• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa SMP (analisis evaluatif hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa berdasarkan urutan kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap penyusunan silabus dan mo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa SMP (analisis evaluatif hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa berdasarkan urutan kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap penyusunan silabus dan mo"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HASIL PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)

Clara Reny Puspitasari Universitas Sanata Dharma

2015

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Menganalisis hasil pendidikan karakter terintergrasi pada siswa SMP N 13 Yogyakarta, (2) Mengidentifikasi nilai karakter apa saja yang belum optimal hasilnya dalam implikasinya terhadap penyusunan silabus dan modul bimbingan karakter, (3) Menganalisis perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu, dan tunggal di SMP N 13 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Hasil Pendidikan Karakter Siswa SMP dengan jumlah 38 butir item. Aspek-aspek pendidikan karakter siswa di SMP dalam skala ini adalah nilai berhubungan dengan Tuhan (religious), nilai berhubungan dengan diri sendiri, nilai berhubungan dengan sesama, nilai berhubungan dengan lingkungan, dan nilai kebangsaan. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII di SMP N 13 Yogyakarta sejumlah 126 dari empat kelas yaitu VII B sejumlah 35 siswa, VII D sejumlah 29 siswa, VIII B sejumlah 29, VIII D sejumlah 33 siswa. Dari beberapa jumlah siswa tersebut ada yang termasuk anak sulung berjumlah 45 siswa, anak tengah sejumlah 25 siswa, anak bungsu sejumlah 46 siswa, anak tunggal sejumlah 10 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan (1) ketercapaian hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa SMP N 13 Yogyakarta adalah (0,79%) pada kategori sangat baik, (4,76%) pada kategori baik, (76,2%) pada kategori cukup, (17,46%) pada kategori buruk dan (0,79%) pada kategori sangat buruk. Dapat disimpulkan bahwa hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa yang dilaksanakan di SMP N 13 Yogyakarta cukup baik, namun belum optimal. (2) Teridentifikasi pencapaian skornya kurang optimal, 8 butir pendidikan karakter yang termasuk kategori buruk dan 3 butir yang termasuk kategori sangat buruk yang digunakan untuk penyusunan silabus dan modul bimbingan. (3) Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal. Hasil perhitungan uji beda menggunakan analisis varian (ANOVA satu arah) diperoleh hasil F= 0,302 pada pv 0,824.

(2)

ABSTRACT

THE RESULTS OF AN INTEGRATED CHARACTER EDUCATION PROGRAM FOR JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

(An Evaluative Analysis of the Results of an Integrated Character Education Program for Junior High School Students Based on Birth Order

in SMP Negeri 13 Yogyakarta Academic Year 2013/2014 and its Implication on Syllabus Development and Guidance Module)

Clara Reny Puspitasari Universitas Sanata Dharma

2015

The objectives of this research are to (1) analyze the result of an integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta, (2) identify the character values that need to be developed and its implication on the syllabus development and character guidance module, (3) analyze the differences of the results of the integrated character education among the first-born, middle, last-born and only child of SMP N 13 students in Yogyakarta. This research was a descriptive research.

The research instrument was a 38-item questionnaire of the students’ result after joining a character education program. The aspects of character education in junior high school were religious value, self value, societal value, survival value, and nationality value. The subjects in this research were seventh grade students and eighth grade students of SMP N 13 Yogyakarta. The 126 students came from 4 classes, namely 35 students from class VII B, 29 students from class VII D, 29 students from class VIII B, and 33 students from VIII D. From the data there were 45 students categorized as the first-born child in the family, 25 students as middle child, 46 students as last-born child, and 10 students the only child.

The result of this research were (1) the achievement outcome of the integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta was 0.79 %, or categorized as very good, (4.76%) categorized as good, (76.2%) in fair category, (17.46%) in poor category, and (0.79%) in very poor category. It can be concluded that the result of the integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta was in fair category and not yet maximum. (2) The unsatisfying score of the measurement items was identified, in which 8 items were categorized as bad and 3 items were categorized as very bad, and later will be used as the basis for syllabus development and guidance module (3) There were not significant differences of the result of integrated character education on the first-born, middle, last-born and only child. The result of test using One-way ANOVA F= 0,302 pv was 0.824.

(3)

i

HASIL PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran

di SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Clara Reny Puspitasari

NIM 111114021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Jika kita mempunyai mimpi untuk bahagia ayo bersama-sama berjuang meraih mimpi itu”

“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang”

(Amsal 17:22)

“Hidup adalah sebuah pilihan” (Clara Reny)

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Alm. Babe Robertus Suntoro yang bersama Bapa di Surga

Ibuku tercinta Agnes Agustin

Kakakku PertamaFX. Rendy Danu Hermantoro

Kakakku Kedua D. Rudy Yanto N.

Adikku Theresia Rhyma Octa Sari

Tim Stranas

Teman-teman Mahasiswa BK Angkatan 2011

(7)
(8)
(9)

vii ABSTRAK

HASIL PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)

Clara Reny Puspitasari Universitas Sanata Dharma

2015

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1)Menganalisis hasil pendidikan karakter terintergrasi pada siswa SMP N 13 Yogyakarta, (2) Mengidentifikasi nilai karakter apa saja yang belum optimal hasilnya dalam implikasinya terhadap penyusunan silabus dan modul bimbingan karakter, (3) Menganalisis perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu, dan tunggal di SMP N 13 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Hasil Pendidikan Karakter Siswa SMP dengan jumlah 38 butir item. Aspek-aspek pendidikan karakter siswa di SMP dalam skala ini adalah nilai berhubungan dengan Tuhan (religious), nilai berhubungan dengan diri sendiri, nilai berhubungan dengan sesama, nilai berhubungan dengan lingkungan, dan nilai kebangsaan. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII di SMP N 13 Yogyakarta sejumlah 126 dari empat kelas yaitu VII B sejumlah 35 siswa, VII D sejumlah 29 siswa, VIII B sejumlah 29, VIII D sejumlah 33 siswa. Dari beberapa jumlah siswa tersebut ada yang termasuk anak sulung berjumlah 45 siswa, anak tengah sejumlah 25 siswa, anak bungsu sejumlah 46 siswa, anak tunggal sejumlah 10 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan (1) ketercapaian hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa SMP N 13 Yogyakarta adalah (0,79%) pada kategori sangat baik, (4,76%) pada kategori baik, (76,2%) pada kategori cukup, (17,46%) pada kategori buruk dan (0,79%) pada kategori sangat buruk. Dapat disimpulkan bahwa hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa yang dilaksanakan di SMP N 13 Yogyakarta cukup baik, namun belum optimal. (2) Teridentifikasi pencapaian skornya kurang optimal, 8 butir pendidikan karakter yang termasuk kategori buruk dan 3 butir yang termasuk kategori sangat buruk yang digunakan untuk penyusunan silabus dan modul bimbingan. (3) Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal. Hasil perhitungan uji beda menggunakan analisis varian (ANOVA satu arah) diperoleh hasil F= 0,302 pada pv 0,824.

(10)

viii ABSTRACT

THE RESULTS OF AN INTEGRATED CHARACTER EDUCATION PROGRAM FOR JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

(An Evaluative Analysis of the Results of an Integrated Character Education Program for Junior High School Students Based on Birth Order

in SMP Negeri 13 Yogyakarta Academic Year 2013/2014 and its Implication on Syllabus Development and Guidance Module)

Clara Reny Puspitasari Universitas Sanata Dharma

2015

The objectives of this research are to (1) analyze the result of an integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta, (2) identify the character values that need to be developed and its implication on the syllabus development and character guidance module, (3) analyze the differences of the results of the integrated character education among the first-born, middle, last-born and only child of SMP N 13 students in Yogyakarta. This research was a descriptive research.

The research instrument was a 38-item questionnaire of the students’ result after joining a character education program. The aspects of character education in junior high school were religious value, self value, societal value, survival value, and nationality value. The subjects in this research were seventh grade students and eighth grade students of SMP N 13 Yogyakarta. The 126 students came from 4 classes, namely 35 students from class VII B, 29 students from class VII D, 29 students from class VIII B, and 33 students from VIII D. From the data there were 45 students categorized as the first-born child in the family, 25 students as middle child, 46 students as last-born child, and 10 students the only child.

The result of this research were (1) the achievement outcome of the integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta was 0.79 %, or categorized as very good, (4.76%) categorized as good, (76.2%) in fair category, (17.46%) in poor category, and (0.79%) in very poor category. It can be concluded that the result of the integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta was in fair category and not yet maximum. (2) The unsatisfying score of the measurement items was identified, in which 8 items were categorized as bad and 3 items were categorized as very bad, and later will be used as the basis for syllabus development and guidance module (3) There were not significant differences of the result of integrated character education on the first-born, middle, last-born and only child. The result of test using One-way ANOVA F= 0,302 pv was 0.824.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

perlindungan, pendampingan, dan doa dalam persiapan, pelaksanaan serta

penyelesaian penelitian dalam bentuk skripsi ini.

Penulis menyadari tanpa ada dukungan, bimbingan dan doa dari banyak pihak

maka penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini penulis megucapkan terima kasih yang tulus iklas dari hati yang

paling dalam kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M. Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk

penulisan skripsi ini, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah

membimbing dengan kesabaran hati, menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan

memberikan masukan serta dukungan kepada penulis hingga skripsi ini bisa

sampai selesai.

2. Bapak dan Ibu Dosen serta Tim Peneliti Stranas Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan motivasi dan

membekali berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berarti bagi penulis dalam

(12)

x

3. Kepala Sekolah dan guru BK SMP Negeri 13 Yogyakarta yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan uji coba penelitian

bersama Tim Peneliti Stranas.

4. Para Siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 13 Yogyakarta yang telah

berpartisipasi dan meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dalam

pengumpulan data.

5. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik tercinta Alm. Robertus Suntoro, Agnes Agustin,

FX. Rendy Danu Hermantoro, Dominicus Rudy Yanto Neswantoro, Th. Rhyma

Octa Sari atas dukungan, doa, perhatian, kasih sayang yang luar biasa serta biaya

yang diberikan selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

6. Simbah Kakung dan Simbah Uti yang telah memberikan semangat dan doa

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu guru SMK Leonardo Klaten, Pak Pras dan Bu Netty yang selalu

memberikan dukungan, semangat yang luar biasa kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

8. Ibu Indri yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dalam membimbing

statistika dengan lancar.

9. Mas Moko yang telah memberikan pelayanan yang begitu ramah, sabar, humoris

selama penulis menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

10.Teman-teman angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan dan motivasi,

(13)
(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

Bab I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C.Pembatasan Masalah... 9

D.Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

G.Definisi Operasional Variabel dan Batasan Istilah ... 12

Bab II LANDASAN TEORI ... 14

A.Hakikat Pendididikan Karakter ... 14

1. Pengertian Karakter ... 14

(15)

xiii

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 16

4. Prinsip – prinsip Pendidikan Karakter ... 16

5. Nilai – nilai Pendidikan Karakter ... 17

6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 21

7. Pendidikan Karakter Secara Terpadu di SMP ... 23

8. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di SMP ... 26

9. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pendidikan Karakter ... 30

B. Hakikat Siswa dan Urutan Kelahiran ... 31

1. Definisi Siswa atau Peserta Didik ... 31

2. Karakteristik Remaja ... 32

3. Karakter Siswa atau Peserta Didik SMP ... 33

4. Urutan Kelahiran ... 34

a. Definisi ... 34

b. Anak Sulung ... 34

c. Anak Tengah ... 35

d. Anak Bungsu ... 36

e. Anak Tunggal ... 37

5. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter ... 38

C. Hakikat Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi... 40

1. Definisi Evaluasi Hasil dan Tujuan ... 40

2. Ciri-ciri atau Persyaratan Evaluasi Program ... 41

3. Manfaat Evaluasi Program ... 42

4. Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 44

D. Penyusunan Silabus dan Modul Bimbingan ... 45

1. Silabus ... 45

2. Modul Bimbingan ... 46

E. Hasil Penelitian Relevan ... 49

F. Kerangka Pikir ... 49

(16)

xiv

Bab III METODOLOGI PENELITIAN ... 53

A.Jenis Penelitian ... 53

B.Subyek Penelitian ... 53

C.Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 54

1. Cara Pemberian Skor Item ... 55

2. Konstruk Intrumen ... 55

3. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 56

a. Validitas ... 56

b. Reliabilitas ... 57

D.Uji Empirik Kuesioner Hasil Pendidikan Karakter di SMP ... 59

1. Validitas Kuesioner ... 59

2. Reliabilitas Kuesioner ... 60

E. Prosedur Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data ... 60

1. Persiapan dan Pelaksanaan ... 60

2. Teknik Analisis Data ... 61

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

1. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ... 67

2. Mengidentifikasi butir-butir skor hasil pendidikan karakter Terintegrasi yang buruk frekuensi kemunculannya pada siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta dalam implikasinya untuk penyusunan Silabus dan Modul bimbingan ... 71

B. Analisis Data ... 72

1. Uji Normalitas ... 72

2. Uji Homogenitas ... 73

3. Uji Hipotesis Penelitian ... 74

(17)

xv

D. Implikasi Hasil Penelitian: Penyusunan Silabus

dan Modul Bimbingan ... 83

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

A.Kesimpulan ... 85

B.Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi Pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Subyek Penelitian Siswa ... 54

Tabel 2. Kriteria Guilford ... 59

Tabel 3. Koefisien Reliabilitas Instrumen ... 60

Tabel 4. Kategorisasi PAP Tipe I ... 63

Tabel 5. Norma Kategori Tingkat Ketercapaian Hasil Pendidikan Karakter... 64

Tabel 6. Data Urutan Kelahiran ... 65

Tabel 7. Kategorisasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 67

Tabel 8. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi Berdasarkan Urutan Kelahiran ... 69

Tabel 9. Kategori Skor Item Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 71

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 73

Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas ... 74

Tabel 12. Rata-rata Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 75

(20)

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

pada Siswa SMP N 13 Yogyakarta ... 68 Grafik 2. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

Berdasarkan Urutan Kelahiran

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Hasil Pendidikan Karakter ... 91

Lampiran 2 Konstruk Instrument Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 101

Lampiran 3 Tabulasi Data Hasil Pendidikan Karakter Siswa SMP N 13 Yogtakarta ... 103

Lampiran 4 Data Hasil Uji Validitas Butir Item Pendidikan Karakter ... 113

Lampiran 5 Penggolongan Item Valid dan Tidak Valid ... 122

Lampiran 6 Tabulasi Penggolongan Item Valid sesudah Uji Coba ... 124

Lampiran 7 Item-item Pernyataan yang Tergolong dalam Kategori Buruk dan Sangat Buruk ... 126

Lampiran 8 Silabus Bimbingan dan Konseling Kelas VII dan VIII ... 128

Lampiran 9 Modul Bimbingan ... 134

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana dalam proses

pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang

menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu sehat dan

berakhlak mulia seperti yang telah di tuliskan dalam Pasal 3 Undang-undang

nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan

Nasional menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab (Suyadi, 2013).

Pendidikan nasional mengemban misi untuk membangun manusia

sempurna untuk membangun bangsa dan jati diri yang utuh dibutuhkan sistem

(23)

pelaksanaan yang baik. Demikian, pendidikan nasional harus bermutu dan

berkarakter. Karakter seseorang terbentuk sejak lahir dan dipengaruhi oleh

faktor genetik dan lingkungan sekitar. Pembentukan karakter terjadi secara

sengaja maupun tanpa disengaja oleh diri seseorang yang tercermin dalam

perilakunya. Karakter atau watak seseorang dapat dibentuk, dapat

dikembangkan dengan pendidikan nilai. Pendidikan nilai akan membawa pada

pengetahuan nilai, pengetahuan nilai akan membawa pada proses internalisasi

nilai, dan proses internalisasi nilai akan mendorong seseorang untuk

mewujudkannya dalam tingkah laku, dan akhirnya pengulangan tingkah laku

yang sama akan menghasilkan karakter atau watak seseorang.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan

Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 Ayat (3) menyebutkan bahwa

pendidikan dasar, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan

membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang (a) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b)

berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif,

dan inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d) toleran, peka sosial,

demokratis, dan tanggung jawab. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa tujuan

pendidikan di setiap jenjang, termasuk SMP sangat berkaitan dengan

(24)

Karakter atau watak itu penting, dapat disimak dari hasil penelitian di

Harvard University Amerika Serikat yang memaparkan bahwa kesuksesan

hidup seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan

kemampuan teknis (hard skill) yang diperoleh lewat pendidikan, tetapi lebih

oleh kemampuan mengelola diri yang di dalamnya termasuk karakter dan

orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, bahwa kesuksesan

seseorang hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisinya 80% oleh

soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill dari pada hard skill. Hal ini

mengisyaratkan bahwa pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk

dikembangkan (Adisusilo, 2012).

Pendidikan karakter saat ini sudah diselenggarakan oleh lembaga

pendidikan formal yaitu sekolah. Berbagai sekolah sudah mencanangkan

pendidikan karakter. Sekolah merupakan tempat proses belajar mengajar

untuk mendidik, melatih, membimbing peserta didik agar mencapai tujuan

pendidikan serta mengembangkan nilai-nilai karakter yang menjadikan

pribadi yang bermartabat. Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan

karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara

kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan

nilai secara nyata. Maka dari itu Pendidikan karakter yang selama ini ada

(25)

perlu dikembangkan secara lebih operasional sehingga mudah

diimplementasikan di sekolah.

Pendidikan karakter di sekolah pada dasarnya dapat diintegrasikan

dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang

berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu

dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan

sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada

tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan

nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Pendidikan karakter di sekolah juga diintegrasikan pada kegiatan

pembinaan kesiswaan. Kegiatan ini merupakan salah satu media yang

potensial untuk pendidikan karakter dan peningkatan mutu akademik

peserta didik. Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan

manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah

bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan

dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara

memadai.

Namun selama ini pelaksaanaan pendidikan karakter di SMP saat ini

belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Selain hanya berhenti dalam

tataran kognitif, muatan nilai-nilai karakter yang diintegrasikan ke berbagai mata pelajaran sifatnya hanya “tempelan” semata. Nilai-nilai karakter sekedar

(26)

dalam proses pembelajarannya. Mengingat begitu penting karakter, maka

institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya melalui

proses pembelajaran.

Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan

untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi saat ini. Krisis itu antara lain

berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan

anak-anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan

menyontek, dan penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perkosaan,

perampasan menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum diatasi secara

tuntas. Perilaku remaja juga diwarnai dengan gemar menyontek, kebiasaan

bullying di sekolah dan tawuran. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana karena tindakan

ini telah menjurus kepada tindakan kriminal.

Berdasarkan survey nasional yang dilakukan oleh The Ethics of

American Youth, dari Josephson Institue of Ethics, diketahui bahwa perilaku siswa dalam jangka waktu 12 bulan yaitu: 82% mengakui bahwa mereka

berbohong kepada orang tua, 62% mengakui bahwa mereka berbohong

kepada seorang guru, 33% menjiplak tugas dari internet, 60% menipu selama

pelaksanaan ujian sekolah, 23% mencuri sesuatu dari seorang teman, dan 28%

mencuri sesuatu dari toko (Zubaedi, 2011).

Hal tersebut menunjukkan pentingnya pendidikan karakter di sekolah

(27)

mereka yang perlu dikembangkan dengan baik melalui menanamkan

pendidikan karakter, selama ini pendidikan karakter yang di berikan di

sekolah baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai,

dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan

sehari-hari. Perlu dilakukan evaluasi komprehensif tentang efektivitas

pendidikan karakter yang telah berlangsung dengan sistem terintegrasi di

SMP.

Maka sasaran pendidikan karakter di sekolah yaitu siswa SMP. Dilihat

dari perkembangannya siswa SMP tergolong ke dalam fase remaja awal,

remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa

dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Masa remaja ini merupakan masa menemukan jati diri, jadi sangat rawan

sekali untuk terpengaruh pergaulan remaja, kenakalan remaja, serta berbagai

masalah yang berkaitan dengan karakter karena masa remaja ini mereka akan

melakukan banyak pemberontakan dan mencari kesenangan sesuai yang

diinginkan.

Siswa sebagai pelajar di SMP terdiri dari berbagai macam status

urutan kelahiran anak dalam keluarga dan karakteristik yang berbeda-beda.

Status urutan anak sulung, anak sulung merupakan anak pertama dari sebuah

keluarga mempunyai karakteristik yang unik karena anak sulung merupakan

(28)

keluarga. Anak sulung mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang penuh

dari orang tua dan keluarga, maka karakter yang dimiliki anak sulung unik.

Maka ada anggapan bahwa anak sulung mempunyai karakteristik lebih baik

daripada adik-adiknya (Fikriawati, 2007)

Anak tengah merupakan anak yang lahir diantara anak sulung dan

anak bungsu pada keluarga. Kedudukan anak tersebut berada pada kedudukan

terjepit. Anak tengah lebih mudah membina relasi dibanding anak sulung dan

bungsu. Anak bungsu merupakan anak terakhir pada keluarga. Anak bungsu

mempunyai karakteristik sebagai anak manja karena menjadi pusat perhatian

orang tua, kakak-kakaknya maupun orang lain. Dengan mendapatkan

perhatian terus menerus mengakibatkan sifat-sifat anak ini menjadi

kekanak-kanakan, cepat putus asa dan emosi. Anak bungsu biasanya lucu dan menarik

perhatian orang lain. Mengenai anak tunggal yang pada umunya merupakan

anak satu-satunya dalam keluarga menjadikan anak yang manja kepada orang

tuanya karena hanya ia yang menjadi pusat perhatian dari orang tua.

Melihat urutan kelahiran siswa dapat berpengaruh terhadap pendidikan

karakter di sekolah. Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter diberikan di

sekolah lewat mata pelajaran, kegiataan pembinaan kesiswaan, manajemen

sekolah yang telah di sampaikan pihak sekolah. Menjadikan tolok ukur untuk

(29)

efektivitas hasil pendidikan itu sudah mencapai hasil yang maksimal atau

malah belum mencapai hasil?.

Oleh sebab itu, SMP Negeri 13 Yogyakarta adalah salah satu sekolah

yang menjadi penelitian pendidikan karakter terintegrasi secara nasional.

Berdasarkan penelitian sewaktu melakukan penelitian pendidikan karakter

peneliti melihat gambaran mengenai evaluasi hasil pendidikan karakter di

SMP Negeri 13 Yogyakarta apakah ada perbedaan hasil pendidikan karakter

dilihat dari urutan kelahiran siswa di sekolah.

Setelah melihat semua hal di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat judul “HASIL PENDIDIKAN KARAKTER

TERINTEGRASI PADA SISWA SMP” (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)” dalam penelitian skripsi ini.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan

efektivitas hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa berdasarkan

urutan kelahiran diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Fungsi pendidikan nasional menyangkut pembentukan watak belum teruji.

(30)

3. Pendidikan nilai di sekolah kurang nampak dan sangat minim.

4. Proses pendidikan karakter belum berjalan sebagaimana mestinya di

sekolah.

5. Nilai-nilai pendidikan karakter hanya di pahami secara kognitif sampai ada

penghayatan afektif tanpa ada penerapan langsung di sekolah.

6. Pelaksanaan pendidikan karakter belum menunjukkan hasil yang

memuaskan.

7. Ada indikasi perbedaan efektifitas hasil pendidikan karakter pada siswa

sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta.

8. Perbedaan hasil pendidikan karakter pada siswa sulung, tengah, bungsu dan

tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan pada menjawab

masalah-masalah yang termuat pada butir nomer 6, 7, 8 yang teridentifikasi di atas

khususnya masalah mengenai seberapa efektif hasil pendidikan karakter

terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13

(31)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusah masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa baik hasil pencapaian pendidikan karakter terintegrasi pada siswa

SMP Negeri 13 Yogyakarta?

2. Butir-butir pendidikan karakter mana yang terindikasi belum optimal

hasilnya yang berdampak implikatif terhadap penyusunan silabus dan

modul bimbingan?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada

siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Menganalisis hasil pendidikan karakter terintergrasi pada siswa SMP

Negeri 13 Yogyakarta.

2. Mengidentifikasi nilai karakter apa saja yang belum optimal hasilnya

dalam implikasinya terhadap penyusunan silabus dan modul bimbingan

karakter.

3. Menganalisis perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa

(32)

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa

manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap

pengembangan pengetahuan mengenai pendidikan karakter terintegrasi

pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13

Yogyakarta. Serta sebagai wacana untuk membuat silabus dan modul

bimbingan mengenai cara yang dapat digunakan oleh sekolah dalam

meningkatkan pendidikan karakter.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala sekolah dan para guru SMP Negeri 13 Yogyakarta

Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan

oleh sekolah untuk melihat seberapa efektif pencapaian hasil

pendidikan karakater terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu

dan tunggal yang ada di SMP Negeri 13 Yogyakarta. Selain itu,

sekolah juga dapat menentukan langkah-langkah yang dapat diberikan

kepada siswa untuk dapat meningkatkan pendidikan karakter yang ada

dalam diri siswa tersebut.

b. Bagi siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 13 Yogyakarta

Para siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 13 Yogyakarta ini dapat

(33)

pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu

dan tunggal yang ada dalam diri mereka dan memikirkan kiat-kiat

untuk mengatasinya.

c. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui dan memahami bagaimana efektivitas hasil

pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu

dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta dan dapat mengusulkan

penyusunan silabus dan modul bimbingan yang sesuai bagi mereka.

G. Definisi Operasional Variabel dan Batasan Istilah

Adapun definisi operasional variabel dan batasan istilah dalam penelitian ini

yaitu:

1. Karakter adalah nilai-nilai universal perilaku atau sikap manusia yang

meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan

Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun dengan lingkungan yang

terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat

istiadat.

2. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran

(34)

terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan,

maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

3. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi adalah pencapaian karakter atau

watak yang dihasilkan dari pendidikan karakter di sekolah yang dipadukan

didalam mata pelajaran saat proses pembelajaran yang diterima oleh

siswa, sehingga dalam kehidupan sehari-hari siswa dapat menunjukkan

perilaku sesuai dengan nilai karakter yang diharapkan.

4. Evaluasi hasil pendidikan karakter terintegrasi adalah upaya menilai,

mengukur, dan menakar seberapa jauh capaian indikator keberhasilan

pendidikan karakter sebagaimana dipaparkan dalam pedoman pendidikan

karakter yang dicanangkan oleh Direktorat Kementerian Pendidikan

Nasional.

5. Siswa atau Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia

pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

6. Urutan Kelahiran adalah posisi anak dalam keluarga yaitu anak sulung,

anak tengah, anak bungsu dan anak tunggal.

7. Anak sulung adalah anak pertama dalam keluarga.

8. Anak tengah adalah anak yang lahir ditengah antara anak sulung dan anak

bungsu dalam keluarga.

9. Anak bungsu adalah anak urutan terakhir dalam keluarga.

(35)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan hakikat pendidikan karakter, hakikat siswa serta

status urutan kelahiran, hakikat evaluasi hasil pendidikan karakter terintegrasi dan

penyusunan silabus serta modul bimbingan.

A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter

Kata “character” berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti

to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas. Character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan melahirkan suatu pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku yang

bersifat individual, keadaan moral seseorang.

Secara etimologis, kata karakter bisa berarti sifat-sifat kejiwaan,

akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang. Orang berkarakter

berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti atau akhlak.

Seperti ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak.

Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri

seseorang yang bersumber dari proses alamiah sebagai hasil yang diterima

dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak

lahir. Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter dengan

(36)

Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati,

jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,

berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Individu yang berkarakter

baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal

yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa

dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan

mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan

kesadaran, emosi dan motivasi perasaannya (Suyanto, 2010).

Berdasarkan dari uraian pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa

karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual yang membentuk

watak atau kepribadian yang bersifat khas yang membedakan seseorang

dengan orang yang lain.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Sudrajat (2010), pendidikan karakter adalah suatu sistem

penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi

komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa

(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga

menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua

komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen

(37)

penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,

pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,

pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga

dan lingkungan sekolah.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada

pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara

utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui

pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri

meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak

mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Suyanto, 2010).

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan Nasional (2010), menyatakan bahwa

pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter;

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

pemikiran, perasaan, dan perilaku;

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter;

(38)

e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku

yang baik;

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang

yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan

membantu mereka untuk sukses;

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik;

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi

tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang

sama;

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter;

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam

usaha membangun karakter;

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru

karakter, dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta didik.

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Menurut Suyanto (2010), ada 20 nilai karakter utama yang

disarikan dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas nomor 23 tahun

2006) dan SK/KD (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006) yaitu:

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius)

Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu

(39)

b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

1) Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

2) Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap

diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),

negara dan Tuhan YME.

3) Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam

menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan

buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas

(40)

6) Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan

tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

7) Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat

mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru,

menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,

serta mengatur permodalan operasinya.

8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika

untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa

yang telah dimiliki.

9) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.

10)Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar.

11)Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

(41)

c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi

milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri

sendiri serta orang lain.

2) Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan

masyarakat dan kepentingan umum.

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan

menghormati keberhasilan orang lain.

4) Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa

maupun tata perilakunya ke semua orang.

5) Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya

(42)

ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

1) Nasionalis

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

2) Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal

baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui

terutama melalui pencapaian butir-butir Standar Kompetensi Lulusan oleh

peserta didik yang meliputi sebagai berikut:

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap

perkembangan remaja;

b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;

(43)

d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang

lebih luas;

e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan

sosial ekonomi dalam lingkup nasional;

f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan

sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;

g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;

h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan

potensi yang dimilikinya;

i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari;

j. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;

k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;

l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara

kesatuan Republik Indonesia;

m. Menghargai karya seni dan budaya nasional;

n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;

o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan

waktu luang dengan baik;

p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;

(44)

pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan

pendapat;

r. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah

pendek sederhana;

s. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca,

dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

sederhana;

t. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti

pendidikan menengah;

u. Memiliki jiwa kewirausahaan.

7. Pendidikan Karakter Secara Terpadu di SMP

Berdasarkan pedoman Kementerian Pendidikan Nasional (2010),

pendidikan karakter secara terpadu di SMP dilaksanakan melalui proses

pembelajaran, manajamen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan.

a. Pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran

Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah

pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya

nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku

peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang

berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.

Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta

(45)

untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan

menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikan perilaku.

Pada struktur kurikulum SMP, dasar setiap mata pelajaran memuat

materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara subtantif, setidaknya

terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan

budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata

pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai sampai

taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi

nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran di SMP mengarah

pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari melalui

proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian.

b. Pendidikan karakter secara terpadu melalui manajemen sekolah

Pada konteks dunia pendidikan, yang dimaksud dengan

manajemen pendidikan sekolah adalah suatu proses perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dalam upaya untuk menghasilkan

lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan itu sendiri.

Penyelenggaraan pendidikan karakter memerlukan pengelolaan yang

memadai. Pengelolaan yang dimaksudkan adalah bagaimana pembentukan

karakter dalam pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan

(46)

direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut antara lain

meliputi: (1) nilai-nilai karakter kompetensi lulusan, (2) muatan

kurikulum nilai-nilai karakter, (3) nilai-nilai karakter dalam pembelajaran,

(4) nilai karakter pendidik dan tenaga kependidikan, dan (5)

nilai-nilai karakter pembinaan kepesertadidikan.

Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang

terpadu dengan manajemen sekolah antara lain: (1) pelanggaran tata tertib

yang berimplikasi pada pengurangan nilai dan hukuman/pembinaan, (2)

penyediaan tempat-tempat pembuangan sampah, (3) penyelenggaraan

kantin kejujuran, (4) penyediaan kotak saran, (5) penyediaan sarana

ibadah dan pelaksanaan ibadah, misalnya: shalat dhuhur berjamaah, (6)

Salim-taklim (jabat tangan) setiap pagi saat siswa memasuki gerbang

sekolah, (7) pengelolaan dan kebersihan ruang kelas oleh siswa, dan

bentuk-bentuk kegiatan lainnya.

c. Pendidikan karakter secara terpadu melalui kegiatan pembinaan kesiswaan

Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di

luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu

pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan

minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh

pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan

(47)

Visi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah berkembangnya

potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan

kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan

masyarakat. Misi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah (1) menyediakan

sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan

kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan

kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengeskpresikan

diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

8. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di SMP

Berdasarkan pedoman pendidikan karakter Kementerian Pendidikan

Nasional (2010), penyelenggaraan pendidikan karakter di SMP dilakukan

secara terpadu melalui 3 (tiga) jalur, yaitu: Pembelajaran, Manajemen

Sekolah, dan Kegiatan pembinaan kesiswaan. Langkah pendidikan karakter

meliputi: Perancangan, Implementasi, Evaluasi, dan Tindak lanjut.

a. Perancangan

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap penyusunan

rancangan antara lain:

1) Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat

merealisasikan pendidikan karakter, yaitu nilai-nilai/perilaku yang

perlu dikuasai, dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan karakter peserta didik

(48)

pembelajaran pada mata pelajaran; (b) terpadu dengan manajemen

sekolah; dan (c) terpadu melalui kegiatan pembinaan kesiswaan.

2) Mengembangkan materi pendidikan karakter untuk setiap jenis

kegiatan di sekolah.

3) Mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap kegiatan di sekolah

(tujuan, materi, fasilitas, jadwal, pengajar/fasilitator, pendekatan

pelaksanaan, evaluasi).

4) Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pendidikan

karakter di sekolah.

Perencanaan kegiatan program pendidikan karakter di sekolah

mengacu pada jenis-jenis kegiatan, yang setidaknya memuat unsur-unsur:

tujuan, sasaran kegiatan, substansi kegiatan, pelaksana kegiatan dan

pihak-pihak yang terkait, mekanisme pelaksanaan, keorganisasian, waktu

dan tempat, serta fasilitas pendukung.

b. Implementasi

1) Pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada

semua mata pelajaran.

Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma,

iman dan ketaqwaan) diimplementasikan dalam pembelajaran mata

pelajaran-mata pelajaran yang terkait, seperti Agama, PKn, IPS, IPA,

Penjas Orkes, dan lain-lainnya. Hal ini dimulai dengan pengenalan

(49)

pengamalan nilai secara nyata oleh peserta didik dalam kehidupan

sehari-hari.

2) Pembentukan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah .

Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma,

iman dan lain-lain) diimplementasikan dalam aktivitas manajemen

sekolah, seperti pengelolaan: siswa, regulasi/peraturan sekolah,

sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan,

pembelajaran, penilaian, dan informasi, serta pengelolaan lainnya.

3) Pembentukan karakter yang terpadu dengan Kegiatan pembinaan

kesiswaan.

Beberapa kegiatan pembinaan kesiswaan yang memuat

pembentukan karakter antara lain:

a) Olah raga (sepak bola, bola voli, bulu tangkis, tenis meja, dan

lain-lain),

b) Keagamaan (baca alkitab, ibadah, dan lain-lain),

c) Seni budaya (menari, menyanyi, melukis, teater),

d) KIR,

e) Kepramukaan,

f) Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta didik (LDKS),

g) Palang Merah Remaja (PMR),

h) Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA),

(50)

j) Kesehatan, dan lain-lainnya.

c. Monitoring

Monitoring merupakan serangkaian kegiatan untuk memantau

proses pelaksanaan program pembinaan pendidikan karakter. Fokus

kegiatan monitoring adalah pada kesesuaian proses pelaksanaan program

pendidikan karakter berdasarkan tahapan atau prosedur yang telah

ditetapkan. Evaluasi cenderung untuk mengetahui sejauhmana efektivitas

program pendidikan karakter berdasarkan pencapaian tujuan yang telah

ditentukan. Hasil monitoring digunakan sebagai umpan balik untuk

menyempurnakan proses pelaksanaan program pendidikan karakter.

Monitoring dan evaluasi secara umum bertujuan untuk

mengembangkan dan meningkatkan kualitas program pembinaan

pendidikan karakter sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

Secara rinci tujuan monitoring dan evaluasi pembentukan karakter adalah

sebagai berikut:

1) Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung

keterlaksanaan program pendidikan karakter di sekolah.

2) Memperoleh gambaran mutu pendidikan karakter di sekolah secara

umum.

3) Melihat kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program dan

mengidentifikasi masalah yang ada, dan selanjutnya mencari solusi

(51)

4) Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan

untuk menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program

pendidikan karakter ke depan.

5) Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan untuk bahan

pembinaan dan peningkatan kualitas program pembentukan karakter.

6) Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program pembinaan

pendidikan karakter di sekolah.

d. Tindak lanjut

Hasil monitoring dan evaluasi dari implementasi program

pembinaan pendidikan karakter digunakan sebagai acuan untuk

menyempurnakan program, mencakup penyempurnaan rancangan,

mekanisme pelaksanaan, dukungan fasilitas, sumber daya manusia, dan

manajemen sekolah yang terkait dengan implementasi program

(Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter Menurut Zubaedi (2011) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pendidikan karakter, yaitu:

a. Insting (naluri)

Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia dimotivasi

(52)

b. Adat atau kebiasaan

Adat atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara

berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti

berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain sebagainya.

c. Keturunan

Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat mempengaruhi

pembentukan karakter seseorang.

d. Lingkungan

Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak

sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan di mana

seseorang berada.

B. Hakikat Siswa dan Urutan Kelahiran Anak 1. Definisi Siswa atau Peserta Didik

Menurut Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional, peserta didik atau siswa adalah anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Desmita, 2012).

Dalam persektif pedagogis, peserta didik di artikan sebagai sejenis

makhluk “homo educandum”, makhluk yang menghajat pendidikan. Dalam

pengertian ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki

(53)

mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap

(Desmita, 2012).

Menurut Sardiman (2014), siswa adalah salah satu komponen

manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar.

Siswa didiklah yang menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian. Di

dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih

cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapai secara optimal.

2. Karakteristik Remaja

Masa remaja sering dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh

Erikson disebut dengan identitas ego (Hartinah, 2011). Hal tersebut terjadi

karena masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan

anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa.

Karakteristik remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi sehingga seringkali ingin mencoba-coba, menghayal, dan merasa

gelisah, serta berani melakukan pertentangan jika dirinya merasa disepelekan atau “tidak dianggap”. Oleh karena itu, remaja sangat memerlukan

keteladanan, konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empatik dari orang

dewasa. Seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya

sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan di masyarakat

yang dilakukan oleh orang dewasa/orang tua, antara apa yang sering dikatakan

(54)

didengungkan di mana-mana, tetapi kemaksiatan juga disaksikan

dimana-mana oleh remaja (Hartini, 2011).

3. Karakteristik Siswa atau Peserta Didik SMP

Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang

diperoleh lingkungan. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal

guru perlu memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik bawaan

merupakan karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik menyangkut faktor

biologis maupun faktor sosial psikologis.

Menurut Desmita (2012), anak usia sekolah menengah (SMP) berada

pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun). Terdapat sejumlah

karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu:

a. Terjadi ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.

b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.

c. Kecenderungan ambivalensi, antara keingiann menyendiri dengan

keinginan bergaul, serta keiginan untuk bebas dari dominasi dengan

kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.

d. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma

dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

e. Mulai mempertanyakan secara skeptik mengenai eksistensi dan sigat

kemurahan dan keadilan Tuhan.

(55)

g. Mulai mengembangkan standard dan harapan terhadap perilaku dari

sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.

h. Kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas.

4. Urutan Kelahiran a. Definisi

Kehadiran anak sangat penting bagi keluarga dan anak menduduki

posisi tertentu berdasarkan urutan kelahiran serta mempunyai pengaruh

dalam perkembangan selanjutnya. Menurut Adler (Semiun, 2013)

mengemukakan beberapa hipotesis umum mengenai urutan kelahiran.

Adler menunjukkan perbedaan-perbedaan antara anak sulung, tengah

anak bungsu dan anak tunggal.

Urutan kelahiran adalah posisi anak dalam keluarga yaitu anak

sulung, anak bungsu, anak tengah dan anak tunggal.

b. Anak Sulung

Anak sulung merupakan anak yang lahir pertama. Anak sulung

menempatkan posisi yang istimewa, karena kelahirannya

ditunggu-tunggu oleh anggota keluarga. Keistimewaan posisinya membuat

karakter anak sulung unik. Anak sulung mendapatkan kasih sayang,

perhatian yang cukup banyak dari ayah dan ibunya. Anak sulung juga

memiliki beban yang cukup berat dari orang tuanya karena menaruh

harapan dan tanggung jawab yang besar kepada anak sulung (Semiun,

(56)

Kepribadian anak sulung atau anak pertama yaitu:

1) Berperilaku secara matang karena berhubungan dengan orang-orang

dewasa dan memikul tanggung jawab.

2) Cenderung mengikuti kehendak dan tekanan kelompok dan mudah

dipengaruhi untuk mengikuti kehendak orang tua.

3) Mengembangkan kemampuan memimpin sebagai akibat dari harus

memikul tanggung jawab. Tetapi ini sering disanggah dengan

kecenderungan untuk menjadi “bos”.

4) Berprestasi tinggi karena tekanan dan harapan orang tua.

5) Kurang agresif atau kurang berani karena perlindungan orang tua

yang berlebihan.

6) Mandiri dan Tepat waktu.

(Hurlock, 1980)

c. Anak Tengah

Anak tengah merupakan anak yang lahir di antara anak sulung

dan bungsu. Anak tengah yang terkenal dengan keterampilan mereka

bernegosiasi. Karena posisi yang "terjepit" maka mereka ingin

mendapatkan perhatian dari orang tua atau orang-orang lain di sekitarnya.

Anak tengah cukup sulit untuk dijabarkan, namun mereka cenderung

(57)

Kepribadian anak tengahyaitu:

1) Cenderung lebih mandiri sehingga dapat membentuk karakternya

sendiri.

2) Karena terabaikan, anak kedua atau tengah cenderung mempunyai

motivasi tinggi, bisa dalam hal prestasi maupun sosialisasi.

3) Mempunyai tanggung jawab yang lebih sedikit dibanding tanggung

jawab anak pertama.

4) Aturan yang diterapkan lebih longgar. Anak tengah umurnnya

diperbolehkan melakukan hal-hal tertentu dengan sedikit batasan.

5) Berjiwa petualang. Suka berteman dan hidup berkelompok.

6) Cenderung lebih ekspresif. Berambisi untuk melampaui kakaknya,

terlebih bila jarak usianya berdekatan.

7) Fleksibel dan cinta damai.

8) Memiliki bakat seni.

9) Lebih mudah menyesuaikan diri dibandingkan kakaknya.

10)Cenderung merasa tidak disayang orang tua dan merasa tidak bisa

lebih baik daripada kakaknya.

(Hurlock, 1980)

d. Anak Bungsu

Anak bungsu adalah urutan terakhir kelahiran anak dalam

keluarga. Menurut Adler (Semiun, 2012) anak bungsu sering merupakan

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi
Grafik 2. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta
Tabel 1. Rincian Subyek Penelitian Siswa Kelas VII (B, D) dan VIII (B, D)
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengeraiui keadm kanar alau loons dalam keadad lmu alau ridar... Ol€h sebab itu pcnulh rqpansgitunluk mcngeDbangkd atatybs lclah ada &sebut dens nolakukan

'ekioros r0% drbedhsku rhsohli:i n{F, $e sar sq n{j:d ddam d. rfrhiiui tbih r.in i6smi

[r]

Kepemilikan manajerial adalah sebuah keadaan dimana pihak manajemen perusahaan (baik dewan komisaris atau dewan direksi) memiliki saham perusahaan atau dengan kata

[r]

(3) Gaji dan penghasilan lain para anggota Direksi ditetapkan oleh Menteri dengan mengingat ketentuan yang ditetapkan dengan atau berdasarkan Undang- undang. Anggota

[r]

Dengan menggunakan teknik penyinaran (iradiasi) sinar gamma akan mempengaruhi sifat morfologi tanaman kedelai, dengan harapan memperoleh karakter umur tanaman