ABSTRAK
HASIL PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi
pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)
Clara Reny Puspitasari Universitas Sanata Dharma
2015
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Menganalisis hasil pendidikan karakter terintergrasi pada siswa SMP N 13 Yogyakarta, (2) Mengidentifikasi nilai karakter apa saja yang belum optimal hasilnya dalam implikasinya terhadap penyusunan silabus dan modul bimbingan karakter, (3) Menganalisis perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu, dan tunggal di SMP N 13 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Hasil Pendidikan Karakter Siswa SMP dengan jumlah 38 butir item. Aspek-aspek pendidikan karakter siswa di SMP dalam skala ini adalah nilai berhubungan dengan Tuhan (religious), nilai berhubungan dengan diri sendiri, nilai berhubungan dengan sesama, nilai berhubungan dengan lingkungan, dan nilai kebangsaan. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII di SMP N 13 Yogyakarta sejumlah 126 dari empat kelas yaitu VII B sejumlah 35 siswa, VII D sejumlah 29 siswa, VIII B sejumlah 29, VIII D sejumlah 33 siswa. Dari beberapa jumlah siswa tersebut ada yang termasuk anak sulung berjumlah 45 siswa, anak tengah sejumlah 25 siswa, anak bungsu sejumlah 46 siswa, anak tunggal sejumlah 10 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan (1) ketercapaian hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa SMP N 13 Yogyakarta adalah (0,79%) pada kategori sangat baik, (4,76%) pada kategori baik, (76,2%) pada kategori cukup, (17,46%) pada kategori buruk dan (0,79%) pada kategori sangat buruk. Dapat disimpulkan bahwa hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa yang dilaksanakan di SMP N 13 Yogyakarta cukup baik, namun belum optimal. (2) Teridentifikasi pencapaian skornya kurang optimal, 8 butir pendidikan karakter yang termasuk kategori buruk dan 3 butir yang termasuk kategori sangat buruk yang digunakan untuk penyusunan silabus dan modul bimbingan. (3) Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal. Hasil perhitungan uji beda menggunakan analisis varian (ANOVA satu arah) diperoleh hasil F= 0,302 pada pv 0,824.
ABSTRACT
THE RESULTS OF AN INTEGRATED CHARACTER EDUCATION PROGRAM FOR JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS
(An Evaluative Analysis of the Results of an Integrated Character Education Program for Junior High School Students Based on Birth Order
in SMP Negeri 13 Yogyakarta Academic Year 2013/2014 and its Implication on Syllabus Development and Guidance Module)
Clara Reny Puspitasari Universitas Sanata Dharma
2015
The objectives of this research are to (1) analyze the result of an integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta, (2) identify the character values that need to be developed and its implication on the syllabus development and character guidance module, (3) analyze the differences of the results of the integrated character education among the first-born, middle, last-born and only child of SMP N 13 students in Yogyakarta. This research was a descriptive research.
The research instrument was a 38-item questionnaire of the students’ result after joining a character education program. The aspects of character education in junior high school were religious value, self value, societal value, survival value, and nationality value. The subjects in this research were seventh grade students and eighth grade students of SMP N 13 Yogyakarta. The 126 students came from 4 classes, namely 35 students from class VII B, 29 students from class VII D, 29 students from class VIII B, and 33 students from VIII D. From the data there were 45 students categorized as the first-born child in the family, 25 students as middle child, 46 students as last-born child, and 10 students the only child.
The result of this research were (1) the achievement outcome of the integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta was 0.79 %, or categorized as very good, (4.76%) categorized as good, (76.2%) in fair category, (17.46%) in poor category, and (0.79%) in very poor category. It can be concluded that the result of the integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta was in fair category and not yet maximum. (2) The unsatisfying score of the measurement items was identified, in which 8 items were categorized as bad and 3 items were categorized as very bad, and later will be used as the basis for syllabus development and guidance module (3) There were not significant differences of the result of integrated character education on the first-born, middle, last-born and only child. The result of test using One-way ANOVA F= 0,302 pv was 0.824.
i
HASIL PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi
pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran
di SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Clara Reny Puspitasari
NIM 111114021
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Jika kita mempunyai mimpi untuk bahagia ayo bersama-sama berjuang meraih mimpi itu”
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang”
(Amsal 17:22)
“Hidup adalah sebuah pilihan” (Clara Reny)
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Alm. Babe Robertus Suntoro yang bersama Bapa di Surga
Ibuku tercinta Agnes Agustin
Kakakku PertamaFX. Rendy Danu Hermantoro
Kakakku Kedua D. Rudy Yanto N.
Adikku Theresia Rhyma Octa Sari
Tim Stranas
Teman-teman Mahasiswa BK Angkatan 2011
vii ABSTRAK
HASIL PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi
pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)
Clara Reny Puspitasari Universitas Sanata Dharma
2015
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1)Menganalisis hasil pendidikan karakter terintergrasi pada siswa SMP N 13 Yogyakarta, (2) Mengidentifikasi nilai karakter apa saja yang belum optimal hasilnya dalam implikasinya terhadap penyusunan silabus dan modul bimbingan karakter, (3) Menganalisis perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu, dan tunggal di SMP N 13 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Hasil Pendidikan Karakter Siswa SMP dengan jumlah 38 butir item. Aspek-aspek pendidikan karakter siswa di SMP dalam skala ini adalah nilai berhubungan dengan Tuhan (religious), nilai berhubungan dengan diri sendiri, nilai berhubungan dengan sesama, nilai berhubungan dengan lingkungan, dan nilai kebangsaan. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII di SMP N 13 Yogyakarta sejumlah 126 dari empat kelas yaitu VII B sejumlah 35 siswa, VII D sejumlah 29 siswa, VIII B sejumlah 29, VIII D sejumlah 33 siswa. Dari beberapa jumlah siswa tersebut ada yang termasuk anak sulung berjumlah 45 siswa, anak tengah sejumlah 25 siswa, anak bungsu sejumlah 46 siswa, anak tunggal sejumlah 10 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan (1) ketercapaian hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa SMP N 13 Yogyakarta adalah (0,79%) pada kategori sangat baik, (4,76%) pada kategori baik, (76,2%) pada kategori cukup, (17,46%) pada kategori buruk dan (0,79%) pada kategori sangat buruk. Dapat disimpulkan bahwa hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa yang dilaksanakan di SMP N 13 Yogyakarta cukup baik, namun belum optimal. (2) Teridentifikasi pencapaian skornya kurang optimal, 8 butir pendidikan karakter yang termasuk kategori buruk dan 3 butir yang termasuk kategori sangat buruk yang digunakan untuk penyusunan silabus dan modul bimbingan. (3) Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal. Hasil perhitungan uji beda menggunakan analisis varian (ANOVA satu arah) diperoleh hasil F= 0,302 pada pv 0,824.
viii ABSTRACT
THE RESULTS OF AN INTEGRATED CHARACTER EDUCATION PROGRAM FOR JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS
(An Evaluative Analysis of the Results of an Integrated Character Education Program for Junior High School Students Based on Birth Order
in SMP Negeri 13 Yogyakarta Academic Year 2013/2014 and its Implication on Syllabus Development and Guidance Module)
Clara Reny Puspitasari Universitas Sanata Dharma
2015
The objectives of this research are to (1) analyze the result of an integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta, (2) identify the character values that need to be developed and its implication on the syllabus development and character guidance module, (3) analyze the differences of the results of the integrated character education among the first-born, middle, last-born and only child of SMP N 13 students in Yogyakarta. This research was a descriptive research.
The research instrument was a 38-item questionnaire of the students’ result after joining a character education program. The aspects of character education in junior high school were religious value, self value, societal value, survival value, and nationality value. The subjects in this research were seventh grade students and eighth grade students of SMP N 13 Yogyakarta. The 126 students came from 4 classes, namely 35 students from class VII B, 29 students from class VII D, 29 students from class VIII B, and 33 students from VIII D. From the data there were 45 students categorized as the first-born child in the family, 25 students as middle child, 46 students as last-born child, and 10 students the only child.
The result of this research were (1) the achievement outcome of the integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta was 0.79 %, or categorized as very good, (4.76%) categorized as good, (76.2%) in fair category, (17.46%) in poor category, and (0.79%) in very poor category. It can be concluded that the result of the integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta was in fair category and not yet maximum. (2) The unsatisfying score of the measurement items was identified, in which 8 items were categorized as bad and 3 items were categorized as very bad, and later will be used as the basis for syllabus development and guidance module (3) There were not significant differences of the result of integrated character education on the first-born, middle, last-born and only child. The result of test using One-way ANOVA F= 0,302 pv was 0.824.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
perlindungan, pendampingan, dan doa dalam persiapan, pelaksanaan serta
penyelesaian penelitian dalam bentuk skripsi ini.
Penulis menyadari tanpa ada dukungan, bimbingan dan doa dari banyak pihak
maka penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis megucapkan terima kasih yang tulus iklas dari hati yang
paling dalam kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M. Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk
penulisan skripsi ini, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dengan kesabaran hati, menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan
memberikan masukan serta dukungan kepada penulis hingga skripsi ini bisa
sampai selesai.
2. Bapak dan Ibu Dosen serta Tim Peneliti Stranas Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan motivasi dan
membekali berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berarti bagi penulis dalam
x
3. Kepala Sekolah dan guru BK SMP Negeri 13 Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan uji coba penelitian
bersama Tim Peneliti Stranas.
4. Para Siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 13 Yogyakarta yang telah
berpartisipasi dan meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dalam
pengumpulan data.
5. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik tercinta Alm. Robertus Suntoro, Agnes Agustin,
FX. Rendy Danu Hermantoro, Dominicus Rudy Yanto Neswantoro, Th. Rhyma
Octa Sari atas dukungan, doa, perhatian, kasih sayang yang luar biasa serta biaya
yang diberikan selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
6. Simbah Kakung dan Simbah Uti yang telah memberikan semangat dan doa
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu guru SMK Leonardo Klaten, Pak Pras dan Bu Netty yang selalu
memberikan dukungan, semangat yang luar biasa kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
8. Ibu Indri yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dalam membimbing
statistika dengan lancar.
9. Mas Moko yang telah memberikan pelayanan yang begitu ramah, sabar, humoris
selama penulis menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling.
10.Teman-teman angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan dan motivasi,
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GRAFIK ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
Bab I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C.Pembatasan Masalah... 9
D.Rumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 11
G.Definisi Operasional Variabel dan Batasan Istilah ... 12
Bab II LANDASAN TEORI ... 14
A.Hakikat Pendididikan Karakter ... 14
1. Pengertian Karakter ... 14
xiii
3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 16
4. Prinsip – prinsip Pendidikan Karakter ... 16
5. Nilai – nilai Pendidikan Karakter ... 17
6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 21
7. Pendidikan Karakter Secara Terpadu di SMP ... 23
8. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di SMP ... 26
9. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pendidikan Karakter ... 30
B. Hakikat Siswa dan Urutan Kelahiran ... 31
1. Definisi Siswa atau Peserta Didik ... 31
2. Karakteristik Remaja ... 32
3. Karakter Siswa atau Peserta Didik SMP ... 33
4. Urutan Kelahiran ... 34
a. Definisi ... 34
b. Anak Sulung ... 34
c. Anak Tengah ... 35
d. Anak Bungsu ... 36
e. Anak Tunggal ... 37
5. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter ... 38
C. Hakikat Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi... 40
1. Definisi Evaluasi Hasil dan Tujuan ... 40
2. Ciri-ciri atau Persyaratan Evaluasi Program ... 41
3. Manfaat Evaluasi Program ... 42
4. Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 44
D. Penyusunan Silabus dan Modul Bimbingan ... 45
1. Silabus ... 45
2. Modul Bimbingan ... 46
E. Hasil Penelitian Relevan ... 49
F. Kerangka Pikir ... 49
xiv
Bab III METODOLOGI PENELITIAN ... 53
A.Jenis Penelitian ... 53
B.Subyek Penelitian ... 53
C.Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 54
1. Cara Pemberian Skor Item ... 55
2. Konstruk Intrumen ... 55
3. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 56
a. Validitas ... 56
b. Reliabilitas ... 57
D.Uji Empirik Kuesioner Hasil Pendidikan Karakter di SMP ... 59
1. Validitas Kuesioner ... 59
2. Reliabilitas Kuesioner ... 60
E. Prosedur Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data ... 60
1. Persiapan dan Pelaksanaan ... 60
2. Teknik Analisis Data ... 61
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
A. Hasil Penelitian ... 67
1. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ... 67
2. Mengidentifikasi butir-butir skor hasil pendidikan karakter Terintegrasi yang buruk frekuensi kemunculannya pada siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta dalam implikasinya untuk penyusunan Silabus dan Modul bimbingan ... 71
B. Analisis Data ... 72
1. Uji Normalitas ... 72
2. Uji Homogenitas ... 73
3. Uji Hipotesis Penelitian ... 74
xv
D. Implikasi Hasil Penelitian: Penyusunan Silabus
dan Modul Bimbingan ... 83
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
A.Kesimpulan ... 85
B.Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi Pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Subyek Penelitian Siswa ... 54
Tabel 2. Kriteria Guilford ... 59
Tabel 3. Koefisien Reliabilitas Instrumen ... 60
Tabel 4. Kategorisasi PAP Tipe I ... 63
Tabel 5. Norma Kategori Tingkat Ketercapaian Hasil Pendidikan Karakter... 64
Tabel 6. Data Urutan Kelahiran ... 65
Tabel 7. Kategorisasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 67
Tabel 8. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi Berdasarkan Urutan Kelahiran ... 69
Tabel 9. Kategori Skor Item Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 71
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 73
Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas ... 74
Tabel 12. Rata-rata Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 75
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi
pada Siswa SMP N 13 Yogyakarta ... 68 Grafik 2. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi
Berdasarkan Urutan Kelahiran
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Hasil Pendidikan Karakter ... 91
Lampiran 2 Konstruk Instrument Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 101
Lampiran 3 Tabulasi Data Hasil Pendidikan Karakter Siswa SMP N 13 Yogtakarta ... 103
Lampiran 4 Data Hasil Uji Validitas Butir Item Pendidikan Karakter ... 113
Lampiran 5 Penggolongan Item Valid dan Tidak Valid ... 122
Lampiran 6 Tabulasi Penggolongan Item Valid sesudah Uji Coba ... 124
Lampiran 7 Item-item Pernyataan yang Tergolong dalam Kategori Buruk dan Sangat Buruk ... 126
Lampiran 8 Silabus Bimbingan dan Konseling Kelas VII dan VIII ... 128
Lampiran 9 Modul Bimbingan ... 134
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana dalam proses
pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang
menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu sehat dan
berakhlak mulia seperti yang telah di tuliskan dalam Pasal 3 Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan
Nasional menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (Suyadi, 2013).
Pendidikan nasional mengemban misi untuk membangun manusia
sempurna untuk membangun bangsa dan jati diri yang utuh dibutuhkan sistem
pelaksanaan yang baik. Demikian, pendidikan nasional harus bermutu dan
berkarakter. Karakter seseorang terbentuk sejak lahir dan dipengaruhi oleh
faktor genetik dan lingkungan sekitar. Pembentukan karakter terjadi secara
sengaja maupun tanpa disengaja oleh diri seseorang yang tercermin dalam
perilakunya. Karakter atau watak seseorang dapat dibentuk, dapat
dikembangkan dengan pendidikan nilai. Pendidikan nilai akan membawa pada
pengetahuan nilai, pengetahuan nilai akan membawa pada proses internalisasi
nilai, dan proses internalisasi nilai akan mendorong seseorang untuk
mewujudkannya dalam tingkah laku, dan akhirnya pengulangan tingkah laku
yang sama akan menghasilkan karakter atau watak seseorang.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 Ayat (3) menyebutkan bahwa
pendidikan dasar, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan
membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang (a) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b)
berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif,
dan inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d) toleran, peka sosial,
demokratis, dan tanggung jawab. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa tujuan
pendidikan di setiap jenjang, termasuk SMP sangat berkaitan dengan
Karakter atau watak itu penting, dapat disimak dari hasil penelitian di
Harvard University Amerika Serikat yang memaparkan bahwa kesuksesan
hidup seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) yang diperoleh lewat pendidikan, tetapi lebih
oleh kemampuan mengelola diri yang di dalamnya termasuk karakter dan
orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, bahwa kesuksesan
seseorang hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisinya 80% oleh
soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill dari pada hard skill. Hal ini
mengisyaratkan bahwa pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk
dikembangkan (Adisusilo, 2012).
Pendidikan karakter saat ini sudah diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan formal yaitu sekolah. Berbagai sekolah sudah mencanangkan
pendidikan karakter. Sekolah merupakan tempat proses belajar mengajar
untuk mendidik, melatih, membimbing peserta didik agar mencapai tujuan
pendidikan serta mengembangkan nilai-nilai karakter yang menjadikan
pribadi yang bermartabat. Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan
karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara
kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan
nilai secara nyata. Maka dari itu Pendidikan karakter yang selama ini ada
perlu dikembangkan secara lebih operasional sehingga mudah
diimplementasikan di sekolah.
Pendidikan karakter di sekolah pada dasarnya dapat diintegrasikan
dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang
berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu
dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada
tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan
nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Pendidikan karakter di sekolah juga diintegrasikan pada kegiatan
pembinaan kesiswaan. Kegiatan ini merupakan salah satu media yang
potensial untuk pendidikan karakter dan peningkatan mutu akademik
peserta didik. Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan
manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah
bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan
dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara
memadai.
Namun selama ini pelaksaanaan pendidikan karakter di SMP saat ini
belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Selain hanya berhenti dalam
tataran kognitif, muatan nilai-nilai karakter yang diintegrasikan ke berbagai mata pelajaran sifatnya hanya “tempelan” semata. Nilai-nilai karakter sekedar
dalam proses pembelajarannya. Mengingat begitu penting karakter, maka
institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya melalui
proses pembelajaran.
Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan
untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi saat ini. Krisis itu antara lain
berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan
anak-anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan
menyontek, dan penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perkosaan,
perampasan menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum diatasi secara
tuntas. Perilaku remaja juga diwarnai dengan gemar menyontek, kebiasaan
bullying di sekolah dan tawuran. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana karena tindakan
ini telah menjurus kepada tindakan kriminal.
Berdasarkan survey nasional yang dilakukan oleh The Ethics of
American Youth, dari Josephson Institue of Ethics, diketahui bahwa perilaku siswa dalam jangka waktu 12 bulan yaitu: 82% mengakui bahwa mereka
berbohong kepada orang tua, 62% mengakui bahwa mereka berbohong
kepada seorang guru, 33% menjiplak tugas dari internet, 60% menipu selama
pelaksanaan ujian sekolah, 23% mencuri sesuatu dari seorang teman, dan 28%
mencuri sesuatu dari toko (Zubaedi, 2011).
Hal tersebut menunjukkan pentingnya pendidikan karakter di sekolah
mereka yang perlu dikembangkan dengan baik melalui menanamkan
pendidikan karakter, selama ini pendidikan karakter yang di berikan di
sekolah baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai,
dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Perlu dilakukan evaluasi komprehensif tentang efektivitas
pendidikan karakter yang telah berlangsung dengan sistem terintegrasi di
SMP.
Maka sasaran pendidikan karakter di sekolah yaitu siswa SMP. Dilihat
dari perkembangannya siswa SMP tergolong ke dalam fase remaja awal,
remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Masa remaja ini merupakan masa menemukan jati diri, jadi sangat rawan
sekali untuk terpengaruh pergaulan remaja, kenakalan remaja, serta berbagai
masalah yang berkaitan dengan karakter karena masa remaja ini mereka akan
melakukan banyak pemberontakan dan mencari kesenangan sesuai yang
diinginkan.
Siswa sebagai pelajar di SMP terdiri dari berbagai macam status
urutan kelahiran anak dalam keluarga dan karakteristik yang berbeda-beda.
Status urutan anak sulung, anak sulung merupakan anak pertama dari sebuah
keluarga mempunyai karakteristik yang unik karena anak sulung merupakan
keluarga. Anak sulung mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang penuh
dari orang tua dan keluarga, maka karakter yang dimiliki anak sulung unik.
Maka ada anggapan bahwa anak sulung mempunyai karakteristik lebih baik
daripada adik-adiknya (Fikriawati, 2007)
Anak tengah merupakan anak yang lahir diantara anak sulung dan
anak bungsu pada keluarga. Kedudukan anak tersebut berada pada kedudukan
terjepit. Anak tengah lebih mudah membina relasi dibanding anak sulung dan
bungsu. Anak bungsu merupakan anak terakhir pada keluarga. Anak bungsu
mempunyai karakteristik sebagai anak manja karena menjadi pusat perhatian
orang tua, kakak-kakaknya maupun orang lain. Dengan mendapatkan
perhatian terus menerus mengakibatkan sifat-sifat anak ini menjadi
kekanak-kanakan, cepat putus asa dan emosi. Anak bungsu biasanya lucu dan menarik
perhatian orang lain. Mengenai anak tunggal yang pada umunya merupakan
anak satu-satunya dalam keluarga menjadikan anak yang manja kepada orang
tuanya karena hanya ia yang menjadi pusat perhatian dari orang tua.
Melihat urutan kelahiran siswa dapat berpengaruh terhadap pendidikan
karakter di sekolah. Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter diberikan di
sekolah lewat mata pelajaran, kegiataan pembinaan kesiswaan, manajemen
sekolah yang telah di sampaikan pihak sekolah. Menjadikan tolok ukur untuk
efektivitas hasil pendidikan itu sudah mencapai hasil yang maksimal atau
malah belum mencapai hasil?.
Oleh sebab itu, SMP Negeri 13 Yogyakarta adalah salah satu sekolah
yang menjadi penelitian pendidikan karakter terintegrasi secara nasional.
Berdasarkan penelitian sewaktu melakukan penelitian pendidikan karakter
peneliti melihat gambaran mengenai evaluasi hasil pendidikan karakter di
SMP Negeri 13 Yogyakarta apakah ada perbedaan hasil pendidikan karakter
dilihat dari urutan kelahiran siswa di sekolah.
Setelah melihat semua hal di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat judul “HASIL PENDIDIKAN KARAKTER
TERINTEGRASI PADA SISWA SMP” (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)” dalam penelitian skripsi ini.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan
efektivitas hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa berdasarkan
urutan kelahiran diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:
1. Fungsi pendidikan nasional menyangkut pembentukan watak belum teruji.
3. Pendidikan nilai di sekolah kurang nampak dan sangat minim.
4. Proses pendidikan karakter belum berjalan sebagaimana mestinya di
sekolah.
5. Nilai-nilai pendidikan karakter hanya di pahami secara kognitif sampai ada
penghayatan afektif tanpa ada penerapan langsung di sekolah.
6. Pelaksanaan pendidikan karakter belum menunjukkan hasil yang
memuaskan.
7. Ada indikasi perbedaan efektifitas hasil pendidikan karakter pada siswa
sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta.
8. Perbedaan hasil pendidikan karakter pada siswa sulung, tengah, bungsu dan
tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan pada menjawab
masalah-masalah yang termuat pada butir nomer 6, 7, 8 yang teridentifikasi di atas
khususnya masalah mengenai seberapa efektif hasil pendidikan karakter
terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusah masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Seberapa baik hasil pencapaian pendidikan karakter terintegrasi pada siswa
SMP Negeri 13 Yogyakarta?
2. Butir-butir pendidikan karakter mana yang terindikasi belum optimal
hasilnya yang berdampak implikatif terhadap penyusunan silabus dan
modul bimbingan?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada
siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Menganalisis hasil pendidikan karakter terintergrasi pada siswa SMP
Negeri 13 Yogyakarta.
2. Mengidentifikasi nilai karakter apa saja yang belum optimal hasilnya
dalam implikasinya terhadap penyusunan silabus dan modul bimbingan
karakter.
3. Menganalisis perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap
pengembangan pengetahuan mengenai pendidikan karakter terintegrasi
pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13
Yogyakarta. Serta sebagai wacana untuk membuat silabus dan modul
bimbingan mengenai cara yang dapat digunakan oleh sekolah dalam
meningkatkan pendidikan karakter.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala sekolah dan para guru SMP Negeri 13 Yogyakarta
Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan
oleh sekolah untuk melihat seberapa efektif pencapaian hasil
pendidikan karakater terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu
dan tunggal yang ada di SMP Negeri 13 Yogyakarta. Selain itu,
sekolah juga dapat menentukan langkah-langkah yang dapat diberikan
kepada siswa untuk dapat meningkatkan pendidikan karakter yang ada
dalam diri siswa tersebut.
b. Bagi siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 13 Yogyakarta
Para siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 13 Yogyakarta ini dapat
pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu
dan tunggal yang ada dalam diri mereka dan memikirkan kiat-kiat
untuk mengatasinya.
c. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui dan memahami bagaimana efektivitas hasil
pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu
dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta dan dapat mengusulkan
penyusunan silabus dan modul bimbingan yang sesuai bagi mereka.
G. Definisi Operasional Variabel dan Batasan Istilah
Adapun definisi operasional variabel dan batasan istilah dalam penelitian ini
yaitu:
1. Karakter adalah nilai-nilai universal perilaku atau sikap manusia yang
meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan
Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun dengan lingkungan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat
istiadat.
2. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan,
maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
3. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi adalah pencapaian karakter atau
watak yang dihasilkan dari pendidikan karakter di sekolah yang dipadukan
didalam mata pelajaran saat proses pembelajaran yang diterima oleh
siswa, sehingga dalam kehidupan sehari-hari siswa dapat menunjukkan
perilaku sesuai dengan nilai karakter yang diharapkan.
4. Evaluasi hasil pendidikan karakter terintegrasi adalah upaya menilai,
mengukur, dan menakar seberapa jauh capaian indikator keberhasilan
pendidikan karakter sebagaimana dipaparkan dalam pedoman pendidikan
karakter yang dicanangkan oleh Direktorat Kementerian Pendidikan
Nasional.
5. Siswa atau Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
6. Urutan Kelahiran adalah posisi anak dalam keluarga yaitu anak sulung,
anak tengah, anak bungsu dan anak tunggal.
7. Anak sulung adalah anak pertama dalam keluarga.
8. Anak tengah adalah anak yang lahir ditengah antara anak sulung dan anak
bungsu dalam keluarga.
9. Anak bungsu adalah anak urutan terakhir dalam keluarga.
14 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini dipaparkan hakikat pendidikan karakter, hakikat siswa serta
status urutan kelahiran, hakikat evaluasi hasil pendidikan karakter terintegrasi dan
penyusunan silabus serta modul bimbingan.
A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter
Kata “character” berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti
to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas. Character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan melahirkan suatu pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku yang
bersifat individual, keadaan moral seseorang.
Secara etimologis, kata karakter bisa berarti sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang. Orang berkarakter
berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti atau akhlak.
Seperti ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak.
Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari proses alamiah sebagai hasil yang diterima
dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak
lahir. Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter dengan
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Individu yang berkarakter
baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal
yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa
dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan
mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan
kesadaran, emosi dan motivasi perasaannya (Suyanto, 2010).
Berdasarkan dari uraian pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa
karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual yang membentuk
watak atau kepribadian yang bersifat khas yang membedakan seseorang
dengan orang yang lain.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Sudrajat (2010), pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua
komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga
dan lingkungan sekolah.
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak
mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Suyanto, 2010).
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Kementerian Pendidikan Nasional (2010), menyatakan bahwa
pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter;
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku;
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter;
e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku
yang baik;
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang
yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan
membantu mereka untuk sukses;
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik;
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi
tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang
sama;
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter;
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter;
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta didik.
5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Menurut Suyanto (2010), ada 20 nilai karakter utama yang
disarikan dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas nomor 23 tahun
2006) dan SK/KD (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006) yaitu:
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius)
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
1) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
2) Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),
negara dan Tuhan YME.
3) Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan
buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
4) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5) Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas
6) Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan
tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
7) Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat
mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru,
menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya.
8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika
untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa
yang telah dimiliki.
9) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
10)Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
11)Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi
milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri
sendiri serta orang lain.
2) Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan
masyarakat dan kepentingan umum.
3) Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.
4) Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa
maupun tata perilakunya ke semua orang.
5) Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
e. Nilai kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
1) Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
2) Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal
baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui
terutama melalui pencapaian butir-butir Standar Kompetensi Lulusan oleh
peserta didik yang meliputi sebagai berikut:
a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja;
b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang
lebih luas;
e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan
sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan
sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan
potensi yang dimilikinya;
i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari;
j. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara
kesatuan Republik Indonesia;
m. Menghargai karya seni dan budaya nasional;
n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan
waktu luang dengan baik;
p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan
pendapat;
r. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah
pendek sederhana;
s. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
sederhana;
t. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti
pendidikan menengah;
u. Memiliki jiwa kewirausahaan.
7. Pendidikan Karakter Secara Terpadu di SMP
Berdasarkan pedoman Kementerian Pendidikan Nasional (2010),
pendidikan karakter secara terpadu di SMP dilaksanakan melalui proses
pembelajaran, manajamen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan.
a. Pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran
Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah
pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya
nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku
peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang
berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.
Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta
untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan
menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikan perilaku.
Pada struktur kurikulum SMP, dasar setiap mata pelajaran memuat
materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara subtantif, setidaknya
terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan
budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata
pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai sampai
taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi
nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran di SMP mengarah
pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari melalui
proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian.
b. Pendidikan karakter secara terpadu melalui manajemen sekolah
Pada konteks dunia pendidikan, yang dimaksud dengan
manajemen pendidikan sekolah adalah suatu proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dalam upaya untuk menghasilkan
lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan itu sendiri.
Penyelenggaraan pendidikan karakter memerlukan pengelolaan yang
memadai. Pengelolaan yang dimaksudkan adalah bagaimana pembentukan
karakter dalam pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan
direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut antara lain
meliputi: (1) nilai-nilai karakter kompetensi lulusan, (2) muatan
kurikulum nilai-nilai karakter, (3) nilai-nilai karakter dalam pembelajaran,
(4) nilai karakter pendidik dan tenaga kependidikan, dan (5)
nilai-nilai karakter pembinaan kepesertadidikan.
Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang
terpadu dengan manajemen sekolah antara lain: (1) pelanggaran tata tertib
yang berimplikasi pada pengurangan nilai dan hukuman/pembinaan, (2)
penyediaan tempat-tempat pembuangan sampah, (3) penyelenggaraan
kantin kejujuran, (4) penyediaan kotak saran, (5) penyediaan sarana
ibadah dan pelaksanaan ibadah, misalnya: shalat dhuhur berjamaah, (6)
Salim-taklim (jabat tangan) setiap pagi saat siswa memasuki gerbang
sekolah, (7) pengelolaan dan kebersihan ruang kelas oleh siswa, dan
bentuk-bentuk kegiatan lainnya.
c. Pendidikan karakter secara terpadu melalui kegiatan pembinaan kesiswaan
Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di
luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan
minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
Visi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah berkembangnya
potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan
kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan
masyarakat. Misi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah (1) menyediakan
sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan
kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengeskpresikan
diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
8. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di SMP
Berdasarkan pedoman pendidikan karakter Kementerian Pendidikan
Nasional (2010), penyelenggaraan pendidikan karakter di SMP dilakukan
secara terpadu melalui 3 (tiga) jalur, yaitu: Pembelajaran, Manajemen
Sekolah, dan Kegiatan pembinaan kesiswaan. Langkah pendidikan karakter
meliputi: Perancangan, Implementasi, Evaluasi, dan Tindak lanjut.
a. Perancangan
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap penyusunan
rancangan antara lain:
1) Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat
merealisasikan pendidikan karakter, yaitu nilai-nilai/perilaku yang
perlu dikuasai, dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan karakter peserta didik
pembelajaran pada mata pelajaran; (b) terpadu dengan manajemen
sekolah; dan (c) terpadu melalui kegiatan pembinaan kesiswaan.
2) Mengembangkan materi pendidikan karakter untuk setiap jenis
kegiatan di sekolah.
3) Mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap kegiatan di sekolah
(tujuan, materi, fasilitas, jadwal, pengajar/fasilitator, pendekatan
pelaksanaan, evaluasi).
4) Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pendidikan
karakter di sekolah.
Perencanaan kegiatan program pendidikan karakter di sekolah
mengacu pada jenis-jenis kegiatan, yang setidaknya memuat unsur-unsur:
tujuan, sasaran kegiatan, substansi kegiatan, pelaksana kegiatan dan
pihak-pihak yang terkait, mekanisme pelaksanaan, keorganisasian, waktu
dan tempat, serta fasilitas pendukung.
b. Implementasi
1) Pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada
semua mata pelajaran.
Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma,
iman dan ketaqwaan) diimplementasikan dalam pembelajaran mata
pelajaran-mata pelajaran yang terkait, seperti Agama, PKn, IPS, IPA,
Penjas Orkes, dan lain-lainnya. Hal ini dimulai dengan pengenalan
pengamalan nilai secara nyata oleh peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Pembentukan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah .
Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma,
iman dan lain-lain) diimplementasikan dalam aktivitas manajemen
sekolah, seperti pengelolaan: siswa, regulasi/peraturan sekolah,
sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan,
pembelajaran, penilaian, dan informasi, serta pengelolaan lainnya.
3) Pembentukan karakter yang terpadu dengan Kegiatan pembinaan
kesiswaan.
Beberapa kegiatan pembinaan kesiswaan yang memuat
pembentukan karakter antara lain:
a) Olah raga (sepak bola, bola voli, bulu tangkis, tenis meja, dan
lain-lain),
b) Keagamaan (baca alkitab, ibadah, dan lain-lain),
c) Seni budaya (menari, menyanyi, melukis, teater),
d) KIR,
e) Kepramukaan,
f) Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta didik (LDKS),
g) Palang Merah Remaja (PMR),
h) Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA),
j) Kesehatan, dan lain-lainnya.
c. Monitoring
Monitoring merupakan serangkaian kegiatan untuk memantau
proses pelaksanaan program pembinaan pendidikan karakter. Fokus
kegiatan monitoring adalah pada kesesuaian proses pelaksanaan program
pendidikan karakter berdasarkan tahapan atau prosedur yang telah
ditetapkan. Evaluasi cenderung untuk mengetahui sejauhmana efektivitas
program pendidikan karakter berdasarkan pencapaian tujuan yang telah
ditentukan. Hasil monitoring digunakan sebagai umpan balik untuk
menyempurnakan proses pelaksanaan program pendidikan karakter.
Monitoring dan evaluasi secara umum bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas program pembinaan
pendidikan karakter sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Secara rinci tujuan monitoring dan evaluasi pembentukan karakter adalah
sebagai berikut:
1) Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung
keterlaksanaan program pendidikan karakter di sekolah.
2) Memperoleh gambaran mutu pendidikan karakter di sekolah secara
umum.
3) Melihat kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program dan
mengidentifikasi masalah yang ada, dan selanjutnya mencari solusi
4) Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan
untuk menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program
pendidikan karakter ke depan.
5) Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan untuk bahan
pembinaan dan peningkatan kualitas program pembentukan karakter.
6) Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program pembinaan
pendidikan karakter di sekolah.
d. Tindak lanjut
Hasil monitoring dan evaluasi dari implementasi program
pembinaan pendidikan karakter digunakan sebagai acuan untuk
menyempurnakan program, mencakup penyempurnaan rancangan,
mekanisme pelaksanaan, dukungan fasilitas, sumber daya manusia, dan
manajemen sekolah yang terkait dengan implementasi program
(Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter Menurut Zubaedi (2011) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pendidikan karakter, yaitu:
a. Insting (naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia dimotivasi
b. Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti
berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain sebagainya.
c. Keturunan
Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat mempengaruhi
pembentukan karakter seseorang.
d. Lingkungan
Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak
sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan di mana
seseorang berada.
B. Hakikat Siswa dan Urutan Kelahiran Anak 1. Definisi Siswa atau Peserta Didik
Menurut Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, peserta didik atau siswa adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Desmita, 2012).
Dalam persektif pedagogis, peserta didik di artikan sebagai sejenis
makhluk “homo educandum”, makhluk yang menghajat pendidikan. Dalam
pengertian ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki
mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap
(Desmita, 2012).
Menurut Sardiman (2014), siswa adalah salah satu komponen
manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar.
Siswa didiklah yang menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian. Di
dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih
cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapai secara optimal.
2. Karakteristik Remaja
Masa remaja sering dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh
Erikson disebut dengan identitas ego (Hartinah, 2011). Hal tersebut terjadi
karena masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan
anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa.
Karakteristik remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi sehingga seringkali ingin mencoba-coba, menghayal, dan merasa
gelisah, serta berani melakukan pertentangan jika dirinya merasa disepelekan atau “tidak dianggap”. Oleh karena itu, remaja sangat memerlukan
keteladanan, konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empatik dari orang
dewasa. Seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya
sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan di masyarakat
yang dilakukan oleh orang dewasa/orang tua, antara apa yang sering dikatakan
didengungkan di mana-mana, tetapi kemaksiatan juga disaksikan
dimana-mana oleh remaja (Hartini, 2011).
3. Karakteristik Siswa atau Peserta Didik SMP
Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang
diperoleh lingkungan. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal
guru perlu memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik menyangkut faktor
biologis maupun faktor sosial psikologis.
Menurut Desmita (2012), anak usia sekolah menengah (SMP) berada
pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun). Terdapat sejumlah
karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu:
a. Terjadi ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
c. Kecenderungan ambivalensi, antara keingiann menyendiri dengan
keinginan bergaul, serta keiginan untuk bebas dari dominasi dengan
kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
d. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma
dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
e. Mulai mempertanyakan secara skeptik mengenai eksistensi dan sigat
kemurahan dan keadilan Tuhan.
g. Mulai mengembangkan standard dan harapan terhadap perilaku dari
sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.
h. Kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas.
4. Urutan Kelahiran a. Definisi
Kehadiran anak sangat penting bagi keluarga dan anak menduduki
posisi tertentu berdasarkan urutan kelahiran serta mempunyai pengaruh
dalam perkembangan selanjutnya. Menurut Adler (Semiun, 2013)
mengemukakan beberapa hipotesis umum mengenai urutan kelahiran.
Adler menunjukkan perbedaan-perbedaan antara anak sulung, tengah
anak bungsu dan anak tunggal.
Urutan kelahiran adalah posisi anak dalam keluarga yaitu anak
sulung, anak bungsu, anak tengah dan anak tunggal.
b. Anak Sulung
Anak sulung merupakan anak yang lahir pertama. Anak sulung
menempatkan posisi yang istimewa, karena kelahirannya
ditunggu-tunggu oleh anggota keluarga. Keistimewaan posisinya membuat
karakter anak sulung unik. Anak sulung mendapatkan kasih sayang,
perhatian yang cukup banyak dari ayah dan ibunya. Anak sulung juga
memiliki beban yang cukup berat dari orang tuanya karena menaruh
harapan dan tanggung jawab yang besar kepada anak sulung (Semiun,
Kepribadian anak sulung atau anak pertama yaitu:
1) Berperilaku secara matang karena berhubungan dengan orang-orang
dewasa dan memikul tanggung jawab.
2) Cenderung mengikuti kehendak dan tekanan kelompok dan mudah
dipengaruhi untuk mengikuti kehendak orang tua.
3) Mengembangkan kemampuan memimpin sebagai akibat dari harus
memikul tanggung jawab. Tetapi ini sering disanggah dengan
kecenderungan untuk menjadi “bos”.
4) Berprestasi tinggi karena tekanan dan harapan orang tua.
5) Kurang agresif atau kurang berani karena perlindungan orang tua
yang berlebihan.
6) Mandiri dan Tepat waktu.
(Hurlock, 1980)
c. Anak Tengah
Anak tengah merupakan anak yang lahir di antara anak sulung
dan bungsu. Anak tengah yang terkenal dengan keterampilan mereka
bernegosiasi. Karena posisi yang "terjepit" maka mereka ingin
mendapatkan perhatian dari orang tua atau orang-orang lain di sekitarnya.
Anak tengah cukup sulit untuk dijabarkan, namun mereka cenderung
Kepribadian anak tengahyaitu:
1) Cenderung lebih mandiri sehingga dapat membentuk karakternya
sendiri.
2) Karena terabaikan, anak kedua atau tengah cenderung mempunyai
motivasi tinggi, bisa dalam hal prestasi maupun sosialisasi.
3) Mempunyai tanggung jawab yang lebih sedikit dibanding tanggung
jawab anak pertama.
4) Aturan yang diterapkan lebih longgar. Anak tengah umurnnya
diperbolehkan melakukan hal-hal tertentu dengan sedikit batasan.
5) Berjiwa petualang. Suka berteman dan hidup berkelompok.
6) Cenderung lebih ekspresif. Berambisi untuk melampaui kakaknya,
terlebih bila jarak usianya berdekatan.
7) Fleksibel dan cinta damai.
8) Memiliki bakat seni.
9) Lebih mudah menyesuaikan diri dibandingkan kakaknya.
10)Cenderung merasa tidak disayang orang tua dan merasa tidak bisa
lebih baik daripada kakaknya.
(Hurlock, 1980)
d. Anak Bungsu
Anak bungsu adalah urutan terakhir kelahiran anak dalam
keluarga. Menurut Adler (Semiun, 2012) anak bungsu sering merupakan