1.1
Latar Belakang………. ... 1
1.2
Perumusan Masalah... 8
1.3
Tujuan Penelitian... 8
1.4
Manfaat Penelitian... 8
BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 10
2.1 Penelitian Terdahulu... 10
2.2 Landasan Teori... 11
2.2.1 Pengertian Pemasaran... 11
2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran... 13
2.2.3 Merek (Brand) ... 15
2.2.4 Kepercayaan Merek... 17
2.2.5 Loyalitas Merek (Brand Loyaly)... 21
2.2.5.1 Tingkat Loyalitas Merek... ………… 26
2.2.6 Hubungan Kausalitas antara Kepercayaan Merek dengan
Loyalitas merek... 28
2.3 Kerangka Konseptual... ... 30
3.2.1 Pengukuran Variabel... ... 34
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 35
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.4 Teknik Analisa dan Uji Hipotesis ... 38
3.4.1 Teknik Analisis... ... 38
3.4.2 Pengujian Hipotesis ... 41
3.4.2.1 Asumsi Model (Structual Equation Modelling) 41
3.4.2.2 Pegujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ….. ... 43
3.4.2.3 Evaluasi Model ... 45
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
47
4.1
Deskriptif Obyek Penelitian...47
4.1.1
Analisis Karakteristik Responden...47
4.1.2
Deskripsi Brand Characteristic...48
4.1.3
Deskripsi Company Characteristic...49
4.1.4
Deskripsi Consumer-Brand Characteristic...50
4.1.5
Deskripsi Brand Loyalty dan Indikatornya...51
4.2
Analisis Data...52
4.2.1
Evaluasi Outlier...52
4.2.6
Evaluasi Multicolinearity atau Singularity...58
4.2.7
Evaluasi One-Step Approach to SEM...58
4.2.8
Uji Kausalitas...62
4.3
Pembahasan...63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan...69
5.2
Saran...,69
Gambar 3.2 Contoh Model Pengukuran Faktor Loyalitas Merek...40
Gambar 4.1 Model Pengukuran Struktural Brand Trust dan Brand Loyalty 59
Gambar 4.2 Model Pengukuran Struktural Brand Trust dan Brand Loyalty 60
Tabel 1.2 Data Penjualan Biore...3
Tabel 1.3 Data Keluhan Pelanggan Biore...6
Tabel 4.1 Usia Responden...47
Tabel 4.2 Pekerjaan Responden...48
Tabel 4.3 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand
Characteristic...48
Tabel 4.4 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Company
Characteristic...49
Tabel 4.5 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand-Consumer
Characteristic...50
Tabel 4.6 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand Loyalty 51
Tabel 4.7 Uji Outlier Multivariate...53
Tabel 4.8 Evaluasi Reliabilitas...54
Tabel 4.9 Evaluasi Validitas...55
Tabel 4.10 Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted...56
Tabel 4.11 Normalitas Data...57
Tabel 4.12 Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices One-Step Approach
Base
Model...59
Tabel 4.13 Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices...60
Tabel 4.18 Frekuensi dan Faktor Loading Brand-Consumer Characteristic 66
Tabel 4.18 Frekuensi dan Faktor Loading Brand Loyalty...67
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha saat ini menghadapi persaingan yang harus dihadapi. Persaingan yang dikarenakan kondisi ekonomi yang tidak menentu menyebabkan para pelaku ekonomi harus bisa menunjukkan jati dirinya. Dulu orang menganggap tujuan utama pemasar ialah mencapai kepuasan maksimal pelanggan , namun tujuan seperti itu sudah bergeser karena yang lebih penting justru loyalitas konsumen terhadap produk. Alasannya dengan memilki basis pelanggan yang loyal terhadap produk mereka sama artinya dengan memperoleh kepastian meraih pendapatan di masa depan.
Dengan semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan akan memberikan tempat bagi masyarakat untuk berbelanja barang yang sesuai dengan keinginan mereka. Yang mana sekarang semakin banyak produk yang dihasilkan oleh perusahaan dengan bermacam-macam kualitas dan model, sehingga semakin bebas pula konsumen memilih produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Dari perspektif pemasaran pada situasi persaingan demikian, maka agar dapat keluar sebagai pemenang manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mendesain dan mengimplementasikan strategi pemasaran yang mampu menciptakan, mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap mereknya.
Berikut adalah tabel data Brand Value kategori sabun cair: Tabel 1.1 Data Brand Value
Merek 2007 2008 2009
Lux 238,3 39,0 69,1
Lifeboy 190,5 37,4 48,3
Biore 53,2 18,8 4,5
Dove 18,2 11,2 34,6
Dettol 15,1 10,8 -
Hal lain adalah data penurunan penjualan sabun mandi cair Biore selama 3 bulan terakhir yaitu dari bulan Januari – Maret di Giant Sun City Sidoarjo dapat dilihat di tabel sebagai berikut:
Tabel 1. 2 Data Penjualan Biore
SALES 2010
PENJUALAN Januari Februari Maret
Biore Active Deodorant 136 114 93 Biore Ddaily Antiseptic 141 243 127
Biore Pure Mild 215 189 158 Biore Sakura Sensation 136 77 91 Biore Sparkling Apple 188 74 74 Biore Energizing
Coolmint 112 115 95
Biore Relaxing Aromatic 244 144 140 Biore Whitening Scrub 270 188 191 Biore Healthy Plus 79 201 104
Total 1521 1345 1073
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa Biore mengalami penurunan
sebesar 18,8 serta pada tahun 2009 yang hanya 4,5. Ini tandanya kemungkinan Biore mendapatkan konsumen baru sangat kecil. Berbeda dengan Lux yang menjadi jawaranya dengan BV sebesar 69,1.
Sedangkan penurunan penjualan Biore di Giant Sun City Sidoarjo yang dapat kita lihat dari tabel juga menunjukkan bahwa Biore mengalami penurunan penjualan selama bulan Januari sampai dengan bulan Maret. Berdasarkan data dari manajemen Giant Sun City, selama bulan Januari sampai dengan Maret mendapatkan daftar keluhan pelanggan berkaitan dengan produk yang dipakai, salah satunya adalah sabun mandi cair Biore. Berikut adalah keluhan-keluhan yang diterima manajemen Giant Sun City kategori Body Care mengenai sabun mandi cair Biore:
1. Kualitas Produk
a. Scrub Biore terlalu kasar sangat rentan terhadap kulit yang sensitif. b. Varian sabun mandi cair Biore yang kurang bervariasi membuat
para pelanggan bosan.
c. Biore menjadikan kulit kering namun juga tidak mampu mengatasi kulit yang berminyak.
d. Terdapat efek residu berupa daki putih yang timbul setelah menggunakan sabun mandi cair Biore.
e. Setelah pemakaian Biore terkadang kulit menjadi kering dan kusam.
g. Sabun mandi cair Biore kurang mempunyai varian perpaduan aroma terapi dan aroma buah.
2. Promosi
a. Bintang iklan sabun mandi cair Biore yang kurang digemari pelanggan.
b. Sabun mandi cair Biore jarang mengadakan event untuk memperkenalkan lebih jauh tentang sabun mandi cair Biore.
c. Sabun mandi cair Biore jarang melakukan promo berupa bentuk hadiah baik langsung maupun hadiah undian.
3. Harga
a. Harga sabun mandi cair Biore yang sedikit lebih mahal dari merek sabun mandi cair yang lain.
b. Biore tidak memproduksi sabun dengan kemasan ekonomis dengan harga yang terjangkau.
4. Desain Produk
a. Kemasan sabun mandi cair Biore yang botol kurang nyaman untuk dipegang.
b. Kemasan isi ulang Biore yang mudah tumpah merepotkan para pelanggan.
Dari beberapa jenis keluhan di atas, dapat ditabulasikan dalam tabel berikut:
Tabel 1.3 Data Keluhan Pelanggan Biore
Bulan
Jenis Komplain Januari Februari Maret
Kualitas Produk 4 7 3
Promosi 1 2 2
Harga 3 3 2
Desain Produk 2 4 5
Jumlah 10 16 12
Kualitas produk yang baik akan menciptakan dan mempertahankan kepercayaan konsumen terhadap merek serta menjadikan konsumen yang loyal. Karakteristik konsumen yang loyal adalah selalu melakukan pembelian ulang secara terus-menerus. Kesetiaan merek sebagai kebijakan seorang konsumen yang menunjukkan sikap positif terhadap suatu merek.
Brand Loyalty dapat terbentuk karena Habitual Buyer (kebiasaan), ini dapat dilihat dari kebiasaan konsumen yang membeli merek yang sama secara berulang kali maka pembelian tersebut tidak lagi melalui pengambilan keputusan yang panjang. Sehingga Habitual Buyer
berpengaruh terhadap Brand Loyalty (kesetiaan merek).
tersebut. Dengan adanya Commited pada suatu merek maka akan tercipta loyalitas merek (Brand Loyalty).
Faktor lain yang mempengaruhi Brand Loyalty (kesetiaan merek) adalah Liking of The Brand (kesukaan). Tingkat kesukaan tersebut dapat diukur dari timbulnya kesukaan terhadap merek tersebut sampai ada kepercayaan pada merek tersebut yang berkenaan dengan performance
dari produk tersebut. Karena konsumen tidak akan setia terhadap suatu merek apabila tidak menyukai merek tersebut.
Upaya penciptaan kepercayaan serta loyalitas merek harus selalu diikuti dengan evaluasi terhadap tingkat loyalitas konsumennya, manajemen perusahaan akan dapat menentukan strategi pemasaran yang akan digunakan pada masa akan datang dengan baik. Upaya tersebut dilakukan agar perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain serta mempertahankan dan meningkatkan tingkat loyalitas yang tinggi dari konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah Kepercayaan Merek berpengaruh terhadap Loyalitas Merek pada konsumen sabun mandi cair Biore.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Kepercayaan Konsumen terhadap Loyalitas Merek pada konsumen sabun mandi cair Biore.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis atau peneliti
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan penelitian yang selanjutnya berhubungan dengan loyalitas merek.
b. Bagi perusahaan
c. Bagi Universitas
Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang berkepentingan serta menambah literatur perpustakaan sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan.
UMMU MA’NUNA
0712010234/FE/EM
ABSTRAKSI
Dalam perkembangan dunia usaha saat ini menghadapi persaingan yang harus
dihadapi oleh para pemasar. Loyalitas konsumen terhadap merek adalah salah satu
tujuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan. Salah satu kunci
dari loyalitas merek adalah
commited
yaitu bentuk kepercayaan konsumen terhadap
sutu merek. Kualitas produk yang baik akan menciptakan dan mempertahankan
kepercayaan konsumen terhadap merek serta menjadikan konsumen yang loyal.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas
Merek pada sabun mandi cair Biore.
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen sabun mandi cair Biore di
Giant SunCity Sidoarjo. Penelitian ini dilakukan menggunakan teknik
Purposive
Sampling
yaitu teknik pengambilan sampel dengan pemilihan sampel berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang . teknik
analisis yang digunakan dalam peneitian ini adalah
Structural Equation
Modelling(SEM)
dengan program AMOS 4.01.
Berdasarkan uji kausalitas factor kepercayaan merek berpengaruh positif
terhadap faktor loyalitas merek dengan nilai probabilitas sebesar 0,097
≤
0,10.
c. Bagi Universitas
Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang berkepentingan serta menambah literatur perpustakaan sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Gede Riana yang melakukan penelitian tentang loyalitas merek dengan judul penelitian “Pengaruh Trust In Brand terhadap Brand Loyalty Pada Konsumen Air Minum Aqua Di Kota Denpasar” dengan kesimpulan bahwa variable Trust In Brand yang meliputi brand characteristic, company characteristic dan consumer characteristic berpengaruh positif terhadap Brand Loyalty.
Anton Setyawan juga pernah melakukan penelitian tentang loyalitas merek dengan judul penelitian ”Peran Kepercayaan Pada Merek Dan Kepuasan Dalam Menjelaskan Loyalitas Pada Merek (Studi Empirik Pada Konsumen Telepon Seluler)” dengan kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahwa kepercayaan konsumen pada perusahaan adalah salah satu
2. Kepuasan konsumen akan mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap loyalitas pada merek. Kepuasan adalah gap antara janji yang disampaikan pemasar dengan layanan konsumen yang diterima. Hal ini memberikan gambaran pada perusahaan produsen telepon seluler agar senantiansa memenuhi janji yang mereka sampaikan pada konsumen mereka dalam kampanye iklan yang mereka lakukan.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Pemasaran
Telah banyak ahli yang mengemukakan definisi tentang pemasaran, walaupun kelihatan agak berbeda, tetapi sebenarnya mempunyai arti yang sama. Perbedaan ini disebutkan mereka dengan meninjau pasar dari segi yang berbeda. Marketing berasal dari kata market yang berarti pasar. Banyak definisi yang diberikan para ahli, namun pada umumnya semua berpendapat bahwa kegiatan atau aktivitas marketing bukan hanya sekedar menjual barang dan jasa, melainkan mempunyai pengertian yang lebih luas lagi.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan untuk mencapai laba yang diinginkan. Pemasaran juga merupakan salah satu kegiatan dalam perekonomian yang sangat penting bagi perusahaan, karena membantu dalam penciptaan nilai ekonomis dari suatu barang dan jasa.
American Marketing Assosiation (Lamb, 2001 : 6) ”Marketing is the process of planning and executing the conception, pricing, promotion,
and distribution of ideas, goods, and services create exchanges that satisfy
individual organizational goals”. Artinya bahwa pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Maynard and Beckman dalam bukunya Principles of Marketing (Alma, 2000 : 1) menyatakan bahwa “Marketing embraces all business activities involved in the flow of goods and services from physical
production to comsumtion”, yang berarti bahwa pemasaran adalah segala usaha yang meliputi penyaluran barang dan jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi.
Penjelasan diatas sejalan dengan William J. Stultz menyebutkan “Marketing or distribution is the performance of business activities that
direct the flow of goods and services from producers to consumer or
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan pelaksanaan dari harga, promosi, distribusi atas barang atau jasa dalam rangka memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran.
2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran terjadi apabila sekurang-kurangnya satu pihak dari pertukaran potensial memikirkan cara untuk mendapatkan tanggapan dari pihak lain yang sesuai dengan yang dikehendakinya. Tugas manajemen pemasaran untuk memilih dan melaksanakan kegiatan pemasaran yang dapat membantu dalam pencapaian tujuan perusahaan, serta dalam menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pemasaran harus dikoordinasi dan dikelola dengan baik.
Banyak pengertian yang diberikan mengenai manajemen pemasaran salah satunya definisi menurut Basu Swasta (1983 : 7) manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju, dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut William J.Shultz (1961 : 160) ”Marketing management is the planning, direction, and control of the entire marketing activity of
division of a firm ”. Artinya manajemen pemasaran adalah merencanakan, pengarahan, pengawasan seluruh kegiatan pemasaran perusahaan ataupun bagian dari perusahaan.
Sedangkan menurut Indriyo (2002 : 3) manajemen pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang direncanakan dengan baik, diorganisasikan, dikoordinasikan serta diawasi yang akan membuahkan hasil yang memuaskan .
Menurut Kotler (1996 : 11) manajemen pemasaran merupakan analisis, perencanaan, dan pengawasan program-program yang dirancang untuk menciptakan, membuat, dan menangani pertukaran yang menguntungkan dengan para pembeli sasaran dengan maksud agar meraih tujuan perusahaan, seperti keuntungan, laju penjualan, bagian pasar dan sebagainya.
Winardi (1981 : 113) manajemen pemasaran adalah analisa, perencanaan, implementasi, dan pengawasan program-program yang dirancangkan dengan tujuan untuk menimbulkan pertukaran-pertukaran yang diinginkan dengan pasar-pasar yang menjadi tujuan, guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris.
pemasaran yang dilakukan perusahaan. Kegiatan ini bertujuan menimbulkan pertukaran yang diinginkan, baik yang menyangkut barang dan jasa atau benda-benda lain yang dapat memenuhi kebutuhan psikologis, sosial dan kebudayaan. Proses pertukaran dapat ditimbulkan baik oleh pengaruh maupun pembeli yang menguntungkan kedua belah pihak.
2.2.3 Merek (Brand)
Menurut American Marketing Assosiation (Kotler, 1996 : 63) merek adalah sebuah istilah, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau kelompok penjual untuk membedakannya dari produk pesaing.
Stanton (1985 : 269) merek adalah nama, istilah simbol, atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasi barang atau jasa yang ditawarkan penjual.
Menurut Keegan et al (Ferrina 2008 : 137) berpendapat bahwa merek adalah sejumlah citra dan pengalaman dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang dijanjikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu.
merek juga dapat menghantarkan manfaat tambahan seperti manfaat ekspresi diri pengguna dan manfaat emosional.
Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen mengenai sumber produk tersebut. Di samping itu, merek melindungi baik konsumen maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik.
Merek dapat memiliki enam level pengertian ( Kotler , 1996:63), yaitu sebagai berikut:
1. Atribut
Merek mengingatkan pada atribut tertentu. Mercedes memberi kesan sebagai mobil yang mahal , dibuat dengan baik, dirancang dengan baik, tahan lama, dan bergengsi tinggi.
2. Manfaat
Bagi konsumen, kadang sebuah merek tidak sekedar menyatukan atribut , tetapi manfaat. Mereka membeli produk tidak membeli atribut, tapi membeli manfaat. Atribut yang dimiliki produk dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau emosional
3. Nilai
Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi, mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.
Merek juga mewakili budaya tertentu. Sebagai contoh mobil Mercedes Benz mewakili budaya Jerman yang mencerminkan budaya yang terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.
5. Kepribadian
Merek mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes mencerminkan kepribadian yang masuk akal (orang), singa yang memerintah(binatang) atau istana yang agung (objek).
6. Pemakai
Merek yang menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut . mercedes menunjukkan pemakainya diplomat atau eksekutif.
2.2.4 Kepercayaan Merek (Trust In Brand)
yang dipilih dapat melindungi, menjaga keselamatan, keamanan dan kepentingan konsumen.
Kepercayaan didefinisikan oleh Moorman et al (1993 : 82) sebagai keinginan untuk menggantungkan diri pada mitra bertukar yang dipercayai. Dalam hal ini kepercayaan diamsusikan sebagai kepercayaan terhadap orang atau pihak tertentu.
Kepercayaan secara umum dipandang sebagai unsur mendasar bagi keberhasilan relationship. Tanpa adanya kepercayaan suatu relationship tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Menurut Sutisna (2003 : 122), kepercayaan lebih mudah diubah daripada mengubah manfaat yang diinginkan. Kepercayaan terhadap merek lebih mudah diubah dengan melakukan kampanye iklan. Misalnya konsumen yang pada awalnya mempunyai kepercayaan yang rendah atas merek suatu produk, tetapi dengan kampanye iklan yang gencar, kepercayaan konsumen dapat meningkat. Sementara itu manfaat yang diinginkan sifatnya lebih tahan lama, telah melekat dan telah terinternalisasi daripada kepercayaan karena manfaat yang diinginkan lebih berkaitan dengan nilai-nilai konsumen.
Menurut Lau & Lee (1999) mendefinisikan kepercayaan terhadap sebuah merek adalah sebagai kesediaan konsumen untuk mempercayai dan mengandalkan merek dalam situasi resiko karena adanya ekspektasi bahwa merek bersangkutan akan memberikan hasil yang positif.
Morgan dan Hunt dalam Ferinadewi (2008 : 148) mengungkapkan bahwa kepercayaan adalah variabel kunci dalam mengembangkan keinginan yang tahan lama untuk terus mepertahankan hubungan jangka panjang dalam hal ini merek tertentu.
Hal penting bagi pemasar untuk mengetahui apakah pelanggan telah mempercayai mereknya atau belum adalah dengan melihat bagaimana sikap konsumen yang terbaca dari bagaimana pikiran, perasaan dan intensi sikap konsumen. Sikap meliputi 3 komponen yaitu kognitif, afektif dan konatifnya (Ferinadewi, 153 : 2000).
Pernyataan diatas sejalan dengan pernyataan Assael (1998) mengemukakan bahwa dalam mengukur kepercayaan terhadap merek diperlukan penentuan atribut dan keuntungan dari sebuah merek. Pembahasan tentang kepercayaan terhadap merek akan lebih lengkap dengan menjelaskan tentang tiga komponen sikap, antara lain:
1. Kepercayaan sebagai Komponen Kognitif
2. Kepercayaan sebagai Komponen Afektif
Sikap konsumen yang kedua adalah evaluasi terhadap merek. Komponen ini merepresentasikan evaluasi konsumen secara kesekuruhan terhadap merek. Kepercayaan konsumen terhadap sebuah merek bersifat multidimensional karena hal itu terkait dengan atribut produk yang diterima di benak konsumen. Kepercayaan terhadap merek menjadi relevan pada saat hal itu berpengaruh pada evaluasi terhadap merek.
3. Kepercayaan sebagai Komponen Konatif
Komponen ketiga dari sikap adalah dimensi konatif yaitu kecenderungan konsumen untuk berperilaku terhadap sebuah obyek, dan hal ini diukur dengan niat untuk melakukan pembelian.
Menurut Lau dan Lee (1994 : 44), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Ketiga faktor yang mempengaruhi ini berhubungan dengan tiga entitas yang tercakup dalam hubungan antara merek dan konsumen. Adapun ketiga faktor tersebut adalah merek itu sendiri, perusahaan pembuat merek, dan konsumen. Lau dan Lee juga menyatakan bahwa kepercayaan terhadap merek akan menimbulkan loyalitas merek. Hubungan ketiga faktor tersebut dengan kepercayaan merek dapat dijelaskankan sebagai berikut:
1. Karakteristik Merek (Brand characteristic)
suatu merek. Hal ini desebabkan oleh konsumen melakukan penilaian sebelum membeli. Karakteristik ini meliputi merek dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan berkompeten.
2. Karakteristik Perusahaan (Company Characteristic)
Company characteristic yang ada dibalik suatu merek juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhdap merek tersebut. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu produk merupakan dasar awal pemahaman konsumen terhadap merek suatu produk. Karakteristik ini meliputi reputasi suatu perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan, dan integritas perusahaan.
3. Karakteristik Konsumen – Merek (Consumer - Brand Characteristic) Consumer - Brand Characteristic merupakan dua kelompok yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu karakteristik konsumen – merek dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Karakteristik ini meliputi kemiripan antara konsep emosional konsumen dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek, serta pengalaman terhadap merek.
2.2.5 Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
perusahaan itu sebagai perusahaan yang baik bila konsumen dalam melakukan pembelian pertama dari perusahaan merasa puas dan setelah pembelian pertama konsumen mempunyai keinginan untuk melakukan pembelian berikutnya (Kotler, 2004 : 80).
Aaker (1997 : 56) mendefinisikan loyalitas merek (brand loyalty) sebagai suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain yang ditawarkan oleh kompetitor, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lainnya. Seorang pelanggan yang sangat loyal kepada suatu merek tidak akan dengan mudah memindahkan pembeliannya ke merek lain, apa pun yang terjadi dengan merek tersebut. Bila loyalitas pelanggan terhadap suatu merek meningkat, kerentanan kelompok pelanggan tersebut dari ancaman dan serangan merek produk pesaing dapat dikurangi. Dengan demikian, brand loyalty merupakan salah satu indikator inti dari brand equity yang jelas terkait dengan peluang penjualan, yang berarti pula jaminan perolehan laba perusahaan di masa mendatang.
merek yang diakumulasi dalam jangka waktu tertentu sebagaimana persepsi kualitas produk.
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Sumarwan (2004 : 326) bahwa loyalitas merek diartikan sebagai sikap positif seorang konsumen terhadap suatu merek. Konsumen memiliki keinginan kuat untuk membeli ulang merek yang sama pada saat sekarang maupun masa datang.
Menurut Assael (1992 : 87) Brand Loyalty : "Brand Loyalty represents a favorable attitude toward and consistent purchase of a single
brand over time." Bahwa kesetiaan merek menggambarkan sebuah sikap yang positif dan melakukan pembelian terhadap merek tersebut secara berulang-ulang.
Sedangkan menurut Sutisna (2003 : 41) loyalitas merek adalah sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepangjang waktu.
alternatif merek produk pesaing yang menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul dipandang dari berbagai sudut atributnya. Bila banyak pelanggan dari suatu merek masuk dalam kategori ini berarti merek tersebut memiliki brand equity yang kuat.
Sedangkan menurut Peter dan Olson (1999 : 381) adalah ”Brand Loyalty is an intristic commitment to repeadly purchase a particular
brand. It is differentiated from repeat purchase behaviour because the
latter focuses only on the behavioral action without concern for the
reasons for the habitual response”. yang artinya adalah loyalitas merek adalah bentuk dari kepercayaan konsumen untuk melakukan pembelian ulang para merek yang sama.
Griffin (2003 : 4) Brand Loyalty adalah sebagai berikut ” A loyal consumer is one who makes regular repeat purchase, purchase accros
product and service lines, refers others, demonstrates ang immunity to the
Loyalitas merek mempunyai beberapa fungsi pemasaran, menurut Durianto et al (2001 : 127) loyalitas memiliki fungsi dalam hal pemasaran, antara lain:
1. Mengurangi Biaya Pemasaran (Reduced Marketing Cost)
Adanya brand loyalty kaitan dengan biaya pemasaran. Biaya pemasaran akan lebih murah terutama dalam mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan pelanggan baru. Jadi biaya pemasaran akan menjadi kecil jika brand loyalty meningkat.
2. Meningkatkan Perdagangan (Trade Leverage)
Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan peningkatan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran. Semakin biasa konsumen membeli suatu produk , maka semakin tinggi frekuensi pembelian konsumen tersebut, yang pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan.
3. Menarik Pelanggan Baru (Attracting New Customer)
4. Memberi Waktu Untuk Merespon Ancaman Pesaing (Provide Time to Respon to Competetive Threats)
Brand loyalty akan akan memberikan waktu pada perusahaan yang merespon gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing mengembangkan produk baru dan unggul , maka pelanggan yang loyal akan memberikan waktu pada perusahaan untuk memperbarui produk yang dihasilkan dengan cara menyesuaikan atau mengadakan inovasi untuk dapat mengungguli produk baru pesaing.
2.2.5.1Tingkat Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
Dalam kaitannya dengan loyalitas merek terdapat beberapa tingkatan loyalitas. Masing-masing tingkatannya menunjukkan tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan. Adapun tingkatan tersebut menurut Durianto et al (2001) adalah:
1. Switcher (Konsumen yang berpindah-pindah)
Pelanggan yang berada pada tingkat switcher loyalty adalah pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar pada piramida brand loyalty pada umumnya. Pelanggan dengan switcher loyalty memiliki perilaku sering berpindah pindah merek, sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik dengan merek-merek yang dikonsumsi. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah membeli suatu produk karena harganya murah atau karena insentif lain.
Habitual buyer merupakan aktivitas rutin konsumen dalam membeli suatu merek produk, meliputi proses pengambilan keputusan pembelian dan kesukan terhadap merek produk tersebut. Pelanggan yang berada pada tingkatan habitual buyer dapat dikategorikan sebagai pelanggan yang puas dengan merek produk yang dikonsumsi atau setidaknya pelanggan tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek tersebut.
3. Satisfied Buyer (Konsumen yang puas dengan pembelian yang dilakukan )
Pada tingkatan satisfied buyer , pelanggan suatu merek masuk dalam kategori puas bila pelanggan mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja pelanggan memindahkan pembelian ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu , uang atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan pelanggan beralih merek.
4. Liking of the Brand (Menyukai merek)
ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan ke dalam suatu yang lebih spesifik.
5. Commited Buyer (Konsumen yang komit terhadap merek yang dibeli) Commitment yaitu perasaan bahwa produk yang dikonsumsi mampu melahirkan komunikasi dan interaksi di antara pelanggan yang ada (Aaker, 1991, Herizon & Maylina, 2003). Pada tahapan loyalitas commited buyer pelanggan merupakan suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi penting bagi pelanggan dipandang dari segi fungsi maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya dari pelanggan . pada tingktan ini, salah satu aktualiasasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasi dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain.
2.2.6 Hubungan Antara Kepercayaan Merek Dengan Loyalitas Merek
(Brand Loyalty)
Pernyataan diatas sesuai dengan penelitian Ballester dan Alleman (2001) yang menyatakan bahwa para pemasar harus mampu membangun kepercayaan pelanggan pada mereknya, karena kepercayaan konsumen terhadap merek berpengaruh positif terhadap loyalitas merek. Ketika seorang monsumen percaya terhadap suatu merek maka loyalitas merek akan muncul dengan sendirinya.
2.3 Kerangka Konseptual
Kepercayaan Merek
(X)
Loyalitas Merek
2.4 Hipotesis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut (Natsir, 1999 : 152).
Pada penelitian ini, variabel beserta definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut:
A. Variabel Bebas
Kepercayaan Merek (X)
Brand Trust (kepercayaan pada merek) merupakan perasaan aman yang dimiliki akibat dari interaksinya dengan sebuah merek, yang berdasarkan persepsi bahwa merek tersebut dapat diandalkan dan bertanggung jawab atas kepentingan dan keselamatan pelanggan. Kepercayaan merek dapat diukur dengan (Gede Riana :2008 ):
1. Karakteristik Merek (X1), indikator-indikator yang dapat digunakan meliputi:
2. Biore merupakan merek sabun mandi cair yang konsisten dengan kualitasnya (X1.2)
3. Biore merupakan merek sabun mandi cair yang sangat dapat memenuhi kebutuhan (X1.3)
2. Karakteristik Perusahaan (X2), indikator-indikator yang dapat digunakan meliputi:
1. Kepercayaan konsumen terhadap PT. KAO selaku perusahaan yang memproduksi sabun mandi cair Biore (X2.1)
2. Sebagai perusahaan yang memproduksi sabun mandi cair Biore PT. KAO selalu memberikan perhatian terhadap para konsumennya (X2.2)
3. Sebagai produsen Biore PT. KAO tidak pernah melakukan penipuan terhadap para konsumennya.
3. Karakteristik Konsumen – Merek (X.3), indikator-indikator yang dapat digunakan meliputi:
1. Ada kesamaan dari merek Biore dengan emosi konsumen (X.3.1)
2. Biore merupakan merek sabun mandi cair favorit konsumen (X.3.2)
B. Variabel Terikat Loyalitas Merek (Y)
Loyalitas merek (Brand Loyalty) merupakan sikap setia dari pelanggan terhadap produk sabun mandi cair Biore dimana sikap setia ini diwujudkan pada pembelian ulang sabun mandi cair Biore yang konsisten. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur loyalitas pelanggan terhadap merek adalah (Durianto et al, 2001): 1. Switcher , kebiasaan pelanggan yang sering berpindah merek sabun
mandi cair. (Y1)
2. Habitual Buyer, kebiasaan pelanggan yang cenderung membeli sabun mandi cair Biore. (Y2)
3. Satisfied Buyer with Switching Cost, besarnya pengorbanan atau resiko apabila seseorang berganti pilihan membeli merek lain terdiri dari perasaan rugi jika pindah ke merek lain. (Y3)
4. Liking of The Brand, kesukaan terhadap merek Biore dibandingkan dengan sabun mandi cair merek lain. (Y4)
5. Commited Buyer, perasaan bangga menggunakan merek Biore serta merekomendasikan kepada pelanggan lain. (Y5)
3.1.2 Pengukuran Variabel
dinyatakan dengan pecahan. Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang mempunyai sifat yang saling bertentangan dalam rentang dua sisi.
Skala semantic differential mempunyai skala jenjang 7 poin dengan pola sebagai berikut:
Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberikan skor yang berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan nilai 7 pada masing-masing skala, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 merupakan nilai tertinggi. Jawaban dengan nilai antara 1 - 4 berarti kecenderungan untuk tidak menyetujui pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban dengan nilai 5 – 7 berarti kecenderungan untuk menyetujui pernyataan yeng diberikan.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen sabun cair Biore di Giant SunCity Sidoarjo.
1 7
Sangat tidak setuju
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari observasi yang dipilih dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pemilihan sampel berdasarkan kriteria – kriteria tertentu. Mengenai kriterianya adalah sebagai berikut:
1. Responden minimal berusia 17 tahun 2. Responden berjenis kelamin wanita
Dalam hal ini jenis pengambilan sampel didasari oleh asumsi SEM (Structural Equation Modeling) yang menyatakan bahwa besarnya sampel yaitu 5 – 10 kali parameter yang diestimasi. Parameter yang diestimasi adalah 14, sehingga jumlahnya adalah 70 – 140 responden. Untuk analysis multivariate jumlah sampel minimum adalah 100 responden.
Pedoman pengumpulan sampel menurut Ferdinand (2002 : 48): 1. 100 – 200 sampel untuk teknik maksimum likehood estimation. 2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya
adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
10. Bila estimed parameternya berjumlah 20, maka jumlah sampel minimum adalah 100.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer
Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden di Sidoarjo khususnya di Giant SunCity Sidoarjo, untuk mengetahui persepsi konsumen yang membeli sabun mandi cair Biore terhadap manfaat yang diperoleh. 2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari perusahaan yaitu Giant SunCity Sidoarjo dan Majalah SWA.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari konsumen yang melakukan pembelian produk sabun mandi cair Biore di Giant SunCity Sidoarjo.
c. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui: 1. Kuesioner
a. Menyebarkan kuesioner kepada para responden khususnya para pelanggan Giant SunCitySidoarjo.
b. Menjelaskan dan membimbing responden tentang cara pengisian kuesioner dan memberikan jawaban jika ada pertanyaan dari responden yang kurang jelas.
c. Kuesioner yang telah diisi oleh responden dikumpulkan dan disortir sesuai dengan kebutuhan pengolahan data.
2. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung kepada responden. Teknik ini dilakukan untuk menanggapi responden yang kurang jelas dalam menjawab kuesioner dan merupakan cara untuk mencari informasi atau bertanya tentang hal yang diinginkan dalam penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari pihak marketing sales Giant SunCity Sidoarjo.
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1 Teknik Analisis
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur. Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh faktor kepercayaan merek dilakukan sebagai berikut:
Persamaan dimensi faktor kepercayaan merek: X1.1 = λ1 Faktor Kepercayaan Merek + er_1 X1.2 = λ2 Faktor Kepercayaan Merek + er_2 X1.3 = λ3 Faktor Kepercayaan Merek + er_3
Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalnya melalui confirmatory factor analisys, maka model pengukuran dengan contoh faktor kepercayaan merek akan nampak sebagai berikut:
1 er_1
1 er_2
[image:47.612.159.394.432.552.2]1 er_3
Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukur Faktor Kepercayaan Merek Keterangan : (lihat daftar pertanyaan)
X1.1 = pertanyaan tentang karakteristik merek
X1.2 = pertanyaan tentang karakteristik perusahaan X1.3 = pertanyaan tentang karakteristik konsumen - merek
Kepercayaan Merek
X1.1
X1.2
er_1
er_2
er_3
er_4
er_5
[image:48.612.174.415.295.452.2]Demikian juga faktor lain yaitu loyalitas merek.
Gambar 3.2 : Contoh Model Pengukuran Faktor Loyalitas Merek Keterangan :
Y1.1 = pertanyan tentang Switcher
Y1.2 = pertanyaan tentang Habitual Buyer Y1.3 = pertanyaan Satisfied Buyer
Y1.4 = pertanyaan Liking of the Brand Y1.5 = pertanyaan tentang Commited Buyer
er_j = error term Y5j
Y1.4
Y1.5 Y1.3 Y1.2 Y1.1
3.4.2 Pengujian Hipotesis
3.4.2.1Asumsi Model (Structural Equation Modelling)
1. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
a. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.
b. Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standart errornya dan Skewness value yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikansi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.
c. Normal Probability Plot (SPSS 10.1).
d. Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.
2. Evaluasi atas Outlier
a. Mengmati nilai Z-score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier. b. Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada
[ΣStandardize Loading ] [ΣStandardize Loading ] + Σεj ]
c. Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrem untuk sebuahariable tunggal atau variable kombinasi. (Hair, 1998)
3. Deteksi Multicollinierity dan Singularity
Dengan mengamati determinant matriks covarians. Dengan ketentuan apabila Determinant sample matrix mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi multikolenieritas dan singularitas .
4. Uji Validitas dan Reabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.
Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap laten variabel / konstruk akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap observed variable dan latent varieble. Sedangakan reabilitas diuji dengan Construct Reability dan Variance Extracted. Construct Reabitily dan variance extracted dihitung dengan rumus sebagai berikut:
[ΣStandardize Loading ] Σ /Standardize Loading / + Σεj ]
Variance Extracted =
Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1- [Standardize Loading]. Secara umum, nilai construct reability yang dapat diterima adalah ≥ 0,7 dan variance Extracted ≥ 0,5 (Hair et al, 1998). Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weights terhadap setiap butir sebagai indikatornya.
3.4.2.2 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
a. Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Citical Ratio) atau p (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan. b. Pengujian model dengan Two-Step Approach
untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan model structural pada One step Approach (Hair et al, 1998). Yang dilakukan dalam two step approach to SEM adalah: estimasi terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model.cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan Two-Step Approach adalah sebagai berikut:
1. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstruk menjadi sebuah indikator summed-scale bagi setiap konstruk. Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandarisasi [Z-scores] dengan mean = 0 , deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut (Hair et al, 1998).
3.4.2.3 Evaluasi Model
Hair et al, 1998 menjelaskan bahwa pola confirmatory menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan good fit dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu poor fit dengan data. Amos dapat menguji apakah model good fit atau poor fit. Jadi, good fit model yang diuji sangat penting dalam penggunaan Structural Equation Modelling.
Tabel 3.4 : Goodness of Fit Indecess
GOODNESS OF FIT INDEX
CUT OF VALUE X² - Chi Square Menguji apakah covariance
populasi yang estimasi sama dengan covarians sample (apakah model sama dengan data).
Diharapkan kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.
Probabilty Uji signifikansi terhadap pebedaan matriks covariance data dan matriks covarians yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05
RMSEA Mengkompensasansi kelemahan Chi – Square pada sample besar.
≤ 0,08
GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sample yang dijelaskan oleh matriks covarians polulasi yang diestimasi (analog dengan R² dalam regresi berganda)
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≤ 2, 00 CMIND / DF Kesesuaian antara data dan model ≥ 0,95 CFI Uji kelayakan model yang tidak
sensitif terhadap besarnya sample dan kerumitan model
Sumber : Hair et al, (1998)
KETERANGAN
≥0,90
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Obyek Penelitian
4.1.1 Analisis Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini diidentifikasikan berdasarkan karakteristik responden yang meliputi usia serta pekerjaan responden. Dari 100 kuesioner yang terkumpul diperoleh data dengan perincian sebagai berikut:
a. Karakteristik berdasarkan usia responden Tabel 4.1 Usia responden
Usia Jumlah Prosentase
17 - 22 tahun 23 23%
23 - 28 tahun 29 29%
29 - 34 tahun 15 15%
35 - 40 tahun 19 19%
> 40 tahun 14 14%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data Kuesioner Diolah
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang dijadikan sebagai obyek penelitian ini sebanyak 100 responden yang sebagian besar responden 29% adalah berusia 23 – 28 tahun, sedangkan sebagian kecil adalah berusia >40 tahun yaitu sebesar 14%. Usia 17-22 tahun sebesar 23%, usia 29-34 tahun sebesar 15%, dan usia 35-40 tahun sebesar 19%.
b. Karakteristik berdasarkan pekerjaan responden Tabel 4.2 Pekerjaan Responden
Pekerjaan Jumlah Prosentase
Pelajar / Mahasiswa 25 25%
Pegawai Negeri 19 19%
Pegawai Swasta 34 34%
Lain-lain 22 22%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan table diatas, diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebesar 34% adalah pegawai swasta, pelajar/mahasiswa sebesar 25%, pegawai negeri sebesar 19%, dan lain-lain sebesar 22%.
4.1.2 Deskripsi Brand Characteristic
Tabel 4.3 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand Characteristic
Skor Jawaban
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 Skor
Merek sabun cair dengan 0 0 0 2 29 67 2 100 1 reputasi yang tinggi 0% 0% 0% 2% 29% 67% 2% 100%
Merek yang konsisten dengan 0 0 2 1 36 58 3 100
2 Kualitasnya 0% 0% 2% 1% 36% 58% 3% 100%
Merek yang dapat memenuhi 0 0 1 3 39 55 2 100
3 Kebutuhan 0% 0% 1% 3% 39% 55% 2% 100%
Sumber: Data Diolah
a. Indikator pertama dari Brand Characteristic yaitu merek sabun mandi cair dengan reputasi yang tinggi mendapatkan respon terbanyak dengan skor 6 sebanyak 67 responden (67%), kemudian terbanyak kedua pada skor 5 yaitu sebanyak 29 responden (29%) .
[image:56.612.166.537.346.486.2]responden (58%), kemudian terbanyak kedua pada skor 5 sebanyak 36 responden (36%).
c. Indikator ketiga dari Brand Characteristic yaitu merek yang dapat memenuhi kebutuhan mendapatkan respon terbanyak dari responden dengan skor 6 dengan 55 responden 55%, kemudian terbanyak kedua dengan skor 5 sebanyak 39 responden (39%).
4.1.3 Deskripsi Company Characteristic
Tabel 4.4 Frekuensi Hasil Jawban Responden Mengenai Company Characteristic
Skor Jawaban
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 Skor
Kepercayaan konsumen 0 0 0 1 40 58 1 100 1 terhadap perusahaan 0% 0% 0% 1% 40% 58% 1% 100%
Perusahaan selalu
memberikan 0 0 0 1 48 49 2% 100
2 perhatian kepada konsumen 0% 0% 0% 1% 48% 49% 2% 100% Perusahaan tidak pernah 0 0 0 1 38 60 1 100 3 melakukan penipuan 0% 0% 0% 1% 38% 60% 1% 100% Sumber: Data Diolah
[image:57.612.163.535.328.463.2]b. Indikator kedua dari Company Characteristic yaitu perusahaan selalu memberikan perhatian pada konsumen mendapatkan respon terbanyak dari responden dengan skor 6 sebanyak 49 responden (49%), kemudian terbanyak kedua dengan skor 5 sebanyak 48 responden 48%.
c. Indikator ketiga dari Company Characteristic yaitu perusahaan tidak pernah melakukan penipuan mendapatkan respon terbanyak dari responden dengan skor 6 sebanyak 60 responden 60%, kemudian terbanyak kedua dengan skor 5 sebanyak 38 responden (38%).
[image:58.612.165.539.379.518.2]4.1.4 Deskripsi Consumer – Brand Characteristic
Tabel 4.5 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Consumer Brand Characteristic
Skor Jawaban
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 Skor
Kesamaan merek Biore
dengan 0 0 0 0 34 62 4 100
1 emosi konsumen 0% 0% 0% 0% 34% 62% 4% 100% Biore merek sabun mandi cair 0 0 0 1 42 54 3% 100 2 favorit konsumen 0% 0% 0% 1% 42% 54% 3% 100%
Merek yang sesuai 0 0 0 2 43 54 1 100
3
dengan kepribadian
konsumen 0% 0% 0% 2% 43% 54% 1% 100%
Sumber: Data Diolah
a. Indikator pertama dari Consumer Brand Characteristic yaitu kesamaan merek Biore dengan emosi konsumen mendapatkan respon terbanyak dengan skor 6 sebanyak 62 responden (62%), kemudian terbanyak keduan dengan skor 5 sebanyak 34 responden (34%).
skor 6 sebanyak 54 responden (54%), kemudian terbanyak kedua dengan skor 5 sebanyak 42 responden (42%).
c. Indikator ketiga dari Consumer Brand Characteristic yaitu Biore sabun mandi yang sesuai dengan kepribadian konsumen mendapatkan respon terbanyak dengan skor 6 sebanyak 54 responden (54%), kemudian terbanyak kedua dengan skor 5 sebanyak 43 responden (43%).
[image:59.612.164.535.340.536.2]4.1.5 Deskripsi Brand Loyalty Dan Indikatornya
Tabel 4.6 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand Loyalty Skor Jawaban
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 Skor
Kebiasaan berpindah merek 0 0 1 2 55 42 0 100
1 sabun mandi 0% 0% 1% 2% 55% 42% 0% 100%
Kecenderungan memakai
sabun merek Biore 0 0 0 1 28 68 3% 100
2 0% 0% 0% 1% 28% 68% 3% 100%
Resiko jika berpindah merek 0 0 0 1 44 54 1 100
3 Sabun mandi 0% 0% 0% 1% 44% 54% 1% 100%
Kesukaan terhadap sabun 0 0 0 0 42 56 2 100
4 Biore 0% 0% 0% 0% 42% 56% 2% 100%
Perasaan bangga
menggunakan Biore 0 0 0 0 37 62 1 100
5 0% 0% 0% 0% 37% 62% 1% 100%
Sumber: Data Diolah
a. Indikator pertama dari Brand Loyalty yaitu kebiasaan berpindah merek mendapatkan respon terbanyak dengan skor 5 sebanyak 55 responden (55%), kemudian terbanyak kedua dengan skor 6 sebanyak 6 sebanyak 42 responden (42%).
dengan skor 6 sebanyak 68 responden (68%), kemudian terbanyak kedua dengan skor 5 sebanyak 28 responden (28%).
c. Indikator ketiga dari Brand Loyalty yaitu resiko jika berpindah merek sabun mandi mendapatkan respon terbanyak dari responden dengan skor 54 responden (54%), kemudian terbanyak kedua dengan skor 5 sebanyak 44 responden (44%).
d. Indikator keempat dari Brand Loyalty yaitu kesukaan terhadap sabun Biore mendapatkan respon terbanyak dari responden dengan skor 6 sebanyak 56 responden (56%), kemudian terbanyak kedua dengan skor sebanyak 42 responden (42%).
e. Indikator kelima dari Brand Loyalty yaitu perasaan bangga menggunakan Biore mendapatkan respon terbanyak dari responden dengan skor 6 sebanyak 62 responden (62%), kemudian terbanyak kedua dengan skor 5 sebanyak 37 responden (37%).
4.2 Analisis Data
4.2.1 Evaluasi Outlier
observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996).
[image:61.612.166.541.378.606.2]Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut :
Tabel 4.7: Uji Outlier Multivariate
Minimum Maximum Mean Std. Deviation
N
Predicted Value 0, 321 102,751 50,500 17,506 100 Std. Predicted Value -2,866 2,985 0,000 1,000 100 Standart Error of
Predicted Value
7,295 15,369 9,522 1,693 100 Adjusted Predicted Value -9,903 113,581 50,754 18,559 100
Residual -47,858 45,649 0,000 23,135 100
Std. Residual -1,917 1,828 0,000 0,927 100
Stud. Residual -2,203 1,980 -0,005 1,006 100 Deleted Residual -63,218 56,903 -0,254 27,342 100 Stud. Deleted Residual -2,255 2,015 -0,004 1,014 100 Mahalanobis Distance
[MD]
7,463 36,523 13,860 5,570 100
Cook’s Distance 0,000 0,104 0,012 0,017 100 Centered Leverage Value 0,075 0,369 0,140 0,056 100 Sumber: Lampiran
4.2.2 Evaluasi Reliabilitas
[image:62.612.164.522.269.533.2]Uji reliabilitas adalah ukuran mengenai konstitensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajad sampai dimana masing-masing indikator mengidentifikasikan sebuah konstruk yang umum. Hasil dari penelitian tampak pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8 : Reliabilitas Data
Pengujian Reliability Consistency Internal Konstrak Indikator Item to Total
Correlation
Koefisien Cronbach's Alpha
X11 0.617
X12 0.407
Brand Characteristic
X13 0.563
0.201
X21 0.571
X22 0.573
Company Characteristic
X23 0.296
0.159
X31 0.498
X32 0.438
Customer Characteristic
X33 0.560
-0.022
Y1 0.547
Y2 0.234
Y3 0.304
Y4 0.296
Brand Loyalty
Y5 0.506
0.382
: tereliminasi
Sumber : Lampiran
Proses eliminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang < 0,5 [Purwanto, 2003]. Terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator belum seluruhnya ≥ 0,5. indikator yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan Cronbach’s Alpha. Perhitungan Cronbach dilakukan setelah proses eliminasi.
Hasil pengujian reliabilitas konsistensi intenal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil kurang baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of thumb yaitu ≥ 0,7 [Hair et al., 1998].
4.2.3 Evaluasi Validitas
[image:63.612.167.510.529.673.2]Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable.
Tabel 4.9 : Validitas Data
Faktor Loading Konstrak Indikator
1 2 3 4
X11 0.286
Brand
Characteristic X13 0.235
X21 0.595
Company
Characteristic X22 0.123
X31 0.357
Customer
Characteristic X33 0.180
Y1 0.489
Brand Loyalty
Y5 0.514
Berdasarkan hasil confirmatory analysis terlihat bahwa factor loadings masing-masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct belum seluruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya kurang baik.
4.2.4. Evaluasi Construct Reliability Dan Variance Extracted
[image:64.612.164.559.471.651.2]Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002). Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50. Hasil perhitungan construct reability dan variance extracted dapat dilihat di table 4.10.
Tabel 4.10 : Construct Reliability dan Variance Extracted
Konstrak Indikator
Standardize Factor Loading SFL Kuadr at Error [εj]
Construct Reliability
Variance Extrated X11 0.286 0.082 0.918
Brand
Characteristic X13 0.235 0.055 0.945 0.127 0.069 X21 0.595 0.354 0.646
Company
Characteristic X22 0.123 0.015 0.985 0.240 0.185 X31 0.357 0.127 0.873
Customer
Characteristic X33 0.180 0.032 0.968 0.135 0.080 Y1 0.489 0.239 0.761
Brand Loyalty
Y5 0.514 0.264 0.736 0.402 0.252
Batas Dapat Diterima ≥ 0,7 ≥ 0,5
Sumber: Lampiran
ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran mati artinya apabila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory , maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan-alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50.
4.2.5. Evaluasi Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Skewness Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value. Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01
(1%) yaitu sebesar ± 2,58. Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariat diantara
± 2,58 dan itu berarti asumsi normalitas terpenuhi dan data layak untuk
[image:65.612.165.491.560.710.2]digunakan dalam estimasi selanjutnya. Hasil analisis tampak pada tabel berikut :
Tabel 4.11 : Normalitas Data
Variable Min max kurtosis c.r.
X11 4 7 0.372 0.756
X13 3 7 1.442 2.929
X21 4 7 -0.893 -1.813
X22 4 7 -0.799 -1.622
X31 5 7 -0.727 -1.476
X33 4 7 -0.708 -1.437
Y1 4 6 -1.158 -2.353
Y5 5 6 -1.728 -3.509
Multivariate -2.735 -1.076
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistic deskriptif. Nilai statistic untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 [1%] yaitu sebesar ± 2,58. pada table diatas hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r multivariate berada diantara ± 2,58 itu berarti asumsi normalitas terpenuhi.
4.2.6 Evaluasi Multicolinearity atau Singularity
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix: 43,815.56 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinearity atau singularity dalam data ini sehinggan asumsi terpenuhi.
4.2.7 Evaluasi Model One-Step Approach to SEM
Hasil estimasi dan fit model one-step approach to SEM dengan menggunakan program aplikasi AMOS 4.01 terlihat pada gambar dan tabel Goodness of Fit dibawah ini.
[image:67.612.187.498.208.419.2]Gambar 4.1
Tabel 4.12 : Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step Approach-Base Model
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model
Cmin/DF 1.204 ≤ 2,00 baik
Probability 0.107 ≥ 0,05 baik
RMSEA 0.046 ≤ 0,08 baik
GFI 0.886 ≥ 0,90 kurang baik AGFI 0.845 ≥ 0,90 kurang baik TLI 0.721 ≥ 0,95 kurang baik CFI 0.764 ≥ 0,94 kurang baik Sumber : Lampiran
Dari hasil evaluasi terhadap model one step base model ternyata dari semua criteria goodness of fit yang digunakan, belum seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum sesuai
MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Brand Trust, & Brand Loyalty
Model Specification : One Step Approach - Base Model
Company Characteristic X21 0,005 er_13 1 1 Customer Characteristic X31
er_1 1 1
Brand Loyalty 1 Brand Trust d_cc 1 d_bl 0,005 d_mc 1
X22 1 er_14
X23 1 er_15
[image:67.612.167.489.491.607.2]dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum sepenuhnya didukung oleh fakta. Berdasarkan uji Reliability Consistency Internal terdapat indokator tereliminasi sehingga model berubah sebagaimana terdapat di bawah ini.
[image:68.612.191.481.246.442.2]Gambar 4.2
Tabel 4.13 : Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Kriteria Hasil Nilai
Kritis
Evaluasi Model Cmin/DF 1.118 ≤ 2,00 baik Probability 0.324 ≥ 0,05 baik RMSEA 0.035 ≤ 0,08 baik GFI 0.948 ≥ 0,90 baik AGFI 0.901 ≥ 0,90 baik
TLI 0.751 ≥ 0,95 kurang baik CFI 0.831 ≥ 0,94 kurang baik Sumber : Lampiran
Dari hasil evaluasi terhadap model one step eliminasi ternyata dari semua criteria goodness of fit yang digunakan, belum seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum sesuai
MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Brand Trust, & Brand Loyalty
Model Specification : One Step Approach - Eliminasi
Company Characteristic X21 er_13 1 1 Customer Characteristic X31
er_1 1 1
Brand Loyalty 1 Brand Trust 0,005 d_cc 1 d_bl 0,005 d_mc 1
X22 1 er_14
[image:68.612.165.465.488.611.2]dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian masih perlu dimodifikasi sebagaimana terdapat dibawah ini.
Gambar 4.3
Tabel 4.14 : Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model Cmin/DF 0.858 ≤ 2,00 baik Probability 0.632 ≥ 0,05 baik
RMSEA 0.015 ≤ 0,08 baik
GFI 0.964 ≥ 0,90 baik
AGFI 0.927 ≥ 0,90 baik
TLI 1.301 ≥ 0,95 baik
CFI 1.000 ≥ 0,94 baik
Sumber : Lampiran
Dari hasil evaluasi model one step eliminasi modifikasi ternyatabaik dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi yang baik , berarti model telah
MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL
Brand Trust, & Brand Loyalty
Model Specification : One Step Approach - Eliminasi - Modifikasi
Company Characteristic X21 er_13 1 1 Customer Characteristic X31
er_1 1 1
Brand Loyalty 1 Brand Trust 0,005 d_cc 1 d_bl 0,005 d_mc 1
X22 1 er_14
[image:69.612.169.488.481.610.2]sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variabel dalam model.
4.2.8 Uji Kausalitas
[image:70.612.171.531.410.519.2]Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 43.815,56 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas dibawah ini.
Tabel 4.15 : Hasil Uji Kausalitas
Uji Hipotesis Kausalitas Regression
Weights
Ustd Std
Faktor Faktor Estimate Estimate Prob. Brand_Loyalty Brand_Trust 0.142 0.540 0.097
Batas Signifikansi ≤ 0,10
Sumber : Lampiran
Dilihat dari tingkat probabilitas hubungan kausalitas, hipotesis menyatakan bahwa:
Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini didukung dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan:
a. Gede Riana, 2006, bahwa variabel trust in brand yang m