan gaji, surplus usaha (keuntungan, bunga

modal, sewa tanah dan pajak langsung), penyusutan barang modal dan pajak tak

langsung neto. Nilai Tambah Bruto sering pula disebut sebagai balas jasa faktor

produksi. Jumlah Nilai Tambah Bruto seluruh sektor ekonomi itulah yang disebut

dengan Produk Domestik Bruto (PDB).

Perkembangan nilai PDB Indonesia atas dasar harga berlaku selalu

mengalami kenaikan setiap tahunnnya. Pada tahun 2000, nilai PDB Indonesia atas

dasar harga berlaku sebesar 1.389,8 triliun rupiah, pada tahun 2001 menjadi 1.646,3

triliun rupiah dan terus meningkat setiap setiap tahunnya hingga pada tahun 2011

menjadi 7.427,1 triliun rupiah (tabel 3.1.). Peningkatan nilai PDB tersebut disebabkan

meningkatnya produksi dan harga dari setiap sektor ekonomi.

Peningkatan nilai PDB di atas tidak terlepas dari peningkatan nilai tambah

bruto yang diciptakan oleh sektor konstruksi, yang dalam PDB Indonesia termasuk

3

(40)

32

dalam sektor ke lima. Nilai tambah bruto yang diciptakan oleh sektor konstruksi

pada tahun 2000 sebesar 76,6 triliun rupiah, pada tahun 2001 menjadi 93,8 triliun

rupiah dan terus meningkat setiap setiap tahunnya hingga pada tahun 2011 menjadi

756,5 triliun rupiah atau meningkat hampir sembilan kali lipat dibandingkan tahun

2000.

Tabel 3.1.

PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2000-2011 (Triliun Rp)

3.2. Kontribusi Nilai Tambah Bruto

Sampai saat ini perekonomian Indonesia masih didominasi oleh Sektor

Industri Pengolahan, Sektor Pertanian, dan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran,

dengan sumbangan nilai tambah brutonya terhadap PDB tahun 2011 masing-masing

SEKTOR

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010*

2011**

1. Pertanian

216.8

251.7

281.6

305.8

329.1

364.2

433.2

541.9

716.7

857.2

985.4

1,093.5

2. Pertambangan & Penggalian

167.7

181.8

160.9

167.6

205.3

309.0

366.5

440.6

541.3

592.1

718.1

886.2

3. Industri Pengolahan

385.6

478.3

523.2

568.9

644.3

760.4

919.5

1,068.7

1,376.4

1,477.5

1,595.8

1,803.5

4. Listrik, Gas dan Air Bersih

8.4

10.9

15.4

19.1

23.7

26.7

30.4

34.7

40.9

46.7

49.1

55.7

5. Konstruksi

76.6

93.8

110.5

125.3

151.2

195.1

251.1

305.0

419.7

555.2

660.9

756.5

6. Perdagangan, Hotel & Restoran

224.5

265.0

312.2

335.1

368.6

431.6

501.5

592.3

691.5

744.5

882.5

1,022.1

7. Pengangkutan & Komunikasi

65.0

77.2

98.0

118.9

142.3

180.6

231.5

264.3

312.2

353.7

423.2

491.2

8. Keu., Real Estate & Js Prshan

115.5

135.4

154.4

174.1

194.4

230.5

269.1

305.2

368.1

405.2

466.6

535.0

9. Jasa-Jasa

129.8

152.3

165.6

198.8

236.9

276.2

336.3

398.2

481.8

574.1

654.7

783.3

PRODUK DOMESTIK BRUTO

1,389.8

1,646.3

1,821.8

2,013.7

2,295.8

2,774.3

3,339.2

3,950.9

4,948.7

5,606.2

6,436.3

7,427.1

*) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara

(41)

33

sebesar 24,3 persen; 14,7 persen; dan 13,8 persen. Sedangkan Sektor Konstruksi

memberikan sumbangan sebesar 10,2 persen terhadap PDB tahun 2011.

Perkembangan sumbangan nilai tambah brutonya sektor konstruksi terus

mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada sisi lain, sektor-sektor lainnya

umumnya mengalami hal sebaliknya dimana sumbangan nilai tambah brutonya

mengalami penurunan. Pada tahun 2000, sumbangan nilai tambah bruto Sektor

Konstruksi sebesar 5,5 persen, meningkat menjadi 5,7 persen tahun 2001, dan terus

meningkat hingga mencapai 10,2 persen tahun 2011. Sebaliknya Sektor Industri

Pengolahan mengalami penurun andil nilai tambah bruto dari 27,7 persen tahun

2000 menjadi 24,3 persen tahun 2010. Demikian pula Sektor Pertanian dari 15,6

persen tahun 2000 menjadi 14,7 persen tahun 2011.

Tabel 3.2.

Distribusi PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2000-2011 (Persen)

Peningkatan peran nilai tambah bruto Sektor Konstruksi disebabkan nilai

tambah bruto atas dasar harga berlaku yang diciptakan oleh sektor ini mengalami

SEKTOR

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010*

2011**

1. Pertanian

15.6

15.3

15.5

15.2

14.3

13.1

13.0

13.7

14.5

15.3

15.3

14.7

2. Pertambangan & Penggalian

12.1

11.0

8.8

8.3

8.9

11.1

11.0

11.2

10.9

10.6

11.2

11.9

3. Industri Pengolahan

27.7

29.1

28.7

28.3

28.1

27.4

27.5

27.0

27.8

26.4

24.8

24.3

4. Listrik, Gas dan Air Bersih

0.6

0.7

0.8

1.0

1.0

1.0

0.9

0.9

0.8

0.8

0.8

0.7

5. Konstruksi

5.5

5.7

6.1

6.2

6.6

7.0

7.5

7.7

8.5

9.9

10.3

10.2

6. Perdagangan, Hotel & Restoran

16.2

16.1

17.1

16.6

16.1

15.6

15.0

15.0

14.0

13.3

13.7

13.8

7. Pengangkutan & Komunikasi

4.7

4.7

5.4

5.9

6.2

6.5

6.9

6.7

6.3

6.3

6.6

6.6

8. Keu., Real Estate & Js Prshan

8.3

8.2

8.5

8.6

8.5

8.3

8.1

7.7

7.4

7.2

7.2

7.2

9. Jasa-Jasa

9.3

9.2

9.1

9.9

10.3

10.0

10.1

10.1

9.7

10.2

10.2

10.5

PRODUK DOMESTIK BRUTO

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

(42)

34

kenaikan atau pertumbuhan yang cukup tinggi dan pertumbuhannya di atas

pertumbuhan sektor-sektor lainnya.

3.3. Pertumbuhan Sektor Konstruksi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dihitung berdasarkan PDB atas dasar harga

konstan tahun 2000. Selama sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi

Indonesia terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2001, ekonomi Indonesia tumbuh

sebesar 3,6 persen, tahun 2002 tumbuh 4,5 persen, dan terus meningkat hingga

tahun 2007 menjadi 6,3 persen. Pada pertengahan tahun 2008, terjadi krisis finansial

yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan. Hal

ini ditunjukkan dengan melambatnya pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2009

sebesar 4,6 persen melambat dibandingkan tahun 2008 yang tumbuh 6,0 persen.

Sehingga rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama sepuluh tahun terakhir

sebesar 5,3 persen per tahun.

Pertumbuhan ekonomi di atas dipengaruhi oleh pertumbuhan

masing-masing sektor ekonomi yang membentuk PDB, khususnya sektor-sektor ekonomi

yang memberikan kontribusi nilai tambah bruto yang besar, seperti Sektor Industri

Pengolahan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta Sektor Pertanian. Namun

dalam sepuluh tahun terakhir (2001-2011), sektor konstruksi mengalami

pertumbuhan yang cukup terlalu tinggi dengan rata-rata pertumbuhan per

(43)

35

Tabel 3.3.

Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tahun 2001-2011 (Persen)

SEKTOR

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010* 2011**

Rata2

1. Pertanian

3.3

3.4

3.8

2.8

2.7

3.4

3.5

4.8

4.0

3.0

3.0

3.4

2. Pertambangan & Penggalian

0.3

1.0

(1.4)

(4.5)

3.2

1.7

1.9

0.7

4.5

3.6

1.4

1.1

3. Industri Pengolahan

3.3

5.3

5.3

6.4

4.6

4.6

4.7

3.7

2.2

4.7

6.2

4.6

4. Listrik, Gas dan Air Bersih

7.9

8.9

4.9

5.3

6.3

5.8

10.3

10.9

14.3

5.3

4.8

7.7

5. Konstruksi

4.6

5.5

6.1

7.5

7.5

8.3

8.5

7.6

7.1

7.0

6.7

6.9

6. Perdagangan, Hotel & Restoran

3.9

4.3

5.4

5.7

8.3

6.4

8.9

6.9

1.3

8.7

9.2

6.3

7. Pengangkutan & Komunikasi

8.1

8.4

12.2

13.4

12.8

14.2

14.0

16.6

15.8

13.4

10.7

12.7

8. Keu., Real Estate & Js Prshan

6.8

6.7

6.7

7.7

6.7

5.5

8.0

8.2

5.2

5.7

6.8

6.7

9. Jasa-Jasa

3.2

3.8

4.4

5.4

5.2

6.2

6.4

6.2

6.4

6.0

6.7

5.4

PRODUK DOMESTIK BRUTO

3.6

4.5

4.8

5.0

5.7

5.5

6.3

6.0

4.6

6.2

6.5

5.3

(44)

Gambar

Tabel Input-Output Konstruksi 2010 Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli (Juta Rupiah) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 69 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 70 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 71 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 72 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 73 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 74 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tabel Input-Output Konstruksi 2010 Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli (Juta Rupiah) Sektor 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 11
Tabel Input-Output Konstruksi 2010 Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli (Juta Rupiah) Sektor 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 11
Tabel Input-Output Konstruksi 2010 Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli (Juta Rupiah) Sektor 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 11
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dalam rangka mempercepat pembangunan ZI di lingkungan Polri diperlukan pedoman yang mengatur pelaksanaan ZI yang sesuai dengan tupoksi Polri

33 Sample Luas Data Atap Pada Rumah Cluster Tulip Bumi Adipura.... 34 Lahan Yang Dapat Menjadi Tempat Tangki Penyimpanan Air Hujan 4-45

a. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Mereka sadar bahwa mereka merupaka suatu kesatuan utuh.. Mereka merupakan suatu sistem

Berdasarkan perhitungan analisis finansial dengan menggunakan kriteria investasi di atas dapat disimpulkan bahwa pembudidayaan tanaman anggrek dendrobium di UPTD Balai

2 UNIVERSITAS SULAWESI BARAT FAKULTAS EKONOMI 15 ASISTEN AHLI - DOSEN S-2 MANAJEMEN PEMASARAN 2 UNIVERSITAS SULAWESI BARAT FAKULTAS EKONOMI 16 ASISTEN AHLI - DOSEN S-2

Skipjack memiliki 2 macam aturan yaitu Rule A dan Rule B, aturan ini digunakan secara bergantian dalam proses enkripsi untuk mengubah Plaintext menjadi

Tujuan User dapat melakukan pengolahan data yang ada pada sistem Deskripsi Sistem ini memungkinkan aktor untuk mengelola sistem pembelian barang/sparepart.. untuk mencari daftar

Pengambilan keputusan atau tanggapan Dewan Komisaris atas usulan tersebut disampaikan kepada Direksi melalui media elektronik selambat-lambatnya 3 (tiga) hari