SKRIPSI
NURLAELATUL QADRI NIM 10539 1338 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK MA WIHDATUL ULUM PARANGLOE
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
NURLAELATUL QADRI NIM 10539 1338 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020
i
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Barang siapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar, maka akan merasakan pahitnya kebodohan sepanjang hidupnya (Imam Asy-Syafi’i)
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku, saudaraku, dan seluruh teman- teman Atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkannya. Serta sebagai motivator dalam setiap langkahku.
vi ABSTRAK
Nurlaelatul Qadri. 2020. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Menggunakan Media Animasi untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik MA Wihdatul Ulum Parangloe. Skripsi. Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I: Bunga Dara Amin dan Pembimbing II: Rahmawati.
Proses pembelajaran fisika di MA Wihdatul Ulum Parangloe terlihat bahwa aktivitas belajar peserta didik masih bersifat pasif dikarenakan peserta didik hanya mejadi pendengar saja. Selain itu, peserta didik terlihat tidak semangat dalam mengikuti proses pembelajaran Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen dengan desain tipe “one group pretest-postest”. Sampel diambil menggunakan teknik penunjukan secara langsung. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal pilihan ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum diterapkan metode pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi diperoleh skor rata-rata sebesar 8,7 dengan standar deviasi 4,30 dan kemampuan berpikir kritis peserta didik setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi diperoleh skor rata-rata sebesar 12,25 dengan standar deviasi 5,34. Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X IPA di MA Wihdatul Ulum Parangloe setelah dilakukan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi diperoleh N-Gain sebesar 0,87 (berada kategori tinggi). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe setelah diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi mengalami peningkatan. Bagi peneliti selanjutnya, apabila ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama diharapkan agar penelitian yang dilakukan lebih disempurnakan lagi baik dalam pelaksanaan maupun hasilnya.
Kata kunci: Inkuiri terbimbing, media animasi, kemampuan berpikir kritis.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT sang penentu segalanya, atas limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Menggunakan Media Animasi untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik MA Wihdatul Ulum Parangloe”.
Tulisan ini diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sang revolusioner sejati sepanjang masa, juga kepada seluruh ummat beliau yang tetap istiqamah di jalan-Nya dalam mengarungi bahtera kehidupan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini takkan terwujud tanpa adanya ulur tangan dari orang-orang yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khalik untuk memberikan dukungan, bantuan, bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi penulis, oleh karena itu di samping rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada pihak yang selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih kepada kedua orang tuaku tercinta atas segala jerih payah, pengorbanan dalam mendidik, membimbing, dan mendo’akan dalam setiap langkah menjalani hidup selama ini hingga selesainya studi (S1) penulis.
Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis mengalami hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Olehnya itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Dr. Hj. Bunga Dara
viii
Amin, M.Ed., selaku pembimbing I dan Ibunda Rahmawati, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, memberikan ide, arahan, saran dan bijaksana dalam menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga baik dalam penelitian ini. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis selama ini.
Kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M., sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.d.,selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Ibu Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd., dan Bapak Ma’ruf, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makasar, Ayahanda dan Ibunda Dosen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar atas segala ilmu dan perhatian yang telah diberikan, H. Ilyas Thahir, Lc., MA selaku kepala MA Wihdatul Ulum Parangloe yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, Bapak dan Ibu guru fisika sekaligus guru pamong MA Wihdatul Ulum Parangloe yang selalu memberikan arahan selama melakukan kegiatan penelitian, Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2015 program studi Pendidikan Fisika, yang telah bersama- sama penulis menjalani masa-masa perkuliahan, atas sumbangsi dan motivasinya selama ini. Semoga persaudaraan kita tetap terajut untuk selamanya, dan Adik- adik peserta didik kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe atas perhatian dan kerjasamanya selama pelaksanaan penelitian ini, serta seluruh pihak yang tak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu. Hal ini tidak mengurangi rasa terima kasihku atas segala bantuannya.
Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan bahwa tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif sehingga penulis dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Dengan harapan dan do’a
ix
penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah khasanah ilmu khususnya di bidang pendidikan fisika.
Amin Yaa Rabbal Alamin.
Wassalam
Makassar, Januari 2020
Penulis
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
SURAT PERJANJIAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Konsep Media Pembelajaran……… 8
2. Pembelajaran Berbasis Inkuiri ... 9
3. Pengertian Media Animasi ... 16
4. Keterampilan Berpikir Kritis ... 19
B. Kerangka Pikir ... 23
C. Hipotesis ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25
A. Jenis Penelitian ... 25
B. Lokasi Penelitian ... 25
C. Desain Penelitian ... 25
D. Populasi dan Sampel ... 26
E. Definisi Operasional Variabel ... 27
F. Prosedur Penelitian... 28
G. Instrumen Penelitian... 30
H. Teknik Pengumpulan Data ... 33
I. Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Hasil Penelitian ... 39
1. Analisis Validasi Perangkat Pembelajaran ... 39
2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 40
3. Hasil Analisis Inferensial (Uji N-Gain) ... 47
B. Pembahasan ... 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 52
A. Simpulan ... 52
B. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL Tabel Halaman
3.2 Kategori Tingkat N-Gain ... 38
4.1 Hasil Validasi Prangkat Pembelajaran ... 40
4.2 Statistik Skor Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 44
4.3 Distribusi Interval Skor Keterampilan Berpikir Kritis ... 46
4. 4 Distribusi Perolehan N-Gain Ternormalisasi Peserta Didik……….. 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Fikir ……….23
4.1 Diagram Distribusi Interval Skor Pre-test ………42
4.2 Diagram Distribusi Interval Skor Post-test………44
4.3 Diagram Distribusi Interval skor pre-test dan post test………...46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran A ...
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...
A.2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ...
A.3 Bahan Ajar ...
A.4 Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis ...
A.5 Uji Gregory ...
Lampiran B ...
B.1 Uji validitas instrumen penelitian ...
B.2 Uji reliabilitas instrumen penelitian ...
Lampiran C ...
C.1 Absen Kehadiran ...
Lampiran D ...
D.1 Analisis Deskriptif ...
D.2 Analisis statistik Inferensial ...
Lampiran E ...
A. Dokumentasi ...
Lembar Observasi ...
Persuratan ...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zaman yang semakin modern senantiasa mempengaruhi pola pikir manusia untuk selalu berperan aktif mengikuti perkembangan tersebut agar mampu bertahan dan mengembangkan pola kehidupan. Era globalisasi dan komputerisasi merupakan wujud nyata dari perkembangan yang terus terjadi.
Demikian juga aplikasi multimedia yang semakin dikembangkan untuk mengubah cara manusia untuk berinteraksi dengan komputer melalui unsur teks, gambar, audio serta animasi dan visual dalam satu aplikasi.
Pengembangan kemampuan peserta didik dalam bidang fisika merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi. Pendidikan di masa sekarang ini hendaknya mampu membekali generasi muda dengan menemukan konsep-konsep sains dengan matang, agar masalah-masalah yang akan timbul di masa depan dapat diantisipasi.
Pendidikan bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) yang terdiri dari berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis dan kreatif merupakan dua kemampuan yang dapat mendorong seseorang untuk
1
2
senantiasa memandang setiap permasalahan yang dihadapi secara kritis serta mencoba mencari jawabannya secara kreatif (kurniawan, 2017)
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran untuk membantu kegiatan belajar mengajar. Bahan dan alat yang kita kenal sebagai software dan hardware tak lain adalah media pembelajaran. Pemanfaatan teknologi ini tidak hanya membantu guru dalam penyampaian materi, akan tetapi juga dapat membantu peserta didik dalam memahami materi. Oleh karena itu mutu pendidikan perlu ditingkatkan dengan adanya pembaharuan dibidang pendidikan. Salah satu caranya adalah melalui peningkatan kualitas pembelajaran yaitu dengan pembaharuan pendekatan atau peningkatan relevansi metode mengajar.
Metode mengajar dikatakan relevan jika dalam prosesnya mampu mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Pemilihan metode dan media pembelajaran yang tepat dapat menunjang penyampaian materi dengan baik. Salah satu upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik adalah dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini diharapkan dapat membuat peserta didik lebih mudah memahami materi fisika dan dapat menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan masih mendapatkan bimbingan dari pendidik. Adapun salah satu media pembelajaran yang baik untuk digunakan yaitu media yang interaktif berbasis Komputer. Media pembelajaran dapat disajikan secara tekstual, video, dan gambar. Perpaduan penyajian tersebut diharapakan agar
siswa lebih termotivasi dalam belajar serta dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Berdasarkan hasil observasi proses belajar terhadap peserta didik di MA Wihdatul Ulum Parangloe, dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik masih sangat rendah. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan berbagai fakta sebagai berikut: aktivitas peserta didik dalam proses belajar bersifat pasif dikarenakan peserta didik hanya mejadi pendengar saja.
Selain itu, peserta didik terlihat tidak semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan adanya beberapa peserta didik yang mengantuk ketika guru sedang menjelaskan materi, bahkan sebagian peserta didik sibuk mengobrol pembahasan di luar materi pelajaran dengan teman sebangkunya sehingga tidak memperhatikan materi yang disampaikan guru, peserta didik juga tidak berani dalam mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan ketika ada materi yang tidak dipahami. Hal ini terlihat pada saat guru memberikan tugas mengenai materi yang telah disampaikan, hanya sebagian kecil saja yang mampu mengerjakan tugas tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan, maka diperlukan suatu model pembelajaran serta media pembelajaran yang tepat untuk diterapkan sehingga membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Salah satu model pembelajaran dan media yang dapat digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan Media Animasi. Pembelajaran inkuiri diterapkan agar peserta
4
didik bebas mengembangkan konsep yang mereka pelajari bukan hanya sebatas materi yang dicatat saja kemudian dihafal. Pengembangan keterampilan berpikir kritis yang didasarkan pada kegiatan merumuskan masalah hingga menemukan pemecahannya dengan masih mendapat arahan dari pendidik merupakan proses dalam pembelajaran inkuiri terbimbing yang mengakibatkan peserta didik mempunyai keterampilan memecahkan masalah.
Dan dengan menggunakan media animasi pula, materi fisika yang disampaikan akan terlihat lebih menarik sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik karena penyajian materi dengan menggunakan media animasi ini juga dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep fisika dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Menggunakan Media Animasi untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik MA Wihdatul Ulum Parangloe”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diselidiki dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar keterampilan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran fisika MA Wihdatul Ulum Parangloe sebelum diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi ?
2. Seberapa besar keterampilan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran fisika MA Wihdatul Ulum Parangloe setelah diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi ?
3. Apakah terdapat peningkatan yang berarti dalam keterampilan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran fisika MA Wihdatul Ulum Parangloe setelah diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk menganalisis keterampilan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran fisika MA Wihdatul Ulum Parangloe sebelum diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi.
2. Untuk menganalisis keterampilan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran fisika MA Wihdatul Ulum Parangloe setelah diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi.
3. Untuk menganalisis apakah terdapat peningkatan yang berarti dalam keterampilan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran fisika MA Wihdatul Ulum Parangloe setelah diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi.
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peserta Didik
Manfaat penelitian ini bagi peserta didik adalah dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran fisika.
2. Bagi Guru
Manfaat penelitian ini bagi guru adalah sebagai variasi model pembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
3. Bagi sekolah
Manfaat penelitian ini bagi sekolah yaitu diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan sumber pemikiran sebagaialternatif meningkatkan kualitas hasil belajar melalui keterampilan berpikir kritis, khususnya kualitas hasil belajar fisika di MA Wihdatul Ulum Parangloe 4. Pengembang Ilmu Pendidikan
Manfaat penelitian ini bagi ilmu pendidikan yaitu memberikan masukan tentang sejauh mana penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi sebagai salah satu model pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas.
5. Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuannya dalam hal mengidentifikasi masalah- masalah pembelajaran fisika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Media Pembelajaran
Istilah media sering digunakan secara sinonim dengan teknologi pembelajaran. Hal ini dapat dimaklumi karena dalam perkembangan awal teknologi pembelajaran memberikan penekanan pada tiga unsur utama; guru, kapur dan buku teks yang merupakan intisari media pembelajaran.
Berdasarkan definisi tersebut, media lahir dari revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran. Jadi, istilah media mengacu pada segala sesuatu yang berfungsi untuk membawa dan menyampaikan informasi antara sumber dan penerima informasi. Misalnya video, televisi, bahan cetak, komputer, dan instruktur dianggap sebagai mediakarena berfungsi membawa pesan untuk tujuan pembelajaran. Tujuan media adalah untuk memfasilitasi berlangsungnya komunikasi. (Yaumi, 2017:6)
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama.
Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas yang pada dasarnya mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar juga secara
8
khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum (Dimyati, 2009)
Pembelajaran juga dipahami sebagai upaya yang disengaja untuk mengelola kejadian atau peristiwa belajar dalam memfasilitasi peserta didik sehingga memperoleh tujuan yang dipelajari (Driscoll, 2000). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan dengan media pembelajaran adalah semua bentuk fisik yang digunakan pendidik untuk penyajian pesan dan memfasilitasi peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran dapat bersifat tradisional seperti kapur tulis, handout, gambar, slide, OHP, objek langsung, videotape, atau film begitu pula dengan bahan dan metode terbaru seperti komputer, DVD, CD- ROM, Internet, dan konferensi video interaktif (Scanlan, 2012).
Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan di atas, yang dimaksud media pembelajaran adalah semua peralatan yang telah dirancang atau didesain dengan sengaja dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan tujuan pembelajaran.
2. Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Tinjauan pustaka mengenai variabel independent pada penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yang akan dijabarkan dalam beberapa penjelasan sebagai berikut:
10
a. Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada penelitian ini adalah pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yang akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai model pembelajaran yang merupakan strategi dalam prosespembelajaran.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar Peserta didik di dalam kelas. Salah satunya adalah model pembelajaran yang telah banyak dicetuskan oleh para ahli. Menurut Joyce ( dalam Nurul Kindy, 2015:6):
„‟Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat- perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, danlain-lain‟‟.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancangan pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Soekamto, dkk (dalam Nurul Kindy, 2015: 6)
b. Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri pada penelitian ini merupakan model pembelajaran pada proses pembelajaran yang memberikan bimbingan dan
informasi-informasi kepada peserta didik dan dapat dijelaskan sebagaiberikut:
1) Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam bahasa inggris yang berarti; penyelidikan/meminta keterangan;
terjemahan bebas untuk konsep ini adalah “peserta didik diminta untuk mencari dan menemukan sendiri” (Anam, 2017: 7). Hal ini selaras dengan maksud dan pengertian dasar dari pembelajaran berbasis inkuiri seperti yang diungkapkan oleh W. Gulo (Anam, 2017: 11) mengatakan bahwa:
“Pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”.
Menarik kesimpulan dari pernyataan di atas bahwa, ciri pada pembelajaran inkuiri yaitu menekankan pada suatu aktifitas yang dilakukan peserta didik dalam mencari dan menyelidiki suatu masalah. Aktifitas mencari dan menemukan solusi dari permasalahan tersebut dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
2) Kelebihan Pembelajaran Inkuiri
Menurut Bruner (Anam, 2017:16) seorang psikolog dari Harvard University di Amerika Serikat menegaskan bahwa pembelajaran inkuiri memiliki kelebihan sebagai berikut:
a) Peserta didik akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
12
b) Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi- situasi proses belajar yang baru.
c) Mendorong siswa untuk berfikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
d) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
e) Memberikan kepuasan yang bersifat intristik.
f) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
3) Tingkatan inkuiri
Menurut tingkat penurunan keterlibatan guru, inkuiri dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu:
a) Inkuiri terkontrol. Inkuiri terkontrol merupakan tahap dimana pendidik memiliki kontrol penuh dalam proses pembelajaran dimana masalah atau topik pembelajaran berasal dari pendidik ataupun berasal dari buku yang ditentukan oleh pendidik.
b) Inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing merupakan tahapan inkuiri yang mana peserta didik tidak hanya duduk, mendengarka lalu menulis, tetapi peserta didik diarahkan untuk menemukan jawaban terhadap masalah atau topik dibawah bimbingan pendidik.
c) Inkuiri terencana. Dalam inkuiri terencana peserta didik difasilitasi untuk mengidentifikasi masalah dan merancang proses penyelidikan. Pendidik berperan mengarahkan peserta didik untuk membuat kesimpulan kuantitatif yang menjadikan kegiatan belajar lebih menyerupai kegiatan penelitian seperti yang biasa dilakukan para ahli.
d) Inkuiri bebas. Tahap terakhir adalah inkuiri bebas, dimana peserta didik bebas untuk menentukan masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pendidik disini berperan pasif sehingga siswa didorong untuk belajar secara mandiri dan tidak lagi mengandalkan intruksi dari pendidik.
c. Model Pembelajran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Pembelajaran inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada penelitian ini merupakan model pembelajaran pada proses pembelajaran yang memberikan bimbingan/petunjuk dan informasi-informasi kepada peserta didik dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengertian Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided Inquiry) ini, guru memberikan petunjuk-petunjuk kepada peserta didik seperlunya. Petunjuk tersebut dapat berupa bertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar peserta didik mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Pengerjaannya dapat dilakukan sendiri atau dapat diatur secara kelompok.
2) Peranan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Pelaksanaan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) mempunyai peranan penting baik bagi guru maupun para peserta didik antara lain sebagai berikut:
14
a) Menekankan kepada proses perolehan informasi oleh pesertadidik
Membuat konsep dari peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnyaMemiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan keterampilan dalam proses memperoleh kognitif para pesertadidik
b) Penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjamin kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya
c) Tidak menjaminkan pendidik sebagai satu-satunya sumber belajar 3) Ciri utama pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Pelaksanaan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) mempunyai ciri utama dalam menjalankan proses pembelajaran pada peserta didik antara lain sebagai berikut:
a) Strategi inkuiri menekankan kepada aktiitas peserta didik secara maksimal mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar
b) Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik, peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiridari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat membunuh sikap percaya diri.
c) Tujuan dan penggunan model pembelajata Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry), adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri peserta didik tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi peserta didik dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
4) Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Menurut Nuryani (Dessy, 2014:30) lebih lanjut mengatakan bahwa pada inkuiri terbimbing guru membimbing peserta didik melakukan kegiatan dengan memberi pertanyan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Kemudian pendidik mengemukakan masalah, memberi pengarahan mengenai pemecahan, dan membimbing peserta didik dalam mencatat data.
3. Pengertian Media Animasi
Animasi berasal dari kata „‟Animation‟‟ yang dalam bahasa Inggris
„‟to animate‟‟ yang berarti menggerakkan. Pengertian animasi menurut Ibiz Fernandes dalam bukunya Macromedia Flash Animation & Cartooning animasi adalah sebuah proses merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan.
Reiber dalam jurnal Rakim menyatakan bahwa salah satu bagian penting pada multimedia adalah animasi. Animasi merupakan rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Animasi juga dapat diartikan dengan menghidupkan gambar yang mati, menggerakkan gambar yang diam dengan cara membuat metamorfosa dari bentuk semula ke bentuk selanjutnya.
Animasi mampu menunjukkan suatu proses abstrak peserta didik dapat melihat pengaruh perubahan suatu variabel terhadap proses tersebut.
animasi menyediakan suatu tiruan yang apabila dilakukan pada peralatan yang sesungguhnya terlalu mahal atau berbahaya. (Rakim dan Hamdani dalam skripsi Mira, 2017)
16
Suatu medium (jamak: media) adalah perantara/pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam kaitannya dengan pengajaran- pembelajaran, media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Contoh- contohnya termasuk video, televisi, computer, diagram, bahan-bahan tercetak, itu semua dapat dipandang media jika medium itu membawa pesan yang berisi tujuan pengajaran (Depdiknas, 2005).
Animasi Sebagai media ilmu pengetahuan memiliki kemampuan untuk dalam menjelaskan sesuatu yang rumit untuk dijelaskan dengan sebuah koonsep berupa teks. Dengan adanya media animasi yang kemampuan, maka animasi dapat digunakan untuk menjelaskan suatu materi yang tidak mampu digambarkan secara nyata dengan melakukan visualisasi maka materi yang dijelaskan dapat tergambarkan.
Sanjaya (2010) media animasi yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, misalnya rekaman video, film, slide suara, dan lain sebagainya.
Menurut Harun dan Zaidatun (2004) animasi seperti media-media lain mempunyai peranan yang tersendiri dalam bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran. Berikut merupakan beberapa kepentingan atau kelebihan animasi apabila digunakan dalam bidang pendidikan:
a. Animasi mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik. Ini dapat membuat hubungan atau kaitan mengenai suatu konsep atau proses yang kompleks lebih mudah untuk dipetakan ke dalam pikiran pelajar dan seterusnya membantu dalam proses pemahaman.
b. Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah. Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan media yang lain. Pelajar juga mampu memberi ingatan yang lebih lama kepada media yang bersifat dinamik dibanding media yang bersifat statik.
c. Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran secara maya. Ini utamanya untuk keadaan dimana perkiraan sebenarnya sukar atau tidak dapat disediakan, membahayakan ataupun mungkin melibatkan biaya yang tinggi.
d. Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan.
Semuanya akan membantu dalam proses mengurangkan beban kognitif pelajar dalam menerima sesuatu materi pelajaran atau pesan yang ingin disampaikan oleh para pendidik.
e. Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun demonstrasi.
18
Adapun kelemahan dari media animasi ialah membutuhkan peralatan yang khusus. Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit untuk diubah jika sewaktu-waktu terdapat kekeliruan atau informasi yang ada di dalamnya sulit untuk ditambahkan. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa jika digunakan secara tepat, tetapi sebaliknya animasi juga dapat mengalihkan perhatian dari substansi materi yang disampaikan ke hiasan animasi yang justru tidak penting.
4. Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan salah satu strategi kognitif dalam pemecahan masalah yang lebih kompleks dan menuntut pola yang lebih tinggi.(Surya, 2015:123)
Ada tiga macam cara mendefinisikan berfikir kritis. Pertama, berfikir kritis merupakan “suatu pola berfikir reflektif yang berfokus pada pembuatan keputusan tentang apa yang diyakini atau yang dilakukan” (Ennis, 1987, dalam Surya, 2015).
Definisi kedua tentang berfikir kritis adalah “berfikir yang lebih baik” (Perkins, 2001, dalam Surya, 2015).
Definisi ketiga, adalah “berfikir yang membedakan antara berfikir yang diharapkan mendapat tujuan dengan mengklarifikasikan tujuan”
(Nickerson, 1987 dalam Surya, 2015).
Maka dapat ditarik kesimpulan berfikir kritis adalah suatu pola berfikir yang mengakibatkan penemuan yang terarah secara rasional sehingga mampu mendapatkan dan mengklarifikasikan tujuan.
Pendidikan memiliki tujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi (higher order thinking) yang terdiri dari berfikir kritis dan kreatif. Berfikir kritis dan kreatif merupakan dua kemampuan yang dapat mendorong seseorang untuk senantiasa memandang setiap permasalahan yang dihadapi secara kritis serta mencoba mencari jawaban secara kreatif. Kemampuan berfikir kritis dan kreatif memungkinkan peserta didik untuk mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang permasalahan yang dipandang relatif baru (Kurniawan, 2014: 128).
Model PBM dapat membuat peserta didik bereksplorasi untuk mengumpulkan dan menganalisis data untuk berfikir kritis, analitis, sistematis dan logis. (Kurniawan, 2014: 128)
Ada sejumlah keterampilan atau kecakapan yang diperlukan untuk dapat melakukan berfikir kritis secara efektif. Menurut Ennis (1987) dalam Surya (2015) ada dua faktor penting yang menunjang kecakapan berfikir kritis yaitu disposisi dan kecakapan. Hal yang perlu diingat ialah bahwa segala bentuk berfikir kritis, tidak mungkin dapat dilakukn tanpa komponen utama yaitu pengetahuan (Surya, 2015: 125).
Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang mempelajari tentang fenomena alam atau tingkah laku alam dan berbagai bentuk gejalanya. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam belajar fisika tidak cukup dengan belajar dari buku atau mendengar penjelasan dari
20
orang lain, melainkan haruslah dengan proses inkuiri ilmiah. Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses berpikir untuk mengembangkan kemampuan dalam memahami konsep, prinsip, maupun hukumhukum fisika, sehingga dalam proses kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan strategi dan metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu dalam pembelajaran fisika, peserta didik perlu diarahkan untuk mencari tahu konsep-konsep fisika terbentuk, sehingga dengan pembelajaran tersebut diharapkan keterampilan berpikir peserta didik dapat terbentuk. Salah satu keterampilan berpikir yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah keterampilan berpikir kritis (Nasution, 2018: 1)
Indikator keterampilan berpikir kritis yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu : (1) bertanya dan menjawab pertanyaan, (2) menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, (3) mengidentifikasi asumsi-asumsi, dan (4) menentukan suatu tindakan (Nasution, 2018: 1).
Penelitian ini menggunakan 7 indikator kemampuan Berpikir kritis dan contoh indikator soalnya adalah sebagai berikut:
1. Memfokuskan pertanyaan 2. Bertanya dan menjawab
3. Mengidentifikasi asumsi-asumsi 4. Menganalisis argumen
5. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi 6. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
7. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
Kemampuan berpikir kritis dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis sebagai salah satu pola berpikir kompleks merupakan pola berpikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi. Berpikir kritis mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis. Pola berpikir ini juga berfungsi memahami asumsi dan bisa mendasari tiap-tiap posisi. Pola berpikir ini dengan demikian dapat memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas, dan meyakinkan.
Tahapan pengembangan program keterampilan berfikir kritis, yang pertama identifikasi keterampilan yang tepat, yang kedua menerapkan pengajaran, dan ketiga menilai program (Surya, 2015:127)
22 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pra- eksperimen karena hanya melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding.
B. Lokasi Penelitian
MA Wihdatul Ulum Parangloe. Kecamatan Parangloe, kabupaten Gowa.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini sebelum diberi perlakuan, maka terlebih dahulu sampel diberikan tes awal (pretest) dan di akhir pembelajaran sampel di beri tes akhir (posttest).Penggunaan desain ini sesuai dengan tujuan pada penelitian yaitu untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran fisika peserta didik setelah diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran fisika.
Berikut adalah desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Design :
O1 X O2
Keterangan :
= Tes awal (pretest) dilakukan sebelum peserta didik diberikan
perlakuan dengan model Problem Based Istruction.
= Perlakuan (treatment) dengan menerapkan model Problem Based Istruction.
= Tes akhir (posttest) dilakukan setelah peserta didikpeserta didik diberikan perlakuan dengan model inkuiri terbimbing menggunakan media animasi.
(Emzir, 2017: 97)
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Sujarweni (2014), populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah 32 orang peserta didik kelas X MA Wihdatul Ulum Parangloe Tahun Pelajaran 2019/2020.
2. Sampel
Menurut Sujarweni (2014), sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini ditentukan melalui penunjukan secara langsung sehingga terpilih satu kelas sebagai sampel.
24
E. Definisi Operasional Variabel
Untuk menggambarkan secara operasional variabel penelitian, di bawah ini diberikan definisi operasional masing-masing variabel. Variabel- variabel tersebut adalah :
a. Model pembelajaran inkuiri terbimbing
Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang diterapkan dengan beberapa langkah yaitu perumusan masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan data dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan
b. Media pembelajaran berbasis animasi
Media pembelajaran berbasis animasi adalah segala sesuatu atau alat bantu yang digunakan pada proses belajar mengajar dimana media yang digunakan adalah media phet.
c. Keterampilan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu kemampuan untuk menganalisis suatu materi pembelajaran secara logis, reflektif, sistematis dan produktif sehingga dapat membantu dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Dalam penelitian ini, indikator keterampilan berpikir kritis yaitu; dalam pembelajaran siswa aktif bertanya dan menjawab serta mampu menganalisis argumen dengan baik.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan tiga tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan penelitian, dan (3) tahap akhir.
1. Tahap perencanaan penelitian
a. Studi literatur untuk memperoleh konsep dan teori yang sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji.
b. Studi pendahuluan untuk memperoleh gambaran awal tentang proses pembelajaran di kelas, respon peserta didik terhadap pembelajaran fisika, cara peserta didik belajar, prestasi peserta didik dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran fisika.
c. Telaah Kurikulum 2013 untuk menentukan kompetensi dasar yang hendak dicapai.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan skenario pembelajaran.
e. Menyusun instrumen penelitian.
f. Melakukan uji coba instrumen dengan membagikan instrumen tes kepada peserta didik untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.
g. Melakukan analisis uji coba instrumen dan revisi instrumen penelitian yang belum atau kurang sesuai.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
a. Memberikan tes awal (pre-test) untuk mengetahui hasil belajar peserta didik sebelum diberi perlakuan (treatment).
b. Mengelola data hasil pre-test.
26
c. Menerapkan pengajaran berbasis masalah pada proses belajar mengajar di kelas.
d. Memberikan tes akhir (post-test) untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah diberi perlakuan.
e. Mengelola data hasil post-test.
f. Melakukan analisis terhadap hasil pre-test dan post-test, kemudian membandingkan keduanya
3. Tahap Akhir Penelitian
a. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil penelitian.
b. Melakukan penulisan laporan penelitian.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa Tes keterampilan berpikir kritis. Untuk mengukur keterampilan berpikir kritis peserta didik, instrumen yang digunakan adalah tes keterampilan berpikir kritis meliputi soal-soal yang memuat keterampilan memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, dan mengatur strategi dan teknik. Tes yang dimuat berbentuk soal pilihan ganda.
Semua item yang telah disusun dikonsultasikan ke dosen
pembimbing dan kemudian dilakukan validasi instrumen oleh tim validator yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji gregory yang
dimaksudkan untuk melihat tes kemampuan pemecahan masalah fisika
q p S
M M
t t p pbi
peserta didik dalam bentuk pilihan ganda layak atau tidak untuk digunakan, dalam artian apakah tes tersebut valid dan dapat dipercaya.
1.Validasi
Validasi adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validasi dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel. Untuk menganalisis validitas soal, peneliti menggunakan persamaan korelasi biserial dengan menggunakan r tabel one tailed (satu arah). Dari 45 butir soal yang diuji coba, diperoleh 27 butir soal valid yang akan digunakan sebagai soal pretest dan posttest disaat penelitian. Penetuan butir soal instrumen tes yang digunakan dalam penelitian didasarkan pada hasil uji validitas. Butir soal yang digunakan untuk penelitian adalah butir soal yang terbukti valid.
Analisis untuk mengetahui validitas dengan menggunakan korelasi biserial.
(Arikunto, 2012:
93)
dengan:
pbi = Koefisien korelasi biseral
Mp = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.
28
siswa seluruh Jumlah
benar menjawab yang
siswa Banyaknya
Mt = Rerata skor total
St = Standar deviasi dari skor total
p = Proporsi peserta ddik yang menjawab benar
q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q = 1 - p) Valid tidaknya item ke-i ditunjukkan dengan
membandingkan nilai p b i (i) dengan nilai rtabel pada taraf signifikan = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:
Jika: Nilai p b i (i) ≥ rtabel, item dinyatakan valid Nilai p b i (i) <rtabel, item dinyatakan invalid
2. Reabilitas
Reabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat ukur. Alat ukur dikatakan reliabel apabila dapat dipercaya, konsisten atau stabil untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
Perhitungan reliabilitas tes yang akan digunakan untuk menguji hasil belajar dengan menggunakan rumus Kuder Richardson – 20 (KR-20) karena data yang digunakan dari pemberian skor 1 dan 0. Adapun rumus yang dignakan adalah sebagai berikut:
2 2
11 1 S
pq S
n r n
(Purwanto, 2008: 169)
dengan:
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subyek yang menjawab item benar
q = Proporsi subyek yang menjawab item salah (q = 1 - p)
pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q n = Banyaknya item
S = Standardeviasidarites (akar variansi)
(Sumber: Arikunto, 2015: 89)
a. Analisis Validasi Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku ajar peserta didik, lembar kerja peserta didik (LKPD), Tes Keterampilan Berpikir Kritis (Pre Test dan Post Test) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan
Menggunakan Media Animasi untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik MA Wihdatul Ulum Parangloe”. telah divalidasi oleh dua orang pakar, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Gregory.
30
Tabel 4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran
No Perangkat Uji Gregory ( r ) Ket
1 RPP 0,88 Layak digunakan
2 LKPD 0,85 Layak digunakan
3 Buku Peserta Didik 1,00 Layak digunakan
4 Instrumen Keterampilan
Berpikir Kritis 1,00 Layak digunakan
Sumber: Data hasil pengolahan (2019)
Dari tabel di atas berdasarkan uji Gregory dengan syarat r 0,75, maka semua perangkat layak di gunakan dalam penelitian. (Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A).
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu pemberian tes (pretest-postest) berupa instrument yang telah divalidasi. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum diberi perlakuan pretest dan postest dilakukan setelah diberi perlakuan, untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran fisika MA Wihdatul Ulum Parangloe.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan uji N-Gain. Analisis
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tes keterampilan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran fisika.
Untuk mengetahui nilai yang diperoleh peserta didik, maka skor dikonversi dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
dengan:
N = Nilai peserta didik
SS= Skor hasil belajar peserta didik SI= Skor ideal
Uji N-gain
Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternomalisasi (N-Gain). Menurut Richard (dalam Nurhidayah, 2016: 25) rumus yang digunakan untuk uji Chi Square adalah sebagai berikut:
g =
dengan:
Spost = Skor tes akhir Spre = Skor tes awal
Smaks = Skor maksimum yang mungkin dicapai
Kriteria tingkat N Gain menurut Richard (dalam Nurhidayah, 2016:
25) terdapat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kategori Tingkat N-Gain
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,30 g 0,70 Sedang
g < 0,3 Rendah
32 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini adalah hasil studi lapangan untuk memperoleh data melalui pemberian tes sebelum dan setelah dilakukan suatu perlakuan pada kelas penelitian. Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian beserta pembahasannya tentang “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Menggunakan Media Animasi untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik”.
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Adapun gambaran tes keterampilan berpikir kritis peserta didik sebelum diajar dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan setelah diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu:
Tabel 4.2.Statistik Skor Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Fisika Sebelum dan Setelah Diajar Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Peserta didik Kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe
Statistik
Skor Statistik Pretest Posttest Ukuran sampel 32 32 sambungan
32
Sumber: Data hasil pengolahan (2019)
a. Hasil Penelitian Data Pre-test
Dari Tabel 4.2 peserta didik yang menjadi sampel penelitian (Kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe) memiliki jumlah peserta didik sebanyak 32 orang. Dilihat dari skor tertinggi dari hasil tes keterampilan berpikir kritis pada pre test dicapai sebesar 18 dan skor terendah yang dicapai peserta didik sebesar 3 dari skor ideal 30,dan skor rata-rata peserta didik sebesar 8,7 dengan standar deviasi 4,30.
Jika skor hasil tes belajar fisika peserta didik kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe dianalisis menggunakan persentase pada distribusi frekuensi, maka dapat dilihat pada tabel berikut:
Skor tertinggi 18 27 Skor terendah 3 10
Skor ideal 30 30
Rentang skor 15 17 Skor rata-rata 8,7 12,25 Standar deviasi 4,30 5,34
Variansi 18,55 28,5
34
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Tes Keterampilan berpikir kritis Fisika Peserta Didik Kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe Pada Pretest
Skor Frekuensi Persentase
0-6 10 31,25 %
7-12 16 50 %
13-18 6 18,75 %
19-24 0 0
25-30 0 0
Ʃ 32 100 %
Sumber: Data hasil pengolahan
(2019)
Data distribusi frekuensi pretest pada Tabel 4.3 dapat disajikan dalam diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Kumulatif Skor Keterampilan berpikir kritis Fisika Peserta Didik Kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe pada Pre-test
Berdasarkan Gambar 4.1 mengenai skor pretest keterampilan berpikir kritis peserta didik, terlihat bahwa hanya 10 peserta didik yang memiliki skor pada rentang 0-6. 15 peserta didik yang memiliki skor pada rentang 7-12. 5 peserta didik yang memiliki skor pada rentang 13-18. 0 peserta didik yang memiliki skor pada rentang 19-24. 0 peserta didik yang memiliki skor pada rentang 25-30. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas X MA Wihdatul Ulum Parangloe rendah.
0 5 10 15 20
0 - 6 7-12. 13-18 19-24 25-30
Frekuensi
Skor Keterampilan Berpikir Kritis
Diagram Distribusi Frekuensi Pre-Test
36
b. Hasil Penelitian Data Post-test
Adapun data yang diperoleh dari tes keterampilan berpikir kritis Fisika peserta didik kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe setelah diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media animasi selama 3 kali pertemuan dengan materi Gerak Lurus, maka dapat dilihat pada Tabel 4.4 skor tertinggi dari tes keterampilan berpikir kritis Fisika peserta didik yaitu 27 dan skor terendah yang dicapai yaitu 10 dari skor ideal 30. Adapun Jumlah sampel pada Posttest sebanyak 32 orang dan standar deviasi yang diperoleh sebesar 5,34 dengan skor rata-rata 12,25.
Berdasarkan data yang diperoleh dari tes keterampilan berpikir kritis peserta didik setelah diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi, maka dapat dilihat dari table 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Tes Keterampilan berpikir kritis Fisika Kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe pada saat Post test
Skor Frekuensi Persentase
0-6 0 0
7-12 4 12,50 %
13-18 10 31,25 %
19-24 10 31.25 %
25-30 8 25%
Ʃ 32 100 %
Sumber: Data hasil pengolahan (2019) Data distribusi frekuensi post test pada Tabel 4.4 dapat disajikan dalam diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Kumulatif Skor Keterampilan berpikir kritis Fisika Peserta Didik Kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe pada Post-test
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.2 di atas mengenai skor pretest keterampilan berpikir kritis peserta didik, terlihat bahwa terdapat 0 peserta didik yang memiliki skor pada rentang 0-6. 4 peserta didik yang memiliki skor pada rentang 7-12. 10 peserta didik yang memiliki skor pada rentang 13-18. 10 peserta
0 2 4 6 8 10
0 - 6 7-12. 13-18 19-24 25-30
Frekuensi
Skor Keterampilan Berpikir Kritis
Diagram Distribusi Frekuensi Post-Test
38
didik yang memiliki skor pada rentang 19-24. 8 peserta didik yang memiliki skor pada rentang 25-30. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe meningkat yaitu terdapat perbedaan yang berarti tes keterampilan berfikir kritis sebelum dan setelah diberi perlakuan.
Jika distribusi interval skor keterampilan berpikir kritis fisika peserta didik dikategorisasikan dalam skala lima yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi, maka akan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Interval Skor, Persentase dan Kategori Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Pretest dan Posttest
Interval
Pre-test Post-test
Kategori Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
0 - 6 10 31,25% 0 0 Sangat Rendah
7-12. 16 50,00% 4 12,50% Rendah
13-18 6 18,75% 10 31,25% Sedang
19-24 0 0 10 31,25% Tinggi
25-30 0 0 8 25,00% Sangat Tinggi
Jumlah 32 100% 32 100%
Sumber: Data hasil pengolahan (2019)
Gambar 4.3 Diagram Kategorisasi dan Frekuensi Tes Keterampilan berpikir kritis Fisika Peserta didik saat Pre-test dan Post-test
Dari Tabel 4.5 dan Gambar 4.3 diatas dapat dikemukakan bahwa skor keterampilan berpikir kritis (pretest) peserta didik sebelum diajar dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak terdapat peserta didik dalam kategori tinggi dan kategori sangat tinggi. Kemudian dari 38 tes keterampilan berpikir kritis yang diujikan terdapat 6 peserta didik dalam kategori sedang, 24 peserta didik dalam kategori rendah, dan 2 peserta didik dalam kategori sangat rendah. Sedangkan skor keterampilan berpikir kritis (posttest) peserta didik setelah diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak terdapat peserta didik dalam kategori sangat rendah. Sedangkan terdapat 5 peserta didik dalam kategori rendah, 12 peserta didik dalam kategori sedang, 12 peserta didik dalam kategori tinggi, dan 3 peserta didik dalam kategori sangat tinggi.
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Frekuensi
Kategori
Diagram Distribusi Interval Skor Pre-test dan
Post-test
40
Berdasarkan Gambar 4.3 yaitu kategorisasi keterampilan berfikir kritis peserta didik terlihat bahwa sebelum diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, skor peserta didik sangat rendah. Setelah penerapan model pembeljaran inkuiri terbimbing maka skor peserta didik berada pada kategori sedang.
2. Hasil analisis N-Gain
Untuk melihat kategori peningkatan tes keterampilan berpikir kritis fisika peserta didik. Rata-rata gain ternormalisasi (N-Gain), berikut disajikan distribusi dan perolehan rata-rata N-Gain berdasarkan kriteria indeks gain.
=
0,87
Tabel 4.6 Distribusi Perolehan Gain Ternormalisasi Peserta Didik
Kriteria Indeks Gain Frekuensi Persentase (%) Rata-rata N-Gain
Tinggi g > 0,70 6 19%
0,87 Sedang 0,70 ≥ g ≥ 0,30 14 44%
Rendah 0,30 ≥ g 12 37 %
Jumlah 32 100
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa peserta didik kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe tahun ajaran 2019/2020 sebelum dan setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi
memiliki skor rata-rata N-gain ternormalisasi sebesar 0,87 yang merupakan kategori tinggi
B. Pembahasan
Dalam penelitian ini merupakan bentuk penelitian pra eksperimen dengan desain yang digunakan One-Group Pretest-Posttest Design. Dalam proses pembelajaran setiap pertemuan disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun dalam prosedur penelitian dan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan. Penelitian ini membandingkan skor tes keterampilan berpikir kritis Fisika peserta didik sebelum dan setelah diajar dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi pada satu kelas yaitu kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe sebagai sampel penelitian dengan jumlah peserta didik 32 orang.
Instrumen keterampilan berpikir kritis yang digunakan telah divalidasi oleh dua pakar dan layak untuk digunakan. Indikator keterampilan berpikir kritis yang digunakan adalah interpretasi, anasilis, dan inferensi. Pretest dilaksanakan pada pertemuan-pertemuan pertama dan setelah beberapa kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing selanjutnya diberikan posttest untuk melihat peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh bahwa skor pada posttes lebih besar daripada skor ketika pretest. Hal ini dapat dilihat pada skor rata-rata yang diperoleh peserta didik saar pretest yaitu 8,7 dengan standar deviasi sebesar 4,30.
Sedangkan skor rata-rata pada saat posttest diperoleh lebih besar yaitu 12,25
42
dengan standar deviasi sebesar 5,34. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan hasil keterampilan berpikir peserta didik kelas X IPA MA Wihdatul Ulum Parangloe sebelum dan setelah diterapkan model pembelajan inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi.
Dari hasil analisis N-gain, diperoleh peningkatan keterampilan berpikir kritis fisika peserta didik dalam kategori tinggi. Secara individual dari 32 peserta didik terdapat 6 peserta didik atau (19 %) yang memperoleh kategori tinggi, 14 peserta didik atau (37 %) yang memperoleh kategori sedang dan 12 peserta didik atau (44 %) yang memperoleh kategori rendah. Adapun skor hasil N-gain adalah 0,87 yang masuk dalam kategori tinggi, hasil analisis ini menggambarkan bahwa setelah diterapkan Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi di kelas tersebut terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Hasil penelitian yang diperoleh ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian terdahulu, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Hendriani (2016) bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing mampu merangsang kemampuan berpikir peserta didik untuk dapat memecahkan masalah sehingga mereka dapat berpikir untuk merumuskan hipotesisnya sendiri serta dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. Selain itu menurut Situmorang (2018) bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik berdasarkan temuan yang diamati dalam penelitian yaitu belajar melalui model inkuiri terbimbing memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Kemudian penggunaan media animasi mampu meningkatkan antusias peserta didik dalam belajar.
Berdasarkan beberapa hal tersebut dapat memberikan indikasi bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi merupakan salah satu model pembelajaran fisika yang efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa serangkaian proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media animasi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran inkuiri terbimbing membuat peserta didik terlatih untuk memecahkan permasalahan fisika yang bersifat matematis dan membutuhkan daya analisis yang tinggi, peserta didik dapat berdiskusi dan bertukar pendapat dengan teman, bertanya pada pendidik, menanggapi pertanyaan dan mengungkapkan apa yang diketahui dengan semaksimal mungkin.
44
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar. 2.1. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Proses Belajar Mengajar di
MAWIHDATUL ULUM PARANGLOE
Kurangnya media dan model pembelajaran yang
menarik
Fasilitas di sekolah sebagian belum dimanfaatkan guru
Rendahnya Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Menggunakan Media Animasi
Meningkatnya Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik