PEMBELAJARANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT 5.0
© Penerbit Kepel Press Penyunting/Penyelaras:
Sudartomo Macaryus Yoga Pradana Wicaksono
Nur Indah Sholikhati Ermawati Desain Sampul:
Winengku Nugroho Desain Isi:
Safitriyani Cetakan Pertama, 2019
Diterbitkan oleh
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta dan HISKI
Komisariat UST-UTY
bekerjasama dengan Penerbit Kepel Press Puri Arsita A-6, Jl.
Kalimantan Ringroad Utara, Yogyakarta Telp: (0274) 884500; Hp: 081 227 10912
email: [email protected] Anggota IKAPI
ISBN : 978-602-356-262-6
Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku, tanpa izin tertulis dari penulis
dan penerbit.
Percetakan Amara Books Isi diluar tanggung jawab percetakan
Daftar Isi | xvii
DAFTAR ISI
Sekapur Sirih Penyunting/Penyelaras ... v Sekapur Sirih Dekan FKIP Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa Yogyakarta ... ix Sekapur Sirih Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta ... xiii
WACANA UTAMA
Sastra di Tengah Budaya Teknologis dan Imperatif Pembelajarannya
• Prof. Dr. Suminto A. Sayuti ... 3 Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada
“Era Masyarakat 5.0 (Society 5.0)”
• Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd... 13
WACANA KEBAHASAAN
Seruan dalam Tuturan Masyarakat Berbahasa Jawa
• Basuki ... 33 Campur Kode dalam Media Sosial Instagram
• Tuty Kusmaini ... 53 Gastronomi Jajan Pasar: Ruang Konservasi Bahasa
• Ermawati, Sudartomo Macaryus, dan Bambang Dwiratno ... 65 Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Media Sosial
• Vita Nirmala ... 81
Preposisi dalam Bahasa Indonesia: Tinjauan Bentuk dan Perilaku Semantisnya
• Nusarini dan Desy Rufaidah ... 89 Kearifan Lokal: Ritual Gumbregan di Desa Getas,
Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul
• Krisma Dewi ... 103 Penggunaan Kosakata Metaforis pada Konstruksi Berita Korupsi di Jawa Pos (Kajian AWK Fairclough)
• Nur Indah Sholikhati . ... 117 Pemanfaatan Bahasa Keterangan (Caption) dalam Youtube untuk Meningkatkan Jumlah Viewer dan Subscriber
• Yoga Pradana Wicaksono dan
Titis Kusumaningrum Witdaryadi Putri ... 129 Integrasi Penafsiran Undang-Undang Dasar dan Pengambilan Vonis Hukum di Indonesia Era Society 5.0
• Oky Widyantoro... 145 Analisis Wacana Tindak Tutur, Implikatur, dan Pelanggaran
Maksim Percakapan Humor dalam Akun Instagram Tahilalats
• Die Bhakti Wardoyo Putro dan Desy Rufaidah ... 157
WACANA KESASTRAAN
Relevansi Pendidikan Karakter dalam Novel Canting dengan Revolusi Industri 5.0
• Wijaya Heru Santosa ... 1471 Industri Kreatif Pariwisata Berbasis Kutipan Sastra sebagai
Implikasi Budaya Self Presentation Generasi Milenial
• Novia Anggraini ... 187 Kritik Posthuman: Penjelajahan Awal dalam Sastra Indonesia
• Joko Santoso ... 197
Daftar Isi | xix
Masalah-Masalah Sosial Di Era Milenial Dalam Cerpen Di Situs Basabasi.Co
• Marlinda Ramdhani ... 207 Nilai Pendidikan Karakter Ala Gus Mus dalam Kumpulan
Puisi Aku Manusia
• Widowati ... 217 Sastra Tutur Komering Betung Okut Sumatera Selatan:
Hiring-Hiring sebagai Keseimbangan Emosi dalam Media Digital
• Yeni Afrita ... 237 Dekonstruksi Perempuan Jawa Ideal dalam Novel Roro
Jonggrang Karya Budi Sardjono
• Sri Wahyuningtyas ... 251 Mimikri dan Resistensi Pribumi terhadap Kolonialisme
dalam Novel Rumah Kaca Karya Pramoedya Ananta Toer:
Tinjauan Poskolonial
• Rudian Noor Dermawan dan Joko Santoso ... 263
WACANA PEMBELAJARAN
Keterpaduan Pembelajaran Membaca dan Menulis
• Siti Rochmiyati ... 295 Implementasi Model Investigasi Sosial pada Pembelajaran
Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Berkonteksi Kearifan Lokal
• Hany Uswatun Nisa dan Agnes Apryliana... 309 Implementasi Modul Menulis Karangan Berbasis Strategi
Think-Talk-Write
• Agnes Aprylianadan Hany Uswatun Nisa ... 321 Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Media Digital
• Desy Rufaidah dan Die Bhakti Wardoyo P. ... 333
Media Pembelajaran Iquiz Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Menghadapi Era Digital
• Sigit Pambudi dan Ibnu Romadhon ... 343 Pembelajaran Sastra Digital dalam Perspektif Teknologi 5.0
• Rizky Putri Permatasari ... 355 Teknologi Digital sebagai Tantangan dan Peluang
• Sudartomo Macaryus ... 367
| 367 Teknologi Digital sebagai Tantangan dan Peluang~ Sudartomo Macaryus
TEKNOLOGI DIGITAL SEBAGAI TANTANGAN DAN PELUANG
Sudartomo Macaryus
FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta [email protected]
Abstrak
Menghadapi kemajuan teknologi, bahasa tidak akan mengubah identitas sesuai dengan komponennya utamanya, yaitu bunyi, pikiran, dan lingkungan. Bunyi merupakan ujaran atau tuturan yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang sistematis. Bunyi kebahasaan menjadi penentu hadirnya bentuk-bentuk satuan kebahasaan seperti fon, fona, fonem, dan morfem yang tertata secara sistematis dan sistemik. Pikiran manusia memungkinkannya memaknai dan menamai berbagai gejala yang ada di lingkungan.
Komponen pikiran, secara teoretis menghadirkan arti dari setiap bentuk kebahasaan. Lingkungan atau yang juga disebut konteks linguistik dan nonlinguistik secara teoretis memungkinkan munculnya maksud tuturan. Secara praktis, bunyi, pikiran, dan lingkuangan senantiasa muncul bersamaan dalam setiap peristiwa kebahasaan. Perkembangan teknologi (cetak, elektronik, dan digital) sebagai salah satu lingkungan memanfaatkan potensi bahasa sebagai satuan kebahasaan. Tulisan ini memfokuskan perhatian pada pemanfaatan bahasa dalam ruang media digital.
Kata kunci: bunyi, digital, lingkungan, pikiran, teknologi
PENDAHULUAN
Pada saat menyusun skripsi 1984, penulis berusaha mendapatkan referensi yang dilakukan dengan meminta fotokopi dari perpustakaan Universitas Atma Jaya Jakarta atau FIB Universitas Indonesia.
Korespondensi melalui surat, satu pengiriman memerlukan waktu
sekitar 6‒7 hari. Dengan demikian, bahan pustaka baru sampai di tangan paling cepat sekitar satu bulan. Saat ini waktu dapat terpotong secara sangat signifikan (dari sekitar satu bulan menjadi hanya hitungan menit) dengan memanfaatkan teknologi digital.
Hanya dalam hitungan menit mahasiswa dapat memperoleh bahan pustaka yang berlimpah. Gejala tersebut menunjukkan teknologi sebagai peluang memperpendek waktu untuk mendapatkan bahan pustaka.
Gambar 1: Bermain game (Dokumentasi Pribadi)
Anak yang duduk di pangkuan nenek tersebut tidak bergeming saat ada tamu, diajak berjabat tangan, dan disapa. Ketidakpedulian tersebut di satu sisi menunjukkan adanya daya konsentrasi yang tinggi. Kesanggupan berkonsentrasi menjadi potensi dikembangkan dalam kegiatan yang memerlukan konsentrasi, seperti menyimak, membaca, menulis, menganalisis data, dan kegiatan lain yang setipe.
Di sisi lain kecenderungan tidak mau diganggu tersebut berpotensi menjadi tidak sensitif terhadap lingkungan atau gagap lingkungan.1 Oleh karena itu, tantangan menghadapi dunia digital adalah mengoptimalkan peluang dan meminimalkan gangguan.
1. Lingkungan yang dimaksud dapat lingkungan alam, sosial, dan budaya.
| 369 Literasi digital sebagai kecakapan individu dalam memanfaatkan media informasi digital atau teknologi informasi untuk menerima dan menyebarkan aneka informasi secara personal dan komunal.
Sejak munculnya media digital, banyak informasi, seperti lapangan kerja, beasiswa, penelitian, kegiatan ilmiah, dan berbagai transaksi disampaikan dengan menggunakan teknologi informasi digital.
Penggunaan media informasi digital dipandang lebih efisien dan efektif karena dapat sampai secara cepat, tepat, dan murah (Macaryus, 2010:108).2
RUANG TEKNOLOGI DIGITAL
Teknologi menghadirkan budaya yang bertumpu pada pemanfaatan berbagai media-jamak. Dalam bidang bahasa, sastra, dan pembelajaran, hadirnya teknologi digital menumbuhkan publikasi, informasi, dan pembelajaran berbasis media digital. Media digital yang canggih dan mengglobal menjadi ruang terbuka. Dengan demikian setiap orang berpeluang memanfaatkannya sebagai ruang untuk memublikasikan berbagai informasi, temuan, dan cipta sastra yang diformulasikan secara verbal tulis dan lisan. Semua itu berpeluang diakses oleh pembaca pada tataran lokal, nasional, dan global. Dunia siber telah menghadirkan berbagai istilah, seperti e-book, e-journal, e-learning, e-conference, e-poetry, dan puisi siber.
Bentuk lainnya yang hadir di ruang digital adalah fiksi hiperteks, seni berbasis waktu, dan seni instalasi.3
Gairah mencipta melalui ruang digital menghadirkan berbagai kemungkinan. Karya sastra berpotensi dihadirkan secara verbal- auditif/visual dan secara nonverbal. Memasuki alamat https://www.
youtube.com/watch?v=6cav5sSB1w4 pengguna akan bertemu dengan Gus Mus yang membacakan tiga puisi. Puisi dihadirkan secara verbal lisan bersama penyair yang langsung membacakannya. Dengan fasilitas tersebut pendengar dapat menikmatinya secara visual, dramatik,
2. Tahapan literasi sebelumnya adalah literasi literal, literasi fungsional, dan literasi medial, dalam Sudartomo Macaryus, Menulis: Dari Mengapa dan Bagaimana sampai Profesor Mencerahkan Masyarakat, (Yogyakarta: Kepel Press, 2010), hlm. 106‒108.
3. http://www.poetrybeyondtext.org/digital-poetry.html.
Teknologi Digital sebagai Tantangan dan Peluang~ Sudartomo Macaryus
dan lebih mudah, serta dengan intensitas perhatian yang lebih fleksibel.
Sementara itu, pada akhir tahun 1970-an Rendra mengawali dengan merekam pembacaan puisinya dalam bentuk kaset bertajuk Balada Orang-orang Tercinta. Ruang siber juga menjadi salah satu lumbung pengetahuan dan sumber data penelitian bidang kebahasaan, kesastraan, dan pembelajaran.
Media virtual tersebut tentu akan menjadi lengkap disertai data lapangan yang dihidupi oleh masyarakat pendukungnya.
Ruang media digital memberi alternatif jamak dalam hal cara mendapatkan isi, yaitu secara verbal tulis dan lisan, visual, dan dramatik. Pemanfaatan ruang siber tersebut sejalan dengan perkembangan fasilitas android yang mampu menghadirkan muatan isi ruang siber di mana-pun dan kapan-pun. Ruang tersedia, terbuka, dan berada di genggaman tangan untuk memublikasi dan menghadirkannya kembali untuk semua.
Perkembangan teknologi sejalan dengan pandangan bahwa dunia terus berlari, seperti yang dikatakan Anthony Giddens. Manusia yang berada di dunia dituntut mengimbangi gerak dunia yang berlari agar tidak tergilas oleh arus zaman. Satu tahun terakhir Indonesia dan kalangan akademisi disibukkan dengan berbagai pemikiran mengenai revolusi industri komunikasi yang dikatakan memasuki tahap 4.0. Pada saat yang bersamaan Jepang telah memasuki tahapan berikutnya, yaitu super smart society yang ditandai dengan tahapan industri 5.0. Fukuyama (2016:49) menggambarkan perkembangan teknologi seperti tampak pada diagram berikut.
| 371 Bagan: Tahapan perkembangan sistem teknologi
(Sumber: Fukuyama, 2016:49)
Diagram di atas memperlihatkan bahwa tahapan society 5.0 yang juga disebut super smart society, sebagai puncak perkembangan teknologi hingga saat ini. Arah pengembangan adalah: (1) memudahkan kehidupan manusia, (2) meningkatkan produktivitas, (3) menyamankan kehidupan manusia. Beberapa kata kunci berkaitan dengan pelaksanaan society 5.0, yaitu: (1) super data, (2) sensor, dan (3) robot. Itulah dunia yang berlari yang terus berlangsung.
Tantangan dalam menyiapkan society 5.0 adalah tersedianya tenaga andal seperti dikemukakan rektor IPB, Arif Satria pada acara wisuda (3 Maret 2019). Dalam pidato wisuda tersebut, Arif Satria menyampaikan bahwa para lulusan IPB disiapkan memiliki kompetensi berikut.
1. Pertama, leadership, yaitu kepemimpinan untuk mempersiapkan mahasiswa dengan karakter kuat khususnya di bidang leadership.
2. Kedua, language skills, yaitu kemampuan berbahasa asing khususnya bahasa Inggris.
Teknologi Digital sebagai Tantangan dan Peluang~ Sudartomo Macaryus
3. Ketiga, IT literacy, yaitu penguasaan teknologi IT menjadi ciri utama era Society 5.0.
4. Keempat, writing skills, yaitu kemampuan menulis untuk menuangkan ide, gagasan, pemikiran, inovasi baru, dan menularkannya kepada Society 5.0.
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan untuk memengaruhi dan menggerakkan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai cita-cita. Hal tersebut mengingatkan pada pandangan Crosby dan Bryson yang menulis buku Leadership for the Common Good: Tackling Public Problems in a Shared-Power World (2005). Judul buku tersebut secara tidak langsung menempatkan setiap individu dalam sebuah komunitas wajib memiliki jiwa kepemimpinan untuk mewujudkan kebaikan bersama.4 Sementara itu, Griffitha, dkk. (2018) menawarkan model real options reasoning (ROR). Melalui cara pandang dan strategi “nyata-pilih-nalar” (real options reasoning) tersebut dikatakan menjadikan keputusan lebih baik dan tidak berisiko dalam menentukan pemimpin organisasi (2019:10).
Keterampilan berbahasa (language skills) adalah keterampilan untuk menyerap dan menyampaikan informasi (gagasan, temuan, dan inovasi) secara verbal lisan dan tulis. Secara teoretis, keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) diperlukan untuk mendapatkan informasi baru yang dipublikasi dengan menggunakan berbagai bahasa (utamanya bahasa Inggris). Keterampilan berbahasa tersebut juga diperlukan untuk memublikasikan gagasan, temuan, dan inovasi kepada masyarakat dan agar diketahui oleh masyarakat dunia, perlu disampaikan dengan bahasa internasional (khususanya bahasa Inggris).
Literasi teknologi informasi (IT literacy) adalah kemampuan memanfaatkan teknologi informasi untuk mendapatkan akses dan membagikan informasi kepada masyarakat global. Literasi teknologi informasi seperti halnya literasi digital memerlukan literasi teknis dan mental. Literasi teknik adalah kemampuan seseorang untuk
4. Istilah bersama menunjuk pada orang banyak dan beragam. Dalam konteks Indonesia, keberagaman diformulasikan dalam akronim SARA, yaitu untuk menunjuk suku, agama, ras, dan antargolongan.
| 373 mengoperasikan secara teknis berbagai media informasi berbasis teknologi informasi, sedangkan literasi mental adalah kemampuan seseorang memanfaatkan potensi teknologi informasi untuk mendapatkan akses dan membagikan informasi kepada masyarakat global. Literasi teknis dan mental tersebut mengingatkan pada pandangan Ki Hadjar Dewantara, bahwa kemajuan kebudayaan, termasuk teknologi bermanfaat untuk meningkatkan kualitas atau mempertinggi derajat manusia (Dewantara, 2004:495; Macaryus, 2010:111).
Keterampilan menulis (writing skills) dikatakan sebagai kemampuan untuk menuangkan ide, gagasan, pemikiran, inovasi baru, dan menularkannya kepada Society 5.0. Penempatan keterampilan menulis sebagai butir tersendiri di samping keterampilan berbahasa menunjukkan bahwa menulis memiliki spesifikasi. Ihwal menulis, yang diutamakan adalah kemampuan menulis ilmiah yang memiliki karakteristik bahasa yang tertentu dan memiliki asas kecermatan, kejelasan, dan keringkasan (accuracy, clarity, brevity) (The Liang Gie, 1998; Macaryus, 2010:28‒29). Keterampilan menulis, secara teknis merupakan kemampuan menata satuan lingual secara bermakna.
Penataan satuan lingual secara bermakna menuntut penguasaan keterampilan teknis dan pengetahuan dan konsep yang memadai agar bermakna mendalam dan meluas.
Teknologi canggih tidak akan mengubah orang yang tidak kreatif menjadi kreatif dan tidak mengubah orang dari tidak produktif menjadi produktif dalam menulis.5 Teknologi canggih akan memudahkan orang kreatif dan produktif mendapatkan informasi dan menyampaikan informasi secara mudah, cepat, akurat, dan murah.6 Sebagai ilustrasi, tahun 1990-an ada seorang mahasiswa program doktor dengan promotor dari Jerman. Untuk mengirimkan draf disertasinya menggunakan jasa paket memerlukan waktu sekitar
5. Pandangan tersebut dikuatkan oleh teman dosen muda yang menyampaikan bahwa teknologi informasi pada prinsipnya mempermudah secara teknis. Kutipan dan daftar pustaka dengan menggunakan program mendeley tinggal tekan satu tombol sudah tersusun secara benar tetapi tidak menjadikan orang yang tidak produktif menjadi produktif dan yang tidak kreatif menjadi kreatif.
6. Teknologi canggih seperti yang digambarkan dalam society 5.0 tentu juga memiliki kelemahan-kelemahan yang perlu diantisipasi, seperti ketergantungan terhadap energi listrik, operator, server, serta kemungkinan ancaman virus yang disebarkan oleh hacker.
Teknologi Digital sebagai Tantangan dan Peluang~ Sudartomo Macaryus
3 bulan dengan biaya Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah). Dengan adanya email, dan file dikirim dengan memanfaatkan jasa warnet hanya hitungan menit sudar terkirim dan diterima langsung oleh Promotor dengan biaya sewa warnet saat itu sekitar Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah). Saat ini semakin mudah dan semakin murah karena berbagai lembaga menyediakan fasilitas free wifi.
MEDIA DIGITAL MENGHADIRKAN INFORMASI VERBAL DAN NONVERBAL
Media digital berpotensi menghadirkan informasi secara verbal lisan dan tulis serta informasi secara nonverbal berupa warna, bentuk, dan gerak. Sebagian informasi dalam berbagai ragam tersebut disampaikan dengan menggunakan bahasa program.
Dengan demikian pengguna dituntut menguasai bahasa program untuk menghasilkan informasi dan tayangan yang dikehendaki.
Mesin ketik pertama kali ditemukan oleh C. Latham Sholes, Carlos Glidden, dan Samuel W. Soule pada tahun 1867. Temuan tersebut menjadi salah satu tonggak sejarah dalam hal cara penyimpanan berbagai fenomena secara verbal tulis. Jauh sebelum itu, telah terjadi penyimpanan yang dilakukan dengan memanfaatkan tulisan tangan, seperti yang tersimpan dalam bentuk prasasti, lempengan batu, tembikar, dan lontar.
Memasuki smart society 5.0, mesin ketik yang ditemukan dua abad yang lalu tetap masih dipertahankan sebagai basis pengembangan teknologi, khususnya PC, Android, dan Laptop. Akibat lanjutan dari inovasi teknologi telah disampaikan Nordfors (2016) ‒penulis buku Disrupting Unemployment‒ yang dalam uraiannya berusaha menjawab pertanyaan seperti: Bagaimana inovasi akan menciptakan atau menghancurkan pekerjaan? Bagaimana tempat kerja akan diatur di masa depan? Apa alternatif untuk pekerjaan? Seperti apa masa depan pendidikan dan kesejahteraan? Dia juga menekankan pertanyaan tentang masa depan kebijaksanaan, karena kita mungkin benar-benar mengambil risiko masa depan tanpa kebijaksanaan di masa sekarang (CRDS-FY2016-WR-13, 2016:3). Risiko lainnya adalah bahwa jaringan digital membentuk bagian dari tatanan kapitalis yang
| 375 mereproduksi ketidaksetaraan melalui partisipasi dan bagaimana partisipasi ini menunjukkan sifat hegemonik dan konsensual (2013:3).
Flisser (2011) menulis buku Does Writing Have a Future? Buku dengan judul pertanyaan retoris tersebut telah dijawab oleh Arif Satria, butir keempat seperti telah disebutkan di depan. Arif Satria memandang para mahasiswa IPB perlu memiliki keterampilan menulis (writing skills) agar mampu menuangkan ide, gagasan, pemikiran, inovasi baru, dan menularkannya kepada Society 5.0.
Dengan demikian dapat dijawab bahwa menulis masa depan. Dalam Society 5.0, menulis tetap menjadi media komunikasi andalan.
Teknologi digital yang ramah lingkungan karena meniadakan kertas akan berjalan seiring dengan teknologi cetak karena hingga saat ini pun sebagian masyarakat masih meminati bahan-bahan bacaan dari sumber yang dapat dipegang.7
Cepat, Akurat, dan Murah
Teknologi informasi secara nyata telah membuktikan keunggulan dalam menyebarkan informasi verbal dan nonverbal dapat berlangsung cepat, akurat, dan murah. Ketiganya memungkinkan mendekatkan jarah ruang dan waktu. Jarak ruang yang jauh didekatkan dengan komunikasi langsung yang lazim disebut dengan telekonferen dan komunikasi dengan menggunakan sambungan selular. Peristiwa dari berbagai belahan dunia dapat dihadirkan di depan layar dengan menggunakan model siaran on the spot. Perangkat elektronik dengan volume yang semakin kecil memungkinkan dilakukan mobilitas dengan kapasitas ruang yang tidak besar.
Realita yang terjadi dan berada di berbagai tempat dapat dihadirkan dalam ruang virtual. Saat ini bahkan peristiwa dari berbagai belahan dunia itu dapat dihadirkan dengan vasilitas yang berada di genggaman tangan. Dalam kondisi normal, teknologi informasi yang canggih ini berpeluang menyampaikan informasi secara akurat mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di berbagai tempat. Sebagai contoh kasus, pada tanggal 25 Agustus 2019 lalu berlangsung ritual seblang Bakungan. Panitia menyiarkan ritual
7. Istilah buku yang dapat dipegang disampaikan oleh Robert Wessing di kediamannya, saat penulis berkunjung ke rumahnya di Jember, Jawa Timur.
Teknologi Digital sebagai Tantangan dan Peluang~ Sudartomo Macaryus
tersebut secara streaming, sehingga dapat diikuti dari berbagai tempat, termasuk di Yogyakarta.
Sebagai media, teknologi informasi menghadirkan kenyataan yang sifatnya virtual. Vasilitas pandang dan dengar mampu menghadirkan periswita secara auditif dan visual. Akan tetapi fokus media pandang terbatas mengarah pada satu jendela. Dengan demikian apa yang disaksikan hanya mengikuti keinginan dan naluri yang memegang media visual (kamera). Media bekerja sesuai perintah yang terprogram.
Cerdas dan Bijaksana
Setiap lingkungan membentuk karakter komunitas masyarakat yang ada di dalamnya. Teknologi informasi berpotensi membangun lingkungan tertentu dan komunitas tertentu yang menuntut etika dan karakter para anggota yang ada di dalamnya. Ruang pertemuan, diskusi, dan komunikasi dapat dibangun di ruang virtual tanpa kehadiran anggota yang tegabung secara fisik. Dialog verbal (lisan dan tulis) dan nonverbal dimungkinkan berlangsung secara intensif.
Teknologi informasi menyediakan ruang yang terbuka untuk mendapatkan informasi dan untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat secara global. Ruang-ruang publikasi secara personal tersedia dan dapat digunakan secara bebas oleh siapa saja.
Memasuki ruang yang terbuka tersebut perlu pengguna cerdas, dewasa, bijaksana, dan berkarakter. Perilaku cerdas mampu memperhitungkan akibat lanjutan dari sebuah informasi. Penulis teringat dalam sebuah siaran televisi beberapa tahun silam, seorang ahli komunikasi memberikan contoh dalam pemberitaan, judul dapat menjadikan suasana panas atau sejuk. Judul berita “Pengemudi Kulit Hitam Dihajar Pemuda Kulit Putih” berpotensi memicu terjadinya kerusuhan antarras. Berbeda dengan “Seorang Pemuda Kulit Putih Menolong Pengemudi Kulit Hitam” yang terasa menyejukkan.
Mengapa, siapa, bagaimana, dan di mana sebagai kelengkapan berita dapat disampaikan pada uraian isi dengan menggunakan bahasa yang menyejukkan pula.
Perilaku dewasa terkait dengan rasa tanggung jawab. Dengan demikian pemublikasi informasi perlu bertindak dewasa yang
| 377 ditunjukkan dengan adanya rasa tanggung jawab. Tanggung jawab melekat erat pada status seseorang, deperti jabatan, kedudukan, dan profesi. Jabatan pemimpin bertanggungjawab untuk membawa organisasi mencapai tujuan bersama dengan mengoptimalkan potensi dan partisipasi semua yang menjadi bagian dari organisasi.
Kedudukan sebagai ulama bertanggunt jawab mengajarkan, menjadi contoh, dan membawa jemaat pada jalan keselamatan. Profesi sebagai guru bertanggung jawab mendidik dan mentransformasikan nilai- nilai yang diperlukan pembelajar agar kompetensinya terus tumbuh dan berkembang maksimal.
Perilaku bijaksana adalah ketepatan tindakan dalam menyikapi suatu keadaan, peristiwa, dan gejala tertentu. Ketepatan sikap tersebut mencerminkan keadilan, ketenangan batin, dan bersifat menenteramkan. Ketetapan dimungkinkan oleh adanya pertimbangan akal sehat, masuk akal, dan sesuai dengan situasi. Dengan demikian, perilaku bijaksana menunjukkan ketepatan tindakan dan cara bertindak. Dalam bahasa Jawa terdapat ungkapan bener dan pener ‘benar tindakan dan tepat cara’. Sebagai contoh, meminta uang saku adalah hak anak kepada orang tua, akan tetapi perlu mempertimbangkan kapan dan bagaimana cara meminta. Bila anak meminta pada saat orang tua baru pulang dari bekerja tentu kurang tepat. Akan sama-sama nyaman bila orang tua sudah istirahat dan ada waktu longgar untuk menyampaikan maksud. Sebaliknya ada anak yang sudah terbiasa menyampaikan maksud secara tersembunyi yang menuntut pemahaman orang tua. Ada anak setiap menjelang melewati toko eskrim menyampaikan kepada orang tuanya, Pak ngelak! ‘pak haus’. Orang tua yang mengetahui maksud anak tersebut kemudian berhenti membeli eskrim untuk anaknya.
Perilaku berkarakter menunjukkan sikap batin yang mendasari orang dalam berpikir, bertindak, bersikap, dan berperilaku. Karakter orang akan tampak pada tabiat dan perilaku hidup sehari-hari.
Ihwal karakter, beberapa kajian telah dipublikasi penulis (Macaryus, 2009; 2010a; 2010b; 2010c). Dalam salah satu tulisan disampaikan dengan mengacu yang dikembangkan di lingkungan perguruan Tamansiswa dan yang ditawarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Tamansiswa sebagai lembaga perjuangan, kebudayaan,
Teknologi Digital sebagai Tantangan dan Peluang~ Sudartomo Macaryus
dan pendidikan menawarkan berbagai karakter serba tiga. Dalam kemandirian belajar Tamansiswa menawarkan ajakan nitèni, niroké, nambahi ‘mencermati, menirukan, menambahkan’; bidang kepemimpinan ing arsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani ‘di depan menjadi teladan, di tengah menjadi kekuatan, dan di belakang menjadi pendorong’; dalam hal sikap budaya mengajak untuk ngerti, ngrasa, nglakoni ‘mengerti, merasa, melakukan atau menjalani’. Sementera itu, Kementerian Pendidikan Nasional, dengan adanya masukan dari berbagai pihak menetapkan delapan belas nilai, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/berkomunikasi, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, dan tanggung jawab.8
Selanjutnya, teknologi informasi dapat diumpamakan sebagai mata pisau. Di satu sisi mata pisau dapat digunakan untuk mengiris apel yang tersedia di meja makan. Di sisi lain, mata pisau dapat digunakan untuk mengiris urat leher (Damono, 1982). Teknologi informasi berpotensi untuk menyebarkan kearifan, informasi, ajaran, dan ajakan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat, akan tetapi juga berpeluang untuk menebarkan kebencian, kejahatan, dan kemaksiatan. Masyarakat Amerika yang memberi kemudahan dalam kepemilikan senjata api memiliki ungkapan Guns don’t people, people do ‘senjata api tidak membunuh manusia, manusia yang melakukan’.
Sejalan dengan ungkapan tersebut, dalam bidang teknologi informasi dapat diformulasikan ungkapan Teknologi informasi tidak menebar kebencian, manusialah yang melakukannya.
Teknologi adalah produk yang dihasilkan oleh manusia, untuk mempermudah dan untuk meningkatkan derajat atau kualitas hidupnya. Manusialah yang memiliki kewajiban menggunakan dan memanfaatkan untuk keperluan tersebut. Manusialah yang harus memanfaatkan teknologi dan mengendalikannya dan jangan sampai manusia menjadi budak teknologi. Salah satu benda buatan manusia
8. Secara resmi memang belum ada surat keputusan, edaran, atau yang lain mengenai karakter yang perlu ditanamkan kepada peserta didik. Akan tetapi dalam ceramah yang disampaikan oleh Wakil Menteri Pendidikan Nasional menyebutkan delapan belas karakter tersebut. Hal itu disampaikan oleh Suparno pada diskusi mengenai pendidikan karakter di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 4 Agustus 2011.
| 379 yang memperbudak sebagian manusia adalah uang. Salah satu kata kunci yang dapat menghindarkan dari kencenderungan diperbudak oleh benda buatannya sendiri adalah mampu mengendalikan diri.
SIMPULAN
Uraian di depan menunjukkan bahwa perkembangan teknologi informasi generasi 5.0 berpeluang memberikan kemudahan dan kenyamanan hidup bagiumat manusia di seluruh muka bumi.
Beberapa kata kunci yang terkait dengan pemanfaatan teknologi generasi 5.0 adalah big data, sensor, dan robot. Sebagai produk berupa artefak, teknologi informasi tetap merupakan sarana yang memerlukan pengendalian manusia yang menggunakannya agar dapat meningkatkan derajat dan kualitas hidup manusia.
Era smart society 5.0 yang menyediakan fasilitas canggih di genggaman tangan, menuntut pengembangan sikap pengguna yang cerdas, dewasa, bijaksana, dan berkarakter. Keempat sikap tersebut memungkinkan masyarakat pengguna mampu mengendalikan dan memanfaatkan teknologi indormasi dan bukan sebagai budak teknologi.
Dalam hal pengembangan akademik, teknologi 5.0 memberikan peluang dan kemudahan untuk mendapatkan informasi dan menyebarkan informasi. Akan tetapi, dalam kaitannya dengan kemampuan menghasilkan karya ilmiah teknologi canggih tidak akan mampu mengubah manusia yang tidak kreatif dan menjadi kreatif dan tidak akan mengubah manusia yang tidak produktif menjadi produktif. Akan tetapi, di tangan manusia yang kreatif dan produktif, teknologi cangih akan memberikan banyak kemudahan.
DAFTAR PUSTAKA
Flusser, Vilém. 2011. Does Writing Have a Future? London: University of Minnesota Press.
CRDS-FY2016-WR-13. 2016. Future Services & Societal Systems in Society 5.0. Japan: Center for Research and Development Strategy Japan Science and Technology Agency.
Teknologi Digital sebagai Tantangan dan Peluang~ Sudartomo Macaryus
Crosby, Barbara C. dan Bryson, John M. 2005. Leadership for the Common Good: Tackling Public Problems in a Shared-Power World. San Francisco: Jossey-Bass.
Damono, Sapardi Djoko. 1982. Mata Pisau. Jakarta: Balai Purtaka.
Fukuyama, Mayumi. 2018. “Society 5.0: Aiming for a New Human- Centered Society”. Japan Spotlight. July / August 2018 49.
Griffitha, Jennifer A.; Baur, John E.; Buckley, M. Ronald Buckley. 2018.
“Creating Comprehensive Leadership Pipelines: Applying the Real Options Approach to Organizational Leadership Development”. Human Resource Management Review. https://
doi.org/10.1016/j.hrmr.2018.07.001.
http://www.poetrybeyondtext.org/digital-poetry.html.
Macaryus, Sudartomo. 2009. “Peribahasa dan Kearifan Lokal”.
Makalah Seminar Nasional Membangun Nilai-nilai Kehidupan (Karakter) dalam Pendidikan, di Universitas Negeri Yogyakarta, pada hari Minggu, 28 Juni 2009.
Macaryus, Sudartomo. 2010a. “Wulangreh dan Pembentukan Karakter Antikorupsi”. Disampaikan pada Seminar Internasional Bahasa dan Sastra 2010 “Bahasa dan Sastra dalam Konteks Kebangsaan”. Di Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat, pada tanggal 6-7 Juli 2010.
Macaryus, Sudartomo. 2010b. ““Meninggalkan” Seminar?”. Dalam Menulis: Dari Mengapa dan Bagaimana sampai Profesor Mencerahkan Masyarakat. Yogyakarta: Kepel Press.
Macaryus, Sudartomo. 2010c. “Berekspresi Literer dan Pembentukan Karakter: Sebuah Pengalaman”. Dalam Idiosinkrasi:
Pendidikan Karakter Melalui Bahasa dan Sastra. Prosiding Seminar Nasional “Optimalisasi Peran Pendidikan Bahasa dan Sastra dalam Membentuk Karakter Bangsa”. Di Universitas Negeri Jakarta, pada tanggal 30 Oktober 2010.
Mejias, Ulises Ali. 2013. Off the Network: Disrupting the Digital World.
London: University of Minnesota Press.
| 381 Nordfors, David; Cerf, Vint; Senger, Max. 2016. Disrupting
Unemployment: Reflection on a Sustainable, Middle Class Economic Recovery. Kansas City: Ewing Marion Kauffman Foundation.
Tauchid, Moch., Soeratman., Sajoga., Lahade, Ratih S., Sondoro., Surjomihardjo, Abdulrachman (Tim Penerbitan). 2004. Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Pertama: Pendidikan. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
The Liang Gie. 1998. Cara Belajar yang Efisien: Sebuah Buku Pegangan untuk Mahasiswa Indonesia. Jilid I. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.
Teknologi Digital sebagai Tantangan dan Peluang~ Sudartomo Macaryus