• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketauhidan. Berdasarkan prinsip dasar tersebut, maka azas-azas umum dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketauhidan. Berdasarkan prinsip dasar tersebut, maka azas-azas umum dalam"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Iskandar et al (2017) manajemen risiko pembiayaan pada bank syariah: Suatu tinjauan filsafati menggunakan metode kualititatif deskriptif, hasil penelitian menunjukkan bahwa azas manajemen risiko pembiayaan dalam bank syariah harus mengacu pada prinsip ketauhidan. Berdasarkan prinsip dasar tersebut, maka azas-azas umum dalam manajemen risiko pembiayaan musyarakah adalah ibadah, ibahah, kebebasan berkontrak, konsensualisme, azas perikatan, azas keseimbangan dan kemitraan. Dengan empat kesadaran yaitu sadar riisko, tidak boleh menjerumuskan dirinya dalam kerugian, kesadaran kewajiban berbuat baik, dan kesadaran transedental.

Penelitian yang dilakukan oleh Azharsyah dan Rahmati (2017) membahas analisis solutif penyelesaian pembiayaan bermasalah di Bank Syariah Studi Kasus pada Bank Muamalat Indonesia Banda Aceh dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab pembiayaan murabahah bermasalah berasal dari nasabah, internal bank, dan faktor fiktif. Kebijakan yang diterapkan sangat komprehensif mulai dari pencegahan sampai dengan penyelesaian. Teknik penyelesaian dengan metode on the spot, somasi, penagihan, restrukturisasi,

(2)

penjualan jaminan, dan melakukan write off serta adanya penetapan terhadap denda.

Penelitian yang dilakukan oleh Fawziyah dan Isfandayani (2020) Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah di PT BPRS Artha Madani Kantor Pusat Bekasi dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, hasil penelitian mengungkapkan bahwa strategi manajemen risiko yang dijalankan PT BPRS Artha Madani menggunakan Peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011 dan prinsip 5C terdiri dari karakter, kapasitas, modal, agunan, dan kondisi perekonomian. Risiko yang dihadapi berupa risiko kredit, risiko operasional, dan risiko hukum. PT BPRS Artha Madani dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah dengan penagihan intensif, teguran, melakukan restrukturisasi, namun jika tidak ada harapan dan nasabah tidak mampu maka solusinya jaminan dapat dilelang melalui jalur litigasi atau non litigasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Alvan dan Hibatur (2021) manajemen risiko pembiayaan murabahah perbankan syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi manajemen risiko pembiayaan murabahah pada perbankan syariah diawali dari identifikasi risiko, klarifikasi nasabah, penanganan, evaluasi, dan penghapus buku. Prinsip 5C digunakan untuk meminimalisir risiko pembiayaan murabahah pada perbankan syariah.

Metode pengasawan dilakukan oleh pengurus dan pengawas yang langsung terjun ke lapangan guna mengecek kondisi nasabah.

(3)

Penelitian yang dilakukan oleh Atiqi dan Abdullah (2021) manajemen risiko pada pembiayaan murabahah di BPRS Berkah Ramadhan. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan teknik pengambilan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BPRS Berkah Ramadhan telah menjalankan prinsip 5C.

BPRS Berkah ramadhan telah mengikuti standar tata kelola manajemen risiko perbankan indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Ubaidillah (2018) manajemen risiko pembiayaan mudharabah. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan teknik pengambilan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan mudharabah di BMT Sidogiri cabang bondowoso sudah sesuai standar yang berlaku yang terdapat dalam teori ekonomi syariah karena didalamnya telah terpenuhi syarat dan ketentuannya, namun dalam pembiayaan mudharabah di BMT sidogiri cabang bondowoso hanya bisa direalisasikan baik bentuk penghimpunan dana maupun penyaluran dananya.

Penelitian yang dilakukan Muchtar (2021) analisis risiko akad murabahah di perbankan syariah. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif berupa studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan murabahah memiliki beragam risiko yaitu risiko kredit, risiko, operasional, risiko likuiditas, risiko stratejik, risiko kepatuhan, risiko imbal hasil, dan risiko investasi. Bank syariah harus menaruh perhatian atas

(4)

semua risiko yang telah diidentifikasi dengan mempersiapkan langkah dan upaya mitigasinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Zulfa (2014) manajemen risiko dalam operasional pembiayaan murabahah di BMT Amanah. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BMT Amanah sering mengalami risiko yang terkait dengan sistem pembayaran yaitu pembayaran macet dari nasabah oleh karena itu BMT Amanah menerapkan manajemern risiko untuk meminimalisir risiko yang akan terjadi. Dalam pembiayaan murabahah di BMT Amanah kudus calon nasabah harus dilakukan analisis 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, dan kondisi ekonomi. Untuk pembiayaan bermasalah proses penyelesaiannya melalui rescheduling, reconditioning, restructuring, penyitaan jaminan, dan eksekusi jaminan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nisak dan Ibrahim (2014) manajemen risiko pembiayaan musyarakah pada baitul qiradh bina insan mandiri aceh.

Menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 aspek risiko yaitu risiko bisnis, risiko berkurangnya nilai pembiayaan, dan risiko moral hazard. Upaya utama yang dilakukan adalah menerapkan secara ketat prinsip 5C. adapun faktor terjadinya risiko disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal dikarenakan kelalaian bank dalam menganalisis kelayakan calon nasabah. Faktor eksternal dikarenakan perilaku nasabah yang tidak baik.

(5)

Penelitian yang dilakukan Raudhatul (2018) analisis manajemen risiko pembiayaan musyarakah pada bank syariah mandiri area aceh dengan menggukanan metode deskriptif kualitatif, hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko yang ditimbulkan dari pembiayaan musyarakah bank syariah mandiri area aceh meliputi risiko kredit, risiko investasi, risiko hukum, risiko operasional dan risiko kepatuhan. Bank syariah mandiri area aceh melakukan penilaian risiko berdasarkan prinsip 5C+1S dan 7A. Adapun manajemen risiko pembiayaan musyarakah diterapkan berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011 yaitu melaksanakan identifikasi risiko, pengukuran/penilaian risiko, memonitoring/pemantauan risiko dan pengendalian risiko.

B. Landasan Teori

1. Definisi Manajemen Risiko a) Pengertian Manajemen

Ricky W. Griffin (2003) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengooerdinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sedangkan efisien berarti tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisasi, dan sesuai dengan jadwal.

(6)

b) Pengertian Risiko

Risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan, bahkan ada orang yang mengatakan bahwa tidak ada hidup tanpa risiko, terlebih lagi dalam dunia bisnis dimana ketidakpastian beserta risikonya merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan begitu saja, melainkan harus diperhatikan secara cermat. Menurut Darmawi (2006) risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk yang tidak dinginkan, atau tidak terduga.

2. Kredit Macet

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia PSAK No.31 (2000), kredit macet (non performing financing) pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokoknya dan atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih dari setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit (nonperforming) terdiri atas kredit yang digolongkan kurang lancar, diragukan, macet.

3. Penyelesaian Kredit Macet

Penyelesaian kredit bermasalah dapat ditempuh dengan penyelamatan kredit, yang dimaksud dengan penyelamatan kredit adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali antara bank sebagai kreditur dan nasabah sebagi

(7)

debitur atau peminjam. Penyelematan kredit tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya, sebagai berikut:

a) Penjadwalan kembali (rescheduling) Yaitu perubahan persyaratan kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan jangka waktu kredit. Kredit yang memperoleh fasilitas reschedulling hanyalah debitur yang memenuhi persyaratan tertentu antara lain, usaha debitur memiliki prospek untuk bangkit kembali dan debitur menunjukan itikad baik.

b) Persyaratan kembali (reconditioning) Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimal saldo kredit.

c) Penataan kembali (restructuring) Perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi pertanyaan dalam perusahaan, yang dapat di sertai dengan penjadwalan kemabali atau persyaratan kembali.

4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

BPRS merupakan lembaga keuangan bank yang dibawahi oleh dewan kebijakan moneter, yang melakukan kegiatan ekonominya berdasarkan prinsip islam atau syariah, tanpa adanya riba atau suku

(8)

bunga yang berorientasi pada masyarakat di tingkat desa maupun kecamatan.

5. Pembiayaan Murabahah

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 102 Murabahah adalah akad jual-beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang telah disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang-barang tersebut kepada pembeli.

6. Pembiayaan Musyarakah

Berdasarkan PSAK No. 106 Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing- masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepatakan dan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Rukun-Rukun perjanjian akad musyarakah sebagai berikut:

a) Pihak yang berakad, bank dan nasabah dimana keduanya sebagai pemilik modal (shahibul maal) sedangkan selain sebagai pemelik modal juga sebagai pelaksana (musyarik).

b) Modal, masing-masing pihak menyertakan modal dengan tujuan untuk membeli suatu aset atau melaksanakan usaha/proyek tertentu.

c) Obyek akad, obyek akad dapat berupa aset, proyek atau usaha yang akan menghasilkan keuntungan bagi para pihak.

(9)

d) Ijab Qabul, pernyataan penawaran (ijab) dan penerimaan (qabul) yang dinyatakan oleh para pihak terkait untuk menunjukkan kehendak masing-masing dalam mengadakan perjanjian (akad).

e) Nisbah bagi hasil, pembagian porsi keuntungan yang akan diperoleh para pihak dalam bentuk persentase bukan jumlah uang yang tetap.

7. Manajemen Risiko Perbankan Syariah

Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menentukan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.

Manajemen risiko pada bank Islam seharusnya merupakan suatu proses berkelanjutan tentang bagaimana bank mengelola risiko yang dihadapinya. Meminimalkan potensi keterjadian dan dampak yang ditimbulkan pada berbagai risiko yang tidak dikehendaki. Jika memungkinkan bank islam dapat mengonversi risiko menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Sehingga, manajemen risiko adalah entang bagaimana bank secara aktif memilih jenis dan tingkat risiko yang sesuai dengan kegiatan usaha bank tersebut (Anggraeni, 2015:32).

Menurut Rivai (2008) langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pengambilan kebijakan dalam manajemen risiko dikelompokkan ke dalam beberapa poin yaitu :

(10)

1) Identifikasi risiko dilaksanakan dengan melakukan analisis terhadap karakteristik pada aktivitas fungsional, risiko terhadap produk dan kegiatan usaha yang bertujuan untuk mengidentifikasi seluruh risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang berpotensi merugikan. Pada Bank Pembiayaan umumnya identifikasi risiko dilakukan dengan cara menganalisis kelayakan nasabah menggunakan konsep 5C yaitu Character, Collateral, Capacity, Capital, dan Condition.

a) Character, BPRS diwajibkan melakukan analisis terhadap character/watak yang melekat pada nasabah. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa yang akan diberikan pembiayaan benar-benar nasabah yang dapat dipercaya. Karakter merupakan ukuran untuk menilai “kemauan” nasabah membayar pembiayaanya.

b) Collateral, BPRS diwajibkan memberi syarat kepada calon nasabah untuk menyertakan jaminan dalam mengajukan permohonan pembiayaan. besarnya nilai jaminan harus setara atau lebih tinggi dengan nominal pembiayaan yang diajukan oleh nansabah.

c) Capacity, BPRS diwajibkan melihat kemampuan calon nasabahnya untuk membayar angsuran tiap bulannya.

Kemampuan nasabah dilihat dari gaji tetap yang dimiliki nasabah.

(11)

d) Capital, BPRS diwajibkan untuk menyertakan modal bersama terhadap nasabah. BPRS tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha dengan menyertakan modal 100% artinya calon nasabah yang mengajukan pembiayaan harus menyediakan modal sendiri.

e) Condition, BPRS diwajibkan untuk melihat kondisi pasar yang pada masa akan datang akan mempengaruhi produktifitas perbankan.

2) Pengukuran risiko dilaksanakan dengan mengevaluasi terhadap kesesuaian asumsi, sumber data, prosedur dan penyempurnaan sistem pengukurannya. Metode yang digunakan harus dikaitkan dengan jenis, skala, kompleksitas kegiatan usaha, kemampuan sistem pengumpulan data, kemampuan direksi dan pejabat eksekutif terkait memahami keterbatas dari hasil akhir dari sistem pengukuran risiko yang digunakan.

3) Pengendalian risiko dilaksanakan dengan mengevaluasi terhadap teknik mitigasi risiko untuk mengelola risiko yang dapat membahayakan kelangsungan usaha.

4) Monitoring risiko dilaksanakan dengan mengevaluasi eksposure risiko, penyempurnaan proses pelaporan pada perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi, faktor risiko, teknologi informasi dan sistem informasi manajemen yang bersifat material.

8. Jenis-Jenis Risiko

(12)

Penerapan manajemen risiko bagi bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah terdapat 10 risiko yang dihadapi perbankan syariah, yaitu :

a) Risiko Kredit, berkaitan dengan kemungkinan kegagalan debitur untuk melunasi utang baik pokok maupun bunganya pada waktu yang telah ditentukan.

b) Risiko Pasar, risiko yang disebabkan oleh pergerakan kondisi pasar secara makro ekonomi baik itu terkait infalasi, nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga. Efek suku bunga harus diperhatikan karena dampaknya yang cenderung menyebar ke segala arah, termasuk sektor riil yang dibiayai oleh BUS/UUS/BPRS

c) Risiko Likuiditas, risiko likuiditas aset dan risiko likuiditas pendanaan.

d) Risiko Operasional, risiko yang disebabkan oleh internal fraud seperti pencatatan keuangan yang tidak benar atas nilai posisi, ketidaksesuaian pencatatan pajak secara sengaja, kesalahan, manipulasi dan mark up dalam akuntansi maupun pelaporan serta aktivitas penyogokan dan penyuapan.

e) Risiko Hukum, risiko timbulnya kerugian akibat tidak terpenuhinya aspek-aspek legalitas baik dari segi identitas nasabah selaku subyek pembiayaan, segi obyek pembiayaan, segi jaminan maupun aspek akad dan pernjanjian pembiayaan.

(13)

f) Risiko Reputasi, akibat opini negatif publik terhadap operasinal bank yang dapat mengakibatkan menurunnya jumlah nasabah bank.

g) Risiko Strategik, akibat penerapan strategi yang tidak tepat, pengambilan keputusan yang keliru atau bank kurang responsive terhadap eksternal.

h) Risiko Kepatuhan, bank tidak mau mematuhi atau melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

i) Risiko Imbal Hasil, terjadinya perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana ke debitur.

j) Risiko Investasi, bank ikut menanggung kerugian usaha debitur yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil.

Referensi

Dokumen terkait

Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan ( continuous improvement ). Proses manajemen

Menurut sartono (2008), kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan

Sementara kebijakan pengambilan risiko, free cash flow , dan profitabilitas memiliki arah koefisien negatif tetapi hanya variabel kebijakan pengambilan risiko dan free cash flow

Fungsi partisipasi adalah seorang pemimpin berusaha mengaktifkan orang- orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya (Rivai, 2011).

Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal dalam SPAI (2004;26) menyatakan : “Apabila manajemen senior telah memutuskan untuk menanggung risiko residual yang

Menurut pendapat Alfonsus Sirait dalam bukunya Manajemen mendefinisikan kebijakan, sebagai berikut: “Kebijakan merupakan garis pedoman untuk pengambilan keputusan” (Sirait,

Pengertian prosedur menurut MC Maryati (2008:43) adalah “serangkaian dari tahapan-tahapan atau urut-urutan dari langkah-langkah yang saling terkait dalam

Adapun langkah-langkah preventif yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut menurut Abdul Halim dalam buku Manajemen Keuangan Bisnis adalah manejer kredit