• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian

Kota Dumai merupakan salah satu Kota di Provinsi Riau, dengan nama ibu kota yaitu Dumai. Kota Dumai berada di pesisir pantai pulau Sumatera sebelah timur. Wilayah Dumai berada pada posisi antara 1010.23".37´ - 1010.8".13´ bujur timur dan 10.23".23´ - 10.24".23´ lintang utara. Berdasarkan posisi ini, zona waktu Dumai adalah UTC+7. Dumai memiliki luas wilayah 1.727.385 Km2.

Batas-batas wilayah Kota Dumai bersebelahan dengan wilayah sebelah utara berbatasan dengan Selat Rupat. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mandau dan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tanah Putih dan Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir.

Dumai memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Suhu udaranya rata-rata antara 21 - 35 0C dan rata-rata curah hujan antara 100 - 300 mm. Dumai sebagian terdiri dari dataran rendah di bagian utara dan di sebelah selatan sebagian adalah dataran tinggi. Kondisi tanahnya mayoritas berupa tanah rawa yang bergambut dengan kedalaman antara 0 - 0,5 m.

4.1.2 Parameter Kualitas Perairan

Parameter kualitas perairan yang di ukur dalam penelitian ini adalah parameter fisika dan kimia, yaitu TSS,TDS, salinitas, kedalaman, arah dan kecepatan arus.Pengukuran dilakukan pada masing-masing stasiun. Hasil Pengukuran kualitas perairan dapat dilihat pada tabel 4.1

(2)

2 Tabel 4.1 Parameter Kualitas Perairan

Stasiun

Salinitas

(0 00 ) TSS TDS Arah Arus Kecepatan Arus (m/s)

Kedalaman (m)

1 30 0,13 47,78 322° / Barat

Laut

0,07 4

2 29 0,17 49,90 171° / Barat

Daya

0,1 3

3 29 0,2 43,79 179°/ Barat

Daya

0,1 3

4 30 0,19 45,76 231/ Barat

Daya

0,1 4

5 29 0,17 44,87 112° /

Tenggara

0,07 3

6 30 0,24 46,44 123° /

Tenggara

0,08 3

7 31 0,28 42,89 198° / Barat

Daya

0,07 3

8 31 0,27 27,86 122° /

Tenggara

0,1 2

9 30 0,19 24,56 174°/ Barat

Daya

0,08 3

10 27 0,17 22,76 188° / Barat

Daya

0,06 4

Rata-rata 29, 6

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa di sekitar kawasan perairan industri minyak kota Dumai Riau memiliki TSS berkisar antara 0,13 – 0,28 dan memiliki TDS antara 21,65 – 49,90, salinitas kawasan perairan industri minyak kota Dumai Riau berkisar 26 – 31% masih termasuk termasuk pada keadaan normal yang sesuai untuk pertumbuhan makrozoobentos, salinitas yang tertinggi terdapat pada stasiun 7 dan 8, dan terendah terdapat pada stasiun 10 kedalaman paling dalam berada di stasiun 1 yaitu pada kawasan perairan 322º / laut barat sedangkan kedalaman yang kurang dalam terletak pada stasiun 8 Kecepatan arus rata-rata dari 0,06 – 0,1 m/s.

Dari hasil pengukuran kualitas perairan di kwasan industri minyak Kota Dumai dapat dikatakan bahwa kondisi perairan kurang baik dilihat dari warna air yang berwarna kecoklatan, hal tersebut di karenakan banyak pencemaran yang telah terjadi seperti dari limbah rumah tangga, industri dan aktivitas pelayaran.

(3)

3 4.1.3 Konsentrasi minyak pada Sedimen

Minyak merupakan salah satu parameter penting dalam dalam pendugaan pencemaran di perairan yang berbatasan langsung dengan aktivitas manusia, seperti kawan industri, pelabuhan, perkotaan dan pemukiman. Nilai rata-rata konsentrasi minyak pada sedimen di kawasan perairan industri minyak kota Dumai Riau dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel. 4.2 Konsentrasi minyak pada sedimen Stasiun Ulangan Kandungan minyak

(ppm)

Rata-rata kandungan Minyak Per stasiun (ppm)

1

1 2 3

6116 7639 7904

7219,66 ± 964,94

2

1 2 3

6988 6707 6497

6730,66± 246,35

3

1 2 3

7148 6506 6384

6679,33 ± 410,43

4

1 2 3

8645 6529 4524

6567,96 ± 2058,42

5

1 2 3

5171 6037 3863

5023,66 ± 1094,46

6

1 2 3

5651 5493 5601

5581,66 ± 80,7548

7

1 2 3

5268 7640 6904

6604 ± 1214,12

8

1 2 3

3873 3235 7726

4945,10 ± 2429,67

9

1 2 3

5631 5097 5867

5531,66 ± 394,49

10

1 2 3

2088 6236 2537

3620,86 ± 2276,47

(4)

4

Berdasarkan tabel 4.2 Konsentrasi minyak pada sedimen tertinggi di temukan pada stasiun 1 dengan rata-rata konsentrasi minyak sebesar 7219,66 ± 964,94 ppm dengan standar deviasi yaitu 2058,42 yang berada di kawasan perairan industri minyak Kota Dumai Riau, dan konsentrasi minyak yang terendah terdapat di stasiun 10 dengan rata-rata konsentrai minyak 3620,86 ± 2276,47 ppm dengan standar deviasi 0,04 yang berada pada kawasan perairan mangrove di Pelintung, Medang Kampai, Kota Dumai, Riau.

Berdasarkan analisis konsentrasi minyak pada sedimen di laboratorium pada stasiun 1 memiliki rata-rata 7219,66 ppm, stasiun 2 memilki rata-rata 6730,66ppm, stasiun 3 memilki rata-rata 6679,33 sedangkan stasiun 4 memiliki rata-rata 6567,96 ppm. Rata–rata konsentrasi minyak pada sedimen di kawasan perairan industri minyak Kota Dumai Riau telah melewati ambang batas yang telah ditentukan oleh Departement of Water Resources Quality Assurance/quality Control Program Yaitu >

1000 ppm, sehingga dapat dikatakan bahwa stasiun 1, 2 dan 3 sudah tercemar dan membahayakan organisme yang hidup pada dasar perairan tersebut.

4.1.4 Konsentrasi Logam Berat Pb, Cu dan Cd

Hasil pengukuran konsentrasi logam berat Pb pada setiap sampling dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Konsentrasi logam Pb (µg/g) Titik Sampling Konsentrasi logam Pb

(µg/g)

1 3.50

2 3,50

3 3,67

4 5

4,04 3,33

6 3,22

7 3,33

8 3,31

9 2,95

10 2,91

Rata-rata 3.7

Konsentrasi logam Pb di kawasan perairan industri minyak kota Dumai Riau berkisar antara (2,91 – 4,04 (µg/g) dimana konsentrasi terendah terdapat pada titik sampling 5(2,91(µg/g) dan Konsentrasi tertinggi terdapat pada titik sampling 4 (4.04 (µg/g) dengan kedalaman 5 meter, titik sampling 4 terletak di

(5)

5

kawasan pelayaran. Titik sampling ini mendapat pengaruh pasang surut arus dari Selat Malaka. Konsentrasi logam Pb yang terendah terdapat pada titik sampling 9 dan 10, titik sampling ini berada di kondisi lingkungan yang jauh dari masyarakat, sebagian besar masih banyak di tumbuhi vegetasi mangrove.

Hasil pengukuran konsentrasi logam berat Cu pada setiap sampling dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Konsentrasi logam Cu (µg/g) Titik Sampling Konsentrasi logam Cu

(µg/g)

1 4,32

2 3,32

3 3,32

4 4,28

5 4,28

6 3,62

7 3,63

8 5,54

9 3,83

10 3,57

Rata-rata 3,8

Konsentrasi logam berat Cu di kawasan perairan industri minyak kota Dumai Riau berskisar antara 3.32 – 5,54 (µg/g), dimana konsentrasi terendah terdapat pada titik sampling 2 dan 3 (3,32 (µg/g) dan konsentrasi tertinggi terletak pada titik sampling 8 (5,54 (µg/g) dengan kedalaman 5 meter, titik sampling 8 terletak di kawasan industri lokasi penelitian.

Hasil pengukuran konsentrasi logam berat Cd pada setiap sampling dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Konsentrasi logam Cd (µg/g) Titik Sampling Konsentrasi logam Cd

(µg/g)

1 0,24

2 0,27

3 0,32

4 0,36

5 0,28

6 0,25

7 0,28

8 0,32

9 0,09

10 0,15

Rata-rata 2,3

(6)

6

Konsentrasi logam berat Cd di kawasan perairan industri minyak kota Dumai Riau berskisar antara 0,09 – 0,36 (µg/g), dimana konsentrasi terendah terdapat pada titik sampling 9 (0,00 (µg/g) dan konsentrasi tertinggi terletak pada titik sampling 4 (0,36 (µg/g) dengan kedalaman 5 meter, titik sampling 4 terletak di kawasan industri dan pelayaran lokasi penelitian

4.1.5 Kelimpahan Makrozoobentos

Dari hasil pengamatan spesies dan jumlah Individu makrozoobentos yang di temukan di kawasan perairan industri minyak Kota Dumai Riau dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Spesies dan jumlah individu makrozoobentos pada setiap stasiun di kawasan perairan industri minyak Kota Dumai Riau

Makrozoobentos

Stasiun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10*

Jumlah yang ditemukan

Cicopreus capucinus 8 0 2 2 4 6 12 10 12 7

Coenobita cavipes 0 2 1 0 2 3 0 4 4 3

Cerithidea obtuse 2 1 1 0 0 0 2 5 3 8

Telebralia sulcata 3 7 3 3 1 13 9 14 22 5 Strigatella Litterata 0 1 0 0 0 1 0 7 4 8

Lithorina undulate 4 2 5 2 1 4 5 6 4 8

Atoctodea sp 2 0 1 0 0 6 2 1 1 10

Nessarius vibra 3 0 4 2 3 5 1 4 2 4

Cerithidea quadrata 3 3 1 4 2 0 3 4 1 4

Anadara granusa 2 2 0 1 4 1 0 2 3 2

Planaxis sulcatus 1 3 3 2 5 1 1 1 3 1

Apporhais

uccidentalis 2 1 0 5 6 3 0 2 1 1

Atlanta peroni 0 1 2 3 1 0 0 0 0 2

Natica tigrina 0 1 1 1 2 2 2 0 0 3

Nigrita polita 0 2 3 2 8 4 2 12 10 14

Morula marginalba 0 1 4 4 2 0 1 3 5 7

Jumlah (ind/m2) 30 27 31 31 41 49 40 75 75 87 Jumlah Spesies 10 13 14 12 13 12 11 14 14 16

*Stasiun Kontrol

Pada tabel 4.6 dapat dilihat kelimpahan makrozoobentos yang paling banyak ditemukan terdapat pada stasiun 8 dan 9, Pada kedua stasiun ini terdapat 28 spesies makrozoobentos yang mana jumlah individu pada kedua stasiun berjumlah 150 ind/m2. Spesies makrozoobentos yang paling banyak adalah spesies Telebralia sulcata, Cicopreus capucinus dan Nigrita polita.Tingginya

(7)

7

kelimpahan makrozoobentos disebabkan letaknya jauh dari aktivitas industri dan pelayaran dimana kawasan tersebut masih alami sebagian besar masih ditumbuhi vegetasi mangrove, dari hasil pengamatan visual terhadap sedimen yang merupakan media hidup makrozoobentos yang lebih didominasi oleh pasir sehingga makrozoobentos lebih banyak ditemui pada subtrat lumpur berpasir.

Kelimpahan makrozoobentos yang terendah terdapat pada stasiun 2 (kawasan indutri dan pelayaran) didapatkan 27 ind/m2 makrozoobentos dengan 13 spesies makrozoobentos, Pada stasiun ini kelimpahan makrozoobentos mengalami penurunan karena terdapat aktivitas manusia yang mempengaruhi kelimpahan makrozoobentos banyaknya aktivitas industri dan pelayaran seperti pembuangan air balast kapal, limbah pabrik industri, limbah rumah tangga, pelayaran kapal nelayan yang mengakibatkan terjadi pencemaran minyak dan logam berat yang akan beransur-ansur mengedap kepermukaan sedimen. Pengendapan minyak dan logam berat ke sedimen akan mempengaruhi kelimpahan makrozoobentos, subtrat yang didominasi berlumpur, namun lumpur tersebut berwarna coklat kehitaman, yang di duga sebagai pengendapan minyak, logam berat dan dan sumber lainnya yang masuk di perairan ini.

Makrozoobentos yang ada pada kawasan permukiman nelayan jumlah kelimpahan makrozoobentos yang ditemukan sebanyak 89 ind/m2 makrozoobentos yang dominankan oleh spesies Telebralia sulcata dan Cicopreus capucinus. Hal ini terjadi karena lingkungan perairan masih terjaga dan juga banyak sumber bahan organik yang masuk ke perairan tersebut baik dari lingkungan masyarakat melalui limbah rumah tangga dan juga karena daerah ini menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal nelayan yang banyak meninggalkan organisme-organisme mati dari hasil tangkapan ikan yang tidak ikut terjual.

Kelimpahan makrozoobentos pada stasiun 10 (Stasiun kontrol) lebih tinggi dari pada stasiun sebelumnya dikarekan stasiun kontrol berada jauh dari aktivitas masyarakat, pelayaran dan industri pabrik, oleh karna itu tingkat pencemaran minyak dan logam berat lebih cenderung

(8)

8

4.1.6 Hubungan kelimpahan Makrozoobentos dengan Konsentrasi Minyak, Logam berat (Pb, Cd dan Cu)

Hasil analisis regresi linier antara logam berat (Pb) dengan kelimpahan makrozoobentos pada gambar 4.1 menunjukkan koefisien Determinan R2 =0,6175 dan koefisien korelasi r = 0,78 menggambarkan hubungan yang negatif dengan persamaan Y = -52,591x + 226, 15. Nilai Koefisien korelasi (r) yang didapat pada analisis regresi untuk logam Pb yaitu sebesar 0,78 menunjukkan hubungan konsentrasi logam berat bersifat kuat.

Gambar 4.1 Hubungan Logam berat (Pb) dengan makrozoobentos

Hasil analisis regresi linier antara logam berat (Cd) dengan kelimpahan makrozoobentos pada gambar 4.2 menunjukkan koefisien Determinan R2 = 0,3884 dan koefisien korelasi r = -0,62 menggambarkan hubungan yang negatif dengan persamaan Y = -1,7019x + 92,168. Nilai Koefisien korelasi (r) yang didapat pada analisis regresi untuk logam Pb yaitu sebesar -0,62 menunjukkan hubungan konsentrasi logam berat bersifat sedang .

y = -52,591x + 226,15 R² = 0,6175

r = 0,78

0 20 40 60 80 100

0 1 2 3 4 5

Logam Berat (Pb)

Makrozoobentos Makrozoobentos

(9)

9

Gambar 4.2 Hubungan Logam berat (Cd) dengan makrozoobentos

Berdasarakan hasil regresi linier sederhana logam berat (Cu) dengan kelimpahan makrozoobentos pada gambar 4.3 menunjukkan koefisien Determinan R2 = 0,0737 dan koefisien korelasi r = 0,27 menggambarkan hubungan yang negatif dengan persamaan Y = 8,9885x +12,907. Nilai Koefisien korelasi (r) yang didapat pada analisis regresi untuk logam Pb yaitu sebesar 0,27 menunjukkan hubungan konsentrasi logam berat bersifat lemah .

Gambar 4.3 Hubungan Logam berat (Cu) dengan makrozoobentos

Melalui hasil uji regresi linier sederhana minyak dengan kelimpahan makrozoobentos pada gambar 4.4 menunjukkan koefisien Determinan R2 = 0,1551 dan koefisien korelasi r = 0,39 menggambarkan hubungan yang negatif dengan persamaan Y = 0,0079x + 2,4916. Nilai Koefisien korelasi (r) yang didapat pada analisis regresi untuk logam Pb yaitu sebesar 0,39 menunjukkan hubungan konsentrasi logam berat bersifat lemah .

y = -1,7019x + 92,168 R² = 0,3884

r = -0,62

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 10 20 30 40

Logam Berat (Cd)

Makrozoobentos

Series1 Linear (Series1)

y = 8,9885x + 12,907 R² = 0,0737

r = 0,27

0 20 40 60 80 100

0 1 2 3 4 5 6

Logam Berat (Cu)

Makrozoobentos

Series1 Linear (Series1)

(10)

10

Gambar 4.4 Hubungan minyak dengan makrozoobentos

Berdasarkan dari hasil uji regresi linear sederhana, hubungan antara konsentrasi minyak, logam berat (Pb, Cd dan Cu) dengan kelimpahan makrozoobentos selama penelitian menunjukkan.

y = 0,0079x + 2,4916 R² = 0,1551

r = 0,39

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 2000 4000 6000 8000

Minyak

Makrozoobentos

Series1 Linear (Series1)

Gambar

Tabel 4.3 Konsentrasi logam Pb (µg/g)  Titik Sampling  Konsentrasi logam Pb
Tabel 4.4 Konsentrasi logam Cu (µg/g)  Titik Sampling  Konsentrasi logam Cu
Tabel  4.6  Spesies  dan  jumlah  individu  makrozoobentos  pada  setiap  stasiun  di  kawasan perairan industri minyak Kota Dumai Riau
Gambar 4.1 Hubungan Logam berat (Pb) dengan makrozoobentos
+3

Referensi

Dokumen terkait

memakai teori keadilan bermartabat dalam sanksi pidana terhadap pelaku. tindak pidana terorisme pada

Solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi problematika tersebut yaitu sosialisasi Kurikulum 2013 yang lebih banyak, memanfaatkan forum diskusi (MGMP) untuk

Isolasi dan Identifikasi Bakteri Endofit Penghasil Inhibitor α -Glukosidase dari Kulit dan Daging Buah Salak Pondoh ( Salacca edulis ).. Citra Praba

Information reported by teachers, principals, and students through interviews as well as classroom observation were used to answer the second research question, whether profes-

pengecoran lantai "i") terdiri dari berat tulangan dan beban hidup atau sebagai q SP(i) , sedangkan pada saat pengecoran (penerapan beban konstruksi saat pengecoran

“Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Media Grafis dalam Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa pada Mata Pelajaran PKn kelas IV SDN Munggu

[r]

Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang