• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKOKRITIK : KAJIAN EKOLOGI PADA NOVEL JALAN PULANG KARYA JAZULI IMAN DAN NOVEL BARA KARYA FEBRIALDI R.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKOKRITIK : KAJIAN EKOLOGI PADA NOVEL JALAN PULANG KARYA JAZULI IMAN DAN NOVEL BARA KARYA FEBRIALDI R."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Ecocritic : Study of Ecology in the novel “Jalan Pulang” by Jazuli Iman and novel “Bara” by Febrialdi R.

TESIS

Oleh :

RIZA DIYAN MALIANA

Nomor Induk Mahasiswa : 105.04.13.011.18

Program Pascasarjana

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’d :11).

“Belajar, belajar, dan belajar membuat mu banyak pengetahuan, belajar itu pintu meraih kesuksesan, belajar dari kegagalan adalah hal yang bijak, belajar hari ini, berhasil di masa yang akan datang, bercita citalah dan berusaha dalam mewujudkannya, bermimpilah, percaya lalu dapatkan, yakinlah hasil tidak akan menghianati usaha” (Riza).

Persembahan

Tesis ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT, karena kepadaNyalah kami menyembah dan kepadaNyalah kami memohon pertolongan, sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda dan ibunda, ketulusannya dari hati atas doa yang tak perna putus, semangat yang tak ternilai, serta untuk orang-orang terdekatku yang senatiasa menemani ku mengarungi dunia ini, dan untuk almamater biru kebanggaanku, terima kasih atas semuanya

(6)

v ABSTRAK

RIZA DIYAN MALIANA, 2020. Ekokritik : Kajian Ekologi pada novel “Jalan Pulang” Karya Jazuli Iman dan “Bara” karya Febrialdi R. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pascasarjana Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Muhammadiya Makassar. Di bimbing oleh Syafruddin dan Siti Aida Azis.

Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui isu-isu ekologi dan kearifan lingkungan yang ditunjukkan dari sikap menghormati alam, sikap tanggung jawab moral terhadap alam, sikap solidaritas terhadap alam, sikap kasih sayang dan kepedulian terhadap alam dan sikap tidak mengganggu kehidupan alam yang ada dalam Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan analisis dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Prosedur penelitian meliputi reduksi data, penyajian data, dan pemeriksaan kesimpulan atau verifikasi. Subjek dalam penelitian ini adalah Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) sikap hormat terhadap alam yaitu: bentuk sikap menghargai alam, kesadaran bahwa alam memiliki hak untuk di hormati, 2) sikap tanggung jawab moral terhadap alam yaitu: mengingatkan dan menghukum siapa saja yang secara sengaja atau mengancam eksistensi unsur-unsur alam. 3) sikap solidaritas terhadap alam yaitu: pengakuan kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan sesama makhluk hidup lain di alam ini, sikap turut merasakan apa yang dirasakan oleh alam dan upaya menyelamatkan alam, mencegah manusia untuk tidak merusak dan mencemari alam. 4) sikap kasih sayang dan kepedulian terhadap alam yaitu: semua makhluk mempunyai hak untuk dilindungi, semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dipelihara, semua makhluk hidup mempunyai hak untuk tidak disakiti dan pemeliharaan terhadap makhluk hidup dilakukan tanpa mengharapkan imbalan. 5) sikap tidak mengganggu kehidupan alam yaitu: kesadaran tidak merugikan alam secara tidak perlu, kesanggupan tidak mengancam eksistensi makhluk hidup di alam semesta.

(7)

v ABSTRACT

RIZA DIYAN MALIANA, 2020. Ecocritic: Study of Ecology in the novel “Jalan Pulang” by Jazuli Iman and “Bara” by Febrialdi R. Department of Indonesian Language and Literature Education, Teacher Training and Education, Muhammadiya University, Makassar. Supervised by Syafruddin and Siti Aida Azis.

This research aims to find out ecological issues and environmental wisdom which is shown from respect for nature, attitude of moral responsibility towards nature, attitude of solidarity towards nature, attitude of love and concern for nature and the attitude of not disturbing natural life in Novel Jalan Pulang. by Jazuli Iman and Novel Bara by Febrialdi R.

The approach used in this research is an analytical approach and this type of research is a qualitative descriptive study. Research procedures include data reduction, data presentation, and examination of conclusions or verification. The subjects in this study were Novel Jalan Pulang by Jazuli Iman and Novel Bara by Febrialdi R.

The results showed that: 1) respect for nature, namely: a form of respect for nature, awareness that nature has the right to be respected, 2) an attitude of moral responsibility towards nature, namely: reminding and punishing anyone who intentionally or threatens the existence of the elements. natural elements. 3) an attitude of solidarity with nature, namely: recognition of an equal and equal position with nature and fellow living beings in this nature, an attitude of sharing what nature feels and efforts to save nature, preventing humans from destroying and polluting nature. 4) affection and concern for nature, namely: all creatures have the right to be protected, all living things have the right to be cared for, all living things have the right not to be harmed and care for living beings is carried out without expecting anything in return. 5) the attitude of not disturbing the natural life, namely: consciousness does not unnecessarily harm nature, ability does not threaten the existence of living things in the universe.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Allah maha penyayang serta pengasih, demikian kata buat mewakili seluruh karunia serta nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Tesis ini merupakan setitik dari sederet berkah-Mu kepada penulis.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, namun terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang terus menjadi dikejar semakin menghilang bisa di dekati. Demikian pula dengan tulisan ini, kehendak hati mau mencapai kesempurnaan, namun kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala hormat, penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Letda Inf Rusdin Pombala dan Nur afniyanti yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Syafruddin, M.Pd selaku pembimbing I dan Dr. St. Aida Azis, M.Pd selaku pembimbing II yang tak

(9)

henti-hentinya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi untuk menyelesaikan proposal hingga tesis ini selesai.

Penulis pula mengucapkan terima kasih kepada teman-teman serta rekan mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2018 atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuan kepada penulis.

Akhirnya, dengan seluruh kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, teruta bagi diri pribadi penulis, Amiin.

Makassar, 19 Februari 2021

(10)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... 0

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN TESIS... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Fokus Penelitian ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 8 E. Batasan Istilah ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR ... 12

A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Pengertian Ekokritik Sastra ... 12

2. Model Kajian Sastra ... 14

a. Model Kajian Sastra Lingkungan ... 14

1) Model Kajian Narasi Pastoral... 14

(11)

b) Telaah Unsure Konstruksi Arcada ... 16

c) Telaah Unsur Wacana Retreat dan Return... 17

2) Model kajian narasi apokaliptik ... 18

a) Telaah unsur karakter pahlawan ... 19

b) Telaah unsur lingkungan apokaliptik ... 20

c) Telaah unsur visi atau ramalan ... 21

b. Model Kajian Etis ... 21

1) Telah sikap hormat terhadap alam ... 31

2) Telah sikap tanggung jawab moral terhadap alam ... 33

3) Telah sikap solidaritas terhadap alam ... 35

4) Telah sikap kasih sayang dan kepedulian terhadap alam ... 36

5) Telah sikap tidak mengganggu kehidupan alam ... 39

B. Kerangka Pikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Metode Penelitian ... 42

B. Desain dan Pendekatan Penelitian ... 43

C. Data dan Sumber Data Penelitian ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 46

F. Teknik Pengujian Keabsahan Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pembahasan ... 63

C. Keterbatasan Penelitian ... 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 67

(12)

x

B. Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN SINOPSIS ... 73

LAMPIRAN KUTIPAN ... 80

LAMPIRAN IZIN PENELITIAN ... 86

LAMPIRAN VALIDATOR ... 87

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Selaku makhluk utama, manusia mempunyai donasi serta pengaruh besar terhadap pergantian area secara langsung ataupun tidak. Kritis ekologi tidak cuma ditempatkan pada daerah sains serta ekosistem secara raga. namun dimaknai dalam konteks kehidupan secara totalitas sebab perihal ini pula menyangkut permasalahan yang lingkungan ialah kemanusiaan, moralitas, spiritual serta alam itu sendiri yang terpadu dalam keharmonisasian semacam pada surah al-qashash ayat 77 mengatakan: ُ ه للّٰا َن َس ْحا َا َمٓ ك ْن ِسَ ْحَا َو اَيْن ُّدلا َن ِم َكَبْي ِصَن َسْنَت لَ َو َ ة َر ِخَ لْا َراٰ ْ دلا َّ للّٰا ُ ه كىَ تٰا ٰا َم ْي ِف ِغٓ ت ْبا َوَ َ فلا ِغْ ْبَت لَ َو َ ك ْيَ ل ِا َ ِف ِ دا َسَ َنْي ِد ِسف ُمْ لا ُّب ِحْ ُي َلَ َ هللّٰا َّنِاۗ ِضْرَ ْلْا Wabtagi fīmā ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa naṣībaka

minad-dun-yā wa aḥsing kamā aḥsanallāhu ilaika wa lā tabgil-fasāda

fil-arḍ, innallāha lā yuḥibbul-mufsidīn

Nasihat yang sangat jelas kalau janganlah berbuat kehancuran di (muka) bumi karna sebetulnya Allah tidak menggemari orang-orang yang berbuat kehancuran serta mereka yang membuat kehancuran hendak diberikan balasan atas kejahatan yang sudah diberbuatnya. sangat banyak nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada manusia di dunia ini salah satunya tumbuh-tumbuhan yang sepatutnya di jaga buat

(14)

2

senantiasa lestari , terdapat banyak metode supaya mengajak manusia buat melindungi alam semesta ini. Sastra selaku media representasi pemikiran, asumsi, serta dunia imaji, berpotensi mengatakan serta menggambarkan area tempat sastra itu lahir. Perihal ini didukung oleh statment Endraswara (2016:35) kalau karya sastra ialah hasil olah imajinatif sastrawan terhadap lingkungannya sebanding dengan statment (Juanda, 2018) karya sastra ialah hasil refleksi manusia terhadap kehidupan yang dituangkan dalam wujud bahasa. Dengan kalimat lain, kalau tidak sedikit pengarang menggunakan diksi semacam awan, sungai, gunung, bintang, serta nama fauna dalam karyanya selaku refleksi kehidupan.

Adanya keterkaitan antara alam dan karya abstrak memunculkan gagasan tentang contoh lingkungan dalam tulisan di kalangan para pakar ilmiah. Istilah ekokritik digunakan sebagai istilah untuk gagasan analisis artistik yang diidentikkan dengan alam dan wilayah. Bagi Harsono (2008:31), istilah ekokritik berasal dari bahasa Inggris ecocritticism yang merupakan susunan kata biologi dan kata pundit. Alam dapat disinggung sebagai penyelidikan ilmu pengetahuan tentang contoh-contoh hubungan, tumbuhan, makhluk, dan manusia satu sama lain dan dengan keadaan mereka saat ini. Analisis dapat diartikan sebagai struktur dan artikulasi penilaian terhadap karakteristik positif atau negatif dari sesuatu.

Bagi Croall serta Rankin (dalam via Harsono, 2008:35) ekologi mencangkup rangkaian ilmu alam, ilmu sosial, filsafat, serta pengetahuan

(15)

menyeluru. Pendekatan holistiknya membuat ilmu ini jadi luas. Pokok utama yang dibahas serta jadi pusat merupakan saling ketergantungan seluruh makhluk hidup. Semacam cakupan area itu bisa kecil, terbatas, namun bisa pula luas tidak terbatas, hingga ekologi bisa menghalangi diri pada rangkuman yang kecil, tetapi bisa pula meliputi daerah yang sangat luas (Dwijoseputro,1991:8).

Kehadiran dan pemeriksaan eksplorasi atas kecerdasan ekologis berawal dari korelasi beberapa penelitian sebelumnya. Bagi Zaky Mubarok (2017), ia menemukan bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Rendra, sebagai seorang pengrajin, benar-benar sering berpikir tentang iklim, baik sebagai kerangka administrasi kependudukan maupun iklim, baik sebagai kerangka administrasi kependudukan maupun iklim sebagai struktur yang sebenarnya. . Rendra juga menampik penyalahgunaan alam di seluruh strukturnya, terutama pertambangan tanpa mempertimbangkan amdal yang sah dan dapat menyebabkan kepunahan biasa. Bukan hanya itu, Rendra tidak akan menjadikan kota dan kekayaan seremonial suatu budaya menjadi produk industri perjalanan meskipun menjadi perdagangan asing bagi negara.

Untuk Fawziah (2017), ia menemukan bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ada reaksi alami melalui penebangan dan penghancuran hutan, dan mengejar dan mendapatkan makhluk liar dengan dasar uang. Analisis biologis lainnya adalah dasar dan hasil

(16)

4

penghancuran ekologis, fantasi area lokal yang diidentikkan dengan alam, dan perilaku individu terhadap iklim.

Dewi (2015) menemukan bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa beberapa cerita pendek dengan topik pencemaran air telah menyuarakan janji politik untuk memerangi pemusnahan alam. Apalagi, tulisan berwawasan eko-basis belum menjadi standar dalam penulisan Indonesia kontemporer. Beberapa kajian skolastik ini menunjukkan bahwa metodologi alam telah banyak digunakan di Indonesia, meskipun jumlahnya secara umum akan dibatasi sejauh eko-analisis.

Untuk Ragil Susilo (2017) ditemukan bahwa itu tergantung pada penyelidikan yang telah dilakukan. Sampai sangat baik mungkin ditutup sebagai masalah. Siklus ekokritik diperlukan selama waktu yang dihabiskan untuk membuat tulisan berbasis alam. Pada dasarnya, ketiga variabel ini memang ada hubungannya satu sama lain. Siklus ekokritik benar-benar membantu pencipta dalam membuat karya yang menarik. Tampaknya filsafat, epistermologi, dan aksiologi meremajakan sebuah cerita. Yang pasti, penyelidikan alam tampaknya mempengaruhi situasi topografi individu dalam menyampaikan sebuah cerita, antara ekofeminisme, ekopolitik, ekososial, ekokultur, dan dominasi lingkungan. Dalam percabangan pembelajaran dari ketiga komponen ini, mudah bagi siswa untuk memperbaiki cerita atau membuat cerita. Oleh karena itu, terungkaplah suatu teknik pembelajaran yang diidentikkan dengan menulis berbasis alam, menjadi eksistensial biologis tertentu, yang

(17)

merupakan metodologi lain yang diidentikkan dengan pembelajaran menulis berbasis ekologi.

Bagi Uniawati (2014) menciptakan kalau bersumber analisis yang sudah dicoba perlu terdapatnya pemahaman manusia buat hirau serta cinta pada lingkungan tempatnya menyadarkan hidup. Manusia serta lingkungan mempunyai ikatan simbiosis yang silih ketergantungan. Ikatan keduanya menghasilkan sesuatu cerminan romantisme yang bahkan pada semua manusia tidak dapat dipersamakan.

Berdasarkan kelima penelitian di atas memiliki perbedaan dalam penelitian ini yaitu pada penelitian ke satu hingga ke empat terletak pada bidang kajiannnya, sedangkan pada peneliti ke lima memiliki kesamaan dengan peneliti ini yakni sama-sama meneliti novel dengan menemukan kearifan lingkungan.

Bila saat ini orang ramai mengangkut permasalahan lingkungan hidup pencemaran laut serta udara, penggundulan hutan serta punahnya makhluk hidup spesies tertentu akibat rusaknya ekosistem, para sastrawan di belahan dunia manapun, Memang sudah sejak lama beliau mengingatkan tentang pentingnya kebersamaan dengan alam atau back to nature (Nur Seha melalui Adi Setijowati, 2010:45). Subjek alam tidak diragukan lagi telah dirujuk dalam banyak karya abstrak sejak masa lalu melalui pesan-pesan ilmiah. Ekokritik memiliki pandangan dunia yang mendasar bahwa setiap item dapat ditemukan dalam suatu organisasi

(18)

6

lingkungan dan biologi dapat dimanfaatkan sebagai ilmu penolong dalam metodologi dasar ini (Harsono, 2008: 33). Beberapa sarjana Indonesia menjadikan alam dan iklim sebagai bagian penting dari karya mereka. Praktis semua jurnalis fiksi memanfaatkan artikel umum sebagai mekanisme bahasa dan ekspresi yang menarik. Salah satunya adalah novel yang menyelidiki alam adalah novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan novel Bara karya Febrialdi R.

Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Novel Bara karya Febrialdi R, dalam novel ini alam semestalah yang menjadi inspirasi bagi sang penulis, selain menyuguhkan menimpa alam semesta, khususnya beberapa gunung yang terkenal, novel ini juga menyuguhkan idealisme dari seorang tokoh yang bernama El serta Bara.

Dalam novel ini kondisi iklim yang mengingat sesuatu bagi alam semesta, dua hutan, saluran air, dan makhluk liar digambarkan secara gamblang dan luar dalam. Dengan cara ini, penelitian mengidentifikasi hubungan antara manusia dan iklim pada Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Bara karya Febrialdi R penting dilakukan.

(19)

2. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang jadi fokus dalam penelitian ini adalah kearifan lingkungan. Ada pula fokus bisa dilihat lebih rinci dibawah ini :

1. Kearifan lingkungan Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Bara karya Ferbrialdi R pada sikap hormat terhadap alam. 2. Kearifan lingkungan Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Bara karya Ferbrialdi R pada sikap tanggung jawab moral terhadap alam.

3. Kearifan lingkungan Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Bara karya Ferbrialdi R sikap solidaritas terhadap alam. 4. Kearifan lingkungan novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan

Bara karya Ferbrialdi R pada sikap kasih sayang dan kepedulian terhadap alam.

5. Kearifan lingkungan novel Jalan Pulang dan karya Jazuli Iman dan Bara karya Ferbrialdi R pada sikap tidak mengganggu kehidupan alam.

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kearifan lingkungan pada Novel Jalan Pulang Karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Ferbrialdi R.

(20)

8

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan diharapkan memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

a. Memperluas khazana ilmu pengetahuan dalam bidang sastra serta meningkatkan wawasan bagi pembaca kearifanlingkungan yang terdapat pada Novel “Jalan Pulang” karya Jazuli Iman dan Novel “Bara" karya Ferbrialdi R. Dapat dijadikan sebagai sumber rujukan teoritik bagi peneliti lanjutan, sehingga memeroleh konsep baru yang akan memperkaya wawasan dan pengetahuan dalam bidang sastra.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan sebgai bahan referensi bagi peneliti-peneliti berikutnya yang mempunyai persamaan dengan penelitian ini.

b. Hasil penelitian ini bisa jadi bahan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi komunitas sastra memahami ekokritik.

(21)

5. Batasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dalam penelitian ini maka perlu diberi batasan istilah dalam batas selaku berikut :

1. Ekokritik

Ecocriticism meliputi studi tentang hubungan anatara manusia serta non manusia, sejarah manusia serta budaya yang berkaitan dengan analisis kritis tentang manusia serta lingkungannya (Gerrard 2004:5).

Ecocriticism ialah studi tentang hubungan sastra dan lingkungan hidup (Gilotfelty 1996).

2. Kearifan Lingkungan

Kearifan lingkungan merupakan sebuah kesadaran untuk menjadi bagian dari alam sehingga terbentuk satu kesatuan harmoni (Amrih, 2008:33).

Kearifan lokal (indigenous knowledge ataupun local wisdom) ialah penumpukan pengalaman serta pembelajaran yang terjalin secara selalu dalam kurun waktu yang sangat lama dari generasi ke generasi (Soemarwoto 1982).

Kearifan lokal ialah wujud pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntut sikap manusia dalam kehidupan didalam komunitas ekologis (Keraf 2006).

(22)

10

3. Sikap.hormat.terhadap.alam

Menghargai alam melihat bahwa orang memiliki komitmen etis untuk menghargai alam. Sikap seperti itu bergantung pada kesadaran bahwa manusia penting bagi alam dan atas dasar bahwa alam memiliki harga dirinya sendiri (Lihat Keraf, 2010:167).

4. Sikap.tanggung.jawab.moral.terhadap.alam.

Terkait dengan standar penghormatan terhadap alam merupakan kewajiban etis terhadap alam karena manusia secara antologi merupakan bagian penting dari alam. Tugas ini tidak hanya individu tetapi juga agregat. Standar etika ini mengharapkan orang untuk mengambil kendali. Strategi dan kegiatan bersama yang sungguh-sungguh berusaha untuk mengamankan alam semesta dan setiap substansinya. Ini menyiratkan bahwa pelestarian dan pemusnahan alam adalah kewajiban bersama seluruh umat manusia (Keraf, 2010:169-171).

5. Sikap..kasih.sayang.dan.kepedulian.terhadap.alam.

Cinta dan kepedulian terhadap alam muncul dari cara individu individu dari lingkungan setempat semua makhluk hidup memiliki pilihan untuk diamankan, benar fokus, tidak terluka dan benar-benar fokus. Standar ini adalah pedoman etis untuk menempuh satu jalan menuju jalan lain tanpa mengantisipasi apa pun secara konsekuen. Semakin Anda mencintai alam, semakin Anda

(23)

membentuk menjadi manusia yang berkembang sebagai pribadi yang berkepribadian kokoh. (Pikirkan tentang Keraf, 2010: 172-173). 6. Sikap.solidaritas.terhadap.alam.

Solidaritas Kosmis adalah sikap manusia dengan alam yang berfungsi untuk mengontrol perilaku manusia dalam batas-batas keseimbangan yang berfungsi untuk mengontrol perilaku dalam batas-batas keseimbangan kosmis serta mendorong manusia untuk mengambil kebijakan yang pro alam dan tidak setuju terhadap tindakan yang merusak alam (Eugene:1989)

7. Sikap.tidak.mengganggu.kehidupan.alam.

Orang-orang memiliki komitmen moral dan kewajiban terhadap alam, di sepanjang garis ini dalam hal apapun mereka tidak akan memiliki keinginan untuk menyakiti alam sia-sia karena orang tidak secara etis dianjurkan untuk membuat gerakan yang menyakiti orang individu. Watak untuk tidak ikut campur dengan keberadaan makhluk hidup individu adalah penampilan nilai perlawanan manusia.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Terdapat sebagian perihal perlu dibahas dalam ulasan teori ini, ialah penafsiran ekokritik sastra, karakteristik teks ekokritik,

1. Pengertian Ekokritik Sastra

Selanjutnya ekokritik berasal dari bahasa inggris ecocritticism yang ialah bentukan dari kata ecology serta kata criticism, ekologi dapat diartikan sebagai kajian ilmiah tentang pola ikatan antara manusia, hewan, tanaman, serta lingkungannya terhadap satu sama lain. Kritik bisa dimaksud selaku wujud serta ekspresi evaluasi tentang mutu suatu. Dengan demikian secara simpel bisa dimaksud dengan kritik berwawasan lingkungan (Harsono,2008:31).

Berikutnya (Glotflety,1996 :XIX) Ekokritik sastra merupakan` studi tentang ikatan antara sastra serta lingkungan fisik. penafsiran ini senada dengan pendapat Gerrard (2004:4) mengatakan kalau ekokritik bisa menolong memastikan, mengeksplorasi, serta apalagi menuntaskan permasalahan alam dalam pengertian yang lebih luas. Dalam pemanfaatannya sebagai modus untuk menyikapi perilaku, renungan dan anggapan masyarakat setempat terhadap iklim secara umum, tulisan mengungkapkan pemikiran-pemikiran mengenai iklim, termasuk kualitas wawasan ekologis. Ini adalah pemikiran yang

(25)

sepenuhnya masuk akal tentang tulisan (biologis). Lebih lanjut, Karridge (1998) mengatakan bahwa ekokritik perlu mengikuti pemikiran mengenai iklim dan penggambarannya. Hal lain diungkapkan oleh Juliasih K. (2012: 87) yang melaporkan bahwa masalah karakteristik atau alam memerlukan pemeriksaan sosial yang logis mengingat masalah tersebut adalah tentang komunikasi antara informasi lingkungan dan perubahan sosial.

Hal ini cenderung dikatakan bahwa ekokritik Lawrance Buell mengatakan bahwa sebagian dari aturan adalah, (1) iklim non-manusia tampak sebagai tepi serta kehadiran yang menunjukkan bahwa rangkaian pengalaman umat manusia terlibat dalam sejarah bersama; (2) kepentingan manusia tidak dianggap sebagai salah satu kepentingan otentik; (3) tanggung jawab manusia terhadap iklim sangat penting untuk arah moral membaca, dan (4) sebagai terjemahan adalah iklim sebagai siklus bukan sebagai pengaturan yang konsisten atau berkah yang tidak disimpulkan dalam konten (Buell, 1995: 7-8).

Pesan-pesan ekokritik memiliki beberapa kualitas, termasuk atribut damai dan mengandung kisah-kisah bencana yang bersifat profetis. Secara spesifik, pastoralisme adalah sebuah tradisi seni yang mengandung idealisme dari masyarakat perkotaan ke kota-kota yang awalnya ada di Alexandria kuno dan berubah menjadi cara bersyair di Eropa sepanjang Renaisans secara keseluruhan, damai

(26)

14

adalah setiap tulisan yang menggambarkan kota dengan membedakannya secara nyata dan tegas dengan kota (Gifford, 1999: 2).

Kisah malapetaka profetik adalah pengungkapan tentang akhir sejarah. Topik penting dari bencana kenabian sebagian besar adalah pertempuran antara yang besar dan yang berbahaya. Apokaliptisisme diuraikan sebagai jenis yang dikandung dari keadaan darurat, dimaksudkan untuk memperkuat penentuan jaringan yang diminimalkan dengan berbagi harapan dan impian kemerdekaan dari perbudakan. Menulis bencana secara kenabian adalah menulis penting, hiburan bagi yang dianiaya (Thompson.1997:13-14).

2. Model.Kajian.Sastra

a. Model.Kajian.Sastra Lingkungan 1) Model studi narasi.pastoral

Damai berasal dari bahasa Latin atau Yunani Minister, khususnya Poimen, yang berarti gembala. Untuk situasi ini penggembalaan sangat diidentikkan dengan kehidupan di lapangan yang sesuai dengan atribut-atribut tulisan damai, yaitu menggambarkan kehidupan ideal di kota yang dekat dengan komponen alam. Sukmawan (2016:30) melaporkan bahwa selama tahun 1610-an, penggembalaan adalah sejenis syair atau pertunjukan

(27)

yang memuat kisah para gembala. Dalam cerita, ada percakapan antara gembala yang berbicara tentang pekerjaan, kehidupan sehari-hari, semua yang mencakup penciptaan artistik, pemandangan umum, dan iklim provinsi.

Sama halnya dengan komentar Gifford (1999:2) melaporkan kalau Pastoral merujuk pada tiap karya sastra yang menjabarkan tentang kehidupan pedesaan yang berbeda dengan wilayah urban ataupun perkotaan. Suatu sastra bisa dikatakan selaku sastra pastoral bila penuhi kriteria selaku berikut : (1) ekosentris, (2) narasi kehidupan, penghidupan, serta tata metode hidup yang selaras dengan norma alam, (3) tempat hidup yang nyaman dan ideal, (4) kesatuan harmoni antara manusia dan lingkungan, (5) idealisasi desa dan romantisme masa lalu, serta (6) reflektif-introspektif (sukmawan, 2016:45).

Pastoral ialah wujud puisi ataupun drama yang mengisahkan para gembala yang berdialog dengan penggembala yang lain, baik tentang penggembalanya ataupun tentang lingkungan pedesaan yang melingkupinya. Oleh sebab itu, secara gampang bisa dikatakan kalau penggembala(an) ialah indikator berarti pastoral (no shepherd, no pastoral). Tidak hanya itu,

(28)

16

bentuk pastoral juga dapat dilihat dari sudut pandang pembaca atau pendengar.

Dari sudut pandang ini, pastoral ialah pelarian diri (retreat) mengarah serta kembali (return) kealam pedesaan ataupun kehidupan masa dulu sekali. Uraian lebih spesial menimpa pastoral merupakan pemakaian yang secara universal mengacu kepada zona isi, ialah seluruh wujud sastra yang berisi uraian tentang alam pedesaan secara implicit ataupun eksplisit berlawanan dengan alam perkotaan (Gifford,1999:1).

1) Telaah.unsure.bucolic.‘pengembala’

Salah..satu..elemen berarti mencirikan sastra pastoral…merupakan bucolic..‘penggembala’..yang bisa dimaknai secara simple kalau penggembala..asal..dari kehidupan..desa..(Sukmawan,..2016:31). Namun implikasi pengguna asosiasikan kepada novel pelewak “Audiens perkotaan yang terpelajar menyangka orang-orang desa adalah pelawak. Puisi masa itu melebih-lebihkan humor/gurauan dari orang pedesaan. Arti bucolic dipadan-kan dengan penggembala” pertimbangaan kalau pengembala serta penggembalaan jadi indikator berarti pastorall, lebih-lebihkan padahal ini sejarah.

(29)

Karakteristik berarti pastorall yang lain merupakan muat pengembangan surga dalam konten. Surga adalah strategi romantis untuk hidup atau tempat yang dikagumi. Karena jenis konten damai yang mendasarinya adalah idylls yang diambil dari bahasa Yunani eidyllion yang berarti gambar cerdas yang berisi karya-karya pendek tentang penggambaran yang dikagumi. Istilah idylls dalam perkembangan selanjutnya digunakan di mana-mana, tidak hanya mengacu pada bangunan indah yang unik. Misalnya, tidak memetik produk organik dari pohon bisa disebut idylls (Gifford, 1999:13-16).

Sampai saat ini dalam bukunya Sukmawan (2016: 34) perkembangan utopia dipisahkan menjadi tiga variabel, yaitu: (1) komponen idilis yang berisi gambaran tentang pemuliaan harga-harga kota yang menyimpulkan analisis metropolitan, (2) kesengsaraan komponen, sebagai struktur yang secara konsisten berpikir kembali atau ke masa lalu; dan (3) komponen geogis yang menunjukkan pelipur lara bekerja secara bersahabat dengan alam.

3) Telaah..unsur.wacana.Retreat.dan.Return

Sukmawan (2016:42) menggambarkan pembicaraan mundur dan pulang sebagai jenis

(30)

18

keberangkatan dari kota. Hal ini tampak sangat berbeda bila dikontraskan dengan gagasan penulisan damai yang mengacu pada cara atau cara hidup yang dimuliakan. Cara hidup yang ideal digambarkan dalam kehidupan di kota yang berbanding terbalik dengan cara hidup di sekitar sana. Retreat adalah jeda manusia dari hiruk pikuk kehidupan, kerumitan hidup dan persoalan kota, bertekad untuk menjauh atau melarikan diri dari perilaku kita. Kembali menyinggung untuk kembali ke kota dan memperbaiki perilaku mereka.

Pembaca/penonton memahami bahwa alam terbuka dalam pembacaan damai adalah Shangri-la karena bahasa yang dikagumi. Pada akhirnya, damai adalah bicara, adalah strategi untuk memanfaatkan bahasa yang mengembangkan dunia yang tidak sama dengan kenyataan yang sebenarnya. Meskipun termasuk dalam wacana damai dan komponen lidah, kebiasaan damai bergantung pada pemahaman bahwa pembicaraannya tidak meniru korespondensi asli. Damai pada dasarnya adalah pembicaraan retret yang hanya metode untuk melepaskan diri dari seluk-beluk kota, kerabatnya, masa kini, perilaku "penyelidikan" kita (Gifford, 1999:45-46).

(31)

2) Model kajian narasi apokaliptik

Tulisan bencana profetik adalah klasifikasi penulisan cerita seputar (1) pengungkapan yang diintervensi oleh makhluk dari dunia yang diberikan kepada manusia; (2) untuk mengatakan sesuatu yang luar biasa yang cepat berlalu; (3) menyangkut gambaran eskatologis tentang keselamatan, (4) bersifat spasial; dan (5) menghubungkan alam semesta surgawi lainnya (Wolf dalam Carter,2007:3).

Sebagian dari sifat-sifat normal dalam tulisan nubuatan bencana adalah (1) wartawan pada umumnya akan memilih orang-orang besar sebelumnya dan menjadikan mereka santo dalam cerita; (2) sang legenda terus-menerus menghadapi tantangan yang diikuti oleh pemandu yang luar biasa yang menunjukkan adegan-adegan khas yang menarik dan memberikan sambutannya; (3) informasi terus-menerus disampaikan melalui visi; (4) mimpi secara teratur menggunakan gambaran yang tidak biasa, bukan rahasia; (5) visi tersebut seringkali skeptis tentang kemungkinan bahwa syafaat manusia akan mengatasi keadaan saat ini; (6) visi pada umumnya selesai dengan dewa membawa ke kehancuran terakhir dan membangun udara superior; (7)

(32)

20

penulis penghancur seluruh dunia secara teratur menggunakan nom de plumes, yang mereka buat untuk orang-orang kudus yang mereka pilih; (8) para sarjana secara teratur mengambil masa lalu dan menulis seolah-olah itu adalah prediksi; dan (9) pusat bencana kenabian adalah untuk melibatkan dan menjaga "pelindung kebenaran" (Morris dalam Carter, 2004:4).

a) Telaah.unsur.karakter.pahlawan

Salah satu kualitas tulisan nubuatan bencana adalah adanya legenda. Jenis orang suci diuraikan sebagai menyelesaikan suatu usaha yang diikuti oleh seorang pemandu. Dengan demikian, penyelidikan komponen karakter legenda dapat menyebutkan fakta objektif tentang (1) pilihan sebagian besar individu sebelumnya dan menyebabkan mereka menjadi orang suci dalam cerita; (2) kisah usaha sang legenda yang disertai oleh seorang pemandu besar; dan (3) pada umumnya para pembantu dari pekerjaan suci itu menunjukkan kepadanya adegan-adegan biasa yang menarik dan menawarkan anggapan-anggapan (Morris, 1972).

b) Telaah.unsur.lingkungan.apokaliptik

Terjemahan lain dari kehancuran seluruh dunia sebagai pemikiran yang tidak bermaksud untuk

(33)

mengantisipasi masa depan namun mengubahnya, dikomunikasikan oleh Killingswort dan Palmer dalam catatan mereka tentang The Populace Bomb karya Paul Ehrlich. Hal ini diperkuat oleh penilaian Ehrlich sendiri (1996:52) bahwa iklim apokaliptisisme dalam penggambaran ini tidak terikat dengan penilaian kiamat, namun menjauhinya dengan teknik-teknik yang memikat. Penyelidikan komponen iklim nubuatan bencana dapat dicoba dengan memperhatikan (a) kisah-kisah yang berisi pandangan tentang dunia yang berkembang (Thompson, 1997:13-14); (b) cerita-cerita yang menggiurkan upaya menjauhi kiamat, tidak mengharapkan kiamat (Gerrard, 2004: 99; (c) ada pengaturan bahwa sebagai ciri alam semesta, orang melakukan upaya gagah berani dengan melihat keajaiban alam, dan (d) cerita yang memiliki pemahaman menepis dorongan untuk memaksakan kehendak pada alam (Janik 1995:107).

c) Telaah.unsur.visi.atau.ramalan

Penyelidikan komponen visi atau ramalan dapat dicoba dengan teknik membedah (1) jenis informasi bencana kenabian disampaikan melalui mimpi; (2) pemanfaatan gambar dan teka-teki tertentu dalam menyampaikan visi; (3) gagasan skeptis tentang visi

(34)

22

sehubungan dengan kemungkinan bahwa syafaat manusia akan mengatasi keadaan saat ini; dan (4) sebuah cerita yang mengambil sejarah sebelumnya dan mengubahnya seolah-olah itu adalah ramalan.

a. Model kajian etis

Tata krama membahas kualitas dan standar baik yang diterima oleh jaringan tertentu sebagai aturan dan model untuk bertindak sebagai manusia. Pada umumnya kerangka nilai, yang dipertahankan sebagai jadwal hidup yang layak, diturunkan dan diteruskan melalui agama dan budaya yang dipandang sebagai sumber utama dari standar dan kualitas yang baik (Keraf, 2010:14-16).

Perilaku membutuhkan jabatan hanya sebagai mekanisme artikulasi. Kantor artikulasi kesopanan dapat berupa bahasa, meskipun perspektif non-bahasa juga dipikirkan. Cara artikulasinya bisa seperti tulisan. Tata krama yang dikomunikasikan melalui bahasa membutuhkan struktur yang berbeda. Salah satu indikasinya adalah kesopanan alam atau (nilai) kecerdasan ekologis. Kecerdasan ekologis untuk mengikat kebersamaan (Amrih, 2008:33).

(35)

Kecerdasan ekologis adalah tugas awal yang dikenal pertama kali ketika istilah wawasan terdekat muncul. Mengingat bahwa wawasan ekologis adalah perilaku yang teratur dari orang-orang terdekat, maka gagasan terkenal itu diketahui, maka kecerdasan lingkungan memiliki berbagai tugas, termasuk ahli lingkungan (HGQuaritch Ridges), kepribadian sosial, atau karakter sosial publik (Haryati Soebadio). , karakter sosial lingkungan (mundarjito ), budaya indah (ayatrohaedi), kepribadian publik, karakter sosial (soedirman), informasi asli (semali dan kincheloe). Bukan hanya nama yang berbeda, intelijen terdekat juga memiliki terjemahan yang berbeda di antara para ahli. Keanekaragaman terjemahan yang direncanakan pada kenyataannya hanya berdasarkan editorial, kontras sejauh kulminasi dari perincian, dan bervariasi sejauh aksentuasi, aksentuasi, atau aksentuasi pada masalah tertentu. Dengan murah hati, setiap terjemahan intelijen lingkungan memiliki kesamaan dan saling ketergantungan. Keragaman pemahaman dapat dipilih sebagai terjemahan yang menggarisbawahi, menekankan, memfokuskan atau memajukan sudut (1) hal; (2) struktur dan struktur; (3) atribut atau kualitas; (4) bekerja; (5) contoh warisan dan jenis artikulasi; dan (6) hasil.

(36)

24

Dari bagian fokus pada materi dan siklus perkembangannya, Soemarwoto (1982) menyiratkan bahwa wawasan lingkungan (informasi asli, atau kelihaian terdekat) adalah agregasi keterlibatan dan pengajaran yang konstan selama rentang waktu yang sangat luas dari satu usia ke yang lain. Pengalaman yang terkumpul ini membingkai gambaran luar dan dalam dari kondisi alam yang dialami. Hal ini menyebabkan kegiatan yang dilakukan senantiasa dilandasi oleh pemahaman terhadap kondisi dan banyaknya keterlibatan yang telah dimiliki, sehingga terbentuklah informasi/informasi yang dapat berwawasan dan beradaptasi dengan kondisi suatu iklim, susunan yang mendalam ini kemudian disinggung sebagai "kecerdasan alam" dan dalam perjalanannya berkembang menjadi "kecerdasan lingkungan (kecerdasan lingkungan) karena kemewahan dan keragaman iklim yang luas sehingga sangat jelas wilayahnya.

Dari bagian memperkuat struktur dan struktur, Pitoyo (2008) mencirikan kelihaian sebagai jenis ingin melihat, merasakan, memulai, dan kemudian tunduk pada standar; jenis kesiapan melihat dan kapasitas yang ditunjukkan dengan perkembangan karakteristik hukum pembuatnya; dan jenis pemahaman menjadi penting bagi alam untuk membingkai konkordansi yang disatukan. Dari perspektif yang sama, Keraf

(37)

(2010) mengatakan bahwa kelihaian konvensional adalah semua jenis informasi, keyakinan, pemahaman dan informasi dan kebiasaan moral Flying corps (AU) yang memandu mentalitas manusia dalam kehidupan dalam jaringan biologis. Dengan demikian, kearifan adat bukan hanya tentang informasi atau pemahaman kelompok masyarakat asli tentang masyarakat dan seberapa besar kedekatan antar masyarakat, namun juga menyangkut informasi, pemahaman dan adat istiadat tentang masyarakat, alam dan bagaimana hubungan antar seluruh penghuninya. daerah lokal biologis. Setiap wawasan konvensional ini dihayati, dilatih, diinstruksikan, dan diturunkan mulai dari satu zaman lalu ke zaman berikutnya, yang secara bersamaan membentuk contoh perilaku manusia biasa, baik terhadap orang perorangan maupun terhadap alam dan yang tidak mencolok.

Dari sisi pemusatan pada perspektif kepribadian (atribut), matowanyika (1991) memiliki kemungkinan bahwa kerangka wawasan konvensional (informasi lingkungan lokal) tergantung pada pemanfaatan aset individu, khususnya (1) sepenuhnya pedesaan; (2) sepenuhnya bergantung pada penciptaan iklim aktual di dekatnya; (3) kombinasi kualitas keuangan, sosial, sosial dan kelembagaan dengan ikatan keluarga sebagai jalan masuk ke dalam kerangka sirkulasi dan keluarga sebagai

(38)

26

alasan pembagian kerja; (4) kerangka diseminasi yang mendorong partisipasi; (5) kerangka penalaran bersama; dan (6) sangat bergantung pada informasi dan pengalaman terdekat. Dari sisi yang sama, Rahayu (2004) menjelaskan bahwa informasi adat merupakan kerangka nilai dalam permintaan kehidupan sosial, sosial, moneter, dan alam, yang hidup di tengah-tengah masyarakat konvensional. Karakteristik kualitas dalam informasi konvensional bersifat dinamis, berpenampilan menarik dan dapat diakui oleh daerah setempat. Dalam jaringan residen konvensional, informasi adat ditampilkan sebagai sekumpulan pengaturan, informasi, bakat. Kualitas dan moral yang mengontrol permintaan sosial daerah setempat yang berproses untuk hidup dan berkreasi dari satu zaman ke zaman lainnya. Kemudian, Poespowardjojo mengatakan bahwa wawasan (dekat) mengandung standar (1) memiliki pilihan untuk bertahan di luar masyarakat, (2) memiliki kemampuan akomodatif, (3) memiliki kemampuan integratif, (4) memiliki pilihan untuk mengontrol dan (5) mendorong perkembangan sosial.

Dari bagian warisan dan jenis artikulasi, Semali dan Kincheloe (1998) menjelaskan bahwa informasi asli dimasukkan ke dalam kepribadian penduduk dan latihan mereka. Informasi ini juga diuraikan dalam cerita, lagu,

(39)

dongeng, aturan, gerakan, fantasi, kualitas sosial, keyakinan, kebiasaan. Penduduk yang sah, dialek terdekat, aplikasi perlindungan, peralatan, bahan, jenis tanaman, dan jenis makhluk. Informasi asli dibahas secara lisan, dengan contoh masalah, dan melalui budaya. Jenis korespondensi dan asosiasi asli sangat penting untuk siklus dinamis tingkat terdekat dan untuk konservasi, peningkatan, dan penyebaran informasi ini.

Dari aksentuasi pemanfaatannya, Putra (2008) menyatakan bahwa kearifan lingkungan merupakan komponen informasi dan praktik, baik yang didapat dari masa lampau maupun sebenarnya mengelola iklim dan penghuni yang berbeda yang memiliki tempat dengan wilayah setempat di suatu tempat. , yang digunakan untuk menangani masalah. secara tepat dan akurat berbagai kasus serta tantangan yang dialami.

Dari bagian hasil, H.G. Quaritch Ridges mencirikan kelihaian (lingkungan) sebagai keseluruhan kepribadian sosial yang digerakkan oleh penduduk/negara karena pertemuan mereka sebelumnya. Salim (1999) mengatakan bahwa wawasan (dekat) adalah hubungan manusia dengan iklim sehingga memunculkan jenis penciptaan moral, cara pandang,

(40)

28

cara hidup, dan berbagai praktik yang memiliki konsekuensi positif bagi pemeliharaan dan pelestarian iklim.

Keraf (2006) melaporkan bahwa kecerdasan terdekat adalah semua jenis informasi, keyakinan, penggambaran atau informasi dan kebiasaan, jadwal atau moral yang menarik perilaku manusia dalam kehidupan di area lokal biologis. Kemudian lagi, Wahono (2005) menjelaskan bahwa kecerdikan terdekat adalah kelihaian dan teknik berurusan dengan alam semesta dalam memastikan keseimbangan lingkungan yang telah ditunjukkan cukup lama oleh berbagai bencana seperti penghalang dan kecerobohan manusia. Seorang penduduk memperoleh dan menumbuhkan wawasan sebagai informasi atau pemikiran tentang standar standar, kualitas sosial, latihan dan perangkat keras karena cerminan dari berurusan dengan iklim. Seringkali wawasan mereka tentang iklim lingkungan digunakan sebagai panduan yang tepat dalam meningkatkan keberadaan iklim pribadi mereka. Gagasan kelihaian di sekitar didirikan di lingkungan atau kerangka informasi adat dan eksekutif (Mitchell, et, 2000). Wawasan lingkungan adalah berbagai informasi dan perspektif dalam cara hidup manusia berkumpul, yang merupakan konsekuensi dari persepsi selama rentang waktu yang luas (Babcock dalam Arafah, 2002). Terjemahan kecerdikan terdekat dalam UU no. 32 Tahun 2009

(41)

adalah sifat-sifat luhur yang berlaku dalam gaya hidup warga antara lain menghadapi iklim secara terkendali.

Sirtha (2003) menjelaskan bahwa jenis kecerdasan terdekat yang ada secara lokal dapat berupa kualitas, standar, keyakinan, dan pedoman yang tidak biasa. Struktur yang beraneka ragam ini membuat pemanfaatan intelijen di sekitar menjadi begitu banyak. Intelijen lingkungan Guni, antara lain: 1) sebagai perlindungan dan pengamanan aset tetap; 2) membina SDM; 3) sebagai kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan; 4) sebagai nasihat, keyakinan artistik, dan pembatasan. Kecerdasan lingkungan bekerja dari kualitas sosial yang dipertahankan desain sosial lokal sendiri dan mengisi sebagai panduan, pengatur dan tanda-tanda untuk bertindak dalam gaya hidup yang berbeda baik ketika mengelola orang lain atau alam. Hingga kini, kehadiran kearifan lokal terus kabur dalam berbagai pertemuan lokal. Salah satu komunitas lokal yang benar-benar tidak berdaya melawan kurangnya kearifan lingkungan adalah lingkungan lokal peternak tepi hutan, yang harus dijalankan sebagai dukungan sosial untuk upaya perlindungan hutan dan pelestarian aset hutan (Santoso, 2004). Pemahaman tentang pentingnya menyiratkan bahwa iklim yang sehat dan dapat dikelola harus diberikan kepada orang-orang, untuk kehidupan masing-masing. Bantuan pemerintah

(42)

30

secara agregat salah satunya dipengaruhi oleh kemungkinan alam untuk mewujudkan rahayuning buwana. Daya dukung hidup saat ini menjadi pembicaraan yang nyata dan signifikan, baik di tingkat lingkungan, publik atau publik. global. Hal ini disebabkan karena iklim menyangkut kebutuhan dan kepentingan banyak individu (Anshony Ch. Dan Sudarso, 2008:v)

Kemudian, Anshory Ch. Lebih lanjut Sudarso (2008:v) menyatakan bahwa iklim merupakan tempat penyelesaian, kehadiran, dan pergaulan bagi manusia. Hubungan antara individu manusia dan hewan yang berbeda dapat berjalan dengan baik, jika ada mutualisme yang harmonis, dengan pedoman partisipasi yang berharga. Masing-masing saling memberi ruang kesempatan hidup, sehingga terjadi kesepakatan dan keselarasan, sebagaimana pelajaran dari Penguasa Agung, adalah mengasah otak untuk benar-benar fokus pada malaningbumi yang tertuang dalam buku Gendhing Writing.

Kecerdasan alami adalah semboyan untuk membentuk keseimbangan selamanya. Sebut misalnya pohon. Hewan yang sangat dimuliakan oleh Allah adalah pohon atau tumbuhan. Ia adalah binatang yang sejak lahir sampai mati terus-menerus menyerah, tidak peduli apakah saat musim kemarau dengan

(43)

kondisi panas dan terbakar. menusuk, atau di musim berangin yang membekukan, sampai hewan-hewan Tuhan yang bernama pohon atau tumbuhan baru saja mendapatkan atau garis nasib dan anugerah-Nya. Hewan-hewan yang kontras dan berbeda yang ada di seluruh alam semesta (Buwana X, dalam Anshoriy Ch. Dan Sudarsono, 2008: xiv-xv) mengungkapkan bahwa pohon juga memiliki kebenaran yang paling penting, mencoba apa pun yang mereka hasilkan, termasuk semua makanan berdaun yang ditawarkan. kepada orang lain. manusia. Secara deduktif, tidak mempermainkan berbagai manfaat tumbuhan. Ada begitu banyak latihan penting dari kehidupan ini yang merupakan sumber motivasi dan kecerdasan dari tanaman.

Dari beberapa pengertian tersebut, cenderung (I) mendefinisikan pemikiran kelihaian lingkungan ekologis (environment) sebagai sekumpulan sorotan dan karya yang muncul karena refleksi manusia terhadap alam dan perjumpaan masa lalu guna mengarah pada moral, kualitas , dan aturan yang pragmatis untuk mengatasi masalah kehidupan dan memiliki konsekuensi positif. terhadap pemeliharaan dan perlindungan iklim; (ii) jelas dirasakan bahwa wawasan ketetanggaan secara tegas diidentikkan dengan hubungan manusia dengan iklim atau alam; Jadi sangat mungkin (iii) tidak

(44)

32

salah lagi dipahami bahwa isu-isu ekologis berawal dari ketidakkonsistenan hubungan antara manusia dan keadaan mereka saat ini dan hal ini terbentuk dalam perilaku manusia yang tidak menjadikan kelihaian di sekitar sebagai alasan moral untuk perilaku mereka.

Kecerdasan ekologis adalah standar yang baik seperti perilaku sadar terhadap alam (regard for nature), perilaku sadar terhadap alam (kewajiban moral terhadap alam), ketabahan yang tak ternilai, aturan empati dan kekhawatiran terhadap alam (benar-benar fokus pada alam), pedoman kesetaraan ; standar berbasis suara; dan aturan kepercayaan yang baik (Analyze Tylor, 1986; Naes, 1993; Artis, 1993; Keraf, 2010).

1) Telaah.sikap.Hormat.terhadap.Alam

Menghargai alam melihat bahwa orang memiliki komitmen etis untuk menghargai alam. Perilaku tersebut tergantung pada pengaturan bahwa manusia adalah esensial bagi alam dan bidang karakteristik memiliki harga diri (Analyze Keraf, 2010:167). Dalam sudut pandang moral ekologis, memandang alam sebagai komponen lingkungan tergantung pada kesadaran terbuka akan nilai yang melekat pada alam, jika alam memiliki harga dirinya dengan tujuan bahwa ia memiliki pilihan untuk dianggap.

(45)

Alam memiliki hak istimewa untuk dihormati, dengan alasan bahwa keberadaan manusia bergantung pada alam, namun khususnya mengingat realitas ontologis bahwa manusia adalah bagian penting dari alam, maka manusia adalah individu dari sosialisme lingkungan. keterkaitan, koneksi, indivisibility, dan kehormatan obligasi.

Dalam gagasan Timur, misalnya, kebenaran tidak terisolasi ke dalam bidang-bidang yang berbeda dan tidak terikat satu sama lain, namun kebenaran dipandang sebagai satu kesatuan yang seragam. Pada dasarnya, pandangan Timur menganggap semua sebagai komunikasi sebagai perilaku terhadap alam, sebagaimana mentalitas terhadap alam memiliki keterkaitan sosial (analisis Suseno, 1993: 82). Selain itu, dalam sistem pemikiran timur yang sangat kosmosentris, manusia dan alam adalah solidaritas dalam keselarasan (analisis Saryono, 2008: 196).

Sangat mungkin beralasan bahwa kepedulian terhadap alam ditunjukkan dalam (1) kemampuan untuk menghargai alam. (2) pemahaman bahwa alam memiliki harga dirinya, (3) kesadaran bahwa alam memiliki pilihan untuk dianggap, (4) pemahaman bahwa alam memiliki kepercayaan, dan (5) menghormati alam untuk hidup, menciptakan dan mengisi secara deduktif sesuai alasan

(46)

34

pembuatnya (Lihat Armstrong dan Botzler, 1993; Keraf, 2010: 167-168).

2) Telaah.Sikap.Tanggung.Jawab.Moral.terhadap.Alam

Berpegang teguh pada standar penghormatan terhadap alam adalah kewajiban etis terhadap alam, mengingat fakta bahwa secara ontologis manusia adalah bagian penting dari alam. Tugas ini tidak hanya individu tetapi juga agregat. Aturan etis ini mengharapkan orang untuk mengambil dorongan, strategi, dan aktivitas agregat asli untuk memastikan seluruh alam semesta dan segala sesuatu di dalamnya. Penderitaan ini menyiratkan bahwa pelestarian dan pemusnahan alam adalah tugas bersama seluruh umat manusia. Kewajiban bersama ini ditunjukkan melalui penegasan, pelarangan, dan penolakan terhadap setiap individu yang diatur atau tidak untuk merugikan dan membahayakan keberadaan alam. Kewajiban moral tidak hanya berpusat pada manusia, sombong, tetapi juga sangat besar. Sebuah tugas atas dasar panggilan muluk untuk memastikan alam itu sendiri, untuk menjaga keseimbangan dan kepercayaan sistem biologis. Kewajiban yang membuat orang merasa menyesal atas peristiwa bencana mengingat fakta bahwa keseimbangan sistem biologis telah melambat. Hingga, orang-orang pada saat itu melakukan aktivitas yang

(47)

tak ternilai untuk mengomunikasikan kesalahan mereka dan sangat perlu untuk menyeimbangkan kembali kekacauan besar (Keraf, 2010:169-171).

Kewajiban mengenai keberadaan air dan tanah, misalnya, tidak hanya bersifat individu tetapi juga bersifat agregat. Pedoman etika ini mengharapkan orang untuk mengambil dorongan, usaha keras, pengaturan, dan aktivitas agregat yang tulus untuk mengamankan keseimbangan alam. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan air dan tanah adalah tugas bersama setiap individu. Kewajiban bersama ini ditunjukkan melalui pemberian wewenang, penolakan, dan penolakan terhadap setiap individu yang merancang atau tidak mengambil langkah untuk membahayakan keberadaan komponen karakteristik tersebut (Pikirkan tentang Keraf, 2010:169). 3) Telaah.sikap.solidaritas.terhadap alam

Ketabahan astronomis adalah disposisi manusia dengan alam, yang berperan dalam mengendalikan perilaku manusia dalam batasan-batasan keseimbangan yang muluk-muluk, dan mendorong manusia untuk mengambil strategi-strategi yang mendukung alam dan tidak menyetujui kegiatan-kegiatan yang merusak alam. (Eugene: 1989).

(48)

36

Perspektif ekofeminis mengingkari seluruh rasionalitas penguasaan sehingga tidak membenarkan adanya penundukan. Tidak ada pesta yang lebih baik dibandingkan dengan yang berikutnya. Laki-laki lebih buruk dari perempuan, kulit putih lebih unggul daripada kulit cokelat, dan manusia lebih buruk daripada non-manusia (alam), sehingga semua perkumpulan adalah setara (pikirkan Warren dalam Keraf, 2010:152).

Sebagai bagian penting dari alam semesta, orang pasti memiliki pekerjaan yang setara dengan alam dan dengan hewan hidup lainnya. Realitas ini menimbulkan sensasi ketabahan pada diri manusia, sensasi kebersamaan dengan alam dan makhluk hidup lainnya. Misalnya, memiliki pilihan untuk merasakan apa yang dirasakan makhluk itu sehingga muncul kesepakatan untuk memastikannya. Cenderung dikatakan bahwa ketabahan dengan alam ditunjukkan dalam (1) pengakuan akan situasi yang setara dan setara dengan alam dan dengan makhluk hidup lainnya di dunia ini; (2) perilaku berbagi apa yang mampu secara alami; (3) upaya penyelamatan alam, menjaga manusia dari perusakan dan pengotoran alam dan keutuhannya; dan (4) berusaha memadukan mentalitas manusia dengan sistem biologis.

(49)

4) Telaah.Sikap.Kasih.Sayang.dan.Kepedulian.Terhadap.Alam Cinta dan kepedulian terhadap alam muncul dari cara individu individu dari area lokal biologis, semua makhluk hidup memiliki hak istimewa untuk diamankan, dipertahankan, tidak disakiti, dan benar-benar difokuskan. Standar ini adalah aturan moral satu arah, mengemudi jalan alternatif, tanpa mengantisipasi apa pun akibatnya. Semakin menghargai alam, manusia terus berkembang menjadi manusia yang berkembang, sebagai manusia yang berkepribadian kuat (Analyze Keraf, 2010: 172-173). Disposisi empati terhadap alam menimbulkan kerinduan dan perilaku untuk menjaga dan memelihara alam sebaik yang diharapkan. Ketenangan dan keselarasan yang megah ditunjukkan melalui sikap yang ramah, watak yang tidak saling mencampuri atau tidak saling mencampuri antar komponen yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu, memastikan kesesuaian yang luas adalah penampilan empati, sama seperti mengamankan pemeliharaan yang sangat besar. Simpati dapat dipertahankan dan dipertahankan jika setiap individu berusaha untuk bertindak, berkata, bertindak atau berpotensi mencintai makhluk hidup individu (analisis Suryono, 2008:169).

(50)

38

Alam menghidupkan orang dari perspektif yang sebenarnya, tetapi juga dari perspektif psikologis dan terjemahan dunia lain. Oleh karena itu, penting untuk memiliki mentalitas kasih sayang dan kepedulian manusia terhadap alam sehingga dapat menjamin kemakmuran internal dan eksternal manusia. Dalam kehadirannya yang mistik (jiwa) alam sebenarnya menyebabkan kewajaran, kewaspadaan, dan kontrol dunia lain terhadap pandangan dan perilaku manusia agar tidak marah, menyalahgunakan, dan menyampaikan alam dari satu sudut pandang dan sekali lagi, membuat kemajuan menuju persahabatan dalam ikatan sampai kesesuaian atau kesepakatan tercapai. kehidupan.

Sangat mungkin dianggap bahwa simpati dan kekhawatiran terhadap alam bergantung pada kesadaran bahwa (1) semua makhluk hidup memiliki hak istimewa untuk dipastikan, (2) semua makhluk hidup memiliki pilihan untuk benar-benar difokuskan, (3) semua makhluk hidup segala sesuatu memiliki hak istimewa untuk tidak dirugikan, dan (4) keamanan dan pemeliharaan semua makhluk hidup diselesaikan tanpa mengantisipasi apa pun secara konsekuen (analisis Keraf, 2010).

(51)

Manusia memiliki komitmen dan kewajiban etis terhadap alam, karenanya bagaimanapun ia tidak ingin menyakiti alam secara sia-sia karena manusia secara etis tidak sah untuk melakukan kegiatan yang merugikan individu individu, sikap tidak mengganggu keberadaan makhluk hidup individu adalah salah satu jenisnya. bernilai signifikan. ketahanan manusia. Nilai perlawanan diidentifikasikan dengan kemampuan memperhatikan, dan mengamankan keberadaan dan keadaan orang-orang sehingga setiap orang bebas, tidak terluka dan terluka, tidak membuatnya merepotkan.

Sikap tidak mengganggu keberadaan alam terkandung dalam (1) keakraban dengan tidak menyakiti alam secara sia-sia, (2) kemampuan untuk tidak mengutuk keberadaan makhluk hidup di alam semesta, (3) menjaga dan memenuhi komitmen untuk tidak menyakiti alam dalam standar, dan (4) mengabaikan alam. dalam kondisi tak bernoda.

(52)

40

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka pada bagian iniakan diuraikan beberapa hal yang dijadikan sebagai landasan berpikir selanjutnya. Landasan berfikir ini akan mengarahkan penulis untuk menemukan data dan informasi dalam kajian ekologi ini.

Ekokritik berasal dari kata Yunani eikos yang berarti ‘rumah’ dan logos yang berarti ‘ilmu’. Ekokritik dekat dengan teori poskolonial karena keduanya menawarkan diskursi yang melawan kekuasaan yang bersifat colonial dan/atau kapitalis.(Huggan dan Tiffin, 2009). Ekokritik merupakan pandangan yang mempertanyakan: alam sebagai bagian yang tak terpisahkan dari manusia telah dieksploitasi oleh manusia itu sendiri demi kepentingan ekonomi dan politik.

Hal ini yang menjadi ketertarikan penulis dalam mengkaji, penelitian ini mengkaji dua novel dengan menggunakan pendekatan ekokritik oleh Keraf. Fokus penelitian ini mengkaji isu-isu ekologi yaitu sikap hormat terhadap alam, sikap tanggung jawab moral terhadap alam, sikap solidaritas terhadap alam, sikap kasih sayang dan kepedulian terhadap alam, dan sikap tidak menganggu kehidupan alam yang terdapat pada Novel “Jalan Pulang” karya Jazuli Iman dan Novel “Bara” Karya Febrialdi R.

(53)

` Hal ini yang menjadi keyakinan penulis untuk meneliti.Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

BAGAN KERANGKA PIKIR

1. Sikap.Hormat.terhadap.alam

2. Sikap.tanggung.jawab.moral.terhadap. alam

3. Sikap.solidaritas.terhadap.alam 4. Sikap.kasih.sayang.dan.kepedulian.

.terhadap.alam

5. Sikap.tidak.menganggu.kehidupan.. alam

Kajian Teori Keraf

EKOLOGI

NOVEL BARA KARYA FEBRIALDI R

NOVEL JALAN PULANG KARYA JAZULI IMAN

Analisis

(54)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif kualitatif. Amanuddin (2006:16) berkata “metode kualitatif senantiasa bersifat deskriptif maksudnya informasi yang dianalisis berupa deskripsi fenomena, tidak berbentuk angka-angka ataupun koefisien tentang variable”. Metode deskriptif kualitatif berperan buat memandang serta mendeskripsikan data yang ada dalam Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R.

Nawawi (Siswantoro, 2010:56) menyatakan “metode deskriptif bisa dimaksud selaku prosedur pemecahan permasalahan dengan menggambarkan ataupun melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak ataupun sebagaimana terdapatnya”.

Sugiyono (2014:1) “metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan buat meneliti pada keadaan objek yang alamiah, dimana peneliti merupakan selaku instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan penelitian kualitatif lebih menekankan arti dari pada generalisasi”.

(55)

Pemilihan metode ini cocok dengan karakteristik ini, ialah : (1) Novel Jalan Pulang Karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R dipandang bersifat alamiah, sebab peneliti tidak melakukan rekayasa terhadap Novel Jalan Pulang dan Novel Bara tersebut, (2) peneliti bertindak sebagai instrument yang dapat memahami Novel Jalan Pulang Karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R, (3) analisis atau pengolahan data dilakukan apa adanya, tanpa perlakuan, tanpa perhitungan statistik buat mendapatkan penafsiran, serta (4) hasil penelitian dinegosiasikan dengan ahli relevan.

B. Desain dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis. Aminuddin (1987:198) menyatakan bahwa “Pendekatan analisis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu memperkaya kehidupan rohani pembaca”. Dalam hal ini pendekatan analisis digunakan untuk menganalisis atau mengetahui kearifan lokal lingkungan yang terdapat dalam Novel Jalan Pulang Karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R.

(56)

44

C. Data dan Sumber Data Penelitian 1. Data

Penelitian ini adalah kalimat atau ungkapan yang terdapat dalam Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R yang berhubungan dengan kearifan lingkungan ditinjau dari kajian teori Keraf. Data yang dimaksud adalah (1) sikap.hormat terhadap.alam (2) sikap.tanggung.jawab.moral.terhadap.alam (3) sikap..solidaritas..terhadap..alam (4) sikap..kasih..sayang..dan kepedulian..terhadap..alam (5) sikap..tidak.mengganggu.kehidupan alam.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini Novel “Jalan Pulang” dengan jumlah 300 halaman tahun 2018 karya Jazuli Iman diterbitkan oleh Djeladjah Pustaka di Yogyakarta dan Novel Bara dengan jumlah 372 halaman tahun 2017 diterbitkan oleh Djeladjah Pustaka di Yogyakarta. Penentuan dua novel tersebut sebagai sumber data berdasarkan pertimbangan : (1) kedua novel tersebut mengandung unsur ekologi dalam strukturnya yang di tulis oleh pengarangnya (2) kedua novel tersebut sarat makna dan mempunyai alur cerita yang cukup kuat mengenai kecintaan kepada alam semesta melalui sosok El dan sosok Bara yang diceritakan telah menaklukkan berbagai puncak gunung di berbagai tempat di Nusantara (3) dalam kedua novel ini menurut saya alam semestalah yang menjadi

(57)

inspirasi penulis yang menjadikan tokoh mendedikasikan kehidupannya untuk alam.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik studi pustaka yang bertujuan mendapatkan bahan-bahan yang relevan, kemudian bahan tersebut digunakan sebagai acuan dan untuk mempersahih penelitian. Pengumpulan penelitian ini yang berisi ketentuan studi kepustakaan, tentang kearifan lokal lingkungan dalam Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R. Studi kepustakaan dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut:

1. Peneliti membaca sumber data (Novel Jalan Pulang dan Novel Bara) secara teliti, kritis, dan cermat. Peneliti membaca sumber data secara berulang untuk memahami dan menghayati secara kritis, utuh, dan menyeluruh terhadap sumber data. Hal ini bertujuan untuk mencermati dengan tepat isu-isu ekologi dan kearifan lokal lingkungan.

2. Peneliti membaca, menandai dan mencatat bagian-bagian dalam novel yang diangkat menjadi data. Langkah ini dipandu oleh rumusan masalah dan tujuan penelitian, yakni isu-isu ekologi dan kearifan lingkungan yang terdapat dalam novel Jalan Pulang karya Jazuli iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R.

(58)

46

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis model alir yaitu “Suatu proses analisi yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan yakni reduksi data, penyajian data dan pemeriksaan data kesimpulan atau verifikasi” (Milea dan Huberman, 1998: 15-21). Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1. Menganalisis data dengan teknik menandai sekaligus mencatat bagian-bagian dari novel yang mengandung isu-isu ekologi dan kearifan lokal lingkungan.

2. Reduksi data yang meliputi seleksi dan klasifikasi cerita yang akan dianalisis, kemudian menyeleksi bagian-bagian tersebut diidentifikasikan sesuai dengan permasalahan isu-isu ekologi dan kearifan lokal lingkungan.

3. Penyajian data meliputi penataan, pengkodean dan analisis data. Setelah data terkumpul, baru diadakan analisis terhadap isu-isu ekologi dan kearifan lokal lingkungan. Adapun tahap-tahap dalam menganalisis data tersebut adalah peneliti membaca berulang kali dan memahami isi Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R. Permasalahan yang dirumuskan yaitu mengelompokkan bentuk kearifan lokal lingkungan yang terdiri atas sikap hormat terhadap alam, sikap tanggung jawab moral terhadap alam, sikap solidaritas terhadap alam, sikap kasih sayang terhadap alam, dan sikap tidak mengganggu kehidupan adalah alam. Secara

(59)

bertahap hasil analisis data yang telah diklasifikasikan diperiksa dengan membaca berulang sehingga akan diperoleh data yang lengkap.

4. Verifikasi data dengan bantuan pendapat para pakar.

5. Penarikan simpulan sementara sesuai dengan hasil analisi yaitu berupa isu-isu ekologi dan kearifan lokal lingkungan.

6. Menyusun hasil karya akhir yang berupa isu-isu ekologi dan kearifan lokal lingkungan dalam Novel Jalan Pulang Karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R.

F. Teknik Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data sangat berarti dalam suatu penelitian tujuannya merupakan data yang telah diteliti betul-betul bisa dipertanggungjawabkan. Moleong (2010:171) “Keabsahan data ialah konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitasi) serta keandalan (reabilitas) menurut versi ‘positivisme’ dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria serta paradigma sendiri.

Keabsaan data penelitian dipertanggungjawabkan lewat validitasi serta reabilitas data, penelitian ini memakai uji validitasi deskriptif, deskriptif dalam penelitian ini dicoba dengan mengamati data yang berupa satuan kata, kalimat, wacana, dialog, monolog, interaksi antar tokoh dan

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., yang telah memberikan berkah-Nya sehingga penulis menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Cinta Suci Zahrana

Puji syukur dipamjatkat pada ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis dengan judul “ Kajian Stabilisasi Tanah

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah, Muhammad sallahhi ‘alaihi wasallam,

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peristiwa Tutur Sastra Lisan:

Ucap syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah- Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Anomali

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Maha Segalanya, berkat bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Autentisitas Subjek Dalam Novel Dilan

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT/Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikan Tesis dengan judul “Kajian Kritik Foto