Triwulan IV - 2009
Kantor Bank Indonesia Kupang
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Nusa Tenggara Timur
KKKAAATTATAA PPPEENENNGGGAAANNNTTATAARRR
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut.
Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.
Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, Januari 2010 Bank Indonesia Kupang
Lukdir Gultom Pemimpin
DDDAAAFFFTTTAAARRRIIISSSIII
HALAMAN JUDUL--- 1
KATA PENGANTAR --- 2
DAFTAR ISI --- 3
RINGKASAN EKSEKUTIF --- 6
MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.1 SISI PERMINTAAN --- 12
1.2 SISI PENAWARAN --- 17
BOKS --- 24
PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM--- 27
2.2 INFLASI KOTA KUPANG--- 28
2.3 INFLASI MAUMERE --- 31
BOKS --- 33
PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1 KONDISI UMUM--- 36
3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN --- 37
3.3 KREDIT UMKM--- 42
3.4 PERKEMBANGAN BPR--- 43
SISTEM PEMBAYARAN 4.1 KONDISI UMUM--- 46
4.2 TRANSAKSI RTGS --- 47
4.3 TRANSAKSI KLIRING --- 48
4.4 TRANSAKSI TUNAI --- 49
KEUANGAN DAERAH 5.1 KONDISI UMUM--- 52
5.2 PENDAPATAN DAERAH--- 53
5.3 BELANJA DAERAH --- 54
|
Kajian Ekonomi Regional NTT3
TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN
6.1 KONDISI UMUM--- 57 6.2 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN --- 57 6.3 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN --- 60
OUTLOOK PEREKONOMIAN
7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI --- 63 7.2 INFLASI --- 64 7.3 PERBANKAN --- 65
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian, Statistik dan Survei KBI Kupang Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT [0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103 www.bi.go.id
|
Kajian Ekonomi Regional NTT5
Ringkasan Eksekutif
Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV-2009
PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI
Laju pertumbuhan kinerja ekonomi triwulan laporan, diindikasikan relatif lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Selama triwulan IV, perekonomian NTT diperkirakan tumbuh 3,94% (year on year), sementara pada triwulan sebelumnya relatif lebih rendah dengan 3,02% (year on year).
Peningkatan akselerasi pertumbuhan kinerja ekonomi pada triwulan ini, masih sangat dipengaruhi oleh aktivitas konsumsi, terutama berkaitan dengan Perayaan Natal dan Tahun Baru. Kondisi tersebut diakui oleh penjual eceran di Kota Kupang, khususnya untuk kelompok barang makanan dan pakaian.
Demikian pula melihat perkembangan tren penjualan kendaraan roda dua di NTT, yang cenderung melonjak pada awal triwulan IV. Dari sisi investasi, meskipun berjalan relatif lambat, namun pada triwulan laporan diperkirakan akan relatif lebih baik. Kegiatan investasi sebagian besar masih bersumber pada pembangunan fisik. Volume impor dan penjualan barang konstruksi terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun 2009. Sementara dari sisi ekspor-impor, lonjakan aktivitas konsumsi praktis akan ikut mendorong peningkatan impor, meski disatu sisi kinerja ekspor diperkirakan juga ikut tumbuh. Namun demikian, secara keseluruhan kondisi net ekspor akan cenderung tertekan.
Secara simultan peningkatan aktivitas ekonomi dari sisi permintaan, direspon oleh sisi penawaran, dimana sampai saat ini kontribusi sektor pertanian, perdagangan dan jasa masih tetap dominan. Namun pada triwulan IV, seiring dengan penurunan aktivitas pada subsektor tanaman pangan, kinerja sektor pertanian tumbuh relatif melambat. Sehingga secara sektoral pada triwulan IV, pertumbuhan didorong oleh sektor PHR sebagai respon dari peningkatan aktivitas konsumsi. Penyebab utama melambatnya laju pertumbuhan pada subsektor tanaman pangan. Karena kondisi sebagian besar lahan pertanian bersifat marginal, sehingga tingkat ketergantungan pada cuaca sangat tinggi. Pada tahun ini musim hujan baru dimulai Desember, mengalami kemunduran dibandingkan kondisi normal.
PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL
Pergerakan tekanan inflasi pada akhir triwulan IV-2009 cenderung mengalami peningkatan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
terjadi kenaikan dari 5,47% menjadi 6,29%. Lonjakan inflasi di NTT terjadi baik di Maumere, maupun Kupang. Untuk Maumere naik menjadi 5,22% dari 2,45%, sedangkan Kota Kupang pergerakannya relatif lebih kecil, dari 6,02%
menjadi 6,49%. Pergerakan struktur Pembentuk inflasi di NTT relatif tidak mengalami perubahan. Pada dasarnya pergerakan tingkat inflasi NTT sangat dikendalikan oleh : [1] kelompok bahan makanan; [2] makanan, minuman, rokok dan tembakau; [3] kelompok perumahan. Secara fundamental, dari sisi eksternal tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan dari luar NTT mengakibatkan pembentukan harga di NTT sebagian besar dipengaruhi oleh harga pembelian dari daerah pemasok (imported inflation). Kemudian dari sisi struktur pasar yang cenderung didominasi okeh beberapa pedagang besar (oligopoli), membuat pembentukan harga di tingkat pengecer sangat ditentukan oleh pedagang besar tersebut. Selanjutnya, dari sisi permintaan, perkembangan harga kebutuhan pokok yang selalu cenderung meningkat akibat lonjakan permintaan di daerah lain, bisa mengakibatkan harga barang di NTT juga ikut melonjak.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Dari sisi perbankan, di tengah tekanan dari kondisi makro ekonomi peformance perbankan NTT selama tahun 2009 tetap mengalami pertumbuhan positif. Bahkan pertumbuhan kredit perbankan NTT masih diatas perbankan nasional, yaitu 23,3% (posisi Desember), meskipun masih didominasi oleh kredit konsumtif. Kemudian bila melihat fungsi intermediasi perbankan NTT, rasio Loan to Deposit Rasio (LDR) pada akhir 2009 mencapai 73,1%, meningkat jika dibandingkan tahun 2008 lalu, yaitu 67,5%. Sedangkan dari segi kualitas penyaluran kredit, rasio Non Performing Loan (NPLs) tetap dalam batas terkendali pada level 2,1%.
Membaiknya laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, berdampak terhadap meningkatnya volume aktivitas sistem pembayaran. Baik transasksi tunai, maupun non tunai mengalami ekspansi sepanjang periode laporan. Bahkan transaksi outflow yang terjadi di Bank Indonesia Kupang menembus angka Rp 1 triliun. Demikian pula untuk transaksi non tunai dengan Sistem Kliring maupun RTGS, nominal kedua transaksi tersebut mengalami peningkatan masing-masing sebesar 12,81% dan 93,83% (year on year).
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kebijakan fiskal bagi provinsi NTT memiliki kontribusi yang penting bagi pendorong (stimulus) pertumbuhan ekonomi.
Secara keseluruhan tingkat realisasi pendapatan APBD mencapai 78,68% dari rencana atau setara dengan Rp 780,52 miliar. Kontribusi dana perimbangan untuk mengisi celah fiskal (fiscal gap) dalam share pos pendapatan daerah
|
Kajian Ekonomi Regional NTT7
masih cukup dominan. Dari sisi belanja, realisasi belanja APBD 2009 sampai dengan akhir triwulan III-2009 relatif lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Pada tahun 2009 ini tingkat realisasi pada triwulan III-2009, tercatat baru sebesar 52,11%. Kemudian, rencana anggaran belanja maupun penerimaan pada tahun 2010, akan mengalami peningkatan. Dari sisi penerimaan, diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 1,87% dibandingkan dengan rencana 2009, atau menjadi Rp 1,01 triliun. Sedangkan Anggaran belanja tahun 2010, direncanakan meningkat 0,87% menjadi Rp 1,17 triliun.
OUTLOOK 2010
Pada tahun 2010, sejalan dengan membaiknya perekonomian nasional, kami memproyeksi pertumbuhan ekonomi NTT berada pada kisaran 4,0% – 4,5%. Kinerja ekonomi selama tahun 2010 secara sektoral relatif masih akan tetap bergantung kepada tiga sektor utama, yaitu pertanian, perdagangan dan jasa. Sedangkan dari sisi penggunaan, peningkatan aktivitas ekonomi tentu akan mendorong pertumbuhan permintaan domestik. Namun demikian, hal tersebut akan sangat bergantung kepada kemampuan daya beli masyarakat, mengingat struktur konsumsi sangat mendominasi perekonomian NTT.
Membaiknya perekonomian, diperkirakan akan mendorong peningkatan permintaan domestik. Dengan keterbatasan dan potensi gangguan atau shock dari sisi penawaran, akan dapat meningkatkan tekanan inflasi kedepan. Dari sisi eksternal, tren perkembangan harga minyak dunia yang cenderung terus mengalami kenaikan, bisa ikut memberikan dampak susulan. Sehingga secara umum, kami perkirakan tekanan inflasi akan berada pada kisaran 7,5%±1%.
Bagi industri perbankan di NTT, kondisi perekonomian NTT di tahun 2010 akan tetap memberikan peluang peningkatan usaha. Seiring dengan membaiknya perekonomian dan bertambahnya jumlah bank yang beroperasi di wilayah NTT, potensi ekspansi dari segi pembiayaan relatif masih terbuka. Sehingga pada akhir 2010, pertumbuhan kredit perbankan NTT diperkirakan bisa mencapai 15 – 20%.
Laju Inflasi Tahunan (yoy)
- Kupang 8.38% 3.64% 6.02% 6.49%
- Maumere 11.73% 5.61% 2.45% 5.22%
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 2,782.79 2,900.14 3,030.39 3,141.68 - Pertanian 1,118.03 1,164.87 1,155.51 1,128.80 - Pertambangan dan Penggalian 35.37 37.35 38.56 41.82 - Industri Pengolahan 39.48 42.79 45.52 49.37 - Listrik, gas dan air bersih 10.69 11.39 12.20 13.41 - Bangunan 167.18 177.57 188.30 208.98 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 460.57 472.51 505.15 535.70 - Pengangkutan dan komunikasi 206.16 218.40 224.24 244.72 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa 95.29 102.68 110.69 121.37 - Jasa 650.02 672.57 750.21 797.51
Pertumbuhan PDRB (yoy) 4.89% 3.25% 3.02% 3.94%
Ekspor - Impor*
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 1.36 9.10 7.59 5.75
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 0.52 21.06 49.97 9.55
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 14.21 0.08 0.02 0.00
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 0.26 0.37 0.10 0.03
Sistem Pembayaran
Inflow (miliar Rp) 596.39 211.99 277.05 278.28
Outflow (miliar Rp) 164.24 523.52 408.91 1,011.20
Netflow (miliar Rp) 432.15 -311.53 -131.85 -173.08
MRUK (miliar Rp) 29.97 46.82 74.79 76.99
Uang Palsu (ribu Rp) 100 400 900 250
Nominal RTGS (miliar Rp) 13.71 105.73 16.81 134.05
Nominal Kliring (miliar Rp) 398.09 373.10 402.14 474.59
Sumber : Berbagai sumber (diolah) Keterangan :
1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) PDRB atas dasar harga konstan 2000 2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002
3) Ekspor data dari Bagian PDIE-BI bln November2009 * 4) **) Angka Proyeksi BI
Tw.IV-09**
P R OVINS I NUS A TE NGGAR A TIMUR TAB E L INDIK ATOR E K ONOMI TE R P IL IH
INDIKATOR INFLASI DAN PDRB
Tw.III-09 Tw.II-09
Tw.I-09
|
Kajian Ekonomi Regional NTT9
PERBANKAN
Bank Umum
Total Aset (Rp Triliun) 9.61 10.32 10.99 11.74
DPK (Rp Triliun) 8.23 8.82 9.01 9.12
- Tabungan (Rp Triliun) 3.82 4.03 4.19 5.14
- Giro (Rp Triliun) 2.54 2.81 2.79 2.03
- Deposito (Rp Triliun) 1.91 1.99 2.09 1.95
Kredit (Rp Triliun) 5.52 6.06 6.46 6,663.13
- Modal Kerja 1.48 1.66 1.79 1,783.28
- Konsumsi 3.88 4.20 4.46 239.54
- Investasi 0.16 0.20 0.22 4,640.30
LDR 66.81% 68.67% 71.71% 73.07%
NPLs 1.61% 1.73% 1.83% 2.10%
Kredit UMKM (Triliun Rp) 5.45 6.00 6.38 6.38
BPR
Total Aset (Rp Miliar) 75.08 84.02 102.08 109.13
DPK (Rp Miliar) 44.44 52.08 67.66 71.48
- Tabungan (Rp Miliar) 20.34 23.15 29.38 31.76
- Deposito (Rp Miliar) 24.09 28.93 38.28 39.72
Kredit (Rp Miliar) 59.11 67.97 79.47 87.60
- Modal Kerja 32.24 37.12 42.52 43.30
- Konsumsi 24.01 26.86 31.88 37.99
- Investasi 2.86 3.99 5.07 6.31
Kredit UMKM (Rp Miliar) 59.11 67.97 79.47 87.60
Rasio NPL Gross 4.35% 3.12% 3.63% 3.96%
LDR 133.01% 130.51% 117.46% 122.55%
Sumber : Bank Indonesia Kupang (diolah)
Tw.IV-09
P R OVINS I NUS A TE NGGAR A TIMUR TAB E L INDIK ATOR E K ONOMI TE R P IL IH
Tw.II-09
Tw.I-09 Tw.III-09
INDIKATOR
B B B A A A B B B I I I M M M A AK A K K R RO R O O E EK E K K O ON O N NO O O M M M I I I R R R E E E G GI G I IO O ON N N A AL A L L
Laju pertumbuhan kinerja ekonomi triwulan IV, diindikasikan relatif lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Selama triwulan IV, perekonomian NTT diperkirakan tumbuh 3,94% (year on year), sementara pada triwulan sebelumnya relatif lebih rendah dengan 3,02% (year on year).
Peningkatan akselerasi pertumbuhan kinerja ekonomi pada triwulan ini, masih sangat dipengaruhi oleh aktivitas konsumsi, terutama berkaitan dengan Perayaan Natal dan Tahun Baru. Secara simultan peningkatan aktivitas ekonomi dari sisi permintaan, direspon oleh sisi penawaran, dimana sampai saat ini kontribusi sektor pertanian, perdagangan dan jasa masih tetap dominan. Namun pada triwulan IV, seiring dengan penurunan aktivitas pada subsektor tanaman pangan, kinerja sektor pertanian tumbuh relatif melambat. Sehingga secara sektoral pada triwulan IV, pertumbuhan didorong oleh sektor PHR sebagai respon dari peningkatan aktivitas konsumsi.
Grafik 1.2 Struktur Sisi Penawaran Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT
Sumber : Proyeksi BI
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.3 Struktur Sisi Permintaan Tabel 1.1 Perkembangan PDRB NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
I II III IV**
PDRB (miliar) 2,782.79 2,900.14 3,030.39 3,141.68
y-o-y 4.89% 3.25% 3.02% 3.94%
q-t-q -7.94% 4.22% 4.49% 3.67%
NTT 2009
Sumber : Proyeksi BI
|
Kajian Ekonomi Regional NTT11
1.1 Sisi Permintaan
Grafik 1.5 PDRB Konsumsi
Grafik 1.6 Penjualan Pakaian & Alt Rumah Tangga
Konsumsi menjadi penopang kegiatan ekonomi. Selain kontribusinya yang sangat dominan, perannya dalam mendukung laju pertumbuhan juga sangat signifikan (share of growth). Dari sisi investasi, walaupun belum signifikan namun dapat menunjukan perkembangan positif.
Dari sisi neraca perdagangan (ekspor-impor), pertumbuhan ekspor diperkirakan relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, walaupun di sisi lain volume impor antar pulau juga ikut meningkat sejalan dengan peningkatan kegiatan konsumsi domestik.
1. Konsumsi
Dari total pertumbuhan konsumsi sebesar 5,32%, penggerak utama berasal dari konsumsi rumah tangga. Selama triwulan IV 2009, konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh mencapai 5,90% (year on year), sedangkan belanja swasta dan pemerintah masing-masing tumbuh 2,55% dan 3,47% (year on year).
Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga maupun pemerintah selama triwulan IV dibandingkan triwulan III, merupakan cyclical factor dan terjadi dalam tahun-tahun sebelumnya.
Tabel 1.2 PDRB Sisi Permintaan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.4 Sumbangan Penggunaan Permintaan
(miliar) I II III IV**
Konsumsi 3,053 3,254 3,387 3,576 Investasi 339 364 394 407 Ekspor 810.13 880.13 980.93 1,005.65 Impor 1,466 1,735 1,930 1,979 Perubahan stok 48 137 199 132 PDRB 2,783 2,900 3,030 3,142
2009
Sumber : Proyeksi BI
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Perayaan Natal dan Tahun Baru menjadi pendorong utama kegiatan konsumsi selama triwulan IV. Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan IV dibandingkan periode sebelumnya tercermin dari peningkatan omset pedagang eceran di Kota Kupang. Bahkan untuk makanan dan pakaian, pada bulan Desember melonjak cukup signifikan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Selain itu, realisasi belanja pemerintah umumnya dilakukan di semester II dan pencairan pembayaran dilakukan pada triwulan IV dan menjadi salah satu sentimen positif bagi kegiatan konsumsi. Peningkatan aktivitas
konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya jumlah pemakaian listrik untuk rumah tangga di NTT. Sejalan dengan itu, tren penjualan kendaraan roda dua pada triwulan IV relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini relatif menggambarkan kondisi konsumsi yang relatif meningkat selama triwulan IV 2009.
Grafik 1.7 Listrik Rumah Tangga
Grafik 1.8 Penjualan Motor Baru
Sumber : PLN Wilayah NTT
Sumber : Liaison KBI Kupang
Grafik 1.9 Kredit Konsumsi Grafik 1.10 Perkembangan NTP
Sumber : KBI Kupang Sumber : www.bps.go.id
Pembiayaan perbankan menjadi salah satu pendukung kegiatan konsumsi. Kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di NTT mencapai Rp 4,64 triliun, tumbuh 23,91% dan masih menjadi porsi terbesar dalam
|
Kajian Ekonomi Regional NTT13
pembiayaan perbankan meski akselerasinya cenderung melambat. Selain itu, kegiatan konsumsi juga didukung oleh tren membaiknya sebagian besar pendapatan masyarakat NTT, yang sebagian besar bekerja pada sektor pertanian, tercermin dari indeks Nilai Tukar Petani yang terus mengindikasikan perkembangan positif.
2. Investasi
Kegiatan investasi diperkirakan tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya. Pada triwulan IV-2009, diproyeksikan akan terjadi pertumbuhan investasi sebesar 5,82% (year on year), meskipun relatif lebih lambat dibandingkan triwulan lalu. Ekspektasi positif pelaku dunia usaha terhadap situasi bisnis menjadi salah satu pendukung utama peningkatan kegiatan investasi selama tahun 2009. Perkembangan positif kegiatan usaha/bisnis di NTT juga tercermin dari perkembangan jumlah pelanggan listrik sektor bisnis yang terus mengalami peningkatan.
Kegiatan investasi fisik diperkirakan masih mendominasi.
Secara khusus, investasi bangunan yang tercermin dari tingkat konsumsi semen selama tahun 2009 relatif lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian halnya dengan tren impor bahan konstruksi yang dilakukan lewat Pelabuhan
Grafik 1.13 Pegiriman Barang Konstruksi Grafik 1.12 Konsumsi Semen NTT
Sumber : ASI Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.11 Perkembangan Investasi
Sumber : Pelindo Tenau
Tenau Kupang sepanjang tahun 2009 mengalami perkembangan positif. Kondisi tersebut juga telah dikonfirmasi oleh penjual eceran di Kota Kupang yang mengalami peningkatan omset penjualan barang-barang konstruksi.
Dari sisi pembiayaan, perkembangan kredit investasi setiap tahun tetap mengalami ekspansi. Meskipun proporsinya masih relatif kecil dibandingkan total kredit yang disalurkan. Pada akhir tahun 2009 outstanding kredit investasi tumbuh 44,05%, atau menjadi Rp 239,54 miliar dari Rp 166,29 miliar. Faktor keterbatasan infrastruktur maupun aspek kepastian hukum diperkirakan menjadi penghambat laju investasi, khususnya investasi swasta. Pasokan listrik untuk beberapa wilayah relatif masih belum memadai. Sampai saat ini sedang dilaksanakan pengembangan jaringan, dan diperkirakan baru akan selesai antara 2010 – 2011 (proyek 10 ribu MW). Terkait masalah kepastian hukum, pemerintah daerah telah melakukan langkah positif dengan membentuk Kantor Pelayanan Perizinan, Terpadu Satu Pintu (KP2TSP) yang mulai disosialisasikan pada akhir 2009 (semacam one stop service).
Grafik 1.15 Kredit Investasi Grafik 1.14 Penjualan Barang Konstruksi
Sumber : KBI Kupang Sumber : SPE BI
3. Net Ekspor
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi, diperkirakan kegiatan impor juga menunjukan perkembangan. Dalam konsep PDRB, ekspor dan impor merupakan transaksi barang dan jasa antar daerah maupun luar negeri (internasional). Kondisi tersebut mengakibatkan tekanan pada neraca perdagangan NTT. Defisit angka net ekspor diperkirakan akan semakin tinggi, meskipun pertumbuhan kinerja ekpor relatif mulai membaik selama tahun 2009.
Tingkat ketergantungan yang sangat tinggi pada pasokan barang dari
|
Kajian Ekonomi Regional NTT15
perdagangan antarpulau, mengakibatkan struktur impor didominasi oleh impor antar daerah. Kendala operasional khususnya alat transportasi laut yang belum memadai menjadi salah satu penyebab kegiatan ekspor luar negeri barang- barang asal NTT, sebagian besar tidak dilakukan melalui pelabuhan di NTT.
Praktis hanya perdagangan dengan negara terdekat saja (Timor Leste) yang tercatat oleh KPBC di wilayah NTT. Minimnya produksi sumber daya alam asal NTT yang dijual ke luar daerah tercermin dari kondisi bongkar muat di Pelabuahan Tenau yang sebagian besar didominasi oleh aktivitas bongkar (unloading). Bahkan sebagian besar kontainer yang digunakan untuk mengirim barang ke NTT, dikirim kembali dalam kondisi kosong. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab mahalnya biaya transportasi karena pihak pelayaran membebankan biaya pengiriman, termasuk biaya kembali dan pada gilirannya menyebabkan harga barang menjadi mahal.
Sumber : Proyeksi BI Sumber : Pelindo Tenau
Grafik 1.17 Bongkar Muat Pelabuhan Grafik 1.16 PDRB Ekspor Impor
Kegiatan ekspor NTT, diperkirakan selama triwulan IV akan tumbuh sebesar 3,71% (yoy). Aktivitas ekspor selama triwulan IV diperkirakan didukung oleh pengiriman hasil bumi yang memasuki masa puncak panen di akhir triwulan III, seperti mete, kemiri, kopra, dan cacao. Selain itu, mulai pulihnya kinerja ekonomi dunia juga berdampak terhadap pengiriman hasil tambang batu-batuan (marmer, mangan) ke negara Asia, khususnya Cina.
Meskipun sebenarnya, dampak krisis beberapa waktu silam relatif tidak mempengaruhi kinerja ekonomi secara signifikan. Mengingat struktur ekspor yang relatif kecil . Dari sisi impor, pada triwulan laporan diperkirakan akan tumbuh 7,51% (yoy). Pengaruh peningkatan aktivitas konsumsi hingga mendekati level 6% selama triwulan IV menjadi sumber utama penyebab
meningkatnya kegiatan impor, khususnya impor antarpulau. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya volume bongkar peti kemas di Pelabuhan Tenau Kupang. Selain itu, meningkatnya kegiatan impor selama triwulan IV yang relatif lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan konsumsi, diperkirakan merupakan langkah antisipasi para importir untuk meningkatkan persediaan barang (stok), mengingat pada awal tahun kondisi cuaca dan gelombang laut yang besar sehingga mengganggu aktivitas pelayaran laut.
Volume ekspor luar negeri NTT pada triwulan IV sebesar 9,55 ribu ton (sampai November). Sebagian besar ditujukan ke negara di kawasan Asia (lebih dari 60%). Dari 6,39 ribu ton
ekspor yang dikirim ke Asia, 5,74 ribu ton ditujukan ke Cina. Jenis komoditi yang paling dominan adalah bahan- bahan hasil galian (batu-batuan, mangan). Sedangkan sisanya sekitar 3,13 ribu ton di kirim menuju Timor Leste, yang umumnya merupakan bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari.
1.2 Sisi Penawaran
Grafik 1.18 Arus Peti Kemas NTT Grafik 1.19 Pengiriman Hewan Ternak
Sumber : Pelindo Tenau Sumber : Pelindo Tenau
Grafik 1.19 Tujuan Ekspor NTT
Sumber : EDW DSM BI
Tabel 1.3 PDRB Sisi Penawaran Grafik 1.20 Sumbangan Pertumbuhan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI Penawaran
miliar I II III IV**
Pertanian 1,118 1,165 1,156 1,129
Pertambangan 35 37 39 42
Industri Pengolahan 39 43 46 49
Listrik,Gas dan Air 11 11 12 13
Bangunan (konstruksi) 167 178 188 209
Perdagangan & Hotel 461 473 505 536
Transportasi & Komunikasi 206 218 224 245
Keuangan dan Persewaan 95 103 111 121
Jasa-jasa 650 673 750 798 PDRB 2,783 2,900 3,030 3,142
2009
|
Kajian Ekonomi Regional NTT17
Sumber : Proyeksi BI
Dari sisi penawaran, kontribusi sektor pertanian relatif masih dominan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT, yaitu : sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel & restoran pada triwulan laporan. Sektor-sektor tersebut secara total menyumbang 78,37% angka PDRB pada triwulan IV-2009. Pertumbuhan ekonomi triwulan laporan sebesar 3,94 disebabkan kontribusi ketiga sektor tersebut masing- masing sebesar 0,34% untuk sektor pertanian, 0,56% sektor jasa, dan 0,99%
sektor perdagangan, hotel dan restoran.
1. Pertanian
Grafik 1.21 Perkembangan Pertanian Grafik 1.22 Perkiraan Produksi Padi
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Ket ; **) Proyeksi BI Sumber : BPS NTT diolah
Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV diperkirakan melambat.
Pada triwulan laporan, pertumbuhan sektor pertanian diproyeksikan sebesar 0,91% (year on year), relatif menurun dibandingkan dengan akselerasi pada triwulan sebelumnya sebesar 1,05% (year on year). Penyebab utama melambatnya laju pertumbuhan sektor pertanian selama triwulan IV, disebabkan oleh terjadinya kontraksi pada subsektor tanaman pangan. Melambatnya subsektor tanaman pangan, disebabkan kondisi lahan pertanian bersifat marginal dan tingkat ketergantungan pada cuaca sangat tinggi. Musim tanam pada tahun–tahun lalu umumnya dimulai bulan November atau awal Desember, sedangkan untuk tahun ini mengalami kemunduran. Kondisi diatas merupakan bagian dari dampak badai elnino yang melanda Indonesia secara keseluruhan.
Bahkan curah hujan yang akan turun diperkirakan relatif lebih rendah dari kondisi normal. Puncak curah hujan akan terjadi pada bulan Januari. Hal ini mengakibatkan kontraksi pada sektor tanaman pangan pada periode kali ini berlangsung relatif lebih panjang (Sumber : BMKG Kota Kupang).
Selain itu faktor keterbatasan modal juga relatif menjadi kendala berkembangnya sektor pertanian di NTT. Hal ini sejalan dengan kondisi penyaluran pembiayaan perbankan NTT pada sektor pertanian yang relatif kecil.
Outstanding kredit sektor pertanian hanya 1,36 % dari Rp 6,66 triliun, atau setara dengan Rp 83,70 miliar,
walaupun tren laju pertumbuhannya selama tahun 2009, masih lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan tingkat resiko yang relatif tinggi dibandingkan sektor yang non tradable, mengakibatkan perbankan enggan melakukan ekspansi pembiayaan pada sektor pertanian.
Grafik 1.23 Kredit Sektor Pertanian
Sumber : BI Kupang
2. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi, kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga meningkat. Sub sektor perdagangan memberikan kontribusi sebesar 90% terhadap kinerja sektor PHR. Hubungan antar provinsi NTT dengan provinsi lainnya yang relatif erat (IRIO 2000), dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari menjadi insentif bagi sektor ini. Pada triwulan laporan, sektor PHR diperkirakan tumbuh 5,90% (year on year), relatif lebih baik dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya, yang tumbuh sebesar 3,96%. Peningkatan penjualan oleh para pedagang ritel disinyalir karena pengaruh melonjaknya konsumsi terutama menjelang hari Raya Natal dan Tahun Baru. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya omset penjualan barang-barang kebutuhan sandang maupun makanan.
Grafik 1.25 Penjualan Ritel Kupang
Sumber : SPE KBI Kupang
Grafik 1.24 Perkembangan PHR
|
Kajian Ekonomi Regional NTT19
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Secara umum, situasi bisnis di Kota Kupang relatif masih mendukung. Perkembangan tersebut, tercermin dari pertumbuhan jumlah pelanggan listrik untuk kategori sektor bisnis yang terus mengalami peningkatan sepanjang tahun 2009. Hal ini sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah ruko usaha yang beroperasi. Pertumbuhan sektor PHR juga tidak terlepas dari dukungan pembiayaan perbankan. Kredit perbankan untuk sektor PHR sebesar 24,24% dari total outstanding secara keseluruhan, atau setara dengan Rp 1,64 triliun pada akhir Desember. Pada umumnya pemanfaatan kredit di sektor PHR adalah untuk keperluan modal kerja.
Grafik 1.27 Kredit Sektor PHR Grafik 1.26 Konsumsi Listrik Bisnis
Sumber : PLN Wilayah NTT Sumber : BI Kupang
3. Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa diperkirakan masih ditopang oleh jasa pemerintahan. Pertumbuhan selama triwulan IV-2009 diperkirakan mencapai 2,16% (yoy). Kontribusi sektor jasa terhadap pembentukan PDRB triwulan IV- 2009 diproyeksikan mencapai 25,38%.
Aktivitas sektor jasa pemerintahan, juga tercermin dari perkembangan kondisi arus
dana milik pemerintah yang ada di perbankan NTT. Tren pergerakan jumlah dana pemerintah di perbankan, menjadi salah satu indikasi kinerja sektor jasa pemerintah. Sebagian besar aktivitas belanja pemerintah umumnya mulai meningkat pada semester II.
Grafik 1.28 PDRB Sektor Jasa
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
4. Sektor lainnya
Dari 6 sektor ekonomi lainnya, sektor transportasi dan komunikasi, serta sektor bangunan relatif memberikan kontribusi yang dominan. Pada triwulan IV 2009,
diperkirakan kontribusi kedua sektor tersebut masing-masing sebesar 7,79%
dan 6,65%. Sebagai provinsi kepulauan, peran transportasi baik laut maupun udara menjadi sangat vital. Pada triwulan IV 2009, sektor transportasi diperkirakan tumbuh 11,34% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Bertambahnya frekuensi penerbangan di wilayah NTT menjadi faktor pendukung utama. Sejalan dengan hal tersebut, arus mudik menjelang Natal melalui jalur udara, praktis mendongkrak kinerja subsektor ini. Dari sektor bangunan, jumlah konsumsi semen selama tahun 2009, relatif lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut menjadi salah satu indikator peningkatan kinerja sektor bangunan. Sementara itu, omset penjualan barang konstruksi oleh pedagang ritel yang cenderung meningkat hingga posisi akhir tahun menjadi salah satu indikasi bahwa pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan laporan akan lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Oleh karena itu, selama triwulan laporan diperkirakan sektor bangunan tumbuh 7,43% (yoy).
|
Kajian Ekonomi Regional NTT21
Grafik 1.30 PDRB Bangunan Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.31 Konsumsi Semen NTT Grafik 1.32 Penjualan Barang Konstruksi
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Sumber SPE KBI Kupang Sumber : ASI
Grafik 1.29 PDRB Transportasi & Komunikasi
Dukungan pembiayaan perbankan pada sektor bangunan juga masih positif. Pertumbuhan outstanding kredit pada akhir 2009 mencapai 41,33%, atau dari Rp 93,42 miliar menjadi Rp132,04 miliar. Kinerja sektor bangunan juga relatif dipengaruhi oleh kinerja keuangan pemerintah daerah.
Proyek pembangunan fisik yang dibiayai perbankan sebagian merupakan proyek pemerintah, sehingga peningkatan kredit sektor konstruksi sejalan dengan proses realisasi proyek pemerintah.
Sektor Listrik dan Air Bersih sebagai supporting ikut terdongkrak seiring meningkatnya kinerja ekonomi secara keseluruhan. Pada triwulan IV-2009, kinerja sektor ini diindikasikan mengalami ekspansi sebesar 10,57%
(yoy). Hal ini sejalan dengan tingkat konsumsi (kwh) seluruh pelanggan PLN maupun jumlah pelanggan yang cenderung mengalami peningkatan. Jaminan ketersediaan pasokan listrik yang memadai, mendorong rencana beroperasinya kembali pabrik semen PT. Semen Kupang yang sempat terhenti sejak April 2008.
Sinyal positif kinerja industri secara keseluruhan juga tercermin dari tingkat konsumsi listrik untuk kategori industri. Sehingga pada triwulan ini sektor industri diperkirakan mengalami pertumbuhan 12,14% (yoy). Kemudian, maraknya aktivitas penambangan bahan galian jenis batu-batuan sebagai bahan pendukung kegiatan konstruksi, berdampak terhadap peningkatan kinerja sektor pertambangan. Ditambah dengan ditemukannya kandungan mangan di wilayah Pulau Timor membuat sektor pertambangan pada triwulan IV diindikasikan tumbuh 6,21% (yoy).
Sumber : PLN wilayah NTT
Grafik 1.34 Konsumsi Listrik Industri Grafik 1.33 Konsumsi Listrik NTT
Sumber : PLN wilayah NTT
Peran sektor keuangan, khususnya perbankan dalam mendukung perekonomian juga relatif menunjukan penigkatan. Sebagai penggerak utama sektor keuangan, persewaan, dan jasa, sampai dengan akhir triwulan IV-
2009 menunjukan perkembangan positif. Bahkan potensi NTT memberikan daya tarik tersendiri bagi lembaga perbankan. Salah satu bukti nyata adalah jumlah bank yang beroperasi terus mengalami pertumbuhan. Yang terakhir adalah PT.
Bank Sinar Mas yang mulai beroperasi sejak 6 Oktober 2009. Sampai dengan bulan September 2009, asset bank umum di wilayah NTT tumbuh sebesar 18,10%;y-o-y. Sejalan dengan hal tersebut, penghimpunan dana oleh pihak ketiga juga mengalami perkembangan yang positif dengan 13,92%;y-o-y.
Sementara dari segi pembiayaan, penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi NTT tumbuh 23,29%;y-o-y. Bahkan, tingkat penyaluran kredit yang diberikan dibandingkan dengan dana pihak ketiga yang dihimpun (rasio LDR) telah menembus level 73,07%. Didukung dengan kualitas kredit yang masih dibawah batas rekomendasi yaitu 2,10%.
Tabel 1.4 Perkembangan Indikator Perbankan indikator
utama I II III IV
Aset (miliar) 9,610.96 10,321.05 10,994.03 11,741.12
y-o-y aset 15.53% 20.77% 15.33% 18.10%
Kredit (miliar) 5,524.35 6,059.12 6,463.72 6,663.13
y-o-y kredit 28.67% 25.84% 23.39% 23.29%
DPK (miliar) 8,268.80 8,823.98 9,013.42 9,119.13
y-o-y DPK 15.45% 18.64% 14.28% 13.92%
LDR 66.81% 68.67% 71.71% 73.07%
NPL 1.61% 1.73% 1.83% 2.10%
2009
Sumber : KBI Kupang
|
Kajian Ekonomi Regional NTT23
DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL
TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGARA TIMUR
Latar Belakang
Krisis global telah berimbas terhadap perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Imbas tersebut akhir-akhir ini semakin dirasakan baik melalui pasar barang dan pasar uang (pasar modal dan perbankan). Ekspor daerah juga diperkirakan terkena dampaknya mengingat ekspor nasional disumbang oleh ekspor komoditas dari daerah. Di sisi daerah, perekonomian daerah akan menghadapi problem yang sama namun dengan tingkat pengaruh yang bervariasi terhadap ekonomi di masing-masing daerah. Perbedaan pengaruh dari krisis ekonomi global terhadap ekonomi daerah tergantung pada struktur dari ekonomi masing-masing daerah.
Permasalahan utamanya yaitu melihat seberapa besar dampak dari krisis keuangan dunia berpengaruh pada kinerja perekonomian di Provinsi NTT. Dari data yang diperoleh, dilakukan penyusunan model ekonometri berdasarkan teori ekonomi yang dipelajari pada tahapan studi literatur. Adapun model tersebut diselesaikan dengan menggunakan metode OLS.
Analisa Hasil
Secara umum mekanisme transmisi krisis keuangan dunia, dalam mempengaruhi kinerja perekonomian daerah dapat di lihat pada flow chart berikut.
|
Kajian Ekonomi Regional NTT25 Oleh karena itu, model ekonometri yang dibuat merupakan model persamaan konsumsi, investasi, ekspor, impor dan inflasi. Berdasarkan hasil running model eviews, dapat dilihat bahwa konsumsi masyarakat NTT dipengaruhi oleh besarnya disposable income (pendapatan setelah dikurangi pajak), bunga simpanan, serta stimulus fiscal yang didekati dengan anggaran belanja pemerintah. Sementara kegiatan investasi sektor riil di NTT dipengaruhi oleh suku bunga simpanan, pendapatan, serta stimulus fiscal yang didekati dengan anggaran belanja pemerintah.
Aktivitas ekspor NTT bergantung pada tingkat pendapatan negara lain dalam hal ini Jepang sebagai salah satu importir terbesar, serta perkembangan nilai tukar rupiah terhadap US $. Sedangkan kinerja impor dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar, pendapatan NTT, serta tingkat konsumsi masyarakat NTT mengingat jenis barang impor relatif sebagian besar untuk konsumsi.
Inflasi Kota Kupang dibentuk oleh ekspektasi masyarakat dan dipengaruhi oleh fluktuasi harga yang terjadi di Surabaya. Dengan tingkat ketergantungan yang relatif tinggi terhadap pasokan dari Jawa Timur yang didatangkan melalui Surabaya (20,84%) mengakibatkan harga di Kupang cenderung mengikuti pergerakan harga di Surabaya. Sementara untuk output gap ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
Simpulan
Dampak krisis ekonomi global yang bermula dari Amerika, kemudian berlanjut ke negara-negara Asia salah satunya Jepang, secara tidak langsung akan mengakibatkan pelemahan permintaan Jepang terhadap barang-barang ekspor NTT. Meskipun dampaknya baru akan dirasakan setelah setahun kemudian. Sejalan pelemahan ekonomi global yang terjadi, dampak lain yang dirasakan oleh Indonesia secara keseluruhan adalah terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap US $, akibat terjadinya massive capital outflow. Hal tersebut tentunya juga dirasakan sampai dengan level regional NTT. Depresiasi kurs rupiah mengakibatkan aktivitas impor mengalami tekanan selama beberapa periode (tiga triwulan) dan dilanjutkan dengan menurunnya kinerja investasi.
Sehingga secara keseluruhan, pelemahan nilai tukar memberikan sentimen positif dalam jangka pendek (short term) namun pada setahun kemudian
ekonomi NTT baru mulai mengalami tekanan. Bahkan dalam jangka waktu dua tahun bila tidak terjadi perbaikan kondisi nilai tukar akan mengakibatkan kontraksi ekonomi.
Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat diusulkan terkait dengan hasil kajian diatas adalah sebagai berikut :
1. Perlunya peningkatan peran investasi dalam menggerakan roda ekonomi NTT salah satunya melalui peningkatan kapasitas infrastruktur serta penyederhanaan perijinan dengan optimalisasi Kantor Pelayanan Perizinan, Terpadu Satu Pintu (KP2TSP) atau one stop service, yang mulai resmi beroperasi bulan Januari 2010.
2. Komoditi ekspor asal NTT hanya sebatas ekspor bahan mentah. Untuk meningkatkan nilai tambah produk, perlu adanya pengembangan pengolahan komoditi ekspor agar bisa menjadi barang setengah jadi.
Sehingga melalui instansi teknis, pemerintah provinsi bisa memberikan subsidi atau bantuan mesin-mesin pengolah.
B B B A A A B B B I I I I I I P P P E ER E R RK K K E EM E M MB B BA A AN N N G GA G A AN N N I IN I N N F F F L L L A AS A S S I I I
2.1 Kondisi Umum
Pergerakan tekanan inflasi pada akhir triwulan IV-2009 cenderung mengalami peningkatan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terjadi kenaikan dari 5,47% menjadi 6,29%. Lonjakan inflasi di NTT terjadi baik di Maumere, maupun Kupang. Untuk Maumere naik menjadi 5,22% dari 2,45%, sedangkan Kota Kupang pergerakannya relatif lebih kecil, dari 6,02% menjadi 6,49%. Bila melihat pergerakan inflasi bulanan yang terjadi, terutama pasca Hari Raya Idul Fitri lalu memang cenderung menurun dalam bulan Oktober dan November. Namun demikian, tekanan kembali meningkat pada bulan Desember. Pada akhir 2009, tekanan inflasi terkuat berasal dari kelompok makanan, baik bahan makanan yang mencapai 17,21%, dan makanan jadi sebesar 10,56%.
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi NTT
Sumber : BPS diolah
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi NTT
IV I II III IV
year on year
NTT 11.72% 8.90% 3.95% 5.47% 6.29%
Kupang 10.90% 8.38% 3.64% 6.02% 6.49%
Maumere 16.17% 11.73% 5.61% 2.45% 5.22%
year to date
NTT 11.72% 0.78% 1.25% 4.16% 6.29%
Kupang 10.90% 0.85% 1.20% 4.00% 6.49%
Maumere 16.17% 0.39% 1.49% 5.02% 5.22%
2008 2009
Inflasi
Tabel 2.2 Inflasi NTT yoy
IV I II III IV
UMUM 11.72% 8.90% 3.95% 5.47% 6.29%
BAHAN MAKANAN 12.43% 10.79% 8.26% 13.86% 17.21%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 12.78% 14.20% 12.14% 13.69% 10.56%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 18.61% 12.52% 2.95% 1.25% -0.65%
SANDANG 4.32% 6.51% 3.28% 4.57% 8.13%
KESEHATAN 7.98% 5.80% 5.11% 2.20% 1.58%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 2.26% 2.62% 2.84% 2.11% 5.74%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 4.50% -1.15% -7.64% -4.92% -2.67%
KOMODITI 2008 2009
Sumber : BPS diolah
|
Kajian Ekonomi Regional NTT 27Dibandingkan dengan nasional, inflasi di NTT relatif masih lebih tinggi. Inflasi nasional pada akhir triwulan IV-09 hanya berada pada level 2,78%. Selama tahun 2009, peningkatan tekanan inflasi di NTT secara keseluruhan mulai terjadi pada triwulan III. Kenaikan harga yang terjadi menjelang Idul Fitri menyebabkan tekanan terhadap harga di NTT. Namun pergerakan penyesuaian harga di Maumere diindikasikan berlangsung sedikit lebih lambat dibandingkan Kupang. Dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada pasokan barang dari luar daerah, maka pergerakan harga di luar wilayah NTT akan ikut menaikan harga di NTT. Kemudian adanya kemungkinan gangguan dari sisi distribusi, mengingat pasokan barang didatangkan dengan menggunakan jalur pelayaran. Dan terakhir kondisi struktur pasar yang cenderung oligopoli, mengakibatkan pergerakan harga sangat ditentukan oleh beberapa pihak saja (BOKS).
2.2 Inflasi Kota Kupang
Grafik 2.3 Inflasi Kota Kupang
Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah
Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.2 Inflasi NTT vs Nasional
Pergerakan struktur Pembentuk inflasi di Kota Kupang relatif tidak mengalami perubahan. Pada dasarnya tingkat inflasi di Kupang sangat dikendalikan oleh : [1] kelompok bahan makanan; [2] makanan, minuman, rokok dan tembakau; [3] kelompok perumahan. Adapun tiga kelompok tersebut menyumbang lebih dari 66% dari total nilai konsumsi. Namun sepanjang tahun 2009, pergerakan inflasi kelompok transportasi cukup signifikan dalam menentukan arah inflasi bulanan. Pada akhir triwulan IV 2009 lalu, kelompok bahan makanan mengalami tekanan paling tinggi mencapai 18,56%.
Sedangkan kelompok transportasi dan komunikasi justru mengalami deflasi paling tinggi dengan 2,33%.
Lonjakan harga bahan makanan mulai terjadi sejak awal Desember 2009. Berdasarkan pemantauan harga oleh KBI Kupang, telur, tepung terigu, daging ayam dan daging sapi, masing-masing meningkat sebesar 5,0%; 6,25%; 2,00% dan 1,82%. Demikian halnya untuk harga beras jenis medium mengalami kenaikan harga hingga 6,00% dari harga Rp 5.000,-/kg menjadi Rp 5.300,-/kg. Kenaikan harga tersebut, selain disebabkan tingginya permintaan menjelang perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru, juga dipengaruhi oleh kendala distribusi dari daerah pemasok utama yaitu Makassar.
Moda transportasi laut menggunakan perahu layar motor (kapal kayu) Sangay tergantung terhadap cuaca dan kondisi laut dan gelombang. Sementara untuk beras jenis premium yang berasal dari Surabaya relatif lancar karena sebagian besar memanfaatkan kapal peti kemas.
Kelompok perumahan juga memiliki andil yang cukup penting dalam menaikan tekanan inflasi selama triwulan IV lalu. Dampak
Sumber : Survei Pemantauan Harga
Grafik 2.5 Perkembangan Harga Bahan Makanan
|
Kajian Ekonomi Regional NTT 29kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga elpiji secara bertahap setiap bulan hingga mencapai harga keekonomian yang mulai diberlakukan tanggal 10 Oktober 2009 ikut mendorong inflasi dari sub kelompok perlengkapan rumah tangga. Dengan kenaikan harga sebesar 1,74% (keputusan pemerintah), ternyata tingkat kenaikan di Kupang relatif lebih tinggi. Berdasarkan informasi salah satu distributor gas elpiji di Kupang, mereka menaikkan harga gas elpiji sebesar 4,44% dari harga Rp 112.500,00 untuk tabung 12 kg, menjadi Rp 117.500,00. Kenaikan tersebut selain disebabkan oleh kebijakan pemerintah, juga disebabkan stok gas elpiji di Kupang menipis/terbatas, karena belum ada kiriman pasokan dari Surabaya. Bahkan menurut perkiraan mereka, harga gas elpiji akan terus mengalami kenaikan pada periode mendatang. Selain itu, di kelompok perumahan harga bahan baku konstruksi juga ikut menjadi pemicu.
Pada bulan Desember 2009 terjadi tekanan harga pada semen yang mengalami kenaikan signifikan hingga mencapai 23,68%. Harga semen yang semula Rp 38.000,-/sak menjadi Rp 47.000,-/sak. Isu kenaikan harga dan kelangkaan pasokan menyebabkan panic buying yang mendorong harga semakin meningkat diluar kewajaran. Secara teknis kendala distribusi yang disebabkan kondisi perairan laut yang kurang bersahabat menjadi salah satu penyebab terjadinya kelangkaan pasokan. Sedangkan penyebab utama terhambatnya suplai semen di Kupang dikarenakan kuota distributor semen jenis Bosowa dan Tonasa, yang ada di Kota Kupang dibatasi karena terjadi krisis listrik di daerah produksi semen, yaitu Sulawesi Selatan sehingga menyebabkan produktivitas pabrik semen tersebut menurun.
Tabel 2.3 Inflasi Kota Kupang yoy
IV I II III IV
UMUM 10.90% 8.38% 3.64% 6.02% 6.49%
BAHAN MAKANAN 11.34% 10.80% 8.17% 15.57% 18.56%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 12.78% 14.70% 13.65% 15.56% 11.46%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 18.13% 11.48% 2.15% 1.04% -1.46%
SANDANG 3.17% 5.83% 3.25% 4.74% 9.03%
KESEHATAN 7.45% 5.23% 5.03% 2.24% 1.77%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 2.12% 2.58% 2.88% 2.33% 6.50%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 3.02% -2.40% -8.28% -4.60% -2.33%
KOMODITI 2008 2009
IV I II III IV
UMUM 10.90% 0.85% 1.20% 4.00% 6.49%
BAHAN MAKANAN 11.34% 5.10% 7.09% 11.17% 18.56%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 12.78% 4.51% 5.33% 10.53% 11.46%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 18.13% -0.03% -1.51% -1.95% -1.46%
SANDANG 3.17% 2.52% 2.08% 4.46% 9.03%
KESEHATAN 7.45% -0.64% 0.83% 1.14% 1.77%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 2.12% 0.39% 1.42% 1.92% 6.50%
KOMODITI 2008 2009
Tabel 2.4 Inflasi Kota Kupang ytd
Sumber : BPS diolah
Deflasi pada kelompok transportasi salah satunya disebabkan oleh penurunan tarif transportasi angkutan udara. Pada bulan November 2009, terjadi penurunan tarif angkutan penerbangan pada beberapa maskapai yang mencapai kisaran 20%-30%. Penurunan tekanan harga pada angkutan udara merupakan respon dari maskapai penerbangan karena rendahnya permintaan terhadap jasa penerbangan pada bulan November 2009. Kondisi tersebut terjadi pasca Hari Raya Lebaran. Fluktuasi tarif angkutan udara merupakan tren seasonal, dimana pada momen tertentu seperti hari raya akan terjadi lonjakan permintaan yang signifikan (peak season), sementara diluar bulan tersebut permintaan akan turun (decline) dan kembali ke titik normal.
2.3 Inflasi Maumere
Kecenderungan peningkatan inflasi juga terjadi di Maumere. Meski inflasi tahunan (yoy) masih relatif lebih rendah dibandingkan yang terjadi di Kupang. Pada akhir triwulan IV, inflasi di Maumere tercatat sebesar 5,22%, dengan tekanan paling tinggi dialami oleh kelompok bahan makanan dengan 9,87%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi peningkatan signifikan, dari level 2,45%. Secara umum struktur pembentukan inflasi di Maumere juga relatif sama dengan Kupang, yaitu sangat bergantung kepada kelompok pangan (bahan makanan dan makanan jadi) dan kelompok perumahan, bahkan mencapai lebih dari 75% nilai konsumsi masyarakat Kota Maumere.
Peningkatan tekanan inflasi di Maumere juga terjadi setelah semester I 2009. Kecenderungan untuk meningkat sudah mulai nampak sejak
Grafik 2.6 Inflasi Maumere
Sumber : BPS diolah
|
Kajian Ekonomi Regional NTT 31bulan Juli. Penyebab kenaikan harga bahan makanan selama triwulan IV di Maumere relatif sama dengan Kota Kupang. Bahkan untuk Maumere, pengiriman barang-barang dari Jawa sebagian besar dikirim dengan truk menggunakan kapal feri, sedangkan untuk kapal kontainer, frekuensinya masih relatif minim.
Tabel 2.5 Inflasi Maumere yoy
IV I II III IV
UMUM 16,17% 11,73% 5,61% 2,45% 5,22%
BAHAN MAKANAN 18,37% 10,78% 8,73% 4,53% 9,87%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 12,80% 11,44% 3,86% 3,50% 5,65%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 21,22% 18,14% 7,32% 2,37% 3,73%
SANDANG 10,58% 10,24% 3,44% 3,67% 3,28%
KESEHATAN 10,87% 8,94% 5,57% 2,00% 0,54%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3,05% 2,86% 2,65% 0,91% 1,63%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 12,59% 5,62% -4,16% -6,66% -4,49%
KOMODITI 2008 2009
Tabel 2.6 Inflasi Maumere ytd
IV I II III IV
UMUM 16.17% 0.39% 1.49% 5.02% 5.22%
BAHAN MAKANAN 18.37% 0.53% 3.24% 11.34% 9.87%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 12.80% -0.03% 0.81% 3.08% 5.65%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 21.22% 2.31% 2.27% 2.86% 3.73%
SANDANG 10.58% 2.68% 1.56% 2.45% 3.28%
KESEHATAN 10.87% 0.41% 0.55% 0.56% 0.54%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.05% 0.10% 0.55% 0.73% 1.63%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 12.59% -5.16% -4.93% -4.60% -4.49%
KOMODITI 2008 2009
Sumber : BPS diolah
STRUKTUR PASAR PENJUALAN PRODUK MANUFAKTUR DI KOTA KUPANG
Latar Belakang
Pola pergerakan inflasi yang terjadi di Kupang, berdasarkan kondisi beberapa tahun terakhir memiliki tren seasonal (musiman). Hal tersebut terlihat dari pergerakan pada periode tertentu, cenderung terjadi tekanan inflasi yang relatif lebih tinggi. Salah satu penyebab angka inflasi Kupang relatif lebih tinggi adalah kondisi geografis. Provinsi NTT adalah provinsi kepulauan yang sangat bergantung kepada transportasi laut. Pada bulan-bulan tertentu, kondisi perairan di NTT umumnya kurang mendukung untuk kegiatan pelayaran maupun aktivitas bongkar muat. Kondisi tersebut mengakibatkan terhambatnya proses distribusi barang menuju ke NTT, secara khusus Kupang.
Inflasi Kota Kupang cenderung tinggi antara triwulan IV sampai dengan triwulan I. Pada periode dimaksud, tekanan dari sisi permintaan, akibat adanya lonjakan bertepatan dengan perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru.
Kemudian dari sisi penawaran, dengan kondisi perairan yang
kurang kondusif untuk kegiatan pelayaran, maka potensi terjadinya supply shock selama kurun waktu diatas cukup besar. Dengan kondisi diatas, umumnya para pedagang melakukan antisipasi dengan meningkatkan volume stock (persediaan) pada beberapa bulan sebelumnya. Sehingga dengan mekanisme tersebut, seharusnya tekanan inflasi bisa diminimalisasi. Namun demikian, hal ternyata kurang memberikan implikasi. Oleh karena itu ada dugaan bahwa kondisi struktur pasar di Kupang hanya dikuasai oleh beberapa pedagang besar (distributor). Hal tersebut, tentunya menyebabkan power dalam mempengaruhi pola perubahan harga, sebagian besar dikendalikan pada level pedagang besar (distributor).
Inflasi Kota Kupang (q-t-q)
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009
Grafik 1. Perkembangan Inflasi Kota Kupang (q-t-q)