ABSTRAK
Penata, Maria Putri. (2015). Pengembangan Modul Praktikum IPA Sebagai
Suplemen Kurikulum 2013 Mendorong Siswa Kelas IV Berpikir Kritis.
Skripsi S-1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Universitas Sanata Dharma.
Latar belakang penelitian ini berdasarkan dari hasil observasi, wawancara,
dan kuesioner sebagai analisis kebutuhan yang dilakukan peneliti, menunjukkan
adanya kebutuhan guru dan siswa pada modul yang mendukung kurikulum 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa modul praktikum IPA
sebagai suplemen kurikulum 2013 mendorong berpikir kritis pada siswa kelas IV
sekolah dasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah R&D (Research and
Development). Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini
milik Borg and Gall, sampai pada tahap ke tujuh yaitu revisi produk setelah uji
terbatas. Modul praktikum IPA tersebut diujicobakan secara terbatas sebanyak
dua kali di kelas IV, pertama pada 5 siswa di SD Negeri 1 Bareng Lor Klaten dan
yang kedua pada 30 siswa di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.
Berdasarkan validasi dari guru kelas IV A SD Kanisisus Sengkan, 5 siswa
kelas IV SD Negeri 1 Bareng Lor, 30 siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan, modul
praktikum tersebut memperoleh skor rata-rata 3,40 termasuk dalam kategori “
layak” untuk digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat mengujicobakan modul praktikum IPA tersebut, peneliti
melihat adanya sikap berpikir kritis pada siswa. Uji coba terbatas 5 siswa terdapat
7 indikator yang terlihat, dan pada uji coba 30 siswa seluruh indikator terlihat
pada saat pengujian modul praktikum IPA. Dengan demikian modul praktikum
IPA sudah layak digunakan dalam pembelajaran kelas IV sekolah dasar sebagai
suplemen kurikulum 2013.
ABSTRACT
Penata, Maria Putri. (2015). The Development of Module Practical Work of
Science Based on The 2013 Curriculum For The Fourt Grade of
Elementary School to Encourage The Critical Thinking. Thesis.
Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma
University.
This research began from the result of observation, interview and questionnaire to analyze teacher and students need, that analyze show the teacher and students need module which based on 2013 curriculum. The aim of the research was to produce module practical work of science based on 2013 curriculum to push the critical thinking students of 4th grade of elementary school. The method that used of this research is Research and Development (R&D). The development of procedure from Brog and Gall just until step-7 that was revision of product after doing the limited trial design. The module had limited trial design in two times for students of 4th grade of elementary school, first was small trial with 5 students in Bareng Lor Klaten elementary school, and then second trial with 30 students in Kanisisus Sengkan elementary school.
The result of validation from teacher of 4th grade in Kanisius Sengkan elementary school, 5 students of 4th grade in Bareng lor Klaten elementary school
and 30 students of 4th grade in Kanisius Sengkan elementary school, that module receive score of average was 3.40 means “very suitable” to use in class. The result of observation that researcher did when the practical module of science used, the researcher seen the students showed the critical thinking. The limited trial design of 5 students there is 7 indicator critical thinking that showed, and then in limited trial design of 30 students all of indicator critical thinking showed when the trial design of module. The conclution of this reasearch was the practical module of science was suitable to use in class of 4th grade of elementary school based on 2013 curriculum.
SUPLEMEN KURIKULUM 2013 UNTUK MENDORONG
SISWA KELAS IV BERPIKIR KRITIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Maria Putri Penata Pratiwi NIM: 111134107
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
SUPLEMEN KURIKULUM 2013 UNTUK MENDORONG
SISWA KELAS IV BERPIKIR KRITIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Maria Putri Penata Pratiwi NIM: 111134107
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan yang selalu memberikan kasih dan berkat yang melimpah
Almamater Universitas Sanata Dharma
Kedua orang tuaku tercinta, Drs. Sunarto dan Theresia Dwi Astuti Mardi
Wahyuni yang sudah memberikan doa, kasih, dukungan dan semangat, dan
terimakasih atas segala sesuatu yang telah diberikan kepadaku.
Kakakku Tersayang Sbastianus Prasetya Aditama Nagara yang telah
memberikan doa dan dukungan.
Agung Tri Prabowo yang selalu membuatku tersenyum, sabar menemaniku,
mendukungku, mendoakanku, menyemangatiku, menyayangiku, dan terimakasih
atas segala sesuatunya.
Cuhubut-cuhubutku “Tonjo Gondhil” (Theresia Dwi Kompleks, Cicik Henny,
Putri Tyas Brindil, Anisya Singo, Intan Maya Nose, Bernadetta Jembar)
v
“Hal yang paling penting bukanlah hasil akhir,
melainkan proses yang telah dilewati” -Wahyu Wido Sari-
“Tak ada yang perlu ditakutkan, jika itu memang hasil dari kerja keras kita sendiri”
-Agung Tri Prabowo-
“Lakukan bagianmu semampu yang kamu bisa, selanjutnya biarkan Tuhan melakukan bagian yang tak kamu bisa”
-NN-
“Waktu adalah hal yang paling berharga,
Bersyukurlah dan berikan yang terbaik. Karena waktu tak bisa kembali.
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 3 Februari 2015
vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Maria Putri Penata Pratiwi
Nomor Mahasiswa : 111134107
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN MODUL PRAKTIKUM IPA SEBAGAI SUPLEMEN KURIKULUM 2013 UNTUK MENDORONG SISWA KELAS IV BERPIKIR KRITIS
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 23 Januari 2015
Yang menyatakan
viii
Penata, Maria Putri. (2015). Pengembangan modul praktikum IPA sebagai
suplemen Kurikulum 2013 mendorong berpikir kritis pada siswa kelas
IV. Skripsi S-1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Latar belakang penelitian ini berdasarkan dari hasil observasi, wawancara,
dan kuesioner sebagai analisis kebutuhan yang dilakukan peneliti, menunjukkan
adanya kebutuhan guru dan siswa pada modul yang mendukung kurikulum 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa modul praktikum IPA
sebagai suplemen kurikulum 2013 mendorong berpikir kritis pada siswa kelas IV
sekolah dasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah R&D (Research and
Development). Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini
milik Borg and Gall, sampai pada tahap ke tujuh yaitu revisi produk setelah uji
terbatas. Modul praktikum IPA tersebut diujicobakan secara terbatas sebanyak
dua kali di kelas IV, pertama pada 5 siswa di SD Negeri 1 Bareng Lor Klaten dan
yang kedua pada 30 siswa di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.
Berdasarkan validasi dari guru kelas IV A SD Kanisisus Sengkan, 5 siswa
kelas IV SD Negeri 1 Bareng Lor, 30 siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan, modul
praktikum tersebut memperoleh skor rata-rata 3,40 termasuk dalam kategori “
layak” untuk digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat mengujicobakan modul praktikum IPA tersebut, peneliti
melihat adanya sikap berpikir kritis pada siswa. Uji coba terbatas 5 siswa terdapat
7 indikator yang terlihat, dan pada uji coba 30 siswa seluruh indikator terlihat
pada saat pengujian modul praktikum IPA. Dengan demikian modul praktikum
IPA sudah layak digunakan dalam pembelajaran kelas IV sekolah dasar sebagai
suplemen kurikulum 2013.
ix
Penata, Maria Putri. (2015). The Development of Science Practical Work Module
Based on 2013 Curriculum to Encourage the Critical Thinking of the
Forth Grade Student of Elementary School. Thesis. Elementary Teacher
Education Study Program, Sanata Dharma University.
This research began from the result of observation, interview and questionnaire to analyze teacher and students need, it showed that the teacher and students need module which was based on 2013 curriculum. The aim of the research was to produce science practical work module based on 2013 curriculum to train the critical thinking of 4th grade students in elementary school. The method that used of this research was Research and Development (R&D). school and 30 students of 4th grade in Kanisius Sengkan elementary school, that module received score of average was 3.40 which meant “very suitable” to use in class. Based on the observation done in trialling the science practical work module, the researcher observed the students showed the critical thinking. The limited trial design of 5 students showed 7 indicators of critical thinking that were, and then in limited trial design of 30 students all indicators of critical thinking showed when the trial design of module. The conclusion of this reasearch was the science practical work module was suitable to use in 4th grade of elementary school based on 2013 curriculum.
x
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan
penyertaanNya yang begitu berlimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini sesuai waktu yang ditentukan. Begitu juga tidak lupa peneliti ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada pihakl-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan
kepada:
1. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S.,BST.,M.A. selaku Kaprodi PGSD.
2. Rohandi, Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan
mendorong peneliti dari awal sampai akhir penelitian.
3. Wahyu Wido Sari, M.Biotech.selaku dosen pembiimbing II yang telah
membantu membimbing dan mendorong penulis dalam proses penyusunan
skripsi ini.
4. M. Sri Martini selaku Kepala Sekolah Dasar Kanisius Sengkan, yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
5. Kiki Ulandari Agustina Fasak S.Pd selaku guru kelas IV A SD Kanisius
Sengkan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian dari tahap awal sampai tahap akhir.
6. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum. selaku validator instrumen analisis kebutuhan
dalam penelitian ini.
7. Laurensia Aptik Ivanjeli, S.Psi., M.A. selaku validator instrumen analisis
kebutuhan dalam penelitian ini.
8. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku validator modul
praktikum IPA dalam penelitian ini.
9. Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si. selaku validator modul praktikum IPA
dalam penelitian ini.
10.Siswa kelas IV SD Negeri 1 Bareng Lor Klaten dan siswa kelas IV A SD
Kanisius Sengkan tahun ajaran 2014/2015 yang telah berpartisipasi dalam
proses penelitian ini.
11.Segenap staf dan karyawan PGSD yang telah memberi bantuan dan
xi
Wahyuni M.Pd yang selalu mendukungku dalam segala hal, doa, motivasi,
semangat, dan perhatian yang sangat besar selama proses penelitian ini.
13.Kakakku Sbastianus Prasetya Aditama Nagara, yang selalu mendukung
dan mendoakan.
14.Agung Tri Prabowo yang selalu membuat aku tersenyum, sabar
menemaniku, mendukungku, menyemangatiku dalam proses penelitian ini.
15.Sahabat-sahabat “Tonjo Gondhil ” (Theresia Dwi, Rosalia Henny, Putri
Tyas, Intan Maya, Anisya SM, Bernadetha Lilik) yang selalu mendukung,
menyemangiku, berjuang bersamaku, dan mengingatkanku.
16.Teman-teman kelas VII B 2011, teman-teman PGSD angkatan 2011,
Kamisan Klinik Kopi, Keluarga Asrama Syantikara, yang selalu
mendukung, menyemangati dan berproses bersama.
17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 23 Januari 2015
Peneliti
xii
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ...viii 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Batasan Masalah ... 7
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 8
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 9
1.7 Definisi Operasional ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka ... 11
2.1.1 Research and Development (RnD) ... 11
2.1.2 Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar ... 14
2.1.3 Berpikir Kritis ... 16
xiii
2.1.6 Media Pembelajaran ... 23
2.1.7 Modul Pembelajaran ... 24
2.2 Penelitian yang Relevan ... 26
2.3 Desain Diagram Penelitian... 30
2.4 Kerangka Berpikir ... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2 Setting Penelitian ... 34
3.2.1 Subjek Penelitian ... 34
3.2.2 Objek Penelitian ... 34
3.2.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
3.3 Prosedur Pengembangan ... 35
3.4 Waktu Penelitian ... 40
3.5 Uji Coba Produk ... 40
3.5.1 Desain Uji Coba ... 40
3.5.2 Subjek Uji Coba ... 41
3.6 Instrumen Penelitian ... 41
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.8 Teknik Menganalisis Data ... 45
3.7.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ... 45
3.7.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Kajian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Materi Pembelajaran ... 50
4.2Data Analisis Kebutuhan ... 52
4.2.1 Observasi ... 52
4.2.2 Wawancara ... 55
4.2.3 Kuesioner ... 62
4.3Deskripsi Produk Awal ... 65
4.4Data Ujicoba dan Revisi Produk ... 69
4.4.1 Data Validasi Pakar Bahasa serta Pakar IPA dan Revisi Produk ... 69
xiv
4.4.3.1Data Ujicoba Terbatas 5 Siswa ... 75
4.4.3.2Data Ujicoba Terbatas 30 Siswa ... 81
4.5Pembahasan ... 94
BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan ... 102
5.2Keterbatasan Penelitian ... 103
5.3Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 105
xv
Halaman
Bagan 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ...30
xvi
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Analisis Kebutuhan ...42
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Kepala Sekolah ...42
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Guru Kelas ...43
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa Kelas IV ...43
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Terhadap Siswa ...44
Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Untuk Guru ...44
Tabel 3.7 Skor Validasi Instrumen Analisis Kebutuhan oleh Ahli ...44
Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Ideal (Sokardjo,2006:53) ...47
Tabel 3.9 Kriteria Skor Skala Empat ...49
Tabel 4.1 Kompetensi Inti ...51
Tabel 4.2 Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ...64
Tabel 4.3 Komentar dan Saran Ahli Bahasa dan Revisi ...70
Tabel 4.4 Hasil Validasi Modul Ahli Bahasa dan ahli IPA ...72
Tabel 4.5 Hasil Validasi Modul Praktikum oleh Guru Kelas IV ...74
Tabel 4.6 Hasil Observasi Berpikir Kritis Siswa Uji Coba Terbatas 5 Siswa ....77
Tabel 4.7 Skor Uji Coba Terbatas 5 Siswa ...79
Tabel 4.8 Kategori Skor Uji Coba Terbatas 5 Siswa ...79
Tabel 4.9 Saran dan Komentar Siswa ...80
Tabel 4.10 Hasil Observasi Siswa Pada Ujicoba Terbatas 30 Siswa ...89
Tabel 4.11 Skor Ujicoba Terbatas 30 Siswa ...91
Tabel 4.12 Kategori Skor Uji Coba 30 Siswa ...70
Tabel 4.13 Saran dan Komentar Siswa ...71
xvii
Halaman
Gambar 4.1 Sampul Modul Praktikum IPA ... 67
Gambar 4.2 Ujicoba Terbatas 5 Siswa ... 76
xviii
Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 110
Lampiran 2 Penilaian Validasi Analisis Kebutuhan Oleh Dosen1 ... 111
Lampiran 3 Penilaian Validasi Analisis Kebutuhan Oleh Dosen2 ... 117
Lampiran 4 Lembar Pertanyaan Wawancara Siswa... 123
Lampiran 5 Lembar Pertanyaan Wawancara Kepala Sekolah ... 124
Lampiran 6 Lembar Pertanyaan Wawancara Guru ... 125
Lampiran 7 Lembar Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 126
Lampiran 8 Lembar Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 130
Lampiran 9 Lembar Validasi Modul Oleh Pakar Bahasa ... 132
Lampiran 10 Lembar Validasi Modul Oleh Pakar IPA ... 140
Lampiran 11 Lembar Validasi Modul Oleh Guru Kelas IV ... 146
Lampiran 12 Lembar Persepsi Siswa Terhadap Modul (kel. 5 siswa) ... 152
Lampiran 13 Lembar Persepsi Siswa Terhadap Modul (kel. 30 siswa) ... 155
Lampiran 14 Lembar Penilaian RPP Oleh Dosen ... 158
Lampiran 15 Lembar Penilaian RPP Oleh Guru Kelas IV ... 160
Lampiran 16 Lembar RPP Uji Coba Terbatas ... 162
Lampiran 17 Curriculum Vitae ... 169
1 BAB I
PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini berisi (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah,
(3)Batasan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, (6) spesifikasi
produk yang dikembangkan, dan (7) definisi operasional.
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan, setiap orang
berhak mendapatkan pendidikan untuk selalu berkembang dan pendidikan
tidak ada habisnya. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan didefinisikan sebagai usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dalam dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Kegiatan belajar harus dapat
membekali peserta didik dengan kecakapan hidup yang sesuai dengan
lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Dalam hal ini diperlukan
adanya pendidik yang profesional terutama guru di sekolah-sekolah dasar dan
menengah dan dosen di perguruan tinggi.
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu,
2
untuk mencapai berbagai macam kompetensi, pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Belajar membuat manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat
melaksanakan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada dasarnya merupakan ilmu yang
mempelajari hal-hal yang pasti dan nyata. IPA berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan
(Depdiknas, 2006:161). Obyek dari IPA adalah benda-benda alam. Melalui
observasi dan eksperimen pada benda-benda alam, dapat diketahui berbagai
macam informasi seperti ciri-cirinya, sifat-sifatnya, manfaatnya,
pengklasifikasiannya. Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara
siswa dengan lingkungan sekitarnya, sehingga pembelajaran IPA perlu
mengutamakan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Pengetahuan dipelajari dengan cara yang sama, yaitu dengan observasi dan
eksperimen, sehingga siswa dapat menemukan sendiri informasi tentang yang
sedang dipelajari. Dengan menemukan informasinya, maka pengetahuan siswa
akan lebih baik dan bertahan lama. Selain dengan bertambahnya pengetahuan,
siswa dilatih untuk dapat berpikir kritis. Berpikir kritis adalah interpretasi dan
evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi
dan argumentasi (Fisher dan Scriven 2009: 10). Berpikir kritis penting untuk
3
hidup terutama dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar (Hamalik 2003:18). Isi kurikulum merupakan
susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan aturan pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional. Pada sekarang ini kurikulum yang
digunakan di Negara Indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 lebih
menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan
menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya (Mulyasa 2014:4). Proses
pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan saintifik yaitu pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada perserta didik (Permendikbud, 2013). Di dalam pembelajaran
dengan pendekatan saintifik, siswa mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya.
Pendekatan saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Dalam Depdisnas, 2003 menyebutkan sasaran
pembelajaran berupa kompetensi kerja ilmiah yang antara lain menuntut
kemampuan siswa untuk melakukan penyelidikan ilmiah, berkomunikasi
ilmiah, menunjukkan kreativitas dalam memecahkan masalah, dan mampu
bersikap ilmiah. Berdasarkan sasaran yang disebutkan untuk mencapainya
dapat menggunakan eksperimen pada pembelajaran IPA di kelas. Dengan
4
melakukan sendiri. Penggunaan eksperimen dalam pembelajaran memerlukan
media pendukung salah satunya adalah modul eksperimen yang berisi
percobaan sederhana yang mendukung pembelajaran pada kurikulum 2013.
Menggunakan eksperimen atau praktikum yang membuat siswa lebih aktif
dan tidak hanya duduk diam mendengarkan. Pembelajaran IPA yang
disampaikan dengan mengaktifkan siswa akan sangat membantu siswa dalam
menerima pengetahuan baru, karena pembelajaran dilakukan dengan menarik
tanpa membuat siswa malas atau bosan. Dengan demikian terlihat
pembelajaran IPA dengan menggunakan eksperimen lebih efektif untuk
dilakukan. Berdasarkan pada observasi yang telah dilakukan pada 9 Oktober
2014 di kelas IV SD Kanisisus Sengkan, guru saat memberikan materi
pelajaran IPA sudah menggunakan media pembelajaran, yang berupa video.
Dan pada hari sebelumnya guru telah memberikan tugas kepada siswa untuk
mencari ciri-ciri khusus pada salah satu hewan. Guru membuat pembelajaran
menjadi presentasi yang dilakukan oleh beberapa siswa saja. Dengan
ketentuan siswa boleh bertanya kepada yang sedang presentasi dan yang
presentasi boleh memberikan pertanyaan kepada temannya yang duduk
memperhatikan. Wawancara pada guru dilakukan pada tanggal 18 Oktober
2014, guru mengakui bahwa tidak melakukan semua praktikum yang ada pada
buku paket Kurikulum 2013. Dan guru menyatakan bahwa sebenarnya siswa
lebih semangat dan tertarik pada pembelajaran di kelas saat adanya praktikum.
Guru juga menyebutkan jika ada praktikum harus ada pula segala sesuatu
5
praktikum. Wawancara pada siswa yang dilakukan 21 Oktober 2014
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran biasa sangat jarang dilakukan
praktikum IPA. Siswa sangat antusias jika pembelajaran di kelas terdapat
praktikum atau percobaan. Siswa beralasan dengan adanya praktikum mereka
lebih paham dan semangat dalam belajar. Siswa juga menyampaikan bahwa
untuk mendukung pembelajaran dengan praktikum dibutuhkan modul
praktikum yang mendukung. Penyebaran angket yang dilakukan kepada siswa
pada tanggal 22 Oktober 2014 tentang analisis kebutuhan siswa terhadap
modul praktikum IPA. Berdasarkan pada kuesioner yang sudah disebar 20
siswa menjawab butuh dan 20 lagi menjawab sangat butuh. Maka hasil dari
penyebaran kuesioner tersebut seluruh siswa yang berjumlah 40 anak
menyatakan membutuhkan adanya modul praktikum untuk mendukung
praktikum yang dilakukan pada pembelajaran di kelas.
IPA memiliki obyek yang nyata serta ilmunya memiliki kepastian.
Pembelajaran IPA dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman siswa tentang alam dengan membangkitkan semangat, antusias,
minat, rasa senang dan rasa ingin tahu. Dengan demikian metode
pembelajaran yang tepat digunakan adalah metode yang dapat membuat siswa
aktif saat pembelajaran di kelas.
Seorang pendidik harus memiliki konsep yang jelas dalam proses belajar
mengajar di kelas karena dalam hal ini sebuah konsep yang jelas akan
membuahkan hasil yang jelas pula di dalam kelas. Konsep yang jelas tersebut
6
media pembelajran yang nantinya membantu siswa dalam mempelajari IPA.
Prastowo (2012: 16) menyatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas. Bahan ajar yang dimaksud berupa
tertulis dan tak tertulis, modul merupakan salah satu bahan ajar. Kamus Besar
Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa modul adalah kegiatan program belajar
mengajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan yang
minimal dari guru.
Berdasarkan observasi, kuesioner, dan wawancara pada siswa, guru,
kepala sekolah tentang pembelajaran di kelas mereka setuju bahwa praktikum
adalah salah satu pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih mudah
paham karena siswa melakukannya sendiri dan lebih senang saat pelajaran.
Praktikum yang dilakukan harus memiliki pendukung salah satunya adalah
modul praktikum, dengan adanya modul diharapkan pelaksanaan praktikum
dapat dilakukan lebih baik. Modul praktikum juga dapat mendorong siswa
untuk berpikir kritis.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah, sebagai
berikut.
1. Bagaimana mengembangkan modul praktikum IPA pada materi Tema 3
Peduli Terhadap Makhluk Hidup sebagai suplemen Kurikulum 2013 pada
kelas IV SDK Sengkan Yogyakarta pada semester gasal Tahun Ajaran
7
2. Bagaimana kualitas penggunaan Modul Praktikum IPA pada materi Tema
3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup sebagai Suplemen Kurikulum 2013
pada kelas IV SDK Sengkan Yogyakarta pada semester gasal Tahun
Ajaran 2014/2015?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan Modul Praktikum IPA pada materi
Tema 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup pada kemampuan berpikir kritis
siswa kelas IV SDK Sengkan Yogyakarta pada semester gasal Tahun
Ajaran 2014/2015?
1.3Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini bertujuan supaya penelitian tidak
menyimpang dari tujuan yang ditetapkan. Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Materi yang disajikan berupa modul praktikum IPA dengan kurikulum
2013 pada tema 3 Peduli terhadap makhluk hidup
2. Produk yang dikembangakan untuk mendorong berpikir kritis siswa
kelas IV di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui cara mengembangkan modul praktikum IPA pada materi
Tema 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup sebagai suplemen Kurikulum
2013 pada kelas IV SDK Sengkan Yogyakarta pada semester gasal
8
2. Mengetahui kualitas penggunaan Modul Praktikum IPA pada materi
Tema 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup sebagai suplemen Kurikulum
2013 kelas IV SDK Sengkan Yogyakarta pada semester gasal Tahun
Pelajaran 2014/2015.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan Modul Praktikum IPA pada materi
Tema 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup pada kemampuan berpikir
kritis siswa kelas IV SDK Sengkan Yogyakarta pada semester gasal
Tahun Pelajaran 2014/2015.
1.5Manfaat Penelitian
Dari penelitian dan pengembangan ini dapat bermanfaat untuk:
1. Bagi Peneliti
Memberi gambaran tentang Modul Praktikum IPA dapat digunakan
sebagai suplemen kurikulum 2013 dan meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa kelas IV.
2. Bagi Sekolah
Meningkatkan kualitas sekolah dan mampu menjadi acuan untuk membuat
inovasi pembelajaran ke arah yang lebih baik.
3. Bagi Pendidik
Menambah wawasan dan memperkaya ilmu pengetahuan tentang modul
praktikum IPA yang dapat digunakan sebagai suplemen kurikulum
9
4. Bagi Peserta Didik
Membantu peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar dan
kemampuan berpikir kritis.
1.6Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Produk yang dikembangkan berupa modul praktikum IPA sesuai dengan
kurikulum 2013.
2. Menggunakan pendekatan scientific, yaitu mengamati, mencoba, bertanya,
menalar, dan mengkomunikasikan.
Dalam penelitian ini digunkan beberapa istilah untuk menyamakan
persepsi maka peneliti memberikan penjelasan dari beberpa istilah yang akan
10
1.8.1 Pengembangan
Pengembangan adalah suatu cara untuk mengembangkan produk baru atau
melengkapi produk yang sudah ada agar dapat digunakan dalam
pembelajaran.
1.8.2 Modul
Modul merupakan buku yang berisi materi yang lebih ringkas dan jelas
sehingga mempermudah dalam pembelajaran.
1.8.3 Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan pemikiran-pemikiran yang secara tidak sengaja
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas kajian pustaka mengenai teori yang relevan, hasil
penelitian relevan. Pada teori yang relevan akan dijelaskan mengenai kurikulum
2013, media pembelajaran, modul, Ilmu Pengetahuan Alam, berpikir kritis. Hasil
penelitian relevan berisikan tentang hasil penelitian yang pernah dilakukan orang
lain sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam kerangka berpikir
akan dijelaskan mengenai variabel yang akan diteliti dan hubungan antara variabel
independen dan dependen.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Metode Penelitian R & D (Research and Development)
Sugiyono (2010:407) menyatakan metode penelitian atau dalam bahasa
Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.
Penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah suatu proses
atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan
(Sukmadinata, 2008:164). Dalam Sanjaya (2013: 132-133) R & D (Research and
Development) dalam penelitian pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. R&D bertujuan untuk menghasilkan produk dari berbagaoi aspek
pembelajaran dan pendidikan, yang biasanya produk tersebut diarahkan
12
b. Proses pelaksanaan R&D diawali dengan studi atau survei pendahuluan
yang dilakukan untuk memahami segala sesuatu yang terlaksana di
lapangan sesuai dengan obyek pengembangan yang dapat digunakan.
Survei dilakukan dengan studi lapangan dan studi keperpustakaan sebagai
dasar pengembangan desain.
c. Proses pengembangan dilakukan secara terus menerus dalam beberapa
siklus dengan melibatkan subyek penelitian di lapangan sebenarnya tanpa
menganggu sistem dan proses yang sudah direncanakan serta ditata
sebelumnya
d. Pengujian validasi untuk menguji keandalan model hasil pengembangan
baik keandalan dilihat dari proses pembelajaran (validasi eksternal)
maupun sisi hasil belajar (validasi internal)
e. R&D tidak menguji teori atau menghasilkan prinsip dan hukum kecuali
yang berkaitan dengan yang dikembangkan.
Langkah-langkah penelitian menurut Borg dan Gall dalam Sanjaya
(2013: 133-134)
a. Riset dan pengumpulan informasi termasuk studi literatur dan observasi
kelas.
b. Perencanaan yang meliputi merumuskan tujuan, menetapkan sekuen
pelajaran serta pengujian dalam skala terbatas.
c. Pengembangan produk awal termasuk mempersiapkan bahan-bahan
13
d. Uji lapangan produk awal yang melibatkan satu sampai tiga sekolah
dengan mengikutsertakan 6 hingga 12 subjek menggunakan wawancara,
observasi dan angket, hasilnya dianalisis untuk menentukan
kelemahan-kelemahannya.
e. Berdasarkan hasil analisis, produk awal tersebut direvisi sehingga menjadi
produk yang lebih baik.
f. Uji lapangan terhadap produk yang diperbaiki dalam skala yang lebih luas.
Tahapan ini selain data kualitatif untuk menilai proses, juga dikumpulkan
data kuantitatif untuk hasil pre dan postes.
g. Revisi produk berdasarkan hasil analisis hasil uji produk tersebut
h. Uji lapangan pada skala yang lebih luas lagi dengan menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan angket kemudian data tersebut dianalisis.
i. Revisi produk berdasarkan hasil analisis data pada uji lapangan terakhir.
j. Desiminasi dan melaporkan produk hasil akhir penelitian dan
pengembangan.
Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian hanya sampai pada tahap “g
atau 7” yaitu revisi produk berdasarkan hasil analisis hasil uji produk tersebut.
Penelitian dilakukan sampai langkah ke 7 karena terkendala kurangnya biaya dan
waktu yang dibutuhkan semakin lama.
Berdasarkan pengertian dari para ahli dapat disimpulkan penelitian dan
pengembangan adalah metode penilitian yang dilakukan untuk pengembangan
14 2.1.2 Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
` Perkembangan yang dialami oleh manusia berlangsung mulai masih janin
hingga menjadi manusia dewasa. Perkembangan kognitif pada anak memiliki
tahap-tahapnya sendiri. Selama perkembangannya anak-anak mengalami
perkembangan kognitif secara bertahap. Seorang tokoh psikologi kognitif Jean
Piaget (1896-1980), membagi perkembangan anak menjadi empat tahap
(Soeparno, 2001: 24). Keempat tahap tersebut tahap sensorimotor (0-2 tahun),
tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan
tahap operasional formal (11 tahun keatas).
1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Tahap ini menekankan perkembangan yang berdasarkan tindakan dan
dilakukan langkah demi langkah. Pada tahap ini, perkembangan kognitif
anak secara umum meliputi gerak refleks, kebiasaan (kkoordinasi tangan
dan mulut, mengikuti benda bergerak dan suara), reproduksi kejadian
(mengulangi hal-hal yang menarik), perbedaan saran dan tujuan (mencari
atau menemukan benda-benda yang tersembunyi), eksperimen (rasa ingin
tahu besar, adaptasi pada siatuasi baru), representasi simbol (meniru model
yang baru) (Soeparno, 2001: 28)
2. Tahap Praoperasional
Pada tahap praoperasional, mulai digunakan bahasa simbol berupa
gambaran dan bahasa ucapan yang sederhana. Ciri lainnya adalah anak
15
kesadaran sebab-akibat dengan bertanya “Mengapa?” (Budiningsih, 2008:
38 ; Soeparno, 2001 : 68).
3. Tahap Operasional Konkret
Tahap ini menunjukkan bahwa anak dapat berpikir dengan logis, teratur,
terarah, mampu berpikir secara serasi dan klasifikasi pada benda-benda
konkret, serta penarikan kesimpulan. Anak sudah memiliki konsep tentang
bilangan, waktu, dan ruang secara lengkap (Budiningsih 2008: 38 ;
Soeparno, 2001: 86-87).
4. Tahap Operasional Formal
Pada tahap ini anak sudah memiliki kemampuan untuk berpikir secara
abstrak dan logis dengan pola pikir “kemungkinan”. Anak sudah mampu
berpikir dengan tipe hypothetico-deductive dan inductive, yang meliputi
kemampuan yang menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan
hipotesis.
Piaget (dalam Samatowa 2011: 5) mengatakan bahwa pengalaman
langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya
perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak yang terjadi secara
spontan dari kecil (sejak lahir) sampai berumur 12 tahun. Efisiensi pengalaman
langsung pada anak tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan
objek yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk
mengembangkan konsep tertentu jika anak tersebut memiliki struktur kognitif
(skemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat
16
Berdasarkan tahap-tahap yang telah dikemukakan tokoh tersebut, anak
usia sekolah dasar pada umumnya 7-11 tahun berada pada tahap operasional
konkret. Anak memiliki kemampuan berpikir yang logis, teratur , terarah, mampu
berpikir secara serasi dan klasifikasi dengan rasa ingin tahu yang besar. Oleh
sebab itu siswa kelas IV masuk dalam rentang usia ini, pada usia ini siswa akan
lebih mudah menerima informasi apabila menggunakan obyek dan aktivitas nyata.
Kata lain penggunaan media (temasuk modul praktikum IPA) dalam pembelajaran
di SD memang diperlukan, karena sesuai dengan tahap berpikir siswa.
2.1.3 Berpikir Kritis
Berpikir kritis menurut John Dewey (dalam Fisher 2008: 2) adalah
pertimbangan yang aktif, persisten (terus-menerus), dan teliti dalam sebuah
keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari
sudut alasan-alasan yang mendukungnya, dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan
yang menjadi kecenderungannya. Berpikir kritis menurut Norris dan Ennis adalah
pikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang
mesti dipercaya atau dilakukan (dalam Fisher 2008: 4). Berpikir kritis adalah
mode berpikir – mengenai hal, substansi atau masalah apa saja – dimana pemikir
meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil
struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar
intelektual padanya (Fisher 2008: 4). Berpikir kritis diperlukan untuk
memecahkan suatu permasalahan sehingga dapat diperoleh keputusan yang cepat
17
Berdasarkan pemahaman berpikir kritis dari beberapa ahli diatas, berpikir
kritis adalah berpikir yang aktif yang dilakukan secara terus-menerus dan
mendalam untuk menemukan suatu keyakinan yang akan dipercaya dan
digunakan sebagai prinsip untuk memecahkan suatu masalah.
Keterampilan-keterampilan dalam berpikir kritis menurut Glaser (dalam
Fisher 2008: 7) adalah (a) kemampuan untuk mengenal masalah, (b) menemukan
cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu, (c)
mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, (d) mengenal
asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, memahami dan menggunakan
bahasa yang tepat, jelas dan khas, (f) menganalisis data, (g) menilai fakta dan
mengevaluasi pernyataan-pernyataan, (h) mengenal adanya hubungan yang logis
antara maslah-masalah, (i) menarik kesimpulan-kesimpulan dan
kesamaan-kesamaan yang diperlukan, (j) menguji kesamaan-kesamaan-kesamaan-kesamaan dan
kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil, (k) menyususn kembali pola-pola keyakinan
seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; dan (l) membuat penilaian
yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut Fisher (2008: 8) menyatakan beberapa keterampilan berpikir kritis
yang sangat penting, khususnya bagaimana mengidentifikasi elemen-elemen
dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan
kesimpulan-kesimpulan; mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi; mengklarifikasi
dan menginterpretasi permyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan; menilai
ekseptabilitas, khususnya kredibilitas, klaim-klaim; mengevaluasi
18
keputusan-keputusan; menarik inferensi-inferensi; mengahasilkan
aregumen-argumen.
Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1998) dalam Kuswana (2012:
198-199) menyebutkan terdapat beberapa indikator yang menunjukkan berpikir
kritis yaitu :
1. Menjelaskan
Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan dan kesimpulan
Menganalisis argumen
Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan
Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan
2. Menduga
Mengidentifikasi asumsi tak tertulis
Menyimpulkan dan menilai keputusan
3. Membuat pengandaian dan mengintegrasikan kemampuan
Mempertimbangankan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan
atau keraguan yang mengganggu pemikiran (berpikir yang
disangka benar).
4. Menggunakan kemampuan berpikir kritis
Dilakukan secara tertib sesuai situasi seperti:
Tindak lanjut langkah-langkah pemecahan masalah
Memantau pemikiran
19 Peka terhadap perasaan, tingkat pengetahuan dan derajad
kehebatan orang lain
Indikator-indikator diatas digunakan sebagai dasar oleh peneliti untuk
membuat indikator-indikator berpikir kritis yang digunakan untuk melakukan
observasi saat uji coba terbatas lapangan kelompok besar dan kelompok kecil.
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam
Iskandar (2001: 2) menuliskan kata IPA adalah singkatan dari Ilmu
Pengetahuan Alam yang merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris
“Natural science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam.
Sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Ilmu Pengetahuan Alam secara
harafiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini atau ilmu yang mempelajari
tentang kejadian-kejadian di alam. Fisher (dalam Amien, 1987: 4) menyatakan
bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh menggunakan
metode-metode yang berdasarkan observasi. Menurut Samatowa (2011: 3)
mengatakan Ilmu Pengetahuan Alam pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu
tentang alam. Ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam ini. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara
sistematis yang berdasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
manusia. Powler (dalam Samatowa 2011: 3) menyebutkan bahwa IPA merupakan
ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang
tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi
dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu
20
menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan
berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang
atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh
hasil yang sama atau konsisten. Ditambahkan oleh Winaputra (dalam Samatowa
2011: 3) bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda
atau makhluk hidup, tapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan memecahkan
masalah. Jadi dapat disimpulkan pengertian IPA adalah ilmu pengetahuan alam
yang mempelajari tentang gejala-gejala alam atau peristiwa-peristiwa alam
dengan menggunakan metode eksperimentasi dan observasi.
Keterampilan proses sains didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam
Samatowa 2011: 5) adalah (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang
diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang
terjadi, (4) mengujikan ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah
ramalan tersebut benar. Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah anak dapat
menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk
menggali berbagai pengetahuan baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan mereka (Samatowa 2011: 10)
IPA sebagai proses ilmiah adalah proses pemecahan masalah secara
terstruktur dan terkontrol. Cara pemecahan masalah yaitu dengan mencari
informasi dan melakukan penelitian. Dalam memecahkan suatu masalah harus
memiliki ketrampilan. Keterampilan proses ilmiah yaitu keterampilan mengamati,
mengukur, mengklasifikasikan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis,
21 2.1.5 Kurikulum
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 tahun 2003). Untuk mencapai tujuan pemerintah dalam
pendidikan, tidak bisa lepas dari kurikulum pendidikan. UU No. 20 Tahun 2003
menyebutkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar. Kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk
memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik di dalam ruangan kelas maupun di
luar sekolah (Saylor, Alexander, Lewis dalam Rusman 2011: 3). Sanjaya ( 2008;
7) menyatakan sebagaimana disebutkan oleh para tokoh pendidikan bahwa
kurikulum bukan hanya menyangkut pelajaran yang harus dipelajari, melainkan
menyangkut seluruh usaha sekolah untuk memengaruhi siswa belajar, baik di
dalam maupun di luar kelas atau bahkan di luar sekolah.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada
tahun ajaran 2013/2014. Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang
dikembangkan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan soft skills
dan hardskills yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan menurut
22
Dalam kurikulum 2013 memiliki tiga ranah pencapaian hasil belajar, yaitu
berupa sikap, pengetahuan dan keterampilan. Hasil akhir dari ketiga ranah
tersebut menurut Hosnan (2014: 33) adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari
peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Kurikulum 2013 diimplementasikan dengan menggunakan
pendekatan saintifik. Hosnan (2014: 34) mengartikan pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013 sebagai proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsipyang “ditemukan”. Pendekatan
saintik bertujuan untuk memberikan pemahaman pada siswa, bahwa ilmu
pengetahuan dapat dicari oleh dirinya sendiri melalui banyak sumber belajar dan
tidak hanya terpaku pada informasi atau pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan, dan menyimpulkan (Hosnan 2014: 34). Pembelajaran dengan
metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Berpusat pada siswa
(2) melibatkan keterampilan proses sains yang mengkonstruksi konsep, hukum
23
merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa (4) Dapat mengembangkan karakter siswa (Hosnan 2014: 36).
Pendekatan ilmiah (saintifik) mempunyai beberapa kriteria proses pembelajaran
sebagai berikut (a) materi pembelajaran berbasis pada akta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata. (b) Penjelasan guru, respon siswa, dan
interaksi edukatif guru-siswa terbebas dariprasangka yang serta merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. (c)
mendorong dan menginspirasi siswa siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, alam
mengaplikasikan materi pembelajaran. (d) Mendorong dan menginspirasi siswa
mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
sama lain dari materi pembelajaran. (e) mendorong dan menginspirasi siswa
mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikiryang rasional
dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. (f) berbasis pada konsep, teori,
dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. (g) tujuan pembelajaran
dirumuskan secara sederhana dan elas, namun menarik sistem penyajiannya.
2.1.6 Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Medòë adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Rahardjito dkk,
2009). Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen
24
Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Media adalah mediator
yang diartikan sebagai penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua
pihak dan ikut mendamaikannya (sukiman 2012: 28). Menurut Aderson dalam
Sukiman (2012: 28) menyebutkan media pembelajaran adalah media yang
memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang
pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Media merupakan segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga merangsang pikiran, perasaan, minat perhatian serta kemauan peserta
didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif.
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan minat perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
2.1.7 Modul Pembelajaran
Modul adalah sebuah bingkisan bahan pelajaran tertulis yang dapat
dipelajari oleh anak dengan auto aktivitasnya, dimana layanan dan bimbingan
guru/pamong diatur sesedikit mungkin (Soemirat 1980: 3). Modul merupakan alat
atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai
25
2013:3). Dalam Jurnalnya Menurut Yulianti (2013:3-4) modul pembelajaran harus
mampu memerankan fungsi dan peranan dalam pembelajaran yang efektif, modul
perlu dirancang dan dikembangkan dengan mengikuti kaidah dan elemen yang
mensyaratkan. Pentingnya ketersediaan modul yang dikembangkan dengan
memanfaatkan hasil-hasil penelitian pendidikan karena materi yang akan disajikan
akan menghubungkan keterkaitan antara fakta yang diperoleh dari pengumpulan
data, konsep dari kajian teori, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi
pembelajaran (Parmin 2012:2).
Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar tahun 2004
mengartikan modul sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta
didik dapat belajar secara mandiri tanpa ada bimbingan guru (Prastowo 2013:
104). Menurut Surahman (dalam Prastowo 2013:105-106) menyatakan bahwa
modul adalah program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh peserta
didik secara perseorangan (self instructsional); setelah peserta menyelesaikan satu
satuan dalam modul, selanjutnya peserta dapat melangkah maju dan mempelajari
satuan modul berikutnya. Prastowo (2013: 112) menyebutkan ada tujuh unsur
yang harus ada dalam sebuah modul, yaitu judul, petunjuk belajar (petunjuk
peserta didik atau pendidik), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung,
latihan-latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja (LK), dan evaluasi.
Modul sebagai salah satu bentuk bahan ajar, memiliki beberapa
karakteristik, antara lain dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri;
merupakan program pembelajaran yang utuh dan sistematis; mengandung tujuan,
26
diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran pengajar; cakupan bahasan
terfokus dan terukur; serta mementingkan aktivitas belajar pemakai (Mohammad
dalam Prastowo 2013: 109-110). Untuk membuat sebuah modul yang baik, harus
memperhatikan unsur-unsur utama yang harus ada dalam sebuah modul.
Berdasarkan dari pendapat ahli di atas dapat dikatakan bahwa modul
adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi
materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri dan mudah
dipahami oleh peserta didik.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian pengembangan modul praktikum IPA sebagai suplemen
Kurikulum 2013 dan berpikir kritis siswa merupakan hal yang baru dan masih
sedikit yang dapat digunakan sebagai sumber penelitian yang relevan. Berikut
hasil penelitian relevan yang berhubungan dengan pengembangan modul dan
berpikir kritis siswa.
Parmin dan E. Peniati (2012) melakukan Penelitian tentang
Pengembangan Modul Mata Kuliah Stratergi Belajar Mengajar IPA Berbasis
Hasil Penelitian Pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan bahan ajar melalui pemanfaatan hasil penelitian pembelajaran
IPA dalam bentuk modul dana mengetahui keefektifan berdasarkan hasil belajar
dan respon mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan metode R & D (Research
and Development). Langkah-langkah yang ditempuh untuk pengembangan bahan
27
Kuliah Strategi Belajar Mengajar, 2. Analisis sumber belajar dalam hal ini
hasil-hasil penelitian pendidikan tentang pembelajaran IPA, 3. Analisis karakter
mahasiswa berdasarkan kondisi mahasiswa pada semester sebelumnya, 4.
Menetapkan sasaran dan isi, 5. Menetapkan strategi pengorganisasian isi
pembelajaran, 6. Menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, 7. Menetapkan
strategi pengelolaan pembelajaran dan, 8. Pengembangan prosedur pengukuran
hasil pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa mendapatkan nilai
AB sampai dengan A sebanyak 17 orang atau 68% sedangkan semua mahasiswa
menyatakan tertarik menggunakan modul mahasiswa terbantu ketika mempelajari
berbagai strategi belajar mengajar IPA.
F. Yuliawati, M. A. Rokhimawan, dan J. Suprihatiningrum (2013)
melakukan penelitian Pengembangan Modul Pembelajaran Sains Berbasis
Integrasi Islam-Sains untuk Peserta Didik Difabel Netra MI/SD Kelas 5 Semester
2 Materi Pokok Bumi dan Alam Semesta. Penelitian ini adalah penelitian
pengembangan dengan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan
modul pembelajaran sains Madrasah Ibtidaiyah untuk peserta didik difabel netra
berbasis integrasi Islam-sains yang memiliki karakter tertentu. Prosedur
pengembangan produk dalam penelitian pengembangan ini mengadaptasi model
prosedur penelitian oleh Thiagarajan dan Semmel (1974). Model ini terdiri dari 4
tahap pengembangan, yaitu pendefinisisan (define), perancangan (design),
pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Modul pembelajaran
28
pendidik SD dan SLB, dengan presentase keidealan 74,3%. Modul yang
dikembangkan menurut ahli adalah baik.
B. Hartati (2010) dengan penelitian Pengembangan Alat Peraga Gaya
Gesek untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan alat peraga gaya gesek pada bidang yang
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Penelitian pengembangan ini
dilakukan melalui: identifikasi masalah, kajian teori alat peraga, identifikasi alat
peraga yang ada, pembuatan alat peraga, ujicoba tahap 1, analisis alat, perbaikan
alat, ujicoba alat tahap 2, analisis hasil belajar. Data berpikir kritis diperoleh
melalui lembar pengamatan. Hasil pengujian alat menunjukkan bahwa
pengembangan alat peraga secara signifikan mampu meningkatkan keterampilan
berpikir kritis peserta didik dan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji
peningkatan keterampilan berpikir kritis dengan uji t diperoleh = 5,389 dengan
taraf signifikan 0,05. Kegiatan praktikum menggunakan alat peraga gaya gesek
hasil pengembangan secara nyata juga mampu meningkatkan hasil belajar peserta
didik dari 65,24 menjadi 70,63. Penggunaan alat peraga gaya gesek yang efektif
berbasis inkuiri dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, ternyata hasilnya
jelas berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik.
P. Dwijananti dan D. Yulianti (2010) meneliti tentang Pengembangan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based
Instruction pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan. Penelitian tindakan kelas ini
mempunyai tujuan mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada
29
masalah pencemaran lingkungan yang selama ini menjadi topik yang menarik
untuk dapat dicari pemecahannya. Penelitian dilakukan dengan prosedur
penelitian tindakan kelas yaitu melalui tahap-tahap perencanaan, implementasi,
observasi, dan refleksi yang dilaksanakan secara bersiklus. Jumlah siklus sesuai
dengan jumlah percobaan. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat dikembangkan pada model pembelajaran ini adalah:
mengklasifikasi, mengasumsi, memprediksi, menghipotesis, mengevaluasi,
menganalisis, dan membuat kesimpulan. Dengan rata-rata tiap siklus I, siklus II,
dan siklus III, berturut-turut: 63,10; 76,32; dan 79,80. Peningkatan nilai rata-rata
kemampuan berpikir kritis seiring dengan meningkatnya jumlah siswa yang
termasuk kategori sangat kritis dan kritis dalam hierarki kategori kemampuan
berpikir kritis.
Berdasarkan tinjauan penelitian yang relevan tersebut, pengembangan
media pembelajaran berupa modul praktikum IPA belum banyak dikeembangkan.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti masih relevan untuk mengembangkan dan
memanfaatkan modul praktikum IPA di kelas IV SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta. Peneliti berharap media pembelajaran berupa modul praktikum IPA
dapat digunakan sebagai pendukung kurikulum 2013 khususnya kelas IV Tema 3
30 2.3 Desain Diagram Penelitian
Desain diagram penelitian berdasarkan dari penelitian yang relevan
sebagai berikut.
Bagan 2.1 Penelitian yang relevan
Berpikir Kritis
Parmin dan E. Peniati (2013)
Pengembangan modul mata kuliah
Menghasilkan produk berupa modul Strategi belajar
mengajar IPA
P. Dwijananti dan D. Yulianti (2010)
Menghasilkan produk media pembelajaran berupa modul
praktikum IPA yang bertujuan sebagai suplemen kurikulum 2013 dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada siswa kelas IV mengenai materi Tema 3 Peduli terhadap makhluk hidup.
Peneliti
31 2.4 Kerangka Berpikir
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum KTSP yang
menuntut siswa aktif dan inovatif dalam pembelajaran. Ciri khas dari Kurikulum
2013 adalah materi pelajaran yang diintegrasikan ke dalam satu tema tertentu.
Bahan ajar yang ada pada buku yang disediakan pemerintah masih terdapat
kekurangan yaitu kurangnya praktikum yang sebenarnya mendukung materi
tertentu tetapi tidak dipakai pada buku paket yang ada. Selain itu pembahasan
praktikum yang kurang mendalam pada praktikum yang ada pada buku paket dari
pemerintah.
Siswa SD pada umumnya berada pada rentang 6-11 tahun memasuki tahap
operasional konkret. Tahap ini menunjukkan bahwa anak dapat berpikir dengan
logis, teratur, terarah, mampu berpikir secara serasi dan klasifikasi pada
benda-benda konkret, serta penarikan kesimpulan. Anak sudah memiliki konsep tentang
bilangan, waktu, dan ruang secara lengkap. Dibutuhkan hal-hal yang konkret,
nyata, dan pengalaman secara langsung dalam pembelajaran di kelas. Salah
satunya dengan menggunakan praktikum pada mata pelajaran IPA. Pembelajaran
dengan praktikum tak lepas dari sarana pendukungnya termasuk adannya modul.
Modul yang dimaksudkan adalah modul praktikum IPA yang berisi tentang
praktikum yang dilakukan oleh siswa secara mandiri dengan pembahasan tentang
praktikum yang sudah dilakukan lebih mendalam dan mengembangkan
keterampilan berpikir kritis siswa. Modul praktikum IPA tersebut dimaksudkan
32
Peneliti melakukan analisis kebutuhan di SD dengan cara observasi kelas
pada saat pembelajaran IPA, penyebaran angket untuk guru dan siswa, wawancara
terhadap Kepala Sekolah, guru, dan siswa. Kemudian membuat produk berupa
modul praktikum IPA kelas IV untuk Tema 3 Kurikulum 2013 yaitu Peduli
Terhadap Makhluk Hidup setelah itu dilakukan validitas terhadap modul
praktikum IPA yang telah dibuat. Validasi digunakan untuk mengetahui kualitas
modul yang dikembangkan layak untuk digunakan atau tidak. Validasi dilakukan
oleh pakar IPA dan pakar Bahasa. Setelah dilakukan validasi setiap validasi pakar
dilakukan revisi. Peneliti juga melakukan uji coba kepada kelompok terbatas dan
lapangan. Ujicoba dilakukan untuk memastikan bahwa kualitas modul praktikum
IPA yang telah dibuat layak untuk digunakan guru dan siswa pada pembelajaran
33 BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian,
(3) prosedur pengembangan, (4) uji coba produk, (5) instrumen penelitian (6)
teknik pengumpulan data, serta (7) teknik analisis.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan R&D
(Research and Development). R&D (Research and Development) dalam Bahasa
Indonesia merupakan penelitian dan pengembangan. R&D (Research and
Development) menurut Sugiyono (2010: 407) adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut. Penelitian ini mengembangkan media pembelajaran berupa modul
praktikum IPA untuk pembelajaran IPA kelas IV tema 3 Peduli Terhadap
Makhluk Hidup semester gasal SD Kanisius Sengkan dengan langkah-langkah
menurut Borg dan Gall dalam Sanjaya (2013: 133-134), yaitu: (1) pengumpulan
informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji produk awal,
(5) revisi produk, (6) uji lapangan, (7) revisi produk, (8) uji lapangan skala lebih
luas, (9) revisi uji lapangan skala luas, (10) desiminasi. Peneliti menggunakan
langkah-langkah penelitian menurut Borg dan Gall hanya sampai pada tahap ke 7.