• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERJALANAN PERANG KHALID IBN WALID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III PERJALANAN PERANG KHALID IBN WALID"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERJALANAN PERANG KHALID IBN WALID A. Peperangan Khalid Sebelum Islam

Setelah Rasulullah Saw berhijrah ke Madinah Al-Munawarah serta kondisi umat Islam mulai stabil di sana hingga berdirinya Negara Islam, maka berbagai gelombang pertempuran dan peperangan antara pasukan kaum Quraisy melawan umat Islam sering terjadi. Tak terkecuali Khalid Ibn Walid juga pernah melibatkan dirinya untuk melawan pasukan Islam dalam perang Uhud.

1. Perang Uhud

Setelah kekalahan besar yang dialami kaum Quraisy saat perang Badar, kaum Musyrikin Makkah ingin sekali membalas kekalahan saat perang Badar tersebut. Mereka terus berupaya untuk membangkitkan kembali kekuatan yang mereka miliki, guna mengembalikan harga diri dan kehormatan mereka yang sudah dipermalukan saat perang Badar.

Sebab terjadinya perang ini adalah adanya keinginan orang-orang Quraisy untuk membalaskan dendam kepada kaum muslimin atas kekalahan yang mereka derita pada saat perang Badar Kubra.1 Para pemuka suku Quraisy berusaha mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin menyiapkan pasukannya. Mereka mengumpulkan sebanyak mungkin prajurit handal dalam rencana perang kali ini, usahanya untuk memperkuat kekuatan tempur membuat pemuka Quraisy tidak hanya mengandalkan pasukan dari kabilah Quraisy saja, mereka juga berusaha meminta bantuan kepada sekutu-sekutu suku Quraisy yang di antaranya ialah, kabilah Tsaqif, Abdi Manat, dan Al- Ahabisy untuk supaya ikut serta dalam peperangan melawan pasukan Muslim.2

1Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta, Akbar Media Eka Sarana, 2003) hal: 144

2Syaikh Mahmud Syakir, Terj. Abdul Syukur Abdul Razzaq, Ensikopedia Peperangan Rasulullah Saw, (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2005) hal: 145

(2)

Perang Uhud ini terjadi pada bulan Syawwal tahun 3 H/624 M, saat itulah pasukan musyrik berangkat dengan jumlah sekitar 3.000 pasukan di bawah pimpinan tertinggi Abu Sufyan. Pasukan sayap kanan kaum Quraisy dipimpin oleh Khalid Ibn Walid sekaligus panglima pasukan berkuda, pasukan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah ibn Abi Jahl, serta lima belas wanita penabuh genjering dan penyemangat pasukan yang dipimpin oleh Hindun bint Abi Sufyan. Saat itu pasukan mulai berangkat dari Makkah menuju Madinah hingga kemudian menetap di gunung Uhud.

Mendengar keberangkatan pasukan Quraisy ini Rasulullah Saw segera melakukan musyawarah dengan para sahabatnya guna mengambil langkah terbaik yang harus diambil bagi kaum muslimin, maka hasil dari musyawarah tersebut menghasilkan bahwa agar pasukan Muslim keluar dari Madinah guna melakukan perlawanan terhadap kaum Quraisy. Maka, keluarlah pasukan Muslim ini dengan sebanyak 1.000 pasukan.3

Rasulullah Saw dan pasukannya melakukan perjalanan hingga tiba di kaki bukit Uhud, pasukan Muslim mengambil tempat dengan posisi menghadap ke arah Madinah dan membelakangi gunung Uhud. Sehingga dengan posisi seperti ini, pasukan musuh berada tepat di tengah antara mereka dan Madinah. Di tempat itu, Rasulullah Saw membagi tugas pasukan dan menerapkan setrateginya. Rasulullah Saw menjadikan posisi gunung tepat berada di belakang pasukan Muslim, Rasulullah Saw juga menempatkan lima puluh orang pemanah yang handal di sebuah tempat yang dikenal dengan nama Jabal Rumat. Pasukan pemanah ini berada di bawah komando seorang sahabat yang bernama Abdullah Ibnu Jubair. Tujuan dengan ditempatkannya pasukan pemanah ini supaya mencegah penyerangan pihak musuh dari arah belakang, selain itu juga berfungsi memberikan perlindungan jika kaum muslim terpaksa harus melakukan siasat mundur.4

3Ahmad al-Usairy, Op.cit, hal: 144

4Syaikh Mahmud Syakir, Op.cit, hal: 148

(3)

Rasulullah Saw menjelaskan tujuan penugasan pasukan pemanah itu, sebagaimana Rasulullah Saw berpesan kepada Abdullah Ibnu Jubair yang saat itu selaku sebagai komandan pemanah. Rasulullah Saw berkata,

“Lindungi kami dari serangan yang mungkin akan datang dari arah belakang. Tetaplah berada di posisi kalian, dan jangan sekali-kali keluar atau pindah dari posisi kalian. Jika kalian melihat posisi pasukan kita terdesak dan banyak jatuh korban, kalian harus tetap berada pada posisi kalian, jangan sekali-kali kalian turun untuk memberikan bantuan. Tugas kalian hanyalah menyerang kuda-kuda musuh, sebab pasukan berkuda akan bertahan geraknya jika diserang dengan serangan panah.”5

Itulah pesan Rasulullah Saw kepada pasukan pemanah sebelum peperangan berlangsung, agar bagaimanapun kondisinya mereka tidak diperkenankan untuk turun dari tempat yang sudah di tempatkan karena selain berfungsi memberikan perlindungan apabila ada serangan musuh dari arah belakang, pasukan pemanah ini juga bertugas memberikan perlindungan.

Peperangan dimulai dengan serangan sayap kanan pasukan Makkah pimpinan Abu‟ Amir al-Fasiq, yang di bantu pasukan berkuda pimpinan Khalid Ibn Walid terhadap pasukan Muslim sayap kiri. Namun mereka di paksa mundur oleh pasukan pemanah Muslim setelah di hujani anak panah.

Pasukan Muslim berhasil memorak-porandakan musuh, Hamzah ibn Abdul Muthalib dan Abu Dunajah saling berlomba menebas leher pasukan musyrik yang lari dari medan perang.6

Terbukti setrategi yang di terapkan Rasulullah Saw terhadap pasukan pemanahnya, sehingga saat kuda-kuda orang musyrik itu menyerang pasukan muslim sebanyak tiga kali, semua itu dapat dihadapi dengan melepaskan anak panah secara bertubi-tubi hingga mereka harus kembali dan bercerai-berai.

Kemudian pasukan umat Islam melancarkan serangan kepada pasukan orang- orang musyrik hingga berhasil melemahkan semangat perang mereka.7

5 Syaikh Mahmud Syakir, Op.cit, hal: 148

6 Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Sejarah Islam Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini, (Jakarta, Zaman, 2014) hal: 60

7Manshur Abdul Hakim, Op.cit, hal: 106

(4)

Ketika para pembawa bendera komando orang-orang musyrik telah terbunuh satu persatu termasuk sepuluh orang pembawa bendera dari Bani Abd al-Dar, tiada seorangpun yang dapat mendekati jasadnya bahkan sampai terinjak-injak, maka orang-orang musyrik mengalami kekalahan hingga mereka pun melarikan diri tanpa peduli lagi dengan keadaan yang ada. Segera pasukan umat Islam pun mengejar orang-orang musyrik dengan meletakan senjata mereka dan menjarah Ghanimah8 pasukan musyrik yang mereka tinggalkan. Akibatnya, pasukan pemanah meninggalkan posisi-posisi setrategis mereka padahal Rasulullah Saw telah memerintahkan mereka untuk bertahan di tempatnya, pemimpin mereka Abdullah bin Jubair pun telah mencegah mereka. Namun mereka menjawab, “Orang-orang musyrik telah kalah, lalu apa gunanya kita masih tetap bertahan disini?”9

Mengira peperangan sudah berakhir, pasukan pemanah turun ke bawah berhamburan dari posisi masing-masing demi mendapatkan Ghanimah.

Sedangkan Abdullah bin Jubair tetap berada di tempat yang sesuai Rasulullah Saw perintahkan bersama beberapa pasukan yang tersisa dengan jumlah tidak lebih sekitar sepuluh orang pemanah, karena Abdullah bin Jubair sadar dan tidak ingin melanggar perintah dari Rasulullah Saw.10

Bergeraknya pasukan pemanah dari posisi yang seharusnya tidak boleh ditinggalkan membuat posisi yang sangat setrategis tersebut menjadi keuntungan bagi pihak musuh. Sehingga kemenangan yang sudah di depan mata bagi pasukan muslim justru seakan lenyap seketika karena kelalayan mereka pasukan pemanah, saat itu yang dapat dilakukan oleh pasukan kaum muslimin hanyalah menyelamatkan diri dan berusaha meminimkan sedikit mungkin kerugian.11 Karena pasukan musyrik mampu membalikan keadaan

8Ghanimah yang dimaksudkan di sini ialah harta rampasan yang ada di bawah yang tengah di kumpulkan oleh orang-orang Muslim atas pasukan Musryik yang sedang terdesak oleh serangan pemanah pasukan Muslim saat perang Uhud berlangsung.

9Manshur Abdul Hakim, Op.cit, hal: 115

10Ibid, hal: 116

11Syaikh Mahmud Syakir, Op.cit, hal.150

(5)

dari kekalahan menjadi kemenangan atas ide dan setrategi yang di munculkan Khalid Ibn Walid dengan pasukan kudanya.

Perang Uhud merupakan ujian dan cobaan berat yang ditimpahkan kepada orang-orang beriman dan memperlihatkan jati diri orang-orang munafik. Dalam perang tersebut Allah Swt hendak memuliakan orang-orang yang layak mendapatkan kesyahidan sekaligus memperlihatkan kebenaran Rasulullah Saw hingga firman Allah yang diturunkan dalam perang Uhud di antaranya;

























“Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat dari pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.12

Hingga firman Allah Swt menjelaskan.































































Artinya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di Hari Kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah

12Qur‟an Surat Ali Imran; Ayat 180

(6)

segala warisa (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.13

Dalam peristiwa ini, jumlah yang meninggal sebagai syuhada sekitar 70 orang, empat orang berasal dari kalangan Muhajirin dan sisanya berasal dari kaum Anshar. Hingga sebagian pasukan Muslim yang lainnya melarikan diri, Rasulullah Saw sendiri mengalami luka pada giginya yang pecah. Di antara sahabat yang syahid di antaranya adalah Mush‟ab bin Umair, Hamzah bin Abdul Mutthalib dan Hanzhalah bin Abu Amir.14

Pasukan musyrik merasa putus asa karena gagal membunuh semua pasukan muslim, sehingga akhirnya mereka memutuskan pergi dan menghentikan perang, mereka sudah cukup bangga atas kemenangan yang diraihnya dengan jumlah korban sekitar 22 orang. Kaum musyrik Quraisy menganggap bahwa kemenangan mereka atas kaum muslimin kali ini sebagai balasan atas kekalahan mereka di perang Badar.15

Demikian gambaran kecil serta tahapan perang Uhud, masing-masing pihak merasa mendapatkan keuntungan dan juga dapat menimpakan kerugian kepada pihak musuh sehingga kedudukannya menjadi seimbang, hingga kemudian kedua belah pihak telah kembali dengan anggapan telah menang.

Yang jelas pada putaran kedua , pasukan Musyrikin lebih dapat menguasai keadaan.

2. Setrategi Khalid Ibn Walid dalam Perang Uhud

Ketika pasukan Muslimin berhasil mendesak pasukan Musyrikin keluar di medan peperangan, maka pasukan pemanah bergegas meninggalkan posisi mereka di atas bukit dan bergabung dengan pasukan inti untuk mengumpulkan harta rampasan. Dengan begitu maka wilayah belakang kaum Muslimin menjadi kosong.

13Manshur Abdul Hakim, Op.cit, hal: 176

14Ahmad al-Usairy, Op.cit, hal.116

15 Ibid, hal: 150

(7)

Kesempatan itu dapat di baca oleh Khalid Ibn Walid, ia memandang ke arah pegunungan yang mulai ditinggalkan dari para pasukan pemanah Muslim, hanya tinggal beberapa orang saja yang masih tersisa di sana. Maka Khalid Ibn Walid segera berfikir untuk melakukan tindakan cepat bersama Ikrimah bin Abi Jahal, sehingga setrategi yang di lakukan Khalid Ibn Walid ialah dengan segera menyerang para pemanah yang mulai di tinggalkan oleh pasukannya.

Khalid Ibn Walid dengan segera mengambil jalan dengan cara memutar arah dari balik gunung bersama pasukannya ke belakang pasukan Muslimin, dengan setrategi itu Khalid Ibn Walid berhasil menerobos pertahanan pasukan Muslim dan membunuh seluruh pasukan pemanah Muslim yang masih tersisa termasuk pemimpin mereka Abdulah bin Jubair, hingga mereka sampai memenggal kepalanya.16

Setelah menghabisi Abdullah bin Jubair, Khalid Ibn Walid mulai menyerang pasukan Muslimin dari arah belakang, lalu ia melakukan serangan yang mengakibatkan kekacauan dan kebingungan barisan pasukan Muslim, pasukan Musyrikin yang melarikan diri mengetahui bahwa keadaan menjadi terbalik dan mereka melihat babak baru dalam pertempuran ini, sehingga mereka kembali dapat menguasai keadaan.17

Pasukan Musyrikin dengan segera mengepung pasukan muslim, ketika pasukan muslim mulai sibuk dengan penjarahan Ghanimah dan tawanan perang. Saat itu juga pasukan kuda Khalid Ibn Walid mulai menerobos masuk di antara mereka sambil mengayunkan pedang-pedang mereka kepada orang- orang muslim tanpa gangguan sama sekali. Dengan berhasilnya pasukan kaum musyrikin mengambil alih dan menguasai posisi strategis yang ditinggalkan oleh pasukan pemanah, kondisi peperangan menjadi terbalik seratus delapan puluh derajat.

16Ibid, hal.115-116

17Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Shaih Sirah Nabawiyah, (Bandung, Darul Aqidah, 2007) hal:335

(8)

B. Peperangan Khalid Setelah Masuk Islam

Masa perdamaian atas Perjanjian Hudaibiyah yang disepakati Rasulullah Saw dengan kaum Quraisy telah berhenti menjadi peperangan, adapun di antara syarat-syarat perjanjian yang disepakati adalah salah satu pihak tidak boleh menyerang pihak lainnya. Namun di antara kaum Quraisy telah menodai atau melanggar kesepakatan yang ditandatangani pada Perjanjian Hudaibiyah tersebut, sehingga kaum Muslimin kali ini dipicu oleh sebuah peritiwa yang terjadi di Makkah.

Peristiwa ini terjadi pada bulan 10 Ramadhan, tahun ke 8H/629M, terjadi di Makkah. Di mana Bani Bakr, salah satu sekutu masyarakat Quraisy ingin balas dendam terhadap Bani Khuza‟ah, yang saat itu telah menjadi sekutu kaum Muslimin. Perseteruan lama antara pihak Bani Bakr dengan Bani Khuza‟ah ini semakin memanas ketika hadirnya seorang provokator dari suku Quraisy ialah Ikrimah bin Abu Jahal. Untuk mewujudkan keinginannya, Ikrimah bin Abu Jahal ini bukan hanya sebatas menjadi provokator saja, namun ia juga menyuplai kebutuhan persenjataan dan memperbantukan orang- orangnya untuk ikut ke dalam barisan Bani Bakr. Sehingga serangan ini berhasil membunuh beberapa orang Bani Khuza‟ah dan menghasilkan kerugian besar di pihak Bani Khuza‟ah.18

Sehingga orang-orang Quraisy duduk dan bermusyawarah dalam permasalahan besar ini, karena mereka telah melanggar perjanjian damai yang dibuatnya dengan orang-orang Islam. Maka digelarlah pertemuan besar yang dihadiri Abu Sufyan, Ikrimah bin Abu Jahal, Shafwan bin Umayyah, Suhail bin Amru dan para pembesar lain serta tokoh Makkah. Mereka mulai memikirkan langkah yang akan diambil setelah mereka melanggar pejanjian, karena ada kesan dikalangan mereka, terutama pada diri Abu Sufyan bahwa orang-orang Islam kali ini telah sampai pada tingkatan kekuatan yang semakin besar.19

18 Syekh Mahmud Syakir, Op.cit, hal: 246

19Manshur Abdul Hakim, Op.cit, hal: 269

(9)

Kemenangan-kemenangan Islam termasuk kemenangan mereka atas Perang Khaibar, kemudian diikuti dengan masuk Islamnya kabilah-kabilah di sekitar Makkah, telah membuat kekhawatiran sekaligus ketakutan orang-orang Quraisy termasuk Abu Sufyan dalam menghadapi pasukan Islam, karena tentunya Bani Khuzaah akan mengadukan berita tersebut kepada Rasulullah Saw sehingga tidak menutup kemungkinan pasukan muslim akan menyerang mereka kaum Quraisy.

Para pemimpin Quraisy duduk dan bermusyawarah berpikir keras mencari jalan keluar dalam permasalahan besar ini, karena mereka telah melanggar perjanjian damai dengan kaum muslimin, mereka berusaha agar situasi bisa kembali seperti sediakala, sehingga hasil dari musyawarah yang dilakukan para pimimpin Quraisy menghasilkan tiga poin, yaitu:

a. Membayar diyat, ganti rugi atau denda atas pembunuhan yang telah dilakukan terhadap orang-orang yang berasal dari Bani Khuza‟ah.

b. Memutuskan hubungan Bani Bakr.

c. Memutuskan perjanjian damai dengan Rasulullah Saw yang telah mereka sepakati, kemudian mempersiapkan diri sebaik mungkin menghadapi kemungkinan terjadinya perang.

Sehingga keputusan akhir yang mereka ambil ternyata mengutus Abu Sufyan untuk menemui Rasulullah Saw untuk memperbaharui kembali perjanjian damai antara pihak Muslim dengan Quraisy. Bahwasanya mereka kaum Quraisy tidak tahu menahu tentang insiden yang terjadi antara Bani Bakr dengan Bani Khuza‟ah. 20

Setibanya di Madinah, Abu Sufyan segera menuju ke rumah putrinya Ummu Habibah yang merupakan istri Nabi, sebelum ia bisa ketemu langsung dengan Nabi Saw. Sementara itu telah datang serombongan dari kabilah Khuzaah yang mengadukan perlakuan orang-orang Quraisy dan Bani Bakr kepada Rasulullah Saw dengan demikian, orang Islam sudah tahu tujuan utama kedatangan Abu Sufyan ke Madinah.21

20Syekh Mahmud Syakir, Op.cit, hal: 248

21Manshur Abdul Hakim, Op.cit, hal: 272

(10)

Kemudian Abu Sufyan menemui Rasulullah Saw dan menyatakan keinginannya untuk memperpanjang masa perdamaian antara pihak Quraisy dengan Muslim, tetapi Rasulullah Saw menolaknya mentah-mentah dan ini tidak seperti kebiasaannya Rasulullah Saw apalagi yang memohon adalah seorang pembesar dan pemimpin Quraisy. Tetapi dalam hal ini Rasulullah Saw menunjukkan sikapnya yang berbeda agar Abu Sufyan merasakan besarnya kesalahan yang telah dilakukan orang-orang Quraisy yang telah melanggar Perjanjian Hudaibiyah.22

Abu Sufyan kembali ke Makkah dengan membawa kegagalan total menjalankan tugasnya. Demikianlah, orang-orang Quraisy berada dalam posisi sulit dan berbahaya, orang-orang Quraisy tahu bahwa ada kemungkinan Makkah akan diserang, mereka mulai menunggu kedatangan orang-orang Islam dan tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, mereka sudah tidak punya pendukung lagi selain Bani Bakar. Tidak ada jalan lagi bagi mereka kecuali hanya menunggu.

Segera Rasulullah Saw memerintahkan pasukannya sekaligus penduduk Madinah untuk bersiap-siap setelah kembalinya Abu Sufyan ke Makkah, persiapan yang dilakukan Rasulullah kali ini berlaku bagi semua tingkatan dan semua penduduk Madinah tidak terkecuali orang-orang Islam dari berbagai kabilah, yang di antaranya kabilah Ghatfan, Bani Salim, dan Fazrah.23

Rasulullah Saw beserta orang-orang Islam keluar dari Madinah pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 H/630M berangkat bersama 10 ribu prajurit menuju Makkah. Setibanya di Juhfah24 Rasulullah saw bertemu pamannya al- Abbas, yang hendak keluar untuk berhijrah. Saat Rasulullah Saw tiba dan berhenti di lembah Zahran, Abu Sufyan datang, lalu Abbas menemuinya dan membawanya ke hadapan Rasulullah Saw, hingga saat itulah Abu Sufyan menyatakan keislamannya. Lalu Abu Sufyan kembali ke Makkah untuk

22Ibid, hal: 273

23Ibid, hal:274

24Juhfah merupakan sebuah tempat yang dekat dengan daerah yang bernama Rabigh, antara Makkah dan Madinah. (Lihat buku, Qasim A. Ibrahim, hal.82)

(11)

memperingatkan penduduknya perihal kedatangan pasukan muslim yang banyak.25

Lalu Abu Sufyan mencegah pasukan kaum Quraisy melawan, untuk menghindari pertumpahan darah antara kaum Quraisy dan kaum muslim, inilah kebijakan politik yang diambil Rasulullah Saw. Abu Sufyan berkata,

“wahai kaum Quraisy, Muhammad telah datang kepada kalian dengan kekuatan yang tidak bisa dilawan.” Lalu ia berkata, “Barangsiapa masuk ke rumah Abu Sufyan, maka ia telah aman, barangsiapa masuk ke masjid maka ia aman, barangsiapa yang telah masuk ke rumahnya, maka ia telah aman.”

Demikianlah sikap Abu Sufyan yang akhirnya menjadi pembela Rasulullah Saw memasuki kota Makkah dan membuka jalan baginya.26

Nabi Saw membagi pasukan Islam menjadi empat bagian, serta Rasulullah Saw berpesan supaya mereka tidak menggunakan senjata, kecuali mereka diserang terlebih dahulu. Masing-masing di bawah pimpinan.

Pertama, Khalid Ibn Walid, kelompok ini mendapat tugas memasuki Makkah dari arah selatan. Kedua, Az-Zubair bin Al-Awwam, masuk Makkah dari Kada‟ utara Makkah. Ketiga, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, kelompok ini terdiri dari pasukan infantri27. Keempat, Sa‟ad bin Mu‟adz, kelompok ini yang terdiri dari kaum Anshar yang berjalan mendampingi Rasulullah Saw.28

Pasukan muslim berhasil menaklukan Makkah tanpa peperangan, hanya ada sedikit insiden dengan sebagian penduduk Makkah yang menghalang-halangi Khalid Ibn Walid. Saat itu Khalid Ibn Walid berhasil membunuh sekitar 13 orang dari mereka, sementara sisanya berhasil melarikan diri.29 Sementara itu Rasulullah Saw memasuki kota Makkah dari

25Qasim A. Ibrahim, Op.cit. hal: 83

26Manshur Abdul Hakim, Op.cit, hal: 283

27Infantri merupakan pasukan darat utama yaitu pasukan yang berjalan kaki yang hanya dilengkapi dengan persenjataan ringan, pasukan ini dilatih dan disiapkan untuk melaksanakan pertempuran jarak dekat.

28Ibid, hal: 284

29 Qasim A. Ibrahim, Op.cit, hal: 83

(12)

arah Utara, beliau lantas memasuki Masjidil Haram dan kemudian thawaf mengelilingi Ka‟bah diawali dari Hajar Aswad.

Sekitar tiga ratus enam puluh buah berhala, masing-masing adalah milik kabiah-kabilah Arab dan dipasang di sekitar Ka‟bah dengan cara diikatkan ke dinding Ka‟bah dengan timah. Lalu Rasulullah Saw membawa sebatang tongkat, dan kemudian memukulkannya ke berhala-berhala itu sampai roboh dan hancur.30 Setiap kali beliau memukulkan tongkatnya pada berhala-berhala itu, beliau membaca ayat:





















“Dan katakanlah, yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap, sesungguhnya yang bathil itu pasti akan lenyap”.31

Dalam menghancurkan patung kenamaan yang bernama „Uzza, Rasulullah Saw memerintahkan kepada Khalid Ibn Walid untuk merobohkan patung utama tersebut, sehingga Khalid Ibn Walid berangkat ke Nakhlah dengan tiga puluh orang-orang pilihan. Dengan mulut ternganga masyarakat Quraisy hanya bisa menyaksikan Tuhan yang mereka takuti selama ini dipukul hancur oleh Khalid Ibn Walid, sehingga Tuhan mereka Uzza tergeletak di tanah tanpa daya.32

Setelah pasukan muslim membersihkan Ka‟bah dari berhala-berhala, berbagai kotoran, dan najis, Rasulullah Saw bertanya kepada orang-orang Quraisy, “Hai orang-orang Quraisy, menurut kalian tindakan apa yang kuambil terhadap kalian?” Mereka menjawab, “Kebaikan, dan kami yakin bahwa engkau pasti melakukan kebaikan. Engkau adalah saudara laki-laki yang baik dan kemenakan yang baik, meskipun engkau berkuasa atas kami.”

Kemudian Rasulullah Saw berkata, “Pergilah kalian! Sekarang kalian bebas.”

Kemudian dibagikan tugas menyediakan air bagi jamaah haji sebagai tanggung jawab Bani Abdul Muthalib, dan Abbas bin Abdul Muthalib. Lalu

30 Abdul Aziz as-Shinnawiy, Pembebasan Islam, (Bogor, Pustaka Thariqul Izzah, 2006) hal: 21

31Qur‟an Surat al-Isra, Ayat 81

32Fazl Ahmad, Op.cit, hal: 40

(13)

Utsman bin Thalhah yang telah dipercaya Rasulullah Saw sebagai pemegang kunci Ka‟bah. Sebagai mana beliau berkata, “Terimalah kunci ini, anak Abi Thalhah, karena ini menjadi tugasmu selamanya. Tdak akan diambil tugas ini darimu, kecuali oleh orang-orang yang melampaui batas.”33

Sesudah jatuhnya Makkah, Nabi Saw mengutus beberapa wakilnya untuk menyampaikan seruan-seruan Islam kepada suku-suku terdekat, sehingga ekspedisi Khalid Ibn Walid berlanjut dalam perang Hunain 8 H/629 M. Di mana peristiwa ini dipicu kekhawatiran pada Bani Hauzan dan Tsaqif yang meiliki kekuatan di daerah Hijaz yang akan menghalangi dakwah Islam.34 Tugas tersebut berhasil dilaksanakan Khalid Ibn Walid dengan hasil kemenangan, hingga kemudian sampai pada perjalanan terakhir jihad Khalid Ibn Walid bersama Rasulullah Saw ialah perang Tabuk 9 H/630 M. Peristiwa ini terjadi di sebuah daerah yang dikenal dengan nama Tabuk, serta pasukan dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw.

Wilayah mana pun yang diambil alih oleh Rasulullah Saw beserta pasukannya dengan tujuan supaya dapat memerintahkan orang untuk hidup dalam damai dengan satu sama lain, dan para pengikutnya mematuhi itu.

Kaum muslimin masih terlibat dalam peperangan, tetapi bukan untuk melawan satu sama lain melainkan mereka mengerahkan energy agresif mereka untuk melawan ancaman luar yang terus-menerus membahayakan kelangsungan hidup mereka.35

Pada tahun 10 H/631 M, Rasulullah Saw menyampaikan khutbahnya yang terakhir, hingga tak lama setelah kembali ke Madinah, beliau jatuh sakit panas lantaran demam. Tak lama setelah itu beliau wafat dengan kepala di pangkuan istrinya Aisyah.36 Dengan demikian, selesainya pasukan sariyah (Seperti yang kita ketahui bahwa Ghazwah adalah perang yang dipimpin oleh Nabi Saw, sedangkan Sariyah adalah perang yang dipimpin oleh sahabat atas

33Abdul Aziz as-Shinnawiy, Op.cit, hal: 24

34Syaikh Mahmud Syakir, Op.cit, hal: 251

35Tamim Ansary, Dari puncak Baghdad Sejarah Dunia Versi Islam, Terj (Jakarta, Zaman 2012) hal: 70

36Ibid, hal: 73

(14)

penunjukan Nabi Muhammad SAW.), maka selesailah tugas-tugas Khalid Ibn Walid di masa Rasulullah Saw.

C. Ekspansi Khalid Ibn Walid Setelah Rasulullah Saw Wafat

Setelah melalui beberapa fase terhadap siapa pengganti posisi pemimpin kaum muslimin ini akhirnya Abu Bakar ash-Shiddiq terpilih sebagai kekhalifahan kaum muslimin pada tahun 11-13 H/632-634 M, setelah Rasulullah Saw wafat. Tantangan utama yang dihadapinya terhadap pemerintahan Islam yang baru ini adalah kemurtadan sebagian kabilah dari Islam di semenanjung Arab secara terang-terangan, bahkan sebagian mereka berusaha untuk memisahkan diri dari pemerintahan Islam dengan membangkang dan tidak mau membayar zakat kepada kekhalifahan yang baru ini.37

1. Pasukan Khalid Ibn Walid Memerangi Nabi Palsu

Gerakan Riddat itu bermula dengan kemunculan tiga tokoh yang menyatakan dirinya sebagai Nabi, guna menyaingi reputasi Nabi Muhammad Saw. yaitu, pertama. Musailamah (wafat 11H/633M), kedua.

Thulaihah (wafat 11H/632M), ketiga. Aswad Al Insa (wafat 11H/632M).

satu persatunya berikhtiar meluaskan pengikutnya dan membelakangi agama Islam.38

Ketika gerakan Riddat itu telah makin meluas di semenanjung Arabia, kelompok-kelompok yang masih teguh keimanannya terpaksa harus menyingkir dan bertahan bagi keselamatan dirinya pada daerah- daerah pegunungan, menjelang datang bala bantuan dari Madinah.

Kemudian khalifah Abu Bakar membentuk sebelas pasukan dan menyerahkan panji pasukan beserta wilayahnya kepada satu persatu panglimanya. Khalid Ibn Walid sebagai salah satu panglima yang ditugaskan menghadapi Thulaihah ibn Khuwailid.39

37Manshur Abdul Hakim, Op.cit, hal: 389

38 Joesoef Sou‟yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, (Jakarta, Bulan Bintang. 1979) hal: 42

39Ibid, hal: 54

(15)

Namun khalifah Abu Bakar telah mengutus Addi bin Hatim sebelum mengutus Khalid Ibn Walid beserta rombongannya. Khalifah telah berpesan kepada Addi bin Hatim supaya berangkat menemui kabilahnya Bani Thayyi, dan memerintahkan mereka supaya membaiat Abu Bakar, sekaligus bertaubat dan kembali ke jalan Allah sebelum pasukan Khalid Ibn Walid menyerangnya. Karena suku Thayyi sebagian besar telah belot mengikuti Thulaihah, hanya sebagian kecil saja yang masih teguh keimanannya terhadap Islam.40

Khalid Ibn Walid kemudian mengatur pasukannya untuk segera di arahkan ke Bani Thayyi, lalu dengan mengendarai kudanya Addi bin Hatim segera menemui Khalid Ibn Walid yang sedang dalam perjalanannya untuk menyerbu ke Bazakha. Atas permintaan Addi, Khalid Ibn Walid mengundurkan pasukannya selama tiga hari, dengan harapan suku Thayyi ini berkat bujukan Addi bin Hatim mau kembali menggabungkan diri dengan pasukan muslim.41

Tatkala tiga hari sudah berlalu, maka Addi bin Hatim datang menemui Khalid Ibn Walid dengan membawa pasukannya sebanyak 500 pejuang dari Bani Thayyi yang sudah bertaubat dan kembali ke agama Islam. Kemudian mereka menggabungkan diri ke dalam barisan Khalid Ibn Walid. Tidak hanya itu, Addi bin Hatim juga berhasil membuat Bani Jadilah kembali menjadi pribadi-pribadi muslim, sehingga dalam kesempatan ini sekitar 1.000 pasukan berkuda dari Bani Jadilah menggabungkan diri ke dalam barisan pasukan Islam di bawah pimpinan Khalid Ibn Walid.42

Khalid Ibn Walid membawa sekitar sepuluh ribu pasukan untuk memerangi Thulaihah ibn Khuwailid yang didukung oleh empat puluh ribu prajurit. Semua pasukan berhasil menumpas gerakan murtad, perang Khalid Ibn Walid ini dikenal dengan nama Bazzakhah. Thulaihah berhasil

40Manshur Abdul Hakim, Op.cit, hal: 405

41Fazl Ahmad, Op.cit, hal: 48

42Manshur Abdul Hakim, Op.cit, hal: 406

(16)

melarikan dari medan pertempuran ketika pasukannya sudah mulai hancur, lalu ia bertobat dan gugur di Nahawand. Khalid Ibn Walid pada saat itu berhasil membunuh 20 ribu orang murtad, sementara pasukan muslim yang gugur sebanyak 1.200 orang yang 400 di antaranya kaum Muhajirin dan Anshar yang hafal Al-Qur.an.43 Kemudian Khalid Ibn Walid melanjutkan ekspedisinya ke Yamamah untuk memerangi Musailamah al-Kadzdzab pada akhir tahun. Kedua pasukan bertemu, sehingga Musailamah itu terbunuh.

Demikian beratnya perang melawan kaum murtad, hingga membutuhkan sebelas batalyon. sehingga peperangan melawan kaum murtad atau utamanya perang Yamamah ini panglima Khalid Ibn Walid sampai menghabiskan Sembilan bilah pedang dalam sehari karena patah.44

2. Penaklukan Khalid Ibn Walid Terhadap Negeri Irak dan Persia Setelah Khalifah Abu Bakar telah tuntas memerangi orang-orang murtad dan beberapa oknum yang mengaku dirinya sebagai Nabi, beliau dengan segera menulis surat perintah kepada Khalid Ibn Walid untuk meneruskan gerak pasukannya menuju Irak. Dengan sikap lunak terhadap manusia dan mengajak mereka untuk menyembah Allah semata. Jika mereka menolak, maka pasukan Khalid Ibn Walid berhak mengambil jizyah dari mereka. Jika mereka menolak lagi, maka mereka harus diperangi.

Pada tahun 12 H/633 M, Khalid Ibn Walid mulai bergerak menuju Irak, yang pada waktu itu berada pada kekuasaan raja Persia. Dengan jumlah sekitar 18.000 Khalid Ibn Walid ini mengarungi penaklukan- penaklukannya tersebut.45 Khalid Ibn Walid bersama pasukannya terus maju hingga sampai di Hirah. Di sana beliau diterima oleh pemimpin dan

43 Qasim A. Ibrahim, Op.cit, hal:106-107

44Ibid, hal: 107

45Manshur Abdul Hakim, Op.cit, hal: 451

(17)

gubernur Hirah, yakni Iyas bin Qubaissah at-Ta‟i. Khalid meminta mereka memilih satu di antara tiga pilihan, yaitu memeluk Islam, membayar zakat, dan bertempur melawan pasukan muslimin. Namun ternyata mereka memilih jizyah sebagai sebagai jalan keluarnya, lalu beliau membuat perjanjian dengan mereka hingga mereka bersedia membayar jizyah sebesar 90.000 dirham.46 Itu merupakan jizyah pertama kali yang diambil dari Iraq.

Sebelumnya Abu Bakar telah mengutus Khalid Ibn Walid menuju Basrah untuk memerangi Ublah, sebelum Khalid juga menaklukan wilayah-wilayah Kisra yang berada di Irak, baik dengan cara damai maupun peperangan. Tugas tersebut berhasil ditaklukan Khalid Ibn Walid.47 Pada tahun itu pula Abu Bakar menunaikan ibadah haji.

Perjalanan jihad Khalid Ibn Walid dan penaklukan-penaklukannya terhadap negeri Irak dan Persia memiliki peran penting dan berpengaruh dalam peletakan batu pertama Negara Islam di negeri tersebut. Sehingga muncul beberapa peperangan yang dilalui Khalid Ibn Walid ini dalam menguasai negri Irak dan Persia, yang diantaranya ialah:

1) Perang Zat-al-salasil

Merasa terhina panglima Hurmuz atas perutusan Khalid Ibn Walid yang mengirimkan surat kepada Hurmuz, yang berbunyi:

“Masuklah Islam, maka kalian akan medapatkan keselamatan.

Atau buatlah kesepakatan bagi diri kalian dan masyarakat kalian untuk membayar jizyah(pajak diri). Jikalau tidak, maka jangan siapapun sesali kecuai diri anda sendiri bila aku datang bersama dengan orang-orang yang mencintai kematian, persis sebagaimana cintanya kalian kepada hidup.”

Maka tibalah pasukan yang saling berhadapan dan terlibat dalam pertempuran, Khalid bersama pasukannya yang berjumlah 18.000 pasukan, hingga pasukan Persia itu porak poranda dengan korban demikian besarnya. Panglima Hurmuz sendiri tewas di tangan Khalid Ibn Walid, sebagian pasukan sempat melarikan diri

46Abdul Aziz as-Shinnawiy, Pembebasan Islam, (Bogor, Pustaka Thariqul Izzah, 2006) Terj. hal: 27

47Imam As-Suyuthi, Tarikh Al-Khulafa, (Jakarta, Mizan Publika. 2010) Terj, hal: 82

(18)

dan sebagian lagi sempat ditawan.48 Pertempuran tersebut merupakan pertempuran pertama antara pasukan Islam Khalid Ibn Walid dengan imperium Parsia.

2) Perang Alais (Sungai Darah)

Bermula ketika Khalid Ibn Walid telah membunuh banyak orang Nasrani dari kalangan Bani Bakr, karena mereka banyak membantu pasukan Persia. Lalu raja Ardasyair telah memerintahkan pasukannya menuju Alais, di mana banyak orang Persia dan Arab Nasrani yang berkumpul untuk menyerang pasukan Muslim. Ketika Khalid Ibn Walid telah mengetahui perihal mobilisasi pasukan, ia segera bersiap dengan pasukannya menuju kota Alais, sesampainya Khalid Ibn Walid di kota Alais, Khalid langsung menemui mereka hingga menebas leher Malik bin Qais.49

Terjadilah pertarungan sengit antara orang Persia dengan pasukan Khalid Ibn Walid, hingga sampai di tengah pertarungannya Khalid Ibn Walid memanjatkan doa kepada Allah Swt agar di berikannya kemenangan bagai darah yang mengalir, terkabulah doa Khalid persis sebagaimana yang diinginkan, hingga terjadilah pembantaian oleh algojo-algojo yang diperintah Khalid Ibn Walid untuk menebas kepala mereka hingga terjadilah darah mereka yang mengalir di sungai.50

Penaklukan pertama pasukan Muslimin yang menentukan atas Persia51 menghabiskan waktu sekitar satu dekade, pasukan

48Jousoef Sou‟yb, Op.cit, hal: 89-90

49Abdul Aziz as-Shinnawy, Op.cit, hal: 33-34

50Ibid, hal: 35

51Orang-orang Persia adalah bangsa Aria, bukan Semit. Mereka telah menikmati eksistensi mereka sebagai bangsa yang berdiri sendiri selama berabad-abad, dan mewakili sebuah kekuatan militer yang terorganisir dengan baik, disamping itu juga pernah berperang dengan orang-orang Romawi selama lebih dari 400 tahun. Persia juga banyak berperan dalam gerakan Qaramitah yang selama bertahun-tahun berhasil mengguncang fondasi kekhalifahan, ia juga terkait erat dengan perkembangan sekte Syiah dan munculnya Dinasti Fatimiyah yang menguasai Mesir selama lebih dari dua abad. (Lihat buku, Philip K. Hitti, hal 198)

(19)

Islam menghadapi perlawanan yang jauh lebih sengit. Dalam pertempuran itu, sekitar 35.000 hingga 40.000 orang Arab, termasuk wanita, anak-anak dan budak, ikut terlibat dalam penaklukan Persia.52

Di antara ungkapannya Khalid Ibn Walid yang agung adalah, tidaklah sebuah malam di mana aku bersama seorang pengantin yang aku cintai lebih aku sukai dari sebuah malam yang dingin lagi bersalju dalam sebuah pasukan bersama kaum muhajirin guna menyerang musuh.

Ungkapannya yang populer juga dalam sebuah surat Khalid Ibn Walid kepada kaisar Persia yang mengatakan: Sungguh aku telah telah datang kepada kalian dengan pasukan yang lebih mencintai kematian sebagaimana orang-orang Persia menyenangi minum khamar.

Itulah sebagian kecil peperangan yang dilalui Khalid Ibn Walid dalam jihadnya membuka negri Irak dan Persia, Khalid Ibn Walid melakukan usaha-usaha yang besar dalam perangnya terhadap Persia. Ia tidak hanya memasrahkan urusan kepada Allah tanpa menjalani usaha- usaha, namun ia pasrah kepada Allah Swt yang kemudian Allah memberikan pertolongan kepadanya untuk menjalani usaha-usahanya.

Dengan cara itu sehingga ia menjadi pemenang dalam perang-perangnya hingga terwujudlah sabda Rasulullah Saw bahwa ia adalah „Pedang Allah yang Terhunus‟.53

52Philip K. Hitti, History Of The Arabs, Terj (Jakarta, Serambi Ilmu Semesta, 2013) hal:

197-198

53 Fazl Ahmad, Op.cit, hal: 52

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil dari penelitian penulis yaitu alasan-alasan yang mendasari anak membuang bayi karena factor ekstrinsik dan juga kurangnya pengetahuan mengenai peraturan hukum

Klasifikasi pengangkutan yang disediakan di dalam ini adalah untuk tujuan penerangan sahaja dan semata-mata berdasarkan sifat-sifat bahan yang tidak dibungkus seperti yang

untuk mewujudkan tujuan pendidikan tinggi dengan efektif sesuai dengan sistem nilai (dasar, azas) & prinsip/ konsep.. penyelenggaraan

Dari berbagai hasil yang di dapat berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Adanya pengaruh signifikan secara simultan

Dari hasil pengujian hipotesis yang dilakukan melalui analisis regresi linier sederhana didapatkan bahwa variabel independen (Literasi Ekonomi Syariah)

Penting bahwa berdoa mesti dilakukan dengan gairah dan keinginan karena setelah itulah orang yang bersangkutan memasuki tingkat konsentrasi yang tinggi,

Membidik titik B dan melakukan pembacaan benang atas, batas tengah, batas bawah pada rambu sesuai dengan jarak yang diinginkan pada sketsa, serta sudut