• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SETS BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SETS BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS V"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SETS BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA

SISWA KELAS V

Ni L. Rai Widiani1, I Ngh. Suadnyana2, I.B. Surya Manuaba3

1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected]1, [email protected]2, [email protected] 3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, and Society) berbantuan media audio visual dengan kelompok yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian yang digunakan rancangan kelompok Non- ekuivalen. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017. Sampel diambil dengan teknik random sampling.

Data yang dikumpulkan adalah data kompetensi pengetahuan IPA dan dianalisis dengan uji-t.

Setelah dianalisis dengan uji-t, diperoleh thitung = 2,978 pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 72 dan ttabel= 2,000. Berdasarkan kriteria pengujian thitung=2,978>ttabel= 2,000. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang sigifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, and Society) berbantuan media audio visual dengan kelompok yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata gain skor kompetensi pengetahuan IPA yang diperoleh kelompok eksperimen = 0,42 > = 0,28 rata-rata gain skor kompetensi pengetahuan IPA yang diperoleh kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, and Society) berbantuan media audio visual terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017.

Kata kunci: model pembelajaran SETS, media audio visual, kompetensi pengetahuan IPA.

Abstract

This research aimed to determine the significant differences result of science knowledge competence between group who learned through SETS (Science, Environment, Technology, and Society) learning model with audio visual media with group who learned through conventional learning in fifth grade students of SD Gugus Teuku Umar West Denpasar in academic year 2016/2017. This research was quasi experiment which used non equivalent control group design. The population of this research was all students in fifth grade of SD Gugus Teuku Umar West Denpasar in the academic year 2016/2017. The samples were taken by random sampling technique. The data that were collected was the result of science competence analysed by t-test. After analysed by t-test, it is obtain that thitung=2,978 and in 5%

of significant standart with dk=72 and ttabel=2,000. According to the criterion of thitung = 2,978>ttabel=2,000. Therefore, there is significant difference result science competence between group who learned through SETS (Science, Environment, Technology, and Society)

(2)

2

learning model with audio visual media with group who learned through conventional learning in fifth grade students of SD Gugus Teuku Umar West Denpasar in the academic year 2016/2017. The result showed an average gain score competence obtained by experiment group =0,42 > =0,28 an average gain score science competence by control group. So, it can be conclude there was the influence of SETS (Science, Environment, Technology, and Society) learning model with audio visual media in science competence of fifth grade students in SD Gugus Teuku Umar West Denpasar in the academic year 2016/2017.

Keywords: SETS learning model, audio visual media, science knowledge competence

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan, sebab kualitas kehidupan suatu bangsa sangat erat dengan tingkat pendidikan. Menurut Daryanto dan Sudjendro (2014:15),

“pendidikan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.

Pendidikan adalah proses pengembangan jati diri peserta didik. Pendidikan menempatkan peserta didik sebagai subjek yang belajar”.

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyatakan, “pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab”. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum diharapkan berakar pada budaya bangsa. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.

Kurikulum yang diterapkan pemerintah saat ini adalah kurikulum 2013. Tujuan dari kurikulum 2013 adalah mempersiapkan insan Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. (Daryanto & Sudjendro, 2014). Kurikulum 2013 dirancang untuk

memberikan pengalaman belajar seluas- luasnya bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak (Kosasih, 2014). Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat dirangkum bahwa kurikulum 2013 dirancang untuk mempersiapkan insan Indonesia mengembangkan kemampuan, memberi pengalaman belajar yang seluas-luasnya dan mampu berkontribusi aktif sebagai warganegara untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi masa kini dan masa yang akan datang. Salah satu kompetensi yang diharapkan dapat dikembangkan adalah kompetensi pengetahuan IPA. Untuk dapat mengembangkan kompetensi pengetahuan IPA tersebut, pembelajaran diharapkan lebih berpusat pada siswa sehingga membuat siswa menjadi lebih aktif dalam menyampaikan pendapat atau gagasannya terkait pembelajaran, siswa menjadi lebih kreatif dalam menelaah peristiwa dan dampak peristiwa yang terjadi terkait dengan IPA, dan lebih termotivasi serta mampu mengaitkan ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan kejadian- kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar terkait hubungannya dengan teknologi dan masyarakat. IPA di sekolah dasar hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. (Samatowa, 2011).

Pelaksanaan pembelajaran dikelas perlu didesain menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa tertarik mengikuti pembelajaran. Namun pada kenyataanya, dalam proses

(3)

3 pembelajaran di sekolah dasar terutama menyangkut bidang IPA masih banyak kelemahan yang ditemukan dilihat dari hasil belajar IPA siswa terutama pada kompetensi pengetahuan. Pembelajaran belum sepenuhnya berpusat pada siswa, siswa belum semuanya aktif dalam menyampaikan pendapat atau gagasannya, siswa kurang kreatif, dan kurang memiliki motivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hal tersebut seseuai dengan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan beberapa guru dan siswa di SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat, dikatakan bahwa pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru dan siswa masih banyak yang merasa belum percaya diri untuk berani mengemukakan pendapat atau gagasannya di depan kelas, dalam menjalankan Kurikulum 2013 guru masih kesulitan memilih model dan media yang akan digunakan sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik dan membuat siswa menjadi bosan karena model dan media yang diterapkan masih monoton dan kurang bervariasi. Kurang bervariasinya model dan media pembelajaran menyebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Maka dari itu diperlukan inovasi pembelajaran dengan model-model pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual. Model pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, and Society) merupakan suatu model pembelajaran yang menghubungkan sains dengan unsur lain dalam kehidupan yaitu teknologi, lingkungan, maupun masyarakat. (Wisudawati & Sulistyowati, 2014). SETS adalah pendekatan pembelajaran yang berusaha membawa peserta didik agar memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif dengan mengkaitkan keempat unsur SETS sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam (Yunistiawati, 2015). Proses pembelajaran SETS dilakukan dengan cara guru memberikan materi pembelajaran dimana

materi tersebut tidak hanya mengkaji dari sisi ilmu pengetahuan saja tetapi juga mengkaji materi beserta pengaruhnya bagi lingkungan, kehidupan sosial manusia, dan penerapannya dalam bidang teknologi (Resni, 2013). Dari ketiga pendapat ahli tersebut dapat dirangkum bahwa model pembelajaran SETS merupakan suatu model pembelajaran yang mengaitkan keempat unsur SETS yaitu, sains atau ilmu pengetahuan alam, lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara teritegratif sehingga pembelajaran tidak hanya didapat dari ilmu pengetahuan saja, namun dari keterkaitan ilmu tersebut dengan semua unsur yang berada pada SETS.

Menurut Sukiman, (2012) media pembelajaran berbantuan audio visual adalah media penyaluran pesan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan. Media audio visual merupakan media yang mampu menampilkan gambar dan suara secara bersamaan, melalui media ini siswa tidak hanya melihat atau mengamati sesuatu, melainkan mendengarkan segala sesuatu yang divisualisasikan (Widiastiti, 2014).

Media audio visual tepat digunakan dalam pembelajaran di kelas untuk menarik dan merangsang minat karena media audio visual lebih mampu mengembangkan pengetahuan siswa, bervariasi, memberikan suasana yang berbeda, mengembangkan imajinasi dan tidak membuat siswa merasa jenuh dalam mengikuti pelajaran (Supradnyana, 2016).

Dari ketiga pendapat ahli tersebut dapat dirangkum bahwa media pembelajaran audio visual merupakan media yang memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan, mampu menampilkan gambar dan suara secara bersamaan, dan tepat digunakan dalam pembelajaran karena dapat menarik dan merangsang minat siswa sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan.

Model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual bisa memberikan dampak positif dalam pembelajaran, seperti membuat siswa lebih aktif menelaah peristiwa atau kejadian yang terjadi di lingkungan berdasarkan sains yang dikaitkan dengan

(4)

4 masyarakat dan teknologi yang berkembang saat ini. Hal ini akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, secara empiris perlu dibuktikan melalui penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, and Society) Berbantuan Media Audio Visual terhadap Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.

Bertolak dari uraian diatas, maka adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu, (1) Untuk mendeskripsikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual pada siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017, (2) Untuk mendeskripsikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017, (3) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPAantara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Gugus Teuku Umar Kecamatan Denpasar Barat. Adapun seluruh SD yang tergabung di Gugus Teuku Umar yaitu, (1) SD Negeri 2 Dauh Puri, (2) SD Negeri 10 Dauh Puri, (3) SD Negeri 12 Dauh Puri, (4) SD Negeri 13 Dauh Puri, (5) SD Negeri 14 Dauh Puri, dan (6) SD Negeri 21 Dauh Puri.

Pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas V. Waktu penelitian diadakan pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.

Penyusunan proposal sampai penyusunan laporan penelitian dimulai dari bulan Januari sampai bulan Mei tahun 2017.

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperiment (Eksperimen Semu). Desain eksperimen yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Non-ekuivalen. Menurut Setyosari (2015:210), “dalam rancangan ini, ada dua kelompok subjek satu mendapat perlakuan dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol”.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu, tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap akhir penelitian. Pada tahap persiapan penelitian, kegiatan yang dilakukan yaitu, (1) mempersiapkan sarana pendukung pembelajaran yaitu, menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), LKS, media pembelajaran dan sumber belajar yang digunakan selama proses pembelajaran, (2) mempersiapkan pembelajaran SETS berbantuan media audio visual yang akan digunakan untuk membelajarkan kelompok eksperimen, (3) mengkonsultasikan instrumen penelitian pretest dan posttest bersama wali kelas dan dosen pembimbing, (4) mengkonsultasikan RPP, LKS dan media pembelajaran bersama wali kelas dan dosen pembimbing, (5) mengadakan uji coba instrumen penelitian soal pretest dan posttest, (6) melakukan pengundian untuk menentukan dua kelompok sebagai sampel penelitian, (7) Memberikan pretest kepada sampel penelitian untuk membuktikan kesetaraan kelompok, (8) Untuk menguji kesetaraan kelompok data pretest kedua kelompok sampel penelitian dianlisis dengan teknik uji t. Pada tahap pelaksanaan penelitian, kegiatan yang dilakukan yaitu, (1) memberikan perlakuan pada kelas eksperimen berupa model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual, (2) kelompok kontrol

menggunakan pembelajaran

konvensional, (3) perlakuan diberikan sebanyak 6 pada kelompok ekperimen dan 6 kali juga pada kelompok kontrol.

Pada tahap akhir eksperimen.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran

(5)

5 2016/2017 yang berjumlah 257 siswa.

Setelah itu ditentukan sampel dengan teknik random sampling. Pemilihan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan pengacakan kelas. Karena kelas yang sudah terbentuk sebelumnya tidak bisa diubah. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk sejak semula. Pengundian dilakukan sebanyak 2 kali. Pengundian pertama dilakukan untuk menentukan sampel. Penngundian kedua dilakukan untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari pengundian kedua yang dilakukan, didapatkan kelompok eksperimen adalah SDN 21 Dauh Puri dan kelompok kontrol adalah SDN 14 Dauh Puri. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi hasil penelitian adalah adanya validitas internal. Menurut Dantes (2014:4), “validitas internal menyangkut tingkat kualitas ketepatan pengendalian aspek fisik-psikologis pelaksanaan penelitian dan pemilihan/penggunaan berbagai instrumen dalam pelaksanaan suatu penelitian”. Kontrol validitas internal dalam penelitian ini yaitu, (1) sejarah, (2) karakteristik subjek, (3) kematangan, (4) Testing, (5) Instrumentasi. Selain faktor- faktor internal, ada faktor lain yang bersifat eksternal yang memiliki pengaruh pada hasil penelitiannya. “validitas eksternal penelitian mengacu pada sejauh mana suatu hasil penelitian dapat di- generalisasikan” (Dantes, 2012:87).

Validitas eksternal mengenai generalisasi hasil penelitian pada populasiya. Hasil penelitian dapat memberikan pengaruh pada sampel penelitian sehingga dapat diterapkan pada seluruh populasi penelitian.

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode tes. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017. Tes kompetensi pengetahuan IPA merupakan instrumen yang digunakan. Instrumen tersebut diuji terlebih dahulu sebelum digunakan. Kisi-kisi soal disusun terlebih dahulu kemudian dibuatkan soal dan dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya dilakukan uji validitas butir soal, uji daya

beda, uji tingkat kesukaran, dan uji reliabilitas. Instrumen variabel terikat dalam penelitian ini adalah kompetensi pengetahuan IPA. “Variabel terikat atau tergantung adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variable bebas”

(Setyosari, 2015:165). “variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2014:61).

Berdasarkan kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa variable terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kompetensi pengetahuan IPA.

Kompetensi pengetahuan IPA adalah perubahan perilaku siswa yang mencerminkan kemampuan siswa terhadap penguasaan materi pembelajaran IPA dari kemampuan berpikir meliputi mengingat, memahami/mengerti, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan, faktual, dan konseptual yang diukur menggunakan skor dari tes kompetensi pengetahuan setelah mengalami proses belajar. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan adalah tes objektif dalam bentuk tes pilihan ganda biasa.

Setelah data kompetensi pengetahuan IPA terkumpul, kemudian dianalisis dengan analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan masing- masing data. Analisis statistik deskriptif yang dilakukan yaitu, menentukan rata- rata (mean), standar deviasi, dan varians.

Rata-rata yang dicari adalah rata-rata gain skor kompetensi pengetahuan IPA yang telah dinormalisasikan. Rata-rata gain skor kompetensi pengetahuan IPA tersebut kemudian dikonversikan pada Penilaian Acuan Norma (PAN) Skala Lima. Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian.

Pada analisis statistik inferensial yang dianalisis adalah data gain skor yang dinormalisasikan dari hasil pretest dan posttestnya. Sebelum uji hipotesis, dilakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dimaksudkan untuk

(6)

6 mengetahui sebaran data kompetensi pengetahuan IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak.

Rumus Chi-kuadrat digunakan dalam uji normalitas, dengan kriteria pengujian adalah jika 2hitung2tabel, maka ho

diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal.

Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan varians antar kelompok bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok dan untuk memastikan sebaran data kedua kelompok homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F.

Kriteria pengujian jika , maka data yang dianalisis homogen. Data yang telah memenuhi prasyarat uji analisis tersebut kemudian dilakukan uji hipotesis.

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji-t. kreteria pengujian adalah Ho ditolak jika thitungttabel. ttabel

didapat dari tabel distribusi t pada taraf signifikan (

) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2) dan Ha

ditolak jika thitungttabel . HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri yang bejumlah 36 orang.

Setelah diberikan pretest dilanjutkan dengan pemberian perlakuan dengan model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual sebanyak 6 kali pada kelompok eksperimen, di akhir penelitian siswa diberikan posttestt untuk memperoleh data kompetensi pengetahuan IPA siswa. Setelah memperoleh skor posttest kemudian dilanjutkan dengan mencari gain skor yang dinormalisasikan dari hasil pretest dan posttest.

Tabel 1. Deskripsi Data Gain Skor Kompetensi Pengetahuan IPA Kelompok

Eksperimen

Rata-rata 0,42

Standar Deviasi 0,19

Varians 0,037

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka rata-rata gain skor kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen yaitu, 0,42. Rata-rata gain skor kompetensi pengetahuan IPA tersebut kemudian dikonversikan pada tabel pengkatagorian kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen pada Penilaian Acuan Norma (PAN) Skala Lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen berada pada kategori Cukup Baik.

Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 14 Dauh Puri yang bejumlah 38 orang. Setelah diberikan pretest dilanjutkan dengan pemberian perlakuan dengan pembelajaran konvensional sebanyak 6 kali pada kelompok kontrol, di akhir penelitian siswa diberikan posttest untuk memperoleh data kompetensi pengetahuan IPA siswa. Setelah memperoleh skor posttest kemudian dicari gain skor yang dinormalisasikan dari hasil pretest dan posttest.

Tabel 2. Deskripsi Data Gain Skor Kompetensi Pengetahuan IPA Kelompok

Kontrol

Rata-rata 0,28

Standar Deviasi 0,23

Varians 0,051

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka rata-rata gain skor kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol yaitu 0,28. Rata-rata gain skor kompetensi pengetahuan IPA tersebut kemudian dikonversikan pada tabel pengkatagorian kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol pada Penilaian Acuan Norma (PAN) Skala Lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol berada pada kategori Cukup Baik.

Berdasarkan perhitungan hasil uji normalitas data gain skor kelompok eksperimen diperoleh = 4,19 dan pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) serta derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh

= 11,070 karena

(7)

7 ,

maka sebaran data berdistribusi normal.

Sedangkan data kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol diperoleh = 1,43 dan pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) serta derajat kebebasan (dk) = 5

diperoleh = 11,070

karena ,

maka sebaran data berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui bahwa sebaran data kedua kelompok homogen.

Berdasarkan perhitungan dengan uji F diperoleh sedangkan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang 37 dan derajat kebebasan untuk penyebut 35 adalah 1,76. Ini berarti <

= 1,75. Dengan demikian, sebaran data kedua kelompok homogen.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas varians diperoleh data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal serta kedua kelompok homogen. Berdasarkan hal tersebut maka uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t dengan rumus polled varians, sebab , serta varian homogen. Dengan kreteria pengujian adalah Ho ditolak

jikathitungttabel. Nilai dihitung

dengan dk = n1 + n2 -2, dk = 36 + 38 -2 = 72. Berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis data dengan menggunakan uji-t pada Tabel 3.

Dari perhitungan uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled

varians diperoleh dan

. Dengan demikian

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017.

Berdasarkan hasil uji-t, diperoleh bahwa thitung = 2,978 > ttabel(α=0,05) = 2,000 pada taraf signifikansi 5% dan dk=36+38- 2. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan kompetensipengetahuan IPA kelompok yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual dengan kelompok yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun

pelajaran 2016/2017 diterima.Rata-rata gain skor kompetensi pengetahuan IPA kelompok yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual yaitu 0,42. Dari rata-rata tersebut, kemudian dikonversikan pada PAN Skala Lima. Rata-rata gain skor kelompok eksperime n dapat dikategorikan cukup baik. Sedangkan, rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional yaitu 0,28 .Dari rata-rata tersebut, kemudian dikonversikan pada PAN Skala Lima.

Rata-rata gain skor kelompok kontrol dapat dikategorikan cukup baik.

Berdasarkan pengekategorian pada PAN Skala Lima kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dikategorikan cukup baik. Namun dilihat dari rata-rata gain skor yang didapat bahwa kelompok eksperimen memiliki rata-rata lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini berarti kelompok yang dibelajarkan melalui SETS berbantuan media audio visual memiliki pengaruh yang lebih baik daripada kelompok yang dibelajarkan melalui pembelajaran Sampel Rata-rata Varians N thitung ttabel Kesimpulan Kelompok Eksperimen 0,42 0,037 36

2,978 2,000 Ho ditolak Kelompok Kontrol 0,28 0,051 38

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji-t Kelompok Eksperimen dan Kontrol

(8)

8 konvensional terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa. Karena terdapat perbedaan yang signifikan dan rata-rata gain skor kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, maka hal tersebut berarti terdapat pengaruh model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual terhadap kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017.

Pada kelompok eksperimen, kegiatan pembelajaran dalam muatan materi IPA menggunakan model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual berjalan dengan baik. Siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa sangat antusias saat mengikuti kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan luar kelas yakni mengamati ekosistem sungai yang berada tepat di depan sekolah siswa.

Siswa mampu bekerjasama dengan kelompok dalam memecahkan masalah yang dutemukan, siswa berani mengungkapkan pendapat mengenai cara pemecahan terhadap masalah yang ditemui di lingkungan sekitar. Dari berbagai kegiatan yang dilakukan, dapat terlihat bahwa siswa sangat termotivasi dan memiliki semangat belajar tinggi.

Berbeda dengan kelompok kontrol, kegiatan pembelajaran hanya menggunakan pendekatan saintifik sehingga kurang berjalan dengan baik.

Hal ini menyebabkan kurangnya keaktifan dan antusias siswa dalam proses pembelajaran. Kurang bervariasinya penggunaan media pembelajaran menyebabkan siswa cepat bosan dalam belajar serta pada kelompok kontrol siswa cenderung bekerja sendiri dan tidak terdapat kekompakan, karena siswa tidak dibentuk dengan kelompok sehingga kurangnya kerjasama antarsiswa.Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran SETS berbnatuan media audio visual memberikan hasil belajar khususnya dalam kompetensi pengetahuan IPA yang lebih tinggi pada siswa karena model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual memiliki kelebihan dalam kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa terlibat secara

lansung dalam pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari yang dipadukan dengan media audio visual terkait dengan pembelajaran siswa di sekolah.

Menurut Sutarno (2008) SETS bertujuan untuk membantu siswa mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara timbal balik. Selain itu, pembelajaran SETS juga bertujuan agar siswa mengetahui cara menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat berkembangnya masalah yang berkaitan dengan masyarakat.

Perbedaan hasil kompetensi pengetahuan IPA siswa dapat terlihat dari langkah pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok tersebut, hasil analisis ujihipotesis, dan nilai rata-rata kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Hal tersebut didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiastuti (2014) bahwa terdapat perbedaan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo. Dengan demikian, model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual dapat direkomendasikan dalam membelajarkan siswa khususnya pada kegiatan pembelajaran yang berisi muatan materi IPA.

Implikasi merupakan konsekuensi logis dari simpulan penelitian dan tindak lanjut berupa upaya perbaikan. Hasil temuan yang diperoleh selama penelitian telah dipaparkan sebelumnya dapat memberikan beberapa implikasi dalam pembelajaran yang dilakukan di sekolah.

berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017.

(9)

9 Hasil penelitian membuktikan bahwa model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual memberi pengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA karena siswa menjadi lebih aktif dan lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran, serta menumbuhkan rasa ingin tahu siswa tentang hubungan sains, lingkungan, dan teknologi di dalam kehidupan masyarakat.

Selain itu, hasil penelitian juga membuktikan bahwa model SETS berbantuan media audio visual menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, siswa menjadi lebih antusias dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru untuk memilih model dan media pembelajaran yang lebih bervariasi dalam mengajar sehingga menigkatkan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual. Model pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dengan membahas isu-isu masalah di masyarakat yang sesuai dengan materi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menghubungkan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat agar menemukan cara pemecahan masalah yang ditemukan sehingga pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual dapat berjalan dengan baik, dengan demikian akan memengaruhi kompetensi pengetahuan IPA siswa menjadi leih baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. (1) Kompetensi pengetahuan IPAkelompokyang dibelajarkan melalui model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual pada siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017 diperoleh rata-rata gain skor 0,42. Dari rata-rata tersebut, kemudian

dikonversikan pada PAN Skala Lima.

Rata-rata kelompok eksperimen dapat dikategorikan cukup baik. (2) Kompetensi pengetahuan IPAkelompokyang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Teuku Umar Denpasar barat tahun pelajaran 2016/2017 diperoleh rata-rata gain skor 0,28.Dari rata-rata tersebut, kemudian diketegorikan pada PAN Skala Lima. Rata-rata kelompok kontrol dapat dikategorikan cukup baik. (3) Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji-t dengan dk = 72 pada taraf signifikansi 5%

diperoleh thitung = 2,978> ttabel = 2,000. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual dengan kelompok yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017 pada tema Ekosistem. Rata-rata gain skor kompetensi pengetahuan IPA yang diperoleh kelompok yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual lebih tinggi dari kelompok yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (Me = 0,42 >

Me = 0,28). Hal tersebut menyatakan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017.

Adapun saran yang dapat disampaikan setelah dilaksanakan dan diperoleh hasil dari penelitian untuk berbagai kalangan, yaitu: (1) Guru

Dengan diadakan penelitian ini, kepada guru agar dapat dijadikan acuan dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013 dengan melihat karakteristik muatan pembelajaran yang terintegrasi dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan bervariasi karena dapat menggunakan model dan media pembelajaran yang tidak hanya terdapat di kurikulum 2013 saja.

Salah satu model pembelajaran yang

(10)

10 dapat disarankan, yaitu model pembelajaran SETS berbantuan media audio visual, terutama untuk kegiatan pembelajaran pada muatan materi IPA.

(2) Sekolah

Diharapkan dengan hasil penelitian ini sekolah dapat menciptakan kondisi yang mampu mendorong para guru untuk mencoba menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan sesuai Kurikulum 2013, serta lebih kreatif dalam memilih model dan media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

(3) Peneliti Bidang Sejenis

Diharapkan para peneliti lain agar mampu menemukan model pembelajaran yang lebih inovatif dan bervariasi sesuai dengan Kurikulum 2013 dan prose pembelajaran agar dapat memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan lebih baik dan lebih menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: ANDI.

Dantes, Nyoman. 2014. Analisis dan Desain Eksperimen. Penerbit:

Program Pasca Sarjana Undiksha.

Daryanto. 2014a. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.

Daryanto. 2014b. Pembelajaran Tematik, Terpadu, Terintegrasi Kurikulum

Kosasih. 2014. Strategi Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Yrama Widya.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa

Resni, Ajeng. 2013. Penggunaan Pendekatan SETS (Science, Environment Technology And Society) Pada Pembelajaran Asam, Basa, Dan Garam Untuk Meningkatkan Minat Belajar, Rasa Ingin Tahu Dan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas Vii A Semester I SMP N 3 Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/ 201. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK) Vol:3 No.2.

Tersedia pada

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php /kimia/article/view/2581

(diakses tanggal 5 Juli 2017) Samatowa, Usman.2011. Pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:

PT Indeks.

Setyosari, Punaji.2015. Metode Penelitian dan Pendidikan Pengembangan.

Jakarta: Prenadamedia.

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta:

Pedagogia.

Supradnyana, Km. Wahyu. 2016.

Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Vol:4 No:1.

Tersedia pada hhtp://

ejournal.undiksha.ac.id/index.php /JJPGSD/article/viewFile/7390/50 43 (diakses tanggal 5 Juli 2017) Sutarno, Nono. 2008. Materi dan

Pembelajaran IPA SD.

Departemen Pendidikan Nasional: Universitas Terbuka Widiastiti, Ni Pt. Ayu, 2014. Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD Gugus Mengwi Badung. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Vol: 2 No.1. Tersedia pada http://

ejournal.undiksha.ac.id/index.php/J

(11)

11 JPGSD/article/view/1951 (diakses tanggal 5 Juli 2017)

Wiastuti, I Gst Ayu, Pt. 2014. Pengaruh Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus Budi Utomo. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Vol:2 No:1.

Tersedia pada

http://ejournal.undiksha.ac.id/inde x.php/JJPGSD/issue/view/200 (diakses tanggal 18 Januari 2017) Wisudawati, Asih Widi dan Eka Sulistyowati. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yuniastuti, Euis. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology And Society) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Vii Smp Kartika V-1 Balikpapan Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Sains Terapan Vol:1 No.2.

Tersedia pada

http://jurnal.poltekba.ac.id/index.p hp/jst/article/view/94 (diakses tanggal 5 Juli 2017)

Referensi

Dokumen terkait

Temubual dangan beberapa orang nelayan pantai daripada Pulau Aur menjelaskan bahawa taman laut telah menjejaskan kebebasan nelayan di kawasan terbabit untuk

Setelah masuk baru kita dapat mendapatkan kode hash dari password Administrator dengan bantuan software cain and able , jika hast password telah di dapat, maka kita dapat

Jumlah informasi Analisis karakteristik eksternal untuk jumlah sumber informasi dalam proses adopsi inovasi petani padi terhadap UPSUS PAJALE di Desa Bunga

Khusus untuk program yang diberikan di UPS yaitu dengan memberikan kerja sama modal dalam pemeliharaan kambing, dengan pelaksanaannya yaitu BKM Rejomulyo

Kopi instan celup memiliki posisi sebagai market pioneer  dalam hal diferensiasi produk dan sebagai pengikut pasar pada pasar kopi instan.

Sekiranya sesuatu tingkah laku tidak berdisiplin ataupun tingkah laku bermasalah dilakukan oleh seseorang pelajar secara berulang kali walaupun telah dinasihati, dikaunseling dan

Workshop Standarisasi Peningkatan Kompetensi dan Pendidikan Pelayanan KB bagi Tenaga Kesehatan.. Peningkatan Promosi

Awal masa puber anak perempuan lebih rentan untuk masalah seperti merokok, minum,depresi, gangguan makan, diri negative, image, isolasi, perilaku patuh, dan kurang