• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2016"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN LUMAJANG

TAHUN 2016

(2)

Page i

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang tahun 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang Tahun 2016 merupakan salah satu media publikasi data dan informasi yang berisi situasi dan kondisi kesehatan yang cukup komprehensif, serta memberikan gambaran dari hasil berbagai program kesehatan yang dilaksanakan di Lumajang tahun 2016.

Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang disusun berdasarkan ketersediaan data, informasi, dan indikator kesehatan yang bersumber dari unit teknis di lingkungan Dinas Kesehatan (Puskesmas). Berbagai data dan informasi yang dimuat dalam buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan monitoring maupun evaluasi dari program - program yang sedang berjalan dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai komponen yang penting dalam penyusunan program kesehatan yang lebih efisien, efektif serta mampu memberikan sumbangsih yang positif dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih optimal.

Guna meningkatkan mutu penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang, kami sangat mengharapkan saran, tanggapan dan peran serta dari semua pihak, utamanya para pengelola program kesehatan dan instansi yang terkait di Kabupaten Lumajang.

Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran serta tenaga hingga terbitnya Buku Profil Kesehatan Lumajang Tahun 2016 ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus.

Lumajang, April 2017 KEPALA DINAS KESEHATAN

KABUPATEN LUMAJANG

dr. TRIWORO SETYOWATI Pembina Utama Muda NIP. 19590824 198701 2 002

(3)

Page ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 GAMBARAN UMUM 2.1 Kondisi Geografis ... 3

2.2 Wilayah Administratif ... 4

2.3 Kependudukan ... 5

a. Pertumbuhan Penduduk ... 5

b. Kepadatan Penduduk... 5

2.4 Dinas Kesehatan a. Tugas Pokok dan Fungsi ... 6

b. Rencana Strategis ... 9

BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN 3.1 Mortalitas 3.1.1 Angka Kematian Bayi ... 15

3.1.2 Angka Kematian Balita ... 18

3.1.3 Angka Kematian Ibu ... 19

3.2 Morbiditas 3.2.1 Penyakit Menular Langsung ... 23

3.2.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang ... 31

3.2.3 Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) ... 34

3.2.4 Penyakit Tidak Menular ... 38

3.2.5 Data Sepuluh Penyakit Terbanyak Tahun 2016 ... 40

3.3 Status Gizi ... 41

BAB 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN 4.1 Pelayanan Kesehatan 4.1.1 Pelayanan Kesehatan Ibu ... 43

4.1.2 Pelayanan Kesehatan Bayi ... 46

4.1.3 Pelayanan KB... 47

(4)

Page iii 4.1.4 Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Sekolah dan

Remaja ... 49

4.1.5 Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila ... 51

4.2 Perbaikan Gizi Masyarakat 4.2.1 Pemberian Tablet Besi pada Ibu Hamil ... 52

4.2.2 Pemberian Kapsul Vitamin A ... 53

4.2.3 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif ... 54

4.2.4 Cakupan Penimbangan Balita ... 55

4.2.5 Cakupan Balita Berat Badan Di Bawah Garis Merah (BGM) ... 55

4.3 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 4.3.1 Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah sakit ... 56

4.4 Pelayanan Kesehatan Pengobatan 4.4.1 Cakupan Pelayanan Rawat Jalan di Pelayanan Kesehatan Umum ... 58

4.4.2 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar ... 59

4.5 Perilaku Hidup Masyarakat 4.5.1 Rumah Tangga Sehat Ber PHBS ... 59

4.5.2 Cakupan Posyandu Purnama dan Mandiri ... 60

4.6 Keadaan Lingkungan 4.6.1 Rumah Sehat ... 62

4.6.2 Institusi yang Memenuhi Syarat Kesehatan ... 62

4.6.3 Sarana Air Bersih ... 63

4.6.4 Sarana Sanitasi Dasar ... 63

4.6.4 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) ... 64

4.7 Pelayanan Kesehatan dan Olah Raga ... 65

4.8 Program Pelayanan Laboratorium di Labkesda Kabupaten Lumajang ... 66

4.9 Program Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Perbekalan Farmasi Kabupaten Lumajang ... 68

BAB 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 5.1 Sarana dan Prasarana Kesehatan a. Puskesmas dan Jaringannya ... 69

(5)

Page iv

b. Rumah Sakit ... 70

c. Sarana Kesehatan Lainnya ... 70

d. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) ... 70

5.2 Tenaga Kesehatan a. Tenaga Medis ... 74

b. Tenaga Keperawatan ... 75

c. Tenaga Farmasi ... 76

d. Tenaga Kesehatan Masyarakat ... 76

e. Tenaga Keteknisian Fisik ... 77

f. Tenaga Teterapian Medik ... 78

g. Tenaga Non Kesehatan ... 79

5.3 Pembiayaan Kesehatan ... 80

BAB 6 PENUTUP ... 81 LAMPIRAN

(6)

Page v DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lumajang

Gambar 2.2 Piramida Penduduk Menurut Golongan Umur Gambar 2.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

Gambar 3.1 Grafik Trend Kematian Bayi di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

Gambar 3.2 Proporsi Penyebab Kematian Neonatal di Kabupaten Lumajang tahun 2016

Gambar 3.3 Grafik Jumlah Kematian Balita Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Lumajang Tahun 2016

Gambar 3.4 Grafik Trend Angka Kematian Ibu di Kabupatem Lumajang Tahun 2012- 2016

Gambar 3.5 Diagram Persentase Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten Lumajang Tahun 2016

Gambar 3.6 Grafik Trend Capaian Penemuan dan Penanganan Pasien Baru TB BTA Positif di Kabupaten Lumajang Tahun 2012- 2016

Gambar 3.7 Grafik Pola Persebaran HIV Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Lumajang Tahun 2014-2016

Gambar 3.8 Grafik Pola Persebaran AIDS Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Lumajang Tahun 2014-2016

Gambar 3.9 Trend Penemuan dan Penanganan Diare di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

Gambar 3.10 Grafik Kasus Baru Kusta PB dan MB Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

Gambar 3.11 Trend Incidence Rate (IR) DBD di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

Gambar 3.12 Trend Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

Gambar 3.13 Trend AFP Rate Non Polio di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

Gambar 3.14 Trend Capaian Desa UCI di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

Gambar 4.1 Diagram Persentase Metode Kontrasepsi Di Kabupaten

(7)

Page vi Lumajang Tahun 2016

Gambar 4.2 Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut Puskesmas di Kabupaten Lumajang Tahun 2016

Gambar 4.3 Trend Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tabler Fe1 dan Fe 3 di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

Gambar 4.4 Grafik Persentase Bayi Mendapat ASI Eksklusif di Kabupaten Lumajang Tahun 2016

Gambar 4.5 Grafik Persentase Balita BGM di Kabupaten Lumajang Tahun 2015

Gambar 4.6 Diagram Persentase Posyandu Berdasarkan Strata di Kabupaten Lumajang Tahun 2016

Gambar 5.1 Grafik Persentase Posyandu Berdasarkan Strata di Kabupaten Lumajang Tahun 2014-2016

(8)

Page vii DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data 10 Penyakit Terbanyak Tahun 2016.

Tabel 4.1 Tabel Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun 2012- 2016 Tabel 4.2 Tabel Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

Tahun 2012-2016

Tabel 4.3 Tabel Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Tahun 2012-2016 Tabel 4.4 Tabel Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2012-2016 Tabel 4.5 Tabel Jumlah Peserta KB Aktif Tahun 2012-2016

Tabel 4.6 Tabel Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Tahun 2012-2016

Tabel 4.7 Tabel Cakupan Rumah Tangga Ber-PHBS Tahun 2012-2016 Tabel 4.8 Tabel Capaian Posyandu Puri Tahun 2012-2016

Tabel 5.1 Tabel Jumlah Tenaga Medis di Kabupaten Lumajang Tahun 2016

Tabel 5.2 Tabel Jumlah Tenaga Keperawatan di Kabupaten Lumajang Tahun 2016

Tabel 5.3 Tabel Jumlah Tenaga Kefarmasian di Kabupaten Lumajang Tahun 2016

Tabel 5.4 Tabel Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan dan Gizi di Kabupaten Lumajang Tahun 2016 Tabel 5.5 Tabel Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Kabupaten

Lumajang Tahun 2016

Tabel 5.6 Tabel Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Kabupaten Lumajang Tahun 2016

(9)

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2016

TIM PENYUSUN Penanggung Jawab

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang dr. TRIWORO SETYOWATI

Ketua Tim Sumarni, S.KM

Editor

Feny Indrihapsari, S.KM Kontributor

1. Kepala Bidang Yankes 2. Kepala Bidang PKM 3. Kepala Bidang Kesga 4. Kepala Bidang P2MPSD 5. Budi Purwanto, S.AP 6. Iswahyuni, A.Md.Keb 7. Mardiyanti, S.KM

8. Cahyo Prayitno, S.Kep.Ns.

9. Lufiana Indra P, A.Md.Keb 10. Sri Sedar Utami, SST 11. Novita Lisa Amaliyah

12. Putri Dwi Christanti, A.Md.Keb 13. Vreza Budi Setiawan, S.KM 14. Nurul Alfiah, A.Md.KL 15. Anang Lutfianto, A.Md.Kep.

16. Yoni Trisno Adianto, S.Kep.Ns.

17. Atiek Indah Kurniasih, S.KM 18. Dina Mei Wahyuningrum, S.KM 19. Endah Kusumawati, S.Si, Apt 20. Dra. Tri Musyarofah, Apt 21. Tri Cahyo Agung, S.KM 22. Teguh Sugiharto, Amd 23. Laras Fitria, S.KM

Tema cover : Aksi Kesehatan Terima Kasih Kepada : 1. BPS Kabupaten Lumajang 2. RSUD. Dr. Haryoto

3. RS Islam Lumajang

4. RS Bhayangkara Lumajang 5. RS Wijaya Kusuma

6. RS Djatiroto

(10)
(11)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat strategis bagi suatu organisasi yang melaksanakan prinsip-prinsip manajemen modern. Data digunakan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Kebutuhan akan data dan informasi yang evidence based sangat besar baik ditingkat Puskesmas sampai dengan kabupaten yang digunakan untuk operasionalisasi program yang akhirnya akan bermuara pada pencapaian Rencana Strategi Kabupaten.

Profil Kesehatan merupakan salah satu media publikasi data dan informasi yang berisi situasi dan kondisi kesehatan yang cukup komprehensif. Profil Kesehatan Kabupaten adalah sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Lumajang. Selain itu, Profil Kesehatan juga dapat dijadikan sarana dalam mengevaluasi kemajuan pembangunan kesehatan yang ada di KabupatenLumajang.

Di dalam Profil Kesehatan pembaca dapat memperoleh data dan informasi mengenai Demografi, Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan, Pembiayaan Kesehatan, Kesehatan Ibu dan Kesehatan Anak, serta Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan. Data dan informasi yang ditampilkan pada Profil Kesehatan dapat membantu dalam mengukur capaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Lumajang, serta sebagai dasar untuk perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya.

Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang ini diolah berdasarkan Puskesmas dan dianalisis oleh masing-masing bidang yang

(12)

2

bertanggung jawab dalam memonitoring dan mengevaluasi pencapaian program kerja termasuk di dalamnya adalah Standart Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan yang kemudian dibukukan di akhir tahun sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat terutama para pembuat kebijakan.

Secara garis besar, Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang disusun dalam dua bagian. Bagian pertama berisi narasi dan deskripsi dari pencapaian hasil pembangunan kesehatan dengan indikator utama. Bagian kedua berisi beberapa tabel angka pencapaian hasil pembangunan kesehatan dari semua indikator.

Adapun sistematika penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan BAB II : Gambaran Umum

BAB III : Gambaran Situasi Derajat Kesehatan BAB IV : Gambaran Situasi Upaya Kesehatan

BAB V : Gambaran Situasi Sumber Daya Kesehatan BAB V : Penutup

Lampiran

(13)
(14)

3

BAB 2

GAMBARAN UMUM

2.1 KONDISI GEOGRAFIS

Kabupaten Lumajang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang terletak diantara 70 54” – 80 LS dan 1120 53” – 1130 23” BT dengan luas wilayah 1.790,9 km2 atau 3,74% dari luas Provinsi Jawa Timur. Secara administratif batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang :

Utara : Kabupaten Probolinggo Timur : Kabupaten Jember Selatan : Samudra Indonesia Barat : Kabupaten Malang

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Lumajang

(15)

4

Secara topografi Kabupaten Lumajang terbagi dalam 4 daerah yaitu daerah gunung, pegunungan, dataran fluvial dan dataran alluvial. Daerah yang termasuk kategori gunung dan pegunungan adalah Ranuyoso, Tempursari, sekitar Gunung Semeru, sekitar Gunung Tengger dan Gunung Lamongan. Kecamatan yang termasuk dalam kategori dataran fluvial adalah Lumajang, Sumbersuko dan Sukodono. Sedangkan kategori dataran alluvial yaitu Rowokangkung, Jatiroto, Yosowilangun dan sepanjang pantai mulai dari Yosowilangun sampai dengan Tempursari. Kabupaten Lumajang merupakan dataran yang subur karena dikelilingi oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru (3.676 m), Gunung Bromo (3.292 m) dan Gunung Lemongan (1.668 m).

Daerah Lumajang mempunyai tiga tipe iklim yaitu agak basah, sedang dan agak kering. Untuk tipe basah jumlah bulan kering rata- rata 3 bulan dalam setahun yang mencakup daerah Gucialit, Senduro, sebagian Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, dan Gunung Semeru. Untuk daerah dengan tipe sedang mencakup Ranuyoso, Klakah, Kedungjajang, Sukodono, Lumajang, Jatiroto dan Rowokangkung dengan rata-rata bulan kering 3-4 bulan pertahunnya. Sedangkan daerah dengan tipe agak kering meliputi Tekung, Kunir dan Yosowilangun.

2.2 WILAYAH ADMINISTRASI

Unit pemerintahan di Kabupaten Lumajang terdiri dari 21 kecamatan, 205 desa/kelurahan terdiri dari 198 desa dan 7 kelurahan. Dilihat dari komposisi jumlah desa, Kecamatan Tempeh memiliki jumlah desa terbanyak, yaitu 13 desa sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah desa paling sedikit adalah

(16)

5

Kecamatan Jatiroto dan Pronojiwo, yaitu terdiri dari 6 desa.

Sedangkan dilihat dari luas wilayahnya Kecamatan Senduro merupakan wilayah yang paling luas dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu seluas 228.68 km2.

2.3 KEPENDUDUKAN

Data mengenai kependudukan sangat penting dan mempunyai arti strategis dalam pembangunan khususnya di bidang kesehatan karena outputnya adalah meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Indikator kependudukan yang dimuat dalam pembuatan profil ini antara lain :

a. Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data proyeksi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lumajang jumlah penduduk di Kabupaten Lumajang pada tahun 2016 sebesar 1.033.698 jiwa.

b. Kepadatan Penduduk

Luas Kabupaten Lumajang adalah 1.790,90 Km2 dengan jumlah penduduk 1.033.698 jiwa yang tersebar di 21 kecamatan dan 205 desa/kelurahan dengan kepadatan penduduk sebesar 577.19 jiwa/Km2. Jumlah seluruh Kepala Keluarga (KK) yang tercatat sebanyak 289.236 KK dengan rata-rata jiwa per rumah tangga adalah 4 jiwa (Tabel 1). Berdasarkan komposisi penduduk, kelompok umur produktif (usia 15 – 64 tahun) yang mendominasi adalah jumlah penduduk terbanyak pada kelompok umur 10 - 14 tahun.

(17)

6

Sumber data : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/117/2015 tentang Data Penduduk Sasaran Program

Pembangunan Kesehatan Tahun 2015-2019

2.4 DINAS KESEHATAN

Untuk melaksanakan pembangunan di sektor kesehatan telah dibuat Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang No. 34 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang. Dalam pasal 2 (dua) disebutkan bahwa Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Selanjutnya pada pasal 3 (tiga) dijelaskan bahwa Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.Menurut

Gambar 2.2 Piramida Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2016

(18)

7

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 dan Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang No. 34 Tahun 2007, susunan organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang mempunyai 1 Sekretariat dan 4 Kepala Bidang. Dimana Sekretariat dan tiap Bidang mempunyai 3 Kepala Seksi atau Kepala Sub. Bagian. Struktur tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

(19)

8

STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NO. 34 TAHUN 2007 TANGGAL 9 NOPEMBER 2007

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

KEPALA DINAS KESEHATAN

SEKSI PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT SEKSI

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR SEKSI KESEHATAN

IBU DAN BALITA SEKSI PELAYANAN

KESEHATAN DASAR

SEKRETARIAT DINAS

BIDANG PELAYANAN

KESEHATAN

BIDANG KESEHATAN

KELUARGA

BIDANG PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

DAN PENYEHATAN SANITASI DASAR

BIDANG PEMBERDAYAAN

KESEHATAN MASYARAKAT

SEKSI PELAYANAN KESEHATAN KHUSUS DAN

RUJUKAN

SEKSI GIZI

SEKSI PENYEHATAN SANITASI DASAR

SEKSI PERAN SERTA MASYARAKAT

UPTD

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SEKSI PENGEMBANGAN

SUMBER DAYA SEKSI FARMASI,

MAKANAN DAN MINUMAN

SEKSI ANAK, REMAJA

DAN USILA

SEKSI PENCEGAHAN DAN

PENGAMATAN PENYAKIT

KEPALA DINAS KESEHATAN

SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN

UMUM

SEKRETARIAT DINAS

SUB BAGIAN KEUANGAN

(20)

9 a. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Untuk melaksanakan pembangunan bidang pemerintahan sektor kesehatan telah dibuat Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang No. 34. Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lumajang. Kedudukan Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana Pemerintahan Kabupaten di Bidang Kesehatan, mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan Rumah Tangga Kabupaten dan tugas konsultatif serta koordinatif di Bidang Kesehatan.

Di samping itu untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan;

2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan;

3. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan;

4. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

b. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lumajang Tahun 2015-2019 telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor : 1 Tahun 2014. Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi agar bisa terarah dan terukur dalam pelaksanaannya serta sebagai penjabaran RPJMD, Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang telah menyusun Renstra tahun 2015 s/d 2019 yang dijabarkan sebagai berikut:

(21)

10 1) Visi :

Gambaran keadaan masyarakat Kabupaten Lumajang dimasa depan yang akan dicapai melalui pembangunan kesehatan untuk menjabarkan Visi Pemerintah Kabupaten Lumajang mewujudkan masyarakat Lumajang yang sejahtera dan bermartabat yang akan dicapai melalui pembangunan kesehatan diselaraskan tugas pokok yang diemban oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, melalui Visi: "Terwujudnya Masyarakat Lumajang Yang Sehat dan Mandiri“

2) Misi :

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang menetapkan Misi sebagai berikut :

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat;

2) Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam pembangunan berwawasan kesehatan;

3) Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Kesehatan.

3) Tujuan :

Untuk mencapai Visi dan Misi pada rencana strategis tahun 2015 s/d 2019, Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang telah menetapkan tujuan yaitu:

Dalam rangka mencapai Misi pertama yaitu : Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, ditetapkan Tujuan :

a. Menurunkan angka mortalitas , dengan indikator kinerja :

 Menurunnya Angka Kematian Bayi

(22)

11

 Menurunnya Angka Kematian Balita

 Menurunnya Angka Kematian Ibu

Dalam rangka mencapai Misi kedua yaitu : Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam pembangunan berwawasan kesehatan, ditetapkan tujuan :

b. Menurunkan angka morbiditas dengan indikator kinerja :

 Menurunnya angka Kesakitan DBD

 Meningkatnya angka kesembuhan penderita TB Paru BTA +

 Cakupan penemuan dan penanganan penderita pneumonia balita

 Cakupan penemuan dan penanganan penderita diare

 Meningkatnya AFP rate per 100.000 penduduk <15 tahun

 Tertanggulangi KLB < 24 jam

 Meningkatnya angka kesembuhan penderita kusta

 Cakupan penemuan dan penanganan penderita HIV

 Cakupan akses jamban sehat

 Cakupan Desa/ Kelurahan Siaga Aktif

c. Meningkatkan status gizi masyarakat, dengan indikator kinerja :

 Menurunnya Persentase Balita Gizi Buruk

 Meningkatnya Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Dalam rangka mencapai Misi ketiga yaitu : Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Kesehatan, ditetapkan Tujuan :

d. Meningkatnya Sarana dan Prasarana Kesehatan yang Memadai, dengan indikator kinerja :

 Pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

(23)

12

 Pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

 Cakupan kunjungan Rawat Jalan di Puskesmas (contact rate)

 Cakupan kunjungan Rawat Inap di Puskesmas 4) Sasaran :

Dalam rangka mencapai Tujuan Pertama ‘Menurunkan angka mortalitas’ ditetapkan sasaran :

a. Meningkatkan cakupan pelayanan ibu, dengan indikator kinerja :

 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi

 Cakupan kunjungan ibu hamil K4

 Cakupan pelayanan ibu nifas

 Cakupan peserta KB Aktif

b. Meningkatkan cakupan pelayanan bayi, dengan indikator kinerja :

 Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

 Cakupan kunjungan bayi

c. Meningkatkan cakupan pelayanan balita, dengan indikator kinerja :

 Cakupan pelayanan anak Balita.

Dalam rangka mencapai Tujuan Kedua:

a. Menurunnya angka morbiditas‘ ditetapkan sasaran :

1. Melindungi masyarakat dari ancaman penyakit menular , dengan indikator kinerja :

 Cakupan Penemuan dan penanganan DBD yang ditangani

(24)

13

 Cakupan Penemuan dan penanganan Pasien Baru TB BTA Positif

 Cakupan Penemuan dan penanganan Pneumonia Balita

 Cakupan Penemuan Penderita dan Penanganan kasus diare

 AFP rate per 100.000 penduduk < 15 tahun

2. Meningkatnya penemuan penderita dan penanganan kasus HIV

 Cakupan penemuan penderita dan penanganan kasus HIV

3. Meningkatnya penemuan penderita kusta

 Cakupan penemuan penderita dan penanganan kasus kusta

4. Desa / kelurahan Universal Child Imunisation (UCI), dengan indikator kinerja:

 Capaian Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

5. Desa/kelurahan mengalami KLB, dengan indikator kinerja :

 Cakupan desa / kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam.

 Tertanggulanginya KLB < 24 jam 6. Cakupan akses jamban sehat

 Rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sanitasi dasar

7. Meningkatnya Cakupan Desa/Kelurahan Siaga Aktif

 Meningkatnya Cakupan Posyandu Purnama Mandiri

 Tercapainya Desa Siaga Aktif

 Tercapainya penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

(25)

14

b. Meningkatnya Status Gizi Masyarakat

1. Mencegah dan Menanggulangi Gizi Buruk

 Prevalensi Balita Gizi Buruk

 Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan 2. Mencegah dan Menanggulangi Kurang Gizi

 Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dari Gakin

Dalam rangka mencapai Tujuan Ketiga ‘Meningkatnya Sarana dan Prasarana Kesehatan yang Memadai’ ditetapkan sasaran Meningkatnya Mutu Pelayanan yang Standart dengan indikator :

 Tercapainya pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

 Tercapainya pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

 Tercapainya kunjungan Rawat Jalan di Puskesmas (contact rate)

 Tercapainya kunjungan Rawat Inap di Puskesmas

 Akreditasi Puskesmas

 Terwujudnya pilot project BLUD puskesmas

 Cakupan Puskesmas standar

(26)
(27)

15

BAB 3

SITUASI DERAJAD KESEHATAN

Kesehatan merupakan hak asasi manusia sekaligus investasi dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Oleh karena itu diperlukan suatu kemampuan dalam menyelenggarakan pembangunan dibidang kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud suatu derajad kesehatan masyarakat yang baik dan berkualitas.

Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,dan menggambarkan situasi derajad kesehatan diperlukan beberapa indikator dalam pembangunan kesehatan yang tercermin dalam misi Dinas Kesehatan yang tertuang dalam renstra Dinas Kesehatan dengan tujuan antara lain indikator menurunkan angka mortalitas, menurunkan angka morbiditas serta meningkatkan status gizi masyarakat.

3.1. MORTALITAS

Mortalitas atau angka kematian menggambarkan proporsi kejadian kematian di masyarakat pada kelompok umur atau kelompok resiko tertentu. Angka kematian juga menggambarkan mutu pelayanan kesehatan di suatu wilayah. Angka kematian umumnya diperoleh melalui suatu survei, namun demikian angka kematian dalam profil ini diperoleh melalui pencatatan dan pelaporan rutin bulanan UPT Puskesmas dan Rumah Sakit di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Lumajang.

(28)

16 3.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) menggambarkan jumlah bayi (umur < 1 tahun) yang meninggal di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun diantara jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2016 tercatat 171 kematian bayi dari 15.218 kelahiran hidup diantaranya 105 bayi laki-laki dan 66 bayi perempuan yang dilaporkan meninggal (Lampiran tabel 5). Trend kematian bayi dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Target indikator Renstra tahun 2016 terkait angka kematian bayi adalah 16,40, sedangkan angka kematian bayi tahun ini yakni 11,24 kematian.

Gambar 3.1 Grafik Trend Kematian Bayi di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2012-2016

Kecamatan Ranuyoso dan Kunir adalah wilayah dengan kematian bayi tertinggi yakni 15 kematian. Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebesar

(29)

17

31% dan Asfiksia sebesar 24%, dimana kecamatan Ranuyoso adalah wilayah dengan kasus BBLR terbanyak yakni 8,4% dari seluruh kasus (Lampiran tabel 37).

Pada bayi dengan BBLR banyak sekali terjadi permasalahan pada sistem tubuh oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil.

Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah.

Kematian sering juga disebabkan karena komplikasi neonatal seperti Asfiksia, Aspirasi, Pneumonia, Perdarahan Intra Cranial, Hipoglikemia. Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur segera setelah lahir, karena bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan karbondioksida dari tubuhnya dan menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut yaitu meninggalnya bayi.

Beberapa upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan dan jaringannya dalam menurunkan kematian bayi dengan proporsi

Gambar 3.2 Proporsi Penyebab Kematian Neonatal di Kabupaten Lumajang tahun 2016

Sumber: Laporan KIA 2016

(30)

18

jumlah tenaga medis dan paramedis yang memadai baik secara luas wilayah, letak geografis maupun jumlah penduduk, tersedianya sarana pelayanan kesehatan yang memadai (Puskesmas PONED dan Puskesmas Plus yang mendatangkan dokter spesialis kandungan dalam rangka pengawalan pada bidan terkait kasus-kasus terutama yang dihadapi bidan di lapangan), mengaktifkan posyandu dan polindes serta melaksanakan program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dari pemerintah dalam meningkatkan akses terhadap pelayanan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan melalui jaminan pembiayaan untuk pelayanan persalinan.

3.1.2. Angka Kematian Balita (AKBAL)

Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0- 4 tahun. Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi).

Angka kematian balita di Kabupaten Lumajang tahun 2016 sebesar 12,49 per 1.000 kelahiran hidup dengan 190 kasus kematian balita diantaranya 171 kematian bayi dan 19 kematian anak balita. Berdasarkan target indikator kinerja tujuan Renstra Dinas Kesehatan angka tersebut masih jauh dibawah ambang batas target Kabupaten Lumajang tahun 2016 untuk angka kematian balita sebesar 16,70 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Indikator kemaian anak terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya seperti gizi, penyakit infeksi, dan kecelakaan. Semakin kecil angka

(31)

19

kematian balita maka hal tersebut menunjukkan semakin baik kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.

(Lampiran tabel 5)

Gambar 3.3 Grafik Jumlah Kematian Balita berdasakan Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Lumajang Tahun 2016

Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2016

3.1.3. Angka Kematian Ibu (AKI)

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera (Pusdatin Kemenkes, 2014). Angka Kematian Ibu (AKI) seperti halnya AKB dan AKBAL juga menggambarkan kualitas pelayanan kesehatan.

Trend kematian ibu sejak tahun 2012 sampai tahun 2016 cenderung fluktuatif (naik-turun). AKI Kabupaten Lumajang pada tahun 2016 tercatat 18 kasus atau sebesar 118,28 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini melebihi ambang batas target indikator

(32)

20

kinerja tujuan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang sebesar 114 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016, dengan kejadian kematian ibu pada waktu kehamilan sebanyak 33,3%, dan masa nifas sebanyak 66,6%. (Lampiran tabel 6)

Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2012-2016

Proporsi kematian ibu berdasarkan kelompok umur yaitu 77,8% kematian terjadi pada usia 20-34 tahun, dan 22,2% pada usia

>35 tahun. Faktor penyebab kematian ibu dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

Gambar 3.4 Grafik Trend Angka Kematian Ibu di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

(33)

21

Sumber: Laporan KIA 2016

Penyebab kematian ibu paling banyak yakni karena preeklampsia (PE) dan penyakit penyerta lain yang telah diderita oleh ibu sebelum masa kehamilan sehingga memiliki dampak terhadap kehamilan. Penyakit tersebut dapat berupa penyakit metabolic, kardiovaskular, hematoogik, penyakit saluran napas, gastrointestinal, serta penyakit ginjal dan saluran kemih. Kecamatan Randuagung, Senduro, dan Ranuyoso adalah tiga wilayah dimana jumlah kasus kematian ibu tertinggi yakni 3 kematian. Kecamatan Ranuyoso adalah wilayah dengan cakupan K4 paling rendah (68,6%).

Adapun penyebab lain yang juga diindikasi dengan meningkatnya kasus komplikasi diantaranya disebabkan deteksi awal kasus komplikasi yang terlambat, pengawalan kasus komplikasi yang belum maksimal serta ANC terpadu yang belum optimal sehingga

Gambar 3.5 Diagram Persentase Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten Lumajang Tahun 2016

(34)

22

memacu meningkatnya kasus komplikasi yang berdampak pada meningkatnya kasus kematian ibu.

Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan jaringannya untuk menekan AKI yakni terus melakukan upaya penyuluhan yang lebih intensif kepada masyarakat terutama ibu hamil, peningkatan manajemen KIA, pemantauan ibu hamil dan ibu nifas resiko tinggi serta pemberdayaan masyarakat dalam upaya Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) menuju persalinan yang aman dan selamat, termasuk di dalamnya pengadaan Ambulans Desa yang berfungsi dalam merujuk ibu untuk cepat mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Upaya penurunan AKI, AKB dan AKABA dalam hal kesetaraan gender, dapat ditunjukkan dalam bentuk partisipasi suami terhadap kesehatan ibu, bayi dan anak. Pendampingan satu kader untuk satu ibu hamil, pengawalan kasus komplikasi oleh teknis medis dan masyarakat, audit maternal perinatal (AMP) medis dan non medis. Di samping itu perlu peningkatan kualitas pelayanan asuhan antenatal yang baik dan bermutu sehingga ibu hamil, melahirkan, dan nifas tidak sampai mengalami komplikasi obstetric yang berakibat kematian ibu serta perlunya pembuatan pemetaan ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi.

(35)

23 3.2. MORBIDITAS

3.2.1. Penyakit Menular Langsung a. Tuberculosis

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Infodatin Kemenkes, 2016).

Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tanpa terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja yang penularannya melalui percikan dahak.

Capaian penemuan dan penanganan pasien baru TB BTA positif berdasarkan Indikator kinerja SPM (Standar Pelayanan Minimal) tahun 2016 sebesar 68,99% (743 kasus) dari target/sasaran setahun 1.077 orang. Capaian ini berada dibawah target Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang tahun 2016 sebesar 70%. Gambar 3.6 menunjukkan trend capaian penemuan dan penanganan pasien baru TB BTA positif berdasarkan indicator kinerja SPM.

(36)

24

Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2012-2016

Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) merupakan persentase pasien baru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan baik sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru BTA positif yang tercatat, tahun ini mencapai 94,38%.

Salah satu indikator dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB adalah dengan menggunakan indikator angka kesembuhan dan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate). Tingginya angka kesembuhan tidak lepas dari tingginya angka keberhasilan pengobatan. Pada tahun 2016 angka kesembuhan TB BTA positif yaitu 92,08%, angka ini sudah mencapai target indicator kinerja tujuan Renstra sebesar 86%.

Gambar 3.6 Grafik Trend Capaian Penemuan dan Penanganan Pasien Baru TB BTA Positif Tahun 2012-2016

(37)

25 b. Pneumoni

Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang bersifat akut. Penyebabnya adalah bakteri, virus, jamur, pajanan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain. Bakteri yang biasa menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia adalah adenovirus, rhinovirus, influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV) dan parainfluenza virus.

Cakupan pneumonia menunjukkan jumlah penderita yang ditemukan dan ditangani dibandingkan dengan 10% jumlah perkiraan penderita pada balita. Pada tahun 2016 mengalami pergeseran perkiraan sasaran program yang semula 10% dari jumlah balita menjadi 4,45% dari jumlah balita berdasarkan hasil riskesdas (riset kesehatan dasar) tahun 2013.

Cakupan penemuan dan penanganan pneumonia pada balita di Kabupaten Lumajang pada tahun 2016 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 81.18% dari total penderita yang ditemukan dan ditangani 2.643 kasus, baik yang ditemukan di puskesmas, sarana pelayanan kesehatan swasta maupun rumah sakit (Lampiran Tabel 10). Bila dibandingkan dengan target renstra Dinas Kesehatan tahun 2016 sebesar 32%, maka capaian Kabupaten tersebut jauh di atas target.

c. HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul

(38)

26

karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV (Pusdatin Kemenkes, 2014).

Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan 2014-2016

Pola penularan HIV berdasarkan kelompok umur dalam tiga tahun terakhir tidak banyak berubah. Infeksi HIV paling banyak terjadi pada kelompok usia produktif 25-49 tahun. Pola penularan HIV berdasarkan jenis kelamin selama tiga tahun terakhir masih sama yakni didominasi oleh Laki-Laki (Lampiran tabel 11).

Gambar 3.7 Grafik Pola Persebaran HIV Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Lumajang Tahun 2014-2016

(39)

27

Sumber Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2014-2016

Begitu juga dengan AIDS selama kurun waktu tiga tahun memiliki pola yang jelas dengan kasus terbanyak pada kelompok umur 25-49 tahun dengan kasus terbanyak pada jenis kelamin Laki- Laki.

HIV/AIDS merupakan penyakit yang sangat perlu diwaspadai karena mempunyai fenomena gunung es. Tahun 2016 kasus baru HIV/AIDS sebanyak 190 penderita yang terdiri dari penderita baru HIV sebanyak 140 kasus dan penderita baru yang sudah terindikasi AIDS sebanyak 50 orang (Lampiran Tabel 11). Penemuan kasus HIV/AIDS ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya namun demikian jumlah penderita yang ditemukan pada tahun 2016 ini belum bisa menggambarkan semua penderita HIV-AIDS karena

Gambar 3.8 Grafik Pola Persebaran AIDS Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Lumajang Tahun 2014-2016

(40)

28

penderita HIV-AIDS tidak terlepas dari gambaran fenomena gunung es.

Upaya yang sudah dilakukan oleh dinas kesehatan adalah dengan Pengembangan layanan testing HIV yang semula hanya ada di rumah sakit kini dikembangkan sampai ke puskesmas dengan inisiasi testing sesuai standar di 9 puskesmas karena puskesmas tersebut memiliki sarana dan prasarana pendukung terstandar minimal untuk melaksanakan testing HIV. Seluruh puskesmas tetap melakukan testing HIV dengan kebijikan tetap melakukan rujukan jika menemukan kasus reaktif pada hasil pemeriksaan RDT (Rapid Diagnostic Test).

Upaya lain juga dilakukan khususnya pada puskesmas dengan wilayah HOTSPOT lebih ditekankan pada program antenatal care ibu hamil, pembentukan kelompok masyarakat peduli HIV/AIDS, pengorganisasian kembali Komisi Penanggulangan AIDS di Kabupaten dan Penggiatan sosialisasi HIV tingkat desa dan pada pelajar (kelompok usia sekolah lanjutan tingkat menengah).

d. Diare

Penyakit diare saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Pola penularan penyakit yang sangat mudah yaitu melalui fecal-oral menyebabkan jumlah kasus diare selalui tinggi.

Gambar 3.9 menggambarkan trend penemuan dan penanganan diare.

(41)

29

Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2012-2016

Jumlah kasus diare selama kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi (naik turun). Pada tahun 2016 cakupan penemuan dan penanganan penyakit diare mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar 62,98% dari jumlah penderita 17.579. Capaian tersebut masih berada dibawah indikator renstra sebesar 97%.

Beberapa faktor yang diperlukan untuk menekan penyebaran dan peningkatan kasus diare diantaranya akses air bersih, akses jamban sehat, dan PHBS. Guna meningkatkan capaian program yang akan datang Dinas Kesehatan dan jaringannya akan berupaya terus meningkatkan sistem surveilans agar semua penderita diare mendapatkan penanganan sesuai standar.

Gambar 3.9 Trend Penemuan dan Penanganan Diare di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

(42)

30 e. Kusta

Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae yang menyerang berbagai bagian tubuh diantaranya saraf dan kulit. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak dan mata. Kusta menular melalui kontak langsung dengan penderita dan melalui pernapasan (Pusdatin Kemenkes, 2015). Kusta tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan, melainkan juga masalah ekonomi dan sosial bagi penderitanya terutama di negara- negara berkembang seperti Indonesia.

jh

Penyakit kusta diklasifikasikan menjadi 2 yakni kusta tipe PB (Pausi Baciller) atau tipe kering dan MB (Multi Baciller) atau tipe basah. Tipe PB mempunyai gejala macula/ kelainan kulit antara 1-5 buah, kerusakan syaraf tepi 1 buah, pemeriksaan BTA negatif, tidak menular, dan membutuhkan pengobatan tepat waktu 6 dosis dalam waktu 6-9 bulan. Sedangkan tipe MB mempunyai gejala macula/

kelainan kulit >5 bercak, kerusakan syaraf tepi >1 gejala, pemeriksaan BTA positif, menular, dan membutuhkan pengobatan tepat waktu 12 dosis dalam waktu 12-18 bulan.

Setiap tahunnya penemuan kasus baru kusta cenderung mengalami penurunan selama lima tahun terakhir meskipun sempat mengalami kenaikan di tahun 2015. Tahun ini kasus baru kusta menurun menjadi 169 kasus atau 16 orang per 100.000 penduduk dengan penderita kusta tipe MB paling banyak dan proporsi terbanyak pada laki-laki.

(43)

31

Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2012-2016

Pada tahun 2016 persentase penderita kusta yang menyelesaikan pengobatan atau RFT (Release From Treatment) pada penderita kusta kering tipe PB (Pausi Baciller) sebesar 96,2%, sedangkan pada penderita kusta basah tipe MB (Multi Baciller) sebesar 93% (Lampiran tabel 17).

3.2.2. Penyakit Menular bersumber Binatang a. Demam Berdarah

Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan. Bisa muncul sebagai kejadian luar biasa (KLB) karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian.

Pada umumnya kasus ini mulai meningkat saat musim hujan, yang perlu menjadi perhatian karena musim hujan sudah tidak bisa

Gambar 3.10 Grafik Kasus Baru Kusta PB dan MB Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

(44)

32

diprediksi karena perubahan musim yang tidak menentu sehingga membutuhkan kewaspadaan dan kesadaran dari masyarakat dalam menggalakkan kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) DBD.

Angka kesakitan DBD tahun ini mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan Indikator Kinerja Renstra Tahun 2016 angka kesakitan DBD adalah ≤48 per 100.000 penduduk, namun meskipun masih berada dibawah target Renstra angka kesakitan DBD tahun ini tergolong sangat tinggi dan perlu adanya pengendalian kasus yang lebih tepat.

Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2012-2016

Berbagai upaya dalam rangka menurunkan angka kesakitan DBD Dinas Kesehatan dan jaringannya terus melakukan upaya penyuluhan yang lebih intensif dalam rangka meningkatkan

Gambar 3.11 Trend Incidence Rate (IR) DBD di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

(45)

33

partisipasi masyarakat dengan Gerakan PSN DBD dan mengoptimalkan PSN Melalui Siskamling DBD.

b. Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan parasit

“Plasmodium” yang menyerang sel darah merah, ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Kabupaten Lumajang termasuk salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang memiliki daerah rawan malaria meskipun Kabupaten Lumajang sudah mendapat sertifikat bebas malaria. Pada tahun 2016 ditemukan 15 suspek yang positif malaria dan merupakan penderita import bukan indogenus. Angka kesakitan malaria (API) cenderung menurun pada tahun 2016.

Gambar 3.12 Menggambarkan trend angka kesakitan malaria tahun 2012-2016 per 1.000 penduduk berisiko.

Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2012-2016

Gambar 3.12 Trend Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

(46)

34 b. Filariasis

Penyakit filariasis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening serta merusak sistem limfe. Penyakit ini menyebabkan pembengkakan tangan, kaki, granula mammae dan scrotum.

Sepanjang tahun 2016 di Kabupaten Lumajang tidak ditemukan kasus baru Filariasis, tetapi masih ada 3 kasus lama (Lampiran Tabel 23).

3.2.3. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) PD3I adalah Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Penyakit yang dimaksud antara lain, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejam), Measles (campak), Polio dan Tuberculosis. Di Kabupaten Lumajang sepanjang tahun 2016 ditemukan kasus PD3I diantaranya difteri sebanyak 2 kasus, Tetanus (Non Neonatorum) sebanyak 1 kasus di Labruk Kidul, Tetanus Neonatorum sebanyak 1 kasus di wilayah Tempeh, dan Campak sebanyak 13 kasus yang tersebar di wilayah Randuagung, Pasrujambe, Gucialit, Klakah.

a. Difteri, Pertusis, Tetanus, dan Tetanus Neonatorum

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik (bahan eksudat dari lesi di kulit) dan pernafasan. Daya penularan penyakit ini sangat tinggi. Kasus difteri tahun 2016 ditemukan di wilayah Puskesmas Jatiroto dan Labruk Kidul.

b. AFP non polio

Polio adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang saraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit ini pada

(47)

35

umumnya menyerang anak usia 0-15 tahun yang ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Indonesia sudah mendapatkan sertifikat bebas polio dari WHO pada tahun 2015.

Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2012-2016

AFP (Lumpuh Layu Akut) merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Penemuan kasus AFP di Kabupaten Lumajang tahun 2016 sebanyak 5 kasus atau sebesar 2,61 per 100.000 penduduk usia <15 tahun yang tersebar di wilayah Candipuro, Tempeh, Kunir, Jatiroto, dan Senduro.

Berdasarkan Target Renstra tahun 2016 penemuan penderita AFP ditetapkan sebesar >2, sedangkan capaian tahun ini melebihi target Renstra.

Gambar 3.13 Trend AFP Rate Non Polio di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

(48)

36 c. Hepatitis B

Tahun 2016 di Kabupaten Lumajang tidak ditemukan Kasus hepatitis B yang terekam dalam rekapitulasi laporan bulanan penyakit di Puskesmas (LB1) oleh Dinas Kesehatan (Lampiran Tabel 20).

d. Campak

Campak merupakan penyakit infeksi yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus, pada umumnya menyerang anak-anak serta merupakan penyakit endemis di banyak belahan dunia. Penularan penyakit campak adalah dari orang ke orang melalui droplet respiration atau terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak sewaktu bersin atau batuk.

Menurut WHO apabila ditemukan 1 (satu) kasus pada satu wilayah, maka kemungkinan ada 17-20 kasus di lapangan pada jumlah penduduk rentan yang tinggi. Kasus campak mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 13 kasus dengan kasus terbanyak pada wilayah Randuagung.

e. Pelayanan Imunisasi

Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi adalah angka Universal Child Immunization (UCI). Cakupan desa/kelurahan UCI adalah Desa/Kelurahan dimana ≥ 90% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau daerah kota di bawah kecamatan. UCI (Universal Child Immunization) adalah tercapainya imunisasi dasar lengkap pada bayi (0-11 bulan).

(49)

37

Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2012-2016

Gambar 3.15 menggambarkan trend capaian desa UCI tahun 2012 sampai 2016. Desa UCI selama dua tahun terakhir mengalami penurunan yakni sebesar 72,2%, meskipun masih diatas target renstra tahun 2016 hal ini dikarenakan beberapa hal diantaranya :

1) Perubahan konsep UCI dari persentase cakupan per antigen menjadi capaian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) 2) Perbedaan data dasar sasaran antara proyeksi dengan data

riil

3) Kendala dukungan pemerintahan desa dan kendala pada aspek sosial masyarakat akibat isu efek samping dan halal haram vaksin (persentase kecil)

4) Belum optimalnya petugas dalam melakukan sweeping sasaran

Gambar 3.14 Trend Capaian Desa UCI di Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2016

(50)

38

5) Kurang efektif dan efisiennya manajemen pencatatan dan pelaporan sasaran imunisasi berbasis kohort bayi dan balita

Adapun upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam rangka meningkatakan cakupan UCI adalah dengan peningkatan cakupan dengan melakukan sweeping imunisasi dan melaksanakan monitoring dan evaluasi program imunisasi secara berkelanjutan.

3.2.4 PENYAKIT TIDAK MENULAR

Penyakit Tidak Menular (PTM) atau yang juga disebut dengan penyakit degeneratif adalah istilah yang secara medis digunakan untuk menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang lebih buruk. Penyebab PTM sangat banyak (multifactor).

Indonesia pada saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM).

Prevalensi beberapa PTM utama meningkat, sementara penyakit menular masih tinggi, lebih diperparah lagi oleh munculnya penyakit baru dan penyakit lama yang muncul kembali. Penyakit kardiovaskular selalu menduduki peringkat atas penyebab kematian terbanyak

a. Hipertensi

Salah satu penyakit kardiovaskular adalah hipertensi (tekanan darah tinggi). Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Berdasarkan laporan bulanan PTM (Penyakit Tidak Menular) didapatkan capaian penderita hipertensi di Kabupaten Lumajang tahun 2016 sebanyak 20.578 penderita atau 9.55% dari 215.389

(51)

39

pasien yang dilakukan pemerikasaan hipertensi dan berkunjung ke puskesmas serta jaringannya.

b. Obesitas

Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal. Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya.

Penderita obesitas di Kabupaten Lumajang tahun 2016 berdasarkan laporan bulanan PTM yakni sebanyak 7.002 atau sebesar 7.03% dari 99.536 orang yang diperiksa obesitasnya. Jumlah penderita obesitas terbanyak adalah pada perempuan. Tingginya angka obesitas pada perempuan disebabkan oleh factor hormonal.

Pada wanita terutama yang telah mengalami menopause, fungsi hormone tiroid didalam tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang. Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal tubuh, sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat badannya. Obesitas juga memicu munculnya penyakit degeneratif terutama penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu perlu adanya upaya preventif untuk menekan angka obesitas.

c. Kanker Serviks dan Payudara

Kanker merupakan penyakit dengan karakteristik adanya gangguan atau kegagalan mekanisme pengaturan multiplikasi pada organisme multiseluler sehingga terjadi perubahan perilaku sel yang tidak terkontrol. Perubahan tersebut disebabkan adanya perubahan atau transformasi genetik, terutama pada gen-gen yang mengatur pertumbuhan, yaitu protoonkogen dan gen penekan tumor. Sel-sel

(52)

40

yang mengalami transformasi terus-menerus berproliferasi dan menekan pertumbuhan sel normal. Kanker merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang tinggi.

Kanker merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang tinggi terutama kanker serviks dan payudara. Pada tahun 2016 jumlah perempuan yang terdapat benjolan pada payudara sebanyak 63 orang dan penderita kanker serviks (IVA positif) sebanyak 19 orang dari 4.543 perempuan usia 30-49 tahun yang diperiksa. Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan dalam menurunkan jumlah penderita PTM salah satunya adalah melalui kegiatan Posbindu.

3.2.5 DATA 10 PENYAKIT TERBANYAK TAHUN 2016

Data angka kesakitan penduduk berasal dari sarana pelayanan kesehatan (puskesmas) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Gambaran 10 (sepuluh) penyakit terbanyak tahun 2016 disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 3.1 Data 10 Penyakit Terbanyak Tahun 2016.

No Nama Penyakit Jumlah

1 ISPA 45.655

2 Gangguan pada otot 33.130

3 Nasofaring 25.820

4 Hipertensi 24.825

5 Gastritis 23.549

6 Diare 13.561

7 Infeksi kulit 7.643

8 Penyakit kulit 7.536

9 Asma 6.920

10 Demam 3.427

Sumber : LB 1 Puskesmas

(53)

41

Sepuluh penyakit terbanyak tahun ini di dominasi oleh penyakit menular. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menduduki peringkat pertama sebagai penyakit dengan jumlah penderita paling banyak di tahun 2016. Faktor geografis seperti pencemaran lingkungan dan perubahan iklim merupakan ancaman kesehatan terutama pada penyakit ISPA.

3.3 STATUS GIZI

3.3.1 Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah

Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saa tlahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Persentase BBLR di Kabupaten Lumajang sebesar 4,9% atau sebesar 749 kasus BBLR dari 15.218 bayi jumlah bayi baru lahir yang ditimbang (Lampiran Tabel 37). Persentase BBLR terbesar berada di wilayah Puskesmas Ranuyoso (8,5%). BBLR merupakan penyumbang terbesar penyebab kematian bayi dan Ranuyoso sebagai wilayah dengan kasus BBLR tertinggi.

3.3.2 Balita dengan Gizi Buruk

Status gizi balita dapat diukur berdasarkan indeks berat badan/umur, tinggi badan/umur dan berat badan/tinggi badan.

Indikator BB/U memberikan indikasi masalah kesehatan secara umum tetapi indikator ini tidak selalu menunjukkan masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Sedangkan indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang lama misalnya kemiskinan, perilaku hidup kurang sehat dan pola asuh/pemberian

(54)

42

makanan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan. Indikator BB/TB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang pendek.

Jumlah balita gizi buruk berdasarkan indikator antropometri BB/U di Kabupaten Lumajang sepanjang tahun 2016 sebesar 0,65%

sedangkan ambang yang telah ditetapkan dalam RPJMD sebesar 0,63%. Faktor yang menyebabkan masih ditemukannya balita gizi buruk diantaranya karena pola asuh yang salah, kemiskinan, BBLR dan penyakit. Adapun upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka menurunkan prosentase balita gizi buruk adalah dengan :

1. Pemberian PMT Ibu hamil KEK

2. Pemberian Tablet Tambah darah bagi bumil

3. Peningkatan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan 4. Pemberian PMT balita gizi buruk

5. Penanganan penyakit

6. Pengentasan kemiskinan secara lintas sektor

7. Focus Group Discussion /FGD pada Desa Rawan Gizi 8. Penanganan ibu hamil Anemi

9. Penanganan balita 2T melalui GERBEKK2T (Gerakan Bersama Kawal dan Kurangi 2T)

10. Penguatan kelembagaan kewaspadaan pangan dan gizi : Surat Keputusan Bupati Nomor : 188.45/256/427.12/2013 Tentang Kelompok Kerja Kewaspadaan Pangan Dan Gizi Di Kabupaten Lumajang

(55)
(56)

43

BAB 4

SITUASI UPAYA KESEHATAN

4.1. PELAYANAN KESEHATAN

4.1.1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K 4

Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah kunjungan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar minimal empat kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.

Jumlah kunjungan ibu hamil K4 sepanjang tahun 2016 di Kabupaten Lumajang sebanyak 14.241 dari 16.103 ibu hamil atau sebesar 88,44%, capian tersebut masih belum mencapai target renstra Kabupaten Lumajang sebesar 95%. Beberapa syarat untuk menentukan cakupan K4 adalah pelayanan kepada ibu hamil sesuai standar oleh petugas kesehatan dengan distribusi pelayanan minimal 1 (satu) kali pada trimester I, 1 (satu) kali pada trimester I, dan 2 (dua) kali pada trimester III. Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan antara lain dengan :

 Intensifikasi pencarian ibu hamill baru dengan melibatkan kader dan bidan

 Sweeping ibu hamil yang hilang karena tidak datang di pelayanan kesehatan pada tribulan berikutnya

 Sweeping ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan K1 murni

 Pemantapan materi tentang antenatal care paripurna di kelas ibu hamil

 Pelibatan lintas sektor dan lintas program untuk mendukung pencapaian K4

Gambar

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan
Gambar 3.1 Grafik Trend Kematian Bayi di Kabupaten Lumajang   Tahun 2012-2016
Gambar 3.2 Proporsi Penyebab Kematian Neonatal   di Kabupaten Lumajang tahun 2016
Gambar 3.3 Grafik Jumlah Kematian Balita berdasakan Wilayah Kerja Puskesmas  di Kabupaten Lumajang Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mendapatkan hasil uji overrun dan waktu leleh maka langkah selanjutnya adalah uji sensori dari masing-masing formula es krim keju yang dapat dilihat pada

Page 14 Beberapa upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan dan jaringannya dalam menurunkan kematian bayi dengan proporsi jumlah tenaga medis dan paramedis yang

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan didorong oleh surplusnya neraca perdagangan

Elang Timur Express Jakarta Selatan DKI Jakarta 51 PT.Expresindo Logistik Utama Jakarta Utara DKI Jakarta... Ezra Berkat Anugrah Medan Sumatera Utara 53

56 Akibat adanya program penanaman jarak, masyarakat tidak ikut serta dalam aktivitas perusahaan di desa.2. Panduan

Nama Mahasiswa :... Program Studi/ Jurusan :... adalah mahasiswa program pascasarjana aktif yang sudah dinyatakan lulus ujian proposal tesis/ disertasi *) pada

Collaborative filtering (CF) merupakan proses pengevaluasian item dengan menggunakan opini dari orang lain. Ide utamanya adalah untuk mengeksploitasi informasi