• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MELALUI PENERAPAN METODE CTL DAN PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII A MTS Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih melalui Penerapan Metode CTL dan Pemberian Motivasi Belajar pada Siswa Ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MELALUI PENERAPAN METODE CTL DAN PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII A MTS Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih melalui Penerapan Metode CTL dan Pemberian Motivasi Belajar pada Siswa Ke"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

i

NEGERI TERAS, BOYOLALI TAHUN 2012

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan Kepada

Program Studi Pendidikan Islam

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)

Oleh

Badrus Zaman1, Samino2, dan Ari Anshori3

1

Mahasiswa Magister Pendidikan Islam UMS Surakarta

2

Pembimbing I (Staf Pengajar UMS Surakarta)

3

Pembimbing II (Staf Pengajar UMS Surakarta)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

ii

NEGERI TERAS, BOYOLALI TAHUN 2012

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan Kepada

Program Studi Pendidikan Islam

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)

Oleh: BADRUS ZAMAN NIM : O 100 100 010

Naskah Publikasi ini telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

iii Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Badrus Zaman NIM : O 100 100 010 Program Studi : Pendidikan Islam Jenis : Tesis

Judul Tesis : Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih melalui Penerapan Metode CTL dan Pemberian Motivasi Belajar pada Siswa Kelas VII A MTs Negeri Teras, Boyolali tahun 2012.

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:

1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Member hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sesungguhnya dan untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 6 Oktober 2012 Yang Menyatakan

(4)

iv 2

Pembimbing I (Staf Pengajar UMS Surakarta) 3

Pembimbing II (Staf Pengajar UMS Surakarta) ABSTRACT

The use of the appropriate method will support in improving the result of the students’ a hie e e t. One of the appropriate methods that can be used in Fiqh class is contextual learning (CTL). Approach to contextual learning (CTL) is a concept of studying that helps teachers learn to associate the material which is taught in the stude ts’ real-world and encourage students to connect knowledge that they have with the application in their lives as members of families and communities.

Besides the appropriate method, another very important factor is the provision of motivation to the students. Giving learning motivation simultaneously can create awareness learning to the students, looking for learning experiences in the classroom, family and community, as well as implement them in the form of Islamic teaching in daily life in accordance with Fiqh. By using CTL method and giving the learning oti atio to the stude ts si ulta ousl are e pe ted that the stude ts’ a hie e e t will improve and will be more meaning full because they are aware that what they have studied is usefull for their life, so they can place theirselves in the real life and learn what is beneficial to them and trying to reach it.

The purpose of this research is to improve the Fiqh achievement of the Seventh Grade Students through CTL method and give learning motivation to the students of MTs Teras, Boyolali in the Academic year of 2012.

This research use descriptive qualitative which is done in MTs Negeri Teras, Boyolali in April-May 2012. This research is clasroom action research, the data is collected by method observation, test, documentation, and interview.

The result of the research in improving the Fiqh achievement through CTL

method and giving learning motivation of students at VII A grade, MTs Teras, Boyolali in 2012 are: (1) The improvement of students achivement through contextual teaching and learning (CTL) method to reach the criteria of completeness up to 100%. (2) The improvement of students achivement through learning motivation to reach the criteria of completeness up to 100%.

(5)

v 2

Pembimbing I (Staf Pengajar UMS Surakarta) 3

Pembimbing II (Staf Pengajar UMS Surakarta) ABSTRAK

Penggunaan metode yang sesuai akan menunjang peningkatan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran Fiqih salah satu metode yang tepat digunakan adalah metode pembelajaran kontekstual (CTL). Pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Selain metode yang tepat faktor lain yang sangat penting adalah pemberian motivasi belajar kepada siswa. Pemberian motivasi belajar secara simultan dapat menciptakan kesadaran belajar pada diri siswa, mencari pengalaman-pengalaman belajar di kelas, keluarga dan masyarakat, sekaligus mengamalkannya dalam bentuk pelaksanaan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan mata pelajaran Fiqih. Dengan metode pembelajaran kontekstual (CTL) dan pemberian motivasi belajar kepada siswa secara simultan, diharapkan hasil pembelajaran meningkat dan lebih bermakna bagi siswa karena mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya, sehingga mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya dan mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar kelas VII A mata pelajaran Fiqih melalui penerapan metode CTL dan pemberian motivasi belajar pada siswa MTs Negeri Teras, Boyolali tahun 2012.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang dilakukan di MTs Negeri Teras, Boyolali pada bulan April-Mei 2012, jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), data dikumpulkan melalui metode Observasi, Tes, Dokumentasi, dan Wawancara.

Hasil penelitian peningkatan hasil belajar mata pelajaran Fiqih melalui penerapan metode CTL dan pemberian motivasi belajar pada siswa kelas VII A MTs Negeri Teras Boyolali Tahun 2012 adalah (1) Peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kontekstual (CTL) mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) hingga 100% (2) Peningkatan hasil belajar siswa melalui pemberian motivasi belajar secara simultan mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) hingga 100%.

(6)

1 A. Pendahuluan

Pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia atau membudayakan manusia. Para ahli psikologi (dalam Syah, 2011: 35) mendefinisikan hakikat pendidikan yaitu pengembangan potensi atau kemampuan manusia secara menyeluruh yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan oleh manusia itu sendiri. Menurut Suhailah Hussien (2007: 91) hakikat pendidikan adalah transformasi sosial. Sedangkan menurut Gulen sebagaimana dikutip Asma Asfaruddin (2005: 18-19) hakikat pendidikan adalah tempat pelatihan dari semua aspek kondisi manusia dalam mempromosikan pengembangan holistik individu, spiritual, moral, rasional dan psikologis.

Dari berbagai sumber pengertian pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan proses pendidikan itu tidak lain adalah untuk mendewasakan manusia, dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia karena hanya dengan pendidikan manusia dapat berkembang secara wajar dan melaksanakan tugasnya sebagai manusia. Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak baik menjadi baik dari tidak tahu menjadi tahu. Dalam pendidikan formal, seorang pendidik disebut dengan guru dan yang di didik disebut dengan siswa atau anak didik.

Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara dua subjek pengajaran. Guru sebagai pengarah dan pembimbing sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh pengajaran sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

(7)

2

mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya penggunaan media pembelajaran dan metode pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya inovasi dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang dengan sengaja diciptakan (Sardiman, 2011: 57). Gurulah yang menciptakan kondisi tersebut dan di dalamnya terkandung berbagai unsur yang saling mempengaruhi satu sama lain. Guru dan siswa adalah unsur yang paling penting dalam kegiatan belajar mengajar, maka dari itu kedua unsur tersebut harus saling menjaga interaksi agar suasana belajar mengajar berjalan dengan harmonis.

Pembelajaran Fiqih bukan pembelajaran yang pasif, di mana tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru, sedangkan siswa hanya dipandang sebagai objek menerima apa yang diberikan guru. Tetapi pembelajaran Fiqih lebih menekankan pada pembelajaran aktif, dimana siswa dipandang sebagai subjek dan objek. Pada proses pembelajaran siswa mempunyai dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran Fiqih harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok menyelesaikan tugas dengan bimbingan guru.

(8)

3

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di MTs Negeri Teras Boyolali kurang kondusif, sehingga menyebabkan penurunan nilai mata pelajaran Fiqih. Adapun nilai mata pelajaran yang diperoleh siswa MTs Negeri tersebut pada tahun ajaran 2011 di bawah nilai standar yaitu 7 sedangkan nilai standar yaitu 7,5 maka dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar kurang optimal.

Kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari masalah, problem yang dihadapi dalam proses belajar mengajar adalah kecenderungan para siswa yang kurang semangat, begitu pula dalam pembelajaran Fiqih yaitu kurangnya motivasi (gairah) dari siswa, begitu pula yang dialami pada siswa MTs Negeri Teras Boyolali, permasalahan tersebut kemungkinan besar dikarenakan metode yang digunakan oleh guru kurang bervariatif. Oleh karena itu perlu adanya inovasi yang dapat menyegarkan dalam pembelajaran Fiqih. Sebagai seorang guru yang profesional, hendaknya dapat mengembangkan metode pembelajaran yang dapat memberi motivasi tersendiri bagi para siswanya.

Salah satu metode pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dan mendapatkan hasil secara optimal adalah metode pembelajaran kontekstual (CTL). Dalam Proses pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan metode belajar yang membantu semua guru mempraktikkan dan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi yang ada di lingkungan siswa, dan menuntut siswa membuat hubungan beberapa pengetahuan yang pernah dialami siswa dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Ahmadi dkk, 2011: 77). Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya diperlukan guru-guru yang berwawasan CTL, materi pembelajaran yang bermakna bagi siswa, strategi, metode dan teknik belajar mengajar yang mampu mengaktifkan motivasi belajar siswa, media pendidikan yang bernuansa CTL, suasana dan iklim sekolah yang juga bernuansa CTL sehingga situasi kehidupan sekolah dapat seperti kehidupan nyata di lingkungan siswa.

(9)

4

adalah didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Secara hakikat, hasil dari sebuah pembelajaran adalah adanya perubahan perilaku. Fakta menunjukkan, berbagai perilaku siswa yang mengarah penyimpangan hukum-hukum Fiqih pada siswa masih mudah ditemukan seperti siswa tidak melaksanakan shalat wajib dan tidak berpuasa wajib pada bulan ramadhan. Dengan kata lain, siswa masih banyak yang belum paham terhadap apa yang dipelajari di sekolah, sehingga siswa belum mampu menghubungkan pengalaman belajarnya di sekolah ke dalam lingkungan sehari-hari siswa.

Guna membuktikan peningkatkan hasil belajar Fiqih melalui metode pembelajaran CTL dan pemberian motivasi belajar pada siswa, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pe i gkata Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih melalui Penerapan Metode CTL dan Pemberian Motivasi Belajar Pada Siswa kelas VII A MTs Negeri Teras, Boyolali Tahu . Penulis berasumsi bahwa penerapan metode CTL dan pemberian motivasi belajar akan membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar, serta mampu mengontruksikannya ke dalam kehidupan mereka sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dalam penelitian ini penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah dengan penerapan metode CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A MTs Negeri Teras, Boyolali tahun 2012?

(10)

5 C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk meningkatkan hasil belajar kelas VII A mata pelajaran Fiqih melalui penerapan metode CTL pada siswa MTs Negeri Teras, Boyolali tahun 2012. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar kelas VII A mata pelajaran Fiqih melalui

pemberian motivasi belajar pada siswa MTs Negeri Teras, Boyolali tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian

Adapun dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu: manfaat akademik dan manfaat praktis.

1. Manfaat Akademik

a) Hasil penelitian dapat memberikan masukan berharga berupa konsep-konsep, sebagai upaya untuk peningkatan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b) Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi para peneliti di bidang pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi jajaran Kemenag atau lembaga terkait, hasil penelitian dapat dipertimbangkan untuk menentukan kebijakan bidang pendidikan, terutama berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. b) Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas, hasil penelitian dapat membantu

meningkatkan pembinaan profesional dan supervisi kepada para guru secara lebih efektif dan efisien.

c) Bagi para guru, hasil penelitian dapat menjadi tolok ukur dan bahan pertimbangan guna melakukan pembenahan serta koreksi diri bagi pengembangan profesionalisme dalam pelaksanaan tugas profesinya. d) Bagi MTs Negeri Teras, Boyolali sebagai subjek penelitian, hasil penelitian

(11)

6

meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran sehingga tercapai hasil belajar yang optimal.

E. Kajian Pustaka

Penerapan metode CTL dalam pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami pelajaran yang disampaikan guru serta dapat memotivasi untuk mendapatkan hasil belajar maksimal. Karna itu, tema ini banyak menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian. Secara umum penelitian akan mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian selanjutnya. Penelitian terdahulu dalam bidang yang diteliti, diantaranya:

1. Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran Fiqih di MI NU KH. Mukmin Sidoarjo (2009/2010). M. Samik Rafiqi MI Darul 'Ulum II, Pamekasan. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpukan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II yaitu siklus I daya serap klasikal 59% dan siklus II daya serap klasikal 91%. Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di Kelas V MI NU KH. Mukmin Sidoarjo.

(12)

7

belajar siswa belum maksimal (2) Berdasarkan tindakan kelas putaran kedua dengan menghadirkan model dalam proses pembelajaran, hasil belajar dari 30 siswa sebanyak 27 siswa dinyatakan tuntas belajar. Penelitian ini tidak dilaksanakan SIKLUS 3 karena sudah mencapai kriteria ketuntasan belajar. 3. Peningkatan Pemahaman Belajar Konsep IPA Materi Makhluk Hidup dan

Proses Kehidupan Melalui Pembelajaran Kontekstual (Studi Kasus pada Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010). Skripsi Durrotun Nashihah: Program Studi Pendidikan Agama Islam, jurusan Tarbiyah, STAIN Salatiga Tahun 2010.

Berdasarkan hasil dari data per siklus menunjukkan bahwa perolehan nilai rata- rata pada pra siklus yaitu 62 dengan tingkat ketuntasan 62%. Pada siklus I nilai rata- rata kelas 68 dengan tingkat ketuntasannya 69%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 71 dengan tingkat ketuntasannya 77%. Pada siklus III nilai rata-rata kelas 78 dengan tingkat ketuntasannya 85%. Ini berarti menunjukkan bahwa hasil per siklusnya, mengalami peningkatan yang tergolong baik dan penelitian ini telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu ketu tasa elajar sis a a g telah ditetapka se a ak ≥ 75%.

(13)

8

kedisiplinan yang tergolong A sebanyak 16,1%, dan untuk kategori perhatian yaitu mencapai 27,8% untuk nilai A. Peningkatan terjadi pada siklus II dan III, itu terbukti dari analisis data Bab IV diatas. Jadi penerapan metode

eksploratory discovery dapat meningkatkan motivasi belajar Sain pada siswa

kelas V MI Ma’arif Puluta Ke a ata “idorejo Kota “alatiga pada tahu 9

semester I.

Dari hasil penelitian yang dikembangkan terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa judul dan subtansi penelitian penulis belum ada yang meneliti, begitu juga lokasinya. Oleh karna itu penelitian ini memenuhi unsur orisinalitas.

F. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan alur pemikiran atau penalaran seseorang yang didasarkan pada masalah penelitian yang digambarkan dengan skema secara sistematik. Atau dapat juga menjelaskan suatu variabel yang mengacu pada landasan teori. Berdasarkan kajian teori di atas, maka penulis dapat menyusun kerangka teori sebagai berikut:

Dalam proses pembelajaran di kelas guru mata pelajaran Fiqih masih menggunakan metode konvensional sehingga siswa acuh tak acuh dan tidak termotivasi dalam belajar, sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa dibawah standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru. Penggunaan metode pembelajaran konvensional seperti metode ceramah dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zaman, hal ini menjadikan guru harus bisa lebih berinovasi untuk memilih metode pembelajaran yang tepat.

(14)

9

kontinyuitas dengan dasar teoritikal dan model kurikulum. Ketiga difokuskan dalam segi praktisioner. Keempat mendiskusikan ajakan untuk perdebatan tentang kurikulum. 2) kegiatan pembelajaran termasuk metode serta penilaian atau evaluasi dan motivasi belajar siswa. Penggunaan metode yang sesuai akan menunjang peningkatan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran Fiqih salah satu metode yang tepat digunakan adalah metode pembelajaran kontekstual (CTL). Pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Selain metode yang tepat faktor lain yang sangat penting adalah pemberian motivasi belajar kepada siswa. Pemberian motivasi belajar secara simultan dapat menciptakan kesadaran belajar pada diri siswa, mencari pengalaman-pengalaman belajar di kelas, keluarga dan masyarakat, sekaligus mengamalkannya dalam bentuk pelaksanaan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan mata pelajaran Fiqih.

Dengan metode pembelajaran kontekstual (CTL) dan pemberian motivasi belajar kepada siswa secara simultan, diharapkan hasil pembelajaran meningkat dan lebih bermakna bagi siswa karena mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti, sehingga mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian.

(15)

10

Sedangkan menurut Suhardjono (2011: 58) penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya.

2. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VII A MTs Negeri Teras, Boyolali tahun 2012. Pemilihan tempat itu didasarkan pada pertimbangan 1) Proses pembelajaran Fiqih di MTs Negeri Teras Boyolali masih menggunakan metode konvensional, 2) Motivasi belajar siswa yang rendah, 3) Hasil belajar siswa dibawah standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang di tetapkan guru mata pelajaran Fiqih yaitu 7,5. Penelitian ini berlangsung selama dua bulan, yaitu bulan April sampai dengan bulan Mei 2012. Setting penelitian ini akan dilakukan dalam 3 siklus yang setiap siklusnya terdiri atas empat komponen meliputi: planning (perencanaan), acting (pelaksanaan), observasing

(pengamatan), dan reflecting (refleksi). 3. Subyek Penelitian

Subyek tentang judul penelitian Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih melalui Penerapan Metode CTL dan Pemberian Motivasi Belajar Pada Siswa kelas VII A MTs Negeri Teras, Boyolali Tahun 2012 adalah Guru mata pelajaran Fiqih dan siswa kelas VII A MTs Negeri Teras, Boyolali. Dengan perkataan lain, kelas VII A tetapkan sebagai setting kelas. Sementara itu, guru mata pelajaran Fiqih dan siswa dijadikan subjek penelitian.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Suharsimi Arikunto, 2011: 175). Penelitian ini menggunakan metode pengamatan (observasi), tes, dokumentasi dan wawancara.

1) Metode Observasi

(16)

11

Penggunaan metode observasi bertujuan yang menggambarkan keadaan ruang, peralatan, para pelaku dan juga aktifitas sosial yang sedang berlangsung.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 200) Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

(1) Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.

(2) Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan observasi sistematis yang menggunakan pedoman berupa format observasi. Adapun format observasi terdiri dari nomor urut, subjek, aspek yang diobservasi.

2) Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelejensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2010: 193). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes formatif.

3) Metode Dokumentasi

Dokumentasi yaitu peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2010: 201). Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah daftar laporan pendidikan untuk nilai Fiqih.

4) Metode Wawancara

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 198) Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (Interveiwer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (responden).

(17)

12

pembelajaran Fiqih, sehngga wawancara yang akan dilaksanakan adalah wawancara yang tidak mendalam.

5. Validitas Data

Menurut Sugiyono (2010: 363) menyatakan bahwa Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Validitas data adalah keabsahan data yang diperoleh di dalam penelitian atau suatu data yang diakui keabsahannya. Pengujian data dilakukan dengan triangulasi data untuk menjamin kemantapan dari data penelitian ini. Data yang telah dikumpulkan, diolah, diuji kesahihannya melalui teknik pemeriksaan tertentu. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yaitu, antara lain berupa teknik trianggulasi dan riview informan.

Menurut H.B Sutopo (2002: 78) menyatakan bahwa Trianggulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas dalam peningkatan kualitatif. Sedangkan Menurut Patton dalam H.B. Sutopo (2002: 78-83) trianggulasi ada 4 (empat) macam yakni Trianggulasi data, trianggulasi metode, trianggulasi peneliti, dan trianggulasi teori. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Trianggulasi data atau trianggulasi sumber, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda.

2. Trianggulasi metode, jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan metode yang berbeda.

3. Trianggulasi peneliti, yaitu hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.

4. Trianggulasi teori, trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

(18)

13

menggunakan beragam data yang tersedia, dalam arti data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara mencari data dari informan. Sedangkan dengan trianggulasi metode disini dengan hasil wawancara, pengamatan dan analisis dokumen yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan metode yang digunakan untuk mengolah data-data yang telah diperoleh selama penelitian. Teknik yang digunakan untuk menganalisa hasil belajar siswa adalah dengan cara memberikan evaluasi berupa tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu pertama, untuk menilai ulangan. Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada, sehingga diperoleh rata-rata tes.

Pertama, untuk menilai ulangan atau tes formatif peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut, sehingga diperoleh rata-rata tes formatif

(19)

14 H. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual (CTL) Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hingga 100%. Secara global menurut Muhibbin Syah (2011: 129), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

1) Faktor internal (faktor dari dala siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni keadaan/kondisi lingkungan disekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Dari dasar teori poin ketiga di atas, menjadikan acuan bagi peneliti untuk menerapkan metode pembelajaran kontekstual (CTL) guna meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas metode ini sangat efektif dan memudahkan siswa dalam memahami mata pelajaran Fiqih karna metode ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan anggota bangsa.

Berdasarkan hasil tes formatif yang diperoleh siswa kelas VII A menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL)

(20)

15

secara individual maupun klasikal dimana secara individual siswa yang mencapai KKM adalah sebanyak 30 dan yang tidak mencapai KKM sebanyak 6 orang dan secara klasikalnya adalah 83,34%. Dari indikator kinerja yang telah ditetapkan di atas bahwa hasil belajar dianggap telah meningkat apabila prosentase hasil belajar siswa mencapai 85%. Indikator yang telah ditetapkan, telah tercapai pada siklus III dimana prosentase ketuntasan siswa mencapai 100%.

Dibandingkan dengan hasil penelitian M. Samik Rafiq (2010) dan Tri Susilowati yang mencapai ketuntasan belajar 91% dan 90% hasil penelitian ini lebih baik karena mencapai ketuntasan belajar mencapai 100%. Sedangkan hasil penelitian Durrotun Nashihah (2010) yang mencapai ketuntasan belajar 85% sangat jauh dibandingkan dengan penelitian penulis yang mencapai ketuntasan belajar 100%.

2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Pemberian Motivasi Belajar secara Simultan Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hingga 100%.

(21)

16

dalam bertanya, keaktifan menjawab pertanyaan, respon dalam pembelajaran dan kedisiplinan siswa berbanding lurus dengan peningkatan hasil belajar siswa. Terbukti dengan semakin meningkatnya prosentase motivasi belajar siswa dari berbagai aspek dalam setiap siklusnya, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Keaktifan siswa dalam bertanya

Kategori Baik: Siklus I 13,89% Siklus II 27,78% Siklus III 33,33% Kategori Cukup: Siklus I 52,78% Siklus II 55,56% Siklus III 61,11% Kategori Kurang: Siklus I 33,33% Siklus II 16,66% Siklus III 5,56% 2) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan

Kategori Baik: Siklus I 30,56% Siklus II 36,11% Siklus III 44,44% Kategori Cukup: Siklus I 41,67% Siklus II 44,44% Siklus III 52,78% Kategori Kurang: Siklus I 27,77% Siklus II 19,45% Siklus III 2,78% 3) Respon siswa dalam pembelajaran

Kategori Baik: Siklus I 44,44% Siklus II 52,78% Siklus III 58,33% Kategori Cukup: Siklus I 36,11% Siklus II 38,89% Siklus III 41,67% Kategori Kurang: Siklus I 19,45% Siklus II 8,33% Siklus III 0% 4) Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran

Kategori Baik: Siklus I 30,56% Siklus II 33,33% Siklus III 47,22% Kategori Cukup: Siklus I 52,78% Siklus II 58,34% Siklus III 61,11% Kategori Kurang: Siklus I 16,66% Siklus II 8,33% Siklus III 0%.

Data di atas menunjukkan bahwa adanya peningkatan motivasi belajar secara kontinyu dari siklus I-III dari berbagai aspek, sehingga berdampak signifikan pada peningkatan hasil belajar siswa kelas VII A pada mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri Teras, Boyolali tahun 2012.

(22)

17

belajar, sedangkan hasil penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara peningkatan motivasi belajar dengan peningkatan hasil belajar disetiap siklusnya.

I. Penutup 1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, banyak hal baru yang diperoleh peneliti yang berkaitan erat antara metode pembelajaran dan pemberian motivasi belajar dengan peningkatan hasil belajar. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar tiap siklusnya. Dari pembahasan hasil penelitian di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa:

1) Penerapan metode pembelajaran kontekstual (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Fiqih mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) hingga 100% pada siswa kelas VII A MTs Negeri Teras, Boyolali pada tahun 2012.

2) Pemberian motivasi belajar secara simultan dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Fiqih mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) hingga 100% pada siswa kelas VII MTs Negeri Teras, Boyolali pada tahun 2012.

2. Implikasi

Berdasarkan simpulan atas jawaban yang telah dirumuskan di atas, dapat menimbulkan implikasi sebagai berikut:

1) Setelah mengetahui penerapan metode kontekstual (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Fiqih mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) hingga 100% pada siswa kelas VII A MTs Negeri Teras Boyolali pada tahun 2012. Maka guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar dapat menerapkan pembelajaran kontekstual (CTL).

(23)

18

hingga 100% pada siswa kelas VII A MTs Negeri Teras Boyolali pada tahun 2012. Maka guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar harus memberikan motivasi belajar secara simultan kepada siswa baik di dalam maupun di luar jam pelajaran.

3. Saran-Saran

Setelah melakukan penelitian dan pembahasan yang bersifat teori maupun dari hasil penelitian, maka penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1) Kepala Sekolah

(a) Kepala sekolah hendaknya selalu mengadakan pembinaan profesionalisme dan supervisi kepada para guru secara lebih efektif dan efisien.

(b) Kepala sekolah diharapkan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan pola pembelajaran di sekolah.

(c) Kepala sekolah diharapkan mendelegasikan guru dalam pelatihan, seminar, workshop baik dalam bidang multimedia, pendekatan pembelajaran dan segala aspek pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan.

2) Guru Mata Pelajaran Fiqih

(a) Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru menerapkan metode kontekstual (CTL) sehingga pembelajaran menjadi lebih maksimal dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(b) Dalam kegiatan pembelajaran maupun diluar pembelajaran hendaknya guru memotivasi siswa untuk mampu mengungkapkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa akan dapat mengkonstruksikan dan mengaitkan pengalamannya ke dalam konsep pelajaran yang sedang dipelajarinya.

(24)

19 3) Siswa

(a) Siswa hendaknya belajar sungguh-sungguh, agar hasil belajarnya meningkat.

(b) Siswa hendaknya meningkatkan motivasi belajarnya, agar hasil belajarnya meningkat.

(c) Siswa hendaknya mengkonstruksikan dan mengaitkan pengalamannya ke dalam konsep pelajaran yang sedang dipelajarinya.

4) MTs Negeri Teras, Boyolali

(25)

1

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Badrus Zaman, S.Pd.I. M.Pd.I, lahir disebuah desa kecil tepatnya di desa Jatiroto, Manggis, Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah pada tanggal 10 Oktober 1986. Menyelesaikan Pendidikan dasar di MI Al-Fallah Dawar tahun 1999, MTs Negeri Teras tahun 2002 dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di tempuh di MAN 1 Boyolali lulus tahun 2005. Karna kendala biaya penulis tidak bisa langsung melanjutkan pendidikan Sarjana S-1. Setahun kemudian penulis baru bisa melanjutkan pendidikan Sarjana S-1 pada Jurusan Tarbiyah Fakultas Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga lulus tahun 2010. Setelah lulus S-1 penulis langsung melanjutkan pendidikan S-2 Program Magister Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah (UMS) Surakarta. Pada tanggal 06 Oktober 2012 penulis berhasil mempertahankan tesisnya yang berjudul

Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih melalui Metode CTL dan

Pemberian Motivasi Belajar pada Siswa Kelas VII A MTs Negeri Teras, Boyolali

Tahun 2012 dihadapan dewan penguji dan dinyatakan lulus dalam menyelesaikan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, fit dapat diukur dan dianalisis dari beberapa kompatibilitas antara manusia, organisasi dan teknologi (manusia-organisasi, manusia-teknologi,

Zero fuel weight consists of operating empty weight, maximum payload and which all additional weight must be in fuel so that when the aircraft is in flight, the bending moments

- involves covering the surface of a metal with another one that is more likely to corrode, like zinc, so even if the metal becomes scratched, it is only the zinc that corrodes

WD menjamin bahwa Produk ini, jika digunakan secara normal, dalam jangka waktu yang disebutkan di bawah ini, akan bebas dari cacat, baik cacat material maupun produksi dan sesuai

Bukti kepemilikan peralatan atau surat perjanjian sewa peralatan disertai bukti kepemilikan peralatan dari yang memberikan sewa, Asli. Contoh Paving Bundarata Diameter 15 Cm, 30 Cm

Pada tahap ini penulis menuju lapangan yakni Bumi Perkemahan Kiarapayung untuk mengumpulkan data mengenai pengaruh komitmen organisasi dan social capital terhadap

namun mata pelajaran tersebut kurang mendapat perhatian lebih sehingga siswa merasa bosan dengan penyajian yang konvensional. Kurang dimanfaatkannya fasilitas di SD N 2

Pada penetapan faktor kekritisan suku cadang mesin yang sesuai dengan kondisi suku cadang HPC di GOSP Cepu, parameter pertama yang digunakan adalah aspek