• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Teori Tabungan

Menurut Browning & Lusardi 1996; Warneryd 1999 tabungan adalah sisa pendapatan setelah dikurangi konsumsi selama periode waktu tertentu. Sementara menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tabungan adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro/ atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Teori absolute income yang dikemukakan oleh Keynes menjelaskan bahwa kemampuan menabung seseorang umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi seperti pendapatan bersih per kapita (Mankiw 2007). Terdapat dua teori konvensional tentang menabung yaitu Loanable Funds dan Liquidity Preference. Loanable Funds yaitu teori yang menjelaskan bahwa ketika suku bunga naik maka terdapat kecenderungan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank.

Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi konsumsi untuk menambah jumlah tabungan mereka. Sementara teori Liquidity Preference menjelaskan bahwa ada 3 motif masyarakat ingin memiliki uang yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga dan motif spekulasi. Ketiga motif

(2)

inilah yang membuat masyarakat ingin dirinya selalu liquid dan menimbulkan permintaan akan uang.

2. Bank Syariah

Bank syariah adalah sebuah bank yang dalam sistem operasionalnya berdasarkan hukum Al-Qur’an dan As-Sunnah, artinya dalam pelaksanaan kinerja baik penghimpunan dana, penyaluran dana maupun pemberian pelayanan jasa disesuaikan dengan hukum pada Al- Qur’an dan As-Sunnah. Dalam sebuah akad apapun dalam bank syariah haruslah memiliki rukun dan syarat. Rukun disini terdiri dari adanya penjual, pembeli, barang, harga, dan akad/ ijab-qabul. Sedangkan syarat terdiri dari harga barang harus jelas, barang harus jelas, barang sepenuhnya dimiliki, dan tempat penyerahan harus jelas karena akan mempengaruhi biaya transportasi. Dalam struktur organisasi yang dimiliki bank syariah tidak jauh berbeda dengan apa yang dimiliki bank konvensional seperti adanya dewan komisaris dan jajaran direksi tetapi yang membedakan antara keduanya yaitu dalam bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah. Posisi Dewan Pengawas Syariah biasannya berada setingkat dengan Dewan Komisaris di setiap bank syariah, hal ini bertujuan agar Dewan Pengawas Syariah memiliki kemampuan yang kuat dalam memberikan opini atau masukan pada sebuah bank syariah.

Dewan Pengawas Syariah memiliki fungsi yaitu mengawasi bank syariah agar dalam operasionalnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Tugas lain dari Dewan Pengawas Syariah yaitu meneliti dan

(3)

merekomendasikan sebuah produk baru untuk bank syariah yang diawasinya. Di negara Indonesia setidaknya memiliki tiga macam bank syariah yaitu sebagai berikut :

a. Bank Umum Syariah (BUS)

Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam akta pendiriannya berdiri sendiri, dan bukan termasuk bagian dari bank konvensional. Contoh bank jenis ini di Indonesia seperti Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, Bank BCA Syariah, dan Bank Bukopin

b. Unit Usaha Syariah (UUS)

Unit Usaha Syariah (UUS) merupakan unit usaha dari bank konvensional (sebagai induk bank) yang mempunyai unit usaha dengan prinsip syariah. Bank konvensional disini membawahi Unit Usaha Syariah. Contoh bank jenis ini yaitu BNI Syariah, Bank Danamon Syariah, BII Syariah, dan Bank Permata Syariah

c. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah sebuah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan pelayanan jasa, sehingga kegiatan bank ini yaitu menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan menempatkan dana pada bank syariah lain sesuai akad yang diperbolehkan dalam hukum Islam.

(4)

3. Fungsi Bank Syariah

Fungsi utama dari bank syariah yaitu menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip syariah.

a. Menghimpun Dana Masyarakat

Bank syariah juga memiliki fungsi menghimpun dana dari masyarakat. Dalam praktik penghimpunan dana, masyarakat dapat menitipkan dananya dengan akad wadi’ah atau masyarakat dapat berinvestasi pada bank syariah dengan akad mudharabah. Prinsip wadi’ah dalam hal ini masyarakat sebagai nasabah menitipkan dananya di bank syariah, kemudian dana tersebut dapat digunakan bank syariah untuk memulai usaha dalam hal yang tidak bertentangan dengan syariah Islam. Return atau imbalan dalam prinsip wadi’ah bersifat tidak wajib, namun biasanya bank memberikan sejumlah fee/ bonus kepada nasabah yang telah menyimpan dananya di bank syariah.

Prinsip mudharabah, masyarakat/ nasabah bertindak sebagai pemilik modal (shohibul maal) dan bank syariah sebagai pengelola dana (mudharib). Setelah dana terkumpul, bank syariah mulai menjalankan usaha yang tidak bertentangan dengan syariat Islam seperti memberikan pembiayaan kepada masyarakat atau bank syariah dapat berinvestasi lagi terhadap pihak/ nasabah lain. Dalam

(5)

transaksi ini imbal hasil diperoleh nasabah berupa nisbah yang berlaku antara nasabah dan bank syariah.

b. Menyalurkan Dana Kepada Masyarakat

Kegiatan penyaluran pada bank syariah dapat menggunakan dua akad yaitu jual beli dan bagi hasil. Dalam akad jual beli, bank syariah menjual barang kepada nasabah. Return yang diperoleh bank syariah yaitu keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli barang tersebut. Sedangkan dalam akad bagi hasil, bank syariah sebagai pemilik dana (shohibul maal) memberikan sejumlah dana untuk dikelola nasabah sebagai pengelola (mudharib). Keuntungan yang dapat diambil bank syariah dalam akad ini berupa nisbah yang telah disepakati di awal terjadinya akad.

c. Memberikan jasa pelayanan kepada nasabah

Upaya peningkatan tingkat kepuasan nasabah maka bank syariah memberikan jasa-jasa pelayanan kepada nasabah seperti fasilitas mobile banking, internet banking, pengiriman uang, pembayaran tagihan-tagihan tertentu, letter of credit, pemindahbukuan, dan layanan-layanan lain yang ditujukan kepada nasabah.

(6)

4. Prinsip Dasar Bank Syariah a. Prinsip titipan (wadi’ah)

Pengertian prinsip wadi’ah dalam fiqih Islam yaitu sebuah titipan dana dari kedua belah pihak baik individu maupun perusahaan dimana salah satu pihak sebagai penitip dan pihak lainnya sebagai penerima titipan dan barang titipan harus dijaga dan dikembalikan apabila penitip menghendaki. Dalam prinsip wadi’ah dibagi menjadi dua bagian yaitu wadi’ah yad al-amanah dan wadi’ah al-dhamanah.

1) Wadi’ah yad al-amanah

Akad wadi’ah yad al-amanah adalah penerima titipan tidak boleh menggunakan sedikitpun barang atau uang yang dititipkan, namun pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip atas barang yang dititipkan tersebut.

Sebuah hal penting dalam akad wadi’ah yad al-amanah yaitu ketika terjadi kerusakan atau kehilangan barang titipan maka pihak penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang tersebut selama bukan akibat dari kelalaian pihak penerima titipan.

2) Wadi’ah yad adh-dhamanah

Konsep wadi’ah yad adh-dhamanah dalam hal ini bank sebagai pihak penerima titipan dapat memanfaatkan dana

(7)

penitip dalam hal ini nasabah untuk dimanfaatkan sesuai kehendak pihak penerima titipan. Keuntungan dan kerugian atas penggunaan dana nasabah sepenuhnya menjadi milik atau tanggung jawab pihak (penerima titipan) dalam hal ini bank dan pihak penitip (dalam hal ini nasabah) mendapatkan jaminan atas dana yang disimpannya. Pada saat keuntungan didapat oleh pihak penerima titipan secara langsung bank dapat memberikan bonus kepada nasabah namun tidak disyaratkan pada awal terjadinya akad.

b. Prinsip bagi hasil

Prinsip bagi hasil terbagi dalam empat akad utama yaitu al- mudharabah, al-musyarakah, al muzara’ah, dan al-musaqah.

Berikut ini adalah pembahasan dari keempat akad tersebut

1) Al- Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau berjalan. Dapat diterjemahkan sebagai proses seseorang dalam memukulkan kakinya untuk memulai sebuah usaha. Skema akad mudharabah yaitu adanya dua pihak dimana satu pihak bertindak sebagai pemilik dana (shohibul maal) dan pihak lainnya sebagai pngelola (mudharib). Keuntungan yang didapat dari hasil usaha yang dilakukan pihak pengelola dana dibagi sesuai nisbah yang berlaku antara pemilik modal dan

(8)

pengelola dana, namun jika terjadi kerugian pihak pemilik modal menanggung semua kerugian tersebut selama kerugian tidak diakibatkan dari kelalaian pihak pengelola dana. Jika kerugian diakibatkan karena kelalaian atau kecurangan pihak pengelola dana, maka pihak pengelola dana harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Secara umum akad mudharabah dibagi menjadi dua macam yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah :

a) Mudharabah mutlaqah

Mudharabah mutlaqah adalah pihak pemilik modal (shohibul maal) tidak mensyaratkan pada pihak pengelola (mudharib) tentang bagaimana dana tersebut dikelola artinya pihak pemilik modal memberikan kebebasan kepada pihak pengelola untuk mengelola dana tersebut untuk dijalankan pada usaha apapun baik dari segi tempat usaha dan jenis usaha yang tidak bertentangan dengan syariah Islam.

b) Mudharabah muqayyadah

Mudharabah muqayyadah/ specified mudharabah yaitu pihak pemilik modal mensyaratkan kepada pihak pengelola atas tempat usaha maupun jenis usaha yang harus dilakukan pihak pengelola. Pihak pemilik modal melakukan akad

(9)

mudharabah muqayyadah dapat dimungkinkan ketika ia akan memasuki jenis usaha baru. Namun demikian jenis usaha ini haruslah sesuai dengan syariah Islam.

2) Al- Musyarakah

Musyarakah adalah suatu akad antara dua orang atau lebih yang saling memberikan kontribusi modal untuk menjalankan suatu usaha. Dalam hal ini pihak satu dengan pihak lainnya sama-sama memberikan modal untuk menjalankan sebuah usaha. Keuntungan dan kerugian yang terjadi dalam akad ini ditanggung oleh kedua belah pihak. Musyarakah dibagi menjadi dua jenis yaitu Musyarakah pemilikan dan Musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena adanya wasiat, warisan dan kondisi lainnya yang dimiliki dua orang atau lebih berupa sebuah aset seperti rumah,tanah, dan kendaraan.

Keuntungan yang didapat atas aset ini sepenuhnya dimiliki oleh kedua orang tersebut. Sedangkan musyarakah akad sama halnya dengan musyarakah dalam arti umum yaitu setiap pihak memberikan kontribusi modal untuk menjalankan sebuah usaha dan secara keuntungan atau kerugian menjadi tanggung jawab kedua belah pihak tersebut. Dalam akad musyarakah, dibagi lagi menjadi empat macam yaitu :

(10)

a) Syirkah al-Inan

Syirkah al- inan adalah jenis musyarakah dimana persentase antara modal dan porsi kerja yang diberikan kedua belah pihak tidak selalu sama atau identik, namun tetap disepakati oleh kedua belah pihak. Dari segi keuntungan atau kerugian juga tidak ditanggung oleh kedua belah pihak secara sama atau identik. Seperti contoh yaitu adanya dua orang yang ingin mendirikan sebuah pabrik dan masing - masing dari mereka memberikan modal dalam persentase yang berbeda.

b) Syirkah Mufawadhah

Syirkah mufawadhah merupakan kebalikan dari syirkah al-inan dimana persentase modal dan porsi kerja dibagi secara sama/ rata antara kedua belah pihak, begitu juga dengan kentungan atau kerugian yang akan didapat ditanggung secara sama/ rata antara kedua belah pihak.

c) Syirkah A’maal

Syirkah a’maal terjadi ketika kedua belah pihak bekerja dalam jenis pekerjaan yang sama/ seprofesi yang menerima pekerjaan dan keuntungan dari pekerjaan tersebut dibagi secara rata diantara keduanya. Contoh dari musyarakah

(11)

jenis ini yaitu dua orang petani untuk mengerjakan sawah milik orang lain kemudian upah yang mereka terima dibagi secara merata.

d) Syirkah wujuh

Syirkah wujuh yaitu ketika kedua belah pihak bersama-sama membeli barang dari pihak luar secara kredit setelah itu barang tersebut dijual kembali secara tunai pada pembeli. Hasil dari penjualan tersebut kemudian dibagi antara kedua belah pihak tersebut. Sehingga tidak jarang syirkah wujuh ini juga disebut musyarakah piutang.

3). Al- Muzara’ah

Pengertian al-muzara’ah yaitu kerja sama antara pemilik lahan dengan penggarap. Keuntungan yang didapat dari pengolahan lahan ini dibagi sesuai persentase yang disepakati.

Sebagai contoh seorang pemilik lahan mempekerjakan seorang penggarap lahan dengan kesepakatan keuntungan yang akan dibagi pada jumlah tertentu yang telah disepakati sebelumnya.

4). Al- Musaqah

Al-musaqah merupakan bentuk sederhana dari al-muzara’ah dimana penggarap hanya bertanggung jawab untuk menyirami dan memelihara tanaman. Kemudian si penggarap akan

(12)

mendapatkan bagi hasil yang telah disepakati antara pemilik lahan dan penggarap.

c. Jual beli

Prinsip dasar bank syariah ketiga adalah jual beli. Jual beli adalah transaksi tukar - menukar barang yang memiliki nilai, dimana satu pihak bertindak sebagai penjual dan pihak lainnya sebagai pembeli. Dalam penelitian ini akan dibahas tiga jenis jual beli yaitu al-murabahah, as-salam, al-istishna.

1). Al-Murabahah

Al-Murabahah berarti jual beli barang pada harga beli/

modal ditambah besar keuntungan yang diperoleh. Dalam akad murabahah penjual memberitahukan kepada calon pembeli tentang berapa harga barang yang ia beli sebelumnya ditambah keuntungan yang akan ia dapatkan. Berikut ini adalah syarat terjadinya akad al- murabahah yaitu :

a) Penjual memberitahu biaya modal kepada pembeli b) Kontrak haruslah terbebas dari unsur riba

c) Penjual menjelaskan pada pembeli apabila terjadi barang cacat atau tidak sesuai dengan kontrak awal setelah pembelian oleh penjual

(13)

d) Penjual menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan pembelian termasuk pembelian secara kredit atau tunai

2) As-Salam

As-salam berarti pembelian barang dibayar dimuka namun pengiriman barang dilakukan pada kemudian hari. Pada akad as- salam pembeli menyerahkan sejumlah uang terlebih dahulu kepada penjual lalu barang tersebut segera dikirimkan kepada pembeli. As- Salam mempunyai 5 rukun yaitu pembeli (muslam), penjual (muslam alaih), uang atau modal, barang (muslam fiihi), ucapan (sighat)

3) Al-Istishna’

al-ishtisna’ berarti pembeli memesan terlebih dahulu barang kepada penjual, kemudian penjual membuat atau membeli barang kepada pihak lain dimana spesifikasi barang haruslah sama seperti apa yang pembeli pesankan. Al-istishna’

biasanya terjadi pada bidang manufaktur seperti pembuatan kursi, meja atau lemari. Al-istishna’ memiliki rukun seperti salam yaitu adanya pembeli (muslam), penjual (muslam ilaih), modal atau uang, barang (muslam fiihi), uacapan (sighat).

d. Sewa

Konsep sewa dalam hal ini dibagi menjadi dua macam yaitu al-ijarah dan al-ijarah al-muntahia bit-tamlik. Pengertian al-ijarah

(14)

yaitu pemindahan hak guna suatu barang yang mana tidak diikuti pemindahan kepemilikan barang tersebut. Hal ini berarti seorang yang menyewa barang berhak menggunakan barang tersebut namun tidak berhak memilikinya melainkan membayar upah atas barang sewaan tersebut. Sedangkan al-ijarah al-muntahia bit-tamlik merupakan perpaduan antara prinsip sewa dan jual beli dimana pihak penyewa berhak membeli barang yang telah disewa di akhir waktu jatuh tempo sewa barang terebut.

e Jasa

Prinsip jasa meliputi semua aspek non pembiayaan yang diberikan oleh bank. Prinsip jasa dibagi menjadi lima macam yaitu :

1) Al-Wakalah

Al-Wakalah memiliki pengertian bahwa satu pihak mewakilkan atas dirinya kepada pihak lain. Dalam konsep perbankan dapat digambarkan sebagai seseorang yang ingin menagih utang kepada pihak lain namun ia memberikan kuasa penagihan utang tersebut kepada bank atas nama dirinya.

Kemudian pihak bank mendapatkan fee yang didapat dari pihak penagih utang tersebut.

2) Al-Kafalah

Al-Kafalah berarti suatu jaminan yang diberikan pihak penanggung kepada pihak tertangggung atas barang/jasa yang

(15)

digunakan oleh pihak penanggung. Jaminan ini dapat berupa jaminan atas diri (personal guarantee) atau dapat juga berupa sebuah barang.

3) Al – Hawalah

Al-Hawalah berarti pengalihan utang dari pihak yang memiliki utang kepada pihak penanggung utang tersebut.

Sebagai contoh seorang nasabah pertama mempunyai utang kepada bank, pada saat bersamaan nasabah pertama mempunyai piutang terhadap nasabah kedua dalam bank tersebut, kemudian nasabah pertama mengalihkan utang tersebut kepada nasabah kedua dan pihak bank menagih utang kepada nasabah kedua tersebut.

4) Ar- Rahn

Rahn berarti gadai, artinya penahanan barang si peminjam atas pembiayaan yang ia peroleh. Barang disini bersifat ekonomis atau mempunyai nilai tinggi. Ar-Rahn memiliki manfaat yaitu dapat membantu seseorang yang sedang membutuhkan dana cepat, tetapi disisi lain ar - rahn juga memiliki resiko yaitu apabila pihak nasabah tidak dapat membayar hutangnya tersebut.

(16)

5) Al-Qardh

Al-qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada satu pihak kepada pihak lainnya yang dapat ditagih walaupun tanpa meminta sebuah imbalan. Sebagai contoh dalam perbankan syariah pihak bank dapat meminjamkan dananya kepada nasabah yang membutuhkan dana cepat karena dana nasabah masih berbentuk deposito. Contoh lain yaitu bank memberikan pinjaman dana kepada nasabah karena telah terbukti bahwa nasabah tersebut memiliki loyalitas yang tinggi pada bank tersebut.

5. Tabungan Mudharabah

Tabungan mudharabah merupakan jenis tabungan pada bank syariah dimana penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dan menggunakan akad mudharabah (Antonio, 2001). Dengan akad mudharabah berarti nasabah bertindak sebagai pemilik modal (shohibul maal) dan bank syariah sebagai pengelola (mudharib). Dalam akad ini nasabah menyerahkan dananya untuk dikelola pihak bank syariah pada bidang yang tidak melanggar ajaran Islam dan pada akhir bulan bank syariah membagikan nisbah kepada nasabah sesuai dengan jumlah yang telah disepakati pada awal akad.

(17)

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan mudharabah a. Tingkat bagi hasil

Bagi hasil adalah pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak atas usaha yang telah mereka lakukan (Ismail, 2011).

Pembagian hasil ini didasarkan pada nisbah antara kedua belah pihak yang telah disepakati sebelumnya. Nisbah yaitu persentase pembagian hasil usaha yang telah disepakati antara kedua belah pihak. Di bawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi besaran tingkat bagi hasil.

1) Investment rate

Investment rate merupakan jumlah dana yang diinvestasikan bank syariah dari total DPK yang ia peroleh.

Semakin banyak jumlah investment rate yang digunakan dari sebuah bank akan meningkatkan peluang naiknya tingkat bagi hasil yang akan diperoleh nasabah. Namun pihak bank juga harus mematuhi aturan tentang adanya giro wajib minimum yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

2) Nisbah

Nisbah adalah persentase pembagian hasil usaha yang telah disepakati antara kedua belah pihak. Penggunaan nisbah banyak ditemui pada akad mudharabah dan musyarakah.

Perbedaan besaran nisbah dapat diketahui dari beberapa aspek

(18)

berikut yaitu jenis tabungan, jangka waktu tabungan, dan kebijakan bank.

3) Metode perhitungan bagi hasil

Metode perhitungan bagi hasil dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu revenue sharing dan profit/ loss sharing.

Metode revenue sharing yaitu metode penghitungan bagi hasil berdasarkan pendapatan kotor atau sebelum dikurangi dengan biaya-biaya, sementara profit/ loss sharing yaitu metode penghitungan bagi hasil berdasarkan laba usaha sebelum dikurangi pajak. Metode revenue sharing disini lebih

menguntungkan seorang investor (dalam hal ini nasabah) karena penghitungan metode revenue sharing belum dikurangi dengan penghitugan pajak.

4) Kebijakan akuntansi

Kebijakan akuntansi dalam sebuah bank dapat mempengaruhi tingkat bagi hasil yang akan diterima nasabah.

Sebagai contoh sebuah bank yang mengambil kebijakan metode profit/ loss sharing sebagai dasar penghitungan bagi hasil, hal ini dapat mengurangi persentase bagi hasil yang akan diterima seorang nasabah karena pihak bank mengurangi laba terlebih dahulu dengan pajak. Namun secara umum metode revenue

(19)

sharing lebih sering digunakan pihak bank sebagai metode dasar perhitungan bagi hasil terutama dari dana investasi masyarakat

Kempat faktor tersebut mempengaruhi besar kecilnya nilai bagi hasil sebuah bank syariah. Sehingga dapat diasumsikan bahwa semakin tinngi nilai bagi hasil maka nilai tabungan mudharabah juga tinggi begitu juga sebaliknya apabila tingkat bagi hasil rendah maka nilai tabungan mudharabah juga rendah.

b. BI rate

Tingkat suku bunga acuan atau BI rate menurut Bank Indonesia merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik . Sementara Menurut Kasmir (2012 : 114) bunga bank adalah balas jasa oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar sebuah bank untuk nasabahnya sebagai

konsekuensi atas dana simpanan nasabahnya atau harga yang harus dibayar seorang nasabah kepada pihak bank atas dana pinjaman yang mereka dapatkan dari sebuah bank. Beberapa hal berikut mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat suku bunga di Indonesia yaitu :

(20)

1) Kebijakan pemerintah

Pemerintah berhak menentukan besaran tingkat suku bunga yang harus dipatuhi oleh seluruh bank di Indonesia, dalam hal ini pemerintah menentukan batas maksimum dan minimum atas tingkat suku bunga yang boleh diterapkan oleh sebuah bank. Tujuan dari kebijakan ini yaitu menjaga persaingan bank agar selalu kompetitif dan dapat menguntungkan masyarakat.

2) Kebijakan bank

Kebijakan yang diambil sebuah bank sangat berpengaruh terhadap tingkat suku bunga. Sebuah bank dapat menentukan besaran tingkat suku bunga berapapun yang mereka kehendaki asalkan tidak melanggar batas maksimum dan minimum tingkat suku bunga yang telah ditetapkan pemerintah. Hal inilah yang membuat adanya perbedaan besaran tingkat suku bunga antara satu bank dengan bank yang lainnya.

3) Permintaan dan penawaran uang

Menurut Keynes tingkat suku bunga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran uang. Jika sebuah bank dalam suatu negara memiliki kelebihan dana, bank tersebut cenderung akan menurunkan tingkat suku bunga pinjamannya. Hal ini bertujuan agar dana disebuah bank tidak mengendap dan sebagai cara

(21)

sebuah bank untuk mendapatkan keuntungan. Begitu juga sebaliknya, jika bank tersebut kekurangan dana, maka bank tersebut cenderung akan menaikkan suku bunga tabunganya yang bertujuan untuk menghimpun dana dari masyarakat.

4) Lama waktu pinjaman

Nasabah yang meminjam dana di sebuah bank dalam waktu yang lama cenderung akan mendapatkan bunga yang lebih tinggi daripada seorang nasabah yang menyimpan atau meminjam dana dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini dikarenakan jika seseorang meminjam dana pada sebuah dalam waktu yang lama, maka terdapat kesempatan bagi seseorang tersebut untuk mengelola dana pinjaman tersebut dan sudah sewajarnya mereka akan memperoleh bunga yang lebih tinggi.

c. Inflasi

Inflasi yaitu meningkatnya harga barang secara keseluruhan.

Hal ini menyebabkan menurunnya tingkat daya beli uang (Mankiw, 2013). Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dibagi dalam empat jenis yaitu inflasi ringan, inflasi sedang, inflasi berat,dan inflasi sangat berat. Inflasi ringan yaitu tingkat inflasi yang nilainya kurang dari 10 persen per tahun. Inflasi ini tergolong jenis inflasi yang wajar terjadi dalam sebuah negara dan tidak membahayakan perekonomian suatu negara. Sedangkan inflasi sedang yaitu tingkat

(22)

inflasi yang nilainya berkisar 10-30 persen per tahun. Jenis inflasi ini mulai sedikit membahayakan perekonomian terutama untuk masyarakat yang berpenghasilan tetap. Inflasi berat yaitu tingkat inflasi dengan nilai yang berkisar antara 30-100 persen per tahun.

Dalam inflasi berat banyak masyarakat menarik uang tabungannya di bank karena laju inflasi mengalahkan besaran nilai suku bunga.

Selanjutnya yaitu inflasi sangat berat (hiperinflasi) yang nilainya melebihi angka 100 persen per tahun dan inflasi jenis ini akan susah dikendalikan oleh suatu negara. Pada umumnya, adanya inflasi akan memberikan dampak kurang baik bagi perekonomian dan menurut ekonom Islam inflasi dapat menimbulkan dampak buruk (Karim, 2007 : 139) salah satunya yaitu melemahkan sikap menabung dari masyarakat. Sehingga tingginya tingkat inflasi dapat menurunkan tabungan nasabah dalam sebuah bank.

d. Jumlah jaringan kantor

Rachman et al (2013) menjelaskan bahwa jumlah jaringan kantor merupakan banyaknya kantor bank syariah dimulai dari kantor pusat, hingga unit pelayanan syariah yang ada di Indonesia. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kantor adalah balai (gedung, rumah, ruang) tempat mengurus suatu pekerjaan atau juga disebut tempat bekerja. Jumlah jaringan kantor dalam hal ini dapat diartikan sebagai total seluruh kantor bank syariah baik berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di

(23)

Indonesia. Menurut Aryanto (dalam Rachman,dkk, 2013) Adanya perluasan jaringan kantor yang dilakukan oleh perbankan syariah bertujuan untuk memenuhi layanan bank syariah kepada masyarakat.

Dengan demikian banyaknya jumlah jaringan kantor yang dimiliki bank syariah dapat menjadi ukuran kesuksesan bank syariah tersebut.

Apabila jumlah jaringan kantor bank syariah bertambah banyak, maka akan diikuti dengan keinginan masyarakat menabung dalam bank tersebut karena masyarakat cenderung memilih kemudahan akses untuk menjangkau bank syariah tersebut.

(24)

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/

Tahun

Judul penelitian

Variabel penelitian

Teknis Analisis Data

Hasil penelitian

1 Zakaria Batubara dan Eko Nopiandi (2020)

Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar dan BI rate

terhadap tabungan mudharabah pada

perbankan syariah di Indonesia

Variabel dependen : Tabungan mudharabah Variabel independen : Inflasi,nilai tukar,BI rate

Regresi Linear Berganda

1. Inflasi berpengaruh signifikan

terhadap tabungan mudharabah 2. Nilai tukar

berpengaruh signifikan

terhadap tabungan mudharabah 3. BI rate

berpengaruh signifikan

terhadap tabungan mudharabah 2 Isna

Maslicha, dkk (2016)

Analisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil dan pendapatan bank terhadap tabungan mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia

Variabel dependen : Tabungan mudharabah Variabel independen : Dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, pendapatan bank

Regresi Linier Berganda

1. Dana pihak ketiga berpengaruh signifikan

terhadap tabungan mudharabah 2. Tingkat bagi hasil

tidak berpengaruh signifikan

terhadap tabungan mudharabah 3. Tingkat

pendapatan tidak berpengaruh signifikan

terhadap tabungan mudharabah

No Peneliti/

Tahun

Judul penelitian

Variabel penelitian

Teknis Analisis

Hasil penelitian

(25)

Data 3 Yustitia

Agil

Reswari dan Ahim Abdurahim (2010)

Pengaruh tingkat suku bunga, jumlah bagi hasil, dan LQ 45 terhadap simpanan mudharabah pada bank syariah di Indonesia

Variabel dependen : Simpanan mudharabah Variabel dependen : Suku bunga, Jumlah bagi hasil, LQ 45

Regresi linear berganda

1. Suku bunga (BI rate) tidak berpengaruh signifikan terha dap simpanan mudharabah.

2. Variabel jumlah bagi hasil berpegaruh signifikan

terhadap simpanan mudharabah 3. Variabel LQ45

berpengaruh signifikan

terhadap simpanan mudharabah 4 Ismayana

Marhamah (2017)

Tingkat bagi hasil,

pertumbuha n likuiditas, dan produk domestik bruto terhadap simpanan mudharabah

Variabel dependen : Simpanan mudharabah Variabel independen : Tingkat bagi hasil,

Pertumbuhan likuiditas, produk domestik bruto

Analisis regresi berganda

1. Tingkat bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan simpanan mudharabah 2. Pertumbuhan

likuiditas

berpengaruh tidak signifikan

terhadap pertumbuhan simpanan mudharabah 3. Produk domestik

bruto berpengaruh signifikan

terhadap simpanan mudharabah

No Peneliti/

Tahun

Judul penelitian

Variabel penelitian

Teknis Analisis Data

Hasil penelitian

(26)

5 Rita dan Anwar (2018)

Analisis pengaruh inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), dan nilai tukar terhadap tabungan mudharabah pada bank umum syariah (periode 2013-2017)

Variabel dependen : Tabungan mudharabah Variabel independen : Inflasi,

Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar

Regresi Linier Berganda

1. Inflasi tidak berpengaruh signifikan

terhadap tabungan mudharabah 2. Produk Domestik

Bruto (PDB) tidak berpengaruh signifikan

terhadap tabungan mudharabah 3.Nilai tukar

berpengaruh sigifikan terhadap tabungan

mudharabah

6 Tho’in, Muhammad dan Iin Emy Prastiwi (2019)

An Analysis the Rupiah Exchange Rates Effect Against the American Dollar and Inflation Against the Growth of Islamic Banking Mudharabah Deposits in Indonesia

Variabel dependen : deposito mudharabah Variabel independen : nilai tukar rupiah, inflasi

Regresi Linear Berganda

1. Nilai tukar berpengaruh signifikan

terhadap deposito mudharabah 2. Inflasi tidak

berpengaruh signifikan

terhadap deposito mudharabah

No Peneliti/

Tahun

Judul penelitian

Variabel penelitian

Teknis Analisis Data

Hasil penelitian

(27)

7 Falahuddin dan Mina (2019)

Pengaruh tingkat bagi hasil dan BI rate

terhadap besarnya tabungan mudharabah pada bank syariah periode 2013-2018

Variabel dependen : Tabungan mudharabah Variabel independen : tingkat bagi hasil dan BI rate

Regresi Linier Berganda

1. Bagi hasil berpengaruh signifikan

terhadap tabungan mudharabah 2. BI rate tidak berpengaruh signifikan

terhadap tabungan mudharabah

8 Rizki Aulia Rachman, dkk (2013)

Pengaruh bagi hasil, bunga, ukuran bank, dan jumlah cabang terhadap simpanan mudharabah

Variabel dependen : Simpanan mudharabah Variabel independen : bagi hasil, bunga, ukuran bank, jumlah cabang

Regresi linear berganda

1. Bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap simpanan mudharabah.

2. Suku bunga berpengaruh signifikan terhadap simpanan mudharabah 3. Ukuran bank syariah tidak berpengaruh terhadap simpanan mudharabah 4. Jumlah kantor

cabang berpengaruh terhadap simpanan mudharabah

No Peneliti/

Tahun

Judul penelitian

Variabel penelitian

Teknis Analisis Data

Hasil penelitian

9 Moh.

Mukshin

Pengaruh inflasi, surat

Variabel dependen :

Regresi linear

1. Inflasi berpengaruh

(28)

(2018) wadi’ah bank Indonesia (SWBI) dan return on assets (ROA) terhadap tabungan mudharabah pada bank syariah

Tabungan mudharabah Variabel independen : Inflasi, surat wadi’ah bank Indonesia (SWBI), return on assets (ROA)

berganda signifikan

terhadap tabungan mudharabah 2. SWBI

berpengaruh signifikan

terhadap tabungan mudharabah 3. ROA

berpengaruh signifikan

terhadap tabungan mudharabah

10 Miftakhul Aghnia (2015)

Analisis faktor-faktor yang

mempengaru hi simpanan mudharabah bank syariah mandiri 2006-2013

Variabel dependen : Simpanan mudharabah Variabel independen : Bagi hasil tabungan mudharabah, suku bunga, inflasi.

Regresi linear berganda

1. Bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap simpanan mudharabah 2. Suku bunga

tabungan dan suku bunga deposito bank konvensional berpengaruh signifikan terhadap simpanan mudharabah.

3. Variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap simpanan mudharabah

C. Kerangka pemikiran

Berdasarkan rumusan masalah dan uraian teori yang telah disebutkan, maka disusunlah sebuah kerangka pemikiran yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.1

(29)

Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 di atas dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat bagi hasil, BI rate, inflasi, dan jumlah jaringan kantor sebagai variabel independen (bebas) dapat mempengaruhi variabel dependen (terikat) yaitu tabungan mudharabah.

Berikut ini adalah hubungan keterkaitan antara variabel dependen dan independen pada penelitian ini :

1. Pengaruh variabel tingkat bagi hasil terhadap tabungan mudharabah

Bagi hasil adalah pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak atas usaha yang telah mereka lakukan. Pembagian hasil ini didasarkan pada nisbah antara kedua belah pihak yang melakukan akad. Secara teoritis tingkat bagi hasil berhubungan positif dengan tabungan mudharabah artinya jika tingkat bagi hasil turun akan diikuti pula dengan penurunan jumlah tabungan Tabungan mudharabah

Jumlah jaringan kantor Inflasi

BI rate Tingkat bagi hasil

(30)

mudharabah, begitu juga sebaliknya jika ketika tingkat bagi hasil naik akan diikuti dengan naiknya tabungan mudharabah. Hal ini dapat terjadi karena perilaku nasabah yang menginginkan keuntungan yang lebih ketika mereka hendak menyimpan dananya di sebuah bank. Teori ini dibuktikan kebenarannya oleh penelitian yang dilakukan Rizki Aulia Rachman,dkk (2015), bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap tabungan mudharabah

2. Pengaruh variabel BI rate terhadap tabungan mudharabah

Menurut Bank Indonesia tingkat suku bunga acuan atau BI rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Suku bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar sebuah bank untuk nasabahnya sebagai konsekuensi atas dana tabungan nasabahnya atau harga yang harus dibayar seorang nasabah kepada pihak bank atas dana pinjaman yang mereka dapatkan dari sebuah bank.

Dalam sistem perbankan konvensional suku bunga dipakai oleh bank konvensional sebagai imbalan kepada nasabah karena telah menyimpan dana di bank konvensional tersebut. Sementara dalam perbankan syariah, mereka menggunakan sistem bagi hasil sebagai imbalan kepada nasabah karena telah menyimpan dananya di bank syariah tersebut. Dalam hal ini posisi bagi hasil menjadi pembanding suku bunga. Ketika suku bunga naik maka masyarakat akan cenderung menyimpan dananya di bank konvensional, namun ketika suku bunga turun masyarakat akan cenderung menyimpan dananya di bank syariah dan secara umum naiknya tingkat suku bunga akan menurukan jumlah tabungan mudharabah pada bank syariah. Hal ini telah dibuktikan

(31)

oleh penelitian yang dilakukan oleh Zakaria Batubara dan Eko Nopiandi (2020) menemukan bahwa BI rate berpengaruh signifikan terhadap tabungan mudharabah.

3. Pengaruh inflasi terhadap tabungan mudharabah

Inflasi merupakan naiknya harga-harga barang secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan menurunnya tingkat daya beli uang. Pada umumnya, adanya inflasi akan memberikan dampak kurang baik bagi perekonomian.

Menurut ekonom Islam, inflasi dapat menimbulkan dampak buruk (Karim, 2007 : 139) salah satunya yaitu melemahkan sikap menabung dari masyarakat. Menurut Muttaqiena (2013) saat inflasi terjadi, masyarakat akan cenderung menarik simpanannya untuk memenuhi kebutuhan mereka termasuk simpanannya di bank syariah. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Moh. Mukshin (2018) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap tabungan mudharabah pada bank syariah.

4. Pengaruh jumlah jarigan kantor terhadap tabungan mudharabah

Jumlah jaringan kantor diartikan sebagai jumlah seluruh kantor yang dimiliki Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia baik berupa kantor cabang (KC), kantor cabang pembantu (KCP), dan kantor kas (KK). Dengan banyaknya jaringan kantor yang dimiliki bank syariah maka jumlah masyarakat yang menyimpan dana di bank syariah juga akan bertambah dan dapat mempengaruhi jumlah tabungan mudharabah pada bank syariah. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rizki Aulia Rachman,dkk (2013) bahwa jumlah kantor

(32)

cabang berpengaruh signifikan terhadap simpanan mudharabah pada bank syariah

D. Hipotesis Penelitian

1. Diduga variabel tingkat bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap tabungan mudharabah. Hal ini brdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reswari dan Ahim (2010) tentang pengaruh yang signifikan jumlah bagi hasil terhadap tabungan mudharabah

2. Diduga variabel BI rate berpengaruh signifikan terhadap jumlah tabungan mudharabah. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zakaria Batubara dan Eko Nopiandi (2020).

3. Diduga variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah tabungan mudharabah. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Moh.

Mukshin (2018).

4. Diduga variabel jumlah jaringan kantor berpengaruh signifikan terhadap jumlah tabungan mudharabah. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Idawati (2011).

5. Diduga variabel tingkat bagi hasil, BI rate, inflasi, dan jumlah jaringan kantor secara bersama - sama berpengaruh signifikan terhadap tabungan mudharabah.

Gambar

Gambar 2.1 di atas dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat bagi hasil, BI  rate,  inflasi,  dan  jumlah  jaringan  kantor  sebagai  variabel  independen  (bebas)  dapat  mempengaruhi  variabel  dependen  (terikat)  yaitu  tabungan  mudharabah

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian tuntunan dalam mengajukan pertanyaan juga penting dilakukan oleh guru dengan cara mengulangi pertanyaan dengan menggunakan kalimat yang lebih sederhana

Dalam karya sastra, terdapat banyak diksi antara lain kata konotatif, konkret, kata sapaan khas dan nama diri, kata serapan, kata asing, kata vulgar, kata dengan objek realitas

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Manzanera 19 (2008) pada anak usia remaja di Spanyol yang menyatakan bahwa kategori tidak butuh atau

Perlakuan jumlah benih per lubang tanam dan paket pupuk berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap komponen hasil terutama jumlah polong dan jumlah biji per tanaman

Dimana dari kedua alternatif tadi jika akuisisi ini feasible dan memberikan keuntungan maka ada kemungkinan untuk dijual ke pihak lain lagi atau jika Hotel ini

Kementerian Percepatan Pembangunan Daerah tertinggal, Kementerian Luar Negeri, BNPP, dan Pemerintah Daerah segera mengambil langkah- langkah yang kongrit,

Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan perilaku merokok berat lebih besar berada pada kategori mereka yang mendapat dukungan keluarga (mendukung) yaitu sebesar

1) Untuk penganggaran pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan daerah untuk Desa dalam APBDesa Tahun Anggaran 2015, mengingat proses