• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI PERSEPSI ANAK DALAM BERAPRESIASI SENI GEBYOK DI DESA BLIMBING REJO JEPARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI PERSEPSI ANAK DALAM BERAPRESIASI SENI GEBYOK DI DESA BLIMBING REJO JEPARA"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROPOSAL SKRIPSI

PERSEPSI ANAK DALAM BERAPRESIASI SENI GEBYOK DI DESA BLIMBING REJO JEPARA

Oleh :

Risa Nisrina Nahdah NIM 201833169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2022

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL SKRIPSI

Proposal skripsi dengan judul “Persepsi Anak Dalam Berapresiasi Seni Gebyok di Desa Blimbing Rejo Jepara” oleh Risa Nisrina Nahdah NIM 201833169 program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar disetujui untuk diseminarkan.

Kudus, Februari 2022 Pembimbing I

Nur Fajrie, S.Pd., M.Pd.

NIDN. 0619097803

Pembimbing II

Lintang Kironoratri, S.S.Pd., M.Pd.

NIDN. 0614129101

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Siti Masfuah, S.Pd., M.Pd.

NIDN. 0615129001

(3)

iii ABSTRAK

Nahdah, Risa Nisrina. 2022. Persepsi Anak Dalam Berapresiasi Seni Gebyok di Desa Blimbing Rejo Jepara. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus. Dosen Pembimbing(1) Dr. Nur Fajrie, S.Pd M.Pd (2) Lintang Kironoratri M.Pd.

Kata Kunci : Persepsi ; berapresiasi ; seni ukir Jepara atau Gebyok.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi anak pengrajin gebyok ukir dalam berapresiasi seni ukir gebyok di masyarakat pengrajin gebyok di Jepara; mengalisis anak pengrajin gebyok ukir tentang seberapa paham anak memberikan persepsi dan berapresiasi terhadap seni ukir gebyok di Jepara, menemukan tindak lanjut yang diberikan untuk menjaga kelestarian gebyok di Jepara. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu orang tua lebih bisa mengenalkan pekerjaan mereka yaitu pengrajin gebyok ukir Jepara dengan mengajak anak ikut terjun langsung membantu membuat gebyok agar anak sekarang tidak lupa akan ke senian ukir di Jepara yang seharusnya dilestarikan oleh generasi penerus.

Penelitian ini menggunakan pendekatan naratif kualitatif, dengan cara pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data di lapangan, reduksi data, penyajian data, serta kesimpulan dan verivikasi, peneltian ini dilakukan di desa Blimbing Rejo Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara. Sumber data primer pada penelitian ini adalah anak pengrajin gebyok ukir dan pengrajin gebyok ukir (orang tua) sedangkan sumber data sekunder didapatkan dengan dokumentasi dan catatan penelitian, serta jurnal yang relevan yang terkait penelitian ini.

Teknik dan instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan mengacu kepada konsep model interaktif Miles &

Hubermen dengan alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

(4)

6 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengrajin gebyok di desa Blimbing Rejo sangatlah banyak dan bentuk gebyokpun tidak hanya satu jenis ada bermacam macam jenis dan corak, alat yang digunakan untuk membuat gebyok juga sangatlah unik sehingga hal tersebut dapat menjadi sumber belajar anak khususnya agar dapat lebih mengenal gebyok dan seni ukir menurut Ruswadi (2008:

129) menyatakan bahwa memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran akan menjadikan proses belajar mengajar lebih bermakna, karena para siswa dihadapkan pada peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sesuatu yang dipelajari oleh siswa menjadi lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam penelitian ini gebyok menjadi sumber belajar dan diharapkan dapat menjadi potensi dan pengetahuan anak untuk mempelajari hasil kebudayaan di lingkungan mereka, dengan adanya potensi sumber belajar anak terhadap gebyok diharapkan anak dapat lebih peka dengan lingkungan masyarakat sekitarnya, gebyok sebagai sumber belajar juga diharpakan dapat memberikan proses aktualisasi budaya di masyarakat dan perlunya anak mempelajari dengan mempersepsikannya. Persepsi menurut (Slameto, 2010: 102) proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Sedangkan menurut (Sugihartono, 2007: 8) persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan/menginterepretasi stimulus yang masuk ke dalam alat indera.

Setelah anak terjun langsung dalam mempelajari gebyok sebagai sumber belajar di desa Blimbing Rejo akan timbul rasa apresiasi seni khususnya terhadap gebyok , menurut Nooryan Bahari (2014:148) apresiasi seni adalah proses sadar yang dilakukan seseorang dalam menghadapi dan memahami karya seni, sedangkan menurut Rollo May (dalam Alisyahbana 1983: 18) berapresiasi terhadap kreasi seni atau hasil seni merupakan suatu kegiatan penghayatan melalui proses dan dapat memberikan penghargaan.

Gebyok sediri berasal dari kota Jepara, kota Jepara memiliki julukan sebagai kota ukir, seni ukir atau gebyok Jepara telah ada sejak jaman dahulu kala bahkan sudah dikenal sejak jaman prasejarah, yaitu dengan ditemukannya bangunan dan benda-benda

(5)

7

berukir seperti kayu berukir, perahu berukir, ukiran pada bangunan rumah dan benda- benda lainnya yang menunjukkan lambang atau simbol penolakan bala, mendatangkan kebaikan dan kemakmuran, dan ukiran di Jepara sudah mengalami perubahan dan perkembangan sesuai masa kemasa dan juga sesuai tuntuan pasar global. Keterampilan mengukir merupakan pekerjaan sekaligus keahlian yang dipelajari masyarakat Jepara sejak usia muda, warisan tradisi ukir yang dimiliki masyarakat Jepara di dapatkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan terbentuknya ukir Jepara melalui proses dan sejarah yang panjang menurut (Gustami, 2000). Bicara mengenai seni ukir banyak sekali masyarakat sekarang khusunya anak-anak jaman sekarang yang kurang mengenal proses pembuatan seni ukir atau gebyok itu sendiri padahal menurut Rohidi (1993) Mekanisme budaya yang digunakan para pengrajin untuk tetap dapat mempertahankan dan memberlanjutkan usaha tersebut antar generasi, dimungkinkan karena adanya pranata sosial dalam keluarga melalui proses enkulturasi, yaitu suatu mekanisme budaya untuk mengasuh anak dan mengenalkan, serta mewariskan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan keterampilan- keterampilan kepada generasi penerusnya. Seni ukir sendiri merupakan jenis karya seni rupa yang dibuat dengan teknik goresan, cukilan, atau pahatan pada media kayu, tempurung, dan bahan-bahan lainnya (Depdiknas, 2008:1773).

Hasil observasi dan wawancara dengan anak pengrajin gebyok dan orang tua pengrajin gebyok di desa Blimbing Rejo Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara pada tanggal 27 September 2021 dapat disimpulkan bahwa persepsi anak SD terhadap gebyok di desa Blimbing Rejo jepara adalah ada beberapa anak yang mengenal ukir atau gebyok dan ada juga anak yang kurang mengenal ukir atau gebyok, dari hasil wawancara tersebut anak yang mengetahui proses-proses pembuatan gebyok kebanyakan mereka memang pernah ikut serta terjun langsung membantu orang tua mereka saat membuat ukir atau gebyok, sedangkan anak yang kurang mengenal ukir atau gebyok mereka hanya melihat dari kejauhan proses pembuatannya saja tanpa mengetahui bahan baku, alat, dan proses pembuatannya.

Peneliti menjelaskan persepsi anak SD dan apresiasi anak SD terhadap suatu karya seni ukir/gebyok Jepara, seni ukir atau gebyok di Jepara pada jaman sekarang ini harsulah di lestarikan oleh generasi-generasi muda sekarang ini, persepsi sendiri memiliki arti menurut Sarlito W. Sarwono (2009:24) berpendapat bahwa persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi.

(6)

8

Persepsi berlangsung pada saat menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk kedalam otak. Persepsi merupakan proses pencarian informasi untuk dipahami yang menggunakan alat pengindraan. Dengan adanya pengertian tersebut disini peran orang tua sangatlah penting dalam mengenalkan kesenian ukir atau gebyok kepada anak sehingga mereka paham apa itu kesenian ukir atau gebyok itu sendiri sehingga anak lebih dapat melestarikan karya seni peninggalan jaman dahulu dan melalui pemahaman tersebut juga diharapkan dapat menumbuhkan rasa apresasi terhadap suatu karya seni terutaman seni ukir atau gebyok peninggalan jaman dahulu tersebut. Apresiasi seni dapat diartikan sebagai penghayatan dan penghargaan terhadap nilai yang terkandung didalam karya seni, jadi unsur-unsur seni harus lebih dahulu dipahami oleh seseorang agar dia bisa memberikan apresiasinya terhadap karya seni, dan hal tersebut dapat membedakan antara indivdu satu dan individu yang lainnya meskipun nilai yang terkandung dalam sebuah karya seni itu sama. Berdasarkan data yang sudah diperoleh oleh peneliti meneliti lebih dalam dengan judul “persepsi anak dalam berapresiasi seni gebyok di desa Blimbing Rejo Jepara”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah ditetapkan tersebut, masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimana proses persepsi anak dalam mengapresiasi seni gebyok di desa Blimbing Rejo Jepara?

2) Bagaimana hasil persepsi anak dalam mengapresiasi seni gebyok di desa Blimbing Rejo Jepara?

3) Nilai-nilai apresiasi apa saja yang dipersepsikan dalam mengapresiasi seni gebyok di desa Blimbing Rejo Jepara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1) Untuk menganalisis proses persepsi anak dalam mengapresiasi seni gebyok di desa Blimbing Rejo Jepara.

2) Untuk menganalisis hasil persepsi anak dalam mengapresiasi seni gebyok di desa Blimbing Rejo Jepara.

3) Untuk menganalisis nilai-nilai apa saja yang dipersepsikan dalam mengapresiasi seni gebyok di desa Blimbing Rejo Jepara.

(7)

9 1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat peneliti mencakup manfaat teoritis mencakup manfaat teoritis dan praktis, penjabarannya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kejelasan teoretis mengenai fenomena yang dialami terhadap persepsi anak dalam berapresiasi seni di masyarakat pengrajin gebyok ukir Jepara.

b. Dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam penelitian pendidikan selanjutnya.

2. Manfaat Praktisi

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi guru, sekolah, dan peneliti lanjutan:

a. Bagi Siswa

1) Mempermudah siswa dalam memahami seni ukir gebyok di Jepara.

2) Meningkatakan pengetahuan siswa terhadap seni ukir gebyok di Jepara.

b. Bagi Orang Tua Siswa

Digunakan sebagai acuan kepada orang tua siswa agar lebih mengenalkan anak terhadap karya seni ukir gebyok Jepara.

c. Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah dengan adanya peneltian ini dapat menambah pengetahuan mengenai seni ukir gebyok Jepara.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan cara pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan untuk mendeskripsikan persepsi anak pengrajin gebyok ukir dalam berapresiasi seni ukir gebyok. Peneliti akan melakukan penelitian pada 5 orang anak di desa Blimbing Rejo yaitu anak-anak usia sekolah dasar kelas rendah dan tinggi anak pengrajin gebyok ukir.

Pada penelitian ini peneliti akan mengkaji persepsi anak dalam berapresiasi seni di masyarakat pengrajin gebyok ukir Jepara. Penelitian ini dilaksanakan di desa Blimbing Rejo, kecamatan Nalumsari, kabupaten Jepara.

(8)

10 1.6 Definisi Operasional

Sesuai dengan judul penelitian “persepsi anak dalam berapresiasi seni di masyarakat pengrajin gebyok ukir Jepara” maka definisi operasionalnya dapat dikemukakan sebagai berikut:

1.6.1 Persepsi anak

Persepsi anak merupakan proses yang menyangkutkan masuknya pesan atau informasi kedalam otak individu dengan adanya persepsi anak akan terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan melalui inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman.

1.6.2 Apresiasi seni

Apresiasi seni merupakan pengahayatan pada seni sebagai aktifitas kejiwaan dan merupakan rasa penghayatan dan penghargaan terhadap nilai yang terkandung di dalam karya seni, jadi unsur-unsur seni harus lebih dipahami terlebih dahulu oleh seseorang agar dia dapat memberikan apresiasinya terhadap suatu karya seni.

1.6.3 Seni ukir atau Gebyok

Seni ukir atau Gebyok merupakan suatu karya seni rupa yang dibuat dengan teknik goresan, cukilan, atau pahatan pada media kayu, tempurung dan bahan-bahan lainnya, kayu yang biasa digunakan dalam gebyok di Jepara adalah jenis kayu jati. Hasil dari gebyok umumnya berupa benda-benda seperti hiasan pintu, jendela, kursi dan masih banyak jenisnya. Gebyok ukir Jepara juga di kirim ke luar kota seperti Bali.

(9)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Teoretik

Konsep teoretik merupakan identifikasi pustaka-pustaka yang terkait dengan topik atau tema penelitian sebagai acuan berpikir untuk melaksanakan penelitian.

Konsep teori yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

2.1.1 Estetika

Estetika merupakan sebuah nilai, terpaan rasa serta pandangan mengenai sisi baik dan keindahan yang melekat dalam sebuah objek kesenian. Aspek nilai tersebut, pada dasarnya dapat ditelisik pada masing-masing karya seni itu sendiri. Penuangan pandangan atau penilaian estetik terhadap sebuah karya seni, dapat dibedah melalui dasar pemikiran filsafatik yang menelisik secara detail terkait dengan asal keindahan seni yang dapat dirasakan orang, ataupun hakikat dari kenikmatan seni, serta bagaimana proses penikmatan seni itu sendiri. Merujuk pada pemikiran filsafatik tersebut, maka sangat beralasan apabila Dharsono (2007 : 10

)

menyatakan bahwa, nilai estetika pada dasarnya adalah kemampuan dari suatu benda untuk menimbulkan pengalaman estetis yang nantinya dapat diterka dalam berbagai sudut pandang kebenaran.

menurut Djelantik (2004) dalam bukunya menyebutkan bahwa keindahan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan kesenangan, rasa puas, aman, nyaman hingga terpesona dan bahkan mampu menimbulkan keinginan untuk mengalami kembali perasaan tersebut walaupun sudah dinikmati berulangkali dari keseluruhan elemen yang mendukung. Sehubungan dengan estetika atau keindahan dapat memberi suatu pedoman terhadap pola perilaku manusia yang berkesinambungan dengan keindahan itu sendiri. Diantaranya, (1) estetika menjadi pedoman bagi seniman untuk mengekspresikan kreasi artistiknya, (2) estetika memberi pedoman bagi penikmat untuk menyerap karya seni tersebut berdasarkan pengalamannya melakukan pengalaman estetik tertentu (Bahri 2008: 47).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa estetika adalah suatu unsur keindahan yang terdapat di suatu karya seni yang berpengaruh terhadap pola perilaku manusia yang berkaitan dengan suatu keindahan karya seni dan melalui estetika juga manusia dapat menyerap suatu keindahan yang terdapat di sebuah karya seni.

(10)

12 2.1.2 Apresiasi Seni

2.1.2.1 Definisi Apresiasi Seni

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (2008: 82) apresiasi adalah kesadaran terhadap nilai seni budaya, penilai (penghargaan) terhadap sesuatu karya, kenaikan nilai barang karena harga pasarnya naik atau permintaan akan barang itu tambah. Apresiasi sendiri berasal dari bahasa latin “appretiatius” yang artinya penghargaan atau penilaian terhadap sesuatu, menurut (Fildman, 1981) Apresiasi pada prinsipnya bukanlah sebuah proses pasif, ia merupakan proses aktif dan kreatif, agar secara efektif mengerti nilai suatu karya seni, dan mendapatkan pengalaman estetik.

Menurut Susanne Langer (dalam Desmond, 2011: 68) seni adalah kreasi bentuk sebagai simbol perasaan manusia.

Primadi (1975: 1) seseorang dipandang sudah cukup berapresiasi seni bila ia sudah mencapai rasa empati dan rasa puas. Menurut Nooryan Bahari (2014:148) Apresiasi seni yaitu suatu proses sadar yang dilakukan seseorang dalam menghadapi dan memahami karya seni. Mengapresiasi karya seni menurut Jerome Stolnitz (dalam Carlson, 2000) haruslah dilakukan dengan sikap terbuka dan tanpa pamrih. Sedangkan menurut Rollo May (dalam Alisyahbana 1983: 18) menyatakan berapresiasi terhadap kreasi seni atau hasil seni merupakan satu kegiatan penghayatan melalui proses dan dapat memberikan penghargaan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa apresiasi seni adalah suatu proses yang dilakukan dengan cara pengamatan, penghayatan dan penilaian terhadap suatu karya seni dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu penghargaan terhadap karya seni.

2.1.2.2 Tujuan dalam Pembelajaran Apresiasi

Menurut Syarif (1994: 11) ada dua tujuan yang hendak diterapkan dalam pembelajaran apresiasi, yaitu:

a) Tujuan Intruksional

Dalam tujuan intruksional, siswa diharapakan memiliki kemampuan berapresiasi sesuai dengan SKKD. Kemampuan ini merupakan hasil belajar yang menyeluruh, mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

(11)

13 b) Tujuan Pengiring

Dalam tujuan pengiring, siswa diharapkan megalami perubahan tingkah laku sebagai akibat dari belajar apresiasi, tujun pengiring dari belajar apresiasi adalah mengembangkan rasa cinta tanah air, serta sikap mengharagai dan menjunjung tinggi kebudayaan bangsa.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dalam pembelajaran apresiasi seni ada dua tujuan yaitu tujuan intruksional dan tujuan pengiring. Dalam penelitian ini tujuan instruksional adalah siswa diharapkan dapat memahami gebyok sebagai sumber belajar dan diharpkan akan tumbuh rasa cinta kebudayaan sedangkan tujuan pengiring dalam penelitian ini adalah setelah anak mempelajari gebyok sebahgai sumber belajar anak dapat mengembangkan rasa menghargai, melestarikan, dan mencintai peninggalan kebudayaan daerah mereka.

2.1.3 Perkembangan Anak SD

2.1.3.1 Definisi Perkembangan Anak SD

Perkembangan menurut Yusuf & Samsu, (2006) yaitu pada hakikatnya suatu perubahan yang berkesinambungan dan progresif yang berasal dari dalam dalam diri anak dari ia mulai berada di dunia sampai meninggal. Hurlock menyebutkan perkembangan pada dasarnya adalah serangkaian bentuk perubahan yang progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Masganti, 2012). Perkembangan anak akan berlangsung secara optimal jika berkembangnya sesuai dengan fase dan tugas perkembangannya masing-masing.

Anak usia 6 sampai dengan 12 tahun dalam kategori usia Sekolah Dasar. Pada usia ini, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak adalah suatu perubahan yang berkesinambungan dimulai dari anak dilahirkan hingga anak tersebut sudah meninggal.

2.1.3.2 Faktor Perkembangan anak SD

Perkembangan berkaitan dengan kepribadian yang terintegrasi. Anak sekolah dasar yang berusia diantara 6-11 tahun berada pada fase kanak-kanak tengah (Sumantri, 2014: 99). Fase kanakkanak tengah, anak memiliki kemampuan dasar berhitung, menulis, dan membaca. Fase perkembangan anak SD dapat dilihat dari beberapa aspek utama kepribadian individu anak, yaitu sebagai berikut:

(12)

14 1. Fisik Motorik

Pertumbuhan fisik anak pada usia SD ditandai dengan anak menjadi lebih tinggi, berat, dan kuat dibandingkan pada saat anak berada di PAUD/TK, hal ini tampak pada perubahan sistem tulang, otot dan keterampilan gerak. Anak lebih aktif dan kuat untuk melakukan kegiatan fisik seperti berlari, memanjat,melompat, berenan dan kegiatan luar rumah lainnya. Kegiatan fisik ini dilakukan oleh anak dalam upaya melatih koordinasi, motorik, kestabilan tubuh maupun penyaluran energi yang tertumpuk. (Izzaty, 2008). Perkembangan fisik anak SD laki-laki dan perempuan berbeda. Anak perempuan biasanya lebih ringan dan lebih pendek daripada anak laki-laki. (Slavin, 2011). Aspek perkembangan fisik- motorik ini berpengaruh terhadap aspek perkembangan lainnya, sebagai contoh, keadaan fisik anak yang kurang normal misalnya anak terlalu tinggi atau terlalu pendek, anak terlalu kurus atau gemuk akan mempengaruhi rasa kepercayaan diri anak. Rasa kepercayaan ini akan berkaitan dengan emosi, kepribadian, dan sosial anak (Latifa, 2017).

2. Kognisi

Aspek perkembangan kognisi merupakan perkembangan yang berhubungan dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh anak, yakni kemampuan untuk berpikir dan memecahkan masalah. Anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik berpikir yang khas. Cara berpikir mereka berbeda dengan anak pra sekolah dan orang dewasa. Cara mengamati lingkungan sekitar dan mengorganisasi dunia pengetahuan yang mereka dapatpun berbeda dengan anak prasekolah dan orang dewasa. Teori perkembangan Piaget merupakan salah satu teori perkembangan kognitif yang terkenal. Dalam teorinya, Piaget menjelaskan anak usia SD yang pada umumnya berusia 7 sampai 11 tahun, berada pada tahap ketiga dalam tahapan perkembangan kognitif yang dicetuskannya yaitu tahap operasional konkret. Pada tahap ini, anak dinilai telah mampu melakukan penalaran logis terhadap segala sesuatu yang bersifat konkret, tetapi anak belum mampu melakukan penalaran untuk hal-hal yang bersifat abstrak (Trianingsih, 2016).Anak usia SD akan mengalami perkembangan kognitif yang pesat. Anak akan mulai belajar membentuk sebuah konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah terhadap situasi yang bersifat

(13)

15

konkret. (Slavin, 2011). Untuk itu, Guru hendaknya dapat membangun suasana belajar yang konkret bagi anak sebagai guna memudahkan anak dalam berpikir logis serta dapat memecahkan masalah. (Trianingsih, 2016).

3. Perkembangan sosio-emosional

Ciri khas dari fase ini ialah meningkatnya intensitas hubungan anak dengan teman-teman sebayanya serta ketergantungan anak terhadap keluarga menjadi berkurang. Pada fase ini hubungan atau kontak sosial lebih baik dari sebelumnya sehingga anak lebih senang bermain dan berbicara dalam lingkungan sosialnya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa teman sebaya memiliki peranan yang penting dalam perkembangan sosial anak, karena melalui teman sebaya anak bisa belajar dan mendapat informasi mengenai dunia anak di luar keluarga (Murni, 2017). Hal lainnya yang tampak pada fase ini ialah anak sudah mulai membentuk konsep diri sebagai anggota kelompok sosial di luar keluarga.

Hubungan sosial anak dengan orang dewasa di luar keluarga memberikan pengaruh penting dalam pengembangan kepercayaan diri anak.

Ketidakpercayaan diri pada anak akan timbul jika anak tidak mampu mengerjakan tugas seperti temannya. Dalam kegiatan pembelajaran peran guru sangat penting dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak serta semangat berkarya sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.

4. Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dalam suatu interaksi sosial. Perkembangan bahasa anak akan berkembang dari awal masa sekolah dasar dan mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja.

Pada usia late primary (7-8 tahun), bahasa anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Anak telah memahami tata bahasa, sekalipun terkadang menemui kesulitan dan menunjukkan kesalahan tetapi anak dapat memperbaikinya. Anak telah mampu menjadi pendengar yang baik. Anak mampu menyimak cerita yang didengarnya, dan selanjutnya mampu mengungkapkan kempali dengan urutan dan susunan yang logis. Anak telah menunjukkan niatanya terhadap puisi, dan juga mampu mengungkapkan perasaan dan pikirannya dalam bentuk puisi. Anak memiliki kemampuan untuk memahami lebih dari satu arti, dan

(14)

16

memperkaya kata menjadi sebuah humor. (Surna. 2014). Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak SD ialah faktor lingkungan. Anak SD telah banyak belajar dari orang disekitar lingkungannya khususnya lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan terdekat anak. Oleh karena itu, hendaknya orang tua dan masyarakat menggunakan istilahistilah bahasa yang lebih selektif dan lebih baik jika berada disekitar anak, karena pada dasarnya bahasa anak akan dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya.(Adriana, 2008).

5. Perkembangan Moral Keagamaan

Lingkungan keluarga dan lingkungan sosial yang lebih luas di luar keluarga menjadi pusat dari pelajaran perkembangan moral bagi anak.

Konsep perkembangan moral menjelaskan bahwa norma dan nilai yang ada dilingkungan sosial siswa akan mempengaruhi diri siswa untuk memiliki moral yang baik atau buruk (Trianingsih , 2016). Pada masa perkembangan kanak-kanak awal, moral anak belum berkembang pesat karena disebabkan oleh perkembangan kognitif anak yang belum mencapai pemahaman menganai prinsip benar salah menganai suatu hal, pada masa ini anak belum mampu membedakan hal-hal yang benar untuk dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan. (Murni, 2017). Berdasarkan periodesasi perkembangan Piaget, anak sekolah dasar kelas I, II, III, dan IV berada dalam periode transisi, yaitu meninggalkan periode moral realisme memasauki periode moral otonom. Akibat periode transisi itu tingkah laku moral anak kadang-kadang seperti tingkah laku moral anak periode heterenom dan kadangkadang seperti tingkah laku anak yang otonom. Bagi anak kelas II, III, dan IV yang masih berada dalam perkembangan moral heterenom, yaitu anak mulai melihat tingkah laku baik atau buruk yang dipanang dari akibat yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu, dan bukan dari niat atau maksud si pelaku. Misalnya, ketika 12 buah gelas secara tidak sengaja dipecahkan oleh anak, hal ini akan dipandang anak sebagai tingkah laku yang lebih buruk dibandingkan dengan memecahkan sebuah gelas yang maksudnya untuk mencuri kue.

Bagi anak yang dalam periode perkembangan moral otonom justru berpandang sebaliknya, bahwa memecahkan 12 buah gelas secara tidak sengaja lebih baik daripada memecahkan sebuah gelas karena ingin

(15)

17

mencuri kue. Bagi anak itu kesalahan tingkah laku dilihat dari maksud orang bertingkah laku, bukan dari akibat yang ditimbulkan dari oleh tingkah laku itu. Sehubungan dengan aspek perkembangan moral anak, guru hendaknya dapat menanamankan moral pada anak yang dilakukan.

tanpa disadari anak sehingga mendorong kesadaran dalam diri anak untuk berbuat sesuai dengan moral yang baik. (Trianingsih , 2016).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada lima fase dalam perkembangan anak SD yaitu : fisik-motorik, kognisi, sosio- emosional, bahasa, dan moral keagamaan.

2.1.4 Teori Belajar Konstruktivisme

2.1.4.1 Definisi Teori Pembelajaran Konstruktivisme

Teori Konstruktivisme menurut Piaget (1971) adalah sistem penjelasan tentang bagaimana siswa sebagai individu beradaptasi dan memperbaiki pengetahuan. Sedangakan menurut (Rangkuti, 2014) Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain, sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Richey, Klein, dan Tracey (2011, p. 40) menjelaskan konstruktivisme adalah orentasi filosofi yang sangat penting bagi proses pengembangan pengetahuan. Ini melibatkan lebih dari sekedar menekankan individu bahwa pengetahuan, bahkan berpikir itu mencerminkan dunia luar, berbentuk unik (yaitu, dikonstruksi) oleh setiap orang. Proses belajar dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain: pengetahuan awal, pengalaman, kapabilitas belajar, dan lingkungan belajar menurut (Dwiyogo, 2016, p. 17).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa teori belajar konstruktivisme adalah suatu teori yang ada dikarenakan rasa ingin belajar sesorang untuk menemukan hal baru dan dapat dibantu orang lain.

2.1.4.2 Tiga Garis Besar Pandangan Teori Kontruktivisme

Menurut Widodo (2004) tiga garis besar pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran, yaitu:

(16)

18

1. Pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia dan bukan sepenuhnya representasi suatu fenomena atau benda. Fenomena atau obyek memang bersifat obyektif, namun observasi dan interpretasi terhadap suatu fenomena atau obyek terpengaruh oleh subyektivitas pengamat.

2. Pengetahuan merupakan hasil konstruksi sosial. Pengetahuan terbentuk dalam suatu konteks sosial tertentu. Oleh karena itu pengetahuan terpengaruh kekuatan sosial (ideologi, agama, politik, kepentingan suatu kelompok, dsb) dimana pengetahuan itu terbentuk.

3. Pengetahuan bersifat tentatif. Sebagai konstruksi manusia, kebenaran pengetahuan tidaklah mutlak tetapi bersifat tentatif dan senantiasa berubah.

Sejarah telah membuktikan bahwa sesuatu yang diyakini “benar” pada suatu masa ternyata “salah” di masa selanjutnya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga garis besar pandangan dalam teori kontruktivisme yaitu pengetahuan hasil kontruksi dari manusia, pengetahuan dari hasil kontruksi sosial, dan pengetahuan bersifat tentatif.

2.1.5 Seni Ukir Jepara / Gebyok

2.1.5.1 Definisi Seni Ukir Jepara / Gebyok

Seni ukir adalah jenis karya seni rupa yang dibuat dengan teknik goresan, cukilan, atau pahatan pada sebuah media kayu, tempurung dan bahan-bahan lainnya (Depdiknas, 2008:1773). Hasil karya seni ukir ini banyak terdapata di kota Jepara, oleh sebab itulah Jepara dijuluki sebagai kota ukir. Jepara sendiri merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Daerah tersebut adalah daerah penghasil ukir kayu utama dan terkenal dengan banyaknya sentra industri seni ukir yang umumnya berupa benda-benda keperluan rumah tangga (Soepratno, 2004:VIII).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa seni ukir Jepara / Gebyok adalah suatu karya seni yang terbuat dengan cara menggambar pola, menggoreskan, dan pahatan pada media kayu dan bahan lainnya sehingga menghasilkan suatu karya seni yang disebut Gebyok.

(17)

19

2.1.5.2 Teknik dalam pembuatan ukir Jepara / Gebyok

Untuk menghasilakan karya seni ukir Jepara, tentunya tidak terlepas dari keterampilan karya tangan, aktivitas, dan pola berpikir yang dilakukan oleh seorang pengrajin ukiran Jepara dimana pengrajin tersebut perlu memperhatikan beberapa teknik (Rahmawati, et al, 2017:31; Soepratno, 2004:89-91) sebagai berikut :

a) Membuat pola gambar.

b) Nggetaki (Mentransformasikan garis-garis dalam pola di kertas pada kayu).

c) Ndasari (Mencongkel bagian dasar diluar motif).

d) Mbukaki (Membentuk pahatan pada motif batang, daun, atau bunga).

e) Mbenangi (Membentuk benang atau garis lekukan pada motif).

f) Finishing (Menghaluskan hasil ukir).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik dalam pembuatan seni ukir sangatlah diperlukan dengan adanya teknik dalam pembuatan seni ukir akan membuat karya seni tersebut menjadi lebih indah dan memilki ke khasannya tersendiri.

2.1.5.3 Motif, corak dan ornamen seni ukir Jepara / Gebyok

Motif adalah sesuatu yang menjadi pokok atau unsur pokok sebuah ornamen (Depdiknas, 2008:1043; Sunarto, 2009). Sedangkan corak adalah bunga atau gambar-gambar yang berjenis-jenis warna (Depdiknas, 2008:291). Ornamen adalah hiasan atau lukisan yang digambar atau dipahat (Depdiknas, 2008:1094).

Motif dan corak adalah unsur pokok yang terdapat pada ukiran. Tema atau ide dasar sebuah ornamen atau ukiran dapat dikenali melalui motif tersebut yang merupakan perwujudan atas bentuk-bentuk alam maupun bentuk-bentuk abstrak.

Motif ukiran Jepara menggunakan motif tumbuhan yang dirangkai dengan motif hewan (Dalidjo & Mulyadi, 1983:50). Ciri-ciri motif ukiran Jepara adalah daun pokok berbentuk relung, yang apabila dipotong melintang berbentuk prisma segitiga, daun-daunnya berbentuk segitiga, dan ukiran daunnya berbentuk miring (Soepratno, 2004:15). Motif ukiran Jepara didominasi oleh nuansa floratif atau perwujudan dari bentuk tumbuh tumbuhan dengan beberapa unsur yang melekat di dalamnya, yaitu daun, relung, buah, dan trubusan (Purnomo & Kusumandyoko, 2017:570).

(18)

20

Selain itu motif tumbuhan ini dipadukan dengan motif hewan, yaitu burung.

Semua unsur yang membangun ukiran Jepara masing-masing memiliki makna tersendiri yang merupakan filosofi, ciri khas, dan identitas Kota Jepara.

Dalam nuansa floratif, unsur pertama pada motif ukiran Jepara yaitu daun jumbai. Daun pada ukiran Jepara memiliki bentuk segitiga dengan ujungnya lancip dan mempunyai corak merelung dan melingkar, yang memiliki makna berupa representasi hubungan religius antara manusia dengan Tuhan, maupun antar sesama manusia (Purnomo & Kusumandyoko, 2017:570). Unsur kedua yaitu buah. Bentuk buah pada motif ukiran Jepara menyerupai buah anggur atau wuni, yaitu berbentuk bulatan-bulatan. Posisi buah pada motif ini cenderung tersusun sejajar ataupun bergerombol. Buah ini terdapat pada pertemuan relung daun pokok atau ujung relung yang dikelilingi daun-daun pokok. Unsur ketiga adalah relung atau lung. Unsur relung ini dapat ditemukan pada sebagian besar motif ukiran bernuansa floratif atau bertemakan tumbuhan. Unsur relung merupakan alur dari pangkal tumbuhan kepada daun. Relung ini memiliki makna yaitu membuat kesan luwes dan fleksibel pada ukiran (Purnomo & Kusumandyoko, 2017:570). Pada bagian ini terdapat trubusan, yaitu bentuk ukiran daun yang tumbuh di tengah-tengah pangkal atau bagian bawah daun pokok. Pada ketiga unsur motif ukiran Jepara tersebut, terdapat makna nilai dan ajaran agama pada pecahan ukiran daun jumbai, yaitu terdapat tiga pecahan garis mengikuti bentuk daun sehingga tampak seperti sinar. Secara religius atau kepercayaan, sinar ini melambangkan cahaya sebagai simbol kehadiran Tuhan.

Di samping nilai agama, terdapat pula nilai moral seni ukir Jepara. Selain unsur bernuansa floratif, motif ukiran Jepara juga dipadukan dengan motif hewan, yaitu burung merak dengan sulur ubi jalar. Motif ini menggambarkan burung merak yang hinggap atau sedang terbang mengembangkan sayapnya mengisi sela- sela ukiran. Motif ini mempunyai makna yaitu kesesuaian dengan perilaku hidup sang pengrajin yang suka merantau dan hidup bebas terbang ke daerah lain untuk membangun karir (Gustami, 2000:193). Sedangkan sulur ubi jalar memvisualisasikan kesuburan dan melambangkan produk pekarangan yang apabila ditekuni dengan sungguh-sungguh meskipun dengan modal sedikit akan menghasilkan produk pangan yang mencukupi. Selain itu, daun jumbai merupakan perlambangan dari daun cengkeh dan sulur-sulur pada motif ukiran Jepara menggambarkan tumbuhan cengkeh yang tumbuh subur di Jepara dan

(19)

21

memberikan kontribusi kuat terhadap perkembangan perekonomian masyarakat Jepara. Di samping itu, sulur-sulur yang rumit melambangkan ketekunan, keuletan, dan kesungguhan para pengrajin dalam mengerjakannya karena dibutuhkan keterampilan yang tinggi (Gustami, 2000:194).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motif pada seni ukir di Jepara memiliki macam-macam motif antarannya motif tumbuhan dan hewan, dan ada beberapa unsur-unsur dalam motif ukir anataranya daun jumbai, bauh, dan relung atau lung.

Gambar 1. Gebyok khas Jepara

(20)

22 2.2 Penelitian Relevan

Berdasarkan penelitian yang sejenis dengan topik penelitian yang akan dilaksanakan, ada penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan. Berikut beberapa penelitian terkait yang akan dijadikan kajian pustaka dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Kajian Penelitian Relevan

No Nama Peneliti Tahun

Kajian Umum Relevansi

Persamaan Perbedaan

1. I Made Danu Tirta 2019 Mengkaji konsep estetika dalam agama Hindu, yang kemudian

disinergikan ke dalam beberapa kaidah atau dalil pokok masyrakat Hindu dan para aktivis seni

Hasil penelitian I Made Danu Tirta mempertegas penelitian yang akan saya lakukan karena mengkaji tentang pengertian estetika dalam sebuah karya seni

Penelitian I Made Danu Tirta mengungkapkan estetika dalam realitas seni di Bali

2. Rahmi Nur Fitria

Utami, Redi

Hermanto, Dedi

2021 Mengkaji filosi seni pahat, unsur- unsur matematika

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Nur Fitria Utami, Redi Hermanto, Dedi

Penelitian Rahmi Nur Fitria Utami, Redi Hermanto, Dedi Muhtadi lebih menggambarkan

(21)

23

Muhtadi dalam seni pahat

Jepara, dan keterkaitan antara kedua fokus studi tersebut

Muhtadi mendukung

penelitian yang akan saya lakukan karena membahas tentang seni ukir gebyok Jepara dan dalam penelitian ini juga memaparkan tentang pengertian, macam-macam motif dan teknik dalam seni ukir Jepara

unsur-unsur materi matematika yang dikaitkan dengan gebyok Jepara

3. Mera Putri Dewi, Neviyarni, Irdamurni

2020 Menganalisis perkembangan bahasa, emosi, dan sosial anak Sekolah Dasar

Penelitian Mera Putri Dewi mendukung penelitian yang akan saya lakukan karena menjelaskan perkembangan anak di Sekolah Dasar dan menggunakan pendekatan kualitatif

Mera Dewi Putri Dewi, Neviyarni, Irdamurni kurang

mendalam menjelaskan

perkembangan anak SD

4. Nurfatimah Sugrah 2019 Mengkaji

pengetahuan siswa tentang sains sedemikian rupa sehingga mereka

Penelitian Nurfatimah Sugrah mendukung penelitian yang akan saya lakukan karena menjelaskan teori belajar kontruktivisme

Nurfatimah Sugrah meneliti teori belajar kontruktivisme untuk pembelajaran sains

(22)

24 tidak hanya

memahami konsep dan prinsip sains, tetapi juga signifikansi dari pembelajaran sains 5. Riandy Ramadhan 2019 Mendeskripsikan

respon para mahasiswa

Universitas Negeri Makassar dalam berapresiasi seni terhadap suatu lukisan

Penelitian Riandy Ramadhan mendukung penelitian yang akan saya lakukan karena mendeskripsikan seberapa besar orang mengapresiasi suatu karya seni

Riandy Ramadhan menleiti respon

mahasiswa dalam

mengapresiasikan karya seni lukisan

(23)

25 2.1 Kerangka Berpikir

Persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya peran atau suatu informasi ke dalam otak manusia (Slamet, 2010: 102). Dengan persepsi manusia saling berhubungan dengan lingkungannya. Hubungan tersebut dapat dilakukan dengan inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman manusia. Sedangkan menurut (Sugiharto,2007: 8) persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan/menginterepretasi stimulus yang masuk ke dalam alat indera mereka.

Apresiasi merupakan suatu pengahayatan atau penghargaan terhadap suatu karya seni tertentu apresiasi juga merupakan sebuah bagian dari kegiatan berkesenian, maka setiap manusia dapat berapresiasi dan masing-masing individu tidaklah sama dalam berapresiasi, dengan adanya apresiasi berarti mereka memahami isi yang terkandung dalam suatu karya seni.

Seni Ukir/Gebyok merupakan salah satu seni rupa yang dibuat dengan cara pembuatan pola, pemahatan, pencukilan, pada sebuah media kayu tertentu yang hasil pahatan tersebut biasa di sebut gebyok oleh masyarakat Jepara. Ukiran kayu di Jepara memiliki ke khasan tersendiri mulai dari bahan baku yang digunakan teknik dan alat yang digunakan dan pola/motif yang biasa digunakan.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan studi pustaka untuk menambah pengetahuan sebagai bekal dalam melakukan wawancara dan studi pustaka mengenai persepsi anak dalam berapresiasi seni di masyarakat pengrajin gebyok ukir Jepara. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui kebenaran dan kesesuaian data yang telah di temukan.

(24)

26

Berikut ini merupakan bagan kerangka berpikir yang telah disusun dalam penelitian yang akan dilaksanakan

Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir Peneliti ingin mengetahui persepsi

anak SD dalam berapresiasi seni terhadap

Bagaimana proses persepsi anak dalam

berapresiasi seni di masyarakat pengrajin

gebyok ukir Jepara?

Latar belakang peneliti

Persepsi anak dalam berapresiasi seni gebyok di desa Blimbing Rejo Jepara

Seni ukir gebyok di Jepara

Bagaimana hasil persepsi anak dalam

berapresasi seni di masyarakat pengrajin

gebyok ukir Jepara?

Unsur-unsur estetika dan prinsipnya

Kepekaan inderawi

Bagaimana hasil persepsi anak dalam

berapresasi seni di masyarakat pengrajin

gebyok ukir Jepara?

(25)

27 BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Menentukan tempat penelitian merupakan hal penting sebelum melakukan sebuah penelitian. Pemilihan tempat penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan di desa Blimbing Rejo, kecamatan Nalumsari, kabupaten Jepara. Adapun waktu penelitian direncanakan pada bulan Februari 2022.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian kualiatif adalah suatu proses penelitian untuk memahami fenomena- fenomena manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran yang menyeluruh dan kompleks yang dapat disajikan dengan kata-kata, melaporkan pandangan terinci yang diperoleh dari sumber informasi, serta dilakukan dalam latar setting yang alamiah (Walidin, Saifullah & Tabrani, 2015: 77). Penelitian ini akan mengamati bagaimana persepsi anak dalam berapresiasi seni gebyok di desa Blimbing Rejo Jepara.

Penelitian kualitatif ini dilaksanakan menggunakan beberapa informasi untuk memahami respons yang terjadi terhadap persepsi anak dalam berapresiasi seni gebyok di desa Blimbing Rejo Jepara. Degan adanya informasi yang berbeda beda dan luas dari masing-masing anak, peneliti dapat menggali informasi secara intens mengenai respons anak-anak terhadap gebyok ukir Jepara.

Karakteristik penelitian kualitatif yaitu dilaukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci, penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka, penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk, penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif dan lebih menekankan makna dibalik data yang diamati (Bogan dan Biklen, 1982).

Dengan karaketristik tersebut maka penelitian dilaukan secara mendalam dan dengan hati-hati mencatat suatu fenomena yang ditemukan, melakukan analisis dokumen yang didapatkan, dan menyusun sebuah laporang yang detail.

Dalam penelitian kualitatif penelitilah yang menjadi instrumen dalam penelitian utama, karena dimana permasalahan yang belum jelas dan pasti belum

(26)

28

mempunyai fokus penelitian, prosedur penelitian, hipoteisis yang digunaan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua belum dapat dipastikan dengan jelas maka dari itu penelitilah satu-satunya yang dapat mencapainya menurut (Nasution 1988) Karena data merupakan komponen yang sangat penting dalam penelitian ini kareana data tersebut yang akan menjadi sumber menganalisis data yang nantinya akan ditarik kesimpulannya. Sehingga data yang akan diperoleh dalam penelitian ini harus memenuhi syarat keabsahan data. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi anak dalam berapresiasi seni di masyarakat pengrajin gebyok ukir Jepara.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis pendekatan naratif, menurut (Daliman, 2014) pendekatan naratif/Historis merupakan suatu metode dalam riset ilmu sosial, untuk membantu memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang didengarkan atau dituturkan. Dapat dikatakan juga sebagai proses penyelidikan secara kritis terhadap peristiwa masa lalu dan menghasilkan deskripsi/narasi serta penafsiran yang tepat, benar mengenai peristiwa-peristiwa. Biasanya teknik yang digunakan adalah heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi sedangkan menurut (Franzosi, 1998) Teks naratif mengandung banyak informasi sosiologis, dan banyak bukti empiris kami dalam bentuk naratif. Menurut (Clandinin dan Connelly, 2000) prosedur penelitian naratif sebagai berikut: menentukan masalah atau problem terkait penelitian yang akan dilaksanakannya, memfokuskan pada seorang individu tunggal, mengumpulkan informasi tentang konteks dari cerita atau pengalaman yang disampaikan partisipan, peneliti menyusun kembali cerita yang didapat dalam bentuk kronologi yang utuh, menganalisis data dan membuat laporan, dan membuat refleksi dari peneliti tentang proses dan hasil penelitiannya.

Berdasarkan uraian diatas untuk mendesain naratif dapat digambarkan dalam bentuk bagan seperti berikut.

(27)

29

Gambar 2. Bagan Penelitian Naratif Menentukan Masalah

Persepsi anak dalam berapresiasi seni gebyok

Pengalaman anak dalam proses pembuatan gebyok

Respon anak tentang gebyok

Respon anak terhadap fenomena covid-19 Partisipasi anak

dalam pembuatan gebyok

Pengumpulan data:

1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi

Respon orang tua tentang gebyok

Analisis Data

Penyajian Data

Kesimpulan Peneliti

Hasil Penelitian

Verifikasi Reduksi Data

Nilai apresiasi apa saja yang di apresiasikan seni

gebyok Hasil persepsi anak

dalam berapresiasi seni gebyok

(28)

30 3.3 Peranan Penelitian

Peranan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen dan pengumpul data. Saat pertama kali memasuki lingkungan penelitian, peneliti sebagai penghubung antara informan dengan obyek yang akan diteliti. Saat penelitian berlangsung, peneliti berperan sebagai pendamping informan untukmemudahkan peneliti memperoleh data melalui observasi dan wawancara kepada informan serta memperoleh dokumentasi baik hasil karya maupun foto selama kegiatan penelitian berlangsung. Peneliti bertanggung jawab penuh dengan segala penelitian yang dilakukan, seorang peneliti harus mampu menjadi perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, dan menjadi pelapor hasil penelitian yang telah dilakukan.

3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data

Data dalam penelitian pada dasarnya terdiri dari semua informasi atau bahan yang disediakan alam yang harus dicari, dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Data bisa terdapat pada segala sesuatu apa pun yang menjadi bidang dan sasaran penelitian (Subroto, 1992:34). Dalam penelitian ini data kualitatif yang dibutuhkan adalah data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Selain itu dapat menggunakan data tertulis yang diperoleh dari para ahli dan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi langsung ke rumah anak SD yang orang tuanya pengrajin gebyok di desa Blimbing Rejo, selain itu peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pertanyaan yang sudah dibuat peneliti tentang gebyok ke narasumber disini peneliti mewawancarai anak SD dan orang tua pengrajin gebyok di desa Blimbing Rejo, untuk dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa foto dengan narasumber.

3.4.2 Sumber Data

Perlunya pemahaman tentang berbagai sumber data sangatlah penting bagi peneliti, sebab ketepatan dalam memilih dan menentukan sumber data akan menentukan ketepatan, kedalaman, dan kelayakan informasi yang akan diperoleh nantinya, menurut (Sutopo, 2006:103) jika penelitian kurang memahami prosesnya secara utuh dapat mengakibatkan munculnya simpulan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan secara mantab.

(29)

31

Penelitian ini dilakukan terhadap anak-anak sekolah dasar anak dari para pengrajin gebyok di desa Blimbing Rejo. Adapun sampel sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Sumber Data Anak-anak SD desa Blimbing Rejo

No Nama Kelas

1 FTN I

2 SRA II

3 HN III

4 FDH V

5 FDL VI

3.5 Pengumpulan Data 3.5.1 Observasi

Observasi menurut Asyari (1983) adalah suatu pengamatan yang khusus dan pencatatan yang simetris yang ditunjukkan pada satu atau beberapa fase masalah dalam rangka penelitian, dengan maksud untuk mendapatkan data yang diperoleh untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Sedangkan menurut Nasution observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.

3.5.2 Wawancara

Menurut Arikunto (1993) Wawancara adalah sebuah diaolog yang digunakan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

Sedangkan menurut Esterberg (2002) wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

3.5.3 Dokumentasi

Moleong (1990: 161) menjelaskan bahwa semua dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian, dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, dan bahkan untuk meramalkan data dalam penelitian. Sedangkan menurut (Yin 2000:104) dokumen dapat memberikan rincian spesifik yang mengandung informasi dari sumber-sumber lain.

(30)

32 3.6 Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk mengetahui ketepatan data yang diperoleh dalam penelitian, dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Data dikatakan valid jika data yang diperoleh sama dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Berikut adalah uji keabsahan data dalam penelitian: Uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji dependabilitas, uji konfirmabilitas.

3.6.1 Uji Kredibilitas

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kreadibilitas triangulasi. Menurut (Moleong, 1990:178) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data yang bersangkutan.

Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Untuk menguji kredibilitas data tentang persepsi anak terhadap gebtok ukir maka sumber data berasal dari perkataan dan ekspresi anak saat melakukan wawancara.

Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Untuk menguji kreadibilitas data tentang persepsi anak terhadap gebyok ukir maka teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Triangulasi waktu digunakan untuk menguji kredibilitas data, dilakukan dengan mempertimbangkan waktu, karena waktu dapat mempengaruhi kredibilitas data. Maka untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan teknik lain dalam waktu berbeda. Untuk menguji kredibilitas data tentang persepsi anak terhadap gebyok ukir maka waktu yang digunakan adalah pagi, siang dan sore.

3.6.2 Uji Transferabilitas

Transferabilitas merupakan validitas ekternal dalam penelitian kualitatif. Validitas ekternal menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diperoleh, menurut (Sanafiah Faisal, 1990) Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, suatu penelitian dapat diberlakukan atau

(31)

33

transferabilitas, maka laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas.

Maka dari itu agar orang lain memahami hasil penelitian kualitatif maka peneliti harus membuat laporan dan memberi urai yang jelas, rinci, sistematis, dan dapat dipercaya agar dapat diterapkan dipenelitian lain.

3.6.3 Uji Dependabilitas

Menurut Amzir (2014) kriteria dependabilitas sama dengan reliabiitas dalam penelitian kuantitatif. Pandangan kuantitatif tradisional tentang reliabilitas didasarkan pada asumsi replikabilitas (replicability) atau keterulangan (repeatabillity) atau keterulangan.

3.6.4 Uji Konfirmabilitas

Konfirmabilitas atau objektivitas, objektivitas seringkali dipertentangkan dengan subjektivitas. Dalam penelitian kualitatif tidak dapat dilakukan eksperimen untuk menguji objektivitas. Namun penelitian kualitatif harus berusaha untuk meperkecil faktor subjektivitas agar dapat menjauhi segala kemungkinan bias atau prasangka pada peneliti yang dilatarbelakangi pada hidup dan pendidikan, agama, kesukuan, status sosial, dan sebagainya.

Menurut (Creswell, 2007) penelitian kualitatif biasanya tidak menggunakan kata bias dalam penelitian; mereka akan mengatakan bahwa semua penelitian adalah interpretatif dan bahwa peneliti harus jadi reflektif diri mengenai perannya dalam penelitian, bagaimana dia menginterpretasikan temuan, dan sejarah personal dan politiknya yang membangun interpretasinya. Dengan demikian akurasi dan kredibilitas temuan adalah sangat penting menurut (Amzir, 2014).

3.7 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah dilapangan. Nasution (1988) menyatakan analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam kenyataanya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data menurut Nasution (1988).

(32)

34

Analisis data kualitatif berdasarkan data yang diperoleh sebelum memasuki lapangan selama dilapangan dan setelah selesai di lapangan.

3.7.1 Analisis sebelum di Lapangan

Analisis dilakukan peneliti sebelum memasuki lapangan terhadap data hasil studi pendahuluan yang akan digunakan untuk fokus penelitian. Namun focus penelitian tersebut masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah masuk ke lapangan.

Berdasarkan keadaan di desa Blimbing Rejo Nalumsari Jepara penelti menemukan bahwa tingkat persepsi anak dalam berapresiasi seni gebyok ukir masih sangatlah rendah. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti seberapa paham anak terhadap gebyok ukir Jepara.

3.7.2 Analisis di Lapangan

Menurut miles dan Huberman (2014) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Kegiatan dalam analisis data menurut Miles dan Huberman meliputi:

a. Penyajian data (data display)

Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasarkan kategori atau penegelompokan-pengelompokan yang diperlukan. Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik dan tabel. Tujuan penyajian data adalah untuk menggabungkan informasi sehingga dapat menggambarkan keadaan yang terjadi. Dalam hal ini, agar peneliti tidak kesulitan dalam penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian, maka peneliti harus membuat naratif, matrik atau grafik untuk memudahkan penguasaan informasi atau data tersebut. Dengan demikian peneliti dapat tetap menguasai data dan tidak tenggelam dalam kesimpulan informasi yang dapat membosankan. Hal ini dilakukan karena data yang terpencarpencar dan kurang tersusun dengan baik dapat mempengaruhi peneliti dalam bertindak secara ceroboh dan mengambil kesimpulan yang memihak, tersekat-sekat daan tidak mendasar. Untuk display data harus disadari sebagai bagian dalam analisis data.

(33)

35 b. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data diartikan secara sempit sebagai proses pengurangan data, namun dalam arti yang lebih luas adalah proses penyem-purnaan data, baik pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan, maupun penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang. Setelah data terkumpul, selanjutnya dibuat reduksi data, guna memilih data yang relevan dan bermakna, memfokuskan data yang mengarah untuk memecahkan masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kemudian menyederhanakan dan menyusun secara sistematis dan menjabarkan hal-hal penting tentang hasil temuan dan maknanya. Pada proses reduksi data, hanya temuan data atau temuan yang berkenaan dengan permasalahan penelitian saja yang direduksi. Sedangkan data yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian dibuang. Dengan kata lain reduksi data digunakan untuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak penting, serta mengorganisasikan data, sehingga memudah-kan peneliti untuk menarik kesimpulan.

c. Verifikasi Data/Interprestasi Data

Interpretasi data merupakan proses pemahaman makna dari serangkaian data yang telah tersaji, dalam wujud yang tidak sekedar melihat apa yang tersurat, namun lebih pada memahami atau menafsirkan mengenai apa yang tersirat di dalam data yang telah disajikan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian yaitu deskriptif dan reflektif. Catatan deskriptif adalah catatan alami, (catatan tentang apa yang dilihat, didengar, disaksikan dan dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran dari peneliti terhadap fenomena yang dialami. Catatan reflektif adalah catatan yang berisi kesan, komentar, pendapat, dan tafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai, dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap berikutnya.

d. Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing)

Penarikan kesimpula merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat-padat dan mudah difahami, serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan

(34)

36

peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang ada. Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung seperti halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai maka selanjutnya diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap maka diambil kesimpulan akhir.

(35)

37

DAFTAR PUSTAKA

Fadli, m. R. (2021) ‘memahami desain metode penelitian kualitatif’, humanika, 21(1), pp.

33–54.

Ilham, i. (2020) ‘perkembangan’, el-muhbib: jurnal pemikiran dan penelitian pendidikan dasar, 4, pp. 162–180.

Kaharuddin, k. (2020) ‘kualitatif: ciri dan karakter sebagai metodologi’, equilibrium:

jurnal pendidikan, 9, pp. 1–8.

Kasiyan (2016) apresiasi seni rupa dan seni teater. Edited by p. Hajar and r. Widiarto.

Jakarta: pusat pengembangan dan pemberdayaan.

Khaulani, f., s, n. And irdamurni, i. (2020) ‘fase dan tugas perkembangan anak sekolah dasar’, jurnal ilmiah pendidikan dasar, 7, p. 51.

Kurniawan, b. K. And wiyoto, w. (2018) ‘jepara, ukiran dan perubahan jaman’, productum: jurnal desain produk (pengetahuan dan perancangan produk), 3(3), pp. 91–94.

Nie, y. (2017) ‘combining narrative analysis, grounded theory and qualitative data analysis software to develop a case study research’, journal of management research, 9(2), p. 53.

Nisa, khairun, elfiandri, r. (2019) ‘apresiasi siswa slta kota pariaman terhadap tradisi tabuik’, jurnal riset, 1(1).

Nugrahani, f. (2014) dalam penelitian pendidikan bahasa. 1st edn. Surakarta: cakra book.

Rachmayanti, a., triana, d. D. And haerudin, d. (2020) ‘persepsi siswa tentang metode mengajar guru mata pelajaran seni budaya kelas xi semester 1 di sma negeri 13 pendidikan tari , universitas negeri jakarta’, jurnal pendidikan, 1(01), pp. 1–10.

Riandy, r. (2019) apresiasi mahasiswa program studi pendidikan seni rupa fakultas seni dan desain universitas negeri makassar terhadap lukisan kaligrafi abd. Aziz ahmad. Universitas negeri makassar.

Rondhi, m. (2017) ‘apresiasi seni dalam konteks pendidikan seni’, imajinasi, 11, pp. 9–18.

(36)

38

Rousell, d. (2019) ‘inhuman forms of life: on art as a problem for post-qualitative research’, international journal of qualitative studies in education, 32, pp. 887–

908.

Saleh, s. (2016) analisis data kualitatif. 1st edn, pustaka ramadhan. 1st edn. Edited by h.

Upu. Bandung: pustaka ramadhan.

Samsu (2017) metode penelitian: teori dan aplikasi penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed methods, serta research & development, diterbitkan oleh: pusat studi agama dan kemasyarakatan (pusaka). Jambi.

Sugiarto, e. (2013) ‘nilai-nilai karakter dalam pembelajaran apresiasi seni berbasis multikultural’, sabda : jurnal kajian kebudayaan, 8, p. 52.

Sugrah, n. U. (2020) ‘implementasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran sains’, humanika, 19(2), pp. 121–138.

Suharsaputra, u. (2013) metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan tindakan. 19th edn.

Edited by sugiyono. Bandung: alfabeta cv.

Tirta, i. M. D. (2019) ‘konstruk estetika hindu dalam realitas seni di bali’, pangkaja, 22(1), pp. 90–102.

Tristiani, v. D. And lanjari, r. (2019) ‘nilai estetika tari gambang semarang pada komunitas gambang semarang art company’, jurnal seni tari, 8(2), pp. 198–204.

Utami, r. N. F. Et al. (2021) ‘etnomatematika: eksplorasi seni ukir jepara’, jp3m (jurnal penelitian pendidikan dan pengajaran matematika), 7(1), pp. 23–38.

(37)

39

LAMPIRAN

(38)

40 Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No Jadwal Kegiatan Bulan

Agst 21 Sept 21 Okt 21 Nov 21 Des 21 Jan 22 Feb 22 Mar 22 April 22 A. Persiapan

1. Pengajuan Judul Penelitian

2. Observasi

3. Penyusunan Proposal Penelitian

4. Penyusunan Instrumen Penelitian

5. Seminar Proposal 6. Mengurus Perijinan

B. Pelaksanaan Penelitian

1.

Wawancara Anak dan Orang Tua Pengrajin Gebyok

C. Laporan Penelitian 1. Penyusunan Laporan

(39)

41 2. Penyusunan Hasil

Penelitian 3. Sidang Skripsi

Kudus, Januari 2022 Peneliti,

RisaNisrina Nahdah NIM 201833169

(40)

42 Lampiran 2. Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

Nama :

Kelas : Hari/Tanggal : Lokasi :

No Aspek yang Diamati

Terlihat Tidak Terlihat Keterangan

1. Cara anak

bercerita terhadap gebyok

2. Cara orang tua bercerita terhadap gebyok

Kudus, Desember 2021 Peneliti,

Risa Nisrina Nahdah NIM 201833169

(41)

43

Indikator Observasi

No Aspek yang Diamati

Terlihat Tidak Terlihat

1. Cara anak

bercerita terhadap gebyok

Jika anak mampu

menjelaskan dari mana anak mengenal gebyok, apa gebyok itu, bahan bakunya, alat yang digunakan, motif gebyok, dan barang- barang yang ada gebyoknya

Jika anak tidak mampu

menjelaskan hal- hal yang

berkaitan tentang gebyok

2. Cara orang tua bercerita terhadap gebyok

Jika orang tua menceritakan pengalaman mereka selama menjadi pengrajin gebyok

Jika orang tua tidak

menceritakan pengalaman mereka selama menjadi pengrajin gebyok

(42)

44 Lampiran 3. Kisi-kisi Wawancara Anak

KISI-KISI WAWANCARA ANAK

No Indikator Pertanyaan Nomor

Butir

1. Gebyok

Apa yang kamu ketahui tentang

gebyok? 1

Apa bahan baku utama dalam

pembuatan gebyok? 2

Kayu jenis apa yang biasanya digunakan dalam pembuatan gebyok?

3

Apa saja alat-alat yang biasa digunakan dalam pembuatan gebyok?

4

Apa yang kamu ketahui tentang motif-motif yang digunakan di gebyok?

5

Apa saja benda-benda yang biasanya ada gebyoknya? 6 Apa kamu pernah membantu orang tuamu membuat gebyok? 7 Apa kamu bisa menyebutkan tahapan dalam proses pembuatan gebyok?

8

Bagaimana perasaanmu saat membantu orang tuamu dalam membuat gebyok?

9

Sulit atau mudah saat kamu membantu dalam proses pembuatan gebyok?

10

Gambar

Gambar 1. Gebyok khas Jepara
Tabel 1. Kajian Penelitian Relevan
Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir Peneliti ingin mengetahui persepsi
Gambar 2. Bagan Penelitian Naratif  Menentukan Masalah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jika nilai b3 yang merupakan koefisien regresi dari Personal Selling sebesar 0.237 yang artinya mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen mempunyai arti bahwa

Self-Monitoring Approach to Reading and Thinking strategy with student by using conventional method. And then in control class based on output SPSS 16 significant in test

Rentabilitas dilihat untuk kemampuan perusahaan keripik sukun dalam menghasilkan laba dari modal atau biaya yang digunakan pada periode tertentu, dalam penelitian

[r]

Pada pendekatan OOP, misalnya kita telah memiliki class Pantul yang menampilkan bentuk lingkaran, selanjutnya adalah membuat class Pantul1 yang akan menampilkan bentuk persegi,

Tidak boleh diambil oleh pelajar Fakulti Sains, Fakulti Perubatan, Fakulti Farmasi, Fakulti Pergigian dan Pusat Sukan dan Sains Eksesais... PROGRAM SAINS PENGURUSAN ALAM

Hasinyal baik Sekolah maupun diluar sekolah anak didik maupun orang dari anak didik merasa puas dengan perubahan karakter yang terjadi pada anak didik, sehingga

Tidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah sakit. PSAK