• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DOMBA MUDA YANG DIBERI PAKAN ADITIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERTUMBUHAN DOMBA MUDA YANG DIBERI PAKAN ADITIF"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DOMBA MUDA YANG DIBERI PAKAN ADITIF

(Growth of Weaner Lambs Fed with Diets Containing Feed Additive) KUSWANDI, SUPRIYATI, BUDI HARYANTO, MUCHJI MARTAWIDJAJA dan DWI YULISTIYANI

Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Bogor 16002

ABSTRACT

Zinc (Zn) is considered to be one of factors influencing both feed digestibility in the rumen and ruminant growth. An experiment on Zn addition was conducted at the Research Institute for Animal Production, Ciawi for 98 days to know the response of sheep to different additives. Thirty weaner male sheep were divided into six dietary treatment groups with five sheep each. The treatments were: no additive (control), Zn-methionine, Zn-organic, probiotic, Zn-methionine+probiotic, and Zn-organic+probiotic. King grass and drinking water was offered ad libitum. A concentrate (2.8 Mcal ME/kg and 16% protein) was offered at 1.3% of liveweight.

Measurements included feed consumption and digestibility, rumen. charakteristics and.liveweight gain. The results showed that the consumption of nutrients were the lowest in the group receiving sole Zn-methionine; for other groups there were no significant differences (P>0.05). Ther were no significant (P>0.05) values in the digestion of dry matter (66-71.5%), organic matter (68.5-74%), acid detergent fiber (58-62%) and protein (83- 84.5%). The highest cell wall and hemicellulose digestion rates were observed in the group receiving sole Zn- methionine or probiotic, which was higher (P<0.05) than its combinations, but not significantly different (P>0.05) from the control or Zn-organic treatment. The pH of rumen liquor was the the lowest (7.1) in Zn- methionine diet but not significantly different (P>0.05) from the others (7.3-7.4). No significant differencees in average daily gain were observed among the treatment groups (P>0,05) except between Zn-methionine (64 g/d) and Zn-organic+probiotic groups (83 g/d). It could be concluded that the concentrate was utilized efficiently and fairly good in quality, and that probiotic could stimulate growth optimally in the presence of Zn-organic.

Key words: Zinc, probiotic, weaner lambs, digestion, growth ABSTRAK

Mineral seng dipertimbangkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan di rumen dan pertumbuhan ruminansia. Penelitian pemberian mineral seng (Zn) telah dilakukan di stasiun percobaan Balitnak Ciawi selama 98 hari untuk mengetahui respons ternak terhadap bentuk Zn yang diberikan. Digunakan 30 ekor domba lepas sapih yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan aditif masing-masing 5 ekor. Perlakuan meliputi tanpa penambahan aditif (kontrol), penambahan Zn-metionin, Zn-organik, probiotik, Zn- metionin+probiotik, dan Zn-organik+probiotik. Rumput raja segar dan air minum disediakan ad libitum.Konsentrat (2,8 Mkal ME/kg dan 16% protein) diberikan sebanyak 1,3% dari bobot badan. Pengukuran meliputi konsumsi pakan, koefisien cerna pakan, kenaikan bobot badan dan karakteristik rumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi zat-zat makanan terendah pada perlakuan Zn-metionin; untuk perlakuan-perlakuan lain perbedaannya tidak nyata (P>0,05). Tidak ada perbedaan nyata (P>0,05) pada kecernaan bahan kering (66-71,5%), bahan organik (68,5-74%), serat ADF (58-62%) dan protein (83-84,5%).

Kecernaan dinding sel dan hemiselulosa tertinggi pada penambahan Zn-metionin atau probiotik secara tunggal, yaitu lebih tinggi (P<0,05) dibanding kombinasinya, tetapi tidak berbeda (P>0,05) dengan kontrol atau penambahan Zn-organik. Nilai pH pada cairan rumen terendah (7,1) pada perlakuan Zn-metionin walaupun tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan yang lain (7,3-7,4). Pertambahan bobot badan tidak berbeda nyata (P>0,05) kecuali antara perlakuan Zn-metionin (64 g/hari) dan Zn-organik+probiotik (83 g/hari). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanpa aditif, konsentrat dalam penelitian ini masih baik bagi pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan, sedsngkan probiotik hanya bekerja optimal dengan adanya Zn-organik.

Kata kunci: Seng, probiotik, domba lepas sapih, kecernaan, pertumbuhan

(2)

PENDAHULUAN

Kecernaan pakan oleh ruminansia menentukan ketersediaan energi baik untuk pertumbuhan dan aktifitas bakteri di dalam rumen maupun untuk proses metabolisme dalam sel jaringan tubuh.

Namun demikian, pakan berserat yang digunakan untuk produksi ternak sehubungan dengan kecenderungan krisis pakan biasanya mengandung energi termetabolis, protein tercerna dan elemen esensial yang rendah.

Akhir-akhir ini mineral tertentu seperti zat besi, tembaga dan seng, probiotik dan metionin mendapatkan perhatian dari pakar nutrisi ruminansia sebagai upaya mendayagunakan pakan berserat.

Di antara elemen yang sering kekurangan dalam pakan adalah seng, mangan, kapur, fosfor dan magnesium (SUTRISNO et al., 1983; LITTLE, 1986). Oleh karena itu perlu dipertimbangkan suplementasi elemen dalam formulasi pakan.

Seng (Zn) merupakan elemen mikro esensial yang secara marjinal sering terbatas ketersediaannya (BLOOD dan HENDERSON, 1974) sehingga dapat mengurangi pertumbuhan akibat turunnya nafsu makan dan gangguan penyerapan zat makanan di usus (DARMONO, 1989). Oleh karena itu sangat perlu menambah Zn bagi pertumbuhan ternak yang pakan utamanya rumput (CHURCH, 1971; LITTLE, 1986; DARMONO, 1989).

ANNENKOV (1981) mensitasi, bahwa kebutuhan Zn untuk pertumbuhan normal pada domba muda 10-20 ppm, sedangkan untuk optimasi pertumbuhan diperlukan 18-50 ppm dalam bahan kering pakan.

Seng mempercepat pertumbuhan ternak ruminansia melalui fungsinya sebagai elemen untuk pertumbuhan bakteri di rumen atau memacu fermentasi selulosa (CHURCH, 1971; GEORGIEVSKII, 1981), proses deaminasi (GEORGIEVSKII, 1981), merangsang nafsu makan (ANNENKOV, 1981) dan melancarkan penyerapan zat-zat makanan untuk proses metabolisme dan fisiologis dalam jaringan tubuh ternak (BURNS, 1980).

Efek fermentasi dalam rumen ditunjukkan melalui peran sebagai co-factor/activator suatu atau beberapa enzim, disamping menjadi komponen enzim. Selanjutnya didokumentasikan bahwa Zn terdapat dalam ikatan enzim carboxypeptidase A untuk menghidrolisis peptide lewat pengempukan atau distribusi elektronik (STRYER, 1981) atau mengaktifkan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh mikroba rumen sehingga meningkatkan sintesis protein mikroba (ARORA, 1983). Disamping itu, Zn merupakan antioksidan yang dapat mengurangi resiko komplikasi penyakit saat melahirkan dan bobot anak yang rendah (SAMMAN, 1993).

Kebutuhan maupun ketersediaan Zn dipengaruhi oleh elemen atau zat lain, baik bersifat sinergis ataupun antagonis. Sebagai contoh, perlakuan kombinasi tembaga (Cu) dan seng (Zn) dilaporkan lebih baik dari pada hanya Zn saja (CHURCH, 1971), walaupun adanya Cu dapat menghambat penyerapan Zn (SAMMAN, 1993). Selanjutnya Ca atau P dikenal bekerja antagonis terhadap Zn (CHURCH, 1971; UNDERWOOD, 1977). Disamping itu adanya fitat yang banyak terkandung di pakan berserat dapat pula menghambat penyerapan Zn. Sebaliknya asam organik dan asam amino berperan dalam membantu penyerapan Zn (SAMMAN, 1993).

Hal penting yang harus diperhatikan agar Zn yang terkandung dalam pakan dapat mempercepat pencernaan karbohidrat adalah dengan memperkecil kandungan atau keterlibatan elemen-elemen antagonis tadi. Cara lain adalah dengan membentuk `chellates', karena dengan `chellating agents', Zn akan berfungsi optimal dalam pencernaan selulosa (CHURCH, 1971). Dalam aplikasinya, akhir-

(3)

akhir ini mineral tersebut mulai diuji penyajiannya dalam bentuk organik tertentu atau berikatan dengan asam amino tertentu. SUTARDI (1996) menekankan pentingnya penambahan metionin terutama untuk pertumbuhan ternak melalui peningkatan sintesis mikroba di rumen karena substrat ini sering terjadi defisiensi. SUDJANA dan SUPRIYATI (1999) melaporkan bahwa penambahan Zn, Co dan Mo menaikkan kecernaan in vitro bahan kering dan dinding sel rumput raja. Lebih lanjut dilaporkan bahwa penambahan Zn dalam bentuk ikatan Zn-organik atau Zn-proteinat lebih baik dari pada dalam bentuk elemen lepas. Oleh karena itu perlu diuji apakah ikatan Zn-metionin berdampak sinergis dan nyata bagi pertumbuhan domba.

Kecepatan degradasi serat juga dapat dirangsang dengan pemberian probiotik. Dalam hal ini probiotik pencerna diharapkan lebih efektif pada pakan berserat tinggi. Selain itu telah dilaporkan pula aditif berasal dari kompos yang difermentasikan secara anaerobik menggunakan digesta rumen dan berhasil menaikkan degradasi serat dan protein (HARYANTO et al., 1998).

Dalam tulisan ini penggunaan dalam ke dua bentuk ikatan seng serta pengaruh penggunaan suatu aditif yang diduga merupakan probiotik potensial diujikan pada domba muda untuk mengetahui respons pertumbuhannya.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan di stasiun percobaan Balai Penelitian Ternak Ciawi selama 98 hari, menggunakan rancangan acak kelompok (STEEL dan TORRIE, 1984). Ternak yang digunakan adalah 30 ekor domba lepas sapih dengan bobot badan awal rata-rata 12,3 kg yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan kombinasi dengan 5 (lima) ekor per perlakuan. Ternak dikandangkan dalam kandang individu. Sebelum digunakan untuk penelitian, ternak ini dibiasakan dengan pemberian rumput gajah atau rumput raja, dan diberi obat cacing, merek `Falbazen’, sebanyak 2 ml/ekor.

Masing-masing ternak diberi rumput raja segar (8,0% protein kasar dan 73,2% NDF) dan air minum secara ad libitum. Konsentrat mengandung 2,8 Mkal ME/kg dan 16% protein yang tersusun dari bahan baku dedak gandum, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa diberikan sebanyak 1,3% dari bobot badan.

Perlakuan yang digunakan adalah:

1. Tanpa penambahan aditif (kontrol) 2. Penambahan Zn-metionin 3. Penambahan Zn-organik 4. Penambahan probiotik

5. Penambahan Zn-metionin+probiotik 6. Penambahan Zn-organik+probiotik

Dengan mengasumsikan campuran pakan termakan mengandung 20 ppm Zn, perlakuan 2, 3, 5 dan 6 dirancang untuk dapat memenuhi kandungan Zn sebanyak 35 ppm dalam pakan. Probiotik diberikan sebanyak 0,5% dalam konsentrat.

Probiotik yang digunakan dipersiapkan dari pupuk kotoran domba yang difermentasikan dengan isi rumen sapi. Pengukuran meliputi konsumsi dan kecernaan pakan, karakteristik cairan rumen dan pertambahan bobot badan

Perkiraan konsumsi seluruh pakan selama pembesaran dilakukan dengan mengambil sampel pakan yang disajikan dan sisa pakan dalam waktu 24 jam tiap dua minggu untuk ditentukan kadar

(4)

bahan keringnya. Jumlah yang diberikan dan sisa dari semua pakan dicatat, dan konsumsi rata-rata merupakan selisih dari jumlah yang disajikan dan yang tersisa.

Penelitian kecernaan pakan dilakukan selama satu minggu dengan cara mengukur konsumsi pakan dan jumlah faeses ternak yang dikandangkan. Konsumsi dihitung dari komponen bahan kering pakan yang diberikan dikurangi komponen bahan kering sisa pakan. Komponen bahan kering pakan tercerna dihitung dari konsumsi komponen bahan kering pakan dikurangi komponen bahan kering faeces.

Penimbangan ternak dilakukan pagi hari sebelum ternak diberi pakan, pada awal dan akhir penelitian untuk mengetahui pertambahannya.

Data diolah menggunakan prosedur GLM dari SAS (SAS, 1986) dan bilamana diperlukan, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui tingkat perbedaan antar perlakuan. Apabila terdapat pengaruh bobot awal percobaan pembesaran atau bobot rata-rata selama percobaan pencernaan pakan, dilakukan uji kovarians.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data konsumsi zat makanan rata-rata harian dapat dilihat pada Tabel 1 sedangkan data kecernaan dan parameter rumen pada Tabel 2 dan 3.

Konsumsi rata-rata (g/ekor/hari) menunjukkan angka-angka 589, 534, 331, 196 dan 89, masing-masing berturut-turut untuk bahan kering, bahan organik, dinding sel, ADF dan protein.

Konsumsi terendah semua komponen bahan kering pada perlakuan Zn-metionin, dan berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan probiotik atau kombinasinya, tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan kontrol, kecuali konsumsi protein kasar (P<0,05). Selanjutnya konsumsi energi metabolis tidak berbeda nyata (P>0,05).

Tabel 1. Konsumsi komponen bahan kering pakan pada domba yang tidak diberi atau diberi Zn dan/atau probiotik

Uraian Kontrol Zn-metionin Zn-organik Probiotik Zn-metionin probiotik

Zn-organik + probiotik Bh.kering 584ab 554a 590ab 598b 598b 603b Bh.organik 530ab 503a 534ab 542b 543b 547b

Dinding sel 326ab 306a 329ab 340b 335b 342b

ADF 193ab 182a 199b 200b 201b 203b Protein 68b 64a 69b 69b 70b 71b

ME (MJ) 9,0 8,2 9,0 9,2 8,5 8,6

Keterangan: ADF = acid detergent fiber; ME = metabolizable energy (energi metabolis). Simbul yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Kecernaan bahan kering (66-71,5%), bahan organik (68,5-74%), serat ADF (58-62%) dan protein (83-84,5%) tidak menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan (P>0,05). Kecernaan dinding sel dan ADF menunjukkan angka-angka tertinggi pada penambahan Zn-metionin atau probiotik, yaitu lebih tinggi (P<0,05) dibanding kombinasi Zn-metionin dan probiotik, tetapi tidak begitu berbeda (P>0,05) dengan kontrol atau penambahan Zn-organik (Tabel 2).

(5)

Nilai pH pada cairan rumen terendah (7,1) pada perlakuan Zn-metionin (Tabel 3) walaupun tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan lain (7,3-7,4).

Secara umum, imbangan antar asam-asam lemak terbang tidak menunjukkan perbedaan (Tabel 3). Dari angka-angka imbangan asam asetat dengan asam propionat menunjukkan gambaran terlalu rendahnya nilai asam asetat yang diduga kurang baiknya alat deteksi untuk asetat. Walaupun demikian imbangan secara relatif menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan Zn-organik+probiotik menghasilkan propionat lebih tinggi yang memungkinkan lebih tingginya efisiensi penggunaan energi. ESKELAND et al. (1973) melaporkan keunggulan efisiensi penggunaan energi dari glukosa dibanding asam lemak terbang, dan rendahnya efisiensi penggunaan energi dari asam butirat di saluran pencernaan. Efek stimulasi pertumbuhan dengan Zn-metionin+probiotik dan Zn-organik + probiotik dalam penelitian ini (Tabel 4) mungkin dibantu oleh rendahnya proporsi asam butirat (Tabel 3).

Tabel 2. Kecernaan (%) komponen bahan kering pakan pada domba yang tidak diberi atau diberi Zn dan/atau probiotik

Uraian Kontrol Zn-metionin Zn-organik Probiotik Zn-metionin + probiotik

Zn-organik + probiotik

Bahan.kering 69,2 71,5 68,4 70,0 67,3 66,3

Bahan.organik 71,5 73,6 70,7 72,3 69,6 68,5

Dinding sel 63,8ab 67,8b 62,7ab 67,1b 61,3a 61,8ab

Hemiselulosa 68,6ab 74,7b 65,5a 73,2b 63,5a 67,4ab

ADF 60,3 62,4 60,6 62,4 59,8 57,8

Protein 83,7 84,5 82,8 83,7 83,2 83,9 Keterangan: ADF = acid detergent fiber. Simbul yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Walaupun kelompok yang diberi Zn-metionin menunjukkan kecernaan pakan relatif tinggi, sebagaimana hasil yang dicapai dari percobaan in vitro (HARYANTO et al., 2001), namun konsumsi zat makanan terendah (P<0,05). Hal ini disebabkan oleh terlalu lamanya pakan berserat berada di dalam rumen (SHIRLEY, 1986) pada kelompok yang diberi Zn-metionin, sehingga konsumsi komponen bahan kering selain energi sedikit lebih rendah (P>0,05) dari kelompok yang diberi Zn- organik, dan nyata lebih rendah (P<0,05) dari pada kelompok lain. Walaupun demikian, penambahan lebih lanjut dengan probiotik atau kombinasinya dapat menaikkan konsumsi zat-zat makanan (P<0,05). Anehnya, kenaikan konsumsi ini tidak diikuti naiknya pertambahan bobot badan yang berarti kecuali perlakuan Zn-organik+probiotik (Tabel 4). Bahkan hal ini diikuti dengan efisiensi penggunaan pakan yang lebih jelek dibanding perlakuan lain. Rendahnya konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan pada kelompok yang diberi Zn-metionin ini diduga akibat kurang stabilnya ikatan (CHURCH, 1971). Kalau Zn lepas dari matrix, maka diduga komponen lain seperti asam amino dan asam organik ikut dilepas, padahal kedua substrat ini mampu berinteraksi dengan Zn dan berperan dalam penyerapan Zn (CHURCH, 1971; ANNENKOV, 1981; GEORGIEVSKII, 1981).

(6)

Tabel 3. Derajat keasaman (pH) dan imbangan asam-asam lemak terbang dalam cairan rumen pada domba yang tidak diberi atau diberi Zn dan/atau probiotik

Uraian Kontrol Zn-metionin Zn-organik Probiotik Zn-metionin +

probiotik Zn-organik + probiotik

PH 7.4 7.1 7.3 7.3 7.3 7.3

Imbangan (%)

Asetat 45 50 50 48 54 48 Propionat 33 29 26 27 26 33

Iso-butirat 3 nd 3 3 2 3

Butirat 15 18 18 18 15 14

Iso-valerat 4 3 3 4 3 3

Keterangan: Simbul yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).; nd = tidak terdeteksi

Dilihat dari pertambahan bobot badan kelompok ternak yang diberi hanya Zn-metionin yang terendah (Table 4), nampaknya tingginya kecernaan pakan tidak meningkatkan konsumsi pakan sehingga tidak memperbaiki pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan pakan.

Tabel 4. Pertambahan bobot badan (PBB) dan efisiensi penggunaan pakan pada domba yang tidak diberi atau diberi Zn dan/atau probiotik

Uraian Kontrol Zn-metionin Zn-organik Probiotik Zn-metionin + probiotik

Zn-organik+

probiotik

Bobot awal (kg) Bobot akhir (kg) PBB (g/h)

12,4 19,6ab

73ab

12,4 18,5a

64a

12,4 19,9ab

77ab

12,4 19,2ab

69ab

12,4 20,2ab

80ab

12,3 20,5b

83b

Konversi pakan 8,1ab 9,3b 7,9ab 8,8ab 7,5ab 7,2a

Keterangan: Simbul yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Kebutuhan energi metabolis (ME) untuk hidup pokok pada bobot awal 12 kg diperkirakan 2,8 MJ/ekor/hari (MAFF, 1984). Hasil perhitungan menunjukkan ketersediaan ME untuk pertumbuhan adalah 6,2; 5,4; 6,2; 6,4; 5,7 dan 5,8 MJ/ekor/hari masing-masing berturut-turut untuk perlakuan kontrol, Zn-metionin, Zn-organik, probiotik, Zn-metionin+probiotik dan Zn-organik+probiotik.

Walaupun angka untuk perlakuan Zn-metionin+probiotik dan Zn-organik+probiotik relatif tidak tinggi (5,7-5,8 MJ ME/ekor/hari) pertambahan bobot badannya relatif tinggi (80-83 g/hari), menunjukkan tingginya efisiensi penggunaan pakan (energi) dengan adanya penambahan probiotik yang dikombinasikan dengan Zn dalam bentuk `chellates’.

KESIMPULAN

Dari gambaran data yang ada ternyata konsentrat mengandung 16% protein dan 2,8 Mkal ME/kg bahan kering masih memberikan pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan pakan yang baik walaupun perlakuan tertentu yang lain dapat dilakukan untuk optimasi produksi. Pada pemberian konsentrat ini penambahan probiotik tidak memperbaiki pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan pakan kecuali dikombinasikan dengan `chellates’ Zn. Dari hasil penelitian ini

(7)

ada kecenderungan bahwa ada perubahan modus operandi dari probiotik sehingga kenaikan konsumsi pakan tidak selalu diikuti oleh kenaikan pertambahan bobot badan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Diucapkan kepada sdr. Gunawan, Sorayah Asykar dan Abdurrahman yang telah membantu hingga diselesaikannya pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

ANNENKOV, B.N. 1981. Mineral feeding of sheep. In: V.I. Georgievskii, B.N. Annenkov and V.T. Samokhin (eds) Mineral Nutrition of Animals, 321-354. Butterworths, London.

ARORA, S.P. 1983. Microbial Digestion in Ruminants. Indian Council of Agric. Res. New Delhi.

BLOOD, D.C. and J.A. HENDERSON. 1974. Veterinary Medicine. 4th ed. Balliere Tindall, London.

BURNS, M.J. 1980. Role of zinc in physiological processes. Auburn Vet. J. 36(2): 45-7.

CHURCH, D.C. 1971. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminants. A compilation, Vol. III, chapter 20:

453-504

DARMONO. 1989. Kandungan tembaga dan seng dalam serum dan hati sapi dan kerbau. Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Jilid I: Ruminansia Besar, 275-8. Cisarua, 8-10 Nopember 1988. Puslitbangnak, Bogor.

ESKELAND, B., W.H. PFANDER and R.L. PRESTON. 1973. Utilization of volatile fatty acids and glucose for protein deposition in lambs. Br. J. Nutr. 29: 347-355.

GEORGIEVSKII, V.I. 1981. General information on minerals. In: V.I. Georgievskii, B.N. Annenkov and V.T.

Samokhin (eds) Mineral Nutrition of Animals, 11-56. Butterworths, London.

HARYANTO, B., I. MATHIUS, D. LUBISDAN M.MARTAWIDJAJA. 1998. Manfaat probiotik dalam peningkatan efisiensi fermentasi pakan dalam rumen. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Jilid II: 635- 641. Cisarua, 18-19 Nopember 1997. Puslitbangnak, Bogor.

HARYANTO, B., SUPRIYATI DAN SORAYAH. 2001. Zinc-methionine untuk meningkatkan degradasi serat.

Makalah. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 17-18 September 2001. Puslitbangnak, Bogor.

LITTLE, D.A. 1986. The mineral content of ruminant feeds and the potential for mineral supplementation in South-East Asia with particular reference to Indonesia. Ruminant Feeding Systems Utilizing Fibrous Agricultural Residues-1985. Proc. 5th Ann. Workshop of the Australian-Asia Fibrous Agricultural Residues Research Network, 77-86. Balitnak Ciawi, Bogor, 13-17 April 1985.

MAFF. 1984. Energy Allowances and Feeding Systems for Ruminants. Reference Book No. 433. Minist. Agric.

Fish. Fd., Scotland and Dept. Agric. For Northern Ireland. Her Majesty’s Stationery Offices, London.

SAMMAN, S. 1993. The effect of dietary fibre on the bioavailability of zinc: some experimental considerations.

In S. Samman and G. Annison (Eds) Dietary Fibre and Beyond-Australian Perspectives. Nutr. Soc. Aust.

Occ. Publ. 1: 201-09

SAS. 1986. SAS System for Linear Models. SAS Institute Inc., Cary, NC, USA.

SHIRLEY, R.L. 1986. Nitrogen and Energy Nutrition of Ruminants. Academic Press. Orlando.

STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1984. Principles and Procedures of Statistics, 2nd ed.McGraw Hill Internat., London.

(8)

SUDJANA, T.D. DAN SUPRIYATI 1999. Hasil-hasil penelitian Balai Penelitian Ternak 1993-1998. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Jilid I: 86-107. Cisarua, 1-2 Desember 1998. Puslitbangnak, Bogor.

STRYER, L. 1981. Biochemistry. 2nd ed. W.H. Freeman & Co., New York.

SUTARDI, T. 1996. Peningkatan efisiensi penggunaan pakan. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, 231-249. Cisarua, 7 Agustus 1995. Puslitbangnak, Bogor.

SUTRISNO, C.I., T. SUTARDIDAN SULISTYONO HS. 1983. Status mineral sapi potong di Jawa Tengah. Pros.

Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar, 57-63. Cisarua, 6-9 Desember 1982. Puslitbangnak, Bogor.

UNDERWOOD, E.J. 1977. Trace Elements in Human and Animal Nutrition. 4th ed. Academic Press, New York.

DISKUSI

Pertanyaan:

Apakah kelompok perlakuan memiliki status cacing yang sama/beda karena cacing sangat mempengaruhi pertumbuhan.

Jawaban:

Tidak dideteksi, namun pada menjelang penelitian diberi obat cacing (lihat seksi materi dan metoda).

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena pergeseran nilai ini terdapat dalam lagu berjudul Salamaik Pagi Minangkabau. Bentuk fenomena tersebut diantaranya hilangnya peran garin di Minangkabau adalah

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang

Penelitian ini menemukan penyebab terbanyak yang dapat menimbulkan leu- kokoria pada anak adalah retinoblastoma, disusul oleh katarak kongenital.. Kedua pe- nyebab leukokoria

Ini membantu okus saat membaca. Membaca buku bukanlah membaca kata dan kalimat seluruhnya, tapi membaca makna. Setelah menemukan makna yang sangat menarik maka

Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berupa data-data dari wawancara, dokumentasi dan observasi sehingga diperoleh hasil seperti yang telah dibahas pada

Hasil dan perhitungan dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan metode EOQ lebih efisien dibandingkan dengan kebijakan yang diterapkan dalam Ukm, dapat dilihat

SMB atau Server Message Block adalah protokol untuk transfer file dilingkungan Windows yang berada pada layer …… dalam TCP/IP model.. Physical address dari Network Interface Card

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Yusephine Herdiana Rahayu Ningtyas, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Analisis Pengaruh Agresivitas Pajak terhadap