• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

19 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan rujukan terhadap penelitian selanjutnya sehingga fungsinya penting untuk melihat apakah terdapat penelitian terbaru dan perbedaan. Penelitian terdahulu melihat terdapat kesmaan dalam pengambilan judul dan tema yang sama, tetapi lokasi yang di gunakan untuk penelitin berbeda, selain itu penelitian terdahulu menjadi pembeda dengan penelitian selanjunya agar tidak terjadi kesamaan. Berikut merupakan penelitian terdahulu mengenai tema yang sama tentang jaringan sosial.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No. Judul Penelitian dan Nama Peneliti

Hasil Penelitian Relevansi

1. Muhammad Sandi Agusti

(2018) Jaringan Sosial

Dalam Aktivitas Pedagang Kue Tradisional Di

Klurahan Limbungan

Baru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pedagang kue

tradisional memiliki tingkat kerentanan jaringan yang sedang.

Jaringan pengrajin yang meninggalkan produk buatannya memiliki luas jaringan yang pendek. Jenis

Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama meneliti tentang jaringan sosial mengenai usaha makanan dalam, dan jaringan sosial di butuhkan dalam aktivitas berdagang. Namun memiliki perbedaan diamana penelitian yang akan di lakukan akan meneliti tentang jaringan sosial

(2)

20 Kecamatan

Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru

jaringan sosial yang dibuat di jaringan sosial pembuat kue adalah jenis jaringan interest (kepentingan).

Relasi sosial antara

pedagang dan

pengrajin tampak dalam bentuk yang sederhana, namun bernilai tinggi.

pada home industry makanan ringan pia yang berada di Kampung Pia Dusun Warurejo, Desa Kejapanan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan.

2. Zeni Eka Putri (2018) Pemanfaatan Jaringan Sosial

dalam Pengembangan

Usaha Oleh Pelaku Umkm

(Studi Kasus:

8 PelakuUMKM

pada Sentra Makanan Rendang di

Kelurahan Sungai Durian,

Kecamatan Lamposi Tigo

Hasil penelitian Pelaku

usaha UMKM

Makanan Rendang sudah memiliki jaringan sosial secara mikro dalam hal

produksi dan

pemasaran yaitu dengan pelaku usaha lainnya sperti penyedia bahan baku dan pembeli (pelanggan).

Jaringan mikro juga termasuk dalam proses

produksi dan

pemasaran. Selain itu ada jaringan sosial meso dengan beberapa pihak, yakni dengan

Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jaringan sosial mikro juga sudah ada di home industry kampung pia, jaringan sosial mikro terjalin antara pelaku home industry dengan konsumen, penyedia bahan baku serta sesama pelaku usaha home industry yang ada di kampung pia. Perbedaanya penelitian yang akan dilakukan mengenai jaringan sosial home industry makanan ringan pia di kaji dengan teori sosiologi mengenai jaringan sosial.

(3)

21 Nagari, Kota

Payakumbuh)

Dinas Koperasi dan UMKM dengan pihak bank dll.

3. Laras

Nuroyani dan Grendi Hendrastomo

(2017) Jaringan Sosial

Pedagang Martabak (Lebaksui)

Pola jaringan sosial yang terbentuk berdasarkan kekeluargaan dan kekerabatan, banyaknya pola tersebut menjadikan pedagang memiliki sebuah ikatan yang kuat natara keluarga.

Pola jaringan sosial terbentuk juga melalui interaksi dan

komunikasi yang berkaitan dengan masing-masing yang merajuk kedalam dinamik sesuatu kelompok.

Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama melakukan penelitian pada jaringan sosial. dalam jaringan sosial dibutuhkan dalam aktivitas perdagangan. Pada penelitian terdahulu jaringan sosial lebih terbentuk

berdasarkan ikatan keluarga

4. Iin Indrayati (2017) Ekonomi Moral Dalam Jaringan Sosial

Pada Usaha Mikro (Studi:

Jaringan Sosial

Jaringan sosial yang pada usaha kripik tempe terdiri dari jaringan sosial mikro anatara pemilik industri kripik tempe dengan pemasok bahan mentah. Pemilik

Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penggunaan jaringan sosial di dalam berkembangnya suatu industri.

Baik tingkat jaringan dalam ekonomi, yakni jaringan mikro dan meso. Namun memiliki

(4)

22 Usaha Kripik

Tempe Sido Gurih di Jorong Padang

Bintungan Nagari Sialang

Gaung Kecamatan

Kota Baru Kabupaten Dharmasraya)

industry, serta berinteraksi dalam proses bisnis, berahir sebagai kegiatan transaksi jual beli dan terbentuknya ikatan.

Jaringan meso antara produsen yang sekaligus pemilik industri tempe.

perbedaan diamana penelitian yang akan di lakukan akan meneliti tentang jaringan sosial pada home industry makanan ringan pia yang berada di Kampung Pia Dusun Warurejo, Desa Kejapanan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan.

5. Sandra Oktaviana

(2015) Pengaruh Modal Sosial

Jaringan Terhadap Kekuatan Saluran Distribusi Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pengrajin

Muslim Emping Melinjo Di Desa Mejono,

Kecamatan Plemahan,

Modal sosial berupa jaringan titik-titk yang

menhubungkan satu sama lain dalam jaringan yang disebut

hubungan sosial.

pengaruh modal sosial jaringan terhadap saluran distribusi produk usaha pada pengerajin muslim emping melinjo di

Desa Mejono, Kecamatan Plemehan,

Kabupaten Kediri.

Hubungan antara modal sosial dan jaringan pada dstribusi

produk usaha emping melinjo dengan

Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama meneliti tentang industri pada makanan ringan, dan juga menggunakan jaringan yang di dalm modal sosial untuk saluran distribusi emping melinjo sama halnya dengan home industry makanan ringan pia yangada di Kampung Pia.

Namun memiliki perbedaan diamana penelitian yang akan di lakukan akan meneliti tentang jaringan sosial pada home industry makanan ringan pia yang berada di Kampung Pia Dusun Warurejo, Desa Kejapanan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan.

(5)

23 Kabupaten

Kediri)

mengedepankan kerjasama dengan baik

terhadap pemasok, pelanggan maupun pedagang perantara.

Dengan pertukaran informasi mengena emping melinjo maka

membuat peluang distribusi produk

meningkat. Jika penjulan meningkat

maka pendapatan pengerajin emping melinjo meningkat.

2.2 Jaringan Sosial

2.2.1 Pengertian Jaringan Sosal

Jaringan sosial merupakan bagian dari modal sosial, Lawang menyebutkan modal sosial adalah berubah dari hal yang diperoleh individu kepada hal yang dimiliki maupun tidak dimiliki oleh individu lainnya misalnya dari kelompok komunitas, kota, daerah, negara bahkan benua. Robet Putnam mendefinisiskan modal sosial sebagai sumber daya yang di miliki oleh individu maupun kelompok yang memiliki bagian dari keseluruhan. Bagian ini diterapkan sebagai norma- norma sosial yang menjadi bagian keseluruhan dari modal sosial, contohnya saja kejujuran, sikap dalam menjaga suatu kesepakatan yaitu komitmen, pelaksanaan

(6)

24 kewajiban, rasa saling menguntungkan atau tadanya timbale balik dengan yang lainnya. Norma-norma sosial yakni merupakan aturan tidak tertulis di dalam sistem sosial untuk mengatur masyarakat dalam berperilaku baik saat berinteraksi dengan orang lain. Modal sosial di gunakan sebagai pembelajaran untuk mengetahui serta meneliti mengenai kepercayaan, norma dan jaringan, gerakan yang tercipta dan sumber yang nantinya menjadi kepercayaan, norma dan jaringan, setelah itu ketiga aspek tersebut diterapkan di dalam kelurga serta berhubungan dengan lingkungan sosial yang ada (Lawang,2004).

Jaringan sosial adalah dimensi sosial kepercayaan dan norma. Konsep jaringan dalam kapital sosial lebih dari itu fokus pada ikatan antar simpul, simpul ini bisa berupa orang atau grup (organisasi). Dalam hal ini, ada pemahaman mengenai hubungan sosial mana yang terikat oleh keberadaan kepercayaan, kepercayaan dipelihara dan dipertahankan oleh norma yang ada. Dalam konsep jaringan ini terdapat elemen-elemen yang bekerja melalui media Hubungan sosial menjadi kerjasama. Pada dasarnya jaringan sosial Dibentuk oleh saling tau dan membantu satu sama lain menerapkan atau untuk mengatasi sesuatu, pada hakikatnya konsep jaringan dalam kapital sosial menunjuk dalam semua hubungan dengan orang atau kelompok lain dan dijadikan aktivitas itu efektif (Lawang,2005).

Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, di mana ikatan yang menghubungkan suatu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial, maksut dari titik-titik disini adalah orang, organisasi, posisi, peranan, masyarakat kelompok, tetangga, masyarakat, negara, status dan sebagainya (Agusyanto

(7)

25 2007:13). Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun informal.

Menurut Mitchell jaringan sosial merupakan seperangkat hubungan- hubungan khusus atau spesifik yang terbentuk di antara sekelompok orang, dimana karakteristik hubungan-hubungan tersebut dapat digunakan untuk menginter- pretasikan motif-motif perilaku sosial dari orang yang terlibat di dalamnya (Haryono 2007:4). Hubungan sosial yaitu menghubungkan antara satu orang (titik) dengan orang-orang lain di mana melalui jalur atau saluran biasa dialirkan sesuatu, misalnya barang, jasa, atau informasi (Agusyanto 2007:13). Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasamadan koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal (Damsar, 2002: 157).

Hubungan sosial yang terjadi antara dua orang menggambarkan adanya pengharapan peran dan masing-masing lawan interaksinya. Tingkah laku yang diwujudkan dalam suatu interaksi sosial itu sistematik, meskipun para perilakunya belum menyadarinya, karena itu, jaringan sosial berbeda dengan kelompok karena anggota jaringan masyarakat seringkali tidak dicapai oleh individu atau tidak selalu dicapai oleh individu yang bersangkutan (Agusyanto 2007:18). Bott dan Barnes mengatakan bahawa jaringan-jaringan sosial dapat berguna untuk menjelaskan atau mengartikan sikap atau perilaku di dalam macam-macam siatuasi sosial yang bersifat luas dan tidak berukuran hanya pada studi tentang konjungal (Agusyanto 2007:28).

(8)

26 Jaringan menurut Robert M.Z Lawang merupakan gabungan anatara net dan work, sehingga menjadi network. Maka jaringan sosial menurut Lawang sebagai berikut (Damsar&Indrayani, 2009:157-158):

1. Adanya ikatan simpul yang bersifat perorangan maupun kelompok yang saling berhubungan menggunakan media sosial. Ikatan hubungan ini memiliki trust, karena trust di gunakan untuk menjalin ikatan antara kedua belah pihak.

2. Terdapat kerjasama diantara peorangan dan grub yang dibentuk melalui hubungan sosial menjadi kerja kolaboratif daripada kerja koletif.

3. Sebagai halnya seperti jejaring tidak mungkin akan berhenti menjalin kerja antara sampul itu harus kuat menanggung beban bersama, dan bisa

“menangkap ikan” sangat banyak.

4. Elemen jejaring ini terdapat ikatan (sampul) jaringan dikatakan tidak bisa berdiri sendiri. Jika salah satu bagian sampul tidak tersambung, maka seluruh jaringan tidak bisa berfungsi lagi sampai sampul tersebut diperbaiki kembali. Semua sampul menjadi satu kesatuan, dan memiliki daya ikat yang kuat. Dalam hal ini, simulasi tidak sepenuhnya benar, apalagi jika hanya terdapat dua orang yang membantuk jaringan.

5. Media menjadi penyambung dan garis dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau hubungan antar manusai tidak dapat dipisahkan.

6. Hubungan atau pengikut (sampul) adalah norma yang mengatur dan memelihara bagaimana ikatan dan media itu diatur dan dijaga.

2.2.2 Ciri Jaringan Sosial

(9)

27 Suparlan (1982: 36-39) mengungkapkan terdapat beberapa hal yang merupakan ciri-ciri yang utama dari jaringan sosial. Berikut merupakan ciri-ciri jaringan sosial:

1. Titik-Titik, adalah tanda yang menghubungkan antara satu dengan yang lain oleh sejumblah garis ini merupakan bagian bentuk termasuk orang, peran, posisi, status kelompok, tetangga, organisasi, komunitas, negara, dll.

2. Garis berguna untuk menghubungkan atau mengikat antara satu dengan yang lain, terdapat beberapa pertemuan, kekeluargaan, dan pertukaran hubungan di jaringan sosial, serta antara organisasi, persekutuan militer dan sebagainya.

3. Ciri-ciri struktur, merupakan gambaran dari garis yang menghubungkan beberapa atau satu titik-titik dalam suatu jaringan sosial, dan dapat digolongkan ke jaringan sosial mikro maupun mikro, tergantung dari masalah-masalah tergantung dari tujuannya.

4. Dalam konteks (ruang), setiap jaringan ada dalam bentuk yang benar-benar dapat dibuktikan (secara fisik) di dalam sebuah ruangan, maupun dalam ruang yang ditentukan secara sosial, atau keduanya. Misalnya, jaringan transportasi digambarkan dalam ruang fisik, dan setiap jaringan dibentuk oleh hubungan sosial informal di dalam organisasi.

5. Aspek-aspek temporer, yang digunakan dalam maksut tertentu dalam beberapa analisa, jaringan sosial bisa di anggap bagus di saat yang sama maupun pada saat yang sudah berlalu ataupun sebagai gejala yang tidak berubah ataupun berubah.

(10)

28 2.2.3. Karakteristik Jaringan Sosial

Jaringan sosial dapat menggambarkan tingkah laku individu dalam berbagai situasi sosial. Mitchell J Clyde mengatakan terdapat dua karakteristik penting dalam jaringan sosial:

1. Karakteristik Morphologi

Karakteristik ini ikatan yang terjadi antara 1individu dengan individu yang lain dengan menganut tingkah laku sosial yang berada di dalam jaringan. Oleh karena itu karateristik morphologi dapat dilihat melalui aspek struktural tingkah laku sosial individu yang terdapat pada jaringan yang dibagi menjadi 4 unsur yakni:

a) Achorage merupakan totalitas suatu hubungan yang tercipta dalam suatu jaringan, dimana diposisikan pada individu tertentu yang memiliki sebuah masalah yang menarik untuk diamati.

b) Reachability merupakan ukuran tingkah laku yang terdapat pada individu yang mempengaruhi individu yang lain.

c) Densitas merupakan ukuran yang terdapat pada individu yang memiliki hubungan dengan individu yang lain.

d) Range merupakan individu yang melakukan kontak secara langsung dengan individu yang lain dalam sebuah jaringan.

2. Karakteristik Interaksional

Karakteristik ini melibatkan suatu hubungan yang terjadi antara individu dengan individu yang lain, yang di lihat dari sudut tingkah laku dan proses interaksi

(11)

29 antar individu tersebut. Oleh karena itu interaksi antar individu lebih condong ke arah tingkah laku dari individu, dari proses interaksi yang sedang terjadi antar individu dengan individu dibagi menjadi 5 unsur yakni:

a) Content, merupakan hubungan yang terjalin antar individu dengan individu yang lain yang memiliki tujuan tertentu yang sama. Hubungan content ini terjadi karena adanya norma, kepercayaan dan nilai yang sudah disepakati bersama. Hubungan antara individu ini dibedakan, selain bemacam-macam satu sama lain, contohnya berdasarkan kekerabatan, pekerjaan, kasta, dan sebagainya.

b) Directedness, merupakan suatu jaringan yang dapat terlihat apakah suatu hubungan yang terjadi dengan individu dengan yang lain hanya merupakan hubungan yang sifatnya bertujuan pada satu individu ataupun sebaliknya.

c) Durability, merupakan jaringan sosial akan ada jika individu mengetahui hak serta kewajiban untuk menentukan atau menetapkan orang lain.

Kesadaran terhadap hubungan ini dapat digunakan sebagai tujuan tertentu, untuk menggapai beberapa informasi.

d) Intensitas, merupakan hubungan jaringan sosial dapat dilihat dari sudut individu itu sendiri untuk memiliki rasa tanggung jawab atau memiliki kebebasan untuk mengekspresikan haknya dengan individu yang lain.

Contohnya dengan beratap muka belum tentu menjamin intensitas atau jika dibandingkan dengan jarang berkomunikasi justru intensitas dapat terlihat dari hubungan antar mereka.

(12)

30 e) Frekuensi, merupakan karakteristik nyata dari adanya interaksi yang terjadi dalam suatu jaringan yang terlihat secara sederhana yang nilainya di ukur dengan kontak dengan antar individu.

2.2.4 Tingkatan Jaringan Sosial

Menurut Damsar jaringan dapat dilihat dari 3 tingkatan, tingkatan tersebut yaitu, ikatan mikro, meso dan makro (Damsar & Indrayani, 2009: 160-166):

1. Tingkatan Mikro, merupakan interaksi sosial di antara manusia dengan individu lainnya, pada dasarnya interaksi ini dapat dilakukan sehari-hari.

Hubungan sosial yang terjalin terjadi dari adanya interaksi sosial di antara mereka. Jadi jaringan sosial mikro itu terjadi di antara individu yang terjadi dalam kegiatan sehari-hari.

2. Tingkatan Meso, tingkatan ini terjadi saat berinteraksi dengan orang lain, biasanya dalam konteks berkelompok. Dari hubungan tersebut terjadilah suatu ikatan yang disebut jaringan sosial tingkatan meso. Jaringan kelompok meso ini bisa di temui dengan sesama ikatan pekerjaan, hobi, alumni, dan sebagainya.

3. Tingkatan Makro, jaringan tingkatan mikro terbentuk dari adanya sampul- sampul dari beberapa kelompok. Dengan kata lain jaringan makro terbentuk dari ikatan antara dua kelompok atau lebih. Kelompok yang dimaksut bisa terjadi dalam bentuk organisasi, institusi, dan juga negara.

2.2.5 Keteraturan Jaringan Sosial

(13)

31 Epstein dan Mitchell memberikan pernyataan mengenai keteraturan- keteraturan di dalam jaringan hubungan sosial. Epstein dan Mitchell membagi menjadi tiga tipe keteraturan (Agusyanto, 2007: 30-31), yaitu:

1. Keteraturan struktural (structural order), di mana perilaku orang-orang diinterpresentasikan dalam term tindakan-tindakan yang sesuai dengan posisi-posisi yang mereka duduki dalam suatu perangkat tatanan posisi- posisi, seperti dalam, sebuah pabrik, keluarga, asosiasi sukarela, oraganisasi, dan sebagiannya.

2. Keteraturan katerogikal (categorical order), di mana perilaku seseorang di dalam situasi-situasi yang tidak terstruktur bisa diinterpretasikan ke dalam term stereotipe-stereotipe seperti kelas, rasa tau suku bangsa, dan sebagianya.

3. Keteraturan personal (personal order), di mana perilaku orang-orang, baik di dalam situasi yang terstruktur maupun yang tidak, bisa diinterpretasikan ke dalam pengertian ikatan-ikatan personal yang dimiliki seorang individu dengan orang-orang lain.

Jaringan sosial memberikan suatu pendekatan baru untuk mengatasi serta memahami masalah-masalah kompleksitas perilaku dan strukturdengan level-level abstarksi analisis yang berbeda-beda.Pertama, jaringan sosial yang terjadi di satu sisi menciptakan struktur sosial, sementara di sisi lain struktur sosial yang di cipatakan tersebut membatasi atau memberikan ketidakleluasaan terhadap tindakan, baik tindakan individual maupun kolektif para individu yang terlibat di dalam saling keterhubungan itu. Kedua, sikap dan perilaku individu ditentukan oleh

(14)

32 konteks-konteks sosial di mana tindakan itu diwujudkan. Jaringan yang berisi hanya satu jenis hubungan sosial (muatan sosial) disebut sebagai jaringan partial.

Jaringan partialmenurutmerupakan semua inti (hasil penyaringan) dari jaringan

total yang didasarkan pada kriteria-kriterua yang bisa diterapkan/dipakai terhadap keseluruhan jaringan (Barnes: 1969).

2.2.6 Jenis Jaringan Sosial

Ditinjau dari hubungan-hubungan sosial yang membentuk jaringan-jaringan sosial yang ada dalam masyarakat, dapat dibedakan menjadi tiga jenis jaringan sosial, (Agusyanto, 20111) yaitu:

1. Jaringan interest (jaringan kepentingan), dimana hubungan-hubungan sosial yang membentuknya adalah hubungan-hubungan sosial yang bermuatan kepentingan. Jaringan kepentingan terbentuk atas dasar hubungan- hubungan sosal yang bermakna pada “tujuan-tujuan” tertentu atau kusus yang ingin dicapai oleh para pelaku. Bila tujuan-tujuan tersebut sifatnya spesifik dan konkret biasanya hubungan itu tidak berkelanjutan. Bila hubungan-hubungan sosial terwujud spesifik dan konkret sifatnya sebentar dan bisa berubah-ubah. Bila tujuan-tujuan tidak sekonkret dan spesifik maka struktur yang terbentuk pun menjadi relatif stabil.

2. Jaringan sentiment (jaringan emosi), yang terbentuk atas dasar hubungan- hubungan sosial yang bermuatan emosi. Hubungan-hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial misalnya dalam pertemanan, percintaan atau hubungan kerabat, dan sejenisnya. Sejumblah kelompok nilai dan norma yang ditegakkan atas struktur hubungan guna memilihara

(15)

33 keberlangsungan. Lahirnya nilai-nilai dan norma-norma yang mengembangkan kontinuiatas pola-pola jaringan yang relative stabil sepanjang waktu. Jaringan tipe ini menghasilkan suatu rasa solidaritas.

Artinya para pelaku cenderung mengurangi kepentingan-kepentingan pribadinya.

3. Jaringan power di mana hubungan-hubungan sosial yang membentuknya adalah hubugan-hubungan sosial yang bermuatan power. Masing-masing jenis/tipe jaringan sosial tersebut memiliki “logika situasional” yang berbeda satu sama lain. Konfigurasi-konfigurasi saling keterhubungan antar pelaku di dalamnya disengaja atau di atur. Tipe jaringan sosial ini muncul bila pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditargetkan membutuhkan tindakan kolektif, dan konfigurasi saling keterhubungan antar pelaku biasanya dibuat permanen. Jaringan sosial tipe ini harus mempunyai pusat power, yang secara terus-menerus mengkaji ulang kinerja (performance)

unit-unit sosialnya dan memolakan kembali strukturnya untuk peningkatan efesieninya.

2.2.7 Sifat Jaringan Sosial

Jaringan sosial mmiliki sifat yakni positif dan negatif atapun terbuka dan tertutup. Sifat jaringan sosial memiliki beberapa prinsip sebagai tolak ukur untuk melihatnya yakni (Lawang, 2004):

1. Setiap jaringan sosial harus di ukur dari fungsi ekonominya dan fungsi kesejahteraan sosial sekaligus. Penggunaan fungsi ekonomi dalam hal produktivitas, efisiensi dan efektifitas yan tinggi, selain itu fungsi sosial

(16)

34 mengacu pada pengaruh partisipatif, kebersamaan disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi. Jaringan sosial semacam itu disebut kapital sosial, argumen telah dikemukakan pada sifat sosial di bawah konsep kapital sosial.

2. Masih memiliki fungsi memperlancar (melumasi) aktivitas dalam ekonomi, jaringan sosial harus terbuka unruk setiap orang segingga memberikan kesempatan kepada publik menilai fungsinya dalam mendukung kepentingan umum.

3. Kombinasi fungsi ekonomi dan sosial yang termasuk dalam kapital sosial tentunya memiliki karakteristik pembebasan dan integrasi. Karena itu jaringan yang kaya dan lemah dalam hubungan pemasaran yang eksploitasi bikan kapital sosial.

2.3 Home Industry

2.3.1 Pengertian Home Industry

Industri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan proses kegiatan dalam mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan contohnya adalah mesin. Industri adalah proses pengaplikasian dari metode-metode secara kompleks serta canggih untuk meproduksi barang-barang dan jasa, merode yang dimaksud merupakan mesin yang digunkan sebagai alat untuk memperbaiki dan mengembangkan suatu produk menjadi barang jadi dan berkualitas (Sastrodiningrat, 1986). Home bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya adalah rumah, tempat tinggal, atau kampung halaman yang merupakan pusat lembaga dan kehidupan manusia, serta tempat untuk berinteraksi dengan keluarga.

(17)

35 Singkatnya home industry rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil.

Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah (Armelia dan Damayantie, 2013).

Tulus T.H Tambunan, industri rumah tangga, merupakan unit-unit usaha yang sifatnya lebih tradisional, dalam arti menerapkan sistem organisasi dan manjemen yang baik seperti lazimnya dalam perusahaan modern, tidak ada pembagian kerja dan sistem pembukuan yang jelas (Tambunan, 2002:166).

Berdasarkan Biro Pusat Statsistik tahun1998, mengartikan industri kecil karena batasan jumblah karyawan atau tenaga kerja dalam membedakan skala industri yang dapak dikelompokkan menjadi beberapa bagian, sebagai berikut:

1. Perusahaan atau industri rumah tangga jika mempekerjakan 1 sampai 4 orang.

2. Perusahaan ataupun industri pengolahan merupakan bentuk jasa industri pengolahan yang mempekerjakan 1- 19 orang termasuk pengusaha, baik perusahaan atau jasa yang memiliki badan hukum maupun tidak.

3. Perusahaan ataupun industri kecil jika mempekerjakan 5-19 oarang.

4. Perusahaan atau industri sedang jika mempekerjakan 20 sampai 99 orang.

5. Perusahaan atau industri besar jika mempekerjakan 100 orang atau lebih.

(18)

36 Dikatakan sebagai perusahaan yang berskala kecil, karena kegiatan ekonomi beroprasi di dalam rumah. Kriteria usaha berskala kecil sudah di tetapkan berdasarkan Undang_Undang No. 9 Tahun 1995, yang menyebutkan bahwa usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan paling bersih paling banyak sekitar 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000. Kriteria lain dalam UU No. 9 Tahun 1995 adalah:

milik WNI, berdiri sendiri, berafiliasi langsung tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan hukum maupun tidak karena termasuk usaha kecil yang berada di lingkup keluarga.

Undang-undang No.20 Tahun 2008 mengenai usaha mikro kecil menengah, yang menyebutkan bahwa usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan paling banyak 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dengan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 Milyar. Usaha ekonomi ini dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak pengusaha atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini (UUD RI No. 20, 2008).

Usaha kecil yang disebutkan di sini termasuk usaha informal dan usaha kecil kecil tradisional. Usaha kecil informal tidak terdaftar dan belum terdaftar secara hukum. Pengusaha kecil termasuk dalam kelompok ini, petani pedagang kaki lima, dan pemulung. Pengertian usaha kecil tradisional adalah yang menggunakan alat produksi sederhana yang diturunkan dari generasi ke generasi, terkait seni dan budaya (Shopiah dan Syihabudin, 2008).

(19)

37 2.3.2 Jenis –Jenis Home Industry

Sebelum memulai bisnis, terlebih dahulu harus memilih bidang yang akan ditekuni. Pemilihan bidang bisnis agars bisa mengenal asal mula usaha tersebut dan dapat mengelolanya. Bidang ini harus dipilih dan disesuaikan dengan minat bakat seseorang, karena minat dan bakat menetukan faktor dalam menjalankan bisnis stau usaha (Kasmir, 2009).

1. Menurut SK Mentri Perindustrian No. 19/M/I/1986 bahwa jenis industri sebagai berikut:

a. Industri kimia dasar contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dan sebaginya.

b. Industri mesin dan logam dasar, misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dan lain-lain.

c. Industri kecil contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dan lain-lain.

2. Berdasarkan jumblah tenaga kerja:

a. Industri rumah tangga, adalah industri yang jumblah karyawan / tenaga kerja berjumblah antara 1-4 orang.

b. Industri kecil adalah industri yang jumblah karyawan / tenaga kerja berjumblah antara 5-19 orang.

(20)

38 c. Indsutri sedang atau industri menengah adalah industri yang jumblah karyawan /tenaga kerja berjumblah antara 20-99 orang.

d. Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumblah antara 100 orang atau lebih.

3. Berdasarkan pemiihan lokasi:

a. Industri yang meninjau atau menetapkan pada pasar (market oriented) adalah industri yang dibuat sesuai dengan lokasi keinginan target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati pundi-pundi dimana terdapat potensi dari konsumen. Semakin dekat ke pasar aka semakin menjadi lebih baik.

b. Industri yang meninjau atau menetapkan pada tenaga kerja /labor (man power oriented industry) adalah industri yang dibuat dengan lokasi di pusat pemukiman

penduduk karena biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak bekerja/pegawai untuk lebih pengaruhnya dan tujuannya.

c. Industri yang meninjau atau menetapkan pada bahan baku (supply oriented industry) merupakan jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku

berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.

4. Berdasarkan kegiatan perorangan

a. Industri primer merupakan industri penghasil barang-barang bukan dari olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu sebelumnya, contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan perikanan, dan sebagainya.

(21)

39 b. Industri sekunder merupakan industri yang berasal dari bahan mentah lalu di olah sehingga menjadi barang-barang untuk diolah kembali. Misalnya adalah permintaan benang sutra, komponen elektronik, dan sebaginya.

c. Industri tersier merupakan industri yang memproduksi layanan jasa, contohnya seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi.

2. Selain itu menurut Harimurti (2012), terdapat bebagai jenis home industry antara lain sebagai berikut:

a. Usaha Perdagangan:

• Keagenan: Agen koran dan majalah, sepatu, pakaian, dan lain lain.

• Pengecer: Minyak, kebutuhan sehari-hari, buah-buahan dan lain-lain.

• Ekspor/impor: Berbagai produk local dan internasional.

• Sektor informal: Pengumpulan barang bekas, kaki lima, dan lain-lain.

b. Usaha Pertanian

• Pertanian Pangan maupun Perkebunan: bibit dan peralatan pertanian, buah- buahan, dan lain-lain.

• Perikanan Darat/Laut: Tambak udang, pembuatan kerupuk ikan dan produk lain hasil perikanan dari laut.

• Peternakan dan Usaha lain yang temasuk lingkup pengawasan Departemen Pertanian: Produsen telur ayam, susu sapi dan lain-lain hasil peternakan.

c. Usaha Industri

(22)

40

• Industri Logam/Kimia: Perajin logam, perajin kulit, keramik, fiberglass, marmer, dan lain-lain.

• Makanan/Minuman: Produsen makanan tradisional, minuman ringan, catering, produk lainnya.

• Pertambangan, Bahan Galian serta Aneka Industri Kecil: Pengrajin perhiasan, batu-batuan, dan lain-lain.

• Konveksi: Produsen garmet, batik, tenun ikat, dan lain-lain.

d. Usaha Jasa

• Konsultan: Konsultan hokum, panjak, manajemen, dan lain-lain.

• Perencana: Perencana teknis, perencana sistem, dan lain-lain.

• Perbengkelan: Bengkel mobil, elektrronik, jam dan lain-lain.

• Transportasi: Trevel, taxi, angkutan umum, dan lain-lain.

• Restauran: Rumah makan, coffe shop, cafetaria, dan lain-lain.

e. Usaha Jasa Konstruksi

Kontraktor Bangunan, Jalan Kelistrikan, Jembatan, Pengairan dan usaha- usaha lain yang berkaitan dengan Teknis Konstruksi Bangunan.

2.3.3 Kekuatan dan Kelemahan Home Industry

Home Industry sampai saat ini bisa bertahan dan menjaga kelesuan

perekonomian masyarakat. Home Industry bisa menambah pendapatan bagi negara.

Home Industry atau usaha berskala kecil memiliki beberapa keunggulan diantaranya (Subnar, 2001):

(23)

41 1. Pemilik home industry bisa menjadi manager sekaligus yang bekerja sendiri dan memiliki gaya manajemen sendiri.

2. Perusahan milik keluarga, dimana pengolanya mungkin tidak keahlian manajerial yang halal.

3. Sebagian besar home industry membuat lapangan pekerjaan baru, pembaharuan, sumber daya baru serta barang dan jasa jasa baru.

4. Resiko pekerja menjadi tanggung jawab pemilik.

5. Prosedurnya hukumnya sederhana.

6. Tanggungan pajak bisa dibilang ringan, karena yang dikenakan pajak adalah pribadi atau pengusaha bukan perusahannya.

7. Mudah dalam proses pendiriannya, pengeloalaan secara madiri serta waktunya berifat bebas.

8. Pemanfaatan bahan baku dari sumber daya alam sekitar, industri kecil biasanya memanfaatkan bahan limbah, sehingga barang yang di hasilkan bernafaat.

9. Pemilik usaha akan menentukan harga produksi atas barang dan jasanya sendiri.

10. Mudah dalam proses pendiriannya.

11. Home industry atau usaha kecil merupakan usaha yang cocok untuk mnegelola suatu produk, jasa maupun proyek yang dalam masa perintisan yang baru atau belum pernah sama sekali dan belum pernah mencobanya. Sehingga memiliki sedikit pesaing.

(24)

42 12. Home industry tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenagan kerjanya tidak harus memiliki jenjang Pendidikan yang tinggi, serta saran usaha tidak terlalu mahal.

Beberapa kelemahan pada home industry yaitu:

1. Sumber daya manusia yang kurang memadai, karena kurangnya pengatahuan dan pelatihan, sehingga kemampuannya terbatas.

2. Terdapat permasalahan pada pemasaran produk, karena sebagian pengusaha industri kecil lebih mementingkan faktor produksi sehingga lemah pada aspek pemasaran.

3. Kurangnya kepercayaan konsumen terhadap produk dari kecil, terutama pada permasalahan kualitas.

4. Kendala pada permodalan pengusaha kecil memanfaatkan modal pribadi dan jumblahnya relatif kecil.

5. Menunggu pemasaran produk, karena pengusaha industri kecil biasanya menjual produk secara pesanan dan selain itu terdapat penundaan pembayaran.

6. Perencaan program pengendalian tidak ada atau belum pernah di rumuskan.

7. Terkadang terlalu banyak biaya yang dikeluarkan di luar pengendalian serta hutang yang bermanfaat, juga tidak dipenuhinya ketentuan-ketentuan pembukuan standart.

(25)

43 8. Persediaan barang yang terkadang banyak, khusunya barang yang salah sehingga

tidak laku untuk di jual.

2.3.4 Landasan Hukum Home Industry (usaha kecil)

Menurut Law Trade (dikutip dari Fuadi 2008) berikut merupakan landasan hokum usaha kecil adalah sebagai berikut:

1. Segala proses kegiatan usaha industri apapun yang ada diindonesia diatur oleh UU No. 1 Tahun 1985.

2. Usaha kecil Industri diatur oleh UU No. 9 Tahun 1995.

3. Bentuk badan Hukum Usaha Industri dan Perdagangan diatur dalam UU No. 1 Tahun 1985 tentang perseroan terbatas.

4. Perizinan mengenai usaha kecil, menengah, besar, khusus tentang Industri terdapat dalam Surat Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan dan tanda daftar industri.

5. Tata cara mengenai usaha perdagangan diatur dalam Surat Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan No. 59/MPP/Kep/99 tentang tata cara pemberian surat izin usaha perdagangan (SIUP).

2.3.5 Peran dan Fungsi Home Industry

Peran dan fungsi home industry sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi dalam masyarakat. Home industry juga tergolong dalam industri kecil, berikut merupakan peran home industry (Susana,2012:39):

(26)

44 a. Adanya potensi besar dalam proses tenaga kerja. Tiap bagian investasi pada sektor industri kecil dapat menciptakan lapangan kesempatan keja bila dibandingkan dengan invetasi yang sama pada usaha besar maupun menengah.

Pada tahun 2003, industri kecil menyerap 99,4%, dari seluruh tenaga kerja.

b. Adanya kemampuan untuk menggunakan bahan baku lokal, menjadi peranan penting dalam pengadaan produk dan jasa bagi masyarakat, secara tidak langsung mendukung kegiatan dalam usaha yang skalanya lebih besar.

c. Industri kecil lebih sering tidak memiliki hutang uang dalam jumblah yang relatif besar.

d. Industri kecil menjadi penyumbang sebesar 58,30% dari PDB nasional pada tahun 2003, akibat masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah banyaknya angka pengangguran.

e. Biasa menaikan usaha di daerah, yang mampu menyerap tenaga kerja.

f. Sekarang ini industri kecil sangat berguna untuk salah sumber yang dapat meningkatkan eskpor non magis.

g. Home industry atau industri kecil lebih menggunakan teknologi padat karya sehingga menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dibansingkan yang disediakan oleh perusahaan yang skalanya besar.

h. Pengembangan home industry mendorong proses desentralisasi inter regional dan intra regional, karena usaha kecil home industry dapat berlokasi di pedesaan dan kota-kota kecil.

(27)

45 Berikut merupakan beberapa fungsi home industry atau usaha kecil (Suryana, 2006:77):

1. Usaha kecil dapat memperkuat perekonomian nasional dari berbagai aspek usaha, contohnya fungsi penyuplai bahan baku, produksi, penyalur dan pemasaran untuk produk dari industri besar. Usaha kecil berguna untuk menjembatani antara sektor yang mempunyai ikatan ke depan ataupun ke belakang.

2. Usaha kecil dapat mengembangkan kecepatan ekonomi, yang paling utama dalam hal mendalami sumber daya yang ada. Usaha kecil dapat sesuai karena dapat mencakup tenaga kerja dan sumber daya lokal dan juga meningkatkan sumber daya manusia untuk menjadikan wirausaha yang tangguh.

3. Usaha kecil sering kali dilihat sebagai sarana penditribusian pendapatan nasional, sebagai alat pemerataan berusaha dan pendapatan, karena jumblahnya tersebar diperkotaan maupun pedesaan.

4. Lokasi home industry terdapat di daerah pedesaan, dapat kita kaitkan dengan lahan pertanian kita yang semakin berkurang dan para petani juga semakin berkurang, home industry yang terletak di pedesaan dapat menyerap tenaga kerja untuk memberikan daya atau dapat memberdayakan masyarakat dalam bidang ekonomi di pedasaan.

2.3.6 Manfaat Home Industry

(28)

46 Terdapat beberapa manfaat home industry yang didapat dari adanya home industry atau industry rumah tangga yang secara tidak langsung menambah kesejahteraan masyarakat, dan berikut manfaatnya:

1. Dapat membuka lapangan pekerjaan baru.

2. Menguatkan jaringan sosial budaya dan ekonomi local.

3. Mendorong untuk menciptakan siklus finansial.

4. Memperpendek kesenjangan sosial masyarakat.

5. Mengurangi tindakan kriminalitas, karena adanya lapangan pekerjaan baru.

2.4 Makanan Ringan

Makanan ringan untuk menghilangkan rasa lapar seseorang dan dapat memberikan sedikit energi tambahan pada tubuh sementara waktu, makanan ringan dimakan untuk menikmati rasanya. Produk makanan ringan sesuai dengan peraturan Direktur Bahan Pengawas Kode Obat dan Makanan Republik Indonesia HK .00. 05. 52. 4040 9 Oktober soal kategori makanan, untuk jajanan tahun 2006 kentang, umbi-umbian, biji-bijian, tepung pati (dari umbi-umbian dan kacang- kacangan), dalam bentuk kentang goreng, kerupuk, makanan jepang. Selain itu makanan olahan berbahan dasar ikan (dengan cookies atau keripik kentang) juga termasuk dalam kategori snack (Putri 2011).

Saat ini janjanan atau makanan ringan sudah menjadi bagian yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama pada anak-anak remaja.

Muchtadi (1998) mengemukakan bahwa jajanan merupakan sejenis jajanan yang

(29)

47 dimakan secara internal, dalam kurun waktu antara ketiga makanan utama dalam sehari. Cemilan yang sangat enak dilihat dari bentuk dan metode pengolahan dan cara penyajian bermacam-macam, seperti keripik singkong, keripik kentang. Selain itu, jajanan juga bisa dibedakan ada dua jenis menurut bahan baku yang digunakan.

Kelompok utama kelompok makanan ringan yang menggunakan bahan pecita rasa, seperti garam, gula, dan bumbu lainnya. Kelompok kedua merupakan kelompok makanan ringan yang menggunakan bahan mentah yang dicampur dengan bahan baku lainnya, sehingga prosuk tersebut memperoleh nilai gizi, daya cerna, dan kebugaran fisik, yang baik atau indera perasa yang lebih tinggi. Campuran beberapa sumber pati, misalnya gandum, jagung dan nasi, bahkan di campur dengan kacang- kacangan kedelai dan sebagianya.

Makanan atau minuman yang dijual di tempat umum harus diolah atau dimasak telebih dahulu di tempat produksi, di rumah atau di tempat penjual, agar bisa dimakan kapan saja.

Baik diperkotaan maupun pedesaan, makanan ringan atau camilan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Melihat banyak orang saat ini tertarik dengan makanan ringan, karena keterbatasan pengeloaan makanan sendiri, kelebihan dari makanan ringan yakni adalah murah dan mudah didapatkan dimana saja, rsanya juga enak cocok dengan kebanyakan orang.

2.5 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan Teori Jaringan Sosial menurut landasa Mark S.

Granovetter. Granovetter merupakan sosiologi Amerika dan professor Universitas Stanford yang lahir pada 20 Oktober 1943. Granovetter dikenal karena karyanya

(30)

48 dalam teori jaringan sosial dan sosiologi ekonomi, teori utama yang terkenal mengenai penyebaran informasi jaringan sosial yang dikenal sebagai “The Strength of Weak Ties” (1973). Granovetter pernah belajar di Universitas Hardvard dan

mendapatkan gelar Ph. D pada tahun 1970, di Hardvard dia belajar di bawah pengawasan Horrison White. Karya Granovetter “The Strength of Weak Ties”

merupakan tulisan yang penting dan sudah di kutip sebanyak 50.000 kutipan. Pada bidang sosiologi ekonomi, Granovetter menerbitkan artikel yakni “Soiologi Ekonomi Baru”, “Aksi Ekonomi dan Struktur Sosial: Masalah Embeddednes”, dengan diterbitkan artikel tersebut Granovetter dilekatkan dengan konsep

“embeddedness”, pemikiran yakni hubungan ekonomi antara individu atau perusahaan atau perusahaan yang tertanam dalam jejaring sosial aktual dan tidak ada didalam pasar ideal yang abstrak. Mark S. Granovetter. Pandangan utama Granovetter pun merupakan pada cara orang, jaringan sosial, dan institusi sosial berinteraksi dan membentuk satu sama lain.

Granovetter menyebutkan terdapat empat prinsip utama yang melandasi pemikiran tentang hubungan pengaruh antara jaringan sosial dengan manfaat ekonomi diantaranya: Pertama norma (norms), norma pada umumnya ditekankan pada peraturan untuk dipatuhi, ditekankan, diikuti dan diharpkan oleh lapisan masyarakat. Kedua lemah atau kuatnya ikatan (ties), ikatan kuat terjadi karena adanya hubungan antara teman karibnya, ikatan lemah merupakan hubungan di antara rekan kerja. Ikatan lemah dianggap penting karena menghubungkan antara dua aktor dengan dua kelompok yang kuat ikatan internalnnya, jika ikatan lemah tidak ada maka akan menyebabkan kedua kelompok akan terhambat dan

(31)

49 menyebabkan ketidakseimbangan koneksi antara satu sama lain. Sedangkan ikatan kuat juga terbilang penting karena ikatan kuat memiliki motivasi lebih besar untuk saling membantu dan lebih cepat memberikan bantuan (Ritzer, 2016:358-359).

Ketiga peran lubang struktur / peran yang menjembatani aktor dan yang terakhir (structural holes) dimana digunakan untuk menyambngkan hubungan antara satu pihak dengan pihak yang lain. Hubungan yang terjalin yang membentuk ikatan dapat menjembatani dengan pembentukan hubungan sosial baru. Terakhir merupkan konsep keterlekatan (embededness) dimana keterlekatan dalam tindakan ekonomi yang disitualisasikan secara sosial dan melekat pada jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor.

Keterlekatan dibagi menjadi dua yakni keterlekatan rasional dan keterlekatan rasional merupakan tindakan ekonomi yang ditemptkan secara sosial dan melakat dalam jaringan sosial personal yang sedang terjadi di antara para aktor.

Keterlekatan struktural merupakan keterlekatan yang terjadi karena hubungan jaringan sosial yang lebih luas. Jaringan sosal yang lebih luas bisa merupakan institusi atau struktur sosial. Thomas J. Sullivan dan Kenrick S Thompson (1984) menyatakan pendapatan bahwa struktur sosial merupakan pola interaksi yang terorganisir dalam suatu kelompok atau masyarakat. Dengan makna lain, jika satu individu bertemu dengan individu lainnya akan terjadi yang namanya interaksi dan komunikasi yang terjalin yang semakin lambat akan menciptakan sebuah perkumpulan individu atau yang bisa disebut dengan kelompok.

Dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan jaringan sosial untuk mengkaji keterlibatan hubungan-hubungan sosial yang terjadi di home industry pia

(32)

50 pada Kampung Pia dalam memanfaatkan jaringan sosial yang dipahami dan dimiliki untuk mpertahankan usaha mereka. Penggunaan jaringan berfungsi untuk mengetahui sebuah informasi yang berhubungan dengan keberlangsungan usaha pada home industry pia. Para pemilik usaha home industry melakukan aktivitas yang ada di kampung pia akan membentuk hubungan yang terjadi maupun dengan sesama pemilik home indusry, pegawai maupun pelanggan yang mempunyai arti penting secara sosial maupun ekonomi.

Gambar

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan Bahwa Tesis yang berjudul “Faktor Penentu Tingkat Proporsi Dana Tabarru’ pada Asuransi Jiwa Syari’ah (Studi pada Perusahaan Terdaftar pada Otoritas

Pada proses rehabilitasi narkoba, pecandu narkoba mengalami suatu pengalaman perubahan positif yang terjadi sebagai hasil perjuangan individu menghadapi tantangan

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 346 responden diketahui bahwa konsumen percaya bahwa atribut jeruk lokal yang memiliki kinerja paling baik hingga terendah

Pengenceran Larutan Standar M1 = Konsentrasi larutan induk (ppm) V1 = Volume larutan induk (ml).. M2 = Konsentrasi larutan yang diencerkan (ppm) V2 = Volume larutan yang

Table matrik ini untuk !etiap pa!angan kriteria-kriteria, ukuran Table matrik ini untuk !etiap pa!angan kriteria-kriteria, ukuran kuantitati dan kualitati dari eek yang

Logo dapat membedakan perusahaan yang satu dengan yang lain, produk yang satu dengan yang lain...

Perairan Kalianget merupakan perairan yang berada di kawasan Kabupeten Sumenep, merupakan perairan yang banyak terdapat aktivitas manusia dan menjadi perairan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan kadar air serta kerapatan kayu lamina dari jenis Malau dan Palele dengan kayu solidnya;