• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desak Putu Lani Mahadewi 1 I Putu Gede Diatmika 1, I Made Pradana Adiputra 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Desak Putu Lani Mahadewi 1 I Putu Gede Diatmika 1, I Made Pradana Adiputra 2"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ), DAN EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENTS (ESQ) TERHADAP PERILAKU ETIS PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL

MODERASI

(STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI WILAYAH BALI)

Desak Putu Lani Mahadewi1

I Putu Gede Diatmika1, I Made Pradana Adiputra2 Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: {lanlanimahadewi@gmail.com, gedediatmika@gmail.com, adiputraundiksha@gmail.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Spiritual Quotients (ESQ) terhadap perilaku etis profesi akuntan publik dengan Locus Of Control sebagai variabel moderasi. Penelitian ini dititik beratkan pada profesi akuntan publik yang bekerja di KAP wilayah Provinsi Bali, karena aktivitas profesi akuntan publik tidak terlepas dari aktivitas bisnis yang menuntut mereka untuk bekerja secara profesional. Dalam membangun profesionalisme, maka unsur utama yang berada di dalamnya adalah perilaku etis.

Penelitian ini dilakukan di KAP di wilayah Bali dan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 63 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner. Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode MRA (Moderate Regression Analysis).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Intelligence Quotient (IQ) berpengaruh positif terhadap perilaku etis profesi akuntan publik, 2) Emotional Spiritual Quotients (ESQ) berpengaruh positif terhadap perilaku etis profesi akuntan publik, 3) Locus Of Control dapat memoderasi Intelligence Quotient (IQ), dan Emotional Spiritual Quotients (ESQ) terhadap perilaku etis profesi akuntan publik.

Kata kunci : Intelligence Quotient (IQ), Spiritual Quotients (ESQ), Perilaku Etis, dan Locus Of Control.

Abstract

The purpose of this study was to find out the empirical evidences about the effect of intelligence quotient (IQ), and emotional spiritual quotients (ESQ) on the public accountancy professional etic behaviour with locus of control as a moderator variable. This study focused on the public accountancy profession working at KAP around Bali area because publc accountancy profession actvities is always connected to the bussiness activities acquiring them to work more professionally. In developing the professionalism itself, the main aspect that should be availble in it is about ethic behaviour.

The study was conducted in the KAP around Bali area by involving 63 different respondents, selected based on a purposive sampling. In addition, the study utilized a

(2)

survey method, and questionnaires method to collect its data. The analysis of the data was conducted by using MRA method (Moderate Regression Analysis). The results indicated that: 1) Intelligence Quotient (IQ) had a positive effect on the ethic behaviour of the public accountancy profession, 2) Emotional Spiritual Quotients (ESQ) had a positive effect on the the ethic behaviour of the public accountancy profession, 3) Locus Of Control could moderate the Intelligence Quotient (IQ), and the Emotional Spiritual Quotients (ESQ) on the ethic behaviour of the ethic behaviour of the public accountancy profession.

Key Words: Intelligence Quotient (IQ), Spiritual Quotients (ESQ), ethic behaviour, and Locus of Control.

PENDAHULUAN

Belakangan ini profesi akuntan menjadi perhatian utama bagi masyarakat luas.

Perhatian terhadap profesi akuntan tersebut dikarenakan adanya beberapa kasus yang muncul terkait dengan adanya keterlibatan akuntan publik dalam permasalahan yang terjadi pada beberapa perusahaan. Terbukti banyak perusahaan publik di dunia maupun di Indonesia mengalami kebangkrutan akibat adanya kesalahan dalam praktik sistem pengelolaannya yang tentu saja melibatkan profesi akuntan sebagai bagian dari manajemen yang tidak menjalankan kode etiknya. Sikap yang dimunculkan oleh seorang auditor yang mempertahankan nilai- nilai profesionalismenya dan kode etik profesi akan cenderung menjadi pemicu konflik.

Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan tujuan dari profesi akuntan yakni memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Seorang auditor yang menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor individu yang berasal dari dalam diri seseorang, faktor organisasi dan faktor psikologis.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor yang berasal dari dalam diri mereka dan unsur psikologis manusia adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional serta kecerdasan spiritual.

Menurut Anggraeni (2007) dalam Amellia (2009) kecerdasan intelektual atau

intelegensi merupakan kemampuan mental individu yang dapat dipergunakan untuk menyesuaikan diri di dalam lingkungan yang baru, serta dapat memecahkan problem- problem yang dihadapi dengan cepat dan tepat. Menurut Goleman (2000) kinerja seseorang tidak dapat dinilai dengan kemampuan intelektualnya saja.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengetahui perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, serta menggunakan perasaan tersebut menuntut pikiran dan perilaku seseorang (Salovey & Mayer, 1990 dalam Tikollah dkk, 2006).

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai yang menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks yang lebih luas yang memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesejangan antara diri sendiri dan orang lain (Agustini, 2013).

Berbagai penelitian membuktikan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap perilaku etis.

Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Tikollah dkk (2006), Lisda, Afria (2009), Prasetyo (2002), Sukmawati,dkk (2014), Atmadja dan Adi (2014), Saputra (2012) dan Agustini, dkk (2014). Namun penelitian- penelitian tersebut menunjukkan hasil yang berbeda dan tidak konsisten dari waktu ke waktu.

(3)

Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan spiritual perlu dikendalikan agar mampu berperilaku etis dan sesuai kode etik yang berlaku. Kemampuan tersebut disebut locus of control. Rotter (dalam Prasetyo, 2002) mendefinisikan Locus of Control (LOC) adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan (control) peristiwa yang terjadi padanya.

Locus of Control (LOC) dibagi menjadi dua yakni Locus of Control Internal dan Locus of Control eksternal.

Internal locus of control adalah cara pandang bahwa segala hasil yang didapat, baik atau buruk adalah karena tindakan, kapasitas dan faktor-faktor dari dalam diri mereka sendiri. External locus of control adalah cara pandang dimana segala hasil yang didapat, baik atau buruk berada di luar kontrol diri mereka tetapi karena faktor luar seperti keberuntungan, kesempatan, dan takdir.

Locus of Control yang mempengaruhi ketiga kecerdasan tersebut dapat meningkatkan keyakinan bahwa seorang auditor dapat mengatur dan mengarahkan hidupnya dan tanggungjawab terhadap pekerjaannya yang akan menempatkannya pada suatu masalah, maka auditor akan berusaha untuk mengenali, mencari tahu langkah-langkah penyelesaian, mencari alternatif terbaik dan berusaha mengatasi masalah yang dihadapinya tanpa mengabaikan kode etik yang berlaku.

Setiap profesi akuntan harus memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan spiritual, karena dengan memiliki ketiga kecerdasan tersebut setiap profesi akuntan publik diharapkan dapat berperilaku etis dalam bekerja. Dengan adanya konsep locus of control diharapkan dapat meningkatkan perilaku etis profesi akuntan publik.

Penelitian ini dititik beratkan pada profesi akuntan publik yang bekerja di KAP

wilayah Provinsi Bali, karena aktivitas profesi akuntan publik tidak terlepas dari aktivitas bisnis yang menuntut mereka untuk bekerja secara profesional. Dalam membangun profesionalisme, maka unsur utama yang berada di dalamnya adalah perilaku etis.

Perilaku etis para akuntan masih kurang terlihat dari banyak oknum-oknum profesi akuntan yang terjerat dalam kasus yang melenceng dari kode etik profesi akuntan. Maka dari itu, dituntut perilaku professional seorang akuntan dalam menjalankan tugasnya agar tidak menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan.

Berdasarkan paparan diatas, peneliti akan membahas tentang “Pengaruh Intelligence Quotient (IQ), dan Emotional Spiritual Quotients (ESQ) Terhadap Perilaku Etis Profesi Akuntan Publik dengan Locus Of Control Sebagai Variabel Moderasi (Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Bali)”.

Berdasarkan latarbelakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) pengaruh Intelligence Quotient (IQ) terhadap perilaku etis profesi akuntan publik (2) pengaruh Emotional Spiritual Quotients (ESQ) terhadap perilaku etis profesi akuntan public, (3) ppengaruh Locus Of Control (LOC) dapat memoderasi Intelligence Quotient (IQ), dan Emotional Spiritual Quotients (ESQ) terhadap perilaku etis profesi akuntan publik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intelligence quotient (IQ), dan emotional spiritual quotients (ESQ) terhadap perilaku etis profesi akuntan publik denganl locus of control sebagai variabel moderasi.

Untuk menjawab rumusan masalah diatas maka peneliti mempunyai hipotesis (1) Intelligence Quotient (IQ) berpengaruh terhadap perilaku etis profesi akuntan publik (2) Emotional Spiritual Quotients (ESQ) berpengaruh terhadap perilaku etis profesi akuntan public (3) Locus Of Control dapat

(4)

memoderasi Intelligence Quotient (IQ), dan Emotional Spiritual Quotients (ESQ) terhadap perilaku etis profesi akuntan publik.

METODE

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh sendiri dari responden yaitu seluruh auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP) Kabupaten Badung dan Kota Denpasar yang merupakan anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2014 dengan menggunakan kuesioner. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportional sampling.

Proportional sampling merupakan teknik yang menghendaki cara pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut. Cara ini dapat memberi landasan generalisasi yang lebih dapat dipertanggungjawabkan daripada tanpa memperhitungkan besar kecilnya sub populasi dan tiap-tiap sub populasi.

Kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti adalah akuntan publik yang sudah bekerja secara profesional di bidang akuntansi minimal selama 1 tahun, tingkat pendidikan, jabatan, dan pengalaman. Pada penelitian ini yang diambil sebagai sampel didapat dengan menggunakan perhitungan penentuan sampel dengan rumus Slovin.

Maka jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 63 responden.

Desain penelitian ini menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan adanya variabel moderasi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Intelligence Quotient (IQ), dan Emotional Spiritual Quotients (ESQ). Variabel dependen dan variable moderasi penelitian ini adalah perilaku etis dan LOC. Data yang telah terkumpul kemudian diuji terlebih dahulu dengan uji

validitas dan reliabilitas untuk menguji valid dan keterandalan sebuah instrumen dalam penelitian ini.

Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik yakni uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Untuk menguji pengaruh moderasi terhadap hubungan variabel indepenten terhadap dependen dilakukan pengujian menggunakan metode Moderated Regression Analysis (MRA).

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson’s Correlation Product Moment. Pengujian validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pernyataan atau pernyataan dengan total skor sehingga didapat nilai pearson correlation.

Suatu instrumen dikatakan valid jika nilai r pearson correlation terhadap skor total di atas 0,30 (Sugiyono, 2009:178). Hasil uji validitas berdasarkan hasil outputnya menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) korelasi untuk semua item lebih kecil dari 0,05 sehingga seluruh item pernyataan dinyatakan valid. Hal ini berarti bahwa semua pernyataan dalam kuesioner mampu mengungkapkan variabel yang akan diuji.

Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas atau keandalan instrumen menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran dapat memberikan yang konsisten bila dilakukan pengukuran kembali dengan gejala yang sama (Sugiyono, 2009:183). Uji reliabilitas dilakukan terhadap instrumen dengan koefisien cronbach’c alpha lebih besar dari 0,70 maka instrumen yang digunakan reliabel (Ghozali, 2007:42).

Hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa semua variabel memiliki Alpha Cronbach lebih besar dari 0,70. Jadi, dapat disimpulkan

(5)

bahwa instrumen intelligence quotient, emotional spiritual quotient, locus of control,

dan perilaku etis dinyatakan reliable.

Tabel 1 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

No. Variabel KoefisienAlpha Cronbach Keterangan

1. Intelligence Quotient 0,764 Reliabel

2. Emotional SpiritualQuotient 0,749 Reliabel

3. Locus of Control 0,706 Reliabel

4. Perilaku Etis 0,757 Reliabel

Sumber: data primer, diolah 2015.

UjiAsumsi Klasik Uji Normalitas

Menurut Utama (2012:99) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam residual dari model regresi yang dibuat berdistribusi normal ataukah tidak. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil Uji

Normalitas dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk variabel IQ, ESQ, LOC dan PE dalam penelitian memiliki nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yakni 0,78, 0,568, 0,574,dan 0,589 >0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berditribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Statistik Intelligence

Quotient

Emotional Spiritual Quotient

Locus of Control

Perilaku Etis

Mean 29,57 64,40 10,57 54,44

Minimum 24,00 59,00 4,00 49,00

Maksimum 35,00 70,00 16,00 60,00

Median 30,00 64,00 11,00 54,00

Deviasi Standar 2,52 2,66 2,73 2,58

Sumber: data primer, diolah 2015

Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas atau bebas dari gejala multikolinier. Hasil dari Uji Multikolinearitas penelitian ini dapat diketahui bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel

bebas lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1.

Nilai korelasi di antara variabel bebas dapat dikatakan mempunyai korelasi yang lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diantara variabel bebas tidak

adakorelasi atau tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi linier.

Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas

No. Variabel Tolerance VIF

1. Intelligence Quotient 0,721 1,387

2. Emotional SpiritualQuotient 0,246 4,069

3. Locus of Control 0,221 4,515

Sumber: data primer, diolah 2015.

(6)

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak megandung gejala heteroskedastisitas. Hasil dari Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini

menggunakan model Glejser, yaitu regresi nilai absolut residual dari model terhadap variabel independen. Model regresi tidak ada heterokedastisitas apabila probabilitasnya lebih besar dari taraf signifikansi 5%.

Dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara variabel bebas dengan absolut residual IQ, ESQ, dan LOC lebih besar dari 0,05 yakni sebesar 0,549 , 0776 dan 0,404.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukannya masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

Tabel 4 Hasil Uji Heterokedastisitas

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 0,882 1,576 0,560 0,578

IQ -0,010 0,017 -0,092 -0,603 0,549

ESQ -0,008 0,027 -0,074 -0,286 0,776

LOC 0,023 0,028 0,230 0,840 0,404

Sumber: data primer, diolah 2015.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Untuk data time series autokorelasi sering terjadi.

Tapi untuk data yang sampelnya crossection jarang terjadi karena variabel pengganggu satu berbeda dengan yang lain.

Menguji autokorelasi dapat digunakan Durbin Waston (DW) dengan kriteria jika Nachrowi dan Usman (2002), yaitu: (a) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif, (b) angka D-W di antara -2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi, (c) angka D-W di atas +2 berari ada autokorelasi negatif.

Hasil Uji Autokorelasi penelitian ini dengan menggunakan Durbin Waston (DW) sebesar 1,559. Nilai Durbin Watson berada di antara -2 dan +2. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam regresi linier tidak terdapat autokorelasi atau tidak terjadi korelasi diantara kesalahan pengganggu.

Tabel 5 Ringkasan Hasil Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Std, Error of the

Estimate Durbin Watson

1 0,986 0,972 0,970 0,44488 1,559

Sumber: data primer, diolah 2015

Uji Moderate Regression Analysis (MRA) Variabel moderator dapat dianggap sebagai bagian dari satu kelas variabel dan

dalam ilmu sosial disebut dengan variabel spesifikasi.variabel spesifikasi adalah variabel yang menspesifikasikan bentuk dan

(7)

atau besarnya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Terdapat dua metode untuk mengidentifikasikan ada tidaknya variabel moderasi yaitu analisis sub- kelompok dan Moderated Regression Analysis (MRA).

Pada penelitian ini untuk mengukur besarnya pengaruh variabel IQ dan ESQ terhadap perilaku etis profesi akuntan dengan locus of control sebagai variabel pemoderasi digunakan uji interaksi yang sering disebut Moderated Regression Analysis (MRA). Model regresi Moderated Regression Analysis dengan metode interaksi apabila mengindikasikan terjadinya multikolinieritas maka dikembangkan metode lain yaitu analisis residual. Analisis residual ingin menguji pengaruh deviasi

(penyimpangan) dari suatu model. Fokusnya adalah ketidakcocokan (lack of fit) yang dihasilkan dari deviasi hubungan linear antar variabel independen dan moderat. Lack of fit ditunjukkan oleh nilai residual didalam regresi (Ghozali, 2009: 214-215)

Rumus persamaan MRA:

PEA = α + β1 X1 + β2 X3 + β3 X1* X3 + e (1) PEA = α + β1 X2 + β2 X3 + β3 X2* X3 + e (2) Keterangan :

PEA : Perilaku Etis Akuntan IQ : Kecerdasan Intelektual

ESQ : Kecerdasan Emosional dan Spiritual LOC : Locus Of Control

α : Konstanta β : Koefisien regresi e : kesalahan residual

Tabel 6 Uji Moderasi (H3a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 50,891 2,574 19,774 0,000

IQ 0,223 0,092 0,218 2,427 0,018

LOC -0,367 0,226 -0,389 -1,622 0,110

IQ*LOC 0,020 0,008 0,736 2,506 0,015

Sumber: data primer, diolah 2015.

Tabel 7 Uji Moderasi (H3b)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -57,069 5,638 -10,121 0,000

ESQ 0,185 0,091 0,191 2,031 0,047

LOC -0,735 0,462 -0,778 -1,593 0,117

ESQ*LOC 0,025 0,007 1,935 3,440 0,001

Sumber: data primer, diolah 2015.

Pembahasan

Pengaruh Intelligence Quotient (IQ) terhadap Perilaku Etis Profesi Akuntan Publik

Berdasarkan persamaan regresi, bahwa koefisien regresi intelligence quotient sebesar 0,223. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengaruh yang positif dan signifikan antara intelligence quotient terhadap perilaku etis.

Persamaan regresi punya arah koefisien positif. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan intelligence quotient dan perilaku etisa adalah searah. Jika intelligence quotient

(8)

semakin tinggi, maka perilaku etis juga semakin tinggi.

Terdapat pengaruh yang signifikan intelligence quotient terhadap perilaku etis, yang ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikan untuk intelligence quotient adalah 0,018, di mana angka signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa H1 diterima. Menurut Mulyadi (2002:25) suatu profesi adalah suatu lingkungan pekerjaan dalam masyarakat yang memerlukan syarat- syarat kecakapan dan kewenangan. Menurut Rubiyanto (2010) kecakapan profesional auditor dapat diukur dengan kecerdasan intelektual. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Agustini, dkk (2013), Lisda (2009), Tikollah, dkk (2006) yang menyatakan kecerdasan intelektual berpengaruh dominan terhadap sikap etis.

Memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi akan dapat mengarahkan seorang profesi akuntan berperilaku etis dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam bekerja.

Memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi akan dapat mengarahkan seorang profesi akuntan berperilaku etis dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam bekerja.

Pengaruh Emotional Spiritual Quotient (ESQ) terhadap Perilaku Etis Profesi Akuntan Publik

Berdasarkan persamaan regresi, bahwa koefisien regresi emotional spiritual quotient sebesar 0,185. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang positif dan signifikan antara emotional spiritual quotient terhadap perilaku etis. Persamaan regresi punya arah koefisien positif. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan emotional spiritual quotient dan perilaku etis adalah searah.

Terdapat pengaruh yang signifikan emotional spiritual quotient terhadap perilaku etis, yang ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikan untuk emotional spiritual quotient adalah 0,047, di mana

angka signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa H2 diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Atmadja dan Adi (2014) yang menyatakan ESQ secara signifikan mempengaruhi perilaku etis profesi akuntansi.

Pengaruh Locus of Control Memoderasi Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Spiritual Quotients (ESQ) terhadap Perilaku Etis Profesi Akuntan Publik

Berdasarkan jawaban responden terhadap kuesioner locus of control, sebanyak 45 responden memiliki nilai locus of controlkurang dari atau sama dengan 12.

Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 71,43% responden memiliki kecenderungan locus of controlinternal. Sebanyak 18 responden memiliki nilai locus of controllebih besar atau sama dengan 13. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 28,57%

responden memiliki kecenderungan locus of control eksternal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa locus of control yang berpengaruh dominan pada penelitian ini adalah locus of control internal.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif, diperoleh sebanyak 71,43% responden memiliki kecenderungan locus of control internal dan 28,57% responden memiliki kecenderungan locus of control eksternal.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa locus of control yang berpengaruh dominan pada penelitian ini adalah locus of control internal.

Berdasarkan persamaan regresi, bahwa koefisien regresi interaksi antara intelligence quotient dan locus of control (IQ*LOC) sebesar 0,020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang positif dan signifikan antara interaksi antara intelligence quotient dan locus of control (IQ*LOC) terhadap perilaku etis. Persamaan regresi punya arah koefisien positif. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan interaksi antara intelligence quotient danlocus of

(9)

control (IQ*LOC) dan perilaku etis adalah searah. Jika interaksi antara intelligence quotient dan locus of control (IQ*LOC) semakin tinggi, maka perilaku etis juga semakin tinggi.

Terdapat pengaruh yang signifikan interaksi antara intelligence quotient dan locus of control (IQ*LOC) terhadap perilaku etis, yang ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikan untuk intelligence quotient dan locus of control (IQ*LOC) adalah 0,015, di mana angka signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa H3a diterima

Berdasarkan persamaan regresi, bahwa koefisien regresi interaksi antara emotional spiritual quotient dan locus of control (ESQ*LOC) sebesar 0,025. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang positif dan signifikan antara interaksi antara emotional spiritual quotient dan locus of control (ESQ*LOC) terhadap perilaku etis.

Persamaan regresi punya arah koefisien positif.

Terdapat pengaruh yang signifikan interaksi antara emotional spiritual quotient dan locus of control (ESQ*LOC) terhadap perilaku etis, yang ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikan untuk emotional spiritual quotient danlocus of control (ESQ*LOC) adalah 0,001, di mana angka signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa H3b diterima.

Penelitian yang dilakukan oleh Patten, 2005 dalam Saputra, 2012 menjelaskan bahwa pengaruh pengendalian terhadap manusia bukan hanya sekedar proses sederhana namun tergantung pada pengendalian itu sendiri dan pada apakah individu menerima hubungan sebab akibat antara perilaku yang memerlukan pengendalian. Individu dengan internal locus of control akan lebih mungkin berperilaku etis dalam situasi konflik audit dibanding dengan individu dengan eksternal locus of control

(Muawanah dan Indriantoro, 2001 dalam Utami, 2007).

KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Hasil penelitian mengenai pengaruh Intelligence Quotient (IQ) terhadap perilaku etis profesi akuntan publik menunjukkan bahwa Intelligence Quotient (IQ) berpengaruh positif terhadap perilaku etis profesi akuntan publik. Hasil penelitian ini sesuai dengan H1.

Hasil penelitian mengenai pengaruh Emotional Spiritual Quotients (ESQ) terhadap perilaku etis profesi akuntan publik menunjukkan bahwa Emotional Spiritual Quotients (ESQ) berpengaruh positif terhadap perilaku etis profesi akuntan publik.

Hasil penelitian ini sesuai denga H2.

Hasil penelitian mengenai pengaruh Locus Of Control dapat memoderasi Intelligence Quotient (IQ), dan Emotional Spiritual Quotients (ESQ) terhadap perilaku etis profesi akuntan publik menunjukkan bahwa Locus Of Control dapat memoderasi Intelligence Quotient (IQ), dan Emotional Spiritual Quotients (ESQ) terhadap perilaku etis profesi akuntan publik. Hasil penelitian ini sesuai denga H3a dan H3b.

SARAN

Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian serta keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bagi auditor, perlu diperhatikan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ), dan locus of control untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) serta juga sikap mental (attitude) yang baik dalam rangka meningkatkan kompetensi sebagai seorang akuntan.

Penelitian ini terbatas pada dua variabel bebas yakni Intelligence Quotient (IQ), dan Emotional Spiritual Quotients (ESQ). Bagi peneliti selanjutnya, dapat mengembangkan

(10)

penelitian ini dengan menambah variabel lain atau dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku etis profesi akuntan publik seperti pengalaman auditor,dan komitmen professional. Serta dapat menggunakan variabel Tri Hita Karana sebagai variabel moderasinya.

Penelitian ini melakukan penyebaran kuesioner secara langsung, peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan juga metode pengumpulan data wawancara sehingga informasi yang didapat lebih akurat dan lengkap. Subjek penelitian ini terbatas pada auditor di KAP wilayah Bali, untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian pada subjek yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini,dkk, Syukriah, Nyoman Trisna Herawati Pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi S1, Vol 1, No 1 (2013).

Amalia, Melli.2012. Pengaruh Kecerdasan Emosional Auditor Eksternal Dan Kecerdasan Intelektual Auditor Eksekutif Terhadap Auditor Eksternal Dengan Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Moderating. Skripsi Sarjana pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Atmaja, Anantawikrama Tungga, Komang Adi Kurniawan Saputra. The Effect Of Emotional Spiritual Quotient (ESQ) To Ethical Behavior In Accounting Profession With Tri Hita Karana Culture’s As A Moderating Variable.Research Journal of Finance and Accounting, Vol 5, No 7, April 2014, 187-197.

Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Lisda, Afria. 2009. Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Etis Auditor Serta Dampaknya Pada Kinerja. Skripsi Sarjana pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Saputra, Komang Adi Kurniawan. 2012.

Analisis Pengaruh Locus Of Control Terhadap Kinerja Dan Kepuasan Kerja Internal Auditor Dengan Kultur Lokal Tri Hita Karana Sebagai Variabel Moderasi (Penelitian Terhadap Internal Auditor Hotel Berbintang Di Bali). Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, 86-100.

Sukmawati,Ni Luh Gede, Nyoman Trisna Herawati, Ni Kadek Sinarwati.2014.

Pengaruh Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Opini Auditor.

Sugiyono. (2008). Metode penelitian Bisnis, ed. Revisi, Cetakan Delapan Belas, CV. Alafabetha, Bandung.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian.

Alfabeta: Bandung

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis.

Alfabeta, Bandung.

Sukmawati,Ni Luh Gede, Nyoman Trisna Herawati, Ni Kadek Sinarwati.2014.

Pengaruh Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Opini Auditor.

(11)

Tikollah, Ridwan, Iwan Triyuwono dan Unti Ludigdo, 2006. “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan)”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX,Padang.

Utama, Made Suyana. 2012. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Edisi Keenam. Denpasar:

Buku Ajar Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

_______. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:

Bandung.

_______. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:

Bandung.

Gambar

Tabel 6 Uji Moderasi (H 3a )

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan panas (heat treatment) didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari  pengendalian pemanasan dan pendinginan pada temperatur dan waktu tertentu untuk menghasilkan

Jumlah kursus yang diikuti/memberikan kursus Sertifikat yang dikumpulkan KSM ke SDM N/D X 100 % 10 jam / semes ter 1 = ≥10 jam 100 % sesuai harapan 2.= 5 – 9 jam 50 %

Sebaiknya para investor dalam melakukan percobaan atau perhitungan menggunakan jumlah data time series lebih banyak, agar bisa diketahui hasil pengujian yang lebih

Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan vitamin D memberikan perubahan nilai FEV 1 yang lebih positif dibandingkan kelompok pasien yang tidak diberikan vitamin

Pada awalnya perjanjian perkawinan dapat dibuat pada masa sebelum dilangsungkan perkawinan atau pada saat perkawinan. Akan tetapi, karena kurangnya pemahaman pada

Siswa secara berdiskusi kelompok memahami materi yang telah diajarkan oleh guru.. Guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan secara

Dalam penelitian lain [Yong 2009] membahas tentang penentuan prioritas kebijakan strategi green ICT di Korea dengan menggunakan metode Analitic Hierarchy Process

Karena praktek sewa tersebut hanya dilakukan pada musim kemarau, maka ketika penulis melakukan penelitian tidak pada seketika terjadi transaksi tersebut, maka