• Tidak ada hasil yang ditemukan

Larangan Mengikuti Hawa Nafsu Dalam Kajian Tematik Digital Quran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Larangan Mengikuti Hawa Nafsu Dalam Kajian Tematik Digital Quran"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

OPEN ACCESS

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 DOI : 10.55759/zam.v2i2.40

E-ISSN : 2723 – 4002 jurnal.stiqzad.ac.id

117

© 2020 by the authors; This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/), which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.

Larangan Mengikuti Hawa Nafsu Dalam Kajian Tematik Digital Quran

Nofitayanti

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia nofitayanti@upi.edu

Udin Supriadi

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia udinsupriadi@upi.edu

Abstract

This research is a literature study using the Digital Quran application that discusses the prohibition of following lust to regrow scientific treasures about nafs. In this study discussed include: Understanding nafs, sharing nafs and presenting the quran's digital thematic study of nafs. Based on the results of research on the Digital Thematic Method of the Quran, the word lust in the Quran there are as many as 35 verses in the Indonesian term and 8 verses with the Arabic term of the word (سفنلا).

In general it can be said that nafs in the context of talk about humans point to the inner side of humans that are potentially good and bad. Nafs was created by God in a perfect state as a device in man's spiritual, created completely to him good and bad so that he could know what was good and what was bad and man was given the power to choose between the two.

Keywords: Quran ; Nafs ; Study ; Thematic Methods of Digital Quran Abstrak

Penelitian ini merupakan kajian literatur menggunakan aplikasi digital Quran yang membahas larangan mengikuti hawa nafsu untuk menumbuhkan kembali khazanah keilmuan tentang hawa nafsu. Dalam penelitian ini dibahas meliputi:

Pengertian hawa nafsu, pembagian hawa nafsu dan penyajian kajian tematik digital quran tentang hawa nafsu. Berdasarkan hasil penelitian Metode Tematik Digital Alquran, kata nafsu dalam Alquran terdapat sebanyak 35 ayat dalam term Indonesia dan 8 ayat dengan term Arab dari kata (سفنلا). Secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks pembicaraan tentang manusia menunjuk sisi dalam manusia yang berpotensi baik dan buruk. Nafs diciptakan Tuhan dalam keadaan sempurna sebagai perangkat dalam rohani manusia, yang diciptakan secara lengkap kepadanya kebaikan dan keburukan agar ia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk dan manusia diberi kekuatan untuk memilih antara keduanya.

Kata kunci: Alquran ; Hawa Nafsu ; Kajian ; Metode Tematik Digital Quran

(2)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 118

A. PENDAHULUAN

Agama Islam adalah agama yang sangat lengkap yang berisikan pedoman dalam menjalani kehidupan. Agama Islam menjadi dasar dari berbagai persoalan manusia dengan rujukan utama yang menjadi sumber pokonya, yaitu Alquran dan Hadis sebagai pelengkap yang dapat membimbing manusia kepada kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan akhirat.

Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diberikan oleh Allah SWT kepada manusia melalui para Nabi dan Rasul-Nya, risalah sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung hukum sempurna untuk dipergunakan dalam menyelenggarakan tata cara kehidupan manusia, yaitu mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan Khaliknya.1

Berbicara mengenai manusia berarti kita berbicara tentang diri kita sendiri yakni makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini. Manusia merupakan makhluk yang paling istimewa dibandingkan dengan makhluk yang lain. Manusia mempunyai kelebihan yang luar biasa yang tidak dimiliki mahkluk ciptaan Allah lainnya, kelebihan itu adalah dikaruniainya akal dan kesadaran internal dan eksternal oleh sang pencipta Allah SWT.

Dengan dikaruniai akal, manusia dapat mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya serta mampu mengatur dan mengelola alam semesta sebagai amanah. Selain itu, manusia juga dilengkapi unsur lain yaitu hati. Dengan hatinya, manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk bermoral, merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan kehadiran ilahi secara spiritual.2

Unsur yang merubah manusia dalam melakukan suatu tindakan adalah hawa-nya (nafsunya) sendiri. Karena hawa nafsu merupakan aplikasi dari jiwa atau roh yang ditiupkan kepada manusia sebagai penyempurnaannya, yang kemudian lahirlah daya sebagai proyeksi dari jiwa tetaplah apa yang dikemukakan oleh para cendekiawan bahwa jiwa seseorang mampu menggambarkan siapa dia sesungguhnya. Pelampiasan hawa nafsu yang menjerumuskan manusia ke lembah kehinaan pada hakikatnya mendatangkan penyesalan, sebaliknya orang yang dapat menahan bahkan dapat menguasai hawa nafsunya akan mendapat keberuntungan di dunia dan akhirat kelak.3

1 Mukni’ah, Materi Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal.13.

2 Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 101.

3 I Shaleh, “Hawa Dalam Perspektif Alquran,” Jurnal Adabiyah XIII, no. 2 (2013): 194–202.

(3)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 119

Berbicara mengenai nafs, nafs diciptakan Tuhan dalam keadaan sempurna sebagai perangkat dalam rohani manusia, nafs diciptakan secara lengkap yang kepadanya kebaikan dan keburukan agar ia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, dan manusia diberi kekuatan untuk memilih antara keduanya, hal ini dapat dilihat dalam surat asy-Syams yang berbunyi:

اَهٰىَّوَس اَمَو ٖسۡفَنَو

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya).” (QS. Asy-Syam [91]:7).4

Dalam ayat tersebut dengan tegas menjelaskan bahwa nafs diciptakan dalam keadaan sempurna untuk berkarya dengan beberapa potensi dan bakat yang dimiliki untuk menjadikan hidupnya lebih berarti dan bermanfaat bagi umat manusia, yang juga berfungsi sebagai perangkat dalam rohani sekaligus sebagai wadah pontensi manusia.

Selain ayat di atas ada lagi ayat yang menjelaskan bahwa nafs menampung hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk sebagaimana dalam QS. Asy-Syam yang berbunyi:

َوۡقَتَو اَهَروُجُف اَهَمَه ۡ ل َ أَف اَهٰى

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”

(QS. Asy-Syam [91]:8).

Dari hal ini dapat dipahami setelah Allah SWT memberikan kesempurnaan terhadap nafsu, ia diberi kebebasan untuk berbuat sesuai kekuatan fitrah atau kekuatan nafsunya.

Jika ia ternyata bisa mengutamakan fitrah dirinya, berarti ia mampu mengalahkan nafsunya, namun sebaliknya, jika ia berbuat yang jelek berarti ia tidak mampu mengendalikan nafsunya karena ia telah kalah membawa fitrah untuk bertarung dengan nafsu di dalam dirinya.

Kemudian penjelasan tentang nafs juga ditambah dalam surat an-Nazi’at yang berbunyi:

ٰىَوَه ۡ

لٱ ِّنَع َس ۡفَّلنٱ َهََنَو ۦِّهِّ بَر َماَقَم َفاَخ ۡنَم اَّم َ أَو

“Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.” (QS. an-Nazi’at [79]:40).

4 “Aplikasi Quran in Word Versi 64 - 3.0,” 2018.

(4)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 120

Kemudian jika nafsu itu didorong oleh keinginan yang baik dan senantiasa disucikan dengan takhalli dan tajalli (pembuangan sifat buruk dari hati, lalu mengisinya dengan sifat terpuji), maka nafs itu akan bertambah kualitas/derajat kebaikannya, sebagaimana dalam Firman Allah SWT yang berbunyi:

اَهٰىَّكَز نَم َحَلۡف َ أ ۡدَق

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.” (QS. Asy-Syam [91]:9).

Akan tetapi jika nafs itu selalu dikotori dengan maksiat dan perbuatan yang tidak terpuji serta tidak pernah disucikan, maka nafs itu akan turun derajat kualitasnya.

اَهٰىَّسَد نَم َباَخ ۡدَقَو

“Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syam [91:10).

Jadi dalam beberapa ayat di atas, kualitas nafsu bisa turun dan bisa naik tergantung perilaku pemilik nafsu itu sendiri, jika nafs itu sering disucikan dengan mujahadah dan riyadlah, kemungkinan kualitas untuk naik sangat besar, namun jika nafs itu tidak pernah disucikan, maka nafs itu akan turun kualitasnya.

B. HAWA NAFSU 1. Definisi Hawa Nafsu

Dalam pembahasan masalah nafsu, maka kita diharuskan untuk memahami apa yang dimaksud dengan nafsu, karena dalam pengertian umum nafsu merupakan suatu perwujudan dari perbuatan buruk. Namun apabila kita mengkaji lebih dalam, maka nafsu dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu nafsu positif dan nafsu negatif.

Nafsu pada dasarnya merupakan salah satu fitrah yang diciptakan Allah dalam diri manusia yang bersifat halus, yang dapat dijadikan sumber dorongan dalam kelangsungan hidup manusia. Namun, sewaktu-waktu nafsu juga dapat berubah dari dorongan yang baik yang bersifat positif menjadi dorongan yang mengarah pada sifat-sifat tercela (negatif). Nafsu juga diibarat seperti berhala, maka barangsiapa yang mengabdi kepada nafsu, berarti ia mengabdi kepada berhala. Tetapi barangsiapa yang mengabdi kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan, maka berarti dia telah mengalahkan hawa nafsunya.5

5 M Sahuri, “Manajemen Nafsu Menurut Al-Ghazali,” Darussalam 1, no. 1 (2017), hal. 14.

(5)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 121

Hawa adalah suatu keinginan yang bertujuan kepada hal-hal yang bertentangan dengan petunjuk Allah SWT. Hal ini dapat dimengerti karena manusia selalu digoda oleh syaitan untuk berbuat maksiat sehingga bila ia tidak sadar akan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi maka ia akan terjerumus dalam kenistaan dan kedurhakaan. Tetapi apabila ia dapat mengarahkan hawa nafsunya serta membersihkan dan mensucikannya ke arah yang positif, ke arah keridhaan Allah SWT maka hawa nafsu itu akan menjadi suci sesuai dengan fitrahnya yang suci dan bersih.6

Namun secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks pembicaraan tentang manusia menunjuk sisi dalam manusia yang berpotensi baik dan buruk. Nafs merupakan organ rohani manusia yang memiliki pengaruh paling banyak dan paling besar di antara anggota rohani lainnya yang mengeluarkan instruksi kepada anggota jasmani untuk melakukan suatu tindakan. Wadah nafs bukan hanya gagasan dan kemauan yang disadari manusia tetapi juga menampung sekian banyak hal lainnya bahkan boleh jadi ada hal-hal yang sudah hilang dari ingatan pemiliknya. Dan dalam wadah nafs ini terdapat di hati.7

2. Macam-Macam Hawa Nafsu

Adapun pembagian nafs ialah sebagai berikut:8 a. Nafs Al-Amarah

Nafs ini memiliki kecenderungan badaniyah yang berujung terhadap keinginan untuk mendapat kesenangan (syahwat) dan materi semata. Nafsu ini berangkat dari kondisi yang sangat rendah dalam diri manusia yaitu nafsu hewaniyah atau bahamiyah.

Dalam kondisi ini, sifat dan karakter kehewanannya yang lebih ditampakkan ketimbang menampakkan sifat malakiyah atau malaikatnya. Nafs Al-Amarah ini yang digambarkan dalam Al-Quran dalam surat Yusuf yang berbunyi:

سلٱِّب ُُۢةَراَّم َ َ

لَ َسۡفَّلنٱ َّنِّإ ٓۚٓ ِّسۡفَن ُئِّ رَب ُ أ ٓاَمَو۞

ٞميِّحَّر ٞروُفَغ ِّ بَر َّنِّإ ٓۚٓ ِّ بَر َمِّحَر اَم َّ

لَِّّإ ِّءٓو

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.

6 Shaleh, “Hawa Dalam Perspektif Alquran.”, hal. 194

7 R A Suryadi, “Telaah Konseptual Mengenai Konsep Jiwa Manusia,” Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta’lim 14, no. 1 (2016): 37–50.

8 T Hasyim, “Nafs Dalam Perspektif Insaniah Dan Tahap-Tahap Penyuciannya. Ulumuna,” Ulumuna : Jurnal Studi Keislaman 1, no. 2 (2015): 266–90.

(6)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 122

Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf [12]:

53).

Nafs Al-Amarah ini pula yang lebih dekat dengan syetan, karena ia adalah kesadaran ruhaniyah yang ada dalam diri manusia pada tingkat paling bawah, yaitu berada pada lapisan otak jasmaniyah pertama, yang berpusat di tengah-tengah kening di antara dua mata. Ia memiliki cahaya biru terang yang disebut nur al-samawat. Oleh karena itu, ia cenderung berpandangan ke arah yang lebih rendah yaitu alam syahadah (yang tampak oleh mata) yang bersifat materi serta tindakannya cenderung merugikan orang lain.

Menurut perspektif tasawuf jiwa/nafs ini memiliki tujuh gejala diantaranya: kikir, berambisi dalam hal dunia, dengki dan iri hati, bodoh atau susah menerima kebenaran, keinginan melanggar syari'at, merasa besar dan marah karena hawa nafsu.9

b. Nafs Al-Lawwamah

Jiwa ini merupakan suatu kesadaran akan kebaikan dan keburukan, jiwa ini juga mempunyai potensi untuk taat dan durhaka pada Allah SWT. Selain itu jiwa lawwamah ini terkadang suka mencela baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Jiwa ini berada pada cahaya hati, oleh karena itu, nafsu ini terkadang semangat untuk berbuat baik dan kadang semangat pula untuk berbuat keburukan, sehingga akibat dari kedua kecenderungan itu muncul rasa penyesalan yang mendalam pada jiwa ini. Nafs ini juga memiliki sifat jelek sebagai berikut: suka mencela, suka mengikuti hawa nafsu, suka menipu, suka membanggakan diri, suka menggunjing, suka pamer, suka menganiaya, suka bohong, lupa mengingat Allah dan lain sebagainya.

Namun meskipun begitu, tidak semuanya nafs lawwamah ini bersifat buruk, melainkan ada kalanya juga bersifat baik, sebab dalam jiwa ini juga bersemayam beberapa sifat terpuji seperti sifat iman, Islam dan penyerahan diri terhadap qada' dan qadar Allah SWT.10

c. Nafs Al-Mulhimah

Nafs ini berada di urutan ke tiga dalam derajat kejiwaan manusia. Jiwa ini bersifat lembut sehingga melahirkan kesadaran yang mudah juga menerima ilham berupa pengetauan. Jiwa ini juga menimbulkan kesadaran berupa sifat tawadlu', qana'ah dan

9 Hasyim, hal. 269.

10 Hasyim, hal. 270.

(7)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 123

dermawan. Jiwa ini bertempat di samping susu sebelah kanan sekitar dua jari. Ia juga memiliki hubungan dengan paru-paru jasmani manusia. Jiwa ini berwarna merah dan memiliki tujuh sifat yang dominan yaitu: dermawan, menerima apa adanya, lapang dada, bertaubat, sabar, menjalani penderitaandan lain sebagainya. Di samping adanya sifat baik dalam jiwa lawwamah ini, ada juga sifat buruk yang bersemayam dalam iwa ini seperti sifat bahamiyah (binatang) yang hanya memikirkan kesenangan semata.11

d. Nafs al-Muthma’innah

Jiwa ini adalah jiwa yang dibarengi oleh cahaya hati, sehingga bersih dan jauh dari sifat-sifat tercela serta stabil dalam menata keseimbangan antara zahir dan batin. Orang yang didominasi jiwa muthma'innah, ia akan mampu berkomunikasi secara zahir terhadap sesama manusia dan secara batin mampu berkomunikasi dengan Allah SWT.

Jiwa ini berpusat di atas susu kiri dengan jarak dua jari condong ke kiri, warna cahayanya memancar berwarna putih yang tak terhingga. Jiwa ini memiliki sifat terpuji sebagai berikut: tidak kikir, pasrah pada Allah, ibadah hanya pada Allah, bersyukur atas nikmat Allah, rela terhadap hukum dan ketentuan Allah dan akut mengerjakan maksiat. Lawan dari sifat terpuji dalam jiwa ini adalah sifat al-subu'iyyah (sifat binatang buas) seperti rakus, ambisius dan menghalalkan segala cara untuk kepuasan nafsu berkuasanya.12

e. Nafs Al-Mardliyah

Jiwa ini merupakan relitas dari lathifah al-khafi. Ia besifat sangat lembut dan kecenderungan ini sangatlah suci, bersih dan dekat pada Allah SWT. Jiwa ini muncul sebagai kesadaran agar rela menerima terhadap Allah SWT sebagai Tuhan dan satu- satunya Dzat yang berhak untuk disembah. Selanjutnya ia rela dan hadir dalam beribadah serta rela terhadap Allah SWT sehingga Allah-pun rela pada jiwa ini. Jiwa ini bertempat di atas susu kanan sekitar dua jari condong ke kanan, ia memiliki cahaya warna hitam cemerlang. Masih menurut Thariqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah, jiwa ini didominasi oleh enam sifat terpuji sebagai berikut: budi pekerti yang baik, meninggalkan sesuatu selain Allah SWT, belas kasihan pada sesama mahluk, mengajak pada kebaikan, pemaaf terhadap kesalahan mahluk, menyayangi makhluk dengan maksud mengeluarkan mereka dari pengaruh tabi'at dan nafsu mereka kepada cahaya ruhani rabbani. Selain

11 Hasyim, hal. 270.

12 Hasyim, hal. 271.

(8)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 124

sifat baik tersebut, juga bersemayam sifat buruk dalam jiwa ini berupa sifat syaithaniyyah yaitu tabiat iblis, seperti hasud, takabbur, khianat, licik dan munafiq.13

f. Nafs Aal-Kamilah

Jiwa ini merupakan penjelmaan dari lathifah al-akhfa (kelembutan yang samar dalam diri manusia), ia tak lain kelembutan yang paling dalam pada diri manusia. Oleh karena itu, ia juga termasuk jiwa paling bersih dari pengaruh materi yang lebih rendah. Jiwa ini berada di tengah dada manusia. Warnanya hijau tak terhinggakan. Oleh karenanya jiwa ini mempunyai beberapa istilah yaitu ilm al-yaqin, ain al-yaqin dan haqq al-yaqin. Namun jiwa ini juga mempunyai beberapa sifat yang semestinya sifat itu hanya dimiliki oleh Tuhan yaitu: takabur, 'ujub, riya', sum'ah dan lain sebagainya.14

g. Nafs Al-Radliah

Jiwa ini merupakan jiwa tertinggi bagi manusia (secara realitas) yaitu bahwa manusia sebagai mahluk jasmani dan rohani. Jiwa ini juga merupakan wujud dua alam (alam malakut dan alam syaithan). Pusat pengendalian jiwa ini berada pada seluruh tubuh manusia, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, cahayanya berupa cahaya ilahiyah yang bening tak berwarna. Jiwa ini mempunyai beberapa sifat terpuji sebagai berikut: mulia, dermawan, senang bershadaqah dan beramal jariyah, menjauh dari hal yang bersifat materi, menerima yang halal walau sedikit dan menjauh yang syubhat meskipun banyak, memurnikan niat pada Allah SWT, berhati-hati dalam beramal, latihan terus menerus untuk menyiksa hawa nafsu, menghias diri dengan akhlaq yang baik dan meninggalkan akhlaq yang buruk serta selalu memegang janji lebih-lebih janji pada Allah SWT.15

3. Nafs dilihat dari Karakter dan Kecenderungan Sikap Manusia Dalam sudut pandang ini nafs terbagi menjadi empat macam yaitu:

a. Nafs al-hayawaniyah

Nafs ini merupakan nafsu hewani yang ada dalam jiwa manusia. Nafs ini hanya mengajak manusia untuk berbuat sebagaimana layaknya binatang pada umumnya, sebagaimana kita tahu bahwa binatang tidak pernah berfikir untuk beribadah, binatang

13 Hasyim, hal. 272.

14 Hasyim, hal. 272.

15 Hasyim, hal. 272.

(9)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 125

tidak perah berfikir untuk berbuat baik, melainkan ia hanya berfikir untuk makan, memenuhi nafsu birahi/seksual dan kesenangan yang bersifat materi semata. Oleh karanya jika manusia hanya berfikir untuk mencari kesenangan duniawi semata, maka ia tak ubahnya hewan dan binatang pada umumnya.16

b. Nafs al-Subu‟iyyah

Nafs ini adalah nafsu binatang buas, binatang galak yang menakutkan. Jika kita melihat hewan buas di hutan, sebut saja macan misalnya, macan tidak akan rela jika ada hewan lain yang mencoba merebut wilayah kekuasaannya, oleh karena itu macan akan berusaha menyingkirkan hewan yang dianggap mengancam wilayah kekuasaannya walau dengan cara apapun, halal atau haram. Sama dengan manusia jika ada orang yang dianggap mengancam posisinya, maka orang itu akan difitnah, dirasani dan dihantam dari belakang agar orang itu pergi dan hancur. Itulah nafs al-subu‟iyyah (binatang buas).17

c. Nafs al-syaithaniyah

Nafs ini adalah nafsu syetan yang bersemayam dalam jiwa setiap manusia. Sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” Kalimat ini disebutkan sebanyak 87 kali dalam Al-Quran, yaitu: surat Al- Baqarah sebanyak dua kali, surat Al-An’am sebanyak 6 kali, surat Yasin sebanyak 36 kali dan surat Al-Zukhruf sebanyak 43 kali. Nafs ini adalah ajakan dan kecenderungan untuk selalu berbuat semua larangan Allah SWT karena anjuran syetan yang ada dalam jiwa.

Nafs ini identik dengan sifat dan perbuatan buruk dan tercela, sebab yang mendominasi nafs ini adalah syetan yaitu mahluk yang karenanya Nabi Adam diusir dari surga.18 d. Nafs al-malakiyah

Yaitu nafsu yang memiliki kecenderungan seperti para malaikat, di mana kita ketahui bahwa malaikat adalah mahluk Allah SWT yang tidak pernah berbuat maksiat dan selalu patuh pada perintah Allah SWT serta tidak pernah melanggar sedikitpun. Nafs ini selalu mangajak pemiliknya untuk berbuat kabaikan, mentaati perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan Allah SWT.19

16 Hasyim, hal. 275.

17 Hasyim, hal. 275.

18 Hasyim, hal. 275.

19 Hasyim, hal 276.

(10)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 126

Keempat nafs di atas ada dan bersemayam dalam diri manusia, sebab dengan keempatnya manusia akan tampak mana yang iman pada Allah SWT dan mana yang tidak beriman, demikian juga dalam sikap sehari-hari, yang mana yang akan dikedepankan dalam bersikap. Artinya, jika manusia lebih mengedepankan nafsu hewannya, berarti ia memilih untuk serupa hewan; jika dalam sikapnya ia lebih mengedepankan sikap syetannya, berarti ia telah kalah terhadap nafsu dan pengaruh syetan; jika ia suka iri, hasud dan tidak senang terhadap nikmat yang didapat oleh orang lain dan berusaha mengahancurkan orang lain tersebut, berarti ia lebih mengedepankan nafs al-subu’iyyah- nya; dan jika ia selalu berbuat baik, berarti ia telah patuh pada nafsu malaikatnya.20

C. KAJIAN TEMATIK DIQITAL QURAN TENTANG HAWA NAFSU

Dalam Metode Tematik Digital Alquran kata nafsu dalam Alquran terdapat sebanyak 35 ayat dalam term Indonesia dan sebanyak 8 ayat dengan term Arab dari kata (سفنلا).

21.Berikut uraian lengkapnya:

20 Hasyim, hal. 276.

21 Digital Quran Versi 3.2, n.d.

No Surat Ayat Terjemahan Pesan Ayat Kesimpulan

1. QS. Al- Baqarah [02]:187

ِّماَي ِّ صلٱ َةَلۡ َلَ ۡمُكَل َّلِّحُأ َّنُه ۡۚۡمُكِّئ ٓاَسِّن َٰلَِّإ ُثَفَّرلٱ ََّّۗنُه َّل ٞساَِّلِ ۡمُتنَأَو ۡمُكَّل ٞساَِّلِ

ۡمُتنُك ۡمُكَّن َ

أ ُ َّللَّٱ َمِّلَع َباَتَف ۡمُك َسُفن َ

أ َنوُناَتۡ تَ َ ۡۖۡمُكنَع اَفَعَو ۡمُكۡيَلَع اَم ْاوُغَتۡبٱَو َّنُهوُ ِّشِٰ َب َنـَٰٔۡلٱَف َتَك ْاوُ ُكَُو ۡۚۡمُكَل ُ َّللَّٱ َب ُمُكَل َ َّيََّبَتَي ٰ َّتََّح ْاوُبَ ۡشۡٱَو ِّطۡيَ ۡ

لۡٱ َنِّم ُضَيۡب َ ۡ لَٱ ُطۡيَ ۡ

لۡٱ ْاو مِّت َ

أ َّمُث ِِّۖرۡجَف ۡلٱ َنِّم ِّدَوۡسَ ۡلَٱ

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.

Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur

dengan isteri- isteri kamu karena mereka adalah pakaian bagimu.

Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsu karena itu Allah mengampuni

kamu dan

memberi maaf kepadamu.

Allah

mengetahui bahwasanya Manusia sulit menahan hawa nafsu oleh karena itu Allah mengampuni dan memafkan karena Allah adalah Tuhan yang Maha baik yang

memberikan manusia segala kemudahan dan kebaikan.

(11)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 127

َ لََّو ِّٓۚلۡ َّ لَٱ َ

لَِّإ َماَي ِّ صلٱ ِّفِ َنوُفِّكٰ َع ۡمُتن َ

أَو َّنُهوُ ِّشِٰ َبُت ٱ ُدوُدُح َكۡلِّت ِِّۗدِّجٰ َسَم ۡ لٱ ِّ َّللَّ

ُ ِّ يََّبُي َكِّلَٰذ َك َّۗاَهوُبَرۡقَت َلََف ۡمُهَّلَعَل ِّساَّنلِّل ۦِّهِّتٰ َياَء ُ َّللَّٱ َنوُقَّتَي

minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar.

kemudian

sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya.

Demikianlah Allah menerangkan ayat- ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

2. QS. Ali 'Imran [3]: 39

ٞمِّئٓاَق َوُهَو ُةَكِّئََٰٓلَمۡلٱ ُهۡتَداَنَف َ َّللَّٱ َّن َ

أ ِّباَرۡحِّم ۡ

لٱ ِّفِ ِّ لّ َصُي اَُۢقِّ د َصُم ٰ َيَۡحَيِّب َكُ ِّ شَِبُي ا ٗدِّ يَسَو ِّ َّللَّٱ َنِّ م ٖةَمِّلَكِّب َنِّ م اٗ يِّبَنَو اٗرو ُصَحَو َيَِّّحِّلَّٰصلٱ

Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya):

"Sesungguhnya Allah menggembirakan

kamu dengan

kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menahan diri (dari hawa nafsu) dan

seorang Nabi

Termasuk keturunan orang-orang saleh".

Allah

menggembirakan Zakariya dengan kelahiran seorang putera yaitu Yahya, Yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi Termasuk

keturunan orang- orang saleh.

.

Yahya adalah seorang putra dari Zakariya yang merupakan keturunan Nabi yang termasuk orang-orang sholeh yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menahan diri (dari hawa nafsu).

3. QS. An Nisaa' [4]:27

َبوُتَي ن َ

أ ُديِّرُي ُ َّللَّٱَو َنيِّ َّ

لَّٱ ُديِّرُيَو ۡمُكۡي َلَع

Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling

Allah adalah Tuhan yang maha pengampun

sedangkan orang yang menuruti hawa nafsu hanya

Janganlah mengikuti hawanafsu karena hanya akan

menyesatkan dan

(12)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 128

ْاوُليِّمَت ن َ

أ ِّتَٰوَه َّشلٱ َنوُعِّبَّتَي اٗميِّظَع الَۡيَم

sejauh-jauhnya (dari

kebenaran). akan

menyesatkan. bertaubatlah kepada Allah sesungguhnya Allah maha penerima taubat.

4. QS. An Nisaa’

[4]:135

ْاوُنوُك ْاوُنَماَء َنيِّ لَّٱ اَه ي َّ َ أََٰٓي۞

ِّ َّ ِّللَّ َءٓاَدَهُش ِّط ۡسِّق ۡلٱِّب َيَِّّمَّٰوَق ِّو َ

أ ۡمُكِّسُفن َ

أ َٰٓ َ َعَل ۡوَلَو ۡنُكَي نِّإ ۡۚ َيَِّّبَرۡقَ ۡلَٱَو ِّنۡيَِّلَِٰوۡلٱ ۡۖاَمِّهِّب ٰ لَۡو َ َ

أ ُ َّللَّٱَف اٗيرِّقَف ۡو َ أ اًّيِّنَغ ُلِّدۡعَت ن َ

أ َٰٓىَوَه ۡ

لٱ ْاوُعِّبَّتَت َلََف و ْۡۚا

َ َّللَّٱ َّنِّإَف ْاو ُضِّرۡعُت ۡوَأ ْآۥُوۡلَت نوَإِ

اٗيرِّبَخ َنوُلَمۡعَت اَمِّب َنَكَ

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu.

Jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah

lebih tahu

kemaslahatannya.

Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu

karena ingin

menyimpang dari kebenaran. Dan jika

kamu memutar

balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi

saksi, Maka

Sesungguhnya Allah

adalah Maha

mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.

Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

Hendaklah kita menjadi orang yang benar- benar penegak keadilan

bagaimanapun keadaan kita, jangan

memperturutka n hawa nafsu dan memutar balikkan fakta karena

sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala apa yang kita kerjakan.

5. QS. Al Maa- idah [5]:30

َلۡتَق ۥُه ُسۡفَن ۥُ لَ ۡتَعَّو َطَف َ َنِّم َحَب ۡص َ

أَف ۥُهَلَتَقَف ِّهيِّخ َ أ َنيِّ ِّسِٰ َخ ۡلٱ

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya

menganggap mudah membunuh

saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.

Hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sehingga jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.

Orang-orang yang merugi adalah orang yang

memperturutka n hawa nafsu.

(13)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 129

6. QS. Al Maa- idah [5]:48

ِّ قَ لۡٱِّب َبٰ َتِّكۡلٱ َكۡ َلَِّإ ٓاَ ۡلنَزنَأَو ۡ َنِّم ِّهۡيَدَي َ ۡيََّب اَمِّ ل اٗقِّ د َصُم ِِّۖهۡيَلَع اانِّمۡيَهُمَو ِّبَٰتِّكۡلٱ ُۡۖ َّللَّٱ َلَزنَأ ٓاَمِّب مُهَنۡيَب مُكۡحٱَف اَّمَع ۡمُهَءٓاَوۡه َ

أ ۡعِّبَّتَت لََّو َ اَنۡلَعَج ٖ ُكِّل ِّٓۚ قَۡلۡٱ َنِّم َكَءٓاَج َعۡ ِّشۡ ۡمُكنِّم ۡوَلَو ۡۚا ٗجاَهۡنِّمَو ٗة

ٗةَّم ُ

أ ۡمُكَلَعَ لَ ُ َّللَّٱ َءٓاَش َ ٓاَم ِّفِ ۡم ُكَوُلۡبَ ِّ لَ نِّكَٰلَو ٗةَدِّحَٰو ِّٓۚتَٰرۡيَ ۡ

لۡٱ ْاوُقِّبَتۡسٱَف ۡۖۡمُكٰىَتاَء اٗعيِّ َجَ ۡمُكُعِّجۡرَم ِّ َّللَّٱ لَِّإ َ ِّهيِّف ۡمُتنُك اَمِّب مُكُئِّ بَنُيَف َنوُفِّلَتۡ تَ َ

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al

Quran dengan

membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab- Kitab yang lain itu;

Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan

kebenaran yang telah datang kepadamu.

Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.

Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya

kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.

Hanya kepada Allah- lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang

telah kamu

perselisihkan itu,

Allah telah turunkan

kepadamu

Alquran dengan membawa

kebenaran, Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang.

`

Maka

putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan

meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Dan berlomba-

lombalah berbuat kebajikan

karena hanya kepada Allah-lah kembali kita semuanya.

7. QS. Al Maa- idah [5]:49

َلَزن َ

أ ٓاَمِّب مُهَنۡيَب مُكۡحٱ ِّن َ أَو ۡمُهَءٓاَوۡه َ

أ ۡعِّبَّتَت لََّو ُ َّللَّٱ َ ُۢنَع َكوُنِّتۡفَي ن َ

أ ۡمُهۡرَذۡحٱَو

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan

Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut

apa yang

Jangan berpaling dari hukum yang telah diturunkan Allah, karena sesungguhnya

(14)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 130

نِّإَف ۡۖ َكۡ َلَِّإ ُ َّللَّٱ َلَزنَأ ٓاَم ِّضۡعَب ُ َّللَّٱ ُديِّرُي اَمَّن َ

أ ۡمَلۡعٱَف ْاۡوَّلَوَت َّۗۡمِّهِّبوُن ُذ ِّضۡعَبِّب مُهَبيِّصُي نَأ ِّساَّلنٱ َنِّ م اٗيرِّثَك َّنوَإِ

َنوُقِّسٰ َفَل

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati- hatilah kamu terhadap mereka, supaya

mereka tidak

memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa

mereka. dan

Sesungguhnya

kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.

diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan

kamu dari

sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu

Allah

menghendaki akan

menimpakan musibah kepada mereka

disebabkan sebahagian dosa-dosa

mereka yaitu orang-orang yang fasik dan memperturutka n hawa nafsu.

8. QS. Al Maa- idah [5]:70

ٓ ِّنَِب َقٰ َثيِّم اَن ۡذَخَأ ۡدَقَل ۡۖ ٗ

لَُسُر ۡمِّهۡ َلَِّإ ٓاَنۡلَسۡرَأَو َليِّءََٰٓ ۡسِّإ

َ لَّ اَمِّب ُۢ ُلوُسَر ۡمُهَءٓاَج اَمَّ ُكُ

ْاوُبَّذَك اٗقيِّر َف ۡمُهُسُفنَأ َٰٓىَوۡهَت َنوُلُتۡقَي اٗقيِّر َفَو

Sesungguhnya Kami telah mengambil Perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi Setiap datang seorang Rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari Rasul- rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.

Setiap datang seorang Rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari Rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.

Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran

karena

memperturutkan hawa nafsu hanya akan membuat Allah Murka.

(15)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 131

9. QS. Al Maa- idah [5]:77

ِّفِ ْاوُلۡغَت َلَّ ِّبَٰتِّكۡلٱ َلۡهَأََٰٓي ۡلُق

َ لََّو ِّ قَ ۡ

لۡٱ َ ۡيرَغ ۡمُكِّنيِّد ْاو ل َض ۡدَق ٖمۡوَق َء ٓاَوۡهَأ ْآوُعِّبَّتَت اٗيرِّثَك ْاو ل َضَأَو ُلۡبَق نِّم ِّليِّب َّسلٱ ِّء ٓاَوَس نَع ْاو ل َضَو

Katakanlah: “Hai ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu.

Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan

mereka telah

menyesatkan kebanyakan

(manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”.

Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang- orang yang telah sesat dahulunya (sebelum

kedatangan

Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”.

Janganlah

berlebih-lebihan melampaui batas dengan cara tidak benar dalam agama dan jangan memperturutka n hawa nafsu yang hanya akan menyesatkan dari jalan yang lurus.

10. QS. Al- An’am [6]:56

َنيِّ لَّٱ َدُبۡع َّ َ

أ ۡن َ أ ُتيِّهُن ِّ نِّّإ ۡلُق ٓ َّ

لَّ لُق ِّۡۚ َّللَّٱ ِّنوُد نِّم َنوُعۡدَت ُتۡلَل َض ۡدَق ۡمُكَءٓاَوۡه َ

أ ُعِّبَّت َ أ َنيِّدَتۡهُم ۡ لٱ َنِّم ۠اَن َ

أ ٓاَمَو اٗذِّإ

Katakanlah:

"Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah:

"Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku Termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk".

Katakanlah: "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku Termasuk orang-orang yang mendapat

petunjuk".

Jangan menyembah Tuhan selain Allah dan jangan memperturutka n hawa nafsu yang hanya akan meyestkan dan jauh dari petunjuk.

11. QS. Al- An’am [6]:119

اَّمِّم ْاوُلُك ۡ أَت لَّ َّ َ

أ ۡمُكَل اَمَو ۡدَقَو ِّهۡيَلَع ِّ َّللَّٱ ُم ۡسٱ َرِّكُذ َمَّرَح اَّم مُكَل َل َّصَف ۡمُتۡرِّر ُط ۡضٱ اَم َّ

لَِّّإ ۡمُكۡي َلَع َنو ل ِّضُ لَ اٗيرِّث َّ َك َّنوَإِ ِِّۗهۡ َلَِّإ َكَّبَر َّنِّإ ٓۚ م ۡلِّع ِّ ۡيرَغِّب مِّهِّئٓاَوۡهَأِّب

َنيِّدَتۡعُم ۡ

لٱِّب ُم َلۡعَأ َوُه

Mengapa kamu tidak

mau memakan

(binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika

menyembelihnya, Padahal Sesungguhnya

Allah telah

menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa

Sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa

pengetahuan.

Banyak manusia yang hendak menyesatkan orang lain dengan hawa nafsu mereka tanpa

pengetahuan.

(16)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 132

yang terpaksa kamu memakannya. dan Sesungguhnya

kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan.

Sesungguhnya

Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.

12. QS. Al An'am [6]:150

َنيِّ لَّٱ ُمُكَءٓاَدَهُش َّمُلَه ۡلُق َّ

َنوُدَه ۡشَي ۡۖاَذٰ َه َمَّرَح َ َّللَّٱ َّن َ

أ

ۡۚۡمُهَعَم ۡدَه ۡشَت َلََف ْاوُدِّهَش نِّإَف ْاوُبَّذَك َنيِّ لَّٱ َءٓاَوۡه َّ َ

أ ۡعِّبَّتَت لََّو َ

َ ِّب

لَّ َنيِّ لَّٱَو اَنِّتٰ َيأَ ٔ َّ

ۡمِّهِّ بَرِّب مُهَو ِّةَرِّخلۡأٓٱِّب َنوُنِّمۡؤُي َنوُلِّدۡعَي

Katakanlah: "Bawalah kemari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan (makanan yang kamu) haramkan ini" jika mereka

mempersaksikan, Maka janganlah kamu ikut pula menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat- ayat Kami, dan orang- orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan mereka.

Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang- orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan

akhirat, sedang mereka

mempersekutuka n Tuhan mereka.

Janganlah

mengikuti hawa nafsu orang- orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka

mempersekutuk

an Tuhan

mereka.

13. QS. Al A'raaf [7]:81

ٗةَوۡهَش َلاَجِّ رلٱ َنوُت ۡ

أَ َلَ ۡمُكَّنِّإ ٞمۡوَق ۡمُتن َ

أ ۡلَب ِّٓۚءٓا َسِّ نلٱ ِّنوُد نِّ م َنوُفِّ ۡسِ م

Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan

nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah

Salah satu kaum melampaui batas adalah

mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada

Janganlah kamu melampaui batas dengan

mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu

(17)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 133

kamu ini adalah kaum

yang melampaui batas. mereka), bukan

kepada wanita. (kepada

mereka), bukan kepada wanita.

14. QS. Al A'raaf [7]:176

اَهِّب ُهٰ َنۡعَفَر َل اَنۡئِّش ۡوَلَو ِّضرۡ َ ۡ

لَٱ َ

لَِّإ َ َلَۡخَأ ٓۥُهَّنِّكَٰلَو ِّلَثَم َك ۥُهُلَثَمَف ُۡۚهٰىَوَه َعَبَّتٱَو ۡثَهۡلَي ِّهۡيَلَع ۡلِّمۡ َ

تَ نِّإ ِّب ۡ َكَۡلٱ ُلَثَم َكِّلَّٰذ ٓۚثَهۡلَي ُهۡكُ ۡتَۡت ۡوَأ ْاوُبَّذَك َنيِّ َّلَّٱ ِّمۡوَقۡلٱ ِّب ِّتٰ َيأَ ٔ

ِّص ُصۡقٱَف ۡۚاَن

َنوُرَّكَفَتَي ۡمُهَّلَعَل َص َصَقۡلٱ

Dan kalau Kami menghendaki,

Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka

perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-

orang yang

mendustakan ayat- ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

Bila Allah menghendaki Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada

dunia dan

menurutkan hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu

menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu

membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga).

Allah tidak akan meninggikan derajat orang- orang yang cendrung

terhadap dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah.

Sesungguhnya perumpamaan seseorang memperturutka n hawa nafsu sangatlah buruk.

15. QS.

Yusuf [12]:53

َّنِّإ ٓۚٓ ِّسۡفَن ُئِّ رَب ُ

أ ٓاَمَو۞

اَم َّ

لَِّّإ ِّءٓو سلٱِّب ُُۢةَراَّم َ َ لَ َسۡفَّلنٱ ٞميِّحَّر ٞروُفَغ ِّ بَر َّنِّإ ٓۚٓ ِّ بَر َمِّحَر

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.

Sesungguhnya

Tuhanku Maha

Pengampun lagi Maha Penyanyang.

Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan. Kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.

Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

Jangan

memperturutka n hawa Nafsu kecuali nafsu yang diberi Rahmat oleh Allah. Dan Allah Maha

Pengampun lagi Maha

Penyayang.

(18)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 134

16. QS. Ar Ra'd [13]:37

ۡۚاٗ يِّبَرَع اام ۡكُح ُهَٰنۡلَزنَأ َكِّلَٰذَكَو َدۡعَب مُهَءٓاَوۡه َ

أ َتۡعَبَّتٱ ِّنِّئ َلَو َكَل اَم ِّمۡلِّعۡلٱ َنِّم َكَءٓاَج اَم ٖقاَو َ

لََّو ٖ ِّلََو نِّم ِّ َّللَّٱ َنِّم ۡدَقَلَو

Dan Demikianlah,

Kami telah

menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan

kepadamu, Maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.

Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang

pengetahuan kepadamu, Maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara

bagimu terhadap (siksa) Allah.

Jangan kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu (Al- Qur’an), karena sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.

17. QS. Al Kahfi [18]:28

َنيِّ َّ

لَّٱ َعَم َك َسۡفَن ۡ ِّبِ ۡصٱَو ِّةٰوَدَغۡلٱِّب مُهَّبَر َنوُعۡدَي

َ لََّو ۡۖۥُهَهۡجَو َنوُديِّرُي ِّ ِّشَع ۡلٱَو َةَنيِّز ُديِّرُت ۡمُهۡنَع َكاَنۡيَع ُدۡعَت ۡنَم ۡعِّطُت لََّو ۡۖاَيۡن لِٱ ِّةٰوَيَ َ لۡٱ ۡ اَنِّر كِّذ نَع ۥُهَبۡلَق اَنۡلَفۡغ ۡ َ

أ َن َكََو ُهٰىَوَه َعَبَّتٱَو ا ٗطُرُف ۥُهُرۡم َ

أ

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan

perhiasan dunia ini;

dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.

Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.

Bersabarlah dan harapkanlah Keridhan Allah.

Janga kamu mengharapkan perhiasan dunia

ini dan

menuruti hawa nafsu karena itu adalah keadaan yang melewati batas.

18 QS.

Maryam [19] : 59

ٌفۡلَخ ۡمِّهِّدۡعَب ُۢنِّم َفَلَخَف۞

ْاوُعَبَّتٱَو َةٰوَل َّصلٱ ْاوُعا َض َ أ اًّيَغ َنۡوَقۡلَي َفۡو َسَف ِِّۖتَٰوَه َّشلٱ

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan

shalat dan

memperturutkan hawa nafsunya, maka

Orang – orang yang menyia- nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, kelak akan menemui

kesesatan.

Orang – orang yang kelak akan menemui

kesesatan adalah yang menyia-nyiakan shalat dan

(19)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 135

mereka kelak akan

menemui kesesatan. memperturutka

n hawa nafsu.

19. QS.

Thaha [20]:16

َّ لَّ نَم اَهۡنَع َكَّنَّد ُصَي َلََف ٰىَدۡ َتَۡف ُهٰىَوَه َعَبَّتٱَو اَهِّب ُنِّمۡؤُي

Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan

daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu Jadi binasa".

Janganlah kamu dipalingkan

daripadanya oleh orang yang tidak beriman

kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu Jadi binasa".

Mengikuti orang yang

memperturutka n hawa nafsu dan orang yang jauh dari Allah hanya akan menjadikan kita binasa.

20. QS.

Thaha [20]:96

ْاوُ ُصُۡبَي ۡمَل اَمِّب ُتۡ ُصَُب َلاَق ِّر َثَأ ۡنِّ م ٗة َضۡبَق ُت ۡضَبَقَف ۦِّهِّب َكِّلَٰذَكَو اَهُتۡذَبَنَف ِّلوُسَّرلٱ ِّسۡفَن ِّلَ ۡت َلَّوَس

Samiri menjawab:

"Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, Maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya, dan Demikianlah nafsuku membujukku".

Samiri menjawab:

"Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, Maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku

melemparkannya, dan Demikianlah nafsuku

membujukku".

21 QS. Al- Mu`mini m [23] : 71

ۡمُهَءٓاَوۡه َ أ قَ ۡ

لۡٱ َعَبَّتٱ ِّو َلَو ُضرۡ َ ۡ

لَٱَو ُتَٰوٰ َم َّسلٱ ِّتَد َسَفَل مُهٰ َنۡيَت َ

أ ۡلَب ۡۚ َّنِّهيِّف نَمَو مِّهِّر ۡ

كِّذ نَع ۡمُهَف ۡمِّهِّر ۡ كِّذِّب َنو ُضِّرۡع م

Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya.

Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.

Jika kebenaran mengikuti hawa nafsu maka binasalah langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya.

Kebenaran tidak mengikuti hawa nafsu.

(20)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 136

22. QS. Al Furqaan [25]:43

ُهٰىَوَه ۥُهَهَٰلِّإ َذَ َّ

تَٱ ِّنَم َتۡيَءَر َ أ الَيِّكَو ِّهۡيَلَع ُنوُكَت َتن َ

أَف َ أ

Terangkanlah

kepadaku tentang

orang yang

menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara

atasnya?

Kita tidak dapat menjadi

pemelihara atasnya, yaitu orang-orang yang

memperturutka

n hawa

nafsunya.

23. QS. An Naml [27]:55

ٗةَوۡهَش َلاَجِّ رلٱ َنوُت ۡ

أَ َلَ ۡمُكَّنِّئ َ أ ٞمۡوَق ۡمُتن َ

أ ۡلَب ِّٓۚءٓا َسِّ نلٱ ِّنوُد نِّ م َنوُلَهۡ تَ َ

Mengapa kamu

mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita?

sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat

perbuatanmu)".

Mengapa kamu mendatangi laki- laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita?

sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat

perbuatanmu)".

Orang fasik adalah orang yang tidak mengetaui akibat dari perbuatannya.

24. QS. Al Qashash [28]:50

ۡمَلۡعٱَف َكَل ْاوُبيِّجَت ۡسَي ۡم َّل نِّإَف ۡنَمَو ۡۚۡمُهَءٓاَوۡهَأ َنوُعِّبَّتَي اَمَّنَأ ِّ ۡيرَغِّب ُهٰىَوَه َعَبَّتٱ ِّنَّمِّم ل َضَأ

َ لَّ َ َّللَّٱ َّنِّإ ِّۡۚ َّللَّٱ َنِّ م ى ٗدُه َيَِّّمِّلَّٰظلٱ َمۡوَقۡلٱ يِّدۡهَي

Maka jika mereka tidak Menjawab

(tantanganmu)

ketahuilah bahwa sesung- guhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.

sesung- guhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Jika mereka tidak Menjawab

(tantanganmu) ketahuilah bahwa sesung- guhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat

petunjuk dari Allah sedikitpun.

Sesung- guhnya Allah tidak memberi petunjuk

Orang yang sesat adalah orang yang memperturutka n hawa nafsunya dan tidak

mendapatkan petunjuk dari Allah.

(21)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 137

kepada orang- orang yang zalim.

25. QS. Ar Ruum [30]:29

ْآوُمَل َظ َنيِّ َّ

لَّٱ َعَبَّتٱ ِّلَب نَمَف ِٖۖم ۡلِّع ِّ ۡيرَغِّب مُهَءٓاَوۡهَأ مُهَل اَمَو ُۡۖ َّللَّٱ َّل َض َ

أ ۡنَم يِّدۡهَي َنيِّ ِّصَُّٰن نِّ م

Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan;

Maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? dan Tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.

Orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan;

Maka siapakah

yang akan

menunjuki orang yang telah disesatkan Allah?

dan Tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.

Orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu

pengetahuan dan tidak ada penolong

satupun baginya.

26. QS.

Shaad [38]:26

ٗةَفيِّلَخ َكٰ َن ۡلَعَج اَّنِّإ ُدۥُواَدَٰي َ ۡيََّب مُكۡحٱَف ِّضرۡ َ ۡ

لَٱ ِّفِ

ِّعِّبَّتَت َ لََّو ِّ قَ ۡ

لۡٱِّب ِّساَّلنٱ ِّليِّبَس نَع َك َّلِّضُيَف ٰىَوَهۡلٱ نَع َنو ل ِّضَي َنيِّ َّ

لَّٱ َّنِّإ ِّۡۚ َّللَّٱ ُُۢديِّدَش ٞباَذَع ۡمُهَل ِّ َّللَّٱ ِّليِّبَس

ِّبا َسِّ ۡ

لۡٱ َمۡوَي ْاو ُسَن اَمِّب

Hai Daud,

Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.

Sesungguhnya orang- orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

Daud di jadikan Allah khalifah (penguasa) di muka bumi. Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka

melupakan hari perhitungan.

Mengikuti hawa nafsu, akan menyesatkan kita dari jalan Allah. Dan Allah akan mengazab mereka dengan berat, karena mereka

melupakan hari perhitungan.

(22)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 138

27. QS. Asy Syuura [42]:15

ٓاَمَك ۡمِّقَتۡسٱَو ُۡۖعۡدٱَف َكِّلَٰذِّلَف ۡلُقَو ۡۖۡمُهَءٓاَوۡه َ

أ ۡعِّبَّتَت لََّو ۡۖ َتۡرِّم َ ُ أ اَء نِّم ُ َّللَّٱ َلَزن َ

أ ٓاَمِّب ُتنَم َلِّدۡع َ

ِّلَ ُتۡرِّم ُ

أَو ِٖۖبٰ َتِّك ۡۖۡمُك بَرَو اَن بَر ُ َّللَّٱ ُۡۖمُكَنۡيَب ۡمُكَلَو اَنُلٰ َمۡع َ

أ ٓاَ َلن اَنَنۡيَب َةَّجُح َ

لَّ ۡۖۡمُكُلٰ َمۡع َ أ ۡۖاَنَنۡيَب ُعَمۡ َيَ ُ َّللَّٱ ُۡۖمُكَنۡيَبَو ُير ِّصَم ۡ لٱ ِّهۡ َلَوَإِ

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan

kepadamu dan

janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu.

bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah

kembali (kita)".

Serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah

mengikuti hawa nafsu mereka.

Serulah pada kebaikan dan berlaku adilah serta jangan memperturutka n hawa nafsu.

28. QS. Al Jaatsiyah [45]:18

َنِّ م ٖةَعيِّ َشۡ ٰ َ َعَل َكَٰنۡلَعَج َّمُث َءٓاَوۡه َ

أ ۡعِّبَّتَت َ

لََّو اَهۡعِّبَّتٱَف ِّرۡم َ ۡ لَٱ َنوُمَلۡعَي لَّ َنيِّ َ لَّٱ َّ

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.

Ikutilah syariat dari urusan agama dan janganlah kamu memperturuti hawa nafsu.

(23)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 139

29. QS. Al Jaatsiyah [45]:23

ُهٰىَوَه ۥُهَهَٰلِّإ َذَ َّ

تَٱ ِّنَم َتۡيَءَر َفَأ َمَتَخَو ٖم ۡلِّع َٰ َعَل ُ َّللَّٱ ُهَّلَضَأَو َلَعَجَو ۦِّهِّب ۡلَقَو ۦِّهِّعۡمَس َٰ َعَل نَمَف ٗةَوٰ َشِّغ ۦِّهِّ َصَُب ٰ َ َعَل َلََف َ

أ ِّۡۚ َّللَّٱ ِّدۡعَب ُۢنِّم ِّهيِّدۡهَي َنوُرَّكَذَت

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya

berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan

hatinya dan

meletakkan tutupan atas penglihatannya?

Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah

membiarkannya berdasarkan ilmu- Nya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan

tutupan atas penglihatannya.

Ambilah

pelajarn dari apa-apa yang telah Allah timbapakan kepada mereka yang

memperturutka n hawa nafsu, sesungguhnya siksaan Allah amatlah pedih.

30. QS.

Muham mad [47]:14

ۦِّهِّ بَّر نِّ م ٖةَنِّ يَب ٰ َ َعَل َنَكَ نَمَفَأ ۦِّهِّلَمَع ُءٓوُس ۥُ َ

لَ َنِّ يُز نَم َك مُهَءٓاَوۡه َ

أ ْآوُعَبَّتٱَو

Maka Apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya.

Maka Apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya.

Sesungguhnya orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya tidak sama dengan orang yang (shaitan)

menjadikan Dia memandang baik

perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya.

31. QS.

Muham mad [47]:16

َٰٓ َّتََّح َكۡ َلَِّإ ُعِّمَت ۡسَي نَّم مُهۡنِّمَو ْاوُلاَق َكِّدنِّع ۡنِّم ْاوُجَرَخ اَذِّإ َلاَق اَذاَم َمۡلِّعۡلٱ ْاوُتوُأ َنيِّ َّلَِّّل ُ َّللَّٱ َعَب َط َنيِّ َّ

لَّٱ َكِّئ ََٰٓلْوُأ ۡۚاافِّناَء ۡمُهَءٓاَوۡه َ

أ ْآوُعَبَّتٱَو ۡمِّهِّبو ُلُق َٰ َعَل

Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan

perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang- orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan

"Apakah yang dikatakannya tadi?" mereka Itulah orang- orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti

Allah mengunci mati hati oraang- orang yang mengingkari Allah dan memperturutka

n hawa

nafsunya.

(24)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 140

(sahabat-sahabat Nabi): "Apakah yang dikatakannya tadi?"

mereka Itulah orang- orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.

hawa nafsu mereka.

32. QS. An Najm [53]:3

َٰٓىَوَه ۡ

لٱ ِّنَع ُقِّطنَي اَمَو

Dan Tiadalah yang

diucapkannya itu (Al- Quran) menurut

kemauan hawa nafsunya.

Orang kafir hanya memperturutkan kemauan hawa nafsunya.

Jangan

memperturutka n hawa nafsu yang hanya akan menyesatkanmu .

33. QS. An Najm [53]:23

ٓاَهوُمُتۡيَّمَس ٞءٓاَم ۡس َ أ ٓ َّ

لَِّّإ َ ِّهِ ۡنِّإ ُ َّللَّٱ َلَزن َ

أ ٓاَّم مُكُؤٓاَباَءَو ۡمُتن َ أ َنوُعِّبَّتَي نِّإ ٓۚ نٰ َط ۡلُس نِّم اَهِّب ۡۖ ُسُفن َ ۡ

لَٱ ىَوۡهَت اَمَو َّن َّظلٱ َّ

لَِّّإ ُمِّهِّ بَّر نِّ م مُهَء ٓاَج ۡدَقَلَو َٰٓىَدُه ۡ لٱ

Itu tidak lain hanyalah Nama-nama yang kamu dan bapak-

bapak kamu

mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu

mereka dan

Sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.

Mereka tidak lain hanyalah

mengikuti sangkaan-

sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka

Jangan mengikuti

sangkaan dan hawa nafsu yang akan

menyesatkan

mu dari

kebenaran.

34. QS. Al Qamar [54]:3

ُكَُو ۡۚۡمُهَء ٓاَوۡهَأ ْآوُعَبَّتٱَو ْاوُبَّذَكَو ٞ رِّقَت ۡس م ٖرۡم َ

أ

Dan mereka

mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.

Dan mereka mendutakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.

Ikutilah tiap tiap urusan dengan ketetapannya dan jangalah mendustkan Nabi dan jangan pula mengikuti nafsu.

(25)

Zad Al-Mufassirin, Page 117-142, Vol. 2 No. 2, 2020 | 141

D. SIMPULAN

Dalam Metode Tematik Digital Alquran, kata nafsu dalam Alquran terdapat sebanyak 35 ayat dalam term Indonesia dan 8 ayat dengan term Arab dari kata (سفنلا). Dari kajian tersebut dapat kita simpulkan bawa Alquran membagi tingkatan nafs pada dua kelompok besar, yaitu nafs martabat tinggi dan nafs martabat rendah. Nafs martabat tinggi dimiliki oleh orang-orang yang taqwa, yang takut kepada Allah SWT dan berpegang teguh kepada petunjuk-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Sedangkan nafs martabat rendah dimiliki oleh orang-orang yang menentang perintah Allah dan mengabaikan ketentuan- ketentuan-Nya, serta orang-orang sesat yang cenderung berprilaku menyimpang dan melakukan kekejian serta kemunkaran.

Poin poin penting kenapa kita dilarang memperturutkan hawa nafsu berdasarkan kajian tematik digital quran ialah sebagai berikut: Janganlah mengikuti hawa nafsu karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan dan akan menyimpang dari kebenaran. Orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kita berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran) sehingga akan menyesatkan dan akan menjadikan kita orang yang merugi. Orang yang memperturutkan hawa nafsu termasuk orang yang zalim dan tidak ada penolong satupun baginya karena Allah SWT tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Orang yang 35. QS. An

Nazi'at An Nazi'at [79]:40

ۦِّهِّ بَر َماَقَم َفاَخ ۡنَم اَّمَأَو ٰىَوَه ۡ

لٱ ِّنَع َس ۡفَّلنٱ َهََنَو

Dan Adapun orang- orang yang takut kepada kebesaran

Tuhannya dan

menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,

Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran

Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,

Menahan diri dari hawa nafsu adalah salah satu bentuk

ketakutan kita akan kebesaran Tuhan.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk implementasi pengembangan S-IT untuk pelayanan akademik mahasiswa yang ada di STT Garut dengan fitur informasi layanannya

Penduduk desa yang tamat SD adalah desa Taji dengan prosentase sebesar 4,9% termasuk dalam daerah yang sangat tahan di ikuti dengan desa Sidorejo, dan Jabung

Faktor Lingkungan yang terdiri dari keberadaan habitat perkembangbiakan nyamuk berdekatan dengan tempat tinggal responden, keberdaan vegetasi seperti semak atau hutan,

Keragaman genetik plasma nutfah kopi diperlukan sebagai bahan dasar dalam program pemuliaan untuk menghasilkan varietas unggul dengan sifat-sifat yang diinginkan di antaranya

baik, guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, ia dapat berbagi peran dengan media sehingga akan mudah baginya dalam memberi perhatian

Secara kualitatif bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sudah sangat baik hal tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan dari langkah-langkah dalam

Penelitian mengenai pemisahan alumina melalui metode sintering sodalime menggunakan natrium karbonat (Na 2 CO 3 ) dan kalsium oksida (CaO) yang diikuti dengan

a) Menghitung daya tampung septic tank komunal adalah suatu permasalah di kelurahan tegal gundil kota bogor yang tidak memiliki tempat pembuangan limbah domestik dan juga yang