PRESTASI POMPA SENTRIFUGAL DENGAN IMPELER
SETENGAH TERTUTUP SEBAGAI TURBIN
No : 744/ TA / FST-USD / TM / Januari / 2007
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Disusun oleh :
Jimmy Norel NIM : 015214066
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
THE PERFORMANCE OF A CENTRIFUGAL PUMP
WITH HALF-CLOSED IMPELLER AS TURBINE
No : 744/ TA / FST-USD / TM / Januari / 2007
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfilment of the Requirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree
In Mechanical Engineering
By :
Jimmy Norel
Student Number: 015214066
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY
Penggunaan turbin air pada daerah kerja dibawah 3 kW tidak banyak dan secara ekonomis kurang menguntungkan. Disisi lain semua tipe pompa sentrifugal dari jenis pompa aliran radial sampai dengan aliran aksial berpotensi untuk dioprasikan sebagai turbin air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari salah satu pompa sentrifugal yang menggunakan impeler setengah tertutup yang banyak beredar dipasaran sebagai turbin air.
Penelitian ini dilakukan dengan cara memvariasikan kapasitas aliran pompa sebagai turbin pada 6 variasi. Pada penelitian ini yang menjadi sumber adalah pompa dengan kapasitas aliran dan Head yang lebih besar dari pada kapasitas dan head pompa sebagai turbin yang diuji. Dengan menggunakan transmisi sabuk, turbin di hubungkan dengan alternator. Parameter-parameter hasil pengukuran disetiap pengujian pompa sebagai turbin adalah kapasitas aliran yang melalui pompa sebagai turbin, tekanan pada sisi masuk dan keluar, putaran, tegangan dan arus alternator akibat pembebanan.
dianugerahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini adalah salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Terwujudnya penyelesaian penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis menghaturkan terima kasih kepada :
1. Ir. Greg. Heliarko, SJ., SS., B.ST., M.A., M.Sc., selaku Dekan Fatultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Budi Sugiarto, S.T., M.T, selaku Kepala Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Yosef Agung Cahyananta, S.T, M.T, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang telah berkenan meluangkan waktu memberi bimbingan dan pengarahan sampai Tugas Akhir ini selesai.
4. Budi Setyahandana, S.T., M.T, selaku dosen pembimbing akademik selama penulis menempuh perkuliahan di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dharma Yogyakarta.
7. Seluruh Dosen di Jurusan Teknik, Mesin Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberi ilmu sebagai dasar yang sangat berguna bagi penulis.
8. Bapak Intan, bapak Ronny, bapak Martono dan Seluruh karyawan Laboratorium Jurusan Teknik Mesin maupun sekretariat Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi bantuan informasi dan penggunaan peralatan yang digunakan. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha maksimal agar dapat menyelesaikan dengan baik. Namun penulis menyadari masih ada hal-hal yang jauh dari sempurna dalam penulisan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis dengan besar hati akan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan di kemudian hari.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii
HALAMAN PENGESAHAN ...iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
INTISARI ...vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR LAMBANG ...xiii
DAFTAR TABEL ...xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. LATARBELAKANG MASALAH ... 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ... 2
1.3. TUJUAN PENELITIAN ... 3
1.4. BATASAN PENELITIAN ... 3
BAB II DASAR TEORI... 4
2.1. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.2. LANDASAN TEORI ... 5
2.2.1. Aliran Zat Cair dan Bentuk Energinya ... 5
2.2.2. Persamaan Bernoulli Tentang Bentuk energi ... 5
2.2.3. Daya Yang Masuk ke Turbin ... 8
2.3. TURBIN AIR ... 19
2.3.1. Perkembangan Turbin Air ... 19
2.3.2. Klasifikasi Turbin Air Menurut Cara Kerjanya ... 20
2.3.2. Klasifikasi Turbin Air Menurut Daya Yang Dihasilkan ... 25
2.4. POMPA SENTRIFUGAL ... 26
2.4.1. Prinsip Dasar Pompa Sentrifugal ... 26
2.4.2. Pemilihan Pompa Sentrifugal ... 28
2.4.3. Jenis-Jenis Pompa Sentrifugal ... 28
2.4.3 1. Pompa Sentrifugal Aliran Radial ... 28
2.4.3 2. Pompa Sentrifugal Aliran Diagonal ... 30
2.4.3 3. Pompa Sentrifugal Aliran Aksial ... 31
2.5. POMPA SEBAGAI TURBIN ... 32
2.6. ALTERNATOR ... 38
2.7. PERSAMAAN-PERSAMAAN YANG DIGUNAKAN ... 40
3.7.1 Persamaan Untuk Menghitung Daya Air ... 40
3.7.2 Persamaan Untuk Menghitung Daya Yang Dihasilkan Turbin ... 41
3.7.3 Persamaan Untuk Menghitung Efisiensi Turbin ... 41
3.7.4 Persamaan Untuk Menghitung Head Kecepatan ... 41
3.7.5 Persamaan Untuk Menghitung Perbandingan Putaran Pada Transmisi Sabuk ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
3.1 DIAGRAM ALIR ... 42
3.3 SARANA PENELITIAN ... 43
3.3.1 Sarana Pengujian ... 43
3.3.2 Sarana Perhitungan ... 50
3.4 JALANNYA PENELITIAN ... 50
3.4.1 Tahap Persiapan ... 50
3.3.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 52
BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN ... 53
4.1 PERHITUNGAN ... 53
4.1.1 Data Penelitian ... 53
4.1.2 Perhitungan dan Pengolahan Data ... 56
4.1.2.1. Perhitungan Daya Air... 56
4.1.2.2. Perhitungan Daya Yang Dihasilkan Turbin ... 57
4.1.2.3. Perhitungan Efisiensi Turbin... 57
4.1.2.4. Perhitungan Head kecepatan ... 57
4.1.2.5. Perhitungan Perbandingan Putaran Pada Transmisi Sabuk ... 58
4.1.3 Hasil Pengolahan dan Perhitungan Data ... 58
4.2 PEMBAHASAN ... 64
4.2.1 Pembahasan Untuk Hasil Prediksi Pengujian 1 ... 64
4.2.2 Pembahasan Untuk Hasil Prediksi Pengujian 2 ... 64
4.2.3 Pembahasan Untuk Hasil Prediksi Pengujian 3 ... 64
4.2.4 Pembahasan Untuk Hasil Prediksi Pengujian 4 ... 64
4.2.5 Pembahasan Untuk Hasil Prediksi Pengujian 5 ... 65
4.2.6 Pembahasan secara teoritis... 65
4.3. KENDALA PADA SAAT PENELITIAN... 67
BAB V PENUTUP... 68
5.1 Kesimpulan ... 68
5.2 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA... 70
LAMPIRAN... 71
Tabel Hasil Perhitungan Ekstrapolasi Pengujian 1 ... 72
Tabel Hasil Perhitungan Ekstrapolasi Pengujian 2 ... 72
Tabel Hasil Perhitungan Ekstrapolasi Pengujian 3 ... 72
Tabel Hasil Perhitungan Ekstrapolasi Pengujian 4 ... 73
Tabel Hasil Perhitungan Ekstrapolasi Pengujian 5 ... 74
Tabel Hasil Perhitungan Ekstrapolasi Pengujian 6 ... 75
DAFTAR LAMBANG
p
E Energi tempat (Nm)
z
E Energi tekanan (Nm)
k
E Energi kecepatan (Nm)
m Massa (kg)
z Ketinggian (meter)
c Kecepatan fluida (m/detik)
in
p Tekanan masuk (Pascal)
out
p Tekanan keluar (Pascal)
in
P Daya air (Watt)
out
P Daya turbin (Watt)
P1 Daya turbin (Watt)
P2 Daya alternator (Watt)
P Daya listrik (Watt)
•
V Debit air (m3/detik) m Massa aliran air (kg/detik)
T
η Efisiensi turbin
H Head total air (meter) Hp Head tekanan m(meter)
Hc Head kecepatan (meter)
g Percepatan gravitasi (m/detik2)
V Tegangan (Volt) I Arus listrik (Ampere) n1 Putaran poros turbin (rpm)
n2 Putaran alternator (rpm)
F1 Gaya yang terjadi akibat putaran turbin pada sisi pully pada poros turbin
(Newton)
F2 Gaya yang terjadi akibat putaran turbin pada sisi pully pada poros
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jenis impeller pompa sentrifugal aliran radial ... 29
Tabel 4.1. Data pengujian 1 ... 53
Tabel 4.2. Data pengujian 2 ... 54
Tabel 4.3. Data pengujian 3 ... 54
Tabel 4.4. Data pengujian 4 ... 55
Tabel 4.5. Data pengujian 5 ... 55
Tabel 4.6. Data pengujian 6 ... 56
Tabel 4.7. Data hasil perhitungan pengujian 1... 58
Tabel 4.8. Data hasil perhitungan pengujian 2... 59
Tabel 4.9. Data hasil perhitungan pengujian 3... 59
Tabel 4.10. Data hasil perhitungan pengujian 4... 60
Tabel 4.11. Data hasil perhitungan pengujian 5... 60
Tabel 4.12. Data hasil perhitungan pengujian 6... 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema perubahan bentuk energi. ... 5
Gambar 2.2. Bentuk energi dalam aliran air ... 6
Gambar 2.3. Terjadinya gaya karena pembelokan aliran air ... 9
Gambar 2.4. Analogi terjadinya gaya pada turbin dan pompa... 11
Gambar 2.5. Pengaruh kelengkungan sudut pada roda jalan ... 12
Gambar 2.6. Momen puntir yang terjadi pada dua jenis roda jalan turbin ... 14
Gambar 2.7. Korelasi tinggi air jatuh terhadap bentuk sudu... 15
Gambar 2.8. Luasan merupakan komponen dari kecepatan ... 16
Gambar 2.9. Grafik informatif daerah penggunaan dari beberapa jenis konstruksi turbin yang berda... 18
Gambar 2.10. Skema perubahan Head pada turbin Pelton (kiri), irisan penampang nozzle dan ember sudu (kanan atas), bagan kecepatan pada turbin Pelton (kanan bawah)... 21
Gambar 2.11. Skema (sebelah kiri) dan bagan kecepatan pada Turbin Aliran Ossberger (sebelah kanan) ... 22
Gambar 2.12. Dua tipe Turbin Francis, tipe horizontal (kiri) dan tipe vertical (kanan)... 23
Gambar 2.13. Skema Turbin Francis dan perubahan Headnya... 24
Gambar 2.15. Poligon kecepatan yang terjadi pada sisi masuk dan sisi
keluar yang dialami bagian sudu, kisi-kisi sudu, gaya yang
dialami sudu ... 25
Gambar 2.16. Bagan aliran fluida di dalam pompa sentrifugal ... 26
Gambar 2.17. Segitiga kecepatan pada sisi masuk dan sisi keluar pada impeller pompa... 27
Gambar 2.18. Karta untuk menghitung kecepatan putar spesifik impeller... 29
Gambar 2.19. Skema impeller pompa sentrifugal aliran radial dari tekanan tinggi ke tekanan rendah (ki-ka) ... 30
Gambar 2.20. Skema impeller pompa sentrifugal aliran setengah aksia ... 31
Gambar 2.21. Skema impeller pompa sentrifugal aliran setengah aksial ... 31
Gambar 2.22. Perbandingan roda jalan turbin dan impeller pompa ... 33
Gambar 2.23. Segitiga kecepatan pada efisiensi maksimum pada mesin pompa yang dioperasikan sebagai pompa dan sebagai turbin ... 34
Gambar 2.24. Grafik kinerja mesin pompa yang dioperasikan sebagai pompa dan sebagai turbin pada putaran kerja yang sama ... 36
Gambar 2.25. Skema alternator... 39
Gambar 3.1. diagram alir penelitian... 42
Gambar 3.2. Skema alat penelitian ... 44
Gambar 4.1a. Grafik Daya, Efisiensi dan Torsi vs nq disetiap pembebanan ... 61
Gambar 4.1b. Grafik Daya, Efisiensi dan Torsi vs nq disetiap pembebanan ... 62
Gambar 4.2. Grafik Daya Yang Dihasilkan Turbin vs Beban. ... 62
Gambar 4.4. Grafik Ekstrapolasi Putaran Turbin vs Beban... 63
Gambar 4.5. Grafik Efisiensi, BHP, Debit, Putaran dan Head vs Kecepatan
Massa Air Rata-Rata ... 65
Gambar 4.6. Grafik Efisiensi, Daya output dan Torsi vs Putaran... 66
Gambar 4.7. Grafik Head dan Efisiensi vs nq jika dioprasikan pada
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Hydropower adalah salah satu hasil usaha pengembangan manusia untuk
mendapatkan sumber energi alternatif baru khususnya energi listrik yang lebih
mudah didapat dan diterapkan guna mengurangi penggunaan sumber energi yang
berasal dari perut bumi (bahan bakar fosil) yang saat ini keberadaannya semakin
menipis dikarenakan eksploitasi yang berlebihan.
Energi air hingga sekarang menjadi salah satu sumber energi utama yang
digunakan untuk membangkitkan energi listrik agar bisa digunakan secara luas.
Walaupun masih memiliki kekurangan, tetapi dampak lingkungan yang
diakibatkan oleh pembangkit tenaga air relatif lebih rendah resikonya
dibandingkan dengan pembangkit tenaga diesel maupun pembangkit tenaga
nuklir.Tenaga air merupakan salah satu sumber energi yang dapat meminimalisir
penggunaan dari produk-produk yang membutuhkan bahan bakar yang berasal
dari fosil (minyak bumi, batu bara, gas alam, dan lain-lain), walaupun saat ini
belum dimungkinkan dan ditemukan alat yang bisa mengubah energi air yang
berefisiensi (dari energi yang dihasilkan) lebih besar dari pembangkit energi
dengan bahan bakar fosil, tetapi sejalan perkembangan zaman manusia sadar akan
dampak tidak baik jika memakai bahan bakar fosil jika tidak dibatasi.
Dari data yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya
2003-2020 : Kebijakan Energi Yang Terpadu Untuk Mendukung Pembangunan
Nasional Berkelanjutan, pemanfaatan energi air di Indonesia masih sangat kecil,
baru sekitar 2,5% dari potensi yang bisa mencapai 75000 MW. Di Indonesia
terdapat 1315 kawasan yang berpotensi menjadi sumber energi tenaga air, dan
daerah-daerah tersebut tersebar dari Sabang sampai Marauke. Daerah-daerah yang
diprediksi memiliki potensi tersebut, antara lain : Pulau Papua 22371 MW, pulau
Kalimantan 21611 MW, pulau Sumatra 15804 MW, pulau Sulawesi 10203 MW,
pulau Jawa 4531 MW, kepulauan Nusa Tenggara (Bali, NTB dan NTT) 674 MW
dan kepulauan Maluku 430 MW. Data-data diatas merupakan sumber pembangkit
tenaga air dengan kapasitas besar, belum termasuk sumber-sumber pembangkit
tenaga air dengan kapasitas kecil.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Karena penggunaan turbin yang relatif digunakan untuk keperluan massal
(public sevice) atau industri-industri berskala besar; pada interval kerja di bawah
3 kW (Pico Hydro-Power) sangat jarang sekali turbin yang diproduksi, maka
harga dari turbin air tersebut relatif sangat mahal dan tidak banyak pilihan
terutama di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan suatu teknologi terapan untuk
mengatasi penyebaran energi yang tidak merata, terutama dalam bentuk energi
listrik. Karena secara sistem kerja pompa merupakan kebalikan dari turbin dan
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui prestasi salah satu
jenis pompa centrifugal satu tingkat yang ada dipasaran jika dijadikan turbin,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang
rekayasa tenaga air atau hydro-power, terutama yang berkaitan dengan
pemanfaatan pompa sebagai turbin.
1.4 BATASAN MASALAH
Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan tetap berada dalam jangkauan
penulis, maka perlu adanya batasan masalah. Untuk itu, dalam penelitian tentang
“Pompa sebagai turbin”batasan yang hendak ditetapkan sebagai berikut :
a) Pompa sebagai turbin yang digunakan sebagai sarana percobaan
kondisinya bukan pompa baru dan tidak diketahui spesifikasinya. Penulis
mencari data tentang pompa yang digunakan dengan cara mengambil data
dari pompa yang bentuk serta ukurannya sama seperti pompa yang dijual
dipasaran.
b) Pembahasan hanya bekisar tentang pengaruh bukaan katup terhadap daya
input pompa sebagai turbin, putaran pompa sebagai turbin, daya output
pompa sebagai turbin yang telah dikonversi menjadi elergi listrik,torsi
yang digunakan untuk menghasilkan daya listrik dan efisiensi pompa
sebagai turbin yang mengacu pada daya input disetiap variasi bukaan
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai referensi penelitian ini bersumber dari beberapa
penelitian-penelitian yang telah dilakukan tentang penggunakan mesin pompa standard
sebagai turbin, penelitian-penelitian terebut antara lain :
a. Penelitian yang dilakukan oleh Made Suarda dan rekan-rekan, dari
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana, Bali, 2006.
Hasil dari penelitian tersebut adalah memperbaiki efisiensi mesin pompa
sebagai turbin yang menggunakan impeller tertutup dengan memodifikasi
saluran keluar dari impeller pompa. Hasilnya terjadi peningkatan nilai
efisiensi pada kecepatan putar 1580 rpm dari 29,95 % menjadi 37,50 %.
b. Penelitian atas kerja sama antara MSc. A. Tamm dan Prof. Dr. Ing. B.
Stoffel, Dr. Ing. G. Ludwig yang berasal dari TU Darmstadt, Institute of
Turbomachinery dan Fluid Power, Darmstadt, Jerman. Serta Mech. Ing. A
Braten yang berasal dari NTNU Trondheim, Faculty for Mechanical
Engineering, Trondheim, Norwegia. Hasil penelitian ini adalah
perbandingan perhitungan dengan persamaan Stepanoff (untuk
menentukan head turbin dan debit turbin) dengan perhitungan secara
komputasi. Terjadi deviasi sebesar 3,5% pada perhitungan debit dan 1,7%
2.2 LANDASAN TEORI
2.2.1Aliran Zat Cair dan Bentuk Energinya
Hukum Newton menyatakan tentang kekekalan energi, yang berarti energi
tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat diciptakan tetapi dapat diubah menjadi
energi lain. Dengan melihat kaidah hukum itu maka air yang mengalir
mengandung energi dan energi tersebut dapat diubah bentuknya, misalnya
perubahan dari energi potensial kedalam energi kinetik, atau sebaliknya.
Gambar 2.1. Skema perubahan bentuk energi
2.2.2Persamaan Bernoulli Tentang Bentuk Energi
Pada suatu aliran air di dalam pipa, diambil suatu selisih ketinggian z
antara tinggi air atas dan tinggi air bawah, maka menurut Bernoulli, besar energi
aliran tersebut adalah:
2
2 c m p m z g m
W = ⋅ ⋅ + ⋅ + ⋅
ρ (Nm) (Dietzel) (2.1)
energi potensial
Gambar 2.2 Bentuk energi pada aliran air.(Dietzel)
Bila pada aliran tersebut diatas diambil suatu jumlah air tiap 1kg untuk
diperhitungkan, hal ini dinamakan “spesifik energi” satuannya dalam Nm/kg.
Karena dibagi m akan didapat:
= + + ⋅ = 2 2 c p z g w
ρ konstan (Nm/kg) (Dietzel) (2.2)
Kemudian dibagi lagi dengan percepatan gravitasi g, akan didapat salah
satu ruas dari persamaan Bernoulli, yang mempunyai arti ”ketinggian”:
= + ⋅ + = g c g p z H 2 2
ρ konstan (m) (Dietzel) (2.3)
Dengan:
z = tinggi statis (m),
g p
⋅
ρ = tinggi tekanan (m)
g c
2
2
= tinggi kecepatan (m)
a) Energi Potensial
z g m
dengan:
w = Energi potensial (N.m)
m = Massa (kg)
g = Gravitasi (m/s2)
z = Tinggi posisi terhadap acuan (m)
b) Energi tekan
ρ p m
w= ⋅ (Dietzel) (2.5)
dengan:
w = Energi tekan (Nm)
m = Massa (kg)
p = Tekanan (N/m2)
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
c) Energi kecepatan
2
2
c m
w= ⋅ (Nm) (Dietzel) (2.6)
w = Energi kecepatan (Nm) m= Massa (kg)
Arti selanjutnya dari kaidah kekekalan energi adalah apabila arus air
dalam alirannya dilewatkan melalui turbin air, maka energi yang ada dalam air
akan diubah menjadi bentuk energi yang lain.
2.2.3Daya yang Masuk ke Turbin
Dari kapasitas air
.
V dan tinggi air jatuh Hdapat diperoleh daya yang
masuk ke turbin:
h H g V
P= .⋅ρ⋅ ⋅ ⋅η (Dietzel) (2.7)
dengan :
=
P Daya yang masuk ke turbin (W)
=
.
V Kapasitas air (m3/detik)
=
ρ Massa jenis air (kg/m3)
=
g Percepatan gravitasi (m/detik2)
=
H Tinggi air jatuh (m)
h
η = Randemen hidraulik
Bila massa aliran
.
m dan tinggi air jatuh telah diketahui, maka daya
yang dihasilkan:
h H g m
P= .⋅ ⋅ ⋅η (Dietzel) (2.8)
dengan :
=
.
2.2.4Dinamika Turbin
Suatu benda yang berlubang seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. , jika
secara teratur dialiri air dengan kecepatan c1 dan membentuk sudut α1, sejajar
dengan dinding batas benda tersebut. Aliran air m akan belok dan keluar dengan
membentuk sudut α2.
Gambar 2.3. Terjadinya gaya pada pembelokan aliran air. (Dietzel)
Penampang di bagian keluar A2 lebih kecil dari pada A1, berarti kecepatan
keluar c2 lebih besar dari pada c1. dari gambar dan bentuk peralatan serta arah
aliran dapat diperkirakan bagaimana asalnya gaya F. besarnya gaya ini menurut
kaidah pergerakan atau inpuls.
F x t = (m x c1) – (m x c2) (Dietzel) (2.9)
Jika t dipindahkan ke sisi kanan maka persamaan tersebut menjadi :
(
c1 c2)
F =
m
• − (Dietzel) (2.10)Atau :
(
c1 c2)
F =
V
• ×ρ − (Dietzel) (2.11)Dengan :
c1.= kecepatan fluida pada sisi masuk (m/s)
c2 = kecepatan fluida pada sisi keluar (m/s)
Supaya diperhatikan, bahwa menurut kaidah impuls untuk perbedaan
geometri dari bagian-bagian yang bergerak didapat dari
m
• ×c1 danm
• ×c2.Dengan memperhatikan sudut aliran masuk dan keluar, maka gaya yang
terjadi dapat diuraikan dalam arah sumbu x dan sumbu y, seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.3.
(
1 cosα1 2 cosα2)
ρ × − ×
×
= • c c
Fx
V
(Dietzel) (2.12)(
1 sinα1 2 sinα2)
ρ × − ×
×
= • c c
Fy
V
(Dietzel) (2.13)a) Pemindah Gaya ke Turbin
Bejana pada Gambar 2.4 diletakkan di atas kereta yang bisa bergerak
tanpa gesekan, ke dalam bejana tersebut dialirkan air, maka kereta akan
meluncur dengan kecepatan u sambil menarik tali penggantung beban.
Melalui sudu pengarah yang tetap, air dialirkan ke dalam bejana dengan
membentuk sudut α1 dan kecepatan c1. satu bagian kecil air pada titik a
bergerak pindah ke dalam bejana dengan sudut α1 dan kecepatan c1 ke arah
titik c1, tetapi pada waktu yang bersamaan air tersebut juga bergerak dengan
kecepatan u ke arah u1. dengan digabarnya c1 dan u bersama-sama didapat
arah dan besarnya kecepatan w1 bagian kecil air bergerak di dalam bejana
dengan arah dan kecepatan w1. dengan demikian segi tiga kecepatan air
Gambar 2.4. Analogi gaya yang terjadi pada turbin dan pompa. (Dietzel)
Untuk gambar segitiga kecepatan bagian air ke luar didapat sebagai
berikut, bila satu bagian kecil air z dalam mengalirnya sampai dibagian
ujung keluar bejana kecepatannya berubah dari c1 ke c2 disebabkan karena
pengecilan penampang A2/A1 dan kelengkungan bejana.
Di titik z digambar harga u2 (pada persoalan ini u2 = u1 =u) dan
digambar pula w2 yang sesuai besar dan arahnya, dengan digambarnya c2 di
dapat segitiga kecepatan keluar. Penjelasan diatas sesuai dengan dalil
penjumlahan vector, sebagai keterangan berikut aksara-aksara yang menjadi
simbol :
c = kecepatan mutlak rata-rata massa air (m/s)
w = kecepatan relatif air terhadap roda jalan turbin (m/s)
α = sudut yang terbentuk antara garis kerja c dan garis kerja u (˚)
β = sudut yang terbentuk antara gari kerja w dan u (˚)
subscript 1 = komponen sisi masuk turbin
subscript 2 = komponen sisi keluar turbin
Untuk mengetahui besar gaya yang dialami roda jalan turbin digunakan
persamaan :
(
u u)
u w w
F =
V
• ×ρ× 1 − 2 (Dietzel) (2.14)(
a a)
a w w
F =
V
• ×ρ× 1 − 2 (Dietzel) (2.15)Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 notasi u menjelaskan
komponen kecepatan yang diproyeksikan terhadap garis kerja kecepatan
roda turbin dan notasi a menjelaskan komponen kecepatan yang
diproyeksikan terhadap garis yang tegak lurus terhadap garis kerja
kecepatan roda turbin. Untuk kapasitas yang sama, pada kelengkungan yang
lebih tajam akan diperoleh gaya yang lebih besar (seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.5 ), jadi persamaan menjadi :
(
)
(
u u)
u w w
F =
V
× × 1 − − 2•
ρ =
V
× ×(
w1u +w2u)
•
ρ
Tetapi tidak semua turbin air mempunyai sudu-sudu yang belakangnya
tajam, karena hal ini ada hubungannya dengan kapasitas air, tinggi air jatuh
dan kecepatan putar roda turbin, jadi dari alasan-alasan konstruksi dan
ekonomilah yang membuat pembuatan turbin harus tertentu. Selain dengan
kecepatan relatif, besar gaya dapat juga dihitung dengan memakai kecepatan
absolut dari air.
u c
w1u = 1u − w2u =c2u −u
(
u u)
u c c
F =
V
× × 1 − 2•
ρ (Dietzel) (2.17)
Yang perlu diperhatikan dalam perhitungan dari kecepatan absolut air
ini adalah arah dari pada sisi masuk dan sisi keluar.
b) Momen Puntir
Aliran air di dalam bejana bisa asumsikan sebagai aliran air di dalam
saluran sudu-sudu yang terdapat pada roda turbin, seperti yang ditunjukkan
Gambar 2.6, r adalah jarak dari titik pusat ke tempat bekerjanya gaya
tangensial Fu, maka pada poros turbin akan bekerja momen :
(
u u)
u r V rw rw
F
M = × = × × 1 1 − 2 2
•
ρ (Dietzel) (2.18)
Atau :
(
u u)
u r V rc r c
F
M = × = •×ρ× 1 1 − 2 2 (Dietzel) (2.19)
Gambar 2.6. Momen puntir yang terjadi pada dua tipe roda jalan turbin. (Dietzel)
Jari-jari r1 dan r2 tiap-tiap turbin tidak sama, ditentukan kepada cara dan
banyaknya air yang dialirkan.
Persamaan Euler tentang turbin, pada kecepatan sudut yang tetap
(ώ)/putaran tetap, harga kecepatan keliling roda turbin (u) dari sisi masuk
dan sisi keluar ditentukan oleh radius sisi masuk dan radius sisi keluar.
1
1 r
u =ω× u2 =ω×r2
Maka dari persamaan Euler tentang daya turbin :
(
rcu rc u)
VP= × × × 1 1 − 2 2
•
ω ρ
Menjadi :
(
ucu u c u)
VP= × × 1 1 − 2 2
•
ρ (Dietzel) (2.20)
c) Tinggi Air Jatuh
Dilain pihak untuk kapasitas dan tinggi air jatuh yang telah diletahui,
daya yang dihasilkan turbin :
T
H g V
Bila disamakan akan menjadi :
(
u u)
T V u c u c
H g V
P= •×ρ× × ×η = •×ρ× 1 1 − 2 2
Dari sini didapat rumus utama untuk turbin air dan biasanya disebut rumus
Euler Turbin :
(
)
T u u g c u c u H η × −= 1 1 2 2 (Dietzel) (2.21)
Dari rumus di atas dapat diketahui adanya hubungan pemanfaatan tinggi
air jatuh dengan bentuk sudu jalan, untuk mendapatkan ringkasan yang baik,
kecepatan absolut (c) diganti dengan komponen di dalam sudu gerak, yaitu
kecepatan relatif air terhadap roda jalan turbin (w), maka rumus tersebut
menjadi :
(
)
T u u g w u w u H η × −= 1 1 2 2 (Dietzel) (2.22)
Bila pada persamaan sebelah kiri harga H kecil, berarti harga persamaan
yang di sebelah kanan pun kecil. Hal ini samgat besar pengaruhnya dalam
menentukan arah w2u apakah dibuat sama atau berlawanan arah dengan w1u.
Untuk sumber pembangkit yang mempunyai tinggi air jatuh yang kecil
biasanya dengan debit yang besar akan menghasilkan nilai H yang kecil
karena arah dari w1u dan w2u searah, sedangkan pada sumber pembangkit
yang memiliki tinggi air jatuh yang besar dengan debit yang kecil akan
mengasilkan nilai H yang besar karena untuk menghasilkan daya yang besar
dengan debit yang kecil maka nilai H harus diperbesar.
d) Debit Air
Luas penampang saluran A1 tergantung kepada kapasitas aliran air. dari
persamaan kontinuitas :
A1= luas penampang saluran, D1= diameter roda jalan turbin sisi masuk, b1=
lebar saluran pengarah. Jadi disini ada juga hubungannya dengan diameter
roda turbin, yang berarti ada juga pengaruhnya terhadap besarnya u1. dengan
pemilihan lebar b berarti diameter roda D tertentu dan dengan demukian
bentuk roda turbin juga tertentu.
e) Kecepatan Putar Turbin
Dalam pemilihan kecepatan putaran sedapatnya ditentukan setinggi
mungkin karena dengan kecepatan putar yang tinggi akan didapat momen
puntir yang kecil, poros yang kecil, dan diameter roda turbin yang kecil,
serta bagian-bagian yang lain juga mengikuti.
f) Kecepatan Spesifik
Kecepatan spesifik (nq) dipakai sebagai tanda bataasan untuk
membedakan tipe roda turbin dan dipakai sebagai suatu besaran yang
penting dalam merencanakan turbin air.
Arti dari nq itu sendiri adalah kecepatan putaran roda turbin yang
bekerja pada tinggi air jatuh 1m dan kapasitas air sebesar 1 m3/detik.
Suatu roda turbin yang bekerja pada tinggi air jatuh yang berbeda dan
kapasitas air yang berbedea, serta bekerja pada putaran yang telah
ditentukan (biasanya kecepatan generator sudah ditetapkan) dan mempunyai
harga nq yang sama, maka turbin tersebut secara geometri/bentuk adalah
serupa/sebangun. Besarnya ukuran-ukuran pokoknya adalah berbeda.
Diameter roda turbin berbeda dan lebar rodanyapun berbeda, tetapi bentuk
sudu, sudut sudu pengarah dan sudut sudu jalan, perbandingan diameter
roda/ lebarnya adalah sama.
Dilain pihak suatu turbin bisa direncanakan untuk kecepatan putar pada
nilai tertentu, tinggi air jatuh yang sama, kapasitas air sama, tetapi bekerja
besarnya daya yang dihasilkan turbin sama, akan memberikan bentuk roda
dan kecepatan spesifik yang berbeda pula.
Bentuk persamaan untuk menentukan nilai dari kecepatan spesifik
adalah :
75 , 0 H n
nq
V
•
= (Dietzel) (2.23)
nq = kecepatan putar spesifik (rpm)
n = kecepatan putar generator
H = Head posisi/tinggi air jatuh
V
• = debit airGambar 2.9. Grafik informatif daerah penggunaan dari beberapa jenis konstruksi
2.3 TURBIN AIR
Turbin air adalah salah satu komponen dari pembangkit listrik tenaga air
(PLTA). Turbin air sendiri berfungsi sebagai pengubah energi mekanik dalam
hal ini puntiran menjadi energi listrik dengan bantuan komponen lainnya, energi
ini diambil dari air yang memanfaatkan aliran, tinggi air jatuh dan cara lainnya.
Energi puntiran yang dihasilkan oleh turbin diteruskan untuk memutar generator
yang selanjutnya menghasilkan energi listrik.
2.3.1Perkembangan Turbin Air
Perkembangan turbin air sulit untuk ditelusuri karena banyaknya acuan
yang terdapat dalam berbagai jurnal dan kadang tidak saling mendukung satu
dengan yang lain. Perkembangan turbin air mulai terlihat pada abad-19:
I. Pada tahun 1826 Benoit Fourneyron mengembangkan sebuah turbin air
berefisiensi 80%. Air diarahkan menyimpang melalui turbin runner
sehingga turbin runner berputar (turbin aliran keluar).
II. Pada tahun sebelumnya sekitar tahun 1820, Jean- Victor Poncelete
mendisain turbin air aliran dalam, dengan menggunakan prinsip yang sama
dia mendapat U.S.paten di tahun 1838.
Pada tahun 1848 James B. Francis mengembangkan disain turbin air aliran
dalam untuk mendapatkan efisiensi yang lebih tinggi (90%). Yang disebut
2.3.2 Klasifikasi Turbin AirMenurut Cara Kerja
Turbin air dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara, tapi secara
umum turbin air dikelompokkan menurut cara turbin tersebut merubah dari
energi air menjadi energi puntir. Berdasarkan klasifikasi ini turbin air dibagi
menjadi dua yaitu :
1) Turbin Impuls.
Yang dimaksud turbin impuls adalah turbin air yang cara bekerjanya
dengan merubah energi potensial air tersedia menjadi energi kinetik untuk
memutar turbin, sehingga menjadi energi puntir. Pada turbin ini
menggunakan prinsip impuls-momentum, karena momen puntir terjadi
akibat tumbukan massa air pada kecepatan tertentu dengan ember sudu
dari roda jalan turbin. yang perlu diperhatikan adalah proses terjadinya
momen puntir tersebut pada tekanan tetap/atmosfir, jadi tidak ada energi
tekanan yang mempengaruhi selain energi kecepatan air. Tipe Turbin yang
menggunakan prisip tersebut, antaran lain :
a. Tubin Pelton
Yang menjadi ciri khusus dari turbin ini adalah nosel dan sudu
roda jalan yang dirancang khusus. Pancaran air yang keluar dari nosel
dengan kecepatan tinggi menghantam sudu di tengah-tengah dan
karena bentuk dari sudu tersebut seperti dua mangkuk yang
berdimensi sama besar yang berdampingan, akibatnya roda jalan
turbin akan bergerak searah dengan arah tangensial dari kecepatan
terhadap roda jalan membentuk sudut terhadap arah kecepatan absolut
air, ini disebabkan bentuk geometri dari sudu roda jalan. Biasanya
turbin ini diaplikasikan pada head turbin yang tinggi, atau kesepatan
spesifik dibawah 15 rpm.
Gambar 2.10. Skema perubahan Head pada turbin Pelton (kiri), irisan penampang nozzle dan
ember sudu (kanan atas), bagan kecepatan pada turbin Pelton (kanan bawah).(Dietzel)
b. Turbin Aliran Ossberger
Turbin aliran Ossberger pemasukan air ke sudu turbin secara
radial. Air dialirkan melewati sudu-sudu jalan yang berbentuk silinder,
pertama-tama air dari luar masuk ke dalam sudu-sudu dan kemudian
dari dalam keluar. Jadi kerjanya roda jalan trbin ini adalah seperti
turbin peltn yaitu hanya sebagian susu-sudu saja yang berkerja
membalikkan aliran air.
kurang lebih 20% dari daya yang dihasilkan dari tingkat pertama, jadi
faedahnya tetap ada dan air tapa ada kesulitan bisa meninggalkan roda
jalan.
Gambar 2.11. skema (sebelah kiri) dan bagan kecepatan pada Turbin Aliran Ossberger
(sebelah kanan). (Dietzel)
Perkembangan selanjutnya turbin ini mengalami modifikasi yang
dilakukan oleh Michell yang berasal dari Australia dan Bangki yang
berasal dari Honggaria, dengan menambahkan pipa hisap pada sisi
keluar dari turbin. Dengan modifikasi ini meningkatkan randemen dari
turbin ini. Turbin ini sangat cocok pada pembangkit tenaga air
bersekala kecil. Kecepatan spesifik turbin ini terletak antara 11 rpm
sampai dengan 50 rpm.
2) Turbin Reaksi.
Yang dimaksud dengan turbin reaksi adalah turbin air yang momen
puntirnya dihasilkan dari merubah sebagian energi potensial air yang
tersedia menjadi energi tekanan dan energi kecepatan dari massa air.
Berbeda dengan turbin impuls, pada turbin reaksi ketika massa air
pada sisi masuk dan sisi keluar dari roda jalan tersebut. Karena
perebedaan tekanan kerja yang terjadi pada sisi masuk dan sisi keluar dari
roda jalan turbin maka turbin ini disebut turbin reaksi. Turbin air reaksi
terdiri dari beberapa tipe, yaitu:
a. Turbin Francis
Turbin Francis bekerja dengan memakai proses tekanan lebih.
Pada waktu air masuk ke roda jalan. Pada waktu air masuk ke roda
jalan, sebagian dari energi tinggi jatuh telah bekerja di dalam sudu
pengarah diubah sebagai kecepatan arus masuk. Sisa energi tinggi
jatuh dimanfaatkan di dalam sudu jalan, dengan adanya pipa isap
memungkinkan energi tinggi jatuh bekerja disudu jalan dengan
semaksimum mungkin. Pada sisi sebelah keluar roda jalan terdapat
tekanan kerendahan (kurang dari 1 atmosfir) dan kecepatan aliran air
yang tinggi. Di dalam pipa isap kecepatan aliran akan berkurang dan
tekanannya akan kembali naik, sehingga air bisa dialirkan keluar lewat
saluran air bawah dengan tekanan seperti keadaan sekitarnya.
Gambar 2.12. Dua tipe Turbin Francis, tipe horizontal (kiri) dan tipe vertical
(kanan).(Dietzel)
Pipa isap pada tubin ini mempunyai tugas yang mirip dengan sudu
Gambar 2.13. Skema Turbin Francis dan perubahan Headnya.(Dietzel)
b. Turbin Propeller/Kaplan
Gambar 2.14. Skema dua jenis Turbin Propeller, poros vertikal (kiri) dan poros
horizontal (kanan). (Dietzel)
Turbin jenis ini merupakan pengembangan dari turbin Francis,
sesuai dengan rumus Euler jika tinggi air jatuh semakin sedikit maka
semakin sedikit belokan pada sudu roda jalan. Untuk memperbesar
daya dengan Head yang sedikit maka kapasitas aliran air harus besar
besar. Saat pertama kali dikembangkan dirancang dan dibuat dengan
sudu yan tidak dapat diatur atau fixed blade, tetapi karena sudu tidak
dapat diatur, maka efesiensinya berkurang jika digunakan pada
kisaran debit yang lebar. Oleh karena itu maka dikembangkanlah
jenis baru dengan sudu yang dapat diatur atau adjustable blade,
contoh dari turbin ini antara lain: Kaplan, Nagler, Bulb, Moody.
Gambar 2.15. Poligon kecepatan yang terjadi pada sisi masuk dan sisi keluar yang
dialami bagian sudu, kisi-kisi sudu, gaya yang dialami sudu.(Dietzel)
2.3.3 Klasifikasi Turbin Menurut Daya yang Dihasilkan
Dari daya yang dihasilkan, turbin dapat dikatagorikan menjadi :
• Large Hydro-Power
Interval daya yang dihasilkan turbin mencapai 50 MW keatas.
• Medium Hydro-Power
Interval daya yang dapat dihasilkan turbin antara 10 MW – 50 MW.
• Small Hydro-Power
• Mini Hydro-Power
Interval daya yang dapat dihasilkan turbin antara 101 kW – 1000 kW.
• Micro Hydro-Power
Interval daya yang dapat dihasilkan turbin antara 3 kW – 100 kW.
• Pico Hydro-Power
Interval daya yang dapat dihasilkan turbin sampai dengan 3 kW.
2.4POMPA SENTRIFUGAL
2.4.1Prinsip Dasar Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal, seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.16, mempunyai
sebuah impeller (roda jalan) untuk memindahkan zat cair dari suatu
kondisi/keadaan yang memiliki Head yang lebih rendah ke suatu
kondisi/keadaan yang memiliki Head yang lebih tinggi.
Gambar 2.16. Bagan aliran fluida di dalam pompa sentrifugal
Daya dari motor penggerak diberikan kepada poros pompa untuk
memutarkan impeler di dalam zat cair. Maka zat cair yang ada di dalam
impeller, oleh dorongan sudu-sudu ikut berputar. Karena timbul gaya sentrifugal
sudu-sudu. Di sini head tekanan zat cair menjadi lebih tinggi. Demikian pula
head kecepatannya bertambah besar karena zat cair mengalami percepatan. Zat
cair yang keluar dari impeller ditampung oleh saluran berbentuk volut (spiral) di
sekeliling impeler dan disalurkan ke luar pompa melalui nosel. Di dalam nosel
ini sebagian head kecepatan aliran diubah menjadi head tekanan.
Gambar 2.17. Segitiga kecepatan pada sisi masuk dan sisi keluar pada impeller pompa.(Dietzel)
Jadi impeler pompa berfungsi memberikan kerja kepada zat cair
sehingga energi yang dikandungnya menjadi bertambah besar. Selisih energi per
satuan berat atau head total zat cair antara sisi keluar/tekan dan sisi masuk/isap
pompa disebut head total pompa.
Dari uraian di atas jelas bahwa pompa sentrifugal dapat mengubah
energi mekanik dalam bentuk kerja poros menjadi energi fluida. Energi inilah
yang mengakibatkan pertambahan head tekanan, head kecepatan, dan head
2.4.2Pemilihan Pompa Sentrifugal
Beberapa data hidraulik pompa seperti kapasitas aliran, Head dan putaran
motor yang digunakan telah distandarisasi, ini secara ekonomi sangat
membantu, dan untuk pelayanan purna-jualnya (perawatan dan perbaikan) lebih
mudah.
Seperti karta pada Gambar 2.18 merupakan salah satu alat bantu perhitungan
untuk pemilihan pompa. Setelah perhitungan dan didapat data hidraulik yang
diperlukan untuk memilih pompa ( kapasitas aliran, Head dan kecepatan putaran
motor), kemudian untuk mencari kecepatan spesifik dan menentukan jenis roda
jalan yang digunakan. Jika kecepatan spesifiknya lebih kecil dari 10 rpm, maka
dibutuhkan lebih dari satu tinggkat pompa. Biasanya setiap pabrikan pompa
telah menyediakan grafik kinerja pompa produksinya, ini untuk mempermudah
konsumen dalam memilih sesuai dengan kebutuhannya. Rumus mencari
kecepatan spesifik pompa sama dengan rumus kecepatan spesifik turbin
(persamaan 2.23.).
2.4.3Jenis-Jenis Pompa Sentrifugal
2.4.3.1.Pompa sentrifugal aliran radial
Yang dimaksud dengan pompa sentrifugal aliran radial adalah pompa
yang jika dipotong searah panjang poros impellernya, arah dari aliran yang
keluar dari impeller pompa tersebut, arahnya searah gaya radial dari poros
impeller pompa tersebut. Aliran sisi masuk dari pompa sentrifugal adalah
Gambar 2.18. Karta untuk menghitung kecepatan putar spesifik impeller.(Dietzel)
Pada pompa sentrifugal aliran radial dapat dibedakan menurut kisaran
dari kecepatan putar spesifiknya dan berpengaruh terhadap dimensi-dimensi
dari impellernya. Berikut ini kategori dari impeller :
Roda tekanan tinggi 10≤nq≤25
Roda tekanan menengah 25<nq≤40
Roda tekanan rendah 40<nq≤70
Tabel 2.1. Jenis impeller pompa sentrifugal aliran radial.
Jika dari hasil perhitungan harga dari nq lebih kecil dari 10 maka pompa harus
tinggi kenaikan dari setiap tingkat berharga hasil bagi dari Head total dengan
jumlah tingkat. Pada pompa sentrifugal aliran radial bertingkat dibedakan
menjadi dua tipe, tipe aliran searah dan tipe aliran silang.
Pada pompa dengan debit yang besar untuk menghindari kavitasi pada
sisi saluran masuk ke rumah pompa dan ukuran dari komponen pompa yang
semakin besar, maka dibuat pompa dengan menggunakan system 2 aliran arus
masuk (atau kelipatannya). Bentuk dari impeller pada system ini
menggunakan satu impeller, tetapi bentuk dari impeller tersebut seperti dua
buah impeller yang serupa yang menjadi satu yang saling membelakangi.
Gambar 2.19. Skema impeller pompa sentrifugal aliran radial dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah (ki-ka).(Dietzel)
2.4.3.2.Pompa sentrifugal setengah aksial (Pompa diagonal)
Perbedaan yang mendasar yang membedakan pompa sentrifugal aliran
radial dengan pompa sentrifugal aliran diagonal adalah ukuran-ukuran utama
dari impellernya. Perbandingan diameter sisi keluar dan diameter sisi masuk
dari pompa sentrifugal setengah aksial lebih kecil dari perbandingan diameter
sisi keluar dan sisi masuk dari pompa sentrifugal aliran radial. Impeller dari
pompa sentrifugal aliran diagonal lebih tebal dari pada impeller dari pompa
sentrifugal aliran radial. Bentuk dari impeller dari pompa sentrifugal aliran
Kecepatan putar spesifik dari impeller pada pompa sentrifugal aliran
diagonal berkisar antara 70 rpm sampai 150 rpm.
Gambar 2.20. Skema impeller pompa sentrifugal aliran setengah aksial.(Dietzel)
Menurut kapasitas dan tinggi kenaikannya pompa ini dapat
dilaksanakan menjadi pompa bertingkat satu atau bertingkat banyak dan juga
dapat dilaksanakan sebagai pompa dengan saluran aliran arus masuk ganda.
2.4.3.3.Pompa sentrifugal aliran aksial
Bila tinggi kenaikan pompa makin turun dan kapasitasnya makin
bertambah besar maka dalam perkembangannya selanjutnya dari roda
diagonal, lebar rodanya akan selalu bertambah besar, perbandingan diameter
akan semakin kecil, kelengkungan di dalam kisi-kisi impeller semakin
bertambah jarang. Sudu-sudunya akan mengerupai sirip sayap pesawat
terbang dengan bentukan yang ramping mengerupai bentukan pada roda jalan
turbin Kaplan. Jadi aliran air pada sisi masuk mengalir searah dengan arah
aliran pada sisi keluar.
Biasanya pompa ini diposisikan vertical atau dengan kimiringan
tertentu terhadap permukaan air.
2.5POMPA SEBAGAI TURBIN
Dari percobaan-percobaan yang dilakukan sejak tahun 1930, yang paling
sering digunakan penelitian adalah pompa centrifugal dari jenis aliran radial
sampai dengan aliran aksial. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan jika
pompa yang dioperasikan sebagai turbin dikondisikan sesuai dengan data
hidraulik pompa maka efisiensi yang dihasilkan lebih rendah dari pada efisiensi
jika dioperasikan sebagai pompa. Ini dimungkinkan karena :
• Sudut sudu impeler sisi masuk pada turbin untuk menghasilkan efisiensi yang
baik lebih besar dari pada sudut sudu impeler sisi keluar pada pompa (jika
dioprasikan sebagai turbin maka menjadi sisi masuk turbin) untuk
menghasilkan efisiensi yang baik. Karena pada roda jalan pompa jika sudut
sudu diperbesar maka kecepatan massa air yang keluar dari roda jalan
semakin cepat, menimbulkan resiko kerugian gesek yang besar ( Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.22.).
• Diameter luar dari impeller yang digunakan sebagai pompa lebih besar dari
pada diameter luar impeller yang digunakan sebagai turbin, jika dioperasikan
pada Head dan putaran yang sama untuk menghasilkan efisiensi yang baik
(seperti ditunjukkan pada Gambar 2.22.). Untuk jumlah sudu pada roda jalan
pada turbin lebih banyak dari pada jumlah sudu roda jalan pada pompa dan
dengan Head dan putaran kerja yang sama. Jadi setiap bentuk geometri roda
jalan mempunyai karakteritik tersediri sesuai penggunaannya, sebagai pompa
atau sebagai turbin.
Gambar 2.22. Perbandingan roda jalan turbin dan impeller pompa. (Tamm et al)
Head pompa (Hp) dapat ditentukan melalui persamaan Euler tentang pompa :
(
)
g
c u c u
Hp,bep =ηh,p 2p× u2p− 1p× u1p (Tamm et al) (2.24)
Dimana u dan cu adalah komponen kecepatan tangensial dari roda jalan dan
komponen kecepatan tangensial massa air , subscript 1 dan 2 menunjukkan
komponen saluran masuk dan saluran keluar yang dioprasikan sebagai pompa.
Untuk menghasilkan Head pompa yang besar secara teoritis maka komponen
kecepatan cu1 = 0, ini terjadi mendekati atau pada titik BEP (Best Efficiency
Point). Pada sisi keluar roda jalan yang berfungsi sebagai pompa, karena
membesarnya saluran sudu roda jalan maka kecepatan dari massa air tersebut
melambat menyebabkan komponen cu2 mengecil dan secara keseluruhan
menurunkan Head.
Jika penyimpangan sudut sudu di roda jalan pompa diabaikan, dan pada saat
pompa dioperasikan sebagai turbin maka akan didapat segitiga kecepatan sisi
menyamai efisiensi pompa. Ini dapat terjadi pada aliran yang tidak berguncang
dan tidak terjadi pusaran air, jika itu semua tercapai akan mengurangi
kerugian-kerugian gesekan fluida dan meningkatkan efisiensi hidroliknya.
Untuk memilih pompa yang akan digunakan sebagai turbin pada beberapa
kondisi, yang perlu diperhatikan harga-harga dari Head dan kapasitas aliran dari
pompa maupun turbin pada titik BEP (Best Efficiency Point). Sesuai dengan
rumus Euler maka komponen-komponen perhitungan dari pompa dan turbin dapat
digabungkan menjadi :
(
)
g c u c uHp,bep =ηh,p 2p× u2p − 1p× u1p (Tamm et al) (2.25)
(
)
g c u c u H t h t u t t u t bep t × × − × = , 1 1 2 2 ,η (Tamm et al) (2.26)
p h t h bep t bep p H
H , = , ×η , ×η , (Tamm et al) (2.27)
Gambar 2.23. Segitiga kecepatan pada efisiensi maksimum pada mesin pompa yang
dioperasikan sebagai pompa dan sebagai turbin. (Tamm et al)
Dari rumus di atas dapat disimpulkan pada putaran yang sama Head dari
Kemudian untuk menentukan besarnya perbandingan laju aliran pompa
sebagai turbin dan laju aliran sebagai pompa pada keadaan efisiensi maksimal,
pada Gambar 2.23. menunjukkan perbedaan segitiga kecepatan pada pompa
dengan pompa yang berfungsi sebagai turbin pada sisi masuk dan sisi keluar. Pada
sisi keluar pompa sudut α3 merupakan sudut dari rumah keong (volute), pada saat
pompa sebagai turbin sudut tersebut diasumsikan menjadi sudut pengarah sisi
masuk roda jalan turbin. Ketika beroperasi sebagai pompa, satuan massa yang
keluar dari roda jalan dengan kecepatan relatif akan membentuk sudut β3P, yang
besarnya lebih kecil dari sudut β2. Sedangkan pada saat dioperasikan sebagai
turbin garis kerja kecepatan relatif dari massa air membuat sudut β3T, yang
besarnya dapat diasumsikan sama dengan besar sudut β2. Dengan membesarnya
sudut β3T maka CT lebih besar dari pada CP.( CT arah kecepatannya berlawanan
dengan CP).
Pada sisi bagian dalam roda jalan ketika beroperasi sebagai pompa garis kerja
dari kecepatan mutlak massa cairan yang masuk ke roda jalan diasumsikan tegak
lurus (membentuk sudut 90º) terhadap garis kerja kecepatan tangensial dari roda
jalan tersebut. Sudu pada sisi masuk roda jalan untuk pompa dirancang dengan
kemiringan tertentu, ini dimaksudkan untuk menghasilkan kemampuan menghisap
yang maksimal. Garis kerja dari kecepatan relatif massa air yang membetuk sudut
β0P terhadap kecepatan mutlak dari roda jalan yang besarnya lebih kecil dari pada
sudut kemiringan sudu roda jalan β1. Pada saat pompa dioperasikan sebagai turbin
besar sudut garis kerja kecepatan relatif massa air terhadap kecepatan mutlak dari
β1. Ini disebabkan karena terjadi penyempitan pada saluran sudu roda jalan pada
sisi keluar. Karena penyempitan tersebut maka resiko terjadinya pusaran air
sangat besar dan menyebabkan menurunnya efisiensi dari pompa sebagai turbin.
Gambar 2.24. Grafik kinerja mesin pompa yang dioperasikan sebagai pompa dan sebagai turbin
pada putaran kerja yang sama. (Shafer et al)
Sesuai dengan segitiga kecepatan yang dihasilkan suatu pompa yang
dioperasikan sebagai turbin jika dikondisikan pada Head dan putaran kerja yang
sama dengan pompa akan, menghasilkan efisiensi turbin yang lebih rendah dari
pada efisiensi dari pompa itu sendiri. BEP pompa sebagai turbin akan lebih baik
pada debit aliran yang lebih besar dari pada debit pompa tersebut.
Dari Gambar 2.24 pada kurva efisiensi tubin, kurva yang terjadi sebelum dan
sesudah titik kulminasi bentuk kurvanya lebih landai dari pada kurva yang terjadi
pada efisiensi pompa yang mendekati titik kulminasinya, pada mesin yang sama
(percobaan dilakukan pada pompa dengan roda jalan kecepatan spesifik putaran
pelan). Faktor-faktor lain yang dapat menurunkan efisiensi adalah kebocoran pada
Dari percobaan-percobaan dan penelitian-penelitian terdahulu tentang pompa
sebagai turbin, telah dirumuskan rumus pendekatan (persamaan 2.28 dan 2.29)
untuk memilih pompa agar dijadikan sebagai turbin.
p h t h p
t 1
H H
,
, η
η
= (Stepanoff) (2.28)
p h t h p
t 1
Q Q
,
, η
η
= (Stepanoff) (2.29)
Dari rumus di atas tentu sangat sulit untuk mengetahui efisiensi hidraulik dari
turbin tanpa melakukan suatu pengujian, tetapi banyak kasus pemilihan pompa
sebagai turbin terdahulu efisiensi turbin dapat diasumsikan sama dengan efisiensi
pompa. Jadi efisiensi hidraulik total merupakan pangkat dua dari efisiensi pompa
dari mesin tersebut.
Dengan asumsi tersebut maka dengan mudah persamaan 2.28 dan 2.29 dapat
diselesaikan. Persamaan 2.28 dan 2.29 hanya berlaku untuk pemilihan awal
sebuah mesin pompa untuk dijadikan turbin, beberapa rumus empiris yang lain
tentang pendekatan untuk memilih pompa sebagai turbin dapat ditemukan pada
buku-buku acuan yang lain. Tetapi belum ada satupun rumus yang disepakati
memiliki keakuratan yang baik sebagai acuan untuk menentukan pompa sebagai
2.6ALTERNATOR
Altenetor adalah suatu alat ektromekanikal yang mengkonversi daya mekanis
menjadi energi elektrik. Pada prinsipnya generator dapat juga disebut sebagi
altenator, perbedaan antara alternator dan generator terletak pada kumparan yang
menghasilkan gaya magnet. Pada generator yang menghasilkan gaya magnet
adalah bagian stator sedangkan pada alternator adalah bagian rotor. Altenator
memiliki bagian-bagian antara lain :
a. Rotor
Yang dimakud rotor adalah bagian yang berputar yang menjadi satu dengan
poros alternator yang terdapat magnet permanent atau lilitan induksi magnet,
pada rotor terdapat bagian yang berfungsi sebagai kutub magnet yang terletak
pada sisi luar dari lilitan. Bagian lain dari rotor adalah slip ring yang terletak
pada bagian belakang berfungsi sebagai penyalur listrik ke kumparan rotor.
Rotor ditumpu oleh dua buah bearing, pada bagian dengannya terdapat puli.
b. Stator
Stator adalah bagian pada altenator yang menempel pada body alternator,
bagian ini berupa lilitan yang berfungsi untuk menghasilkan arus bolak-balik
(AC)
c. Dioda
Dioda mengkonversi arus bolak-balik yang dihasilkan oleh lilitan stator
menjadi arus searah. Komponen ini terdapat pada alternator DC sedangkan
d. Pengatur Tegangan
Pada bagian ini dapat mengontrol jumlah tegangan yang diberikan oleh
alternator.
Gambar 2.25. Skema alternator
2.6.1Cara Kerja
Pada saat lilitan rotor diberi arus listrik maka akan timbul gaya gerak
listrik yang arahnya sesuai dengan kaidah tangan kanan (seperti ditunjukkan
gambar 2.5.), arah gaya magnet searah dengan arah ibu jari sedangkan arah gaya
listriknya menembus telapak tangan dan arah arus searah dengan arah kepangkal
lengan. Arus hasil dari pembangkitan ini adalah arus bolak-balik, untuk
menyearahkan digunakan dioda.
Jika suatu turbin dihubungkan dengan alternator DC maka energi mekanis
yang dihasilkan turbin akan dikonversikan menjadi energi listrik oleh alternator
DC. Keluaran alternator yang berupa tegangan (V) dan jika diberi beban maka
akan ada arus (I) yang mengalir.
P = V x I (2.30)
Dengan :
P = Daya listrik (Watt)
I = Arus yang mengalir pada beban (Ampere)
Kemudian setelah daya telah diketahui maka untuk menghitung torsi yang
digunakan poros alternator digunakan rumus (dengan asumsi kecepatan putar
poros alternator sama dengan kecepatan poros turbin) :
n P
T =9,55 (2.31)
Dengan :
T = Torsi poros alternator (N.m)
n = Kecepatan putar poros alternator (rpm)
2.7 PERSAMAAN-PERSAMAAN YANG DIGUNAKAN
Pada penelitian ini bebarapa persamaan digunakan untuk menghasilkan
data-data yang diingikan.
2.7.1Persamaan Untuk Menghitung Daya Air (Pin)
Konversi satuan tekanan pressure gauge (p(kg/cm2)) menjadi satuan
Pascal (Pa).
10000 × × ∆
= p g
Pa pengukuran
out in
pengukuran p p
p = −
∆
Dengan :
Pa = tekanan dalam satuan Pascal (m)
ppengukuran = tekanan pressure gauge (kg/cm2)
Konversi satuan laju aliran massa
ρ
m
V • • =Persamaan yang digunakan untuk menghitung daya air
(
pengukuran)
in V p P = × ∆
•
2.7.2 Persamaan Untuk Menghitung Daya Yang Dihasilkan Turbin (Pout)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung daya yang dihasilkan turbin
langsung dikonversi kebentuk daya listrik.
I V Pout = ×
2.7.3 Persamaan Untuk Menghitung Efisiensi Turbin (Pin)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung efisiensi turbin adalah:
% 100 × = in out T P P
η (2.32)
ηT= efisiensi turbin
Persamaan yang digunakan untuk menghitung kecepatan putar spesifik :
75 , 0 H n
nq
V
• = H g Pa × = ρ (2.33)
2.7.4 Persamaan Untuk Menghitung Head Kecepatan (Hc)
c = kecepatan rata-rata massa air
Hc = Head kecepatan
A = luas penampang saluran pipa
D = diameter pipa
=
•
V kapasitas aliran air
V = A×c
•
4
2 D A=π
g c Hc 2 2 = (3.34)
2.7.5 Persamaan Untuk Perbandingan Putaran pada Transmisi sabuk
n1 = putaran PST
d1 = diameter pully PST
F1 = gaya pada pully PST
P1 = daya pada PST
n2 = putaran alternator
F2 = gaya pada pully alternator
P2 = daya pada alternator
d2 = diameter bayangan pully alternator
2 1 F
F = , P1 =P2
3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN
Gambar. 3.1. Diagram alir penelitian
Pengadaan alat pengujian
Pemasangan alat pengujian Judul Tugas
Akhir
Pengambilan data
Naskah Tugas Akhir Penulisan Tugas
Akhir Buku-buku literatur
dan jurnal-jurnal
Percobaan awal alat pengujian Perancangan alat
penelitian
gagal
berhasil
Pengolahan data gagal
3.2 JENIS PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus dan bersifat deskriptif
kualitatif, yaitu suatu penelitian terhadap obyek tertentu dan kesimpulan yang diambil terhadap obyek yang diteliti berdasarkan hasil analisa data yang telah
dilakukan. Dalam hal ini obyek yang diteliti adalah pengaruh penambahan
kapasitas aliran terhadap kinerja mesin pompa yang dioprasikan sebagai turbin.
3.3 SARANA PENELITIAN
3.3.1 Sarana Pengujian
Sarana yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 macam
sarana yaitu; sarana pengujian dan sarana perhitungan. Sarana pengujian pada
pompa sebagai turbin ini menggunakan sistem sirkulasi hidraulik. Untuk
pengadaan sarana pengujian dan perkakas, ada yang swadaya dan ada yang
difasilitasi oleh Laboratorium Energi, Laboratorium Mekanika Fluida dan
Laboratorium Manufaktur, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta. Untuk sarana perhitungan merupakan
fasilitas pribadi penulis.
Pada saat penelitian sarana pengujian dapat dikelompokkan menjadi :
a. Pompa Sumber
i. Pompa sentrifugal dengan merek ME Primary Pump tipe NS-100
dengan spesifikasi sebagai berikut :
Debit maksimum = 449 GPM (0,0284 m3/det)
Daya kerja = 10 HP (7,46 Kw)
Putaran kerja = 2000 rpm
ii. Motor tiga fase (tipe bintang) buatan MAICO.Ltd. menghasilkan daya
18,5 Kw dengan magnet induksi. Dengan jumlah kutup 6 bekerja pada
putanran 1450 rpm. Motor litrik ini berfungsi untuk memutar pompa
sumber.
iii. Panel kelistrikan dan kelengkapannya
Panel kelistrikan ini berfungsi sebagai pengatur dan pengaman motor
listrik pada saat dioperasikan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan. System tersebut juga untuk mempermudah pengoperasian.
iv. Mekanisme pully sabuk
Mekanisme ini terdiri dari dua buah pully, ada yang terletak pada
motor listrik dan yang satu terletak pada pompa. Kedua pully tersebut
dihubungkan oleh tiga buah sabuk tipe V.
v. Pondasi mesin
Pondasi mesin dibuat dari baja profile I yang berfungsi untuk
menopang motor listrik, pompa centrifugal dan panel listrik.
b. Mesin Pompa Sebagai Turbin
Mesin pompa ini merupakan pompa sentrifugal standard yang banyak dijual
di pasaran dengan keadaan bukan kondisi baru, tetapi masih berfungsi
dengan baik sebagai pompa. Dengan daya pemompaan sebesar 746 watt
1HP, dengan ukuran diameter hisap dan diameter tekannya sebesar 1½”.
Dengan spesifikasi : debit maksimum 0,005 m3/detik, Head maksimum 18
m, Head hisap maksimum 9 m, dan putaran kerja pada 2900 rpm.
Bagian-bagian mesin pompa tersebut :
i. Rumah pompa
Rumah pompa pada mesin pompa tidak mengalami perubahan tetap
seperti standard. Rumah pompa terbagi menjadi dua bagian, bagian
depan yang terbuat dari besi cor. Pada rumah pompa bagian depan
terdapat rumah keong (saluran volute), saluran hisap, saluran tekan
dan dudukan untuk baut pondasi, . Bagian belakang rumah pompa
yang buat dari alumumium terdapat rumah bantalan pada sisi luar, dan
bagian dalam terbuat dari pelat stailess-steel dan pada lubang poros
pompa terdapat dudukan untuk perapat (seal). Pada bagian belakang
ii. Rumah motor
Rumah motor yang terbuat dari alumumium tuang, pada bagian
dalamnya terdapat kumparan tiga fase dan slot-slotnya yang berfungsi
sebagai magnet induksi pada saat dioperasikan sebagai pompa. Pada
bagian belakang rumah pompa terdapat bagian yang dapat dilepas, dan
pada bagian tersebut terdapat rumah bantalan.
iii. Poros pompa
Karena pada tipe pompa yang digunankan, rumah pompa terpasang
permanent dengan rumah motor maka untuk pengoperasiannya
menggunakan satu poros tanpa sambungan. Pada bagian poros yang
terletak di rumah pompa dibuat bertingkat, ada yang dibuat untuk ulir
M8 untuk mengunci roda jalan dan berikutnya diameter 12 mm untuk
dudukan roda jalan, pada bagian tersebut terdapat lubang pasak yang
lebarnya 4 mm dengan kedalaman 2 mm. Tingkat poros berukutnya
untuk dudukan perapat (seal) dengan diameter 14 mm. Pada tingkat
berikutnya poros masuk dalam bagian ruamah motor, dengan ukuran
poros diameter 20 mm, pada bagian tengah poros terdapat rotor.
Disetiap depan dan belakang rumah pompa terdapat bantalan.
Kemudian poros akan bertingkat lagi selepas dudukan bantalan , besar
poros berikutnya adalah berdiameter 14 mm, yang digunakan untuk
iv. Roda jalan (Impeller)
Roda jalan masih standard sesuai spesifikasi pompa, roda jalan
tersebut dengan diameter luar sebesar 114 mm, diameter dalam
sebesar 41,5 mm dan diameter lubang poros sebesar 12 mm.Dengan 8
jumlah sudu, lebar sudu sebesar 8,5 mm dan tebal sudu sebesar 3 mm.
ukuran pasak 4 mm x 4 mm x 10 mm.
v. Bantalan
Bantalan yang digunakan dengan merek ESK dengan tipe 6203 Z
dengan dimensi diameter luar 40 mm, diameter lubang 20 mm dan
lebar 10 mm.
c. Perpipaan dan Kelengkapannya
Pada perpipaan dan kelengkapannya dapat digolongkan lagi menjadi :
i. Pipa PVC ∅ 4” dan kelengkapannya
Pipa yang dibutuh kurang lebih 2,5 m, sambungan elbow 5 (lima)
buah, over-sock ∅ 4” x ∅ 2” 1 (satu) buah, threat-sock diameter 4” 2
(dua) buah.
ii. Pipa PVC ∅ 1½