• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaya Kasianto 1. Jaya Kasianto Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Malang 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jaya Kasianto 1. Jaya Kasianto Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Malang 2"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPILASI HUKUM ISLAM Jaya Kasianto1

Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Jalan Mayjen Haryono No 193 Malang 65144, Telepon (0341) 551932, Fax (0341) 552249 Email:[email protected]

ABSTRACT

Marriage is something that is very sacred and has a very sacred purpose, and cannot be separated from the provisions stipulated by religious law. In carrying out a marriage, one must fulfill the pillars and conditions for a valid marriage which have been determined according to the applicable laws and regulations. This long-distance marriage occurs because of circumstances that are forced and must be carried out in this way. The process of implementing the marriage contract using a video call is a statement uttered by the woman which is then spoken by the man to express his pleasure and agree with the continuity of the marriage where the groom and the bride are not in the same assembly.

Keywords: Marriage, Video Call, Legality.

ABSTRAK

Perkawinan merupakan sesuatu yang sangat sakral dan mempunyai tujuan yang sangat sakral pula, dan tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan syariat agama. Dalam melangsungkan perkawinan harus memenuhi rukun dan syarat sahnya perkawinan yang telah ditentukan menuruh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perkawinan jarak jauh ini terjadi karena keadaan yang sifatnya terpaksa dan harus dilakukan dengan cara demikian.

Proses pelaksanaan akad nikah menggunakan video call adalah pernyataan yang diucapkan oleh pihak perempuan yang kemudian diucapkan oleh pihak laki-laki untuk menyatakan rasa ridha dan setuju terhadap kelangsungan pernikahan dimana mempelai pria dan mempelai wanita yang tidak dalam satu majelis.

Kata Kunci: Perkawinan, Video Call, Keabsahan.

PENDAHULUAN

Dalam Kamus Bahasa Indonesia keabsahan adalah absah yang berarti “sah” sah berarti sesuai menurut hukum (undang-undang, peraturan) yang berlaku namun dengan penambahan awalan ke menjadi keabsahan maka didefenisikan adalah sesuatu yang sesuai dengan hukum yang berlaku.2

Perkawinan bagi umat manusia merupakan sesuatu yang sangat sakral dan mempunyai tujuan yang sangat sakral pula, dan tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan syariat agama. Orang yang melangsungkan sebuah perkawinan bukan semata-mata untuk

1 Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

2 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2008, hlm.3

(2)

memuaskan nafsu birahinya saja, melaikan untuk mendapatkan ketenangan, ketentraman dan sikap mengayomi di antara suami istri dengan dilandasi kasih sayang yang mendalam. Di samping itu, untuk menjalin tali persaudaraan di antara keluarga dari pihak suami dan pihak istri.

Budaya perkawinan dan aturannya yang berlaku pada suatu masyarakat atau pada suatu bangsa tidak terlepas dari pengaruh budaya lingkungan dimana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. Pergaulan masyarakat dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, kepercayaan dan keagamaan yang dianut masyarakat bersangkutan.

Bahwa Negara Indonesia telah memiliki undang-undang hukum perkawinan nasional yaitu Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang dan telah berlaku secara efektif sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Perkawinan, yang berlaku tanggal 1 Oktober 1975. Dalam pelaksanaan perkawinan pada umumnya melalui 2 (dua) instansi yang melaksakan pendaftaran perkawinan, bagi yang melangsungkan perkawinan secara islam melalui Kantor Urusan Agama dan bagi yang tidak melangsungkan perkawinan secara islam melalui Kantor Catatan Sipil.

Bahwa perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyatakan

“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Seiring dengan perkembangan teknologi, terutama teknologi internet, suara dan gambar yang sering disebut video dapat ditransmisikan melalui jaringan internet, sehingga biaya menjadi lebih murah. Hal inilah yang menjadi konsep, internet dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi secara real time, dua arah dan menyajikan gambar dan suara secara bersamaan.

Perangkat yang dibutuhkan pun menjadi semakin lebih praktis. Sekarang, orang tinggal menyambungkan komputer yang memiliki fasilitas video input seperti webcam, video output (monitor), audio input (mikrofon) dan audio output (loudspeaker) dengan jaringan internet atau WAN untuk bias berkomunikasi secara langsung dan real time serta bertatap muka meskipun jarak jauh.3

3 Mukhlis Hadi Lubis, Arman Sani, “Analisis Kualitas Video call Menggunakan Perangkat Flexi Paacket Radio”, Singuda Ensikom, No.2, Vol 6, Februari 2014, Universitas Sumatera Utara, hlm.1-2.

(3)

Dengan adanya perkembangan zaman dan teknologi banyaknya perkawinan dilakukan oleh sebagian orang menggunakan media online merupakan fenomena dalam kehidupan sehari- hari khususnya dalam pelaksanaan ijab kabul, dan sekarang di indonesia terjadi perkawinan yang melalui video call yang dilakukan oleh Briptu Nova dan Briptu Andik Trianto yang kasusnya sebagai berikut :

Video penikahan Briptu Nova dan suaminya Briptu Andik Trianto mendadak viral di media sosial. Saat itu Briptu Nova dan Briptu Andik Trianto menikah melalui live streaming sebuah aplikasi chatting di Smartphone. Briptu Andik Trianto harus menjalani akad nikah seorang diri tanpa mempelai wanita di Gedung UniversitasMuhammadiyah Pontianak (UMP), Sabtu (28/4/2018) pukul 10.00 WIB. Sebab di saat yang sama, Briptu Nova sedang ikut seleksi calon polisi PBB atau United Nations Police di Pusat Multi Fungsi Polri di Cikeas, Bogor.

Seleksi yang harusnya berakhir pada 27 April 2018. Namun diundur hingga 30 April 2018 sehingga Briptu Nova tidak bisa hadir di ijab kabul pernikahannya sendiri. Briptu Nova hanya bisa bisa menyaksikan calon imamnya itu berucap ijab dengan menggunakan live streaming.

Kendati tidak didampingi sang pujaan hati, Briptu Andik yang kesehariannya dinas di Biro Operasional (Ro Ops) Polda Kalbar mantap ucap ijab kabul pada kesempatan pertama di depan penghulu, di depan keluarganya dan di hadapan keluarga calon istrinya.

Kisah sepasang anggota polisi akad nikah tanpa kehadiran mempelai wanita ini diviralkan Brigjen Pol Krishna Murti yang saat itu menjabat Kepala Hubungan Internasional Polri.Krishna Murti mengunggahnya di Instagram miliknya. Tidak lama setelapernikahannya, Briptu Nova yang bekerja di Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Kalbar ini, dinyatakan lulus seleksi."Alhamdulillah lulus, Mas," kata Briptu Andik Trianto kepada Tribunpontianak.co.id, Senin (30/4/2018) siang.4

Akad nikah dinyatakan sah apabila memenuhi dua rukun yaitu ijab kabul, merupakan keridhaan dan persetujuan laki-laki dan perempuan untuk menikah. Nikah dapat dilangsungkan dengan berbagai macam redaksi yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak yang melakukan.

Intinya, ucapan yang disampaikan menunjukkan keinginan untuk melangsungkan pernikahan, dan ucapan itu di pahami oleh kedua orang saksi. Misalnya, untuk menerima pernikahan itu calon suami berkata saya setuju atau menerimanya atau saya meridhainya. Lafaz ijab, wali nikah boleh mengatakan “saya nikahkan engkau”, atau “saya kawinkan engkau”. Islamberkata,

4https://makassar.tribunnews.com/2018/12/27/dulu-viral-polwan-cantik-briptu-nova-nikah-via-video-call-8- bulan-kemudian-malah-tinggalkan-suami?page=1 diunduh pada hari Selasa, 17 September 2019, pukul 21.30 WIB.

(4)

akad nikah dianggap sah dengan bahasa, ucapan, dan perbuatan apa saja yang dianggap sah oleh orang banyak.5

Dengan adanya perkawinan yang dilakukan melalui video call (elektronik nirkabel) yang dilakukan oleh warga negara Indonesia membuat munculnya ketidakpastian hukum mengenai bagaimana keabsahan dari perkawinan tersebut, sah atau tidaknya perkawinan yang dilakukan melalui video call karena didalam peraturan perundang-undangan tidakmengatur menganai hal tersebut.

Dari penjelasan diatas terdapat isu problematika hukum berupa kekosongan hukum yang terjadi di kehidupan masyarakat yaitu tidak adanya Undang-undang yang mengatur mengenai keabsahan perkawinan yang dilakukan melalui video call.

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaaan Perkawinan yang dilakukan melalui Video Call

Pada prakteknya akad nikah melalui video call sangat jarang dan tidak lazim dilakukan meskipun ada juga yang melakukan perkawinan tersebut. Hal tersebut terjadi karena keadaan yang sifatnya terpaksa dan harus dilakukan dengan cara demikian. Meskipun Undang-undang tidak melarang dan memang belum diatur secara jelas dan terperinci mengenai akad nikah melalui video call tersebut.

Proses perkawinan lazimnya dilakukan dalam satu majelis. Artinya, ijab dan Kabul dilakukan pada saat bersamaan tanpa ada selang waktu dan disaksikan oleh wali dan dua orang saksi. Namun saat ini, dengan didukung kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi yang semakin hari semakin berkembang pesat dapat mempermudah manusia dalam melakukan komunikasi antara satu tempat dengan tempat yang lain. Selain itu, dengan adanya teknologi yang semakin canggih tentu akan mempermudah segala aktifitas manusia dalam melakukan berbagai hal, baik kepentingan pribadi maupun kepentingan bisnis dan kepentingan- kepentingan lainnya, seperti ijab kabul jarak jauh.

Pemanfaatan layanan video call dalam akad nikah yang pernah terjadi didalam lingkup masyarakat tertentu membantu dan mempermudah bagi orang yang melakukan perkawinan tersebut yang tidak lagi harus mengeluarkan tenaga, waktu dan hartanya, karena proses akad nikah tersebut cukup dilakukan didalam rumah sendiri sehingga lebih efektif dan efisien. Dalam

5Mufliha Burhanuddin. Akad Nikah Melalui Video call Dalam Tinjauan Undang-undang Perkawinan dan Hukum Islam Di Indonesia, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Uin Alauddin Makassar, Samata, 2017, hlm 4.

(5)

pelaksaan akad nikah melalui video call yaitu akad nikah yang dilakukan dengan bantuan alat komunikasi seperti handphone atau laptop.

Akad nikah melalui video call tentu berbeda dengan pelaksanaan-pelaksanaan akad nikah pada umumnya. Dalam pengucapan ijab Kabulnya sama seperti halnya perkawinan pada umumnya, yaitu ucapan kalimat ijab Kabul yang dilakukan oleh wali calon perempuan kemudian disambung dengan ucapan kalimat Kabul yang menyatakan persetujuan atau menerima terhadap kelangsungan perkawinan tersebut. Yang membedakan akad nikah ini dengan akad-akad nikah yang lainnya yaitu dilakukan oleh wali calon mempelai perempuan terhadap calon mempelai laki-laki tanpa harus bertemu secara langsug dalam satu tempat atau ruang yang sama.

Proses pelaksanaan akad nikah menggunakan video call adalah pernyataan yang diucapkan oleh pihak perempuan yang kemudian diucapkan oleh pihak laki-laki untuk menyatakan rasa ridha dan setuju terhadap kelangsungan pernikahan. Akad nikah ini dilaksanakan melalui video call (pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih melalui koneksi jaringan dengan menggunakan audio-video yang memungkinkan peserta saling melihat dan mendengar apa yang dibicarakan, sebagaimana pertemuan biasa), dimana mempelai laki-laki dan wali pihak perempuan dipisahkan jarak yang sangat jauh, sementara akad nikah tetap bisa berlangsung dengan sah sesuai dengan syariat Islam dan juga hukum positif negara.

Pelaksanaan akad nikah juga menggunakan teknologi video callberbasis whatsapp, line, instagram, imo, skype, duo dan aplikasi lainnya. Artinya, suatu akad pernikahan yang dilakukan oleh wali dari calon mempelai perempuan terhadap calon mempelai laki-laki tanpa harus bertemu secara langsung.

Pelaksanaan akad nikah melalui video call sebagaimana telah dijelaskan bahwa banyak perbedaan pendapat dikalangan ulama menyangkut hukum perkawinan melalui alat komunikasi. Mengenai sah tidaknya akad nikah melalui video call adalah hampir sama seperti halnya akad nikah menggunakan wakil. Akad nikah mensyaratkan agar pihak yang terkait dengan nikah dapat berada dalam satu tempat dimaksudkan agar mereka yang melakukan ijab dan kabul dapat saling memandang satu sama lain, mendengar dan memahami ucapan masing- masing.

Yang harus diperhatikan pada proses awal akad nikah melalui video call adalah pihak- pihak yang akan melakukan pernikahan seperti suami, istri, wali, dansaksi-saksi, harus saling mengetahui dan mengenal satu sama lain. Kedua,penentuan waktu akad, yaitu harus ada penyesuaian waktu antara pihak calon suamidan calon istri. Karena dengan letak geografis yang

(6)

jauh, maka dapat dipastikan pula waktu perbedaan. Ketiga, bahwa kita melakukan komunikasi melalui video call ada jeda waktu untuk dapat tersambung dengan pihak yang dituju apabila menggunakan video call.

Akad nikah didasarkan atas suka sama suka atau saling rela diantara keduanya. Oleh karena suka sama suka adalah persoalan tersembunyi, maka sebagai suatu pernyataan pendapat dari hal itu adalah dengan adanya ijab dan kabul. Karena ijab dan kabul merupakan unsur yang paling mendasar bagi keabsahan akad nikah.

Dalam pelaksanaan akad nikah melalui video call sebagaimana telah dijelaskan bahwa banyak perbedaan pendapat dikalangan ulama menyangkut hukum perkawinan melalui alat komunikasi. Mengenai sah tidaknya akad nikah melalui video call adalah hampir sama seperti halnya akad nikah menggunakan wakil.

Seperti yang dikemukakan oleh al Jaziri dalam memperjelas satu majelis dalam madzhab Hanafi dalam masalah seorang laki-laki berkirim surat mengakadkan nikah kepada pihak perempuan yang dikehendakinya. Setelah surat itu sampai, lalu dibacakan di depan wali calon istri dan para saksi dan dalam majelis yang sama setelah isi surat dibacakan wali dari calon istri mengucapkan penerimaannya. praktek nikah seperti ini dianggap sah oleh kalangan Hanafiyah dengan alasan bahwa pembacaan ijab yang terdapat dalam surat calon suami dan pengucapan kabul dari pihak wali calon istri sama-sama didengar oleh dua orang saksi dalam majelis yang sama.6

Yang harus diperhatikan pada proses awal akad nikah melalui video call adalah pihak- pihak yang akan melakukan pernikahan seperti suami, istri, wali, dan saksi-saksi, harus saling mengetahui dan mengenal satu sama lain. Kedua, penentuan waktu akad, yaitu harus ada penyesuaian waktu antara pihak calon suamidan calon istri. Karena dengan letak geografis yang jauh, maka dapat dipastikan pula waktu perbedaan. Ketiga, bahwa kita melakukan komunikasi melalui video call ada jeda waktu untuk dapat tersambung dengan pihak yang dituju apabila menggunakan video call.

Ada dua pendapat yang menjadi perbedaan antara keduanya adalah adanya perbedaan persepsi tentang syarat satu majelis. Dalam madzhab hanafiyah satu majelis diartikan orang yang melakukan akad dapat berkomunikasi langsung dan dapat melaksanakan akad dalam waktu yang bersamaan. Jadi media apapun dapat digunakan asalkan hal tersebut dapat menghubungkan dua belah pihak tanpa adanya manipulasi.

6 Sayyid Sabiq, “Fiqh Sunnah”, Juz 2 (Kairo: al-Fath lil I’lam Arabi.Tt), hlm.23

(7)

Sedangkan menurut syafiiyyah menyatakan bahwa satu majelis adalah berkumpul dalam satu tempat dan waktu, pernikahan dapat sah jika semua pihak yang terlibat dalam prosesi akad nikah harus berkumpul secara fisik dalam satu majelis. Dari penjelasan di atas, menurut penulis, dalam mengetahui dan memahami hukum Islam hendaknya kita jeli dan menguasai perkembangan dan perubahan zaman. Karena hokum pun dapat berubah berdasarkan keadaan dan zaman.

Jadi menurut penulis disini, pelaksanaan ijab kabul yang tidak dalam satu majelis atau di tempat yang berbeda antara tempat calon mempelai perempuan dan laki-laki bukanlah masalah karena dapat dipahami bahwa bersatu majelis merupakan jaminan bagi kesinambungan waktu antara ijab dan kabul dan keyakinan bahwa benar merekalah orang-orang yang akan dinikahkan, tetapi kesinambungan waktu tersebut dan keyakinan mengenai calon perempuan dan laki-laki sudah dapat diwujudkan dari dua tempat yang berbeda dengan memakai alat penyambung dan pengeras suara dan melalui Video call.

B. Keabsahan perkawinan yang dilakukan melalui video call ditinjau dari Undang- undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam

“Saya terima nikahnya Era Fasira binti Hasanudin dengan mas kawin sekian dibayar tunai”. Demikianlah lazimnya lafal Kabul diucapkan mempelai pria usai pengucapan ijab oleh wali mempelai perempuan atau penghulu. Ijab dan 43 kabul ini merupakan sebagian prosesi pernikahan agama Islam sekaligus salah satu rukun perkawinan yang diatur dalam pasal 14 Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini tidak dapat dipungkiri lagi keberadaannya, pasalnya sampai ada pihak yang melakukan akad nikah melalui media elektronik seperti vedio call, telepon dan yang lainnya dengan berbagai alasan, secara faktual alat komunikasi modern yang dipergunakan untuk melakukan akad terbagi menjadi dua.

Pertama, alat-alat yang memindah suara dan kata-kata, kedua, alat alat yang memindah tulisan.

Agar ditemukan dan didapatkan pemahaman yang pas tentang bagaimana konsep keabsahan perkawinan itu menurut hukum perkawinan nasional, maka lebih dahulu harus dipahami dari kata "perkawinan" dalam konsep Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan juga Kompilasi Hukum Islam (KHI).

(8)

Perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI):

a. Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyatakan bahwa, “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

b. Menurut Pasal 2 dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyatakan bahwa, “Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Dari pengertian diatas bahwa jelas bahwa perkawinan itu dilakukan menurut agama dan kepercayaannya masing-masing dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal dan untuk mentaati perintah Allah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Berkenaan dengan konsep dasar tentang keabsahan suatu perkawinan yang dilaksanakan menurut hukum perkawinan nasional, hal itu tertuang dalam Pasal 2 ayat (1) dari Undang- undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang menyatakan bahwa “perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”.

Sedangakan didalam hukum islam dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) tidak mengatur secara khusus mengenai akad nikah yang dilakukan melalui video call tersebut. Hanya saja Kompilasi Hukum Islam (KHI) menuturkan perkawinan yang sah apabila dilakukan sesuai hukum islam dan harus memenuhi semua rukun dan syarat perkaiwnan. Seperti yang telah dituangkan dalam Pasal 4, pasal 14 dan pasa 27 Kompilasi Hukum Islam (KHI) sebagai berikut:

Pasal 4 KHI menyatakan bahwa “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan”. Pasal 14 KHI menyatakan bahwa untuk melaksanakan Perkawinan harus ada :

a. Calon suami b. Calon isteri c. Wali nikah

d. Dua orang saksi dan;

e. Ijab dan Kabul

Pasal 27 KHI menyatakanbahwa ”Ijab dan Kabul antara wali dan calon mempelai pria harus jelas beruntut dan tidak berselang waktu”.

(9)

Didalam Undang-undang sendiri sampai saat tidak diatur dengan jelas mengenai tata cara akad nikah melalui video call yang artinya sepenuhnya diserahkan kepada mereka yang melaksanakan perkawinan tersebut. Karena akad nikah yang dilakukan melalui video call ini termasuk permasalahan yang baru dalam kehidupan masyarakat dan memang pada zaman nabi dahulu belum ada dan belum mengenal mengenai teknologi informasi dan komunikasi.

Sebaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa pelaksanan perkawinan melalui video call khususnya dalam pelaksanaan ijab dan kabulnya yakni para ulama berbeda pendapat dalam merumuskan “hukum nikah video call”. Perbedaan tersebut disebabkan lebih kepada pemahaman tentang maksud dalam satu majelis. Imam Syafi lebih cenderung memandangnya dalam arti fisik. Dengan demikian wali dan calon mempelai laki-laki, harus berada 46 dalam satu ruangan, sehingga mereka dapat saling memandang. Hal ini dimaksudkan, agar kedua belah pihak (wali dan calon suami), saling mendengar dan memahami secara jelas ijab dan kabul yang mereka ucapkan. Sedangkan menurut Imam Hambali menginterprestasikan satu majelis dalam arti non fisik (tidak mesti dalam satu ruangan) ijab dan Kabul dapat diucapkan dalam satu waktu atau satu upacara secara langsung dan tidak boleh diselingi oleh kegiatan lain. Pendapat keduanya didasarkan pada dalil rukun dan syarat sahnya pernikahan.

Ulama’ fikih berbeda pendapat dalam menyikapi salah satu syarat ijab dan Kabul yaitu akad nikah harus satu majelis. Pendapat pertama mengatakan bahwa satu majelis ialah bahwa ijab kabul harus diadakan dalam jarak waktu yang terdapat dalam satu upacara akad nikah, dan bukan diadakan dalam dua waktu yang terpisah. Dengan kata lain satu majelis diartikan sebagai adanya keharusan kesinambungan waktu antara ijab dan kabul bukan menyangkut kesatuan tempat. Said Sabiq dalam kitabnya fiqh Sunnah mengartikan satu majelis sebagai tidak boleh putusnya antara ijab dari pihak calon istri dan kabul dari pihak calon suami.

Sedangkan sah atau tidaknya dan sesuai atau tidaknya pelaksanaan perkawinan melalui video call itu sendiri dengan dasar hukum yang ada dalam tuntutan Al-Qur’an dan Hadist mampu dijabarkan menjadi dasar hukum fikih yang lebih rinci dan sifatnya praktis, terlebih dalam menghadapi perkembangan zaman yang semua semakin canggih.

Namun seringkali muncul permasalahan mengenai keabsahan perkawinan yang dilakukan melalui video call tersebut, tidak lain karena menurut hukum islam dan beberapa syarat dalam melaksanakan akad nikah yang harus 47 dipenuhi yaitu pertama, akad dimulai dengan ijab lalu diikuti dengan Kabul. Kedua, materi ijab dan Kabul tidak boleh berbeda dan ijab Kabul harus diucapkan secara kesinambungan tanpa ada jeda, ijab Kabul terucap dengan

(10)

lafazh yang jelas, ijab dan Kabul antara calon pengantin pria dengan wali nikah harus diucapkan dalam satu majelis.7

Dalam penjelasan diatas bahwa ijab dan kabul antara calon pengantin dengan wali nikah harus diucapkan dalam sau majelis, jika kita lihat yang terjadi pada Briptu Andik dan Briptu Nova yang melangsungkan perkawinan melalui video call yang mana Briptu Andik ini mengucapkan ijab kabul pada kesempatan pertama di hadapan penghulu, di hadapan keluarganya dan di hadapan keluarga calon istrinya hanya saja pengantin wanita yakni Briptu Nova tidak hadir dalam perkawinan akad nikah ini, tetapi keluarga dari Briptu Nova baik wali maupun saksi-saksi menghadiri proses akad nikah, jika dilihat dari pernyataan diatas maka perkawinan yang dilakukan oleh Briptu andik dengan Briptu Nova ini dapat dikatakan sah, karena didalam islam sendiri mempelai wanita tidak harus hadir dalam proses akad nikah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, perkawinan yang dilakukan memenuhi rukun dan syarat dalam pasal 2, pasal 6 dan 7 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Pasal 4, pasal 14 dan pasal 27Kompilasi Hukum Islam (KHI) maka perkawinan tersebut sah menurut Peraturan Perundangan-undangan dan menurut hukum agamanya dan kepercayaannya masing-masing.

Jika sebaliknya jika perkawinan yang dilakukan tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan rukun dan syarat yang telah ditentukan diatas maka perkawinan yang dilakukan tersebut tidak sah, dan dianggap tidak pernah ada perkawinan. Oleh karenanya selama rukun dan syarat perkawinan terpenuhi dalam perkawinan yang dilakukan melalui video call tersebut maka perkaiwanannya sah.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan pada Pembahasan sebagaimana yang telah diuraikan bahwa Proses pelaksanaan Akad nikah ini dilakukan melalui video call adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih melalui koneksi jaringan dengan menggunakan audio-video yang memungkinkan peserta saling melihat dan mendengar apa yang dibicarakan, sebagaimana pertemuan biasa, pelaksanaan akad nikah ini yaitu dilakukan oleh wali calon mempelai perempuan terhadap calon mempelai laki-laki tanpa harus bertemu secara langsug dalam satu tempat atau ruang yang sama.

7 Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, ( Jakarta, Bumi Aksara, 1996), hlm.52

(11)

2. Akad nikah melalui Video call menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia harus memenuhi rukun dan syarat perkawinan. Selama peraturan perundang-undangan belum mengatur mengenai akad nikah melalui video call, maka akad nikah sah selama proses terjadinya ijab Kabul tidak ada keraguan dan memenuhi rukun dan syarat dalam pelaksanaannya.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Kompilasi Hukum Islam

Buku

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2008.

Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1996.

Sayyid Sabiq, “Fiqh Sunnah”, Juz 2 (Kairo: al-Fath lil I’lam Arabi.Tt).

Jurnal

Mufliha Burhanuddin, “Akad Nikah Melalui Video call Dalam Tinjauan Undang-Undang Perkawinan dan Hukum Islam Di Indonesia”, Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Uin Alauddin Makassar, Samata, 2017.

Mukhlis Hadi Lubis, Arman Sani, “Analisis Kualitas Video call Menggunakan Perangkat Flexi Paacket Radio”, Singuda Ensikom, No.2, Vol 6, Februari 2014, Universitas Sumatera Utara.

Internet

https://makassar.tribunnews.com/2018/12/27/dulu-viral-polwan-cantik-briptu-nova-nikah-via- video-call-8-bulan-kemudian-malah tinggalkansuami?page=

Referensi

Dokumen terkait

(2012) yang menyatakan bahwa fertilitas terbaik pada itik didapatkan pada penambahan tepung kulit manggis 1 % karena pemberian antioksidan dengan kadar yang

1. bukti hidup, yakni saksi-saksi yang terdiri dari manusia yang kemudian akan memberikan keterangan apa yang telah mereka lihat, dengar, rasa, raba, bau atau

Prosedur pengurusan identitas anak jalanan ke Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jombang harus melalui Dinas Sosial Kabupaten Jombang yang

Dalam hal pendayagunaan zakat di BAZNAS Kabupaten Rembang sudah baik akan tetapi perlu adanya upanya lebih untuk terus meningkatkan pendayagunaan zakat produktif karena

Aspek hukum dalam proses pengadaan barang dan jasa pemerintah terdapat tiga macam, yaitu pada aspek hukum administrasi negara, hukum perdata, dan hukum pidana.. Pengaturan

Untuk mengetahui total biaya produksi usaha pupuk kompos di Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas Andalas dapat di lihat pada Tabel

Hasil studi ini menunjukkan bahwa mekanisme sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia terus mengalami perubahan- perubahan, urgensi penguatan

Sebab-sebab perpindahan hak perwalian dari wali nasab ke wali hakim menurut Pasal 23 KHI, secara rinci dijelaskan dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2005