11 A. Hasil Pengumpulan Data
1. Identitas Klien
Klien berinisial An.V.A berjenis kelamin laki-laki, lahir pada tanggal 28 November 2016 dan sekarang klien berumur 4 tahun 2 bulan. Klien merupakan anak pertama dari pasangan Ny.D berusia 37 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga dan Tn.A berusia 38 tahun bekerja sebagai wiraswasta. Saat ini klien tinggal bersama kedua orang tuanya.
2. Data yang berhubungan dengan faktor penyebab a. Riwayat Kondisi Sekarang
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan informasi bahwa saat menginginkan sesuatu klien cenderung berkomunikasi menggunakan gesture atau gerak tubuh, klien terkadang masih babbling (mamama, dadada, dan tatata), selain itu berdasarkan hasil observasi, didapatkan informasi bahwa klien mampu memahami perintah sederhana seperti ambil, contohnya saat terapis menyuruh klien untuk mengambil bola klien mampu melakukannya, masukkan contohnya saat terapis menyuruh klien untuk memasukkan mainan kedalam box klien mampu melakukannya, duduk contohnya saat terapis menuyuruh klien untuk duduk klien mampu melakukannya , dan tutup contohnya saat terapis menyuruh klien untuk menutup pintu klien mampu melakukannya, motorik klien baik, klien tidak jinjit saat berjalan. Klien belum mampu mempertahankan atensi, kontak mata dan konsentrasinya dengan lawan bicara.
b. Riwayat Kondisi Dahulu 1) Riwayat Pre-Natal
Selama kehamilan kondisi ibu baik, ibu tidak pernah mengalami jatuh atau cedera apapun, ibu juga tidak pernah mengkonsumsi obat- obatan. Ibu pernah mengkonsumsi makanan laut berupa kerang dengan porsi yang cukup banyak, tetapi hanya sekali.
2) Riwayat Natal
Klien lahir saat usia kehamilan 9 bulan dengan proses persalinan cesar, berat saat lahir 3,6 kg. Saat lahir klien tidak langsung menangis.
3) Riwayat Post-Natal
Saat usia 1,5 tahun klien pernah dirawat di IGD dikarenakan demam tinggi sampai 41̊ C, klien pernah melakukan cek laboratorium saat usia 2 tahun, dan diketahui dari hasil pemeriksaan bahwa terdapat jamur pada sistem pencernaannya. Saat usia 2,5 tahun klien pernah melakukan pemeriksaan dengan dokter tumbuh kembang dan didiagnosa Autis.
c. Riwayat sosial dan keluarga
Klien merupakan anak pertama dengan status anak kandung. Klien berasal dari keluarga menengah,klien merupakan anak dari pasangan Ny. D berusia 37 tahun yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan Tn. A berusia 38 tahun yang bekerja sebagai wiraswasta. Sosialiasai klien dengan lingkungan cukup baik klien mampu berinteraksi dengan keluarga yang lain namun terkadang asyik dengan dunianya sendiri.
3. Data yang Berhubungan dengan Sindroma a. Kemampuan Bahasa
Berdasarkan hasil assessment yang dilakukan pada 10 februari 2021 telah dilakukan tes menggunakan screening evaluasi kemampuan bahasa didapatkan hasil bahwa kemampuan bahasa dan bicara klien tidak sesuai dengan usianya.
Berdasarkan hasil observasi klien mampu berbicara pada tingkat kata tetapi belum konsisten dan terkadang masih babbling.
Tidak didapatkan hasil dari Receptive One-Word Picture Vocbulary Test dan Expressive One-Word Picture Vocabulary Test, karena atensi klien masih kurang dan saat tes dilakukan klien hanya diam. Berdasarkan penilaian kemampuan bahasa komponen morfologi menggunakan formulir assessment 7-7, didapatkan data bahwa klien belum paham konsep preposisi, dan berdasarkan penilaian kemampuan bahasa komponen pragmatik menggunakan formulir assessment 7-8, didapatkan data bahwa klien mampu merespon untuk salam, selain itu klien juga mampu untuk mengikuti perintah, selain itu klien belum mampu seperti membuat permintaan, bergantian dan mempertahankan kontak mata. Sedangkan untuk penilaian bahasa komponen semantik menggunakan formulir assessment 7-9 dan penilaian bahasa
komponen sintaksis menggunakan formulir assessment 7-10 belum dapat dilakukan penilaian karena verbal masih minim serta atensi dan kontak mata masih kurang.
b. Kemampuan Wicara
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 10 februari 2021 respirasi klien baik. Resonansi klien terkesan normal, tidak terdapat hipernasal, hiponasal, maupun gejala gangguan resonansi yang lain. Fonasi klien terkesan normal saat klien mengujarkan satu kata. Kemampuan prosodi klien belum dapat diketahui karena kemampuan verbal klien masih kurang.
Tidak didapatkan hasil dari tes artikulasi, respon klien hanya diam, setelah dilakukan perintah untuk menirukan klien juga tidak ada respon verbal.
c. Kemampuan Suara
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 10 februari 2021 didapatkan data bahwa tidak ada permasalahan dalam suara klien, nada bicara klien terkesan normal. Intensitas suara klien tampak normal, klien mampu memproduksi nada rendah sampai nada tinggi, kualitas suara klien tampak normal. Klien tidak mengalami harsheness, hoarseness, ataupun breathness.
d. Kemampuan Irama/kelancaran
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 10 februari 2021, klien belum bisa dilakukan evaluasi karena kemampuan verbal klien masih pada tahap kata namun belum konsisten.
e. Kemampuan Menelan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada tanggal 10 februari 2021 diketahui bahwa klien tidak mengalami masalah dalam makan dan menelan. Klien terkesan mampu mengunyah, menghisap, dan menelan dengan baik. Klien mampu makan dan menelan makanan dengan segala tekstur.
f. Kemampuan Oral Motor
Berdasarkan hasil pemeriksaan oral facial didapatkan data bahwa kebersihan mulut klien cukup bersih. Pada aspek wajah, bibir, lidah, faring, langit-langit keras dan langit-langit lunak klien terkesan normal.
B. Analisis Data
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data bahwa klien berinisial An.V.A lahir pada tanggal 28 November 2016 dan saat ini berusia 4 tahun 4 bulan. Klien berjenis kelamin laki-laki dan beragama Islam. Klien adalah anak pertama dengan status anak kandung dari pasangan Ny. D berusia 37 tahun yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan Tn. A berusia 38 tahun yang bekerja sebagai wiraswasta. Bahasa utama yang digunakan klien yaitu bahasa Indonesia namun terkadang menggunakan bahasa Daerah. Klien tinggal bersama kedua orang tuanya di Jl. Angkatan 66, Palembang.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa ibu klien tidak pernah mengalami jatuh atau cedera selama hamil, ibu mengandung saat berusia 33 tahun. Ibu melahirkan pada usia kehamilan 9 bulan dengan proses kelahiran cesar dengan berat badan 3600 gram. Saat usia 1,5 tahun klien pernah dibawa ke IGD karena demam tinggi sampai 41̊ C, pada usia 2 tahun klien pernah melakukan cek laboratorium dan dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa terdapat jamur pada pencernaannya. Secara genetis ditemukan bahwa autism disebabkan oleh interaksi beberapa gen. Memang penyebab pasti dalam terjadinya autism sendiri masih belum bisa ditentukan, menurut Journal Nature Genetic, gen neuroxin berperan penting dalam terjadinya sindrom autism.
Neuroxin merupakan protein yang berperan membantu komunikasi sel saraf.
Kekacauan sitesis protein ini mempengaruhi daya perlawanan tubuh terhadap benda asing melalui system imunitas. Imun tubuh adalah pemimpin pertahanan tubuh menghadapi bakteri pathogen, jamur, dan virus. System imun seharusnya bereaksi apabila ada masalah, tetapi anak autis memiliki system imun yang malfungsi.
Seringkali perubahan fungsi ini menyebabkan tubuh salah mengidentifikasi sel-sel sendiri dan molekul asing. Malfungsi ini menyebabkan terjadinya peradagan saluran cerna (McCandless, 2003). Diare kronis atau sembelit pada anak dapat menunjukkan gejala pertumbuhan jamur yang berlebihan pada banyak individu. Hal ini merupakan faktor penyebab Autism Spectrum Disorder sesuai dengan pendapat McCandless, 2003 Pertumbuhan bakteri dan jamur yang berlebihan dapat melukai sistem saluran cerna dan merupakan salah satu penyebab spektrum autis. Di antara mekanisme potensial di mana mikrobiota usus dapat mempengaruhi fungsi Sistem Saraf Pusat (SSP), terdapat efek tidak langsung pada sistem kekebalan bawaan melalui tingkat sirkulasi sitokin pro- inflamasi dan anti-inflamasi atau melalui produksi metabolit (misalnya lemak rantai
pendek). asam –SCFAs-) yang memodulasi sistem kekebalan dan sistem saraf simpatis (Borre YE,dkk, 2014). Penanda inflamasi usus potensial dan non-invasif lainnya yang baru-baru ini dipelajari dalam ASD adalah calprotectin, protein neutrofil yang melimpah yang ditemukan dalam tinja yang secara nyata meningkat pada kondisi infeksi dan inflamasi, termasuk Inflammatory Bowel Disease (IBD) (de Magistris L, dkk, 2010). Semua mekanisme ini dapat mengganggu perkembangan dan fungsi otak, berkontribusi pada patogenesis ASD melalui modulasi neurotransmisi otak dan konektivitas, baik di tingkat lokal maupun global. Secara khusus, perubahan konektivitas otak adalah salah satu pendukung kuat saraf yang mendukung gejala ASD.
Berdasarkan hasil assessment yang telah dilakukan menggunakan screening evaluasi kemampuan bahasa didapatkan hasil bahwa kemampuan bahasa dan bicara klien tidak sesuai dengan usianya. Berdasarkan hasil observasi klien mampu berbicara pada tingkat kata tetapi belum konsisten dan terkadang masih babbling.
Tidak didapatkan hasil dari Receptive One-Word Picture Vocbulary Test dan Expressive One-Word Picture Vocabulary Test, karena atensi klien masih kurang dan saat tes dilakukan klien hanya diam. Berdasarkan penilaian kemampuan bahasa komponen morfologi menggunakan formulir assessment 7-7, didapatkan data bahwa klien belum paham konsep preposisi, dan berdasarkan penilaian kemampuan bahasa komponen pragmatik menggunakan formulir assessment 7-8, didapatkan data bahwa klien mampu merespon untuk salam, selain itu klien juga mampu untuk mengikuti perintah, selain itu klien belum mampu membuat permintaan, bergantian dan mempertahankan kontak mata. Sedangkan untuk penilaian bahasa komponen semantik menggunakan formulir assessment 7-9 dan penilaian bahasa komponen sintaksis menggunakan formulir assessment 7-10 belum dapat dilakukan penilaian karena verbal masih minim serta atensi dan kontak mata masih kurang. Dari hasil tes dapatdisimpulkan bahwa anak autism mengalami kesulitan untuk memahami arti kata- kata serta penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteksnya. Hal ini diperkuat oleh pendapat dari American Speech Language-Speech Hearing Association (ASHA) Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan defisit dalam komunikasi sosial dan interaksi sosial serta adanya perilaku yang berulang. Defisit komunikasi sosial hadir dalam berbagai cara dan dapat mencakup gangguan dalam perhatian bersama dan timbal balik sosial serta tantangan menggunakan perilaku komunikasi verbal dan nonverbal untuk interaksi sosial.
Perilaku, minat, atau aktivitas yang dibatasi dan berulang-ulang dimanifestasikan oleh stereotip, ucapan berulang, gerakan motorik, atau penggunaan objek; kepatuhan yang tidak fleksibel pada rutinitas; minat terbatas; dan hiper- dan / atau hipo-sensitivitas terhadap masukan sensorik (ASHA,2013).
1. Diagnosis
Berdasarkan hasil analisis data maka klien didiagnosis mengalami keterlambatan perkembangan bahasa dan bicara yang disebabkan oleh Autism Spectrum Disorder. Penentuan diagnosis ini diperkuat dari hasil observasi dan tes yang telah dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut (Maria Mody, PhD dan John W.Belliveau, PhD, 2013) “gangguan dalam bahasa dan komunikasi sosial termasuk dalam kriteria diagnostic utama untuk ASD”.
2. Prognosis
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan diketahui limitasi klien yaitu kontak mata klien yang tidak bisa fokus hanya pada satu objek, dan kemampuan komunikasi secara verbal klien masih kurang. Dengan begitu asset yang dimiliki klien yaitu klien cukup kooperatif, tidak ada permasalahan pada oral motor, dan dukungan keluarga yang sangat baik.
Berdasarkan hasil perincian analisis data tentang aset dan limitasi yang dimiliki oleh klien dapat disimpulkan bahwa prognosis baik.
C. Perencanaan Terapi 1. Tujuan Jangka Panjang
a. Meningkatkan kemampuan bahasa reseptif klien b. Meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif klien 2. Tujuan Jangka Pendek
a. Agar klien mampu memahami kategori anggota tubuh dengan tingkat keakuratan 60% selama 3 sesi berturut-turut.
b. Agar klien mampu menanami kategori anggota tubuh dengan tingkat keakuratan 60% selama 3 sesi berturut-turut.
3. Materi Terapi
a. Pemahaman anggota tubuh (telinga, lidah, bibir, kaki dan tangan) b. Memenamai anggota tubuh (telinga, lidah, bibir, kaki, dan tangan) 4. Metode Terapi
Dalam melaksanakan terapi tentu sangat dibutuhkan suatu metode untuk melaksanakan program yang telah dibuat. Adapun metode yang digunakan selama proses terapi adalah metode Drill dan metode Stimulasi Multimodal.
a. Metode Drill 1) Sumber Metode
Sumber metode ini diambil dari buku Language Disorder from Infancy through Adolesence Assessment & Intervention Second Edition, oleh Shirberg dan Kwiatkowski (1982) dalam Paul (2011).
2) Dasar Pemikiran
Drill secara umum didefinisikan sebagai salah satu dari berbagai aktivitas klinis yang di dalamnya terdapat tingkatan padaa struktur. Struktur tertinggi dalam kerangkanya adalah Drill.
3) Tujuan Metode
Metode ini bertujuan agar anak mampu memberikan respon sesuai instruksi atau stimulus yang diberikan oleh terapis.
4) Langkah-Langkah Metode
Adapun langkah-langkah metode Drill yang praktikan gunakan adalah sebagai berikut :
a) Terapis memberikan unstruksi kepada klien tentang respon yang benar dan memberi stimulus untuk latihan, seperti pengenalan anggota tubuh dan pengucapan kategori anggota tubuh yang dilakukan secara berulang.
Stimulus yang diberikan sesuai dengan tujuan dan dikontrol oleh terapis.
b) Terapis memberikan bantuan (prompts) untuk memberitahukan kepada klien cara merespon dengan benar, contohnya meniru dari terapis. Ketika prompts diberikan, klien diharapkan memberi respon terhadap stimulus yang diberikan terapis.
c) Penggunaan prompts secara bertahap akan dikurangi apabila klien mampu merespon dengan benar.
d) Jika salah satu respon sesuai dengan yang diharapkan oleh terapis, maka klien mendapatkan hadiah (reward) sebagai penguat (reinforcement) dengan pujian secara verbal, tepuk tangan ataupun tos.
e) Motivating Event dilakukan apabila terapi sudah dilakukan, terapis akan mengajak klien untuk melakukan permainan menggunakan puzzle yang berfungsi sebagai suatu motivasi untuk klien.
b. Metode Stimulasi multimodal
Pemakaian metode stimulasi multimodal adalah seseorang dapat menerapkan beberapa modalitas dan tidak harus membatasi diri pada satu modalitas saja dalam pelaksanaan tugas. Berbagai modalitas masukan dapat diterapkan sekaligus untuk mencapai hasil yang lebih maksimal, misalnya dengan memberikan kata atau kalimat yang disajikan secara lisan. Dalam cara ini, modalitas yang gangguannya lebih ringan diterapkan lebih dulu, baru diikuti oleh modalitas yang gangguannya lebih berat.
Pada dasarnya orang dapat menerapkan beberapa modalitas dan tidak harus membatasi diri pada satu modalitas saja dalam pelaksanaan suatu tugas. Berbagai modalitas masukkan dapat diterapkan sekaligus, misalnya dengan memberikan kalimat atau kata yang disajikan secara lisan maupun tulisan. Dalam cara ini, modalitas yang gangguannya lebih ringan diterapkan lebih dahulu, baru diikuti oleh modalitas yang gangguannya lebih berat. Dengan deikian fungsi yang satu memudahkan fungsi yang lain, akan tetapi, penting disadari benar apa yang sedang dilatih dengan cara ini. (Dharmaperwira-Prins,2002).
1) Tujuan Metode
Tujuan metode stimulasi multimodal adalah dengan menggunakan semua modalitas sensoris yang ada pada diri seseorang agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena dengan menggunakan semua modalitas yang dimiliki seseorang dapat dengan mudah untuk belajar berbahasa dan berbicara (Dharmaperwira-Prins,2002).
2) Langkah-Langkah Metode
a) Langkah-langkah metode stimulasi multimodal adalah dengan memberikan masukan secara visual, auditory, dan taktail kinestetik.
b) Secara visual, terapis memberikan masukan berupa obyek yang telah terapis pilih sebagai materi terapi. Dapat juga meniru hal-hal tertentu, diperlukan prompt (bantuan atau arahan yang diberikan kepada klien, apabila klien tidak memberikan respon terhadap instruksi).
c) Apabila dalam menunjukkan obyek yang sama tersebut klien melakukan kesalahan, maka instruksi yang sama kita berikan sampai dengan klien mengerti apa yang dimaksudkan.
d) Sedangkan auditory, terapis melatih kecakapan dengar sesuai dengan materi terpai yang praktikan berikan. Kemudian untuk mengetahui output dari klien, terapis meminta klien untuk memberi respon dengan mencari sumber bunyi. Apabila klien dapat memberi respon yang sesuai maka terapis memberi imbalan yang tepat dan efektif, imbalan berupa pujian atau yang lain.
e) Secara taktail kinestetik, biarkan klien menyentuh bentuk serta wujud obyek yang kita berikan dalam materi terapi. (Dharmaperwira-Prins,2002).
D. Rencana Pelaksanaan Terapi
Pelaksanaan terapi dilakukan di ruang Terapi Wicara Klinik Palembang Therapy Center. Rencana kegiatan akan dilakukan selama dua kali dalam satu minggu pada Hari Selasa dan Rabu dengan durasi terapi setiap pertemuan 45 menit dan akan dilaksanakan sebanyak 7 kali pertemuan.
1. Pertemuan pertama
Terapi akan dilakukan pada hari Senin tanggal 15 Februari 2021 dengan durasi terapi 45 menit dan terapi akan dilakukan diruang terapi wicara di Klinik Palembang Therapy Center, tujuan terapi yang dilakukan adalah agar anak mampu memahami dan menamai kategori anggota tubuh. Terapis meminta anak untuk duduk dikursi yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian terapis mengucapkan salam dan mengharapkan anak juga menjawab salam tersebut dengan benar. Kemudian terapis memimpin untuk berdo’a dan diharapkan anak mampu mengikuti do’a yang terapis ucapkan. Sebelum terapis mempersiapkan peralatan terapi terapis mengajak anak bermain agar anak tidak mudah bosan. Setelah selesai bermain sesi pertama terapis mempersiapkan peralatan terapi yaitu 5 buah kartu kategori anggota tubuh ( telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelum masuk pada perintah terapi, terapis terlebih dahulu memberikan stimulus kepada anak berupa pengenalan materi apa yang akan diberikan sebelumnya, terapis memberikan stimulus menggunakan kartu kategori telinga dan memperlihatkan kepada anak dan mengatakan “ini telinga”, selanjutnya terapis menarik tangan anak lalu mengarahkan kepada telinga anak dan mengatakan
“ini telinga”, setelah dirasa cukup terapis mulai masuk ke sesi terapi dan memberikan instruksi “tunjuk gambar telinga!”. Diharapkan anak mampu memahami pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Bila anak mampu melaksanakan tugas dengan baik maka terapis akan memberikan reward berupa tos dan tepuk tangan lalu dilanjutkan ke gambar selanjutnya. Bila anak belum mampu maka praktikkan akan memberikan prompt fisik dengan cara mengambil tangan anak, lalu menunjukkan dan menyebutkan gambar sesuai dengan instruksi.
Sesi kedua yaitu menamai kategori anggota tubuh dengan materi yang sama yaitu berupa 5 buah kartu kategori anggota tubuh (telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelumnya terapis memberikan stimulus berupa memperlihatkan gambar telinga kepada anak, lalu terapis mengatakan “ini telinga” dan setelah memberikan stimulus kepada anak terapis masuk ke sesi terapi dan menanyakan kepada anak
“gambar apa ini?” yang ada pada kartu kategori, dan diaharapkan anak mampu menamai pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Jika klien mampu melakukan tugas dengan benar, maka terapis akan memberikan prompt dengan cara membantu anak untuk menamai pada objek kategori anggota tubuh. Selanjutnya untuk menutup sesi terapi minta anak untuk berdo’a bersama dan terapis akan memberikan salam kepada anak, kemudian terapis akan menyampaikan hasil terapi hari ini dan memberikan home program kepada orang tua anak.
2. Pertemuan Kedua
Terapi akan dilakukan pada hari Senin tanggal 17 Februari 2021 dengan durasi terapi 45 menit dan terapi akan dilakukan diruang terapi wicara di Klinik Palembang Therapy Center, tujuan terapi yang dilakukan adalah agar anak mampu memahami dan menamai kategori anggota tubuh. Praktikan meminta anak untuk duduk dikursi yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian terapis mengucapkan salam dan mengharapkan anak juga menjawab salam tersebut dengan benar.
Kemudian terapis memimpin untuk berdo’a dan diharapkan anak mampu mengikuti do’a yang terapis ucapkan. Sebelum terapis mempersiapkan peralatan terapi terapis mengajak anak bermain agar anak tidak mudah bosan. Setelah selesai bermain sesi pertama terapis mempersiapkan peralatan terapi yaitu 5 buah kartu kategori anggota tubuh ( telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelum masuk pada perintah terapi,
terapis terlebih dahulu memberikan stimulasi kepada anak berupa pengenalan materi apa yang akan diberikan sebelumnya, terapis memberikan stimulasi menggunakan kartu kategori telinga dan memperlihatkan kepada anak dan mengatakan “ini telinga”, selanjutnya terapis menarik tangan anak lalu mengarahkan kepada telinga anak dan mengatakan “ini telinga”, setelah dirasa cukup terapis mulai masuk ke sesi terapi dan memberikan instruksi “tunjuk gambar telinga!”. Diharapkan anak mampu memahami pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Bila anak mampu melaksanakan tugas dengan baik maka terapis akan memberikan reward berupa tos dan tepuk tangan lalu dilanjutkan ke gambar selanjutnya. Bila anak belum mampu maka praktikkan akan memberikan prompt fisik dengan cara mengambil tangan anak, lalu menunjukkan dan menyebutkan gambar sesuai dengan instruksi.
Sesi kedua yaitu menamai kategori anggota tubuh dengan materi yang sama yaitu berupa 5 buah kartu kategori anggota tubuh (telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelumnya terapis memberikan stimulus berupa memperlihatkan gambar telinga kepada anak, lalu terapis mengatakan “ini telinga” dan setelah memberikan stimulus kepada anak terapis masuk ke sesi terapi dan menanyakan kepada anak
“gambar apa ini?” yang ada pada kartu kategori, dan diaharapkan anak mampu menamai pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Jika klien mampu melakukan tugas dengan benar, maka terapis akan memberikan prompt dengan cara membantu anak untuk menamai pada objek kategori anggota tubuh. Selanjutnya untuk menutup sesi terapi minta anak untuk berdo’a bersama dan terapis akan memberikan salam kepada anak, kemudian terapis akan menyampaikan hasil terapi hari ini dan memberikan home program kepada orang tua anak.
3. Pertemuan Ketiga
Terapi akan dilakukan pada hari Senin tanggal 23 Februari 2021 dengan durasi terapi 45 menit dan terapi akan dilakukan diruang terapi wicara di Klinik Palembang Therapy Center, tujuan terapi yang dilakukan adalah agar anak mampu memahami dan menamai kategori anggota tubuh. Praktikan meminta anak untuk duduk dikursi yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian terapis mengucapkan salam dan mengharapkan anak juga menjawab salam tersebut dengan benar.
Kemudian terapis memimpin untuk berdo’a dan diharapkan anak mampu mengikuti
do’a yang terapis ucapkan. Sebelum terapis mempersiapkan peralatan terapi terapis mengajak anak bermain agar anak tidak mudah bosan. Setelah selesai bermain sesi pertama terapis mempersiapkan peralatan terapi yaitu 5 buah kartu kategori anggota tubuh ( telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelum masuk pada perintah terapi, terapis terlebih dahulu memberikan stimulasi kepada anak berupa pengenalan materi apa yang akan diberikan sebelumnya, terapis memberikan stimulasi menggunakan kartu kategori telinga dan memperlihatkan kepada anak dan mengatakan “ini telinga”, selanjutnya terapis menarik tangan anak lalu mengarahkan kepada telinga anak dan mengatakan “ini telinga”, setelah dirasa cukup terapis mulai masuk ke sesi terapi dan memberikan instruksi “tunjuk gambar telinga!”. Diharapkan anak mampu memahami pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Bila anak mampu melaksanakan tugas dengan baik maka terapis akan memberikan reward berupa tos dan tepuk tangan lalu dilanjutkan ke gambar selanjutnya. Bila anak belum mampu maka praktikkan akan memberikan prompt fisik dengan cara mengambil tangan anak, lalu menunjukkan dan menyebutkan gambar sesuai dengan instruksi.
Sesi kedua yaitu menamai kategori anggota tubuh dengan materi yang sama yaitu berupa 5 buah kartu kategori anggota tubuh (telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelumnya terapis memberikan stimulus berupa memperlihatkan gambar telinga kepada anak, lalu terapis mengatakan “ini telinga” dan setelah memberikan stimulus kepada anak terapis masuk ke sesi terapi dan menanyakan kepada anak
“gambar apa ini?” yang ada pada kartu kategori, dan diaharapkan anak mampu menamai pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Jika klien mampu melakukan tugas dengan benar, maka terapis akan memberikan prompt dengan cara membantu anak untuk menamai pada objek kategori anggota tubuh. Selanjutnya untuk menutup sesi terapi minta anak untuk berdo’a bersama dan terapis akan memberikan salam kepada anak, kemudian terapis akan menyampaikan hasil terapi hari ini dan memberikan home program kepada orang tua anak.
4. Pertemuan Keempat
Terapi akan dilakukan pada hari Senin tanggal 01 Maret 2021 dengan durasi terapi 45 menit dan terapi akan dilakukan diruang terapi wicara di Klinik Palembang Therapy Center, tujuan terapi yang dilakukan adalah agar anak mampu memahami
dan menamai kategori anggota tubuh. Praktikan meminta anak untuk duduk dikursi yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian terapis mengucapkan salam dan mengharapkan anak juga menjawab salam tersebut dengan benar. Kemudian terapis memimpin untuk berdo’a dan diharapkan anak mampu mengikuti do’a yang terapis ucapkan. Sebelum terapis mempersiapkan peralatan terapi terapis mengajak anak bermain agar anak tidak mudah bosan. Setelah selesai bermain sesi pertama terapis mempersiapkan peralatan terapi yaitu 5 buah kartu kategori anggota tubuh ( telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelum masuk pada perintah terapi, terapis terlebih dahulu memberikan stimulasi kepada anak berupa pengenalan materi apa yang akan diberikan sebelumnya, terapis memberikan stimulasi menggunakan kartu kategori telinga dan memperlihatkan kepada anak dan mengatakan “ini telinga”, selanjutnya terapis menarik tangan anak lalu mengarahkan kepada telinga anak dan mengatakan
“ini telinga”, setelah dirasa cukup terapis mulai masuk ke sesi terapi dan memberikan instruksi “tunjuk gambar telinga!”. Diharapkan anak mampu memahami pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Bila anak mampu melaksanakan tugas dengan baik maka terapis akan memberikan reward berupa tos dan tepuk tangan lalu dilanjutkan ke gambar selanjutnya. Bila anak belum mampu maka praktikkan akan memberikan prompt fisik dengan cara mengambil tangan anak, lalu menunjukkan dan menyebutkan gambar sesuai dengan instruksi.
Sesi kedua yaitu menamai kategori anggota tubuh dengan materi yang sama yaitu berupa 5 buah kartu kategori anggota tubuh (telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelumnya terapis memberikan stimulus berupa memperlihatkan gambar telinga kepada anak, lalu terapis mengatakan “ini telinga” dan setelah memberikan stimulus kepada anak terapis masuk ke sesi terapi dan menanyakan kepada anak
“gambar apa ini?” yang ada pada kartu kategori, dan diaharapkan anak mampu menamai pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Jika klien mampu melakukan tugas dengan benar, maka terapis akan memberikan prompt dengan cara membantu anak untuk menamai pada objek kategori anggota tubuh. Selanjutnya untuk menutup sesi terapi minta anak untuk berdo’a bersama dan terapis akan memberikan salam kepada anak, kemudian terapis akan menyampaikan hasil terapi hari ini dan memberikan home program kepada orang tua anak.
5. Pertemuan Kelima
Terapi akan dilakukan pada hari Senin tanggal 03 Maret 2021 dengan durasi terapi 45 menit dan terapi akan dilakukan diruang terapi wicara di Klinik Palembang Therapy Center, tujuan terapi yang dilakukan adalah agar anak mampu memahami dan menamai kategori anggota tubuh. Praktikan meminta anak untuk duduk dikursi yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian terapis mengucapkan salam dan mengharapkan anak juga menjawab salam tersebut dengan benar. Kemudian terapis memimpin untuk berdo’a dan diharapkan anak mampu mengikuti do’a yang terapis ucapkan. Sebelum terapis mempersiapkan peralatan terapi terapis mengajak anak bermain agar anak tidak mudah bosan. Setelah selesai bermain sesi pertama terapis mempersiapkan peralatan terapi yaitu 5 buah kartu kategori anggota tubuh ( telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelum masuk pada perintah terapi, terapis terlebih dahulu memberikan stimulasi kepada anak berupa pengenalan materi apa yang akan diberikan sebelumnya, terapis memberikan stimulasi menggunakan kartu kategori telinga dan memperlihatkan kepada anak dan mengatakan “ini telinga”, selanjutnya terapis menarik tangan anak lalu mengarahkan kepada telinga anak dan mengatakan
“ini telinga”, setelah dirasa cukup terapis mulai masuk ke sesi terapi dan memberikan instruksi “tunjuk gambar telinga!”. Diharapkan anak mampu memahami pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Bila anak mampu melaksanakan tugas dengan baik maka terapis akan memberikan reward berupa tos dan tepuk tangan lalu dilanjutkan ke gambar selanjutnya. Bila anak belum mampu maka praktikkan akan memberikan prompt fisik dengan cara mengambil tangan anak, lalu menunjukkan dan menyebutkan gambar sesuai dengan instruksi.
Sesi kedua yaitu menamai kategori anggota tubuh dengan materi yang sama yaitu berupa 5 buah kartu kategori anggota tubuh (telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelumnya terapis memberikan stimulus berupa memperlihatkan gambar telinga kepada anak, lalu terapis mengatakan “ini telinga” dan setelah memberikan stimulus kepada anak terapis masuk ke sesi terapi dan menanyakan kepada anak
“gambar apa ini?” yang ada pada kartu kategori, dan diaharapkan anak mampu menamai pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Jika klien mampu melakukan tugas dengan benar, maka terapis akan memberikan prompt dengan cara membantu anak untuk menamai pada objek
kategori anggota tubuh. Selanjutnya untuk menutup sesi terapi minta anak untuk berdo’a bersama dan terapis akan memberikan salam kepada anak, kemudian terapis akan menyampaikan hasil terapi hari ini dan memberikan home program kepada orang tua anak.
6. Pertemuan Keenam
Terapi akan dilakukan pada hari Senin tanggal 16 Maret 2021 dengan durasi terapi 45 menit dan terapi akan dilakukan diruang terapi wicara di Klinik Palembang Therapy Center, tujuan terapi yang dilakukan adalah agar anak mampu memahami dan menamai kategori anggota tubuh. Praktikan meminta anak untuk duduk dikursi yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian terapis mengucapkan salam dan mengharapkan anak juga menjawab salam tersebut dengan benar. Kemudian terapis memimpin untuk berdo’a dan diharapkan anak mampu mengikuti do’a yang terapis ucapkan. Sebelum terapis mempersiapkan peralatan terapi terapis mengajak anak bermain agar anak tidak mudah bosan. Setelah selesai bermain sesi pertama terapis mempersiapkan peralatan terapi yaitu 5 buah kartu kategori anggota tubuh ( telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelum masuk pada perintah terapi, terapis terlebih dahulu memberikan stimulasi kepada anak berupa pengenalan materi apa yang akan diberikan sebelumnya, terapis memberikan stimulasi menggunakan kartu kategori telinga dan memperlihatkan kepada anak dan mengatakan “ini telinga”, selanjutnya terapis menarik tangan anak lalu mengarahkan kepada telinga anak dan mengatakan
“ini telinga”, setelah dirasa cukup terapis mulai masuk ke sesi terapi dan memberikan instruksi “tunjuk gambar telinga!”. Diharapkan anak mampu memahami pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Bila anak mampu melaksanakan tugas dengan baik maka terapis akan memberikan reward berupa tos dan tepuk tangan lalu dilanjutkan ke gambar selanjutnya. Bila anak belum mampu maka praktikkan akan memberikan prompt fisik dengan cara mengambil tangan anak, lalu menunjukkan dan menyebutkan gambar sesuai dengan instruksi.
Sesi kedua yaitu menamai kategori anggota tubuh dengan materi yang sama yaitu berupa 5 buah kartu kategori anggota tubuh (telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelumnya terapis memberikan stimulus berupa memperlihatkan gambar telinga kepada anak, lalu terapis mengatakan “ini telinga” dan setelah memberikan stimulus kepada anak terapis masuk ke sesi terapi dan menanyakan kepada anak
“gambar apa ini?” yang ada pada kartu kategori, dan diaharapkan anak mampu menamai pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Jika klien mampu melakukan tugas dengan benar, maka terapis akan memberikan prompt dengan cara membantu anak untuk menamai pada objek kategori anggota tubuh. Selanjutnya untuk menutup sesi terapi minta anak untuk berdo’a bersama dan terapis akan memberikan salam kepada anak, kemudian terapis akan menyampaikan hasil terapi hari ini dan memberikan home program kepada orang tua anak.
7. Pertemuan Ketujuh
Terapi akan dilakukan pada hari Senin tanggal 24 Maret 2021 dengan durasi terapi 45 menit dan terapi akan dilakukan diruang terapi wicara di Klinik Palembang Therapy Center, tujuan terapi yang dilakukan adalah agar anak mampu memahami dan menamai kategori anggota tubuh. Praktikan meminta anak untuk duduk dikursi yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian terapis mengucapkan salam dan mengharapkan anak juga menjawab salam tersebut dengan benar. Kemudian terapis memimpin untuk berdo’a dan diharapkan anak mampu mengikuti do’a yang terapis ucapkan. Sebelum terapis mempersiapkan peralatan terapi terapis mengajak anak bermain agar anak tidak mudah bosan. Setelah selesai bermain sesi pertama terapis mempersiapkan peralatan terapi yaitu 5 buah kartu kategori anggota tubuh ( telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelum masuk pada perintah terapi, terapis terlebih dahulu memberikan stimulasi kepada anak berupa pengenalan materi apa yang akan diberikan sebelumnya, terapis memberikan stimulasi menggunakan kartu kategori telinga dan memperlihatkan kepada anak dan mengatakan “ini telinga”, selanjutnya terapis menarik tangan anak lalu mengarahkan kepada telinga anak dan mengatakan
“ini telinga”, setelah dirasa cukup terapis mulai masuk ke sesi terapi dan memberikan instruksi “tunjuk gambar telinga!”. Diharapkan anak mampu memahami pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Bila anak mampu melaksanakan tugas dengan baik maka terapis akan memberikan reward berupa tos dan tepuk tangan lalu dilanjutkan ke gambar selanjutnya. Bila anak belum mampu maka praktikkan akan memberikan prompt fisik dengan cara mengambil tangan anak, lalu menunjukkan dan menyebutkan gambar sesuai dengan instruksi.
Sesi kedua yaitu menamai kategori anggota tubuh dengan materi yang sama yaitu berupa 5 buah kartu kategori anggota tubuh (telinga, lidah, bibir, tangan, dan kaki). Sebelumnya terapis memberikan stimulus berupa memperlihatkan gambar telinga kepada anak, lalu terapis mengatakan “ini telinga” dan setelah memberikan stimulus kepada anak terapis masuk ke sesi terapi dan menanyakan kepada anak
“gambar apa ini?” yang ada pada kartu kategori, dan diaharapkan anak mampu menamai pada objek kategori anggota tubuh sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh terapis. Jika klien mampu melakukan tugas dengan benar, maka terapis akan memberikan prompt dengan cara membantu anak untuk menamai pada objek kategori anggota tubuh. Selanjutnya untuk menutup sesi terapi minta anak untuk berdo’a bersama dan terapis akan memberikan salam kepada anak, kemudian terapis akan menyampaikan hasil terapi hari ini dan memberikan home program kepada orang tua anak.