Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-103593.16/2011/PP/M.XVIIIA Tahun 2018 Jenis Pajak :PPN
Tahun Pajak :2011
Pokok
Sengketa
:Koreksi Terbanding atas Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak November 2011 sebesar Rp1.189.759,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Terbanding
:Dasar Hukum
Pasal 9 ayat (8) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;
bahwa Terbanding dalam Penjelasan Tertulis Nomor S-466/PJ.07/2017 tanggal 25 Januari 2017, pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
bahwa terhadap Keputusan Terbanding Nomor:
No. Nomor Keputusan Nomor SKP
1 KEP-00004/KEB/WPJ.29/2016 tanggal 26-02-2014 sebagaimana dibetulkan dengan KEP-
05824/NKEB/WPJ.29/2016 tanggal 27 Juli 2016
00010/207/11/734/14 tanggal 23-12-2014 SKPKB PPN/Juni 2011
2 KEP-00005/KEB/WPJ.29/2016 tanggal 26-02-2014 sebagaimana dibetulkan dengan KEP-
05825/NKEB/WPJ.29/2016 tanggal 27 Juli 2016
00011/207/11/734/14 tanggal 23-12-2014 SKPKB PPN/Juli 2011
3 KEP-00006/KEB/WPJ.29/2016 tanggal 26-02-2014 sebagaimana dibetulkan dengan
KEP-05826/NKEB/WPJ.29/2016 tanggal 27 Juli 2016
00012/207/11/734/14 tanggal 23-12-2014 SKPKB PPN/Agustus 2011
4 KEP-00007/KEB/WPJ.29/2016 tanggal 26-02-2014 sebagaimana dibetulkan dengan
KEP-05827/NKEB/WPJ.29/2016 tanggal 27 Juli 2016
00013/207/11/734/14 tanggal 23-12-2014 SKPKB PPN/September 2011
5 KEP-00008/KEB/WPJ.29/2016 tanggal 26-02-2014 sebagaimana dibetulkan dengan KEP-
05828/NKEB/WPJ.29/2016 tanggal 27 Juli 2016
00014/207/11/734/14 tanggal 23-12-2014 SKPKB PPN/Oktober 2011
6 KEP-00009/KEB/WPJ.29/2016 tanggal 26-02-2014 sebagaimana dibetulkan dengan
KEP-05829/NKEB/WPJ.29/2016 tanggal 27 Juli 2016
00015/207/11/734/14 tanggal 23-12-2014 SKPKB PPN/November 2011
7 KEP-00010/KEB/WPJ.29/2016 tanggal 26-02-2014 sebagaimana dibetulkan dengan
KEP-05830/NKEB/WPJ.29/2016 tanggal 27 Juli 2016
00016/207/11/734/14 tanggal 23-12-2014 SKPKB PPN/Desember 2011
Terbanding sampaikan kesimpulan akhir tertulis sebagai berikut:
bahwa berdasarkan data dan fakta-fakta persidangan sebagaimana telah dikemukakan di atas, dapat Terbanding jelaskan sebagai berikut:
1. bahwa berdasarkan Penjelasan Pasal 9 ayat (8) huruf b UU PPN diatur:
"Yang dimaksud dengan pengeluaran yang langsung berhubungan dengan kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen. Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha. Agar dapat dikreditkan, Pajak Masukan juga harus memenuhi syarat bahwa pengeluaran tersebut berkaitan dengan adanya penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai. Oleh karena itu, meskipun suatu pengeluaran telah memenuhi syarat adanya hubungan langsung dengan kegiatan usaha, masih dimungkinkan Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan, yaitu apabila pengeluaran dimaksud tidak ada kaitannya dengan penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai”;
2. bahwa pada dasarnya Pajak Masukan tersebut dapat dikreditkan, namun berdasarkan Pasal 9 ayat (8) huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009, Pajak Masukan tersebut menjadi tidak dapat dikreditkan karena pengeluaran untuk perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding (yaitu kegiatan-kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen), bahwa ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha sehingga tidak tergantung karakteristik jenis usaha tertentu dan tidak ada peraturan yang mengatur bahwa ketentuan di atas harus disesuaikan dengan karakteristik perusahaan atau bidang usaha masing-masing Pemohon Banding;
3. bahwa pengertian kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen adalah sebagai berikut:
a. bahwa yang dimaksud dengan kegiatan produksi secara umum dapat diartikan suatu kegiatan untuk menghasilkan sesuatu, sesuatu disini bisa berupa barang atau jasa. Selain itu produksi juga bisa diartikan dengan kegiatan untuk menghasilkan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada;
b. bahwa yang dimaksud dengan kegiatan distribusi secara umum dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk penyaluran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen;
c. bahwa yang dimaksud dengan kegiatan pemasaran adalah sesuatu meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli;
d. bahwa yang dimaksud dengan kegiatan manajemen secara umum dapat diartikan sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran;
4. bahwa Pemohon Banding menyatakan pembuatan mess, gudang, lapangan tenis, peralatan dan perlengkapan bagi karyawan karena keberadaan atau lokasi yang sangat jauh dari kota tetapi Pemohon Banding tidak memiliki surat penetapan sebagai daerah terpencil seperti yang telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-213/PJ./2001 tanggal 15 Maret 2001, dengan demikian pengeluaran untuk karyawan berupa fasilitas perumahan tersebut merupakan natura dan tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha (produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen) yang tidak dapat dibiayakan sehingga Pajak Masukan yang timbul tidak dapat dikreditkan dan hal tersebut juga dipertegas dalam butir 7 huruf a Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-945/PJ.51/2002 tanggal 16 September 2002 perihal Penegasan atas Pengkreditan Pajak Masukan, yaitu bahwa Pajak Masukan atas pengeluaran dalam bentuk fasilitas dan pemberian natura yang diberikan kepada pegawai tidak dapat dikreditkan;
5. bahwa berdasarkan penjelasan di atas, Pajak Masukan yang terkait dengan pembuatan mess, gudang, lapangan tenis, peralatan dan perlengkapan tidak dapat dikreditkan karena merupakan pengeluaran untuk perolehan BKP dan atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha sesuai dengan Pasal 9 ayat (8) UU PPN;
6. bahwa lebih lanjut, tanpa mengurangi rasa hormat dan menjunjung tinggi asas independensi Majelis Hakim dalam memutuskan setiap sengketa, namun sebagai bahan pertimbangan Majelis Hakim, bersamaan dengan penjelasan tertulis ini, Terbanding juga melampirkan putusan Pengadilan Pajak dengan kasus yang menurut Terbanding serupa atau memiliki relevansi yang tinggi dengan kasus sengketa banding dengan amar putusan Menolak Permohonan Banding Pemohon Banding yaitu Putusan No.29804/PP/M.XV/16/2011 yang diucapkan pada tanggal 16 Maret 2011 mengenai banding dari PT RTY
bahwa Terbanding di dalam persidangan menyatakan berdasarkan Pasal 9 ayat (8) huruf b UU PPN, pembangunan/pembuatan gudang adalah merupakan pengeluaran yang langsung berhubungan dengan kegiatan usaha, namun demikian Terbanding tidak mengabulkan keberatan Pemohon Banding karena:
bahwa berdasarkan Berita Acara Tidak Memenuhi Seluruhnya Permintaan Peminjaman dan/atau Permintaan Keterangan Nomor BA-71/WPJ.29/2016 tanggal 16 Februari 2016 diketahui bahwa Pemohon Banding tidak memenuhi permintaan Terbanding yang meminta buku, catatan, data, dan informasi sebagai berikut:
Asli Surat Perjanjian Kerja Sama atau kontrak kerja terkait dengan pembangunan gudang, lapangan tenis, dan mess yang terkait dengan keberatan Rincian atau persentase dari kegiatan sebagaimana dimaksud poin 1 di atas, apabila pembangunan gudang, lapangan tenis, dan mess dilakukan dengan menggunakan Surat Perjanjian Kerja Sama atau kontrak kerja yang sama Asli faktur pajak terkait dengan pembelian Furniture, Kipas angin, kulkas, kasur, meja, peralatan dan perlengkapan, tempat tidur, dan lainnya Rincian barang-barang "dan lain-lain" dan
"lainnya" sebagaimana dimaksud pada surat surat keberatan Pemohon Banding Surat izin mendirikan pabrik
Proses bisnis Pemohon Banding yang meliputi:
a. Saat mulai melakukan penanaman bibit sawit;
b. Saat mulai panen Tandan Buah Segar (TBS);
c. Saat mulai memproduksi CPO dan PK secara mandiri (menggunakan pabrik sendiri);
sehingga Terbanding tidak bisa menguji dan meyakini dalil-dalil keberatan Pemohon Banding dalam Surat Keberatannya;
bahwa menurut Terbanding Pajak Masukan yang terkait dengan pembuatan mess, gudang, lapangan tenis, peralatan dan perlengkapan tidak dapat dikreditkan karena merupakan pengeluaran untuk perolehan BKP dan atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha sesuai dengan Pasal 9 ayat (8) UU PPN, Keputusan Keberatan Terbanding diterbitkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan Terbanding mengusulkan kepada Majelis untuk menolak permohonan Banding Pemohon Banding;
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-103593.16/2011/PP/M.XVIIIA Tahun 2018
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Pemohon Banding
:Dasar Hukum
Pasal 9 ayat (8) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;
bahwa Pemohon Banding dalam Penjelasan Tertulis Nomor 001/SWTPP/1/2017 tanggal 30 Januari 2017, pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
bahwa Pajak Masukan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Keputusan Terbanding Nomor:
No Keputusan Keberatan Surat Banding Nomor Sengketa
1 KEP-00004/KEB/WPJ.29/2016 SKPKB PPN JUNI 2011
044/SMNL3-PPN/2016 16-103588-2011 2 KEP-00005/KEB/WPJ.29/2016 SKPKB PPN JULI
2011
045/SMNL3-PPN/2016 16-103589-2011 3 KEP-00006/KEB/WPJ.29/2016 SKPKB
PPN AGT 2011
046/SMNL3-PPN/2016 16-103590-2011 4 KEP-00007/KEB/WPJ.29/2016 SKPKB PPN SEP 2011 047/SMNL3-PPN/2016 16-103591-2011 5 KEP-00008/KEB/WPJ.29/2016 SKPKB PPN OKT
2011
048/SMNL3-PPN/2016 16-103592-2011 6 KEP-00009/KEB/WPJ.29/2016 SKPKB PPN NOV
2011
049/SMNL3-PPN/2016 16-103593-2011 7 KEP-00010/KEB/WPJ.29/2016 SKPKB PPN DES 2011 050/SMNL3-PPN/2016 16-103594-2011 Pemohon Banding menyampaikan penjelasan tertulis terkait penjelasan pokok sengketa, sebagai berikut:
1. bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pajak Masukan (PPN) dengan alasan merupakan pengeluaran untuk memperoleh Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha sesuai dengan Pasal 9 ayat (8) huruf b Undang-Undang PPN Nomor 8 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;
2. bahwa perlu Pemohon Banding jelaskan bahwa pokok sengketa atas koreksi positif Pajak Masukan Perolehan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak Dalam Negeri untuk unit perkebunan Pemohon Banding tidak dapat dikreditkan adalah merupakan sengketa yuridis fiskal;
3. bahwa dalam Pasal 9 ayat (8) UU PPN Nomor 42 Tahun 2009, disebutkan:
"Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk:
a. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha;
c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
e. dihapus;
f. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
g. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);
h. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;
i. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan
j. perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)."
4. bahwa koreksi positif Pajak Masukan Perolehan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak Dalam Negeri yang dianggap tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha oleh Terbanding atas perolehan sebagai berikut:
No. Janis Perolehan BKP/JKP
yang dlkoreksi Terbanding
Jumlah Koreksl SPT Masa PPN
Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nov-11 Des-11 Total
1 Pembangunan Mess
Karyawan
50.093.313 60.045.998 110.139.311
2 Pembangunan Gudang
42.581.030 9.202.456 6.775.344 7.590.162 66.148.992 3 Peralatan
Mess Karyawan
9.233.747 1,374,902 4.699.700 1.189.759 230.000 16.728.108
4 Pembuatan sarana OlahRaga
5.183.639 1.652.202 5.949.890 808.353 13.594.084
Total Koreksl Terbandlng
47.764.669 9.233.747 62.322.873 12.725.234 4.699.700 1.189.759 68.674.513 206.610.495
5. bahwa menurut Pemohon Banding, Pembangunan Mess Karyawan tersebut berhubungan dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Pemohon Banding, karena merupakan fasilitas utama yang wajib disediakan oleh Pemohon Banding sebagai sarana untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan dan terlebih lagi di lokasi usaha Pemohon Banding merupakan Lokasi yang jauh dari Pemukiman Masyarakat sehingga Rumah dan Mess Karyawan sudah seharusnya dibangun oleh perusahaan untuk tempat tinggal karyawan yang aktivitas utamanya adalah bekerja untuk perusahaan dan memastikan operasional perusahaan dapat dijalankan dengan baik, sehingga Pajak Masukan atas Pembangunan Gudang sangat berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding;
6. bahwa menurut Pemohon Banding, pembangunan gudang sangat berhubungan langsung dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Pemohon Banding, karena gudang sangat jelas fungsinya sebagai tempat penyimpanan barang-barang operasional yang tidak langsung habis dalam penggunaannya, misalnya:
spareparts, bahan kimia, dan lain-lain, dan gudang sangat diperlukan dalam aktivitas operasional perkebunan untuk menyimpan barang-barang agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti tindak kriminal pencurian, bahan kimia yang berbahaya dalam penggunaannya dan juga untuk mencegah kerusakan dini atas barangbarang, sehingga Pajak Masukan atas Pembangunan Gudang sangat berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding;
7. bahwa menurut Pemohon Banding, pengadaan perlengkapan yang diperlukan baik di kantor maupun di mess karyawan sangat perlu disediakan agar dapat mengoptimalkan kinerja karyawan, sehingga Pajak Masukan atas pengadaan peralatan kantor dan mess sangat berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding;
8. bahwa menurut Pemohon Banding, sarana olah raga sangat berhubungan dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Pemohon Banding, karena tidak adanya sarana olah raga yang memadai di wilayah Pemohon Banding dan terlebih lagi lokasi Pemohon Banding yang termasuk terpencil tidak memungkinkan karyawan Pemohon Banding mencari sarana olah raga yang memadai ke lokasi di daerah perkotaan. Olah raga merupakan salah satu syarat agar kesehatan dan kondisi prima karyawan terpenuhi dalam rangka menjalankan operasional perusahaan, sehingga Pajak Masukan atas Pembangunan sarana olah raga sangat berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding;
9. bahwa lebih lanjut perlu Pemohon Banding tegaskan bahwa seluruh pengeluaran atas perolehan BKP/JKP yang dikoreksi oleh terbanding seluruhnya sudah tercatat dan terdaftar dalam aktiva Pemohon Banding;
10.bahwa dengan demikian, jelas menurut Pemohon Banding PPN Masukan yang dikoreksi sangat berhubungan langsung dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Pemohon Banding, sehingga sudah seharusnya PPN Masukan yang dikoreksi tersebut dapat dikreditkan karena berhubungan langsung dengan kegiatan usaha;
bahwa Pemohon Banding dalam Penjelasan Tertulis Nomor 001/SWTPP/1/2017 tanggal 20 Februari 2017 yang diserahkan dalam persidangan, pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
bahwa sehubungan dengan persidangan banding, untuk menegaskan kembali mengenai Pokok Sengketa Banding Pajak Masukan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Keputusan Terbanding Nomor:
Keputusan Keberatan Surat Banding Nomor Sengketa
KEP-00009/KEB/WPJ.29/2016 SKPKB PPN November 2011
049/SMNL3-PPN/2016 16-103593-2011
perkenankanlah Pemohon Banding menyampaikan kesimpulan akhir terkait penjelasan Pokok Sengketa, sebagai berikut:
1. bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pajak Masukan (PPN) dengan alasan merupakan pengeluaran untuk memperoleh BKP dan/atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha sesuai dengan Pasal 9 ayat (8) huruf b Undang-Undang PPN Nomor 8 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;
2. bahwa perlu Pemohon Banding jelaskan bahwa pokok sengketa atas koreksi positif Pajak Masukan Perolehan BKP/JKP Dalam Negeri untuk unit perkebunan Pemohon Banding tidak dapat dikreditkan adalah merupakan sengketa yuridis fiskal;
3. bahwa dalam Pasal 9 ayat (8) UU PPN Nomor 42 Tahun 2009, disebutkan bahwa:
"Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk:
a. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha;
c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
e. dihapus;
f. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
g. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);
h. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;
i. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan
j. perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)."
4. bahwa koreksi positif Pajak Masukan Perolehan BKP/JKP Dalam Negeri yang dianggap tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha oleh Terbanding adalah Peralatan Mess Karyawan sebesar Rp1.189.759,00;
5. bahwa menurut Pemohon Banding, pengadaan perlengkapan yang diperlukan baik di kantor maupun di mess karyawan sangat perlu disediakan agar dapat mengoptimalkan kinerja karyawan, sehingga Pajak Masukan atas pengadaan peralatan kantor dan mess sangat berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding;
6. bahwa dengan demikian, jelas menurut Pemohon Banding PPN Masukan yang dikoreksi sangat berhubungan langsung dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Pemohon Banding, sehingga sudah seharusnya PPN Masukan yang dikoreksi tersebut dapat dikreditkan karena berhubungan langsung dengan kegiatan usaha;
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-103593.16/2011/PP/M.XVIIIA Tahun 2018
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Majelis
:Dasar Hukum
1. Pasal 9 ayat (8) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 "Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk:
a. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha;
c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
e. dihapus;
f. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
g. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);
h. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;
i. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan
j. perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)";
Penjelasan Pasal 9 ayat (8) huruf b UU PPN diatur: "Yang dimaksud dengan pengeluaran yang langsung berhubungan dengan kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen. Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha;
Agar dapat dikreditkan, Pajak Masukan juga harus memenuhi syarat bahwa pengeluaran tersebut berkaitan dengan adanya penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai;
Oleh karena itu, meskipun suatu pengeluaran telah memenuhi syarat adanya hubungan langsung dengan kegiatan usaha, masih dimungkinkan Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan, yaitu apabila pengeluaran dimaksud tidak ada kaitannya dengan penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai”;
butir 7 huruf a Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-945/PJ.51/2002 tanggal 16 September 2002 perihal Penegasan atas Pengkreditan Pajak Masukan;
bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam banding ini adalah koreksi positif Terbanding atas Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak November 2011, dengan perincian koreksi sebagai berikut:
Masa Pajak November 2011 sebesar Rp1.189.759,00, berasal dari koreksi atas Peralatan Mess Karyawan, yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;
bahwa berdasarkan hasil penelusuran data dalam berkas, penjelasan secara lisan maupun penjelasan tertulis, serta bukti-bukti yang disampaikan oleh Pemohon Banding maupun Terbanding dalam persidangan, Majelis mengetahui hal-hal sebagai berikut:
Koreksi atas Peralatan Mess Karyawan
bahwa Terbanding mengoreksi Pajak Masukan terkait peralatan mess karyawan, karena Pajak Masukan yang terkait dengan peralatan mess karyawan merupakan pengeluaran untuk perolehan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha sesuai dengan Pasal 9 ayat (8) UU PPN, sehingga Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan;
bahwa menurut Pemohon Banding peralatan mess karyawan berhubungan dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Pemohon Banding, karena:
- Peralatan mess karyawan sangat diperlukan agar dapat mengoptimalkan kinerja karyawan, sehingga Pajak Masukan atas pengadaan peralatan kantor dan mess sangat berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding;
bahwa atas hal tersebut Majelis berpendapat:
bahwa berdasarkan Penjelasan Pasal 9 ayat (8) huruf b UU PPN diatur:"Yang dimaksud dengan pengeluaran yang langsung berhubungan dengan kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen. Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha. Agar dapat dikreditkan, Pajak Masukan juga harus memenuhi syarat bahwa pengeluaran tersebut berkaitan dengan adanya penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai. Oleh karena itu, meskipun suatu pengeluaran telah memenuhi syarat adanya hubungan langsung dengan kegiatan usaha, masih dimungkinkan Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan, yaitu apabila pengeluaran dimaksud tidak ada kaitannya dengan penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai”;
bahwa pada dasarnya Pajak Masukan tersebut dapat dikreditkan, namun berdasarkan Pasal 9 ayat (8) huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, Pajak Masukan tersebut menjadi tidak dapat dikreditkan karena pengeluaran untuk perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding (yaitu kegiatan-kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen), bahwa ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha sehingga tidak tergantung karakteristik jenis usaha tertentu dan tidak ada peraturan yang mengatur bahwa ketentuan di atas harus disesuaikan dengan karakteristik perusahaan atau bidang usaha masing-masing Pemohon Banding;
bahwa pengertian kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen adalah sebagai berikut:
a. bahwa yang dimaksud dengan kegiatan produksi secara umum dapat diartikan suatu kegiatan untuk menghasilkan sesuatu, sesuatu disini bisa berupa barang atau jasa. Selain itu produksi juga bisa diartikan dengan kegiatan untuk menghasilkan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada;
b. bahwa yang dimaksud dengan kegiatan distribusi secara umum dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk penyaluran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen;
c. bahwa yang dimaksud dengan kegiatan pemasaran adalah sesuatu meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli;
d. bahwa yang dimaksud dengan kegiatan manajemen secara umum dapat diartikan sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran;
bahwa berdasarkan hal tersebut, maka Majelis berpendapat pengeluaran untuk peralatan mess karyawan tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha (produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen) yang tidak dapat dibiayakan sehingga Pajak Masukan yang timbul tidak dapat dikreditkan dan hal tersebut juga dipertegas dalam butir 7 huruf a Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-945/PJ.51/2002 tanggal 16 September 2002 perihal Penegasan atas Pengkreditan Pajak Masukan, yaitu bahwa Pajak Masukan atas pengeluaran dalam bentuk fasilitas dan pemberian natura yang diberikan kepada pegawai tidak dapat dikreditkan;
bahwa berdasarkan penelusuran berkas, penjelasan secara lisan maupun tulisan serta bukti-bukti yang disampaikan oleh Pemohon Banding dan Terbanding dalam persidangan, Majelis berpendapat koreksi Terbanding atas Pajak Masukan terkait peralatan mess karyawan sudah benar, dengan demikian koreksi Terbanding tetap dipertahankan;
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-103593.16/2011/PP/M.XVIIIA Tahun 2018
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menimbang :Bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi Administrasi;
bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, rekapitulasi pendapat Majelis atas pokok sengketa adalah sebagai berikut:
Uraian Sengketa Nilai Sengketa Dipertahankan Majelis
Tidak Dapat Dipertahankan
Majelis Pajak Masukan yang
dapat diperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak November 2011
Rp1.189.759,00 Rp1.189.759,00 -
bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk menolak banding Pemohon Banding
Mengingat :Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan sengketa ini;
Memutuskan :Menolak Banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- 00009/KEB/WPJ.29/2016 tanggal 26 Februari 2016 tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak November 2011 Nomor 00015/207/11/734/14 tanggal 23 Desember 2014, atas nama PT QWE Demikian diputus di Jakarta berdasarkan Musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Selasa tanggal 14 Maret 2017 oleh Hakim Majelis XVIIIA Pengadilan Pajak dengan dengan susunan Majelis sebagai berikut:
Drs. ABC, M.M.
Drs. DEF, M.Sc.
Dr. GHI, S.E., M.B.P.
dengan dibantu oleh JKL, S.E., M.M.
sebagai Hakim Ketua, sebagai Hakim Anggota, sebagai Hakim Anggota, sebagai Panitera Pengganti.
Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Selasa tanggal 8 Mei 2018, dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota dan Panitera Pengganti, namun tidak dihadiri oleh Pemohon Banding maupun Terbanding.