• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2015"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

i Pusat Studi Material dan Nanoteknologi

LAPORAN AKHIR

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2015

PELATIHAN TEKNOLOGI PENGERINGAN IKAN

SEBAGAI PENINGKATAN KUALITAS HASIL NELAYAN DI KAWASAN GRESIK

Tim Pengabdi:

Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA (Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS) Budi Agung Kurniawan, ST, MSc. (Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS) Tubagus Noor Rohmannudin, ST, MSc. (Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS) Dr. Lukman Noerochiem, ST, MSc. Eng. (Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS)

Vania Mitha Pratiwi, ST, MT. (Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS) Amalia Rasyida, ST, MSc. (Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS)

Wikan Jatimurti ST, MSc. (Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA 2015

(2)

ii HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Pengabdian : Pelatihan Teknologi Pengeringan Ikan Sebagai Peningkatan Kualitas Hasil Nelayan Di Kawasan Gresik

2. Ketua Tim

a. Nama : Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA b. NIP : 196203261987011001

c. Pangkat /Golongan : Pembina Utama/ IV D d. Jabatan Fungsional : Guru Besar

e. Jurusan : Jurusan Teknik Material dan Metalurgi f. Fakultas : Fakultas Teknologi Industri

g. Alamat Kantor : Gedung Teknik Material dan Metalurgi Kampus ITS Sukolilo 60111 Surabaya

h. Telp / HP / Fax :

3. Jumlah anggota : 7 orang 4. Mitra pengabdian

a. Nama instansi mitra : Perhimpunan nelayan kawasan Gresik b. Contact person : Bapak Ahmad

c. Telp / HP / Fax : 081357568938 5. Biaya pengabdian

a. Dana BOPTN ITS 2015 Rp. 16.000.000

b. Sumber lain Rp. ...

Jumlah Rp. 16.000.000

Surabaya, 10 Nopember 2015 Menyetujui,

Ketua LPPM ITS Ketua tim pengabdi

Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT.

NIP 196404051990021001

Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA NIP 196203261987011001

(3)

iii RINGKASAN

Pengawetan ikan secara tradisional telah dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak dapat memberikan kesempatan kepada bakteri (mikroba) untuk hidup dan berkembang, serta mempertahankan daya awet ikan. Salah satu upaya pengawetan ikan yang banyak dilakukan adalah dengan cara pengeringan. Pada prinsipnya pengeringan ikan merupakan suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dalam bahan tersebut dengan menggunakan energy panas. Pada umumnya Nelayan melakukan pengeringan ikan secara tradisional yaitu dengan memanfaatkan tenaga surya secara langsung. Pengeringan cara ini biasanya dilakukan dengan meletakkan produk di atas jaring ikan, tikar, hamparan lantai semen atau anyaman bambu dan ditempatkan di bawah sinar matahari. Metode ini tidak higienis dan memungkinkan produk yang dikeringkan kehilangan sebagian beratnya, karena dimakan serangga, burung, kucing atau hewan lainnya. Selain itu juga, produk akan dengan mudah terkena debu dan proses pengeringan ikan tertunda jika hujan, hasil yang diperoleh tidak maksimal, serta jumlah produksi yang dihasilkan tidak sesuai harapan. Kondisi tersebut menimbulkan gagasan untuk merancang dan membuat alat pengering ikan dengan menggunakan metode pengering surya aktif tidak langsung (active indirect solar drying). Oleh sebab itu Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS berinisiatif untuk melakukan pengabdian masyarakat dengan cara memberikan pelatihan kepada masyarakat Nelayan kawasan Gresik untuk mengembangkan teknologi pengeringan ikan yang lebih baik.

Kata kunci: Nelayan, Ikan, Pengeringan dan Pelatihan

(4)

iv PRAKATA

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmatNya sehingga pengabdi dapat menyelesaikan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2015. Kegiatan ini merupakan Pelatihan Teknologi Pengeringan Ikan Sebagai Peningkatan Kualitas Hasil Nelayan Di Kawasan Gresik. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi Pengeringan ikan secara efisien kepada masyarakat. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dalam rangka kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Pengabdian ini dapat terlaksana dengan baik atas berbagai bantuan. Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada :

1. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ITS 2. Dekan Fakultas Teknologi Industri ITS

3. Ketua Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS.

4. Tim Dosen, laboran dan mahasiswa 5. Masyarakat Gresik

6. Segenap pihak.

Penulis menyadari bahwa kegiatan ini masih memerlukan perbaikan. Penulis berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak.

Surabaya, 10 Nopember 2015 Ketua pengabdi,

Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA

(5)

v DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii

RINGKASAN iii

PRAKATA iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vi

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Konsep dan Strategi Kegiatan 2

1.3 Tujuan, Manfaat dan Dampak Kegiatan 2

1.4 Target Luaran 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Kecepatan Aliran Udara 5

2.2 Temperatur Udara 5

2.3 Kelembapan Relatif 5

BAB III. STRATEGI, RENCANA KEGIATAN DAN KEBERLANJUTAN 3.1 Strategi

3.2 Rencana Program 3.3 Keberlanjutan Program

6 6 6 7

BAB IV. HASIL YANG DICAPAI DAN KEBERLANJUTANNYA 8

4.1 Kegiatan Pengabdian 8

4.2 Analisis Capaian Luaran 12

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 13

BAB VI. RENCANA SELANJUTNYA 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN Lampiran I Luaran

(6)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi Pengering Surya 3

Gambar 4.1. Persiapan Tim. 9

Gambar 4.2. kondisi Pengeringan ikan 10

Gambar 4.3. pembuatan Alat 11

Gambar 4.4. Pengiriman Alat. 11

Gambar 4.5 Pelatihan Teknologi Penegeringan Ikan 12

Gambar 4.6. Pelatihan teknik teknik pemakaian alat 13

(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pengolahan maupun pengawetan merupakan usaha untuk meningkatkan mutu simpan dan daya awet produk perikanan pasca panen. Tujuan dari pengolahan dan pengawetan ikan pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengatasi kelebihan hasil produksi dan sekaligus mempertahankan kualitas ikan sebelum dipasarkan ataupun dikonsumsi, meningkatkan nilai jual ikan, sebagai bahan diversivikasi makanan dan untuk memperpanjang masa simpan ikan [1].

Berbagai cara pengawetan ikan secara tradisional telah dilakukan saat ini dengan tujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak dapat memberikan kesempatan kepada bakteri (mikroba) untuk hidup dan berkembang, serta mempertahankan daya awet ikan [2]. Salah satu upaya pengawetan ikan yang banyak dilakukan adalah dengan cara pengeringan.

Pada prinsipnya pengeringan ikan merupakan suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dalam bahan tersebut dengan menggunakan energy panas [3].

Pada umumnya Nelayan melakukan pengeringan ikan secara tradisional yaitu dengan memanfaatkan tenaga surya secara langsung. Pengeringan cara ini biasanya dilakukan dengan meletakkan produk di atas jaring ikan, tikar, hamparan lantai semen atau anyaman bambu dan ditempatkan di bawah sinar matahari. Metode ini tidak higienis dan memungkinkan produk yang dikeringkan kehilangan sebagian beratnya, karena dimakan serangga, burung, kucing atau hewan lainnya. Selain itu juga, produk akan dengan mudah terkena debu dan proses pengeringan ikan tertunda jika hujan, hasil yang diperoleh tidak maksimal, serta jumlah produksi yang dihasilkan tidak sesuai harapan.

Kondisi tersebut di atas menimbulkan gagasan untuk merancang dan membuat alat pengering ikan dengan menggunakan metode pengering surya aktif tidak langsung (active indirect solar drying). Oleh sebab itu Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS berinisiatif untuk melakukan pengabdian masyarakat dengan cara memberikan pelatihan kepada masyarakat Nelayan kawasan Gresik untuk mengembangkan teknologi pengeringan ikan yang lebih baik.

1.2 Perumusan Konsep dan Strategi Kegiatan Perumusan konsep pada program ini adalah:

1. Bagaimana konsep dasar atau teori alat pengering ikan?

2. Bagaimana konsep praktis pembuatan dan penggunaan alat pengering ikan?

(8)

2 3. Bagaimana cara peningkatan ilmu dan kompetensi mengenai alat pengering pada Nelayan

kawasan Gresik?

Strategi kegiatan pada program ini adalah:

1. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi alat pengering ikan pada Nelayan kawasan Gresik

2. Pemberian pengetahuan dan keterampilan praktis alat pengering ikan kepada Nelayan kawasan Gresik

3. Pendampingan dan jasa konsultasi penggunaan alat pengering ikan untuk Nelayan kawasan Gresik

1.3 Tujuan, Manfaat dan Dampak Kegiatan Tujuan program pengabdian masyarakat ini adalah :

1. Memberikan ilmu pengetahuan konsep dasar alat pengering ikan kepada Nelayan kawasan Gresik

2. Memberikan kegiatan workshop alat pengering ikan kepada Nelayan kawasan Gresik 3. Mampu meningkatan pemahaman dan kompetensi Nelayan kawasan Gresik

Program ini memiliki manfaat terhadap:

1. Penguasaan teknologi alat pengering ikan pada Nelayan kawasan Gresik

2. Peningkatan kompetensi dan keahlian mengenai alat pengering ikan pada Nelayan kawasan Gresik

3. Pemberdayaan keterampilan yang dimiliki oleh Nelayan kawasan Gresik Program ini memiliki dampak kegiatan terhadap:

1. Ilmu pengetahuan dan teknologi alat pengering ikan dapat dikuasai di kalangan Nelayan kawasan Gresik

2. Teknologi alat pengering ikan dapat diterapkan dan digunakan oleh Nelayan kawasan Gresik pada dunia pekerjaan

3. Nelayan kawasan Gresik dapat meningkatkan taraf

1.4 Target Luaran

Target luaran dari program ini adalah penguasaan dan penerapan teknologi alat pengering ikan. Hasil program ini akan dipublikasikan dalam bentuk seminar atau pelatihan dan atau publikasi pada media lokal seperti koran dan atau majalah.

(9)

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Metode pengeringan secara umum terbagi atas dua, yaitu pengeringan sinar matahari (direct sun drying), dimana produk yang akan dikeringkan langsung dijemur di bawah sinar matahari [4,5]. Dan metode pengeringan surya (solar drying), dimana produk yang akan dikeringkan diletakkan di dalam suatu alat pengering [6].

Pengering surya dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu pengering aktif dan pasif. Pada pengering pasif, aliran udara pengering terjadi karena adanya perbedaan tekanan akibat dari udara yang dipanaskaan (konveksi bebas), sedangkan pada pengering aktif diperlukan alat tambahan seperti fan atau blower untuk mengalirkan udara pengering ke produk yang dikeringkan (konveksi paksa). Pengering surya aktif dan pasif ini dibagi lagi atas tiga jenis, yaitu pengering surya langsung (direct solar drying) dimana produk dimasukkan ke dalam alat pengering yang transparan sehingga sinar matahari langsung mengenai produk yang berada di dalam alat pengering. Jenis pengering surya yang kedua adalah pengering surya tidak langsung (indirect solar drying) yang menggunakan kolektor matahari untuk meningkatkan temperatur udara pengering. Dan jenis yang ketiga adalah pengering surya gabungan (direct-indirect/mixed solar drying) yang merupakan kombinasi dari pengering surya langsung dan tidak langsung [7].

Klasifikasi pengering surya secara umum dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Klasifikasi Pengering Surya

Ketika suatu produk basah mengalami proses pengeringan, maka pada produk akan terjadi dua proses secara simultan, yaitu [5] :

1. Perpindahan panas dari lingkungan untuk menguapkan air pada permukaan produk.

Perpindahan massa berupa uap air dari permukaan produk tergantung pada temperatur udara lingkungan, kelembaban, kecepatan aliran udara, luas bidang kontak, tekanan udara dan sifat fisik produk.

(10)

4 2. Perpindahan air dari dalam produk ke permukaan produk dan selanjutnya mengalami proses

penguapan seperti pada proses pertama. Perpindahan air dari dalam produk dipengaruhi oleh sifat fisik produk, temperatur dan distribusi kandungan air di dalam produk.

Kadar air yang terkandung dalam produk dinyatakan dalam dua cara, yaitu basis basah dan basis kering. Kadar air basis basah dapat didefinisikan sebagai perbandingan massa air pada produk dengan massa total produk. Kadar air basis basah ditulis sebagai berikut [6]:

o d o

wb M

M MC M

sedangkan kadar air basis kering adalah massa air pada produk persatuan massa kering produk, dinyatakan dengan

d d o

db M

M MC M

dimana:

MCwb adalah kadar air basis basah MCdb adalah kadar air basis kering Mo adalah massa total produk Md adalah massa produk tanpa air

Hubungan kadar air basis basah dan basis kering di atas, secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:

1

1 1

db

wb MC

MC

1

1

1

wb

db MC

MC

Untuk keperluan pengujian atau eksperimen pengeringan, dimana massa produk diukur setiap saat, kadar air setiap saat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

 

1 1

t o odb

tdb M

M MC MC

 

 

t o owb

twb M

M MC 1 MC

1

MCtdb adalah kadar air basis kering pada waktu ke t MCtwb adalah kadar air basis basah pada waktu ke t MCodb adalah kadar air awal basis kering

MCowb adalah kadar air awal basis basah Mt adalah massa produk pada waktu ke t

(11)

5 Untuk memperoleh kualitas pengeringan yang bagus, ada beberapa parameter yang harus dikontrol selama proses pengeringan, yaitu kecepatan aliran udara, temperatur udara pengering dan kelembaban relatif udara.

2.1. Kecepatan Aliran Udara

Kecepatan aliran udara yang tinggi dapat mempersingkat waktu pengeringan. Kecepatan aliran udara yang disarankan untuk melakukan proses pengeringan antara 1,5–2,0 m/s [8].

Disamping kecepatan, arah aliran udara juga memegang peranan penting dalam proses pengeringan. Arah aliran udara pengering yang sejajar dengan produk lebih efektif dibandingkan dengan aliran udara yang datang dalam arah tegak lurus produk.

2.2. Temperatur Udara

Secara umum, temperatur udara yang tinggi akan menghasilkan proses pengeringan yang lebih cepat. Namun temperatur pengeringan yang lebih tinggi dari 50oC harus dihindari karena dapat menyebabkan bagian luar produk sudah kering, tapi bagian dalam masih basah. Khusus untuk ikan, temperatur pengeringan yang dianjurkan antara 40–50 oC [8].

2.3. Kelembaban Relatif, RH

Pengeringan umumnya dilakukan pada kelembaban relatif yang rendah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kecepatan difusi air. Kelembaban relatif yang rendah di dalam ruang pengering dapat terjadi jika udara pengering bersirkulasi dengan baik dari dalam ke luar ruang pengering, sehingga semua uap air yang diperoleh setelah kontak dengan produk langsung dibuang ke udara lingkungan.

Lama waktu pengeringan tergantung pada banyak faktor, antara lain ukuran dan ketebalan ikan, temperatur pengering, kelembaban relatif udara, kecepatan udara pengering dan total beban pengeringan.

(12)

6 BAB III

STRATEGI, RENCANA KEGIATAN DAN KEBERLANJUTAN

Program Pengabdian Masyarakat ini memberikan teknologi praktis mengenai teknologi pengeringan ikan kepada Nelayan kawasan Gresik.

3.1 Strategi

Program Pengabdian Masyarakat ini memiliki beberapa strategi agar program ini dapat memberikan manfaat yang tinggi, antara lain:

1. Tim melakukan studi lapangan ke kampung Nelayan kawasan Gresik.

2. Tim mengumpulkan informasi mengenai kondisi kampung Nelayan kawasan Gresik.

3. Tim memberikan penyuluhan tentang manfaat dan penggunaan teknologi pengeringan ikan ke kampung Nelayan kawasan Gresik.

4. Tim mempromosikan kegiatan pelatihan ke kampung Nelayan kawasan Gresik.

5. Tim memfasilitasi program pelatihan pengeringan ikan yang diadakan di Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS.

6. Tim melakukan monittoring dan evaluasi program pelatihan.

7. Tim membuat perencanaan program berkelanjutan.

3.2 Rencana Kegiatan

Rencana Kegiatan Program ini dilakukan secara bertahap. Kegiatan dimulai dengan penyiapan kegiatan melalui komunikasi awal internal terhadap tim ITS. Kegiatan ini dilakukan untuk menyiapkan kondisi internal tim terhadap penyelenggaraan kegiatan program pengabdian masyarakat. Kegiatan ini juga melakukan penyiapan terhadap keperluan peralatan, bahan, personil dan jadwal kegiatan. Kegiatan selanjutnya melakukan komunikasi awal terhadap pihak Nelayan kawasan Gresik. Kegiatan ini melakukan perkenalan terhadap para guru dan perwakilan siswa. Kegiatan ini juga melakukan studi mengenai pemahaman dan penguasaan teknologi pengeringan di kampung Nelayan kawasan Gresik. Kegiatan ini diharapkan mendapatkan masukan mengenai kebutuhan materi dan pengetahuan praktis dari para Nelayan kawasan Gresik. Tim ITS juga akan membuka koordinasi dan masukan dari pihak industri dan praktisi yang bergerak di pengeringan ikan. Kegiatan selanjutnya melakukan koordinasi internal tim ITS untuk penyiapan dan penyempurnaan peralatan dan bahan yang telah disesuaikan dan disempurnakan berdasarkan masukan dari kajian awal. Penyiapan peralatan meliputi penyiapan baja sebagai rangka, pelat SS, kayu triplek, peralatan mekanik, peralatan listrik, ruangan dan

(13)

7 bahan pelatihan. Penyiapan bahan meliputi pembuatan materi pelatihan, sistem monitoring, sistem evaluasi dan sistem monitoring untuk keberlanjutan program. Kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan pelatihan terhadap Nelayan kawasan Gresik dan monitoring terhadap keberlanjutan program.

3.3 Keberlanjutan Program

Kegiatan program pengabdian masyarakat dilanjutkan dengan sistem monitoring terhadap keberlanjutan penguasaan materi dan aplikasi pengeringan ikan di kampung Nelayan kawasan Gresik. Keberlanjutan program ditunjukkan dengan peningkatan pemahaman dan penguasaan teknologi pengeringan ikan oleh Nelayan kawasan Gresik. Keahlian ini juga diharapkan dapat dilanjutkan oleh pihak industri mitra Nelayan kawasan Gresik. Industri mitra diharapkan dapat menggunakan produk ikan Nelayan kawasan Gresik untuk mendukung kegiatan industrinya.

Dengan program ini, diharapkan dapat meningkatkan pemberdayaan Nelayan kawasan Gresik dan mendukung kegiatan industri. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan daya saing Nelayan kawasan Gresik.

(14)

8 BAB IV

HASIL YANG DICAPAI

4.1 Kegiatan Pengabdian

Pengeringan adalah proses pemindahan atau pengeluaran kandungan air bahan hingga mencapai kandungan air tertentu agar kecepatan kerusakan bahan dapat diperlambat. Proses pengeringan ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara lingkungan, kecepatan aliran udara pengering, kandungan air yang diinginkan, energi pengering, dan kapasitas pengering.

Pengeringan yang terlampau cepat dapat merusak bahan, oleh karena permukaan bahan terlalu cepat kering sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air bahan menuju permukaan. Karenanya menyebabkan pengerasan pada permukaan bahan selanjutnya air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena terhambat. Disamping itu, operasional pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak bahan. Pengaturan suhu dan lamanya waktu pengeringan dilakukan dengan memperhatikan kontak antara alat pengering dengan alat pemanas (baik itu berupa udara panas yang dialirkan maupun alat pemanas lainnya). Namun demi pertimbangan-pertimbangan standar gizi maka pemanasan dianjurkan tidak lebih dari 85o Pengeringan makanan memiliki dua tujuan utama. Tujuan pertama adalah sebagai sarana pengawetan makanan. Mikroorganisme adalah penyebab utama kerusakan makanan, mikroorganisme tidak dapat berkembang dan bertahan hidup pada lingkungan yang berkadar air rendah. Tujuan kedua adalah untuk meminimalkan biaya distribusi bahan makanan karena makanan yang telah dikeringkan akan memiliki berat yang lebih rendah dan ukuran yang lebih kecil.

Pelatihan Pengeringan ikan sebagai Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di sekitaran gresik dilaksanakan berupa pemberian materi dan praktikum. Pengetahuan yang diberikan berupa teknologi pengeringan ikan , proses pengeringan , dan proses teknologi alat pengering ikan . Peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan dan kemampuan teknik perngeringan ikan modern. Peserta pelatihan mengikuti praktikum proses pengeringan ikan dengan teknologi modern. Pengabdian dilakukan oleh Dosen Tim Pengabdi, Tim Mahasiswa Sarjana, Tim Mahasiswa Pascasarjana dan Tim Pranata Laboratorium Pendidikan di Laboratorium Korosi dan Kegagalan Material, Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI - ITS. Dosen Tim Pengabdi adalah Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Budi Agung Kurniawan, ST, MSc. Tubagus Noor Rohmannudin, ST, MSc Dr. Lukman Noerochiem, ST, MSc. Eng Vania Mitha Pratiwi, ST, MT Amalia Rasyida, ST MSc. Tim pengabdi menyiapkan peralatan dan bahan pelatihan

(15)

9 pengabdian masyarakat (Gambar 4.1). Tim pengabdi melakukan beberapa kali rapat koordinasi untuk membahas keperluan kegiatan. Tim menyiapkan kebutuhan media informasi (spanduk), ruangan, materi, peralatan permesinan, bahan baku, peralatan pengering ikan, peralatan kesehatan keselamatan kerja Tim pengabdi juga melakukan kunjungan ke pihak mitra pengabdi untuk mendapatkan masukan dari mitra pengabdi.

Gambar 4.1. Persiapan Tim.

Pelatihan ini diikuti oleh Masyarakat Nelayan yang tinggal di pesisir pantai gresik Pelatihan ini juga menjadi wadah silaturahmi dan komunikasi Civitas ITS dengan masyarakat.

Masyarakat ini telah tinggal di pesisir pantai gresik sejak lama dan tahunan. Tim pengabdi telah menyebarkan undangan pelatihan kepada Msyarakat. Mitra pengabdi melakukan pendaftaran peserta pelatihan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Pelatihan dilakukan tanggal agustus 2015.

Gambar 4.2 menunjukkan Kondisi awal pengeringan ikan yang secara tradisional dengan media sinar surya. Hal tersebut sangat alami namun tempat yang sangat tidak layak serta kondisi yang sangat prihatin sehingga perlu adanya teknologi yang modern untuk menggantikan kondisi tersebut agar ikan yang di keringkan tidak terkontaminasi dari zat zat yang tidak di harapkan masuk dalam ikan saat pengeringan.

(16)

10 Gambar 4.2. kondisi Pengeringan ikan

Gambar 4.3. pembuatan Alat

Pembuatan alat yang sudah di rancang dan di buat siap di kirim untuk melancarkan kegiatan.

Pembuatan alat pengering ikan di lakukan di jurusan teknik material dan metalurgi FTI ITS untuk mengefisienkan waktu.langkah selatnya yaitu pengiriman alat ke tempat yang akan di laksanakan pelatihan yaitu di tempat pesisir pantai gresik.

(17)

11 Gambar 4.4. Pengiriman Alat.

Langkah selatnya yaitu proses pelatihan yang di laksanakan di tempat pengeringan ikan di kawasan gresik. Masyarakat cukup antusias akan adanya pelatihan tersebut. Gambar 4.5 menunjukkan proses pelatihan bersama tim pengabdi dengan tim mahasiswa serta pranata Laboratorium Korosi dan analisa kegagalan yang membantu persiapan pelatihan seingga pelatihan pengeringan ikan berjalan lancar tanpa hambatan.

Gambar 4.5 Pelatihan Teknologi Penegeringan Ikan

(18)

12 Gambar 4.6. pelatihan teknik teknik pemakaian alat

4.2 Analisis Capaian Luaran

Pengeringan adalah proses pemindahan atau pengeluaran kandungan air bahan hingga mencapai kandungan air tertentu agar kecepatan kerusakan bahan dapat diperlambat. Proses pengeringan ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara lingkungan, kecepatan aliran udara pengering, kandungan air yang diinginkan, energi pengering, dan kapasitas pengering.

Pengeringan yang terlampau cepat dapat merusak bahan, oleh karena permukaan bahan terlalu cepat kering sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air bahan menuju permukaan. Karenanya menyebabkan pengerasan pada permukaan bahan selanjutnya air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena terhambat.

Teknik Pengeringan ikan dapat dilakukan oleh masyarakat dan berbagai pihak lainnya.

Teknik Pengeringan ikan tidak memerlukan keahlian personil yang tinggi untuk dapat melakukan pembuatan produk melalui teknik Pengeringan ikan. Teknik Pengeringan ikan relatif menggunakan peralatan yang sederhana dan ekonomis. Peserta pelatihan telah mengalami peningkat pengetahuan dan keahliannya mengenai teknologi Pengeringan ikan secara modern. Peserta pelatihan dapat mengembangkan pengetahuan dan keahliannya sebagai peningkatan pemberdayaan ekonomi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi Pengeringan ikan perlu dituliskan dalam bentuk tulisan yang mampu dibaca dan dijangkau oleh masyarakat luas. Hal ini diharapkan mampu memberikan peningkatan dan perubahan pengetahuan bagi masyarakat. Tulisan mengenai teknologi Pengeringan ikan secara moderen harus mampu dijangkau oleh masyarakat luas.

(19)

13 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pelatihan Pengeringan ikan sebagai Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di sekitaran gresik telah dilaksanakan. Pelatihan ini diikuti oleh Masyarakat Sekitaran gresik. Pelatihan ini memberikan pengetahuan dan kompetensi mengenai teknologi Pengeringan ikan. Pengetahuan yang diberikan berupa teknologi pengeringan ikan, Manfaat pengering ikan modern teknologi proses pengeringan ikan. Peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan dan kemampuan Pengeringan ikan. Peserta pelatihan mengikuti praktikum teknik teknik Pengeringan ikan modern. Peserta pelatihan dapat menerapkan keahlian pengeringan ikan secara modern dan efisien. Peningkatan pengetahuan dan keahlian dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat serta peningkatan kesejahteraan.

Peserta pelatihan menyatakan bahwa pelatihan ini sangat berguna. Peserta mendapatkan keahlian teknik teknik pengeringan ikan secara efisien, higenis, dan tidak repot agar produk yang di hasilkan bagus.

Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar pesisir pantai di daerah gresik karena di sana masih menggunakan proses pengeringan yang sangat tradisional sehingga perlu adanya teknologi yang modern untuk menjaga produk produk yang sudah di buat. Oleh karena itu alat pengering ikan secara modern inilah solusi bagi masyarakat tersebut agar produk yang di hasilkan higenis dan proses pengeringan ikan akan cepat dan tidak membutuhkan waktu yang lama.

(20)

14 BAB VI

RENCANA SELANJUTNYA

Pelatihan Pengeringan ikan sebagai Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di sekitaran gresik telah dilaksanakan. Masyarakat Nelayan sekitar gresik memperoleh kesempatan mengikuti pelatihan materi dan praktikum teknologi Pengeringan ikan. Setelah pelatihan, pengabdi memiliki rencana untuk membuat modul materi pelatihan teknologi Pengeringan ikan. Modul dapat menjadi panduan praktikum, penelitian dan pengembangan teknologi Pengeringan ikan. Modul ini juga dapat digunakan oleh masyarakat luas untuk memberikan pengetahuan dan keahlian Pengeringan ikan secara modern. Tahapan selanjutnya adalah membuat artikel dan tulisan ilmiah mengenai teknologi Pengeringan ikan secara modern Tulisan ilmiah ini akan dipublikasikan ke masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan dan keahlian teknologi Pengeringan ikan secara modern. teknik.

Kegiatan program pengabdian masyarakat dilanjutkan dengan sistem monitoring terhadap keberlanjutan penguasaan materi dan aplikasi teknologi Pengeringan ikan secara modern di Masyarakat Nelayan di sekitaran gresik. Keberlanjutan program ditunjukkan dengan peningkatan pemahaman dan penguasaan teknologi Pengeringan ikan oleh masyarakat.

Masyarakat diharapkan dapat melanjutkan dan mandiri melakukan teknologi Pengeringan ikan di lingkungannya. Keahlian ini juga diharapkan dapat dilanjutkan oleh pihak industri mitra masyarakat. Industri mitra diharapkan dapat menggunakan keahlian masyarakat untuk mendukung kegiatan industrinya. Dengan program ini, diharapkan dapat meningkatkan pemberdayaan masyrakat dan mendukung kegiatan industri. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan selanjutnya adalah monitoring kepada peserta pelatihan. Peserta pelatihan diharapkan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keahlian yang diperoleh pada program kegiatan pengabdian masyarakat ini di dunia kerjanya masing-masing. Peserta pelatihan dapat menjadi instruktur bagi masyarakat di sekitarnya. Peserta pelatihan dapat ikut serta menyebarkan ilmu pengetahuan dan keahlian teknologi pengecoran kepada teman-teman dan masyarakat di sekitarnya. Peserta pelatihan dapat ikut serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian teknologi Pengeringan ikan di masyarakat luas.

(21)

15 DAFTAR PUSTAKA

[1] Afrianto, E., dan E. Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius.

Yogyakarta.

[2] Berhimpon, S., H. Dien, R. Montolalu. 2002. Processing and The Prospect of Katsuobushi (Ikan kayu) of North Sulawesi, Indonesia: A Review. Fish Handling and Processing Laboratory. Faculty of Fisheries and Marine Science. Sam Ratulangi University. Manado.

[3] Harikedua, J. 1985. Dasar-dasar Pengawetan dan Pengolahan Pangan. Fakultas Perikanan UNSRAT. Manado.

[4] Tausin, S., Hasan, G., 1986, “Traditional Fish Processing in Indonesia”, Proceeding of The First ASEAN Workshop on Fish and Fish Waste Processing and Utilization, Jakarta, 115- 128.

[5] Heruwati, E.S., 2002, “Pengolahan Ikan secara Tradisional : Prospek dan Peluang Pengembangan, Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan”, Jurnal Litbang Pertanian, Vol.21(3), 92-99.

[6] Ekechukwu, O.V., Norton, B., 1999, “Review of Solar-Energy Drying Systems I:an Overview of Drying Principle and Theory”, International Journal of Energy Conversion

& Management, Vol. 40, 593-613.

[7] Ekechukwu, O.V., Norton, B., 1999, “Review of Solar-Energy Drying Systems II: an Overview of Solar Drying Technology”, International Journal of Energy Conversion &

Management, Vol. 40(1), 615-655.

[8] Abdullah, Kamaruddin,2003, “Fish Drying Using Solar Energy” Lectures and Workshop Exercises on Drying of Agricultural and Marine Products: Regional Workshops on Drying Technology, Jakarta, 159-191.

(22)

16

Referensi

Dokumen terkait

Betawi tentang pemutaran film pertama di Indonesia sangat jelas membawa warna dan semangat baru di zaman etis ini. Bioskop merupakan salah satu media hiburan yang

Berdasarkan data International Atomic Energy Agency (IAEA:2006) atau Badan Energi Atom Internasional penambahan jumlah PLTN setelah kecelakaan Chernobyl di tahun 1986 hingga

Pada Gambar 5 terlihat bahwa konsentrasi detergen 30 mg/L dengan minyak 1mg/L menunjukkan bahwa kondisi operasi yang optimum pada waktu tinggal 45 detik, kecepatan pengadukan 180

Jenis-jenis bilah yang digunakan pada bioreaktor akan menghasilkan pola aliran yang berbeda-beda, dimana bergantung dari sifat-sifat fluida, geometri tangki, jenis

Pola sebaran akar kelapa sawit menurut jarak dapat dinyatakan di semua jenis tanah (mineral dan gambut) memiliki pola yang sama dimana bobot akar lebih besar pada jarak yang paling

Akan tetapi, hal tersebut sulit untuk dilaksanakan karena dana yang telah terkumpul menjadi satu di Regional Manager nantinya langsung diolah dan dibelanjakan untuk program

Prinsip kerja dari bagian-bagian konverter LPG yang ditunjukkan pada gambar 2.9 adalah bahan bakar yang sudah memiliki tekanan akan memenuhi lubang suluran gas masuk tetapi

Pada penelitian ini akan dibuat kecap dan terasi dengan menggunakan bahan baku ikan seluang (Rasbora argyrotaenia) yang berasal dari ikan air tawar dan ikan teri