• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AKHLAK BAGI REMAJA DALAM BUKU ALANGKAH BIJAKNYA NABI MENDIDIK ANAK KARYA M. IRSYAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENDIDIKAN AKHLAK BAGI REMAJA DALAM BUKU ALANGKAH BIJAKNYA NABI MENDIDIK ANAK KARYA M. IRSYAD"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN AKHLAK BAGI REMAJA DALAM BUKU ALANGKAH BIJAKNYA NABI MENDIDIK ANAK

KARYA M. IRSYAD

OLEH

AHMAD ANSHARI NIM. 11810111655

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

1444 H/2022 M

(2)

PENDIDIKAN AKHLAK BAGI REMAJA DALAM BUKU ALANGKAH BIJAKNYA NABI MENDIDIK ANAK

KARYA M. IRSYAD

Skripsi

diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

AHMAD ANSHARI NIM. 11810111655

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

1444 H/ 2022 M

(3)

i

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul Pendidikan Akhlak Bagi Remaja dalam buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak Karya M. Irsyad, yang ditulis oleh Ahmad Anshari NIM. 11810111655 dapat diterima dan disetujui untuk diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Pekanbaru, 26 Safar 1444 H.

22 September 2022 M.

Menyetujui,

Ketua Jurusan Pembimbing

Pendidikan Agama Islam

Dr. Idris, M.Ed. Dr. Mirawati, M. Ag

NIP. 19760504 200501 1 005 NIP. 19740404200501 2 004

(4)

ii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Pendidikan Akhlak Bagi Remaja dalam buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak Karya M. Irsyad, yang ditulis oleh Ahmad Anshari NIM. 11810111655 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada tanggal 12 Jumadil Awal 1444 H/06 Desember 2022 M. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada jurusan Pendidikan Agama Islam, konsentrasi Akidah Akhlak.

Pekanbaru, 12 Jumadil Awal 1444 H H 06 Desember 2022 M

Mengesahkan Sidang Munaqasyah

Penguji I Penguji II

Dr. Nasrul, Hs., S.Pd.I, MA. Herlini Puspika Sari, S.S., M. Pd.I

Penguji III Penguji IV

Dr. Ellya Roza. M. Hum Dr. Zuhri, M.Ag.

Dekan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Dr. H. Kadar, M.Ag.

NIP. 19650521 190402 1 001

(5)

iii

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ahmad Anshari

NIM : 11810111655

Tempat / tgl. Lahir : Pekanbaru, 12 September 1999 Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Pendidikan Akhlak Bagi Remaja dalam Buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak Karya M.

Irsyad

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. Skripsi dengan judul sebagaimana tersebut di atas adalah hasil pemikiran dan penelitian saya sendiri.

2. Semua kutipan pada karya tulis saya ini sudah disebutkan sumbernya.

3. Oleh karena itu Skripsi saya ini, saya nyatakan bebas dari plagiat.

4. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam penulisan Skripsi saya tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun juga.

Pekanbaru, 18 Oktober 2022 Yang membuat pernyataan

Ahmad Anshari NIM. 11810111655

(6)

iv

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil„alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad Saw. Yang telah menuntun umatnya menuju jalan kebenaran, dan semoga kita mendapat syafaatnya di akhirat kelak. Atas ridha Allah Swt, penulisan skripsi dengan judul “Pendidikan Akhlak Bagi Remaja Dalam Buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak Karya M. Irsyad” dapat penulis selesaikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta yaitu ayah tercinta Yuhendri Tarmizi dan Ibu tercinta Desi Devrika Devra yang tidak pernah berhenti mendoakan segala urusan penulis termasuk dalam proses penyelesaian skripsi ini agar selalu lancar dan mudah. Selain itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin menyatakan dengan penuh hormat ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hairunas, M.Ag., Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Prof. Dr. Hj. Helmiati, M.Ag., Wakil Rektor I, Dr. H. Mas‟ud Zein, M.Pd., Wakil Rektor II, dan Prof. Edi Erwan, S.Pt,. M.Sc, Ph.D., Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, yang telah memfasilitasi penulis dalam proses perkuliahan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

2. Dr. H. Kadar M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Dr. H.

Zarkasih M.Ag., Wakil Dekan I, Dr. Zubaidah Amir, MZ., M.Pd., Wakil Dekan II, dan Dr. Amirah Diniaty, M. Pd., Kons., Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, yang telah memfasilitasi penulis dalam proses perkuliahan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

(7)

v

3. Dr. Idris, M.Ed., ketua jurusan Pendidikan Agama Islam dan Dr. Nasrul HS, MA., sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Mirawati, M. Ag, pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dengan memberikan pengarahan dan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dra. Afrida M.Ag., penasehat Akademik (PA) yang selalu membimbing dan membantu penulis dalam proses perkuliahan serta memberikan dukungan serta motivasi agar penulis menyelesaikan perkuliahan dengan baik dan cepat.

6. Kepala perpustakaan dan seluruh pegawai perpustakaan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan literatur yang penulis lakukan.

7. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah membekali ilmu.

8. Kepala Tata Usaha, Kasubag, dan seluruh Staf di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepala dan karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Penulis berdoa semoga semua bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis akan mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda dan menjadi amal jariah disisi Allah Swt. Akhirnya kepada Allah Swt jualah kita berserah diri dan mohon ampunan serta pertolongan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Aamin yaa rabbal‟aalamiin.

Pekanbaru, 29 Agustus 2022 Penulis,

Ahmad Anshari NIM. 11810111655

(8)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahhirobbil’alamin…..

Ya Rabb... Alhamdulillah Alla Kulli Hal atas segala yang telah Allah berikan hingga saat ini. Tidak ada kata lain selain syukur yang begitu dalam atas limpahan dan kasih sayang Allah, sehingga aku masih bisa terus berjuang dan melangkah hingga menghantarkanku pada titik sebenar benarnya perjuangan ini.

Tak lupa pula shalawat dan salam teruntuk seorang tokoh mulia yang perjuangan nya begitu besar terhadap Islam, insan yang di cintai oleh sang khaliq, Nabi Muhammad Sholallahu „Alaihi Wa Salam.

Teruntuk pahlawan hidup yang Allah kirimkan untukku, ibu, ayah tercinta… terimakasih atas kasih sayang, cinta kasih, perhatian, do‟a dan perjuangan dan support yang selama ini di berikan untuk ku, hingga aku berada pada titik ini, semua atas do‟a baik dari orang tua tercinta, semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan dan keberkahan untuk keluargaku.

Terimakasih juga untuk kakak, abang, adik dan keluarga terdekat maupun jauh yang selalu mendukung perjuangan pada tahap ini.

Terimakasih sahabat seperjuangan, sekelas dari maba maupun satu kelas konsentrasi akidah akhlak, kelompok KKN, kelompok PPL, junior kampus, senior kampus serta orang-orang baik yang tidak bisa di sebutkan satu persatu selama berada pada tahap ini yang selalu memberikan semangat serta motivasinya.

Tidak bisa di sebutkan satu persatu, intinya teruntuk semua keluarga baru yang membersamai di masa kuliah, terimakasih atas kebersamaan dan dukungan, semoga ukhuwah ini tetap terjalin hingga ke Jannah- Nya... Aamiin Yaa Rabb..

Bermimpilah untuk menjadi orang sukses di dunia hingga berbahagia di akhirat, serta berusahalah untuk menggapainya, semoga lelah perjuangan ini menjadi lillah... Allah bantu dan tuntun hamba dalam setiap langkah kaki ini..

(9)

vii ABSTRAK

Ahmad Anshari, (2022): Pendidikan Akhlak Bagi Remaja dalam Buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak Karya M. Irsyad

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pendidikan akhlak bagi remaja dalam buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak karya M. Irsyad.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi. Metode analisis data menggunakan analisis isi (content analysis) yang berhubungan dengan isi yang terkandung dalam buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak. Teknik analisis isi dilakukan dengan cara mengklasifikasikan, menganalisis dan mendeskripsikan hasil analisis. Hasil penelitian menyimpulkan Pendidikan Akhlak Bagi Remaja dalam Buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak Karya M. Irsyad bahwa anak remaja penting dikenalkan sejak dini dengan Al-Qur'an, Sebab Al-Qur'an merupakan sumber utama ajaran Islam. Orang tua harus mampu memberikan pendidikan yang terbaik karena hal tersebut merupakan kewajiban yang harus dipenuhi sebagai orangtua, maka tidak berlebihan jika Nabi memposisikan kedudukan pendidikan di atas segalanya. Selain itu orang tua hendaknya selalu menanamkan rasa percaya diri kepada anaknya, harus mengajari anak untuk menahan pandangannya, membiasakan anak untuk menutup auratnya, melatih anak untuk menghormati yang lebih tua, mengajarkan anak agar selektif dalam bergaul dan memperlakukan anak sesuai kondisi psikologisnya serta membantu anak menemukan passionnya.

Kata Kunci: Pendidikan Akhlak Remaja, Buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak

(10)

viii ABSTRACT

Ahmad Anshari, (2022): Moral Education for Teenagers in the Book of Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak Created by M. Irsyad

This research aimed at describing moral education for teenagers in the book of Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak created by M. Irsyad. It was a library research. Documentation study was the technique of collecting data. The method of analyzing data was content analysis related to the content contained in the book of Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak. The techniques of analyzing data were classifying, analyzing, and describing analysis results. Based on the research findings, moral education for teenagers in the book of Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak created by M. Irsyad showed that teenagers are important to be earlier introduced to Al-Quran because Al-Quran is the main source of Islamic teachings. Parents must be able to provide the best education because this is an obligation that must be fulfilled as parents, so it is not excessive if the Prophet positioned education above all. In addition, parents should always instill self- confidence in their children, teach children to hold their gaze, familiarize them to cover their genitals, train them to respect elders, teach them to be selective in socializing, treat them according to their psychological conditions, and help them find their passion.

Keywords: Teenager Moral Education, Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak Book

(11)

ix

صّخلم

( ،يراصنأ دمحأ ٢٢٢٢

باتك يف نيقهارملل ةيقلاخأ ةيبرت :) ام

ىدم ةمكح يبنلا

يف ةيبرت ءانبلأا داشرإ دمحمل

باتك في ينقهارملل ةيقلاخأ ةيبرت فصو ثحبلا اذه نم فدلها ام

ىدم

ةمكح بينلا

في ةيبرت ءانبلأا ةينقتو .بيتكم ثبح وه ثحبلا اذهو .داشرإ دملمح

نومضلما ليلتح تانايبلا ليلحتل ةمدختسم ةقيرطو .قيثوت تانايبلا عملج ةمدختسم باتكل ام

ىدم ةمكح بينلا

في ةيبرت ءانبلأا تانايبلا فينصت لحاربم تانايبلا ليلتح تمو .

ةيبرت نأ ىلع تلد ثحبلا ةجيتنو .تانايبلا ليلتح جئاتن فصوو تانايبلا ليلتحو باتك في ينقهارملل ةيقلاخأ ام

ىدم ةمكح بينلا

في ةيبرت ءانبلأا نأ يه داشرإ دملمح

ا ردصلما وه هنلأ ركبم نس ذنم نآرقلا اوفرعتي نأ دبلا ينقهارلما ةعيرشلل يسيئرل

.ةيملاسلإا بيج

نأ نوكي ءابلآا نيرداق ىلع

يرفوت لضفأ ميلعت نلأ اذه بجاو بيج

ءافولا هب

،ءابآك كلذل

سيل نم ةغلابلما نأ نوكي بينلا دق عضو ميلعتلا قوف لك ءيش

رخآ . في ةقثلا سرغ امئاد ءابلآا ىلع بيج ،كلذ لىإ ةفاضلإاب مهدلاوأ

نأ بيجو ،

مهوملعي بلا ضغ

رص وعلطي نأو ، مه

وبردي نأو ،ةيلسانتلا مهئاضعأ ةيطغت ىلع مه

ىلع

وملعي نأو ،نسلا رابك ماترحا مه

نأو ،ةيعامتجلاا ةئشنتلا في ينيئاقتنا اونوكي نأ

ولماعي مه ودعاسي نأو ،ةيسفنلا مهفورظل اقفو مه

.مهفغش دايجإ ىلع

ةيساسلأا تاملكلا باتك ،نيقهارملل ةيقلاخأ ةيبرت :

ام ىدم ةمكح يبنلا

يف ةيبرت

ءانبلأا

(12)

x

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN ... i

PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGHARGAAN ... iv

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Penegasan Istilah ... 7

C. Fokus Penelitian ... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Kepustakaan ... 9

1. Pendidikan Akhlak ... 9

2. Remaja ... 18

B. Penelitian Relevan ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Sumber Data ... 33

C. Teknik Pengumpulan Data ... 34

D. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum ... 37

1. Biografi M. Irsyad, S.Pd.I, M.Pd.I ... 37

2. Karya-Karya M. Irsyad, S.Pd.I, M.Pd.I ... 38

B. Temuan Khusus dan Pembahasan ... 38

1. Identitas Buku ... 38

(13)

xi

2. Sinopsis Buku ... 40

3. Pendidikan Akhlak Bagi Remaja ... 40

a. Mengajari Anak Membaca Al-Qur‟an ... 44

b. Mengajarkan Shalat Sejak Dini ... 49

c. Memberikan Anak Pendidikan Terbaik ... 52

d. Menanamkan Rasa Percaya Diri Kepada Anak ... 56

e. Mengajari Anak Untuk Menahan Pandangannya ... 60

f. Membiasakan Anak Untuk Menutup Auratnya ... 66

g. Melatih Anak Untuk Menghormati Yang Lebih Tua ... 71

h. Mengajarkan Anak Agar Selektif Dalam Bergaul .. 76

i. Perlakukan Anak Sesuai Kondisi Psikologisnya... 77

j. Membantu Anak Menemukan Passionnya ... 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT PENULIS

(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Surat Keterangan Pembimbing Lampiran 2. Lembar Blanko Bimbingan Proposal Lampiran 3. Lembar Blanko Bimbingan Skripsi Lampiran 4. Lembar Pengesahan Perbaikan Proposal Lampiran 5. Lembar Berita Acara Proposal

(15)

1 A. Latar Belakang

Dalam Islam masalah akhlak mendapat perhatian yang sangat penting.

Akhlak merupakan hal utama dalam kehidupan sehari-hari dan terutama dalam pergaulan antar sesama. Untuk merealisasikan bahwa manusia sebagai umat terbaik, Allah telah mengutus Rasulullah saw ke bumi dalam rangka untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Oleh karena itu bagi kita umat Islam akhlak menjadi sangat penting untuk mendasari seluruh tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Akhlak diidentikkan sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa yang timbul dari perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran, sehingga keadaan itu menjadi kebiasaan. 1 Dapat dipahami bahwa akhlak yang sudah dibiasakan dari kecil terhadap anak dapat mempengaruhi akhlak seseorang setelah dia dewasa. Maksudnya adalah apabila seorang remaja selalu dibimbing dan dibiasakan berakhlak mulia dalam kehidupannya, maka anak remaja akan terbiasa berakhlak mulia hingga dewasa.

Perlu ditegaskan bahwa pembentukan akhlak anak remaja dengan sebenar-benarnya merupakan tanggung jawab penuh dan kewajiban setiap orang tua. Bukan kewajiban kakek, nenek ataupun tetangganya. Orangtua

1 Choiruddin Hadhiri, Akhlak & Adab Islami Menuju Pribadi Muslim Ideal (Jakarta:

Qibla, 2015), hlm 14.

(16)

yang wajib mendidik putera-puterinya.2 Berdasarkan pernyataan ini, perlu diketahui bahwa anak shaleh dan shalehah bukanlah “barang jadi” yang sudah siap pakai ketika ia dilahirkan ke dunia ini. Mereka adalah manusia polos dan suci yang masih butuh pengajaran dan dibimbing dengan pendidikan yang baik.

Hal tersebut selaras dengan pendapat Erik H. Erikson, seorang psikologi perkembangan anak mengatakan bahwa pada masa awal kehidupannya, bayi memerlukan kepercayaan dasar (basic trust). Kehangatan dan kasih sayang yang diperoleh pada masa itu akan membentuk kepercayaan diri anak terhadap lingkungan sekitarnya. Sehingga orang tua yang sangat berperan dalam mendidik anaknya.3

Terkait hal di atas, maka pendidikan akhlak perlu diterapkan untuk menjaga keutuhan Islam yang bisa dilihat dari umatnya yang berakhlak mulia.

Pendidikan akhlak suatu investasi yang dapat menjadi pertahanan bagi anak remaja dalam bersikap dan bertindak sesuai ajaran Islam dan norma yang berlaku serta berpengaruh terhadap keutuhan masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan akhlak mampu mengikat anak remaja bertindak tidak semena- mena dan menjunjung hak asasi manusia.

Pendidikan akhlak merupakan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran

2 Azizah Hefni, Tuntunan Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta: Qultum Media, 2018), hal.11

3 Wendi Zarman, Ternyata Mendidik Anak Ala Rasulullah Mudah dan Efektif (Jakarta:

PT. Kawan Pustaka, 2017), hal.28

(17)

Islam. Menurut Hasan Langgulung, pendidikan akhlak adalah proses penyiapan generasi mudauntuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai agama Islam dan yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya diakhirat.4

Pendidikan akhlak bagi remaja diwujudkan dalam bentuk bimbingan, arahan dan pengajaran yang dilakukan oleh pendidik secara sengaja dan sistematis, untuk membentuk karakter dan kepribadian remaja agar memiliki dan melakukan perbuatan baik serta menjauhi perbuatan buruk dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari siapapun. Dengan kata lain, pendidikan akhlak bagi remaja merupakan suatu proses bimbingan untuk membina dan mengarahkan perangai dan tingkah laku remaja sesuai ajaran Islam demi terwujudnya akhlak mulia.5

Istilah lain pendidikan akhlak sering juga disebut sebagai pendidikan moral yang dapat dijadikan alat pembinaan yang sangat ampuh bagi remaja.

Moralitas yang mengakar dalam jiwa remaja dan tumbuh secara alami akan dapat digunakanuntuk mengendalikan keinginan dan dorongan hati yang buruk serta membantu mereka dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Dengan pendidikan akhlak akan terwujud remaja ideal, yaitu remaja yang bertaqwa kepada Allah swt dan cerdas serta diharapkan mampu menyempurnakan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan ajaran Islam dan sanggup hidup bermasyarakat secara baik.

4 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 36-37

5 Amirulloh Syarbini dan Akhmad Khusaeri, Kiat-Kiat Islami Mendidik Akhlak Remaja, (Jakarta: Gramedia, 2012), h. 36

(18)

Dalam dunia pendidikan, pembinaan akhlak diutamakan kepada pembentukan mental anak atau remaja agar tidak mengalami penyimpangan.

Dengan demikian dapat mencegah terjadinya kenakalan remaja. Sebab pembinaan akhlak berarti anak remaja dituntun agar memiliki rasa tanggung jawab. Dengan pendidikan akhlak terhindarnya anak remaja dari perilaku tercela dan sebagai langkah pengendalian terhadap timbulnya kenakalan remaja. Oleh karena itu pendidikan akhlak dapat memberikan sumbangan positif bagi ketenteraman dan keamanan masyarakat dari kejahatan pada umumnya, terutama gangguan dari kenakalan remaja.6

Berbagai penyimpangan maupun pelanggaran yang dilakukan oleh remaja tentu memiliki alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Faktor yang menyebabkan seorang remaja melakukan perilaku menyimpang diantaranya yaitu nilai-nilai agama yang kurang ditanamkan dalam diri individu di lingkungan masyarakatnya, kondisi masyarakat yang kurang stabil dari segi sosial, ekonomi maupun politik. Pendidikan akhlak tidak terlaksana sebagaimana mestinya baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, karena diperkenalkannya obat dan alat kontrasepsi serta tayangan yang kurang memperhatikan dasar-dasar tuntunan moral, kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang serta kurangnya pusat-pusat bimbingan bagi anak-anak dan pemuda.7

Masa Remaja merupakan masa yang penting dalam perjalanan hidup manusia. Kelompok ini penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-

6Ibid., h. 37

7 Devi Arisanti, “Implementasi Pendidikan Akhlak Mulia di SMA Setia Dharma Pekanbaru”, Jurnal Al-Thariqah, Vol. 2, No. 2, Th. 2017, hlm. 210-211.

(19)

kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab. Dapat dipahami dari yang semula masih anak-anak dan hidupnya hanya sebatas kesenangan yang belum bisa memikirkan masa depannya. Dan ketika anak telah memasuki masa remaja, pola pikirnya pun berubah. Hal-hal yang baru dan berbeda akan ia rasakan ketika memasuki masa remaja.8

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam berupa pendidikan akhlak sangat penting untuk membimbing dan mengarahkan remaja. Maka dari itu tanggung jawab pendidikan ini terdapat pada orang tua, guru dan masyarakat. Dapat dipahami bahwa melalui pendidikan akhlak tersebut diharapkan dapat mengarahkan remaja untuk melalui masa ini dengan baik, dan dapat menanamkan kepribadian dengan akhlak yang mulia serta terhindar dari melakukan perbuatan buruk yaitu akhlak tercela.

Salah satu buku yang mengkaji tentang pendidikan akhlak bagi remaja adalah buku yang berjudul Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak karya M.

Irsyad. Buku yang terbagi menjadi tiga pembahasan besar ini akan menjadi panduan dan pegangan bagi semua pembaca, terkhusus untuk orang tua dan guru dalam memberikan pola asuh dan pendidikan yang baik bagi anak remaja.

Dalam buku ini terbagi menjadi ke dalam tiga pembahasan besar.

Pembahasan pertama yaitu mempersiapkan pendidikan anak saat sebelum dan pada masa kehamilan. Pembahasan kedua yaitu pendidikan anak setelah masa

8 Eny Kusmiran, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, (Jakarta: Salemba Medika, 2014), h. 5

(20)

kelahiran sampai usia 6 tahun, pembahasan ketiga yaitu pendidikan anak usia 7 tahun hingga remaja.

Buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak ini menjelaskan kepada para pembaca khususnya orangtua untuk memahami suasana pendidikan yang ditawarkan nabi Muhammad saw, yang bersumberkan dari Al-Qur‟an dan hadis. Hadirnya buku ini menjadi solusi untuk menjadikan anak-anak yang cerdas, pintar, saleh dan sukses melalui pendidikan yang diterapkan Nabi Muhammad Saw.

Alasan penulis memilih buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak karya M. Irsyad disebabkan beberapa hal yaitu:

Buku ini ditulis oleh Mohammad Irsyad yang juga merupakan salah satu penulis buku terkenal di Indonesia. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2019, hadirnya buku ini merupakan salah satu karya yang dapat mengantarkan para pembaca khususnya orang tua pada suasana pendidikan yang ditawarkan Rasulullah Saw, yang bersumberkan dari Al-Qur‟an dan hadis.

Buku yang berjudul Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak akan mengajak pembaca untuk memperhatikan sikap atau perilaku remaja, sebab akhlak remaja berbeda-beda. Pembahasan di dalam buku ini begitu relevan karena dapat dijadikan panduan dan contoh bagaimana mendidik anak remaja seperti yang dipraktikkan oleh Rasulullah Saw.

Berdasarkan pemaparan yang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pendidikan Akhlak bagi Remaja dalam Buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak karya M. Irsyad.

(21)

B. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kekeliruan, maka perlu dikemukakan definisi terhadap istilah tersebut:

1. Pendidikan Akhlak

Menurut Raharjo dkk, Pendidikan akhlak merupakan pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, perilaku atau tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf, yaitu seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan. Pada penelitian ini, pendidikan akhlak yang dimaksud penulis adalah pendidikan akhlak bagi remaja.9

2. Remaja

Remaja adalah masa peralihan dari usia anak menjadi dewasa, periode awal yang dimulai dari umur 12-15 tahun, periode pertengahan dari umur 15-18 tahun dan masa remaja akhir dari umur 18-21 tahun.10

Seorang anak ketika memasuki usia remaja akan memiliki pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah ia alami ketika masih berusia anak-anak. Banyak hal yang akan berubah dalam usianya ketika remaja, mulai dari segi fisik dan psikologisnya.Kebutuhannya bertambah seiring dengan bertambahnya usia mereka, baik kebutuhan jasmani atau rohani.

9 Raharjo, dkk, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1999, h. 63

10 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Yogyakarta: PT Remaja Rosdakarya. 2011, h. 184

(22)

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis memfokuskan penelitian mengenai pendidikan akhlak bagi remaja dalam buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak karya M. Irsyad.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendidikan akhlak bagi remaja dalam buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak karya M. Irsyad.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan informasi keilmuan dan menambah wawasan tentang pendidikan akhlak bagi remaja.

b. Manfaat Praktis

Bagi orang tua dan guru, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran mengenai pendidikan akhlak bagi remaja.

(23)

9 A. Kajian Kepustakaan

1. Pendidikan Akhlak

a. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak merupakan gabungan antara dua definisi pendidikan dan akhlak. Dari kedua definisi tersebut memberikan suatu pemahaman bahwa pendidikan akhlak adalah suatu usaha sadar membiasakan diri dari suatu kehendak dalam wujud perbuatan yang mengarahkan seseorang atau anak didik kearah kesempurnaan dalam berperilaku yang baik.11

Pendidikan akhlak dapat di artikan sebagai suatu proses atau usaha untuk membuat seseorang atau mengarahkan seseorang untuk dapat menunjukkan sikap atau berperilaku yang baik dan terpuji dengan tanpa adanya suatu perencanaan.12

Berdasarkan pengertian pendidikan akhlak di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan akhlak merupakan suatu proses atau usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk membentuk kebiasaan- kebiasaan yang baik. Dengan usaha membentuk kebiasaan yang baik tersebut diharapkan ia mampu melakukan perilaku positif yang timbul dalam dirinya tanpa adanya paksaan atau tekanan dari orang lain. Oleh

11 Ahmad Amin, Etika: Ilmu Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995) h. 62.

12 Abdul Khaim, Miftakhul Munir, “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung pada Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 1. 2017.

(24)

karena itu, kebiasaan positif yang timbul tersebut atas dasar kesadaran, kemauan, serta keputusan yang dibuatnya sendiri.

b. Dasar Pendidikan Akhlak

Dasar pendidikan akhlak tentu saja di dasarkan pada falsafah kehidupan umat Islam dan tidak di dasarkan pada falsafah hidup suatu negara, karena sistem pendidikan akhlak dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi ruang dan waktu. Berikut dasar pendidikan akhlak yaitu antara lain:

1) Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah kalam Allah swt yang diturunkan melalui malaikat jibril kepada Rasulullah saw, dengan lafaz bahasa Arab dan bermakna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan petunjuk untuk beribadah dan membaca Al-Qur‟an.13

Al-Qur‟an pertama kali diturunkan pada bulan Ramadhan berisi tentang petunjuk bagi umat manusia, serta penjelasan mengenai petunjuk-petunjuk tersebut. Al-Qur‟an yang diturunkan dalam masa 23 tahun atau lebih tepatnya 22 bulan 22 hari, yang terdiri dari 114 surat, 30 juz dan susunannya ditentukan oleh Allah dengan cara tawqifi, dan tidak menggunakan metode - metode sebagaimana metode penyusunan buku ilmiah.14

13 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015) h. 188.

14 Yusron Masduki, “Sejarah Turunnya Al-Qur‟an Penuh Fenomenal”, Jurnal Nilai-Nilai Psikologi Dalam Pendidikan, Vol 16, No.1 (2017): h. 40-41.

(25)

Pendidikan sangatlah penting karena pendidikan yang menentukan corak dan bentuk amal dalam kehidupan manusia, baik itu pribadi maupun masyarakat. Di dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi tentang prinsip-prinsip yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Dapat kita contoh dan kita teladani dari kisah Lukman mengajari anaknya dalam surah Lukman ayat 12 sampai dengan 19. Cerita itu menggambarkan bahwa prinsip-prinsip materi Pendidikan yaitu terdiri dari masalah iman, akhlak, ibadah, sosial dan ilmu pengetahuan.

Dapat dipahami bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup, oleh karena itu pendidikan Islam harus menggunakan Al-Qur‟ansebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam. Dengan kata lain pendidikan Islam harus berlandaskan ayat-ayat suci Al-Qur‟an yang penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan Ijtihad dan disesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan. Dapat disimpulkan bahwa agama Islam menegaskan supaya manusia itu menemukan jati dirinya sebagai insan yang bermartabat maka harus melaksanakan pendidikan dan pengajaran.15

2) As-Sunnah

Sunnah merupakan sumber hukum kedua bagi umat Islam yang ada di dunia, tidak dapat di pungkiri lagi bahwa kedudukan

15 Muhammad Haris, “Pendidikan Islam Dalam Perspektif Prof. H.M Arifin,” Jurnal Ummul Qura, 2015.

(26)

sunnah sangatlah penting dalam memahami hukum-hukum islam yang bersumber dari Al-Qur‟an, karena sunnah memiliki fungsi sebagai penjelas Al-Qur‟an. As-Sunnah adalah “Segala sesuatu yang dinukilkan kepada Nabi SAW, berupa perkataan, perbuatan, taqrir-nya atau pun selain dari itu”.

As-Sunnah sebagai sumber Pendidikan Islam dapat dipahami, dari firman Allah Swt dalam QS Al-Jumu‟ah ayat 2 dalam terjemahannya sebagai berikut:













































Artinya: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat- ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS Al-Jumu‟ah ayat 2)16

Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa sebagai umat Nabi Muhammad saw, kita sebagai manusia diwajibkan untuk selalu berpegang teguh dalam ajaran yang disampaikan oleh beliau baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatannya dan dalam hal Pendidikan Islam. As-sunnah juga menjadi pedoman untuk membina manusia menjadi muslim yang bertaqwa. Dalam hal ini teladan yang baik terdapat pada diri Rasulullah saw maka dari itu segala perbuatan maupun ucapan dijadikan dasar bagi remaja untuk menanamkan Akhlak mulia.

16 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2012), h. 553

(27)

3) Ijtihad

Al-Qur‟an dan hadist banyak mengandung arti yang umum, maka perlu adanya Ijtihad untuk menentukan sebuah hukum,Ijtihad dalam hal ini dapat meliputi keseluruhan aspek kehidupan, termasuk aspek pendidikan tetapi tetap berpedomankan pada Al- Qur‟an dan Sunnah. Ijtihad sangat diperlukan kebutuhannya setelah Nabi Muhammad saw wafat.17

Dalam suatu kegiatan pendidikan, agama dan pancasila harus dapat saling membahu dan saling mengisi dan saling menunjang serta saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Pancasila harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kehidupan beragama Islam, termasuk pendidikan Islam. Maka pendidikan Islam itu selain berlandaskan Al-Qur‟an dan Sunnah, juga harus berlandaskan ijtihad dalam menyesuaikan kebutuhan umat bangsa yang selaluberubah dan selalu berkembang. Dengan ijtihad dapat ditemukannya persesuaian antara Pancasila dengan ajaran agama yang secara bersamaan dijadikan sebagai landasan Pendidikan, khususnya pendidikan Islam.18

c. Tujuan Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak pada dasarnya berusaha untuk meluruskan naluri dan kecenderungan fitrah seseorang yang membahayakan masyarakat dan membentuk rasa kasih sayang mendalam, yang akan

17 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 198

18 Mahmud Arif, “Pendidikan Agama Islam Inklusif multikultural,” Jurnal Pendidikan Islam, 2015, doi;10.14421/jpi.11. h. 1-18.

(28)

menjadikan seseorang merasa terikat untuk melakukan amal baik dan menjauhi perbuatan buruk. Dengan pendidikan akhlak, memungkinkan seseorang dapat hidup di tengah-tengah masyarakat tanpa harus menyakiti atau disakiti orang lain.Sehingga, pendidikan akhlakmenjadikan seseorang berusaha meningkatkan kemajuan masyarakat demi kemakmuran bersama.19

Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, beradab, ikhlas dan jujur.

Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan. Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan pelajaran, aktifitas merupakan sarana pendidikan akhlak di atas segalanya.20

Dari penjelasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah menjadikan seseorang sebagai individu yang baik, mampu mengetahui, memiliki dan menerapkan akhlak mulia dalam kehidupannya, baik secara vertikal maupun horizontal. Sehingga menciptakan kehidupan yang damai, bahagia lahir maupun batin, serta menjadikan manusia sebagai hamba Allah yang taat beribadah dan bertakwa kepada Allah swt.

19 Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: Stain Ponorogo Press, 2007), h. 40-41.

20 Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 90.

(29)

d. Materi Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak mengajarkan berbagai macam materi pendidikan akhlak kepada peserta didik. Rosihin mengatakan bahwa materi pendidikan akhlak dibagi menjadi dua macam, yaitu: akhlak kepada Allah dan akhlak kepada makhluk. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa Akhlak kepada makhluk terbagi lagi menjadi dua, yaitu: akhlak kepada manusia dan akhlak kepada selain manusia.

Akhlak kepada manusia dibagi menjadi akhlak kepada diri sendiri dan akhlak kepada orang lain. Maka, bisa juga secara keseluruhan akhlak dibagi menjadi akhlak kepada sang Khaliq yaitu Allah swt, akhlak kepada makhluk dan akhlak kepada diri sendiri. 21

Akhlak terhadap makhluk antara lain: (1) Akhlak terhadap Rasulullah saw seperti: mencintai Rasulullah dengan tulus dan mengikuti sunnahnya, menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan. (2) Akhlak terhadap orang tua, seperti: mencintai mereka melebihi kerabat yang lain, merendahkan hati kepada keduanya, selalu mendoakan keselamatan mereka di dunia dan di akhirat. (3) Akhlak terhadap kerabat, seperti: saling membina kasih sayang antar sesama anggota keluarga, memelihara silaturrahim, menunaikan kewajiban dan memberikan hak antar sesama anggota keluarga. (4) Akhlak terhadap tetangga, seperti: saling mengunjungi, saling membantu, memberi dan menghindari permusuhan. (5) Akhlak terhadap masyarakat, seperti:

21 Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf, Edisi Revisi (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 29

(30)

memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, saling menolong, menepati janji. (6) Akhlak terhadap makhluk selain manusia, seperti: menjaga lingkungan hidup, sayang terhadap hewan, sayang terhadap tumbuh-tumbuhan.Akhlak terhadap diri sendiri antara lain: memelihara kesucian diri, menutup aurat, jujur dalam perkataan dan perbuatan, ikhlas, sabar, rendah hati, malu melakukan perbuatan jahat, tidak iri dan tidak marah.22

e. Metode Pendidikan Akhlak

Keberhasilan dalam proses pendidikan dipengaruhi oleh beberapa komponen diantaranya adalah metode pendidikan.

Berdasarkan hal itu muncul berbagai metode penerapan di dalam pendidikan akhlak Islam. Metode-metode tersebut antara lain:

1) Metode Keteladanan

Secara psikologis manusia sangat memerlukan keteladanan untuk mengembangkan sifat-sifat dan potensinya. Pendidikan lewat keteladanan adalah pendidikan dengan cara memberikan contohcontoh konkrit pada para siswa.

Oleh karena itu seorang pendidik harus memilliki kepribadian, sikap dan cara hidup yang baik, bahkan cara berpakaian, cara bergaul, berbicara dan menghadapi setiap masalah yang secara langsung tidak tampak hubungannya dengan pengajaran. Namun dalam pendidikan atau pembianaan pribadi

22Ibid., h. 29

(31)

individu (anak didik) hal-hal itu sangat berpengaruh, karena seorang guru akan menjadi teladan bagi anak didiknya.23

2) Metode Pembiasaan atau Latihan

Dikutip dari pendapat Zakiah Daradjat bahwa pembiasaan dan latihan akan membentuk sikap pada anak yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.24

3) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah pemaparan bahan pelajaran secara lisan. Guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid, untuk memberikan pengertian pada suatu masalah.25 Untuk melakukan metode ceramah, guru harus mampu menguasai materi yang di kemas dengan baik, dan mampu mengambil perhatian anak sehingga anak akan tertarik untuk memperhatikan materi yang di sampaikan.

4) Pemberian Nasihat

Nasihat adalah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang di nasihati dari bahaya serta menunjukkannya ke jalan yang mendatangkan

23 Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet 17 h. 68

24 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 77

25 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem (Semarang: Rasail Media Grup, 2010), h. 19.

(32)

kebahagiaan dan manfaat.26 Metode pemberian nasihat dapat menanamkan pengaruh yang baik dalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang tepat. Sementara itu cara-cara pemberian nasihat kepada peserta didik, para pakar menekankan pada ketulusan hati, dan indikasi orang memberikan nasihat dengan tulus ikhlas, dan juga orang yang memberi nasihat tidak berorientasi kepada kepentingan material pribadi.

5) Metode Hukuman

Pelaksanaan metode pendidikan akhlak yang di lakukan melalui beberapa metode di atas, dalam pelaksanaannya jika terjadi permasalahan, perlu adanya tindakan tindakan tegas atau hukuman.

Hukuman pada dasarnya tidak mutlak diperlukan, namun berdasarkan kenyataan yang ada, peserta didik tidak sama seluruhnya dalam berbagai hal, sehingga dalam pendidikan dan pembinaan akhlak perlu adanya hukuman dalam penerapannya bagi mereka yang keras dan tidak cukup hanya diberikan teladan dan nasihat.

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Seringkali dengan mudah orang mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia

26 Musli, “Metode Pendidikan Akhlak bagi Anak,” Jurnal Media Akademika 26, no. 2 (2011): hlm. 227.

(33)

belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah tersinggung perasaannya dan sebagainya.

Tetapi mendefinisikan remaja tidak semudah itu.27 Beberapa kasus tentang peristiwa sosial dari anak usia remaja seringkali memburamkan istilah remaja itu sendiri. Remaja secara hukum dipandang antara usia 11-18 tahun berjalan, dan setelahnya anak-anak telah dianggap telah dewasa baik oleh masyarakat dan secara hukum.

Menurut bahasa masa remaja adalah fase yang padanya dimulai perkembangan menuju kematangan. Sedangkan secara istilah, masa remaja adalah fase ketiga yang dialami oleh manusia dalam kehidupannya dari masa kanak kanak sampai tua. Ini adalah fase yang menjadi pembatas antara fase kanak kanak dengan fase pemuda. Dan ia memiliki karakteristik sebagai fase yang memiliki pertumbuhan yang cepat dalam seluruh arah pertumbuhan baik fisik, kejiwaan, rasio maupun sosial.28 dari penjelasan diatas dapat dipahami merupakan fase remaja menurut Islam.

Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescenc yang berarti to grow atau to grow maturity.29 Menurut Elizabeth B. Hurlock, Istilah remaja berasal dari kata latin (adolescene) kata bendanya adolescentia yang berarti remaja yang “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa.

27 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007) h.

2

28 M. Sayyid Muhammad Az-za‟balawi, Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu Jiwa.

(Jakarta: Gema Insani: 2007), h. 2

29 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Prenada media Group, 2015, Cet ke- 4), hlm. 227

(34)

Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam rentang kehidupan manusia, yaitu masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa.

Banyak para tokoh yang memberikan definisi remaja, salah satunya De Brun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak kanak dan dewasa.30 Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa remaja merupakan proses tumbuh berkembangnya menuju masa pendewasaan diri.

Secara umum menurut para tokoh-tokoh psikologi, remaja dibagi menjadi tiga fase batasan umur, yaitu:

1) Fase remaja awal dalam rentang usia dari 12-15 tahun 2) Fase remaja madya dalam rentang usia 15-18 tahun 3) Fase remaja akhir dalam rentang usia 18-21 tahun.31

Maka dengan demikian dapat diketahui dari bagian-bagian usia pada remaja yang dapat dijelaskan sebagai berikut, usia 12-15 tahun termasuk bagian remaja awal, usia 15-18 tahun bagian remaja tengah, dan remaja akhir pada usia 18-21 tahun. Dengan mengetahui bagian- bagian usia remaja kita akan lebih mudah mengetahui remaja tersebut ke dalam bagiannya, apakah termasuk remaja awal atau remaja tengah dan remaja akhir.

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa dengan

30 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 220

31 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, Cet Ke -6), h. 212

(35)

capaian usia, perubahan fisik, perubahan dalam perilaku yang menuntut harapan mempersiapkan diri untuk cita cita masa depan serta memiliki kepribadian yang berakhlak mulia.

b. Ciri-Ciri Remaja

Seperti halnya pada semua periode yang penting, pada rentang kehidupan masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Masa remaja ini merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orangtuanya. Menurut Sidik Jatmika, kesulitan itu berasal dari fenomena remaja sendiri dengan beberapa perilaku khusus, yakni:

1) Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan remaja dari keluarganya.

2) Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika mereka masih kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orangtua semakin lemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga.

3) Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustrasi.

(36)

4) Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over confidence) dan ini sejalan dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan sulit menerima nasehat dan pengarahan orang tua.32

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa perilaku remaja tersebut yang menjadi ciri-ciri terhadap kepribadian yang dimiliki remaja dan melalui pendidikan diharapkan dapat menanamkan akhlak yang baik terhadap remaja.

Kemudian menurut pendapat Gunarsa dan Mappiare, dalam menjelaskan ciri-ciri remaja sebagai berikut:33

1) Masa remaja awal. Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, dengan ciri-ciri:

a) Tidak stabil keadaannya, lebih emosional b) Mempunyai banyak masalah

c) Masa yang kritis

d) Mulai tertarik pada lawan jenis e) Munculnya rasa kurang percaya diri

f) Suka mengembangkan pikiran baru, gelisah, suka berkhayal dan suka menyendiri.

2) Masa remaja madya (pertengahan). Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Sangat membutuhkan teman

b) Cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada diri sendiri

32 Sidiq Jatmika, Genk Remaja Anak Haram Sejarah Ataukah Korban Globalisasi?, (Yogyakarta: Kasinius, 2010) h. 10-11

33 Khamim Zakarsih Putro, Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja, Jurnal Aplikasia, Vol 17 No,2017, h. 29

(37)

c) Berada dalam kondisi keresahan dan kebingungan, karena pertentangan yang terjadi dalam diri.

d) Berkenginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya

e) Keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.

3) Masa remaja akhir. Ditandai dengan ciri-ciri:

a) Aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai stabil

b) Meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap pandang yang sudah baik

c) Lebih matang dalam cara menghadapi masalah

d) Ketenangan emosional bertambah, lebih mampu menguasai perasaan.

e) Sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi f) Lebih banyak perhatian terhadap lambang-lambang

kematangan.

Menurut pendapat diatas dapat dipahami terhadap ciri-ciri remaja yang menjadi harapan, agar remaja dapat menjadi pribadi yang berakhlak mulia yang sesuai dengan syariat Islam dengan adanya pendidikan akhlak bagi remaja diharapkan mampu meminimalisir perilaku buruk atau akhlak tercela.

c. Tugas Perkembangan Remaja

Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah masa remaja.

Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat

(38)

diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas- tugas perkembangan pada usianya dengan baik. Adapun tugas-tugas pada perkembangan masa remaja menurut Elizabet B. Hurlock adalah sebagai berikut:

1) Mampu menerima keadaan fisiknya

2) Mampu menerima dan memahami Pengaruh seks usia dewasa 3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis

4) Mencapai kemandirian emosional 5) Mencapai kemandirian ekonomi

6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan pengaruh sebagai anggota masyarakat.

7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.

8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.34

Beberapa point di atas menegaskan bahwa tugas remaja itu adalah mempersiapkan dirinya untuk lebih mandiri dalam semua hal, mandiri secara ekonomi, emosional dan lainnya.Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa tugas perkembangan merupakan hal-hal yang

34 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm, 212

(39)

harus dilakukan oleh remaja dan dipengaruhi oleh harapan sosial.

Tugas perkembangan berisi harapan lingkungan yang merupakan tuntutan bagi remaja dalam bertingkah laku.

B. Penelitian Relevan

Penelitian relevan berfungsi untuk membandingkan dan menghindari manipulasi terhadap suatu karya ilmiah dan menguatkan bahwa penelitian yang penulis lakukan benar-benar belum pernah diteliti orang lain. Adapun penelitian relevan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Remaja Perspektif “Tarbiyatul Fiil Islam” (Studi Tentang Konsep PAI Bagi Anak Remaja Perspektif Buku

“Tarbiyatul Aulad Fiil Islam”. Penelitian ini dilakukan oleh Muhammad Ismail mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2018. Hasil Penelitian menyimpulkan bahwasanya beberapa point tentang konsep Pendidikan Agama Islam bagi Anak Remaja yang dapat diambil dari kitab Tarbiyatul Aulad Fiil Islam adalah sebagai berikut : (1) Konsep Pendidikan Aqidah: Membuka kehidupan anak dengan kalimat Laa ilaha illalloh, Mendidiknya untuk mencintai Nabi, Al-Qur`an dan Keluarganya (2) Konsep Pendidikan Syariah: Mengajarkannya tentang masalah halal dan haram setelah ia berakal, Memerintahkannya untuk beribadah saat umurnya tujuh tahun, Mengajarkan anak hukum-hukum syar`i yang berhubungan dengan usia remaja dan dewasa. (3) Konsep Pendidikan Akhlak mengajarkan mereka

(40)

tentang pendidikan moral, Mengajarkan mereka tentang pendidikan sosial, Mengajarkan mereka tentang pendidikan seks.35

Antara penelitian penulis dan penelitian saudara Muhammad Ismail memiliki persamaan yaitu sama-sama penelitian tentang pendidikan akhlak bagi remaja. Namun bedanya, penelitian saudara Muhammad Ismail pada buku Tarbiyatul Aulad Fiil Islam, sedangkan penelitian penulis pada Buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak Karya M. Irsyad.

2. Metode Mendidik Menurut Rasulullah Saw Dalam Buku Cara Rasulullah Saw Mendidik Anak Karya Aya Agus Rianti. Penelitian ini dilakukan oleh Arini Inayatul Fajriyah, mahasiswa jurusan pendidikan Islam anak usia dini pada tahun 2017. Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa Metode Mendidik anak cara Rasulullah Saw yaitu: Teladan, Menasehati, Bersikap adil, Memenuhi Hak-hak anak, Mendoakan Membimbing anak berbakti kepada orangtua, Menghindari dari mencela dan memaki anak.36

Antara penelitian penulis dan penelitian saudari Arini Inayatul Fajriyah memiliki persamaan yaitu sama-sama penelitian tentang Pendidikan akhlak bagi anak remaja dalam Buku. Namun bedanya, penelitian saudari Arini Inayatul Fajriyah pada Buku Cara Rasulullah Saw Mendidik Anak Karya Aya Agus Rianti, sedangkan penelitian penulis pada Buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak Karya M. Irsyad.

35 Muhammad Ismail, Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Remaja Perspektif

“Tarbiyatul Fiil Islam” (Studi Tentang Konsep PAI Bagi Anak Remaja Perspektif Buku

“Tarbiyatul Aulad Fiil Islam”. (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2018).

36 Arini Inayatul Fajriyah, Metode Mendidik Menurut Rasulullah Saw Dalam Buku Cara Rasulullah Saw Mendidik Anak Karya Aya Agus Rianti, (Purwokerto, IAIN Purwokerto, 2021).

(41)

3. Konsep Pendidikan Anak Menurut Jamal Abdurrahman Dalam Kitab Athfal Al-Muslimin. Penelitian ini dilakukan oleh Tasya Annisa, mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2020. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa mendidik anak dengan cara kekerasan akan tidak efektif. Dilihat dari kacamata pendidikan Islam, pendidikan dengan kekerasan bukanlah pendidikan yang dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Pendidikan melalui kekerasan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu kekerasan verbal dan kekerasan non verbal (kekerasan fisik). Konsep pendidikan anak tanpa kekerasan dapat memahami arti anak sesungguhnya dan mencintainya karena Allah SWT, selalu mendo‟akan kebaikan anak, mendidik dengan keteladanan, menasehati melalui perkataan yang baik, menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, tidak membedakan jenis kelamin, hargai perilaku baik anak.

Dampak pendidikan anak dengan kekerasan bagi anak di antaranya: anak menjadi depresi, berbohong takut dimarahi, mencoba berontak, menurunkan tingkat kecerdasan, trauma yang berlanjut, menyebabkan anak menjadi durhaka.37

Antara penelitian penulis dan penelitian saudari Tasya Annisa memiliki persamaan yaitu sama-sama tergolong penelitian kepustakaan (library research). Namun bedanya penelitian saudari Tasya Annisa membahas tentang Konsep Pendidikan Anak Menurut Jamal Abdurrahman Dalam Kitab Athfal Al-Muslimin, sedangkan penelitian penulis membahas

37 Tasya Annisa, Konsep Pendidikan Anak Menurut Jamal Abdurrahman Dalam Kitab Athfal Al-Muslimin, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2020)

(42)

Pendidikan Akhlak bagi Remaja dalam buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak Karya M. Irsyad.

4. Implementasi Pendidikan Akhlak Pada Remaja Dalam Keluarga Di Desa Teluk Dalem Ilir Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah.

Penelitian ini dilakukan oleh Eka Rahmawati, mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Metro pada tahun 2019. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis diperoleh data melalui hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi telah dianalisis dan ditarik kesimpulan bahwa:

Implementasi pendidikan akhlak pada remaja dalam keluarga berdasarkan temuan penulis dan pembahasannya, orangtua sudah baik dalam menerapkan pendidikan akhlak pada remaja dalam keluarga dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut: 1. Pendidikan dengan keteladanan, 2. Pendidikan dengan adat kebiasaan, 3. Pendidikan dengan nasihat, 4. Pendidikan dengan pengawasan, 5. Pendidikan dengan hukuman.38

Antara penelitian penulis dan penelitian saudari Eka Rahmawati memiliki persamaan yaitu sama-sama penelitian tentang pendidikan akhlak bagi remaja. Namun bedanya, penelitian saudari Eka Rahmawati membahas tentang penelitian kualitatif (lapangan), data diperoleh atau diambil langsung ke lapangan, sedangkan penelitian penulis tentang kajian

38 Eka Rahmawati, Implementasi Pendidikan Akhlak Pada Remaja Dalam Keluarga Di Desa Teluk Dalem Ilir Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah, (Lampung: Institut Agama Islam Negeri Metro, 2019)

(43)

pustaka (library research), yang datanya diambil langsung dari buku atau jurnal.

5. Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibnu Miskawaih Dalam Buku Tahdzib Al- Akhlak (Menuju Kesempurnaan Akhlak). Penelitian ini dilakukan oleh Miftahul Jannah, mahasiswa fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru pada tahun 2021. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Strategi Pendidikan Akhlak Menurut Ibnu Miskawaih ada tiga komponen agar pendidikan sukses seperti yang di harapkan. Pertama, seorang peserta didik dan pendidik diletakkan diantara kecintaan kepada Allah dan orang tua. Karena menurut Ibnu Miskawaih pendidiklah yang dapat mengarahkan keadaan jiwa dari peserta didiknya.

Dengan rasa cinta itu, maka apa yang disampaikan oleh pendidik akan diikuti dengan senang hati oleh peserta didiknya. Kedua, Ibnu Miskawaih menyebutkan tiga hal yang dapat dijadikan sebagai materi pendidikan akhlak, yaitu: Pertama, pendidikan yang wajib bagi kebutuhan jiwa (berakhlak kepada Allah). Kedua, pendidikan yang wajib bagi kebutuhan tubuh (berakhlak kepada diri sendiri). Ketiga, pendidikan yang wajib terkait dengan hubungan manusia dengan sesamanya (sosial). Ketiga, Metode pendidikan yang efektif untuk diterapkan dalam pendidikan akhlak menurut Ibnu Miskawaih yaitu: 1) Metode alami, 2) Metode pembiasaan, 3) Metode bimbingan, 4) Metode hukuman. Hukuman sebagai metode adalah jalan terakhir jika metode-metode lain kurang efektif.39

39 Miftahul Jannah, Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibnu Miskawaih Dalam Buku Tahdzib Al- Akhlak (Menuju Kesempurnaan Akhlak), (Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, 2021)

(44)

Antara penelitian penulis dan penelitian saudari Miftahul Jannah memiliki persamaan yaitu sama-sama tergolong penelitian kepustakaan (library research). Namun bedanya penelitian saudari Miftahul Jannah membahas tentang Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibnu Miskawaih Dalam Buku Tahdzib Al- Akhlak (Menuju Kesempurnaan Akhlak), sedangkan penelitian penulis membahas tentang Pendidikan Akhlak bagi Remaja dalam buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak Karya M.

Irsyad.

6. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Untuk Peserta Didik Menurut M. Quraish Shihab Dalam Buku Yang Hilang Dari Kita: Akhlak. Penelitian ini dilakukan oleh Gustin Ambarsih, mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2019. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak untuk peserta didik menurut M. Quraish Shihab terdapat 8 poin, yaitu: toleransi, kedisiplinan, Al-Haya‟/malu, sopan santun terhadap Allah Swt, sopan santun terhadap ibu-bapak, sopan santun terhadap murid dan guru, sopan santun terhadap sahabat dan sopan santun berbicara. Akan tetapi nilai-nilai pendidikan akhlak belum sepenuhnya berhasil dalam membentuk akhlak mulia (luhur). Akhlak dinyatakan telah hilang dari individu secara umum umat Islam, dibuktikan banyaknya perilaku yang jauh dari nilai-nilai Islami. Kegagalan ilmu akhlak dalam mewujudkan akhlak luhur, ada dua kemungkinan yaitu dikarenakan kesalahan cara mengajarkannya ataupun karena mereka tidak memahaminya dengan baik,

(45)

serta apabila sudah memahaminya mereka tidak menggunakannya sebagai sebuah kebiasaan.40

Antara penelitian penulis dan penelitian saudara Gustin Ambarsih memiliki persamaan yaitu sama-sama tergolong penelitian kepustakaan (library research). Namun bedanya penelitian saudara Gustin Ambarsih membahas tentang Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Untuk Peserta Didik Menurut M. Quraish Shihab dalam buku Yang Hilang Dari Kita: Akhlak.

Sedangkan penelitian penulis membahas tentang Pendidikan Akhlak bagi Remaja dalam buku Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak Karya M.

Irsyad.

40 Gustin Ambarsih, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Untuk Peserta Didik Menurut M.

Quraish Shihab Dalam Buku Yang Hilang Dari Kita: Akhlak, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2019).

(46)

32 A. Jenis Penelitian

Penelitian ini ialah penelitian kepustakaan (library research), dalam riset pustaka, sumber perpustakaan dimanfaatkan untuk memperoleh data penelitiannya. Maksudnya, riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan.41 Bahan koleksi yang dimaksud seperti buku, jurnal, karya ilmiah, dan sebagainya. Penelitian kepustakaan identik dengan kegiatan analisis teks atau wacana yang menyelidiki suatu peristiwa, baik berupa perbuatan atau tulisan yang diteliti untuk mendapatkan fakta-fakta yang tepat (menemukan asala- usul, sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya).42 Proses Library Research sendiri meliputi mengidentifikasi dan menemukan informasi yang relevan, menganalisis apa yang peneliti temukan, dan kemudian mengembangkan dan mengekspresikan ide-ide peneliti.43

Pembahasan dalam penelitian ini mengarah pada penjelasan deskriptif sebagai ciri khas penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

41 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. 2008, h.1-2

42 Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan Library Research, edisi revisi, Malang:

Literasi Nusantara Abadi, 2020), h.7.

43 Burhan Bungin, Post Qualitative Social Research Methods: Kuantitatif-Kualitatif- Mixes Methods, Positivism-Postpositivsm-Phenomenology-Postmodern, Filsafat, Paradigma, Teori, Metode, dan Laporan, Jakarta: Kencana, 2021, h. 237.

Referensi

Dokumen terkait

listrik pada medium lebih besar dari logam, maka yang perlu diperhatikan adalah. mediumnya dan batas antar logam

menggunakan metode tutor sebaya lebih tinggi dari pada. ceramah, H o ditolak apabila t hitung <

Halim(2008:325),”kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD(Satuan Kerja Perangkat Daerah) sebagai bagian dari

Pada penderita gout , kadar asam urat yang tinggi di dalam darah dapat memicu pembentukan kristal yang bisa menimbulkan rasa nyeri pada sendi.. Gout adalah radang sendi

Halaman ini adalah sebagai halaman induk yang akan memuat beberapa halaman link yang dibagi menjadi dua menu antara menu data santri dan menu data admin yang

Pada penelitian ini yang menjadi sumber adalah pompa dengan kapasitas aliran dan Head yang lebih besar dari pada kapasitas dan head pompa sebagai turbin yang diuji..

Judul skripsi ini adalah “ PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS SANTO FRANSISKUS ASISI ”. Judul ini dipilih berdasarkan

Jadi praktik cakepan di Desa Banymudal termasuk dalam transaksi multi akad, kerena di dalam praktik tersebut terdapat dua akad yaitu qardh dan jual beli, kedua akad