111 BAB IV PEMBAHASAN
A. Higiene Perusahaan 1. Faktor Fisika
a. Intensitas Kebisingan
Kegiatan pengukuran kebisingan di PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor dilakukan oleh departemen OH setiap satu bulan sekali dan 1 kali dalam setahun untuk pemantauan secara eksternal. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Pasal 10 ayat (1) menyatakan “Pengukuran dan pengendalian Kebisingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Kebisingan dari operasi peralatan kerja”.
Pengukuran kebisingan juga sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik pada Lampiran III Nomor 3 Lingkungan Kerja menyatakan “Pengukuran dan penilaian lingkungan kerja dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten dan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan”. Pemantuan yang dilakukan telah sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Pasal 59 ayat (1) menyatakan “Pemeriksaan dan/atau Pengujian dilakukan secara internal maupun eksternal dari luar tempat kerja”.
Ayat (4) menyatakan “Lembaga eksternal meliputi: a. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan; b. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Unit Pelaksana Teknis Bidang K3; c. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang
commit to user commit to user
membidangi pelayanan Pengujian K3; atau d. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri”.
Hasil dari pemantauan kebisingan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap 55 lokasi pengukuran dengan hasil 25 lokasi masih diatas Nilai Ambang Batas berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja.
Upaya pengendalian kebisingan yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi paparan bising yaitu dengan memberikan ear plug atau ear muff secara cuma-cuma juga telah dilakukan oleh perusahaan dan mengatur pembatasan jam kerja tenaga kerja di tempat yang mempunyai tingkat kebisingan tinggi. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 10 ayat (4) huruf e menyatakan “Pengendalian kebisingan yang melebihi NAB dilakukan dengan penggunaan alat pelindung diri yang sesuai”. Selain itu pengendalian juga telah sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara Bab II Bagian Ketiga Pengelolaan Keselamatan Pertambangan dan Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara Pasal 14 ayat 2 poin a menyatakan “Pemegang IUP Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK Operasi Produksi dalam melaksanakan ketentuan keselamatan pertambangan wajib menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat pelindung diri, fasilitas, personil, dan biaya yang diperlukan untuk terlaksananya ketentuan keselamatan pertambangan”.
b. Intensitas Getaran
PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor telah melakukan pengukuran intensitas getaran secara rutin setiap 1 tahun sekali oleh pihak commit to user commit to user
ketiga. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 11 ayat (1) menyatakan
“Pengukuran dan pengendalian Getaran sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 8 ayat ( 1) huruf c harus dilakukan pada Tempat Kcrja yang memiliki sumber bahaya Getaran dari operasi peralatan kerja”
dan pasal 6 ayat (3) menyatakan “Dalam hal metoda uji belum ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia, pengukuran dapat dilakukan dengan metoda uji lainnya sesuai dengan standar yang telah divalidasi oleh lembaga yang berwenang”. Pemantauan getaran ini juga telah memenuhi Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik pada Lampiran III Nomor 3 huruf c menyatakan “Pengelolaan lingkungan kerja dilaksanakan dengan cara antisipasi, pengenalan, pengukuran dan penilaian, evaluasi, serta pencegahan dan pengendalian bahaya dan risiko di lingkungan kerja. Pengelolaan lingkungan kerja paling kurang mencakup pengelolaan getaran”.
Hasil dari pengukuran yang telah dilakukan oleh perusahaan terhadap intensitas getaran, pengukuran hand arm vibration dengan 12 lokasi titik pemantauan di area tambang hasilnya masih dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja NAB getaran adalah 5 m/detik2 dengan waktu antara 6 jam dan kurang dari 8 jam, dan telah memenuhi dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Industri. Sedangkan hasil pengukuran Whole Body Vibration terdapat satu area yang melebihi NAB berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang
commit to user commit to user
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja NAB getaran adalah 0,8661 m/detik2 dengan waktu 8 jam kerja.
Pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi getaran dengan melakukan pengendalian teknik, administratif, dan APD, hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pada pasal 7 ayat 3 menyatakan “Pengendalian Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) dilakukan sesuai hirarki pengendalian meliputi upaya eliminasi, substitusi,rekayasa teknis, administrasi, dan penyediaan APD”, juga telah memenuhi Undang- undang No. 1 Tahun 1970 Bab III tentang Syarat-syarat Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat 1 huruf m mengenai syarat keselamatan kerja untuk memberi perlindungan pada para tenaga kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
Per.08/MEN/VII/2010 pasal 2 ayat 1 menyatakan “Pengusaha wajib menyediakan APD bagi tenaga kerja di tempat kerja” dan ayat 3 menyatakan “APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma”.
c. Intensitas Pencahayaan
Pengukuran intensitas pencahayaan di perusahaan telah dilakukan setiap satu bulan sekali. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik pada Lampiran III Nomor 10 Keselamtan Tambang Bawah Tanah poin c menyatakan “KTT memastikan setiap tambang bawah tanah memiliki penerangan yang cukup.
Tenaga kerja tambang yang masuk ke dalam tambang bawah tanah agar dilengkapi dengan lampu kedap gas”.
Hasil dari pemantauan yang dilakukan perusahaan terhadap pencahayaan di 30 titik didapatkan 2 titik dibawah standar yang commit to user commit to user
ditentukan yaitu minimum 100 lux untuk jenis pekerjaan kasar seperti yang terdapat pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
Upaya pengendalian terhadap intensitas pencahayaan yang dilakukan oleh perusahaan berupa tindakan preventif berupa pengendalian rekayasa teknis berupa pemasangan lampu LED, pengendalian administratif berupa rotasi kerja, dan pengendalian terhadap APD. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 7 ayat (3) menyatakan “Pengendalian lingkungan kerja dilakukan sesuai hirarki pengendalian meliputi upaya: a. eliminasi; b. subtitusi; c.
rekayasa teknis; d. administrative; e. penggunaan alat pelindung diri”.
d. Iklim Kerja
Kegiatan pengukuran iklim kerja di perusahaan telah dilakukan oleh departemen OH setiap satu bulan sekali. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Pasal 9 ayat (1) menyatakan “Pengukuran dan pengendalian Iklim Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Tekanan Panas dan Tekanan Dingin” dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Industri Pasal 6 ayat (1) menyatakan “Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (3) huruf a dilakukan oleh tenaga yang telah memperoleh pendidikan dan/atau pelatihan dibidang kesehatan kerja atau higiene industri”.
commit to user commit to user
Hasil pengukuran terhadap iklim kerja di 71 titik pemantauan terdapat 10 titik masih diatas Nilai Ambang Batas yang ditentukan menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja dengan NAB 29oC untuk beban kerja sedang dan pengaturan waktu kerja setiap 50%-75%.
Upaya yang dilakukan perusahaan terhadap pengendalian iklim kerja berupa pembuatan ventilasi buatan, pemasangan Air Conditioner (AC), pemasangan barrier dan penyediaan air minum.
Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Pasal 2 ayat (5) huruf d dan e menyatakan “Pengendalian sebagaimana dimaksud ayat (4) dilakukan melalui menyediakan sistem ventilasi dan menyediakan air minum”.
e. Radiasi Sinar Ultra Violet (UV)
Pengukuran radiasi sinar UV telah dilakukan oleh perusahaan setiap satu bulan sekali. Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Pasal 13 ayat (1) menyatakan “Pengukuran dan pengendalian Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf e harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet)”. Pengukuran terhadap 3 titik pemantauan sinar ultraviolet diperoleh 1 titik pemantauan diatas NAB yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja NAB Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) adalah 0,0001 mW/cm2 dengan masa pemaparan per hari selama 8 jam.
commit to user commit to user
Upaya pengendalian yang telah dilakukan perusahaan berupa pemasangan penghalang, pembuatan alat bantu mini crane serta pengendalian APD. Hal tersebut sesuai Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 13 ayat (4) huruf c menyatakan “Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan merancang tempat kerja dengan menggunakan peralatan proteksi radiasi” dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2 ayat (1) menyatakan “Pengusaha wajib menyediakan APD bagi tenaga kerja di tempat kerja” dan ayat (3) menyatakan “APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma”.
2. Faktor Kimia a. Debu
Pengukuran terhadap paparan debu telah dilakukan perusahaan setiap satu tahun sekali oleh jasa pihak ketiga. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Pasal 20 menyatakan “Pengukuran dan pengendalian Faktor Kimia sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (2) huruf b harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya bahan kimia”.
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik pada Lampiran II huruf c nomor 5 menyatakan “Sistem ventilasi mencakup paling kurang:
pemantauan kualitas udara meliputi kelembaban, temperatur, kandungan gas (oksigen, gas berbahaya dan/atau beracun), dan debu serta kuantitas udara meliputi kecepatan aliran dan volume”.
Hasil pengukuran terhadap paparan debu yang dilakukan perusahaan yaitu Debu Total Area yang dilakukan di 16 titik commit to user commit to user
pemantauan tidak melebihi NAB berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja yaitu 10 mg/m3 untuk paparan 8 jam kerja.
Upaya pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan berupa pemasangan exhaust fan, blower, melakukan biomonitoring, dan pem, berian masker atau respirator sesuai dengan kondisi di lokasi kerja. Hal tersebut telah sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 poin g menyatakan “mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran”.
b. Metal Fume
Pengukuran lingkungan mengenai metal fume telah dilakukan oleh jasa pihak ketiga setiap satu tahun sekali. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat (4) huruf c menyatakan
“lingkungan kerja pertambangan yang memuat peraturan perusahaan, pengukuran, penilaian, dan pengendalian terhadap kondisi lingkungan kerja”.
Pengukuran terhadap metal fume dengan 7 titik, semuanya berada dibawah NAB berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, yaitu: Besi (Fe) dengan NAB 1 mg/m3, Nikel (Ni) dengan NAB 0.05 ppm, Timbal (Pb) dengan NAB 0.05 mg/m3, Aluminium (Al) dengan NAB 5 mg/m3, Kadmium (Cd) dengan NAB 0.01 mg/m3, Zink (Zn) dengan NAB 2 mg/m3, Magnesium (Mg) 10 mg/m3.
Upaya pengendalian yang dilakukan perusahaan terhadap metal fume dengan pemasangan rambu-rambu wajib APD di area yang memiliki tingkat metal fume tinggi, dan menjalankan program commit to user commit to user
biomonitoring terhadap tenaga kerja yang terpapar metal fume. Hal tersebut sesuai dengan: Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 poin g menyatakan “mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran”.
c. Gas Emisi
PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor telah melakukan pengukuran emisi gas buang yang berasal dari kendaran atau mobil dan alat berat setiap satu minggu sekali oleh departemen OH, hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat (4) huruf c menyatakan
“lingkungan kerja pertambangan yang memuat peraturan perusahaan, pengukuran, penilaian, dan pengendalian terhadap kondisi lingkungan kerja”.
Hasil dari uji emisi terhadap kendaraan berbahan bakar solar dan bensin terdapat 1 kendaraan yang tidak lulus dari 6 kendaraan berdasarkan standar yang menggunakan regulasi daerah yaitu peraturan Bupati Bogor No. 9 Tahun 2005 tentang ambang batas laik jalan emisi gas buang kendaraan bermotor dengan nilai ambang batas baku mutu kendaraan bermotor berbahan bakar solar CO 50 (%Vol) dan bahan bakar bensin CO 4,5 (%Vol).
Perusahaan telah melakukan upaya pengendalian yaitu dengan melakukan servis berkala dan dilakukan perbaikan kendaraan yang berhubungan dengan emisi gas buang oleh mekanik ahli dari alat atau kendaraan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Pasal 21 ayat (2) huruf c menyatakan “Pengendalian dilakukan dengan memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber potensi bahaya yang lebih rendah”. commit to user commit to user
d. Gas Bahan Kimia
Pengukuran terhadap gas dilakukan oleh departemen OH setiap satu bulan sekali hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Pasal 20 menyatakan
“Pengukuran dan pengendalian Faktor Kimia sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (2) huruf b harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya bahan kimia”. Hasil pengukuran yang dilakukan oleh departemen OH menemukan 1 jenis gas yang masih diatas NAB yaitu CO yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja sebesar 20 ppm.
Upaya pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan pembuatan sistem ventilasi, blower, exhaust fan, smoke cleaning dan penggunaan APD. Hal tersebut sesuai Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pada pasal 7 ayat 3 menyatakan “Pengendalian Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) dilakukan sesuai hirarki pengendalian meliputi upaya eliminasi, substitusi, rekayasa teknis, administrasi, dan penyediaan APD” dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2 ayat (1) menyatakan “Pengusaha wajib menyediakan APD bagi tenaga kerja di tempat kerja” dan ayat (3) menyatakan “APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma”.
3. Faktor Biologi
Faktor biologi yang ada di PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor yaitu nyamuk, tikus, cacing, dan serangga yang berasal dari lingkungan sekitar Perusahaan telah melakukan pemantauan terhadap faktor biologi commit to user commit to user
seperti vector tersebut oleh departemen OH, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 2 ayat (1) menyatakan “Pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Faktor Biologi sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (2) huruf c harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Faktor Biologi”.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik pada Lampiran III Nomor 3 huruf i menyatakan “Pengelolaan lingkungan kerja dilakukan dengan cara antisipasi, pengenalan, pengukuran dan penilaian, evaluasi, serta pencegahan dan pengendalian bahaya dan risiko di lingkungan kerja.
Pengelolaan lingkungan kerja paling kurang mencakup pengelolaan biologi”.
4. Faktor Fisiologi dan Faktor Mental Psikologi
Penerapan faktor fisiologi dan faktor mental psikologi dijelaskan dalam aspek ergonomi.
B. Keselamatan Kerja
1. Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran
Penerapan keselamatan kerja bidang kebakaran di PT. Antam Tbk.
UBPE Pongkor dilakukan berbagai upaya mencegah dan menanggulangi terjadinya kebakaran. Upaya tersebut meliputi pelaksanaan safety patrol, dan safety inspection, pembentukan tim pemadam kebakaran, pembuatan anggota volunteer dari tenaga kerja untuk tanggap darurat menyediakan sarana proteksi kebakaran seperti APAR, hydrant, fire alaram, dan fire truck. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1) menyatakan “Pengurus dan perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di commit to user commit to user
tempat kerja”. Perusahaan berupaya mencegah terjadinya kebakaran juga telah sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara nomor 1 huruf b Program Keselamatan menyatakan “Program keselamatan kerja dibuat dan dilaksanakan untuk mencegah kecelakaan, kejadian berbahaya, kebakaran dan kejadian lain yang berbahaya serta menciptakan budaya keselamatan kerja”.
Pengendalian kebakaran yang dilakukan oleh perusahaan berupa penyediaan APAR setiap 15 meter, pemasangan instalasi hydrant, fire alarm, fire truck dan sistem proteksi aktif, hal tersebut telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 poin (b) menyatakan “syarat-syarat keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran”.
Penyediaan APAR dan pemeliharaannya sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No : PER.04/MEN/1980 pasal 4 ayat (5) menyatakan “Penempatan tersebut ayat (1) antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”. Pasal 11 ayat (1) menyatakan “Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu: a. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
b. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan”. Tinggi dan tanda alat pemadam api ringan belum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No : PER.04/MEN/1980 pasal 4 ayat (2) menyatakan “Pemberian tanda pemasangan alat pemadam api harus segitiga sama sisi terbalik dengan ukuran sisi 35 cm, tinggi huruf 3 cm, berwarna putih, dan tinggi tanda panah 7,5 cm warna putih” dan (3) menyatakan “Tinggi pemberian tanda pemasangan alat pemadam api ringan adalah 125 cm dari dasar lantai”.
commit to user commit to user
2. Keselamatan Kerja Bidang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Proses produksi di PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor banyak menggunakan B3 seperti commissioning, elution, dan electrowinning.
Perusahaan berupaya melakukan penanganan B3 dengan menyediakan gudang khusus B3, penempatan SDS pada setiap area penyimpanan, pemasangan bantalan atau alas pada bahan kimia berupa kayu, serta pemasangan safety shower pada area gudang bahan kimia. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara pada Lampiran II nomor 1 huruf a menyatakan
“Sarana dan prasarana pertambangan antara lain stockpile, fasilitas penampungan air tambang, fasilitas penampungan sisa hasil pengolahan dan/atau pemurnian, bangunan perkantoran, perumahan karyawan, perbengkelan, fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian, fasilitas penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), fasilitas penyimpanan bahan bakar cair, pembangkit tenaga listrik, fasilitas penyimpanan material B3, pelabuhan, fasilitas penyimpanan, fasilitas peribadatan, fasilitas pembibitan, fasilitas pengangkutan, dan sejenisnya”. Penanganan ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun Pasal 4 menyatakan “Setiap Orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup”. Pasal 15 ayat (1) menyatakan “Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet)”. Pasal 18 ayat (1) menyatakan “Setiap tempat penyimpanan B3 wajib diberikan simbol dan label”. Pasal 19 menyatakan “Pengelolaan tempat penyimpanan B3 wajib dilengkapi dengan sistem tanggap darurat dan prosedur penanganan B3”.
commit to user commit to user
3. Keselamatan Kerja Bidang Listrik
Perusahaan telah melakukan pemeriksaan kelistrikan oleh maintenance listrik setiap hari sesuai dengan schedule maintenance yang diperbarui setiap dua minggu sekali oleh planner. Pemeriksaan yang dilakukan oleh bureau maintenance listrik meliputi pemeriksaan terhadap pompa, blower, hoist, troly, panel listrik serta seluruh instalasi kelistrikan tambang dan kantor. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 12 tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja pada pasal 11 ayat (1) menyatakan “Pemeriksaan secara berkala dilakukan paling sedikit 1 tahun sekali”, instalasi listrik perusahaan juga telah memenuhi ketentuan dari Peraturan Umum Instalasi Litrik 2011 (PUIL 2011) Standar Nasional Indonesia (SNI) 0225:2011/Amd1:2013 mengenai persyaratan umum instalasi listrik”. Perusahaan telah melakukan perawatan, pemeriksaan dan pengecekan secara berkala mengenai kelistrikan dilakukan setiap sebulan sekali oleh tim elektrikal yang meliputi pengecekan trafo, kabel dan panel box.
4. Keselamatan Kerja Bidang Mekanik
Kegiatan produksi perusahaan menggunakan alat-alat mekanik sebagai supporting mining dan process plant yang memiliki potensi terjadinya kecelakaan. Perusahaan telah melakukan upaya pengendalian untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan pemberian sekat antara alat dan tenaga kerja, penambahan fitur emergency stop serta kegiatan service berkala. Perusahaan telah melakukan upaya pengendalian mekanik juga dilakukan secara administratif yaitu sebagai pemenuhan dari Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Keselamatan Lampiran III nomor 4 menyatakan “Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan Pertambangan dengan melaksanakan uji dan pemeliharaan kelayakan”.
commit to user commit to user
5. Keselamatan Kerja Bidang Transportasi
Perusahaan telah melakukan upaya pengendalian terhadap potensi bahaya yang disebabkan oleh aktivitas transportasi di perusahaan dengan pemasangan rambu-rambu, pusat control lalu lintas, dan melakukan pelaksanaa uji kelayakan terhadap kendaraan ringan maupun berat yang dilaksanakan tiap minggu sekali, serta untuk pemeriksaan alat berat dilaksanakan setiap hari dengan menggunakan formulir checklist hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 26 tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara pasal 39 point a menyatakan
“Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan kegiatan lain dibidang usaha pertambangan yang menyangkut kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) huruf g yang paling sedikit atas :penyelenggaraan fasilitas umum yang dibangun pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi”.
C. Kesehatan Kerja
1. Organisasi dan Penanggung Jawab Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja
Perusahaan telah melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan dengan memiliki poliklinik untuk melakukan tindakan kuratif, sedangkan departemen OH memiliki tugas pokok dalam penyelenggaraan tindakan preventif dan promotif bagi kesehatan kerja tenaga kerja melalui depertemen OH, hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 165 ayat (1) menyatakan “Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Perusahaan juga telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja commit to user commit to user
Nomor 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 4 ayat (1) menyatakan “Penyelenggara pelayanan kesehatan kerja dapat diselenggarakan sendiri oleh pengurus”. Dokter perusahaan yang bersertifikasi ahli Hiperkes telah sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 5 menyatakan “Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dipimpin dan dijalankan oleh seorang dokter yang telah disetujui Direktur”.
2. Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja a. Pemeriksaan Kesehatan Kerja
1) Pemeriksaan Kesehatan Awal
PT Antam Tbk. UBPE Pongkor telah menerapkan pemeriksaan kesehatan awal untuk mengetahui tingkat kesehatan bagi tenaga kerja baru yang dilakukan oleh tim medis dan tim paramedis perusahaan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal 2 ayat (2) menyatakan “Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No.1 Tahun 1970 harus mengadakan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja”.
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala di PT Antam Tbk. UBPE Pongkor dengan Medical Check Up (MCU) yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun bagi tenaga kerja kelompok Risiko Tinggi (Resti) dan satu kali setahun untuk tenaga kerja non Risiko Tinggi (non Resti) di semua unit oleh tenaga medis dan paramedis perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan telah sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 8 huruf (b) menyatakan bahwa “Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, secara berkala pada commit to user commit to user
dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur” dan telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.: Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (2) menyatakan “Semua perusahaan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2) tersebut diatas harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kecuali ditentukan lain oleh direktur jenderal pembinaan hubungan perburuhan dan perlindungan tenaga kerja”.
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Perusahaan telah melakukan pemeriksaan kesehatan khusus, tenaga kerja yang memperoleh hasil pemeriksaan yang abnormal, maka perusahaan akan melakukan tindakan pemeriksaan lanjutan. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No:
Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal 5 ayat (1) menyatakan “Pemeriksaan Kesehatan Khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu”.
b. Pembinaan dan Pengawasan atas Penyesuaian Pekerjaan Terhadap Tenaga Kerja
Hasil dari MCU serta pemeriksaan berkala digunakan untuk pedoman penempatan atau penyesuaian posisi tenaga kerja, sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2 huruf (b) menyatakan bahwa “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja mengenai pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja”. commit to user commit to user
c. Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Lingkungan Kerja
Pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja terhadap faktor fisika, kimia dan biologi dilakukan oleh pihak internal dan eksternal. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1.g) menyatakan “Syarat keselamatan kerja untuk mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan getaran” dan sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 huruf (c) mengenai tugas pokok pelayanan kesehatan kerja menyatakan “Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja”.
d. Pembinaan dan Pengawasan Perlengkapan Sanitair.
Kegiatan pembinaan dan pengawasan perlengkapan saniter di perusahaan dengan melakukan identifikasi lingkungan kerja, inspeksi lingkungan, inspeksi sanitasi lingkungan kerja, serta pengawasan terhadap mikrobiologi, kimia an-organik, fisika dan kimia dalam air minum. Selain itu perusahaan mempunyai fasilitas sanitair berupa tempat cuci tangan, toilet, tempat wudhu, dan penyediaan air minum. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 huruf (d) menyatakan
“Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair”.
Toilet tenaga kerja wanita terpisah dengan toilet untuk tenaga kerja pria. Rasio jumlahnya untuk pria setiap rasio 15 tenaga kerja terdapat 1 toilet. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Pasal 34 ayat (5.a) menyatakan “Untuk 1 (satu) sampai 15 (lima belas) orang = 1 (satu) jamban” dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun commit to user commit to user
2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri Bab II nomor 5 poin b “Standar baku mutu (SBM) sarana toilet untuk tenaga kerja industri ditetapkan berdasarkan rasio yaitu perbandingan jumlah toilet dengan jumlah tenaga kerja. Rasio sarana toilet berbeda antara laki-laki dan perempuan. Jika toilet digunakan oleh tenaga kerja laki-laki maka harus ada peturasan/urinoir paling banyak 1/3 dari jumlah toilet yang disediakan.
Toilet dibersihkan secara teratur dan berkala oleh petugas cleaning service. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Pasal 34 ayat (1) menyatakan “Toilet sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf a harus : bersih, tidak menimbulkan bau, tidak ada lalat, nyamuk atau serangga lain, tersedia saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik, tersedia air bersih, dilengkapi dengan pintu, memiliki penerangan yang cukup, memiliki sirkulasi udara yang baik, dibersihkan setiap hari secara periodik dan dapat digunakan selama jam kerja”.
e. Pembinaan dan Pengawasan Perlengkapan Untuk Kesehatan Tenaga Kerja.
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja dilakukan oleh departemen OH meliputi kelengkapan fasilitas kesehatan, sarana dan prasarana yang disediakan berupa 2 Puskes (Pusat Kesehatan) kantor administrasi Pongkor dan di perumahan tenaga kerja Tegal Lega Parempeng dimana poliklinik melayani selama 24 jam. Perusahaan memiliki 1 ambulance yang stanby di kantor pusat kesehatan perusahaan selama 24 jam. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 huruf e menyatakan “Pembinaan dan pengawasan commit to user commit to user
perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja”. Perusahaan mempunyai 5 dokter, dimana 1 dokter yang telah bersertifikasi Hiperkes, 1 dokter gigi, 6 perawat dan 8 bidan. Poliklinik melayani selama 24 jam. Hal ini sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No.1 Tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan pasal 1 menyatakan
“Setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang Higiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja”. Paramedis yang ada di PT Antam Tbk. UBPE Pongkor belum bersertifikasi Hiperkes, hal tersebut belum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi No.1 Tahun 1979 tentang Kewajiban Latihan Higiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga Paramedis Perusahaan pasal 1 menyatakan “Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis diwajibkan untuk mengirimkan setiap tenaga tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja”.
f. Pencegahan dan Pengobatan terhadap Penyakit Umum dan Penyakit Akibat Kerja
Upaya pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerja dengan upaya promotif dan preventif (pencegahan) dari departemen OH serta tindakan kuratif (pengobatan dengan fasilitas kesehatan berupa Pusat Kesehatan (Puskes) dan adanya MCU, telah sesui dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 mengenai tugas pokok pelayanan kesehatan kerja huruf f menyatakan “pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja”, dan telah sesuai Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) huruf a tentang ditetapkannya commit to user commit to user
“syarat-syarat keselamatan kerja untuk mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan”.
g. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor telah menyediakan kotak P3K di setiap unit dan dalam proses pertolongan telah terdapat tim ERG dan tim volunteer. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 15 Tahun 2008 tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja Bab I pasal 2 ayat (1) menyatakan tentang “Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan Fasilitas P3K di tempat kerja” dan pasal 2 ayat (2) menyatakan “Pengurus wajib melaksanakan P3K ditempat kerja”.
Hal ini juga telah sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) huruf e tentang penetapan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberi pertolongan pada kecelakaan sehingga perusahaan telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 huruf (g) menyatakan “Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan”.
h. Pendidikan Kesehatan Untuk Tenaga Kerja dan Latihan Untuk Petugas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
Upaya perusahaan untuk bekal pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja yaitu dengan pelatihan mengenai Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan P3K bagi tim ERG dan tim volunteer.
Perusahaan telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 huruf (h) menyatakan “Pendidikan Kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan”.
commit to user commit to user
i. Memberikan Nasehat Mengenai Perencanaan dan Pembuatan Tempat Kerja, Pemilihan Alat Pelindung Diri yang Diperlukan dan Gizi Serta Penyelenggaraan Makanan di Tempat Kerja.
Menggunakan penilaian Health Risk Assesment (HRA) untuk memberikan nasihat perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja melalui safety commite, sehingga perusahaan telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat (1) poin I menyatakan ”Pengusaha diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan”. Sesuai dengan Permenakertrans No.8 tahun 2010 pasal 7 ayat (1) dan (2) tentang APD. Di dalam ayat (1) disebutkan bahwa “Pengusaha wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja”.
Adanya kantin di PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor telah sesuai dengan Surat Edaran Menaker No. SE.01/MEN/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Makan paragraf 5 yaitu Diharapkan agar perusahaan berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan penerapan gizi kerja yang antara lain pengadaan kantin dan ruang tempat makan di perusahaan atau tempat kerja“.
Perusahaan telah menerapkan tugas pokok pelayanan kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 huruf (i) menyatakan “Memberi nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja”.
commit to user commit to user
j. Membantu Usaha Rehabilitasi Akibat Kecelakaan atau Penyakit Akibat Kerja
Usaha rehabilitasi dilakukan melalui Pusat Kesehatan (Puskes) maupun rumah sakit rujukan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 huruf (j) menyatakan “Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja”.
k. Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja Yang Mempunyai Kelainan Tertentu dalam Kesehatanya.
PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor melakukan pembinaan dan pengawasan tenaga kerja yang memiliki kelainan tertentu berdasarkan hasil biomonitoring khusus. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 huruf (k) menyatakan “Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu dalam kesehatanya”.
l. Memberikan Laporan Berkala Tentang Pelayanan Kesehatan Kerja Kepada Pengurus.
Perusahaan melaporkan hasil dari pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja kepada pihak pengendali dokumen dan Dinas Tenaga Kerja setempat. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 huruf (l) menyatakan
“Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus” dan pasal 7 ayat (1) menyatakan “Pengurus wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Kerja kepada Direktur”.
3. Fasilitas Sarana dan Prasarana Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja Perusahaan memiliki 2 Pusat Kesehatan (Puskes) melayani selama 24 jam, telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan commit to user commit to user
Ketenagakerjaan No. KEP. 22/DJPPK/V/2008 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan III-A yaitu:
a. Memiliki personil kesehatan kerja yang meliputi :
1) Dokter penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja.
2) Tenaga pelaksanaan kesehatan kerja berupa dokter perusahaan dan atau paramedis perusahaan.
3) Petugas administrasi atau pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan kerja.
b. Memiliki sarana dan prasarana pelayanan kesehatan kerja.
Pelayanan kesehatan kerja yang ada di perusahaan memperoleh pengesahan dari instansi di bidang ketenagakerjaan sesuai wilayah kewenanganannya.
Perusahaan menyediakan kotak P3K di setiap unit, hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: 15/MEN/VIII/2008 tentang P3K di tempat kerja pasal 8 menyatakan “Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) meliputi : a. Ruang P3K, b. Kotak P3K, c. Alat Evakuasi dan alat transportasi, d. Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan atau peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus” serta sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 3 ayat (2) menyatakan “Pengurus wajib memberikan pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi”. Masih ditemukan banyak kotak P3K yang tidak ada isinya karena ada beberapa kotak P3K yang tidak terdapat form pemakaian obat, dan terdapat form tetapi tidak dilakukan pengisian setelah pemakaian obat sehingga petugas tidak bisa melakukan pengecekan terkait ketersediaan obat yang ada di dalam kotak P3K. Hal tersebut belum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: 15/MEN/VIII/2008 tentang P3K di tempat kerja pasal 10 huruf b menyatakan “Isi kotak commit to user commit to user
P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan Menteri ini dan tidak boleh diisi bahan atau alat selain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan P3K di tempat kerja”.
Penyediaan fasilitas ambulance yang stanby selama 24 jam di kantor administrasi pongkor telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 15 Tahun 2008 tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja Bab III pasal 11 huruf (a) dan menyatakan “tandu atau alat lain untuk memindahkan korban ke tempat yang aman atau rujukan” dan (b) menyatakan “mobil ambulans atau kendaraan yang dapat digunakan untuk pengangkutan korban”
4. Gizi Kerja
PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor dalam pemenuhan gizi kerja didukung oleh fasilitas kantin dengan menu makanan yang bergizi dan bervariasi yang ditangani oleh perusahaan bekerjasama dengan pihak ke-3, sedangkan untuk mengatur kebutuhan energi (kalori) yang dibutuhkan bagi tenaga kerja belum dilakukan, hal tersebut belum sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 Tahun 2018 lampiran III menyatakan pengelolaan makanan, minuman, dan gizi pekerja tambang dengan memastikan penyediaan makanan dan minuman telah memenuhi syarat keamanan, kecukupan, dan memenuhi higienitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta mempertimbangkan aspek keseimbangan gizi pekerja”. Sementara untuk kantin yang menyediakan makanan untuk para tenaga kerja dengan jasa catering telah sesuai dengan Surat Edaran Menakertrans RI No.SE01/MEN/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Makan.
5. Jaminan Kesehatan Tenaga kerja
PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor memberikan jaminan sosial atau asuransi kepada tenaga kerja yaitu yang terdiri dari jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan jaminan pension dan jaminan kematian. Hal tersebut sesuai dengan Undang–Undang Republik Indonesia No. 24 commit to user commit to user
tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pasal 15 ayat (1) menyatakan “Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai Peserta kepada BPJS sesuai dengan program jaminan sosial yang diikuti”. Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggara Jaminan Kesehatan pasal 10 ayat (1) menyatakan “Anggota keluarga sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 meliputi istri atau suami yang sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah, sebanyak – banyaknya 5 orang” selain itu telah sesuai pula dengan pasal 15 ayat (1) menyatakan “Pendaftaran peserta jaminan kesehatan bagi tenaga kerja penerima upah dilakukan oleh pemberi kerja”.
D. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor telah menerapkan sistem manajemen K3 yang sudah terintegrasi dari beberapa standar yang digunakan meliputi Peraturan Menteri ESDM No. 26 Tahun 2018 pasal 18 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara, OHSAS 18001:2007, Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik, serta terintegrasi dengan ISO 14001 tentang Manajemen mutu dan ISO 9001 tentang Manajemen Lingkungan.
1. Kebijakan K3
Kebijakan dan komitmen yang telah dibuat oleh perusahaan meliputi mutu produk, prinsip perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan yang telah terintegrasi dalam satu kebijakan yang disebut kebijakan operasional “PONGKOR PEDULI”, hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV menyatakan, “Kebijakan sebagaimana dimaksud meliputi:
penyusunan kebijakan isi kebijakan, penetapan kebijakan tinjauan commit to user commit to user
kebijakan dan Kebijakan wajib disahkan oleh pimpinan tertinggi Perusahaan”.
2. Perencanaan K3 a. Penerapan HIRA
Pengendalian resiko di perusahaan disebut dengan istilah IALK3 penilaian risiko dilakukan terhadap benda, mesin, jenis pekerjaan, jenis kegiatan untuk mengidentifikasi aspek bahaya dari aktivitas dengan menilai dan mengendalikan dampak lingkungan dan risiko yang timbul, hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV mengenai perencanaan, menyatakan : “Menyusun perencanaan keselamatan pertambangan berpedoman pada : 1) Penelaahan awal, 2) Manajemen risiko, 3) Identifikasi dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait.
b. Penerapan Standar dan Peraturan Perundangan K3
Standar dan peraturan yang digunakan mengenai K3 baik dari dalam maupun luar negeri telah sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV menyatakan
“identifikasi dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait”.
c. Tujuan dan Sasaran K3
Tujuan dan sasaran yang telah dibuat oleh perusahaan yang termuat dalam kebijakan K3 di PT ANTAM Tbk. UBPE Pongkor, hal tersebut telah sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV mengenai penetapan tujuan, sasaran dan program.
commit to user commit to user
d. Program-Program K3
Upaya perusahaan untuk meningkatkan kinerja K3 ialah dengan program K3 berupa safety commite, safety talk, investigasi kecelakaan, hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV mengenai rencana kerja dan anggaran keselamatan pertambangan.
3. Implementasi dan Operasi
a. Sumber Daya dan Tanggung Jawab
Sistem manajemen K3 perusahaan telah membentuk penanggung jawab pelaksanaan program-program K3 yaitu Komite Keselamatan Pertambangan, hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV yang menyatakan tentang penyusunan dan penetapan struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab dan wewenang.
b. Kompetensi dan Pelatihan K3
Seluruh tenaga kerja baik baru maupun lama wajib mengikuti pelatihan dan sosialisasi yang berkaitan dengan K3 agar tercipta tenaga kerja berkompeten hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV menyatakan tentang seleksi dan penempatan personel, Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran III menyatakan
“Kepala Teknik Tambang wajib mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk tenaga kerja baru, tenaga kerja tambang untuk tugas baru, pelatihan untuk menghadapi bahaya dan pelatihan penyegaran tahunan atau pendidikan dan pelatihan lainnya yang ditetapkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang”.
commit to user commit to user
c. Komunikasi K3
Kegiatan komunikasi K3 yang diterapkan perusahaan seperti safety induction, safety talk, safety campaign, safety meeting, safety sign dan safety committee sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.3 mengenai Komunikasi, Partisipasi, dan Konsultasi.
Dan telah sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV menyatakan
“penyusunan, penetapan, dan penerapan komunikasi keselamatan pertambangan”.
d. Dokumentasi K3
HSE telah melakukan kegiatan pendokumentasian mengenai K3, hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV mengenai dokumentasi.
e. Pengendalian Dokumen K3
Quality Management Assurance (QMA) ialah bureau yang mengelola dokumen di perusahaan termasuk dokumen K3, terdapat pula Standar Operasional Prosedur pengendalian dokumen yang telah dibuat oleh perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV terkait pengendalian dokumen.
f. Pengendalian Operasi
1) Alat Pelindung Diri (APD)
Penerapan kebijakan wajib mengenakan APD sesuai area kerja dan area wajib APD tertentu. Pemakaian APD disesuaiakan oleh jenis pekerjaan, lokasi kerja dan potensi bahaya yang ada di area kerja, hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8 commit to user commit to user
Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2 ayat (1) menyatakan “Pengusaha wajib menyediakan APD bagi tenaga kerja di tempat kerja” dan pada pasal 2 ayat (3) menyatakan
“APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma”.
2) Lock Out Tag Out (LOTO)
Perusahaan telah menerapkan sistem LOTO dengan tanda danger tag, caution out of service, dan gembok kepada unit maintenance, dan pengawas yang bertanggung jawab di setiap unit, hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV kriteria IV.4.2 mengenai pengamanan instalasi.
3) Work Permit
Work permit atau ijin kerja khusus merupakan sistem ijin kerja yang berlaku di perusahaan bertujuan meminimalkan potensi kecelakaan kerja maupun kerusakan peralatan pada saat melakukan suatu proyek kerja atau aktivitas diluar rutinitas. Penerapan Sistem work permit di PT. Antam Tbk.
UBPE Pongkor telah sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV kriteria IV.1.2 mengenai ijin kerja khusus.
4) Job Safety Analysis (JSA)
Pembuatan Job Safety Analysis di PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV kriteria IV.1.1 mengenai prosedur operasi atau kerja.
commit to user commit to user
5) Work Instruction (WI)
Instruksi keja dibuat dan diperuntukan untuk pekerjaan yang rutin sesuai dengan kerjanya. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV kriteria IV.1.1 Prosedur operasi atau kerja menyatakan “Perusahaan wajib menyusun, menetapkan, menerapkan, mendokumentasikan, dan mengevaluasi prosedur operasi atau kerja, prosedur operasi atau kerja tidak terbatas pada standart operating procedure, safe working procedures, instruksi kerja dan buku manual”.
6) Safety Data Sheet (SDS)
Penambahan SDS pada zat kimia terutama pada proses pengolahan di unit process plant. Penggunaan zat kimia tersebut telah dilengkapi dengan SDS. Upaya yang telah dilakukan perusahaan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun pasal 12 menyatakan “Setiap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan pengedaran B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan.
g. Sistem Tanggap Darurat
PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor telah mempersiapkan penanganannya dengan membuat prosedur tanggap, membentuk tim tanggap darurat dan terdapat sistem proteksi kebakaran aktif maupun pasif mencakup semua aspek keadaan darurat yang ada di IUP Perusahaan. Upaya tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV kriteria IV.9 mengenai pengelolaan keadaan darurat dan kriteria IV.10 mengenai penyediaan dan penyiapan pertolongan pertama pada kecelakaan, Keputusan Menteri Tenaga Kerja No: KEP.186/MEN/1999 tentang commit to user commit to user
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (1) menyatakan “Pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja”.
4. Pemeriksaan dan Pengawasan a. Audit K3
PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor telah melakukan pelaksanaan audit dilakukan oleh QMA berupa audit internal, sedangkan untuk audit eksternal menggunakan jasa pihak ketiga dengan rentang waktu dua tahun sekali. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV kriteria V.6 mengenai Audit Internal Penerapan SMKP Minerba.
b. Safety Inspection, dan Safety Patrol
Pelaksanaan safety patrol dilakukan berdasarkan jadwal, kegiatan ini bertujuan menemukan kondisi yang tidak sesuai di tempat kerja. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran III menyatakan komite keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai tugas untuk :
“mengatur inspeksi terpadu seperlunya ke tempat-tempat kerja ditambang dalam melaksanakan fungsinya”. Sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV pada kriteria V.2 mengenai Inspeksi Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan.
c. Off-the-Job Safety, Health and Environment
Off-the-Job Safety, Health and Environment adalah penerapan aspek K3 terhadap pandangan kepada tenaga kerja megenai K3 menjadi budaya dalam kehidupan sehari-hari di kantor yang akan terus dibawa sampai ke rumah tidak hanya dilakukan didalam commit to user commit to user
perusahaan saja, hal ini telah menjadi behaviour atau kebiasaan para tenaga kerja untuk menerapkan K3 di semua tempat. Hal ini
sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM
No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV kriteria IV.11 mengenai Pelaksanaan Keselamatan di Luar pekerjaan (Off The Job Safety).
d. Loss Control Management
Melakukan investigasi setelah terjadinya suatu kecelakaan untuk mencari akar masalah dari kecelakaan tersebut, untuk mencegah kecelakaan yang serupa terulang kembali. Hal ini telah
sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM
No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV kriteria II.2.5 mengenai pemantauan dan peninjauan, poin a menyatakan
“pemantauan dan peninjauan harus dilakukan secara periodic atau apabila terjadi kecelakaan”.
e. Pengukuran Kinerja K3
PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor melakukan upaya pengukuran kinerja K3 yang dilakukan secara internal dan eksternal. Upaya yang dilakukan perusahaan sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV mengenai Evaluasi dan tindak lanjut. Tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV kriteria V.1 mengenai Pemantauan dan Pengukuran Kinerja.
f. Laporan-Laporan K3
Pelaporan yang dilakukan oleh perusahaan terkait kegiatan K3.
Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah commit to user commit to user
Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV pada kriteria V.5.3 mengenai Pelaporan Pengelolaan Keselamatan Pertambangan.
g. Accident/ Incident Analysis
Menginformasikan mengenai kecelakaan kepada seluruh tenaga kerja telah dilakukan melalui safety talk dan safety commite.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, lampiran I poin C kriteria 2.C.3 mengenai Prosedur Operasi atau Kerja, Informasi, dan Pelaporan Serta Pendokumentasian, huruf A menyatakan “Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan untuk menangani pelaporan insiden” salah satunya.
h. Pelaporan Kecelakaan
Telah dilakukan pelaporan kecelakaan kepada Kepala Inspektur Tambang ketika terjadi kecelakaan berakibat cidera berat mati, dan kejadian bahaya hal ini telah sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV pada kriteria V.4 mengenai Penyelidikan Kecelakaan, Kejadian Berbahaya, dan Penyakit Akibat Kerja.
5. Tinjauan Ulang Manajemen
Telah dilakukan tinjauan ulang manajemen oleh QMA hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.1827.K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Lampiran IV pada kriteria VII mengenai tinjauan manajemen.
E. Penerapan Ergonomi 1. Desain Stasiun Kerja
Desain stasiun kerja PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor telah memperhatikan aspek-aspek dari anthropometri pekerjanya dan jenis pekerjaannya tak lain adalah untuk kenyamanan tenaga kerja yang seterusnya untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Hal ini commit to user commit to user
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) poin m menyatakan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. Selanjutnya sesuai juga dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 23 ayat (4) huruf d menyatakan “Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan memodifikasi tempat kerja, objek kerja, bahan, desain tempat kerja, dan peralatan kerja”.
2. Waktu Kerja
Perusahaan memberlakukan jam kerja selama 8 jam dengan 1 jam istirahat tiap harinya, dalam satu minggu adalah 5 hari kerja. Waktu kerja perusahaan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER 15/MEN/ VII/2005 Tentang Waktu Kerja dan Istirahat Pada Sektor Usaha Pertambangan Umum Pada Daerah Operasi Tertentu dan juga perusahaan telah sesuai dengan Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 77 ayat 2 huruf (b) menyatakan “Waktu kerja yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi waktu kerja 8 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5 hari kerja dalam satu minggu”. Dan pasal 79 yaitu pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada tenaga kerja, waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat jam) terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk waktu kerja.
3. Beban Kerja
Pemantauan beban kerja telah dilakukan oleh perusahaan mulai dari kategori ringan hingga kategori berat sesuai dengan jenis pekerjaan, untuk pengendalian terhadap beban kerja tinggi telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 tentang Keselamatan Kerja tahun 1970 pasal 3 ayat (1) poin m menyatakan syarat-syarat keselamatan commit to user commit to user
kerja untuk memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya dan pasal 8 ayat (1) menyatakan
“Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan”. Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 23 ayat (1) menyatakan “Pengukuran dan pengendalian faktor ergonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) huruf d harus dilakukan pada tempat kerja yang memiliki potensi bahaya faktor ergonomi”. Lalu pada ayat (4) huruf e menyatakan “Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan: mengatur waktu kerja”.
4. Display
Display yang digunakan PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor berupa Display Visual Dinamis, Display Visual Static, dan Display Auditori, upaya ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 poin (a) dan (b) yang menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan : a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli kesehatan kerja; b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat- tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
5. Antropometri
PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor telah menerapkan jenis pekerjaan disesuaikan dengan peralatan kerja dan stasiun kerja disesuaikan dan diukur berdasarkan ukuran tubuh rata-rata tenaga kerja yang commit to user commit to user
menggunakannya, upaya tersebut telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) poin m menyatakan syarat-syarat keselamatan kerja memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, dan proses kerjanya. Serta sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 23 ayat (1) menyatakan “Pengukuran dan pengendalian faktor ergonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) huruf d harus dilakukan pada tempat kerja yang memiliki potensi bahaya faktor ergonomi”.
Selain itu pada ayat (2) huruf b menyatakan “Potensi bahaya faktor ergonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi desain alat kerja dan tempat kerja yang tidak sesuai antropometri tenaga kerja.”
6. Kelelahan Kerja (Kelelahan Fisik dan Kelelahan Psikis)
Upaya PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor untuk mengurangi kelelahan kerja dengan program fatigue management system. Hal tersebut sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) poin (m) menyatakan “Salah satu syarat keselamatan kerja adalah memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, dan proses kerja”. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 23 ayat (3) yang menyatakan “Jika hasil pengukuran sebagamana dimaksud pada ayat (1) terdapat potensi bahaya harus dilakukan pengendalian sehingga memenuhi standar”.
Ayat (4) huruf e yang menyatakan “Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan mengatur waktu kerja dan waktu istirahat”.
7. Penilaian Musculoskeletal
Upaya meminimalisir musculoskeletal disorder pada operator alat berat maka perusahaan menyediakan backsupport untuk mengurangi getaran pada tubuh tenaga kerja. Hal ini telah sesuai dengan Undang- Undang Keselamatan Kerja Nomor 1 Tahun 1970 pasal 8 ayat (1) commit to user commit to user