10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini berfokus pada keputusan pembelian yang sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Hasil dari penelitian tersebut memberikan wawasan terkait dengan teori-teori, ilmu, serta dapat memberikan referensi terhadap peneliti selanjutnya. Berikut adalah penjelasan mengenai hasil dari penelitian terdahulu dengan tema keputusan penelitian:
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu No. Tema dan Nama
Peneliti
Variabel dan Alat Analisis
Hasil Penelitian 1. Pengaruh Harga
Dan Promosi Terhadap
Keputusan
Pembelian Dengan Citra Merek Sebagai Variabel Intervening.
(Rosnita dkk, 2021)
Variabel yang digunakan adalah harga, promosi, citra merek, dan keputusan
pembelian.
kemudian alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga dan promosi secara signifika berpengaruh positif terhadap citra merek, harga tidak berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pembelian, promosi secara signifikan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, dan Citra merek secara signifikan mampu memediasi harga dan promosi terhadap keputusan pembelian 2. Brand Image
Memediasi
Kualitas Produk
dan Harga
terhadap Keputusan Pembelian
Smartphone Apple Di Kota Denpasar.
Variabel yang digunakan adalah kualitas produk, harga, brand image, dan keputusan pembelian.
Kemudian alat analisis yang digunakan adalah
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas produk secara signifikan berpengaruh positif terhadap brand image, brand image, kualitas produk, harga secara signifikan berpengaruh positif
No. Tema dan Nama Peneliti
Variabel dan Alat Analisis
Hasil Penelitian (Saraswati &
Rahyuda, 2017)
analisis jalur (path analysis).
terhadap keputusan pembelian, dan brand image berpengaruh signifikan mampu memediasi hubungan antara kualitas produk, harga terhadap keputusan pembelian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Brand image dapat mempengaruhi keputusan pembelian smartphone apple di kota Denpasar 3. Kualitas Produk
dan Harga
terhadap Keputusan Pembelian
Terhadap Minat Beli Sebagai Variabel
Intervening.
(Sakinah &
Firmansyah, 2021)
Variabel yang digunakan adalah kualitas produk, harga, minat beli, dan keputusan pembelian.
Kemudian alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga berpengaruh positif seignifikan terhadap keputusan pembelian, minat beli berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, dan minat beli berpengaruh signifikan mampu memediasi hubungan antara kualitas produk, harga terhadap keputusan pembelian.
4. Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Brand Image terhadap
Keputusan
Pembelian Hand And Body Lotion Merek Citra.
(Anam dkk, 2021)
Variabel yang digunakan adalah kualitas produk, harga, brand image, dan keputusan pembelian.
Kemudian alata analisis yang digunakan adalah analisis linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, dan
brand image
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
No. Tema dan Nama Peneliti
Variabel dan Alat Analisis
Hasil Penelitian sehingga secara simultan kualitas produk, harga dan brand image berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk hand and body lotion merek Citra
5. Brand Image Sebagai mediasi Pengaruh Promosi, Harga, dan Sikap Konsumen
Terhadap Keputusan
Pembelian Jamu Nyonya Meneer Di Semarang Timur.
(Purnamasari &
Murwatiningsih, 2015)
Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah promosi, harga, sikap konsumen, brand image, dan keputusan
pembelian.
Kemudian alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, dan
sikap konsumen
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. sehingga dapat disimpulkan bahwa a brand image memiliki peran sebagai variabel intervening antara promosi, harga dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian.
Sumber : Data Diolah 2021
Berdasarkan tabel 2.1 di atas yang menjadi perbedaan dari penelitian terdahulu yaitu terletak pada objek penelitian. Objek pada penelitian ini adalah PT.
Pakis Logam Perkasa. Sedangkan pada penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang variabel harga, keputusan pembelian, dan brand image.
B. Landasan Teori
1. Keputusan Pembelian
Kehidupan manusia tidak lepas dari proses jual beli. Sebelum melakukan pembelian, seseorang melakukan keputusan pembelian terlebih dahulu terhadap suatu produk. Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual.
Keputusan pembelian dapat dilakukan sebagai proses integrasi yang digunakan untuk mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih satu di antaranya (Fahmi, 2016). Hasil dari proses integrasi ini adalah suatu pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku konsumen. Keputusan konsumen berlaku yang namanya proses yang artinya setiap keputusan bisa terjadi begitu saja tanpa sebab yang di latar belakangi oleh suatu keadaan dan dasar tertentu. Dimana semua itu dapat diketahui dan dirasakan dalam mengambil keputusan ketika konsumen melakukan hal tersebut. Sehingga dalam konteks pemasaran harus memahami apa yang ada dibenak konsumen.
Keputusan pembelian adalah proses integrasi yang digunakan untuk mengkombinasikan pengetahuan serta mengevaluasi dua pilihan atau lebih terhadap suatu perilaku alternatif untuk memilih satu di antara produk (Peter &
Olson, 2013). Keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen dapat terjadi apabila konsumen sudah mendapatkan layanan dari pemberian produk dan setelah itu konsumen merasakan adanya kepuasan dan ketidakpuasan, maka dari itu konsep keputusan pembelian tidak lepas dari konsep kepuasan konsumen.
a. Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan
Untuk mempermudah pengambilan keputusan maka perlu adanya tahap- tahap yang bisa mendorong kepada terciptanya keputusan yang diinginkan (Fahmi, 2016). Adapun tahap-tahap tersebut terdiri dari:
1. Mengidentifikasi masalah tersebut secara jelas atau mudah dimengerti.
2. Membuat daftar masalah yang akan muncul dalam keuptusan pembelian suatu produk, dan menyusun secara prioritas dengan maksud adar terarah.
3. Melakukan identifikasi setiap masalah dalam keputusan pembelian produk dengan tujuan untuk memberikan gambaran suatu produk secara jelas dan lebih spesifik.
4. Merupakan suatu masalah berdasarkan kelompok suatu produk selanjutnya dilakukan pengujian dengan melakukan alat uji.
5. Memastikan alat uji produk tersebut sesuai dengan aturan-aturan terkait dengan proses pengambilan keputusan.
b. Proses Keputusan Pembelian
Proses keputusan pembelian konsumen terdiri dari lima tahap yang dilakukan oleh konsumen sebelum mengambil keputusan pembelian sampai terjadi pengambil keputusan pembelian dan setelah pasca pembelian (Kotler
& Amstrong, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen dimulai sebelum konsumen melakukan suatu tindakan membeli serta mengetahui konsekuensi setelah pembelian tersebut dilakukan.
Gambar 2. 1 Proses Keputusan Pembelian
Sumber: (Kotler & Amstrong, 2016) 1. Pengenalan Masalah
Poses pembelian dimulai ketika pembelian menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang memicu pada faktor internal maupun eskternal.
Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang minat akan kebutuhan suatu produk bahkan terdorong untuk mencari informasi tentang produk yang lebih banyak.
Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok:
Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evolusi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Pasca Pembelian Pembelian
a. Sumber pribadi : Keluarga, Teman, dan Tetangga.
b. Sumber Komersial : Iklan, Wiraniaga, Penyalur, dan Kemasan.
c. Sumber Publik : Media Massa, Organisasi Penentu Pringkat Konsumen.
d. Sumber Pengalaman: Penanganan, Pengkajian, dan Pemakaian Produk 3. Evaluasi Alternatif
a. Beberapa konsep dasar yang akan membatu dalam memahami proses evaluasi:
b. Konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan
c. Konsumen mencari manfaat tertentu dan mencari solusi terhadap produk
d. Konsumen melihat masing-masing produk sebagai kelompok atribut dengan berbagai kemampuan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.
4. Keputusan Pembelian
Dalam tahap ini konsumen membentuk preferensi anatar merek dalam berbagai pilihan. Konsumen membeli produk yang paling disukai melalui tahapan merek, penyalur, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Dalam tahap perilaku pasca pembelian, konsumen akan mengalami konflik dimana melihat fitur yang menghawatirkan terhadap suatu produk atau mendengar hal-hal menyenangkan tentang suatu produk lain dan waspada terhadap informasi yang mendukung keputusan.
c. Indikator Keputusan Pembelian.
Berikut indikator dalam proses keputusan pembelian produk (Kotler, 2012) terdiri dari:
1. Kemantapan pada sebuah produk
Pada saat melakukan pembelian, konsumen memilih salah satu dari beberapa alternatif. Pilihan yang ada didasarkan pada mutu, kualitas dan
faktor lain yang memberikan kemantapan bagi konsumen untuk membeli produk yang dibutuhkan. Kualitas produk yang baik akan membangun semangat konsumen sehingga menjadi penunjang kepuasan konsumen.
2. Kebiasaan dalam membeli produk
Kebiasaan merupakan pengulangan sesuatu cara terus menerus dalam melakukan pembelian produk yang sama. Ketika konsumen telah melakukan keputusan pembelian dan mereka merasa produk sudah melekat dibenaknya bahkan manfaat produk sudah dirasakan. Konsumen merasa tidak nyaman ketika melakukan pembelian produk lain.
3. Kecepatan dalam membeli sebuah produk
Konsumen sering mengambil sebuah keputusan dengan menggunakan aturan (heuristik) pilihan yang sederhana. Heuristik merupakan sebuah proses yang dilakukan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan secara cepat., menggunakan sebuah pedoman umum dalam sebagian informasi saja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen akhir (Tjiptono, 2020)dapat dikelompokkan menjadi empat kategori:
1. Faktor personal
Merupakan karakteristik kosnumen yang meliputi usia, gender, penghasilan, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri.
2. Faktor psikologis
Merupakaan faktor yang mempengaruhi elemen mental konsumen.
meliputi persepsi motivasi, pembelajaran, keyakinan, dan sikap.
3. Faktor sosial
Merupakan faktor yang memiliki pengaruh dari teman, keluarga, dan komunitas sosial.
4. Faktor fluktural
Merupakan fahtor yang dapat mempengaruhi budaya, sub budaya, kelas sosial.
2. Harga
Harga merupakan nilai yang dinyatakan dalam jumlah rupiah. Tetapi dalam keadaan yang lain harga didefinisikan sebagai jumlah yang dibayarkan oleh pembeli. Harga merupakan jumlah dari seluruh nilai yang ditukarkan kekonsumen atas manfaat-manfaat suatu produk (Kotler & Amstrong, 2016).
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, yang menyebabkan timbulnya suatu biaya (Tjiptono, 2020). Harga merupakan komponen yang berpengaruh terhadap laba perusahaan. Tingkat harga ditetapkan mempengaruhi kuantitas produk yang terjual dan secara tidak langsung harga mempengaruhi biaya karena kuantitas terjual mempengaruhi biaya berkaitan dengan efesiensi produk. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai yang dimana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu produk. Tingkat harga yang ditetapkan akan mempengaruhi kuantitas yang terjual, secara tidak langsung harga juga dapat mempengaruhi biaya yang berkaitan dengan efesiensi produk. Oleh karena itu penetapan harga mempengaruhi pendapatan total dan biaya total, maka keputusan dan strategi penetapan harga memegang peranan penting dalam setiap perusahaan.
a. Peranan Harga
Peranan harga (Tjiptono, 2020) dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Harga yang dipilih berpengaruh langsung tarhadap tingkat permintaan konsumen dan menentukan tingkat aktivitas konsumen. Harga yang terlalu mahal dan terlalu murah dapat menghambat proses pengembangan produk perusahaan sehingga perlunya pengukuran sensitivitas harga.
2. Harga jual secara langsung sebagai penentu profitabilitas operasi.
Dengan adanya peningkatan dalam penjualan maka perusahaan memperoleh laba yang besar, sehingga dapat meningkatkan profitabilitas operasi dalam perusahaan.
3. Harga yang ditetapkan oleh perusahaan mempengaruhi persepsi terhadap produk atau merek
Suatu produk dikatakan layak untuk dijual maka suatu produk memiliki citra merek yang dapat meyakinkan pelanggan. Maka konsumen cenderung memilih merek yang seasui dengan harga produk yang dijual tersebut.
4. Harga merupakan alat yang secara langsung untuk melakukan perbandingan produk atau merek yang saling bersaing di pasaran.
Suatu produk dapat bersaing di pasaran dapat dilihat dari keterjangkauan harga produk sesuai dengan merek yang diterbitkan.
b. Metode Penetapan Harga
Metode penetapan harga (Tjiptono, 2020) dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu:
1. Metode penetapan harga berbasis permintaan
Metode tersebut lebih menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi prefensi pelanggan seperti biaya, laba, dan persaingan. Permintaan pelanggan didasarkan berbagai pertimbangan daya beli konsumen, kesediaan konsumen untuk membeli, posisi produk dalam gaya hidup pelanggan, manfaat produk bagi kosnumen, pasar potensial bagi produk, karakteristik persaingan non-harga, perilaku konsumen secara umum,dan segmen-segmen dalam pasar.
2. Metode penetapan harga berbasis biaya
Dalam metode ini faktor penentu harga yang utama yaitu aspek penawaran bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya langsung, biaya overhead, dan laba.
3. Metode penetapan harga berbasis laba
Metode ini berfungsi untuk menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam penetapan harga. Upaya yang dilakukan atas dasar target volume laba spesifik atau dapat dinyatakan dalam bentuk pernsentase terhadap penjualan atau investasi.
4. Metode penetapan harga berbasis persaingan
Metode berdasarkan pertimbangan biaya, permintaan, laba, harga yang bertujuan untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh pesaing.
Perusahaan dalam menghadapi persaingan produk ,kualitas ,maupun kuantitas mempersiapkan terdiri empat macam: customary princing (perusahaan berusaha tidak mengubah harga di luar batas-batas yang diterima, perusahaan menyesuaikan isi produk untuk mempertahankan harga), above,at, or below market pricing (penetapan harga yang lebih dari harga pasar metode ini sesuai digunakan untuk perusahaan yang sudah memiliki reputasi tinggi atau perusahaan yang menghasilkan barang- barang prestise), los leader pricing (alat untuk mempromosikan retailer bukan produknya sehingga kebanykan konsumen tidak suka membeli produk-produk yang dijadikan penglaris.), dan sales bid pricing (metode ini menggunakan sistem penawaran harag dan biasanya melibatkan agen pembelian jika ada perusahaan yang ingin membeli produk maka yang bersangukan menggunakan jasa agen pembeli untuk menyampaikan spesifikasi produk yang dibutuhkan oleh calon produsen ).
c. Faktor- Faktor Penentu Harga
Secara garis besar faktor penentu harga dalam penetapan harga suatu produk (Tjiptono, 2020) dapat dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu:
1. Faktor internal perusahaan
a. Tujuan pemasaran peruasahan
Faktor utama dalam penetapan harga untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan mejadi pemimpin pasar.
b. Strategi bauran pemasaran
Dalam strategi bauran pemasaran kebijakan harga disesuaikan dengan tahapan yang dilalui sebuah produk dalam siklus produk. Harga hanya sebagai komponen dari bauran pemasaran, oleh karean itu harga wajib terintegrasi, konsisten dan saling mendukun dalam bauran pemasaran.
c. Biaya
Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal bertujuan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Oleh karena itu setiap perusahaan menaruh perhatian besar pada aspek struktur biaya.
d. Pertimbangan organisasi
Menajemen perlu memutuskan yang berhak dalam organisasi.Setiap perusahaan menangani masalah penetapan harga sesuai dengan caranya masing-masing. Pada perusahaan kecil melakukan masalah penetapan harga umumnya ditetapkan oleh manajemen puncak. Sebalinya pada perushaan besar masalah penetapan harga umumnya ditetapkan oleh divisi atau manajer lini produk.
2. Faktor ekternal perusahaan
a. Karakteristik pasar dan permintaan
Setiap perusahaan wajib memahami siafat pasar dan permintaan yang sedang dihadapi karena merupakan faktor utama menjadi sasaran pesaing harga maupun produk.
b. Persaingan
Dalam persaingan ini perusahaan harus menetapkan kebijakan agar tidak terjadi kegagalan di dalam proses pemasaran. Kebijakan dalam menganalisis karakteristik persaingan yaitu: jumlah perusahaan dalam industri, ukuran relatif setiap anggota dalam indutri, deferensiasi produk, dan kemudahan dlaam memasuki industri yang bersangkutan.
c. Unsur- unsur lingkungan eksternal
Perusahaan berusaha mempertimbangkan faktor lain yang tidak kalah penting yaitu internet. Dimana konsumen mencari informasi dan
berbelanja secara online berdampak pada semakin sensitifnya konsumen terhadap harga. Karena lebih memudahkan konsumen untuk menemukan harga dengan berbagai macam produk prosesnya sangat cepat.
d. Indikator Harga
Indikator yang digunakan untuk mengukur harga (Kotler & Amstrong, 2016) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Keterjangkauan harga produk
Harga merupakan salah satu indikator dalam suatu produk. Suatu produk akan dapat dijangkau oleh konsumen tergantung dengan kapasitas harga yang sudah ditetapkan.
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
Harga merupakan salah satu indikator dalam menentukan suatu kualitas produk tersebut. suatu produk dengan harga yang mahal belum tentu kualitas dari barang tersebut bagus.
3. Daya saing harga
Kemampuan suatu produk untuk bersaing dengan produk yang sejenis dipasaran dengan harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan meskipun harga yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan dengan produk sejenis.
4. Kesesuaian harga dengan manfaat Produk
Konsumen membeli produk dengan harga mahal tidak menjadi persoalan suatu produk apabila berbanding lurus dengan manfaat yang diperoleh dari pembeli produk tersebut.
3. Brand Image (citra merek)
Brand Image (citra merek) memegang peranan penting di dalam pengembangan sebuah merek. Brand Image (citra merek) menyangkut reputasi dan kredibilitas suatu produk dimana suatu produk akan dijadikan sebagai pedoman bagi konsumen untuk mencoba dan membeli suatu produk tertentu.
Brand Image (citra merek) merupakan identifikasi sebuah produk dan
perbedaannya dari produk pesaing baik dalam bentuk logo, nama, maupun desain (Tjiptono, 2020). Brand Image (citra merek) merupakan suatu nama dan simbol merek berfungsi sebagai elemen kunci dalam hubungan antara perusahaan dan pelanggan (Kotler & Amstrong, 2016).
Brand Image (citra merek) ini berkenaan dengan persepsi konsumen terhadap sebuah merek. Brand Image (citra merek) harus dikelola untuk memastikan bahwa konsumen memiliki asosiasi kuat dan positif di dalam benak konsumen mengenai merek perusahan. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran yang dikaitkan dengan satu merek. Sebuah merek terdiri atas produk tunggal bisa pula meliputi sejumlah produk yang mencakup beberapa kategori. Dalam sebuah merek terdapat identitas unik dan citra yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap suatu produk. Sebuah merek mampu mengatasi kematian produk, teknologi, dan perusahaan melalui brand extension (sebuah setrategi yang mengenalkan sebuah produk baru di bawah naungan suatu produk lama yang memiliki merek atau brand sebelumnya) dan pergantian kepemilikan. Merek mampu mengatasi problematika produk dengan cara seperti beralihnya ke segmen pasar baru, mengadopsi teknologi baru, dan bertumbuh menjadi merek global.
a. Faktor-Faktor Pembentukan Brand Image (citra merek)
Dalam pembentukan Brand image (citra merek) terdapat beberapa faktor ( Schiffman & Kanuk, 2010) sebagai berikut:
1. Kualitas dan mutu berkaitan.
Saat munculnya kualitas produk dimana barang yang ditawarkan oleh produsen sesuai dengan merek tertentu.
2. Dapat dipercaya atau diandalkan.
Berkaitan dengan pendapatan atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi.
3. Kegunaan atau manfaat.
Berkaitan dengan fungsi dari suatu produk yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.
4. Pelayanan.
Tugas produsen dalam melayani konsumen untuk melakukan jual beli produk sesuai dengan prosedur perusahaan.
5. Resiko.
Terjadinya besar kecilnya untung atau rugi yang dialami oleh konsumen.
6. Harga.
Tinggi rendahnya atau banyak sedikitya jumlah uang yang dikeluarkan untuk mempengaruhi suatu produk dan mempengaruhi brand image dalam waktu jangka panjang.
7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri.
Berupa pandangan, kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu.
b. Indikator brand image (citra merek)
Indikator utama membentuk citra sebuah merek (Kotler & Keller, 2015) sebagai berikut:
1. Identitas merek (logo)
Identitas merek merupakan suatu identitas fisik yang berkaitan dengan merek atau produk tersebut, sehingga pelanggan mudah mengenali dan membedakan produk satu dengan produk lain dengan simbol seperti logo, warna, kemasa, lokasi, identitas perusahaan, dan slogan.
2. Personalitas merek
Personalitas merek merupakan karakter sebuah merek dimana membentuk kepribadian sehingga konsumen dengan mudah membedakan dengan merek lain dalam kategori yang sama meliputi: kreatif, independen, dan berjiwa sosial.
3. Asosiasi merek
Asosiasi merek merupakan hal yang lebih spesifik yang selalu dikaitkan dengan suatu merek, bisa muncul dari panawaran suatu produk atau aktivitas yang berulang secara konsisten meliputi: sponshorship dan isu isu.
4. Sikap dan perilaku merek
Sikap dan perilaku merek merupakan sikap atau perilaku komunikasi dan interaksi merek dengan pelanggan dalam menawarkan sebuah produk yang memiliki manfaat dan nilai-nilai yang terkait.
5. Keunggulan merek (Sikas Naga)
Nilai-nilai keunggulan khas yang ditawarkan oleh suatu merek kepada konsumen sehingga membuat konsumen merasakan manfaat karena kebutuhan, keinginan terwujud sesuai dengan apa yang ditawarkan tersebut.
C. Kerangka Pikir Penelitian 1. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel dari berbagai teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti (Sugiyono, 2017). Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, kemudian digunakan untuk merumuskan hipotesis. Penelitian yang yang dilakukan oleh (Rosnita dkk, 2016), (Purnamasari, 2015), Noerchoidah, 2013) dan (Fristiana, 2012) dapat dikatakan sebagai yang mendasari penelitian ini dengan variabel yang terdiri dari harga sebagai variabel dependen dan keputusan pembelian sebagai variabel independen dengan citra merek sebagai variabel mediasi dan kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2.3:
Gambar 2. 2 Kerangka Pikir
H2 H3
H4 H1
Sumber: Data Diolah 2021
2. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap sebuah masalah yang telah diajukan sebelumnya, dan jawaban tersebut akan diuji secara empiris (Widayat, 2004). Berikut ini uraian hipotesis dalam penelitian ini:
1. Pengaruh harga terhadap keputusan pembelian
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, yang menyebabkan timbulnya suatu biaya (Tjiptono, 2020). Harga merupakan komponen yang berpengaruh terhadap laba perusahaan. Tingkat harga ditetapkan mempengaruhi kuantitas produk yang terjual dan secara tidak langsung harga mempengaruhi biaya karena kuantitas terjual mempengaruhi biaya berkaitan dengan efesiensi produk. Konsumen akan terdorong untuk melakukan pembelian produk tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Purnamasari, 2015) menyatakan bahwa harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian .
H1: Harga memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
Harga (X)
Keputusan Pembelian (Y) Brand Imagae
(Z)
2. Pengaruh harga terhadap brand image
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, yang menyebabkan timbulnya suatu biaya (Tjiptono, 2020). Harga merupakan komponen yang berpengaruh terhadap laba perusahaan. Tingkat harga ditetapkan mempengaruhi kuantitas produk yang terjual dan secara tidak langsung harga mempengaruhi biaya karena kuantitas terjual mempengaruhi biaya berkaitan dengan efesiensi produk. Harga sangat berpengaruh terhadap brand image. Dengan harga yang terjangakau dengan brand image yang baik membuat konsumen yakin terhadap merek tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Noerchoidah, 2013) menyatakan bahwa harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand image.
H2: Harga memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap brand image.
3. Pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian
Brand Image (citra merek) merupakan identifikasi sebuah produk dan perbedaannya dari produk pesaing baik dalam bentuk logo, nama, maupun desain (Tjiptono, 2020). Brand Image (citra merek) ini berkenaan dengan persepsi konsumen terhadap sebuah merek. Brand Image (citra merek) harus dikelola untuk memastikan bahwa konsumen memiliki asosiasi kuat dan positif di dalam benak konsumen mengenai merek perusahan. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran yang dikaitkan dengan satu merek. Semakin baik brand image suatu produk akan membuat yakin dan terdorong untuk melakukan keputusan pembelian.
Berdasarkan hasil penelitian oleh (Fristiana, 2012) menyatakan bahwa brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
H3: Brand Image memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
4. Pengaruh brand image memediasi harga terhadap keputusan pembelian.
Brand Image (citra merek) merupakan identifikasi sebuah produk dan perbedaannya dari produk pesaing baik dalam bentuk logo, nama, maupun desain (Tjiptono, 2020). Brand Image (citra merek) ini berkenaan dengan persepsi konsumen terhadap sebuah merek. Brand Image (citra merek) harus dikelola untuk memastikan bahwa konsumen memiliki asosiasi kuat dan positif di dalam benak konsumen mengenai merek perusahan. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran yang dikaitkan dengan satu merek. Dengan brand image yang baik, konsumen akan semakin yakin dan terdorong untuk melakukan pembelian yang dipengaruhi harga. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, yang menyebabkan timbulnya suatu biaya (Tjiptono, 2020). Hal ini diperkuat oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Purnamasari, 2015) menyatakan bahwa brand image berpengaruh positif dan signifikan memediasi harga terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti akan mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H4: Brand image memediasi pengaruh harga terhadap keputusan pembelian.