• Tidak ada hasil yang ditemukan

Regulasi Media Penyiaran Di Indonesia

N/A
N/A
Muhammad Arpin

Academic year: 2022

Membagikan "Regulasi Media Penyiaran Di Indonesia"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

DI INDONESIA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Media Penyiaran Digital

DOSEN :

Dr. Muhammad Ansar Akil

DISUSUN OLEH : Muhammad Arpin NIM : 80800221010 Muhammad Usman NIM : 80800221011

PROGRAM MAGISTER KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2022

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan ke hadhirat Allah swt. yang atas berkat rahmat dan hidayah-Nya tulisan ini selesai disusun dengan baik. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan Nabi Besar Muhammad saw.

yang diutus sebagai teladan dan rahmat bagi sekalian alam. Tulisan ini berjudul

“Regulasi Media Penyiaran Di Indonesia”, disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Media Penyiaran Digital

Tulisan ini dapat terselesaikan berkat arahan dan bimbingan berbagai pihak.

Untuk itu penulis sampaikan ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada mereka semua yang telah membantu dan memfasilitasi sehingga tulisan ini dapat diselesaikan dengan baik. Terutama kepada dosen pembina mata kuliah Media Penyiaran Digital, Dr. Muhammad Ansar Akil

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, tegur sapa dan kritik yang membangun sangat Penulis harapkan demi kesempurnaan dan perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, hanya kepada Allah-lah penulis memohon petunjuk dan pertolongan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi segenap pembaca, terutama demi pengembangan ilmu komunikasi di masa mendatang.

Penyusun

Muhammad Arpin Muhammad Usman

i

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………….……….. i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Kegunaan ... 2

BAB II. PEMBAHASAN A. Pengertian Regulasi Media Penyiaran ………... 3

B. Regulasi Media Penyiaran Di Indonesia ….………... 4

C. Peranan Regulasi Media Penyiaran Di Indonesia …………... 8

D. Jenis-jenis Regulasi Media Di Indonesia ……….………. 11

BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan ... 12

B. Implikasi Penelitian ... 13

DAPTAR PUSTAKA ... 14

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dewasa ini, mungkin tidak ada hal yang punya dampak signifikan pada masyarakat melebihi media massa. Media massa dan teknologi media telah memberi dampak kepada individu dan masyarakat secara global dalam level yang lebih besar daripada yang pernah kita bayangkan. Efek yang timbul meliputi beragam pengalaman yang dirasakan manusia, termasuk kasih sayang, kesadaran, dan perilaku dalam aktivitas, peristiwa, dan interaksi bermasyarakat.

Sedemikian pentingnya peran media massa dalam menggerakkan perubahan dalam masyarakat, media harus diatur untuk memastikan tercapainya perbaikan dalam kehidupan sosial, karena media pada hakekatnya adalah perkara publik dan lingkup kerjanya selalu berada dalam ranah publik.1

Proses demokratisasi di Indonesia telah menempatkan publik sebagai pemilik dan pengendali utama ranah penyiaran. Oleh karena frekuensi adalah milik publik dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-besarnya bagi kepentingan publik. Sebesar-besarnya bagi kepentingan publik artinya adalah media penyiaran harus menjalankan fungsi pelayanan publik yang sehat. Penyiaran berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, kebudayaan, hiburan, kontrol sosial, perekat sosial, ekonomi, wahana pencerahan, dan pemberdayaan masyarakat.

Regulasi penyiaran sebagai sesuatu yang dinilai baru di tengah kehidupan masyarakat Indonesia dianggap perlu mendapat pengawasan dan pembinaan agar kebebasan yang diberikan dapat menjadi kebebasan yang bertanggung jawab dan tidak lepas kendali. Untuk itulah pemerintah menetapkan suatu regulasi dan pedoman etika untuk mengontrol perilaku pers tanpa membatasi kebebasan mereka, yaitu Undang Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran.

1 Lyytinen, Kalle, and Rudy Hirschheim. "Information systems as rational discourse: An application of Habermas's theory of communicative action." Scandinavian Journal of Management 4.1-2 (1988): 19-30

1

(5)

B. Rumusan Masalah

Dari berbagai gambaran yang telah dipaparkan di atas tentang regulasi media penyiaran, maka penulis mengangkat beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian regulasi media penyiaran ?

2. Bagaimana regulasi media penyiaran di Indonesia ?

3. Bagaimana Peranan regulasi media penyiaran di Indonesia ? 4. Apa jenis-jenis regulasi media di Indonesia ?

C. Kegunaan

Dalam berbagai referensi pengetahuan tentang regulasi media penyiaran, berguna untuk :

1. Dapat mengetahui arti dari regulasi media penyiaran 2. Dapat mengetahui regulasi media penyiaran di Indonesia

3. Dapat mengetahui peranan regulasi media penyiaran di Indonesia 4. Dapat mengetahui jenis-jenis regulasi media di Indonesia

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Regulasi Media Penyiaran

Regulasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaturan.2 Regulasi juga dapat diartikan sebagai aturan yang mengatur masyarakat. Sedangkan regulasi di Indonesia diartikan sebagai sumber hukum formil berupa peraturan perundang-undangan yang memiliki beberapa unsur, yaitu merupakan suatu keputusan yang tertulis, dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang, dan mengikat umum. Regulasi juga merupakan segala yang mengatur kehidupan bersama selain itu regulasi juga mengatur etika.3

Christel Koop dan Martin Lodge mendefinisikan regulasi sebagai tiga pokok utama. Pertama, regulasi adalah seperangkat aturan yang otoritatif dengan disertai beberapa mekanisme untuk memantau dan mempromosikan kepatuhan terhadap aturan-aturan yang berlaku. Kedua, regulasi adalah upaya lembaga negara untuk mengarahkan ekonomi. Ketiga, regulasi adalah semua mekanisme kontrol sosial, termasuk untuk proses yang tidak disengaja dan tidak berhubungan dengan negara.4

Regulasi media adalah kontrol dan pembinaan media massa oleh pemerintah dan lembaga lainnya.Ini semua diatur di dalam Hukum yang memiliki aturan dan prosedur untuk mencapai berbagai macam tujuan, misalnya dalam hal intervensi dalam melindungi kepentingan umum yang dinyatakan di dalam regulasi media, serta mendorong persaingan dan pasar media yang efektif, atau menetapkan standar teknis umum5

Media penyiaran merupakan sekelompok organisasi yang menyebarkan

2 KBBI, K. B. B. I. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kementerian Pendidikan Dan Budaya, 2016

3 Ocktavia Gesti Paramitha, Regulasi Media di Indonesia, Jurnal 2018

4 Koop, Christel, and Martin Lodge. "What is regulation? An interdisciplinary concept analysis." Regulation & Governance 11.1 (2017): 95-108.

5 Leicester: University of Leicester "What is media regulation?". Media Regulation.. 2019- 3

(7)

informasi yang berupa produk budaya maupun pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat.6

B. Regulasi Media Penyiaran Di Indonesia

Regulasi media merupakan sesuatu yang penting dalam penyebaran informasi. Karena regulasi mengatur segala sesuatunya yang berhubungan dengan media dan penyebaran informasi. Bayangkan saja jika tidak ada regulasi media yang jelas, pasti informasi-informasi yang tersebar akan tidak merata dan tidak sesuai. Regulasi (hukum) media di Indonesia lahir sekitar tahun 1856 disaat Pemerintah Hindia Belanda memberlakukan hukum Reglement op de Drukern in Nederlandsch Indie.7

Regulasi media di Indonesia sendiri bersumber pada UUD 1945 dan sosio kultural masyarakat yang dirumuskan pada pasal 28 yang menyebutkan bahwa adanya kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan ditetapkan dengan undang-undang.

Media penyiaran Indonesia dalam undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran terdapat 4 bentuk yaitu: Lembaga Penyiaran Publik; Lembaga Penyiaran Swasta; Lembaga Penyiaran Komunitas; dan Lembaga Penyiaran Berlangganan yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Karakteristik lembaga penyiaran tersebut,8 yaitu :

1. Lembaga Penyiaran Publik

Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.9

6 Morissan, M. A. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi Ed.

Revisi. Prenada Media, 2018. H. 14

7Paramitha Ocktavia Gesti, “Regulasi Media di Indonesia”, Jurnal Online : Kompasiana, 2018

8 Akil, M. Anshar A. Standarisasi Manajemen Penyiaran: Mewujudkan Profesionalisme Radio & TV. Penerbit KPID Sulsel, Makassar. 2009. H. 44 – 49

9 UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Bagian empat pasal 14 ayat 1) PP No. 11 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik (Bab I Ketntuean Umum Pasal 1 ayat 2)

(8)

Lembaga Penyiaran Publik sebagaimana dimaksud terdiri atas Radio Republik Indonesia dan Televisi Republik Indonesia yang stasiun pusat penyiarannya berada di ibukota Negara Republik Indonesia. Lembaga penyiaran ini resmi terbentuk pada tahun 2005 dan menaungi Radio Republik Indonesia (RRI), Televisi Republik Indonesia (TVRI), serta Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Tugas pokok Lembaga penyiaran publik di Indonesia adalah Memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang mengjangkau seluruh wilayah NKRI.10

Fungsi Lembaga penyiaran public di Indonesia adalah berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta pelestari budaya bangsa, dengan senantiasa berorientasi kepada kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi pelayanannya untuk kepentingan masyarakat melibatkan partisipasi publik berupa keikutsertaan di dalam siaran, evaluasi, iuran penyiaran, dan sumbangan masyarakat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.11

Tujuan lembaga penyiaran publik di Indonesia adalah menyajikan program siaran yang mendorong terwujudnya sikap mental masyarakat yang beriman dan bertakwa, cerdas, memperkukuh integrasi nasional dalam rangka membangun masyarakat mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menjaga citra positif bangsa.12

Menurut Effendi Gazali ciri-ciri penyiaran publik13 adalah : akses publik, dana publik, akuntabilitas publik, keterlibatan publik, serta untuk kepentingan publik.

10PP No. 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik (pasal 4)

11Ibid., h. 4

12PP No. 11 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik (Bab II Sifat, Fungsi , Tujuan dan Kegiatan. Pasal 4) h. 4

13Ghazali, Effendi. "Interaksi politik dan media” (2004): 53-74

5

(9)

2. Lembaga Penyiaran Swasta

Lembaga Penyiaran Swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi.14

Lembaga Penyiaran Swasta harus memenuhi persyaratan15 sebagai berikut:

1. Didirikan oleh warga negara Indonesia.

2. Didirikan dengan bentuk badan hukum Indonesia berupa perseroan terbatas.

3. Bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasapenyiaran radio atau televisi 4. Seluruh modal awal usahanya dimiliki oleh warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia yang seluruh sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia

Lembaga Penyiaran Swasta diselenggarakan melalui sistem terestrial dan/atau melalui sistem satelit dengan klasifikasi16sebagai berikut.

1. Penyelenggaraan penyiaran melalui sistem terestrial meliputi: penyiaran radio AM/MW secara analog atau digital; penyiaran radio FM secara analog atau digital; penyiaran televisi secara analog atau digital; penyiaran multipleksing.

2. Penyelenggaraan penyiaran melalui sistem satelit meliputi: penyiaran radio secara analog atau digital; penyiaran televisi secara analog atau digital;

penyiaran multipleksing.

Dalam menyelenggarakan penyiaran multipleksing Lembaga Penyiaran Swasta hanya dapat menyiarkan 1 (satu) program siaran.17

3. Lembaga Penyiaran Komunitas

14Presiden Republik Indonesia. "Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran". Bagian Kelima; Pasal 16 – 20

15Peraturan Pemerintah. "Nomor 50 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta". Diakses tanggal 21-Februari-2015.

16Ibid, h. 3

17Ibid. h. 3

(10)

Lembaga Penyiaran Komunitas adalah lembaga penyiaran radio atau televisi yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.18 Contoh lembaga penyiaran komunitas yang ada di Indonesia seperti BINUS TV, UPNTV, Televisi Komunitas Universitas Gunadarma, Untirta TV, dll.

Lembaga Penyiaran Komunitas diselenggarakan : tidak untuk mencari laba atau keuntungan atau tidak merupakan bagian perusahaan yang mencari keuntungan semata; dan untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang meliputi budaya, pendidikan, dan informasi yang menggambarkan identitas bangsa.

Lembaga Penyiaran Komunitas merupakan komunitas nonpartisan yang keberadaan organisasinya: tidak mewakili organisasi atau lembaga asing serta bukan komunitas internasional; tidak terkait dengan organisasi terlarang; dan tidak untuk kepentingan propaganda bagi kelompok atau golongan tertentu.

Lembaga Penyiaran Komunitas didirikan atas biaya yang diperoleh dari kontribusi komunitas tertentu dan menjadi milik komunitas tersebut. Lembaga Penyiaran Komunitas dapat memperoleh sumber pembiayaan dari sumbangan, hibah, sponsor, dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Lembaga Penyiaran Komunitas dilarang menerima bantuan dana awal mendirikan dan dana operasional dari pihak asing. Lembaga Penyiaran Komunitas dilarang melakukan siaran iklan dan/atau siaran komersial lainnya, kecuali iklan layanan masyarakat.

4. Lembaga Penyiaran Berlangganan

Lembaga Penyiaran Berlangganan adalah penyelenggara penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan.19

18PP. RI. No. 51 Tahun 2005, Tentang Penyelenggaran Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas, Bab I Ketentuan Umum Pasl 1 ayat 2

19PP. RI. No. 52 Tahun 2005, Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan, Bab I Ketentuen Umum Pasal 1 Ayat 2

7

(11)

Lembaga Penyiaran Berlangganan merupakan lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan dan wajib terlebih dahulu memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran berlangganan. Lembaga Penyiaran Berlangganan memancarluaskan atau menyalurkan materi siarannya secara khusus kepada pelanggan melalui radio, televisi, multi-media, atau media informasi lainnya. Contoh lembaga penyiaran berlangganan di Indonesia seperti PT. First Media, PT. MNC Vision Networks, dll.

Lembaga Penyiaran Berlangganan terdiri atas: Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui satelit; Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui kabel; dan Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui terestrial. Dalam menyelenggarakan siarannya, Lembaga Penyiaran Berlangganan harus: melakukan sensor internal terhadap semua isi siaran yang akan disiarkan dan/atau disalurkan; menyediakan paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari kapasitas kanal saluran untuk menyalurkan program dari Lembaga Penyiaran Publik dan Lembaga Penyiaran Swasta; dan menyediakan 1 (satu) kanal saluran siaran produksi dalam negeri berbanding 10 (sepuluh) siaran produksi luar negeri paling sedikit 1 (satu) kanal saluran siaran produksi dalam negeri. Pembiayaan Lembaga Penyiaran Berlangganan berasal dari : iuran berlangganan; dan usaha lain yang sah dan terkait dengan penyelenggaraan penyiaran.

C. Peranan Regulasi Media Penyiaran Di Indonesia

Menurut Mike Feintuck seperti yang dikutip Muhamad Mufid, dewasa ini regulasi penyiaran mencakup tiga hal,20 yakni :

1. Regulasi struktur (structural regulation) berisi kepemilikan media oleh pasar,

2. Regulasi tingkah laku (behavioral regulation) dimaksudkan untuk mengatur tata laksana penggunaan properti dalam kaitannya dengan kompetitor,

20Ibid. h.

(12)

3. Regulasi isi (content regulation) berisi batasan material siaran yang boleh dan tidak untuk disiarkan.

Regulasi struktur berisi kepemilikan media oleh pasar. Maksudnya adalah bahwa frekuensi radio atau televisi yang diberikan pemerintah kepada penyelenggaraan media, ada hak kepemilikan masyarakat. Jadi pasar disini adalah masyarakat.

Secara fundamental, regulasi penyiaran mesti mengandung substansi21 sebagai berikut:

1. Menetapkan sistem tentang bagaimana dan siapa yang berhak mendapatkan lisensi penyiaran.

2. Memupuk rasa nasionalitas. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa radio dan televisi memiliki peran yang penting dalam mengembangkan kebudayaan sekaligus sebagai agen pembangunan bangsa, bahkan ketika suatu negara tengah dilanda krisis sekalipun.

3. Secara ekonomis, melindungi institusi media domestik dari “kekuatan”

asing.

4. Semangat di atas, mencegah konsentrasi dan untuk membatasi kepemilikan silang. Di Uni Eropa ada komisi khusus yang mengatur tata laksana merger dan pengawas kuota media.

5. Memuat apa yang disebut Head (1985) sebagai “regulator of fairness” yang memuat prinsip objektivitas, imparsialitas, dan akuntabilitas. Prinsipprinsip tersebut diperlukan untuk membangun media yang sehat juga untuk menjaga keseimbangan hubungan antara pengelola penyiaran, pemerintah, dan audien.

6. Mengatur tata-aliran keuangan dari sumber yang berbeda. Dana komersial, misalnya mesti dibatasi guna melindungi konsumen dari iklan yang eksesif, paling tidak dari bentuk promosi tertentu dan untuk mencegah pengaruh pengiklan yang berlebihan terhadap suatu acara.

Media merupakan salah satu lembaga penting bangsa. Untuk melaksanakan peran dan fungsi media yang benar, maka media harus menerapkan peraturan 9

(13)

secara profesional. Ada tiga alasan utama mengapa pemerintah membuat peraturan langsung bagi Lembaga media21 yaitu :

1. Frekuensi udara atau spektrum frekuensi selaku ranah publik adalah komoditas tidak terbatas. Spektrum frekuensi radio di udara yang menjadi medium penyiaran bukanlah milik pengusaha/perusahaan media penyiaran melainkan milik publik seperti halnya kekayaan hayati di laut dan di darat, sehingga keberadaannya harus dilindungi oleh negara sebagai representasi publik.

2. Spektrum frekuensi radio dimiliki oleh publik. Ini berarti pengusaha atau perusahaan media penyiaran sebenarnya meminjam frekuensi kepada publikyang dipresentasikan oleh negara dan karenanya tidak bisa diperjualbelikan dan diwariskan kepada anak cucunya.

3. Media penyiaran haruslah bertanggungjawab kepada masyarakat selaku pemilik frekuaensi radio dengan memberikan kerja dan tayangan terbaik.

Dalam mengatur media digital, pemerintah menerapkan strategi ‘deregulasi’

atau ‘self-regulation’ di mana peraturan utama hanya memberikan batasan, kemudian aturan detailnya dikembalikan kepada masing-masing platform. Hal tersebut dilakukan, karena tidak seperti media konvensional, media digital adalah sumber informasi yang tidak terbatas, yang melibatkan banyak pihak, negara maupun budaya, sehingga mengaturnya secara detail merupakan hal yang sulit bahkan hampir tidak mungkin untuk dilakukan.

Hingga saat ini di Indonesia, masih terdapat banyak kasus yang melanggar aturan-aturan tentang penyiaran. Tayangan yang melanggar regulasi tersebut mulai dari siaran program berita hingga program hiburan. Banyaknya pelanggaran ini dikarenakan penggunaan rating sebagai angka kesuksesan sebuah program televisi.

Sehingga, stasiun televisi menayangkan apapun yang dapat menaikkan angka rating program acara mereka. Walaupun harus menunjukkan unsur kekerasan atau

21Rohim. M, Mengapa Kita Perlu Regulasi Penyiaran?, Media TOR Vol. 8 No. 2 Desember 2007

(14)

unsur lainnya yang tidak pantas untuk ditayangkan di televisi mereka akan tetap menayangkannya.

Fenomena ini dapat dilihat dari perkembangan televisi saat ini dimana program acara televisi yang mendidik atau dengan konsep program yang bagus dapat dihitung dengan jari. Mereka tidak menampilkan apa yang dibutuhkan masyarakat namun mereka menciptakan tayangan yang disukai masyarakat.

Seperti sinetron yang ditayangkan di televisi saat ini, membuat para permirsa tidak memiliki pilihan untuk menonton acara televisi lainnya.

Dari sinilah mengapa regulasi media penting keberadaannya. Walaupun terkadang regulasi media tidak jarang dianggap sebagai suatu aturan yang bersifat membatasi, adanya kontrol penuh, bahkan dianggap sebagai penghalang atas kebebasan berekspresi. Namun, harus diakui bahwa regulasi media sangat diperlukan dalam situasi tertentu.

Berikut terdapat tiga alasan pentingnya regulasi media22 yaitu :

1. Regulasi media membantu audience mendapatkan informasi sesuai dengan tuntutan kualitas tertentu.

2. Regulasi mempunyai sisi di mana menjaga aturan pasar agar tidak terciptanya monopoli atau bahkan komersialisasi media.

3. Regulasi bukanlah sebagai sarana dari kaum mayoritas untuk mendominasi kaum minoritas. Regulasi justru tetap dapat menjunjung tinggi nilai kebebasan berekspresi setiap individu. Regulasi bahkan dapat memaksa mayoritas untuk tetap mau membuka diri terhadap kritik atas penyimpangan yang telah dilakukan. Hal tersebut dilakukan demi mewujudkan prinsip pluralitas di Indonesia, di mana adanya sikap menghargai kesamaan individu dan memungkinkan partisipasi yang sama dalam proses demokrasi D. Jenis-jenis Regulasi Media Di Indonesia

Sumber dari regulasi media di Indonesia yaitu UUD 1945 dan sosiokultural masyarakat, adapun regulasi itu mencakup UUD 1945, undang-undang, peraturan

22 Mufid, Muhamad. 2007. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2007, h. 48

11

(15)

pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan gubernur, peraturan daerah. Jenis-jenis regulasi media di Indonesia ada tujuh23 yaitu:

1. UU No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran yang mengatur penyiaran di Indonesia yaitu televisi, radio, siaran iklan (niaga dan layanan masyarakat), spektrum frekuensi radio, Lembaga penyiaran, sistem penyiaran nasional, izin penyelenggaraan penyiaran.

2. UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers, yang mengatur tentang pers di Indonesia yaitu perusahaan pers, dewan pers, kantor berita, waartawan, organisasi pers, pers nasional, pers asing, penyensoran, pembredelan, hak tolak, hak jawab, hak koreksi, kewajiban koreksi, kode etik jurnalistik.

3. UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang mengatur tentang informasi elektronik, transaksi elektronik, dokumen elektronik, sistem elektronik, penyelenggaraan sistem elektronik, jaringan sistem elektronik, agen elektronik, tandatangan elektronik.

4. UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, yang mengatur mengenai informasi publik, badan publik, komisi informasi, sengketa informasi public, mediasi, pengguna informasi publik, pejabat pengelola informasi.

5. UU No. 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman, yang mengatur film di Indonesia yaitu perfilman, kegiatan perfilman, usaha perfilman, iklan film, insan film, sensor film.

6. UU No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, yang mengatur tentang telekomunikasi di Indonesia, yaitu alat telekomunikasi, perangkat telekomunikasi, sarana dan prasarana telekomunikasi, pemancar radio, jaringan telekomunikasi, jasa telekomunikasi, penyelenggara telekomunikasi, pemakai, pelanggan, pengguna.

7. UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, yang mengatur mengenai hak cipta, yaitu pencipta, ciptaan, dewan hak cipta, pemegang hak cipta,

23Khusna, Regulasi Media di Indonesia (Kajian pada Keterbukaan Informasi Publik dan Penyiaran) PROMEDIA, VOLUME I, NO 2, 2015

(16)

pengumuman, perbanyakan, potret, program komputer, pelaku, produser rekaman suara, Lembaga penyiaran, lisensi.

Setiap undang-undang/regulasi melahirkan regulator yang mengawasi pelaksanaan undang-undang, regulator dalam regulasi media tersebut terdiri dari tujuh24 yaitu :

1. UU Pers melahirkan Dewan Pers

2. UU Penyiaran melahirkan Komisi Penyiaran Indonesia di ranah pusat dan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah untuk daerah.

3. UU ITE melahirkan Badan Standarisasi Transaksi Elektronik.

4. UU Telekomunikasi melahirkan pengawasnya, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia.

5. UU Hak Cipta melahirkan Dewan Hak Cipta.

6. UU Perfilman melahirkan Lembaga Sensor Film.

7. UU Keterbukaan Informasi Publik melahirkan Komisi Informasi.

24Khusna, Regulasi Media di Indonesia (Kajian pada Keterbukaan Informasi Publik dan Penyiaran) PROMEDIA, VOLUME I, NO 2, 2015

13

(17)

A. Kesimpulan

1. Regulasi media penyiaran adalah kontrol dan pembinaan media penyiaran oleh pemerintah dan lembaga lainnya. Ini semua diatur di dalam Hukum yang memiliki aturan dan prosedur untuk mencapai berbagai macam tujuan, misalnya dalam hal intervensi dalam melindungi kepentingan umum yang dinyatakan di dalam regulasi media, serta mendorong persaingan dan pasar media yang efektif, atau menetapkan standar teknis umum.

2. Media penyiaran Indonesia dalam undang-undang nomor 20 tahun 2002 tentang penyiaran terdapat 4 bentuk yaitu: Lembaga Penyiaran Publik;

Lembaga Penyiaran Swasta; Lembaga Penyiaran Komunitas; dan Lembaga Penyiaran Berlangganan

3. Peranan Regulasi Media Penyiaran adalah :

a. Regulasi media membantu audience mendapatkan informasi sesuai dengan tuntutan kualitas tertentu.

b. Regulasi mempunyai sisi di mana menjaga aturan pasar agar tidak terciptanya monopoli atau bahkan komersialisasi media.

c. Regulasi bukanlah sebagai sarana dari kaum mayoritas untuk mendominasi kaum minoritas. Regulasi justru tetap dapat menjunjung tinggi nilai kebebasan berekspresi setiap individu. Regulasi bahkan dapat memaksa mayoritas untuk tetap mau membuka diri terhadap kritik atas penyimpangan yang telah dilakukan. Hal tersebut dilakukan demi mewujudkan prinsip pluralitas di Indonesia, di mana adanya sikap menghargai kesamaan individu dan memungkinkan partisipasi yang sama dalam proses demokrasi

4. Jenis-jenis regulasi media di Indonesia ada tujuh dan regulator (pengawas dan pelaksana regulasi media juga ada tujuh.

14

(18)

B. Implikasi

1. Dapat memberikan pemahaman yang konprehensip dan mendalam terhadap arti dan makna regulasi media penyiaran

2. Dapat mengenal dan memahami regulasi medi penyiaran di Indonesia.

3. Dapat mengenal dan memahami peranan regulasi media penyiaran di Indonesia.

4. Dapat mengenal dan memahami jenis-jenis regulasi media di Indonesia 5. Dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan dalam penelitian dan

pengembangan ilmu pegetahuan dalam bidan komunikasi.

15

(19)

Abrar, Ana Nadya. 2008. Kebijakan Komunikasi: Konsep, Hakekat dan Praktek.

Yogyakarta: Penerbit Gaya Media.

Akil, M. Anshar A. Standarisasi Manajemen Penyiaran: Mewujudkan Profesionalisme Radio & TV. Penerbit KPID Sulsel, Makassar. 2009 Aisah, Siti. Implementasi Regulasi Penyiaran dalam Program Berita Kriminal

SERGAP di RCTI. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kementerian Pendidikan Dan Budaya, 2016

Khusna, Regulasi Media di Indonesia (Kajian pada Keterbukaan Informasi Publik dan Penyiaran) PROMEDIA, VOLUME I, NO 2, 2015

Koop, Christel, and Martin Lodge. "What is regulation? An interdisciplinary concept analysis." Regulation & Governance 11.1 (2017)

Leicester: University of Leicester "What is media regulation?". Media Regulation..

2019

Lyytinen, Kalle, and Rudy Hirschheim. "Information systems as rational discourse:

An application of Habermas's theory of communicative action." Scandinavian Journal of Management 4.1-2 (1988):

Morisan. 2005. Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi.

Tangerang: Ramdina Prakarsa.

Mufid, Muhamad. 2007. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rohim. M, Mengapa Kita Perlu Regulasi Penyiaran?, Media TOR Vol. 8 No. 2 Desember 2007

Ocktavia Gesti Paramitha, Regulasi Media di Indonesia, Jurnal 2018

PP No. 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik

Presiden Republik Indonesia. "Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran"

16

(20)

Peraturan Pemerintah. "Nomor 50 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta"

PP. RI. No. 51 Tahun 2005, Tentang Penyelenggaran Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas

PP. RI. No. 52 Tahun 2005, Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan,

Rahayu, Dewi. Peranan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Terhadap Tayangan Infotainment di Televisi. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta

Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. LKIS. Yogyakarta.

Wahyono, dkk. 2011. Ironi Eksistensi Regulator Media di Era Demokrasi.

Yogyakarta: PR2Media dan Yayasan Tifa.

17

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi dalam tugas akhir ini memiliki lima proses utama, yakni membuat matrik baru, menghitung determinan menggunkan metode Sarrus, menghitung menggunakan metode

Dalam pasal 122 disebutkan, “Keistimewaan untuk Propinsi Daerah Is- timewa Aceh dan Propinsi Daerah Isti- mewa Yogyakarta, sebagaimana dimak- sud dalam undang-undang

Diskusikan dengan kelompokmu sebelum mengerjakan soal berikut

Demikian peran penting profesi psikolog dan konselor dalam membantu klien (terkhusus untuk peserta didik) agar mampu insight dengan masalahnya sendiri, dan

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Mulyanti (2013) tentang kelengkapan imunisasi yang dihubungkan dengan factor internal orangtua, didapatkan hasil

v Pendataan seluruh arsip mahasiswa Prodi Akuntansi untuk mempermudah komunikasi serta menyambung tali silaturahmi antara pengurus HIMA AKSI dengan alumnic.

Komite sekolah diharapkan mampu menjadi wadah aspirasi masyarakat serta dapat memberikan alternatif pemecahan masalah di sekolah agar mampu mendongkrak mutu dan kualitas

Tujuan khusus, setelah dilakukan 4 kali kunjungan diharapkan klien mampu mengenal masalah (identifikasi pengaruh terapi dzikir), keluarga mampu mengambil keputusan