• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan modul praktikum IPA sebagai suplemen kurikulum 2013 untuk mendorong siswa kelas IV berpikir kritis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan modul praktikum IPA sebagai suplemen kurikulum 2013 untuk mendorong siswa kelas IV berpikir kritis."

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penata, Maria Putri. (2015). Pengembangan Modul Praktikum IPA Sebagai

Suplemen Kurikulum 2013 Mendorong Siswa Kelas IV Berpikir Kritis.

Skripsi S-1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Universitas Sanata Dharma.

Latar belakang penelitian ini berdasarkan dari hasil observasi, wawancara,

dan kuesioner sebagai analisis kebutuhan yang dilakukan peneliti, menunjukkan

adanya kebutuhan guru dan siswa pada modul yang mendukung kurikulum 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa modul praktikum IPA

sebagai suplemen kurikulum 2013 mendorong berpikir kritis pada siswa kelas IV

sekolah dasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah R&D (Research and

Development). Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini

milik Borg and Gall, sampai pada tahap ke tujuh yaitu revisi produk setelah uji

terbatas. Modul praktikum IPA tersebut diujicobakan secara terbatas sebanyak

dua kali di kelas IV, pertama pada 5 siswa di SD Negeri 1 Bareng Lor Klaten dan

yang kedua pada 30 siswa di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

Berdasarkan validasi dari guru kelas IV A SD Kanisisus Sengkan, 5 siswa

kelas IV SD Negeri 1 Bareng Lor, 30 siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan, modul

praktikum tersebut memperoleh skor rata-rata 3,40 termasuk dalam kategori “

layak” untuk digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat mengujicobakan modul praktikum IPA tersebut, peneliti

melihat adanya sikap berpikir kritis pada siswa. Uji coba terbatas 5 siswa terdapat

7 indikator yang terlihat, dan pada uji coba 30 siswa seluruh indikator terlihat

pada saat pengujian modul praktikum IPA. Dengan demikian modul praktikum

IPA sudah layak digunakan dalam pembelajaran kelas IV sekolah dasar sebagai

suplemen kurikulum 2013.

(2)

ABSTRACT

Penata, Maria Putri. (2015). The Development of Module Practical Work of

Science Based on The 2013 Curriculum For The Fourt Grade of

Elementary School to Encourage The Critical Thinking. Thesis.

Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma

University.

This research began from the result of observation, interview and questionnaire to analyze teacher and students need, that analyze show the teacher and students need module which based on 2013 curriculum. The aim of the research was to produce module practical work of science based on 2013 curriculum to push the critical thinking students of 4th grade of elementary school. The method that used of this research is Research and Development (R&D). The development of procedure from Brog and Gall just until step-7 that was revision of product after doing the limited trial design. The module had limited trial design in two times for students of 4th grade of elementary school, first was small trial with 5 students in Bareng Lor Klaten elementary school, and then second trial with 30 students in Kanisisus Sengkan elementary school.

The result of validation from teacher of 4th grade in Kanisius Sengkan elementary school, 5 students of 4th grade in Bareng lor Klaten elementary school

and 30 students of 4th grade in Kanisius Sengkan elementary school, that module receive score of average was 3.40 means “very suitable” to use in class. The result of observation that researcher did when the practical module of science used, the researcher seen the students showed the critical thinking. The limited trial design of 5 students there is 7 indicator critical thinking that showed, and then in limited trial design of 30 students all of indicator critical thinking showed when the trial design of module. The conclution of this reasearch was the practical module of science was suitable to use in class of 4th grade of elementary school based on 2013 curriculum.

(3)

SUPLEMEN KURIKULUM 2013 UNTUK MENDORONG

SISWA KELAS IV BERPIKIR KRITIS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Maria Putri Penata Pratiwi NIM: 111134107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

SUPLEMEN KURIKULUM 2013 UNTUK MENDORONG

SISWA KELAS IV BERPIKIR KRITIS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Maria Putri Penata Pratiwi NIM: 111134107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan yang selalu memberikan kasih dan berkat yang melimpah

Almamater Universitas Sanata Dharma

Kedua orang tuaku tercinta, Drs. Sunarto dan Theresia Dwi Astuti Mardi

Wahyuni yang sudah memberikan doa, kasih, dukungan dan semangat, dan

terimakasih atas segala sesuatu yang telah diberikan kepadaku.

Kakakku Tersayang Sbastianus Prasetya Aditama Nagara yang telah

memberikan doa dan dukungan.

Agung Tri Prabowo yang selalu membuatku tersenyum, sabar menemaniku,

mendukungku, mendoakanku, menyemangatiku, menyayangiku, dan terimakasih

atas segala sesuatunya.

Cuhubut-cuhubutku “Tonjo Gondhil” (Theresia Dwi Kompleks, Cicik Henny,

Putri Tyas Brindil, Anisya Singo, Intan Maya Nose, Bernadetta Jembar)

(8)

v

“Hal yang paling penting bukanlah hasil akhir,

melainkan proses yang telah dilewati” -Wahyu Wido Sari-

“Tak ada yang perlu ditakutkan, jika itu memang hasil dari kerja keras kita sendiri”

-Agung Tri Prabowo-

“Lakukan bagianmu semampu yang kamu bisa, selanjutnya biarkan Tuhan melakukan bagian yang tak kamu bisa”

-NN-

“Waktu adalah hal yang paling berharga,

Bersyukurlah dan berikan yang terbaik. Karena waktu tak bisa kembali.

(9)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 Februari 2015

(10)

vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Putri Penata Pratiwi

Nomor Mahasiswa : 111134107

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN MODUL PRAKTIKUM IPA SEBAGAI SUPLEMEN KURIKULUM 2013 UNTUK MENDORONG SISWA KELAS IV BERPIKIR KRITIS

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 23 Januari 2015

Yang menyatakan

(11)

viii

Penata, Maria Putri. (2015). Pengembangan modul praktikum IPA sebagai

suplemen Kurikulum 2013 mendorong berpikir kritis pada siswa kelas

IV. Skripsi S-1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Latar belakang penelitian ini berdasarkan dari hasil observasi, wawancara,

dan kuesioner sebagai analisis kebutuhan yang dilakukan peneliti, menunjukkan

adanya kebutuhan guru dan siswa pada modul yang mendukung kurikulum 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa modul praktikum IPA

sebagai suplemen kurikulum 2013 mendorong berpikir kritis pada siswa kelas IV

sekolah dasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah R&D (Research and

Development). Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini

milik Borg and Gall, sampai pada tahap ke tujuh yaitu revisi produk setelah uji

terbatas. Modul praktikum IPA tersebut diujicobakan secara terbatas sebanyak

dua kali di kelas IV, pertama pada 5 siswa di SD Negeri 1 Bareng Lor Klaten dan

yang kedua pada 30 siswa di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

Berdasarkan validasi dari guru kelas IV A SD Kanisisus Sengkan, 5 siswa

kelas IV SD Negeri 1 Bareng Lor, 30 siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan, modul

praktikum tersebut memperoleh skor rata-rata 3,40 termasuk dalam kategori “

layak” untuk digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat mengujicobakan modul praktikum IPA tersebut, peneliti

melihat adanya sikap berpikir kritis pada siswa. Uji coba terbatas 5 siswa terdapat

7 indikator yang terlihat, dan pada uji coba 30 siswa seluruh indikator terlihat

pada saat pengujian modul praktikum IPA. Dengan demikian modul praktikum

IPA sudah layak digunakan dalam pembelajaran kelas IV sekolah dasar sebagai

suplemen kurikulum 2013.

(12)

ix

Penata, Maria Putri. (2015). The Development of Science Practical Work Module

Based on 2013 Curriculum to Encourage the Critical Thinking of the

Forth Grade Student of Elementary School. Thesis. Elementary Teacher

Education Study Program, Sanata Dharma University.

This research began from the result of observation, interview and questionnaire to analyze teacher and students need, it showed that the teacher and students need module which was based on 2013 curriculum. The aim of the research was to produce science practical work module based on 2013 curriculum to train the critical thinking of 4th grade students in elementary school. The method that used of this research was Research and Development (R&D). school and 30 students of 4th grade in Kanisius Sengkan elementary school, that module received score of average was 3.40 which meant “very suitable” to use in class. Based on the observation done in trialling the science practical work module, the researcher observed the students showed the critical thinking. The limited trial design of 5 students showed 7 indicators of critical thinking that were, and then in limited trial design of 30 students all indicators of critical thinking showed when the trial design of module. The conclusion of this reasearch was the science practical work module was suitable to use in 4th grade of elementary school based on 2013 curriculum.

(13)

x

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan

penyertaanNya yang begitu berlimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini sesuai waktu yang ditentukan. Begitu juga tidak lupa peneliti ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada pihakl-pihak yang telah membantu

selama proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan

kepada:

1. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S.,BST.,M.A. selaku Kaprodi PGSD.

2. Rohandi, Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan

mendorong peneliti dari awal sampai akhir penelitian.

3. Wahyu Wido Sari, M.Biotech.selaku dosen pembiimbing II yang telah

membantu membimbing dan mendorong penulis dalam proses penyusunan

skripsi ini.

4. M. Sri Martini selaku Kepala Sekolah Dasar Kanisius Sengkan, yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

5. Kiki Ulandari Agustina Fasak S.Pd selaku guru kelas IV A SD Kanisius

Sengkan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian dari tahap awal sampai tahap akhir.

6. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum. selaku validator instrumen analisis kebutuhan

dalam penelitian ini.

7. Laurensia Aptik Ivanjeli, S.Psi., M.A. selaku validator instrumen analisis

kebutuhan dalam penelitian ini.

8. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku validator modul

praktikum IPA dalam penelitian ini.

9. Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si. selaku validator modul praktikum IPA

dalam penelitian ini.

10.Siswa kelas IV SD Negeri 1 Bareng Lor Klaten dan siswa kelas IV A SD

Kanisius Sengkan tahun ajaran 2014/2015 yang telah berpartisipasi dalam

proses penelitian ini.

11.Segenap staf dan karyawan PGSD yang telah memberi bantuan dan

(14)

xi

Wahyuni M.Pd yang selalu mendukungku dalam segala hal, doa, motivasi,

semangat, dan perhatian yang sangat besar selama proses penelitian ini.

13.Kakakku Sbastianus Prasetya Aditama Nagara, yang selalu mendukung

dan mendoakan.

14.Agung Tri Prabowo yang selalu membuat aku tersenyum, sabar

menemaniku, mendukungku, menyemangatiku dalam proses penelitian ini.

15.Sahabat-sahabat “Tonjo Gondhil ” (Theresia Dwi, Rosalia Henny, Putri

Tyas, Intan Maya, Anisya SM, Bernadetha Lilik) yang selalu mendukung,

menyemangiku, berjuang bersamaku, dan mengingatkanku.

16.Teman-teman kelas VII B 2011, teman-teman PGSD angkatan 2011,

Kamisan Klinik Kopi, Keluarga Asrama Syantikara, yang selalu

mendukung, menyemangati dan berproses bersama.

17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu penulis mengharapkan pembaca memberikan kritik dan saran yang

membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 23 Januari 2015

Peneliti

(15)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ...viii 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 9

1.7 Definisi Operasional ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Research and Development (RnD) ... 11

2.1.2 Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar ... 14

2.1.3 Berpikir Kritis ... 16

(16)

xiii

2.1.6 Media Pembelajaran ... 23

2.1.7 Modul Pembelajaran ... 24

2.2 Penelitian yang Relevan ... 26

2.3 Desain Diagram Penelitian... 30

2.4 Kerangka Berpikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Setting Penelitian ... 34

3.2.1 Subjek Penelitian ... 34

3.2.2 Objek Penelitian ... 34

3.2.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Prosedur Pengembangan ... 35

3.4 Waktu Penelitian ... 40

3.5 Uji Coba Produk ... 40

3.5.1 Desain Uji Coba ... 40

3.5.2 Subjek Uji Coba ... 41

3.6 Instrumen Penelitian ... 41

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.8 Teknik Menganalisis Data ... 45

3.7.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ... 45

3.7.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Kajian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Materi Pembelajaran ... 50

4.2Data Analisis Kebutuhan ... 52

4.2.1 Observasi ... 52

4.2.2 Wawancara ... 55

4.2.3 Kuesioner ... 62

4.3Deskripsi Produk Awal ... 65

4.4Data Ujicoba dan Revisi Produk ... 69

4.4.1 Data Validasi Pakar Bahasa serta Pakar IPA dan Revisi Produk ... 69

(17)

xiv

4.4.3.1Data Ujicoba Terbatas 5 Siswa ... 75

4.4.3.2Data Ujicoba Terbatas 30 Siswa ... 81

4.5Pembahasan ... 94

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan ... 102

5.2Keterbatasan Penelitian ... 103

5.3Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(18)

xv

Halaman

Bagan 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ...30

(19)

xvi

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Analisis Kebutuhan ...42

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Kepala Sekolah ...42

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Guru Kelas ...43

Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa Kelas IV ...43

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Terhadap Siswa ...44

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Untuk Guru ...44

Tabel 3.7 Skor Validasi Instrumen Analisis Kebutuhan oleh Ahli ...44

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Ideal (Sokardjo,2006:53) ...47

Tabel 3.9 Kriteria Skor Skala Empat ...49

Tabel 4.1 Kompetensi Inti ...51

Tabel 4.2 Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ...64

Tabel 4.3 Komentar dan Saran Ahli Bahasa dan Revisi ...70

Tabel 4.4 Hasil Validasi Modul Ahli Bahasa dan ahli IPA ...72

Tabel 4.5 Hasil Validasi Modul Praktikum oleh Guru Kelas IV ...74

Tabel 4.6 Hasil Observasi Berpikir Kritis Siswa Uji Coba Terbatas 5 Siswa ....77

Tabel 4.7 Skor Uji Coba Terbatas 5 Siswa ...79

Tabel 4.8 Kategori Skor Uji Coba Terbatas 5 Siswa ...79

Tabel 4.9 Saran dan Komentar Siswa ...80

Tabel 4.10 Hasil Observasi Siswa Pada Ujicoba Terbatas 30 Siswa ...89

Tabel 4.11 Skor Ujicoba Terbatas 30 Siswa ...91

Tabel 4.12 Kategori Skor Uji Coba 30 Siswa ...70

Tabel 4.13 Saran dan Komentar Siswa ...71

(20)

xvii

Halaman

Gambar 4.1 Sampul Modul Praktikum IPA ... 67

Gambar 4.2 Ujicoba Terbatas 5 Siswa ... 76

(21)

xviii

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 110

Lampiran 2 Penilaian Validasi Analisis Kebutuhan Oleh Dosen1 ... 111

Lampiran 3 Penilaian Validasi Analisis Kebutuhan Oleh Dosen2 ... 117

Lampiran 4 Lembar Pertanyaan Wawancara Siswa... 123

Lampiran 5 Lembar Pertanyaan Wawancara Kepala Sekolah ... 124

Lampiran 6 Lembar Pertanyaan Wawancara Guru ... 125

Lampiran 7 Lembar Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 126

Lampiran 8 Lembar Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 130

Lampiran 9 Lembar Validasi Modul Oleh Pakar Bahasa ... 132

Lampiran 10 Lembar Validasi Modul Oleh Pakar IPA ... 140

Lampiran 11 Lembar Validasi Modul Oleh Guru Kelas IV ... 146

Lampiran 12 Lembar Persepsi Siswa Terhadap Modul (kel. 5 siswa) ... 152

Lampiran 13 Lembar Persepsi Siswa Terhadap Modul (kel. 30 siswa) ... 155

Lampiran 14 Lembar Penilaian RPP Oleh Dosen ... 158

Lampiran 15 Lembar Penilaian RPP Oleh Guru Kelas IV ... 160

Lampiran 16 Lembar RPP Uji Coba Terbatas ... 162

Lampiran 17 Curriculum Vitae ... 169

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini berisi (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah,

(3)Batasan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, (6) spesifikasi

produk yang dikembangkan, dan (7) definisi operasional.

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan, setiap orang

berhak mendapatkan pendidikan untuk selalu berkembang dan pendidikan

tidak ada habisnya. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan didefinisikan sebagai usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dalam dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Kegiatan belajar harus dapat

membekali peserta didik dengan kecakapan hidup yang sesuai dengan

lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Dalam hal ini diperlukan

adanya pendidik yang profesional terutama guru di sekolah-sekolah dasar dan

menengah dan dosen di perguruan tinggi.

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu,

(23)

2

untuk mencapai berbagai macam kompetensi, pengetahuan, keterampilan, dan

sikap. Belajar membuat manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat

melaksanakan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada dasarnya merupakan ilmu yang

mempelajari hal-hal yang pasti dan nyata. IPA berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan

(Depdiknas, 2006:161). Obyek dari IPA adalah benda-benda alam. Melalui

observasi dan eksperimen pada benda-benda alam, dapat diketahui berbagai

macam informasi seperti ciri-cirinya, sifat-sifatnya, manfaatnya,

pengklasifikasiannya. Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara

siswa dengan lingkungan sekitarnya, sehingga pembelajaran IPA perlu

mengutamakan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Pengetahuan dipelajari dengan cara yang sama, yaitu dengan observasi dan

eksperimen, sehingga siswa dapat menemukan sendiri informasi tentang yang

sedang dipelajari. Dengan menemukan informasinya, maka pengetahuan siswa

akan lebih baik dan bertahan lama. Selain dengan bertambahnya pengetahuan,

siswa dilatih untuk dapat berpikir kritis. Berpikir kritis adalah interpretasi dan

evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi

dan argumentasi (Fisher dan Scriven 2009: 10). Berpikir kritis penting untuk

(24)

3

hidup terutama dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan yang

dihadapinya.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan belajar mengajar (Hamalik 2003:18). Isi kurikulum merupakan

susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan

penyelenggaraan aturan pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan nasional. Pada sekarang ini kurikulum yang

digunakan di Negara Indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 lebih

menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan

menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya (Mulyasa 2014:4). Proses

pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan

menggunakan pendekatan saintifik yaitu pendekatan pembelajaran yang

berpusat pada perserta didik (Permendikbud, 2013). Di dalam pembelajaran

dengan pendekatan saintifik, siswa mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya.

Pendekatan saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Dalam Depdisnas, 2003 menyebutkan sasaran

pembelajaran berupa kompetensi kerja ilmiah yang antara lain menuntut

kemampuan siswa untuk melakukan penyelidikan ilmiah, berkomunikasi

ilmiah, menunjukkan kreativitas dalam memecahkan masalah, dan mampu

bersikap ilmiah. Berdasarkan sasaran yang disebutkan untuk mencapainya

dapat menggunakan eksperimen pada pembelajaran IPA di kelas. Dengan

(25)

4

melakukan sendiri. Penggunaan eksperimen dalam pembelajaran memerlukan

media pendukung salah satunya adalah modul eksperimen yang berisi

percobaan sederhana yang mendukung pembelajaran pada kurikulum 2013.

Menggunakan eksperimen atau praktikum yang membuat siswa lebih aktif

dan tidak hanya duduk diam mendengarkan. Pembelajaran IPA yang

disampaikan dengan mengaktifkan siswa akan sangat membantu siswa dalam

menerima pengetahuan baru, karena pembelajaran dilakukan dengan menarik

tanpa membuat siswa malas atau bosan. Dengan demikian terlihat

pembelajaran IPA dengan menggunakan eksperimen lebih efektif untuk

dilakukan. Berdasarkan pada observasi yang telah dilakukan pada 9 Oktober

2014 di kelas IV SD Kanisisus Sengkan, guru saat memberikan materi

pelajaran IPA sudah menggunakan media pembelajaran, yang berupa video.

Dan pada hari sebelumnya guru telah memberikan tugas kepada siswa untuk

mencari ciri-ciri khusus pada salah satu hewan. Guru membuat pembelajaran

menjadi presentasi yang dilakukan oleh beberapa siswa saja. Dengan

ketentuan siswa boleh bertanya kepada yang sedang presentasi dan yang

presentasi boleh memberikan pertanyaan kepada temannya yang duduk

memperhatikan. Wawancara pada guru dilakukan pada tanggal 18 Oktober

2014, guru mengakui bahwa tidak melakukan semua praktikum yang ada pada

buku paket Kurikulum 2013. Dan guru menyatakan bahwa sebenarnya siswa

lebih semangat dan tertarik pada pembelajaran di kelas saat adanya praktikum.

Guru juga menyebutkan jika ada praktikum harus ada pula segala sesuatu

(26)

5

praktikum. Wawancara pada siswa yang dilakukan 21 Oktober 2014

menunjukkan bahwa dalam pembelajaran biasa sangat jarang dilakukan

praktikum IPA. Siswa sangat antusias jika pembelajaran di kelas terdapat

praktikum atau percobaan. Siswa beralasan dengan adanya praktikum mereka

lebih paham dan semangat dalam belajar. Siswa juga menyampaikan bahwa

untuk mendukung pembelajaran dengan praktikum dibutuhkan modul

praktikum yang mendukung. Penyebaran angket yang dilakukan kepada siswa

pada tanggal 22 Oktober 2014 tentang analisis kebutuhan siswa terhadap

modul praktikum IPA. Berdasarkan pada kuesioner yang sudah disebar 20

siswa menjawab butuh dan 20 lagi menjawab sangat butuh. Maka hasil dari

penyebaran kuesioner tersebut seluruh siswa yang berjumlah 40 anak

menyatakan membutuhkan adanya modul praktikum untuk mendukung

praktikum yang dilakukan pada pembelajaran di kelas.

IPA memiliki obyek yang nyata serta ilmunya memiliki kepastian.

Pembelajaran IPA dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman siswa tentang alam dengan membangkitkan semangat, antusias,

minat, rasa senang dan rasa ingin tahu. Dengan demikian metode

pembelajaran yang tepat digunakan adalah metode yang dapat membuat siswa

aktif saat pembelajaran di kelas.

Seorang pendidik harus memiliki konsep yang jelas dalam proses belajar

mengajar di kelas karena dalam hal ini sebuah konsep yang jelas akan

membuahkan hasil yang jelas pula di dalam kelas. Konsep yang jelas tersebut

(27)

6

media pembelajran yang nantinya membantu siswa dalam mempelajari IPA.

Prastowo (2012: 16) menyatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk

bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas. Bahan ajar yang dimaksud berupa

tertulis dan tak tertulis, modul merupakan salah satu bahan ajar. Kamus Besar

Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa modul adalah kegiatan program belajar

mengajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan yang

minimal dari guru.

Berdasarkan observasi, kuesioner, dan wawancara pada siswa, guru,

kepala sekolah tentang pembelajaran di kelas mereka setuju bahwa praktikum

adalah salah satu pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih mudah

paham karena siswa melakukannya sendiri dan lebih senang saat pelajaran.

Praktikum yang dilakukan harus memiliki pendukung salah satunya adalah

modul praktikum, dengan adanya modul diharapkan pelaksanaan praktikum

dapat dilakukan lebih baik. Modul praktikum juga dapat mendorong siswa

untuk berpikir kritis.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah, sebagai

berikut.

1. Bagaimana mengembangkan modul praktikum IPA pada materi Tema 3

Peduli Terhadap Makhluk Hidup sebagai suplemen Kurikulum 2013 pada

kelas IV SDK Sengkan Yogyakarta pada semester gasal Tahun Ajaran

(28)

7

2. Bagaimana kualitas penggunaan Modul Praktikum IPA pada materi Tema

3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup sebagai Suplemen Kurikulum 2013

pada kelas IV SDK Sengkan Yogyakarta pada semester gasal Tahun

Ajaran 2014/2015?

3. Bagaimana pengaruh penggunaan Modul Praktikum IPA pada materi

Tema 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup pada kemampuan berpikir kritis

siswa kelas IV SDK Sengkan Yogyakarta pada semester gasal Tahun

Ajaran 2014/2015?

1.3Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini bertujuan supaya penelitian tidak

menyimpang dari tujuan yang ditetapkan. Adapun batasan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Materi yang disajikan berupa modul praktikum IPA dengan kurikulum

2013 pada tema 3 Peduli terhadap makhluk hidup

2. Produk yang dikembangakan untuk mendorong berpikir kritis siswa

kelas IV di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui cara mengembangkan modul praktikum IPA pada materi

Tema 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup sebagai suplemen Kurikulum

2013 pada kelas IV SDK Sengkan Yogyakarta pada semester gasal

(29)

8

2. Mengetahui kualitas penggunaan Modul Praktikum IPA pada materi

Tema 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup sebagai suplemen Kurikulum

2013 kelas IV SDK Sengkan Yogyakarta pada semester gasal Tahun

Pelajaran 2014/2015.

3. Mengetahui pengaruh penggunaan Modul Praktikum IPA pada materi

Tema 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup pada kemampuan berpikir

kritis siswa kelas IV SDK Sengkan Yogyakarta pada semester gasal

Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.5Manfaat Penelitian

Dari penelitian dan pengembangan ini dapat bermanfaat untuk:

1. Bagi Peneliti

Memberi gambaran tentang Modul Praktikum IPA dapat digunakan

sebagai suplemen kurikulum 2013 dan meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa kelas IV.

2. Bagi Sekolah

Meningkatkan kualitas sekolah dan mampu menjadi acuan untuk membuat

inovasi pembelajaran ke arah yang lebih baik.

3. Bagi Pendidik

Menambah wawasan dan memperkaya ilmu pengetahuan tentang modul

praktikum IPA yang dapat digunakan sebagai suplemen kurikulum

(30)

9

4. Bagi Peserta Didik

Membantu peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar dan

kemampuan berpikir kritis.

1.6Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Produk yang dikembangkan berupa modul praktikum IPA sesuai dengan

kurikulum 2013.

2. Menggunakan pendekatan scientific, yaitu mengamati, mencoba, bertanya,

menalar, dan mengkomunikasikan.

Dalam penelitian ini digunkan beberapa istilah untuk menyamakan

persepsi maka peneliti memberikan penjelasan dari beberpa istilah yang akan

(31)

10

1.8.1 Pengembangan

Pengembangan adalah suatu cara untuk mengembangkan produk baru atau

melengkapi produk yang sudah ada agar dapat digunakan dalam

pembelajaran.

1.8.2 Modul

Modul merupakan buku yang berisi materi yang lebih ringkas dan jelas

sehingga mempermudah dalam pembelajaran.

1.8.3 Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan pemikiran-pemikiran yang secara tidak sengaja

(32)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas kajian pustaka mengenai teori yang relevan, hasil

penelitian relevan. Pada teori yang relevan akan dijelaskan mengenai kurikulum

2013, media pembelajaran, modul, Ilmu Pengetahuan Alam, berpikir kritis. Hasil

penelitian relevan berisikan tentang hasil penelitian yang pernah dilakukan orang

lain sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam kerangka berpikir

akan dijelaskan mengenai variabel yang akan diteliti dan hubungan antara variabel

independen dan dependen.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Metode Penelitian R & D (Research and Development)

Sugiyono (2010:407) menyatakan metode penelitian atau dalam bahasa

Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

Penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah suatu proses

atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan

(Sukmadinata, 2008:164). Dalam Sanjaya (2013: 132-133) R & D (Research and

Development) dalam penelitian pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. R&D bertujuan untuk menghasilkan produk dari berbagaoi aspek

pembelajaran dan pendidikan, yang biasanya produk tersebut diarahkan

(33)

12

b. Proses pelaksanaan R&D diawali dengan studi atau survei pendahuluan

yang dilakukan untuk memahami segala sesuatu yang terlaksana di

lapangan sesuai dengan obyek pengembangan yang dapat digunakan.

Survei dilakukan dengan studi lapangan dan studi keperpustakaan sebagai

dasar pengembangan desain.

c. Proses pengembangan dilakukan secara terus menerus dalam beberapa

siklus dengan melibatkan subyek penelitian di lapangan sebenarnya tanpa

menganggu sistem dan proses yang sudah direncanakan serta ditata

sebelumnya

d. Pengujian validasi untuk menguji keandalan model hasil pengembangan

baik keandalan dilihat dari proses pembelajaran (validasi eksternal)

maupun sisi hasil belajar (validasi internal)

e. R&D tidak menguji teori atau menghasilkan prinsip dan hukum kecuali

yang berkaitan dengan yang dikembangkan.

Langkah-langkah penelitian menurut Borg dan Gall dalam Sanjaya

(2013: 133-134)

a. Riset dan pengumpulan informasi termasuk studi literatur dan observasi

kelas.

b. Perencanaan yang meliputi merumuskan tujuan, menetapkan sekuen

pelajaran serta pengujian dalam skala terbatas.

c. Pengembangan produk awal termasuk mempersiapkan bahan-bahan

(34)

13

d. Uji lapangan produk awal yang melibatkan satu sampai tiga sekolah

dengan mengikutsertakan 6 hingga 12 subjek menggunakan wawancara,

observasi dan angket, hasilnya dianalisis untuk menentukan

kelemahan-kelemahannya.

e. Berdasarkan hasil analisis, produk awal tersebut direvisi sehingga menjadi

produk yang lebih baik.

f. Uji lapangan terhadap produk yang diperbaiki dalam skala yang lebih luas.

Tahapan ini selain data kualitatif untuk menilai proses, juga dikumpulkan

data kuantitatif untuk hasil pre dan postes.

g. Revisi produk berdasarkan hasil analisis hasil uji produk tersebut

h. Uji lapangan pada skala yang lebih luas lagi dengan menggunakan teknik

wawancara, observasi, dan angket kemudian data tersebut dianalisis.

i. Revisi produk berdasarkan hasil analisis data pada uji lapangan terakhir.

j. Desiminasi dan melaporkan produk hasil akhir penelitian dan

pengembangan.

Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian hanya sampai pada tahap “g

atau 7” yaitu revisi produk berdasarkan hasil analisis hasil uji produk tersebut.

Penelitian dilakukan sampai langkah ke 7 karena terkendala kurangnya biaya dan

waktu yang dibutuhkan semakin lama.

Berdasarkan pengertian dari para ahli dapat disimpulkan penelitian dan

pengembangan adalah metode penilitian yang dilakukan untuk pengembangan

(35)

14 2.1.2 Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

` Perkembangan yang dialami oleh manusia berlangsung mulai masih janin

hingga menjadi manusia dewasa. Perkembangan kognitif pada anak memiliki

tahap-tahapnya sendiri. Selama perkembangannya anak-anak mengalami

perkembangan kognitif secara bertahap. Seorang tokoh psikologi kognitif Jean

Piaget (1896-1980), membagi perkembangan anak menjadi empat tahap

(Soeparno, 2001: 24). Keempat tahap tersebut tahap sensorimotor (0-2 tahun),

tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan

tahap operasional formal (11 tahun keatas).

1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)

Tahap ini menekankan perkembangan yang berdasarkan tindakan dan

dilakukan langkah demi langkah. Pada tahap ini, perkembangan kognitif

anak secara umum meliputi gerak refleks, kebiasaan (kkoordinasi tangan

dan mulut, mengikuti benda bergerak dan suara), reproduksi kejadian

(mengulangi hal-hal yang menarik), perbedaan saran dan tujuan (mencari

atau menemukan benda-benda yang tersembunyi), eksperimen (rasa ingin

tahu besar, adaptasi pada siatuasi baru), representasi simbol (meniru model

yang baru) (Soeparno, 2001: 28)

2. Tahap Praoperasional

Pada tahap praoperasional, mulai digunakan bahasa simbol berupa

gambaran dan bahasa ucapan yang sederhana. Ciri lainnya adalah anak

(36)

15

kesadaran sebab-akibat dengan bertanya “Mengapa?” (Budiningsih, 2008:

38 ; Soeparno, 2001 : 68).

3. Tahap Operasional Konkret

Tahap ini menunjukkan bahwa anak dapat berpikir dengan logis, teratur,

terarah, mampu berpikir secara serasi dan klasifikasi pada benda-benda

konkret, serta penarikan kesimpulan. Anak sudah memiliki konsep tentang

bilangan, waktu, dan ruang secara lengkap (Budiningsih 2008: 38 ;

Soeparno, 2001: 86-87).

4. Tahap Operasional Formal

Pada tahap ini anak sudah memiliki kemampuan untuk berpikir secara

abstrak dan logis dengan pola pikir “kemungkinan”. Anak sudah mampu

berpikir dengan tipe hypothetico-deductive dan inductive, yang meliputi

kemampuan yang menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan

hipotesis.

Piaget (dalam Samatowa 2011: 5) mengatakan bahwa pengalaman

langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya

perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak yang terjadi secara

spontan dari kecil (sejak lahir) sampai berumur 12 tahun. Efisiensi pengalaman

langsung pada anak tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan

objek yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk

mengembangkan konsep tertentu jika anak tersebut memiliki struktur kognitif

(skemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat

(37)

16

Berdasarkan tahap-tahap yang telah dikemukakan tokoh tersebut, anak

usia sekolah dasar pada umumnya 7-11 tahun berada pada tahap operasional

konkret. Anak memiliki kemampuan berpikir yang logis, teratur , terarah, mampu

berpikir secara serasi dan klasifikasi dengan rasa ingin tahu yang besar. Oleh

sebab itu siswa kelas IV masuk dalam rentang usia ini, pada usia ini siswa akan

lebih mudah menerima informasi apabila menggunakan obyek dan aktivitas nyata.

Kata lain penggunaan media (temasuk modul praktikum IPA) dalam pembelajaran

di SD memang diperlukan, karena sesuai dengan tahap berpikir siswa.

2.1.3 Berpikir Kritis

Berpikir kritis menurut John Dewey (dalam Fisher 2008: 2) adalah

pertimbangan yang aktif, persisten (terus-menerus), dan teliti dalam sebuah

keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari

sudut alasan-alasan yang mendukungnya, dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan

yang menjadi kecenderungannya. Berpikir kritis menurut Norris dan Ennis adalah

pikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang

mesti dipercaya atau dilakukan (dalam Fisher 2008: 4). Berpikir kritis adalah

mode berpikir – mengenai hal, substansi atau masalah apa saja – dimana pemikir

meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil

struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar

intelektual padanya (Fisher 2008: 4). Berpikir kritis diperlukan untuk

memecahkan suatu permasalahan sehingga dapat diperoleh keputusan yang cepat

(38)

17

Berdasarkan pemahaman berpikir kritis dari beberapa ahli diatas, berpikir

kritis adalah berpikir yang aktif yang dilakukan secara terus-menerus dan

mendalam untuk menemukan suatu keyakinan yang akan dipercaya dan

digunakan sebagai prinsip untuk memecahkan suatu masalah.

Keterampilan-keterampilan dalam berpikir kritis menurut Glaser (dalam

Fisher 2008: 7) adalah (a) kemampuan untuk mengenal masalah, (b) menemukan

cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu, (c)

mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, (d) mengenal

asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, memahami dan menggunakan

bahasa yang tepat, jelas dan khas, (f) menganalisis data, (g) menilai fakta dan

mengevaluasi pernyataan-pernyataan, (h) mengenal adanya hubungan yang logis

antara maslah-masalah, (i) menarik kesimpulan-kesimpulan dan

kesamaan-kesamaan yang diperlukan, (j) menguji kesamaan-kesamaan-kesamaan-kesamaan dan

kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil, (k) menyususn kembali pola-pola keyakinan

seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; dan (l) membuat penilaian

yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan

sehari-hari. Menurut Fisher (2008: 8) menyatakan beberapa keterampilan berpikir kritis

yang sangat penting, khususnya bagaimana mengidentifikasi elemen-elemen

dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan

kesimpulan-kesimpulan; mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi; mengklarifikasi

dan menginterpretasi permyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan; menilai

ekseptabilitas, khususnya kredibilitas, klaim-klaim; mengevaluasi

(39)

18

keputusan-keputusan; menarik inferensi-inferensi; mengahasilkan

aregumen-argumen.

Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1998) dalam Kuswana (2012:

198-199) menyebutkan terdapat beberapa indikator yang menunjukkan berpikir

kritis yaitu :

1. Menjelaskan

 Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan dan kesimpulan

 Menganalisis argumen

 Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan

 Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan

2. Menduga

 Mengidentifikasi asumsi tak tertulis

 Menyimpulkan dan menilai keputusan

3. Membuat pengandaian dan mengintegrasikan kemampuan

 Mempertimbangankan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan

atau keraguan yang mengganggu pemikiran (berpikir yang

disangka benar).

4. Menggunakan kemampuan berpikir kritis

 Dilakukan secara tertib sesuai situasi seperti:

 Tindak lanjut langkah-langkah pemecahan masalah

 Memantau pemikiran

(40)

19  Peka terhadap perasaan, tingkat pengetahuan dan derajad

kehebatan orang lain

Indikator-indikator diatas digunakan sebagai dasar oleh peneliti untuk

membuat indikator-indikator berpikir kritis yang digunakan untuk melakukan

observasi saat uji coba terbatas lapangan kelompok besar dan kelompok kecil.

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam

Iskandar (2001: 2) menuliskan kata IPA adalah singkatan dari Ilmu

Pengetahuan Alam yang merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris

Natural science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam.

Sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Ilmu Pengetahuan Alam secara

harafiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini atau ilmu yang mempelajari

tentang kejadian-kejadian di alam. Fisher (dalam Amien, 1987: 4) menyatakan

bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh menggunakan

metode-metode yang berdasarkan observasi. Menurut Samatowa (2011: 3)

mengatakan Ilmu Pengetahuan Alam pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu

tentang alam. Ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di

alam ini. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara

sistematis yang berdasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan

manusia. Powler (dalam Samatowa 2011: 3) menyebutkan bahwa IPA merupakan

ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang

tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi

dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu

(41)

20

menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan

berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang

atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh

hasil yang sama atau konsisten. Ditambahkan oleh Winaputra (dalam Samatowa

2011: 3) bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda

atau makhluk hidup, tapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan memecahkan

masalah. Jadi dapat disimpulkan pengertian IPA adalah ilmu pengetahuan alam

yang mempelajari tentang gejala-gejala alam atau peristiwa-peristiwa alam

dengan menggunakan metode eksperimentasi dan observasi.

Keterampilan proses sains didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam

Samatowa 2011: 5) adalah (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang

diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang

terjadi, (4) mengujikan ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah

ramalan tersebut benar. Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah anak dapat

menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk

menggali berbagai pengetahuan baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikannya

dalam kehidupan mereka (Samatowa 2011: 10)

IPA sebagai proses ilmiah adalah proses pemecahan masalah secara

terstruktur dan terkontrol. Cara pemecahan masalah yaitu dengan mencari

informasi dan melakukan penelitian. Dalam memecahkan suatu masalah harus

memiliki ketrampilan. Keterampilan proses ilmiah yaitu keterampilan mengamati,

mengukur, mengklasifikasikan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis,

(42)

21 2.1.5 Kurikulum

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 tahun 2003). Untuk mencapai tujuan pemerintah dalam

pendidikan, tidak bisa lepas dari kurikulum pendidikan. UU No. 20 Tahun 2003

menyebutkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan belajar mengajar. Kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk

memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik di dalam ruangan kelas maupun di

luar sekolah (Saylor, Alexander, Lewis dalam Rusman 2011: 3). Sanjaya ( 2008;

7) menyatakan sebagaimana disebutkan oleh para tokoh pendidikan bahwa

kurikulum bukan hanya menyangkut pelajaran yang harus dipelajari, melainkan

menyangkut seluruh usaha sekolah untuk memengaruhi siswa belajar, baik di

dalam maupun di luar kelas atau bahkan di luar sekolah.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada

tahun ajaran 2013/2014. Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang

dikembangkan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan soft skills

dan hardskills yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan menurut

(43)

22

Dalam kurikulum 2013 memiliki tiga ranah pencapaian hasil belajar, yaitu

berupa sikap, pengetahuan dan keterampilan. Hasil akhir dari ketiga ranah

tersebut menurut Hosnan (2014: 33) adalah peningkatan dan keseimbangan antara

kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang

memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari

peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Kurikulum 2013 diimplementasikan dengan menggunakan

pendekatan saintifik. Hosnan (2014: 34) mengartikan pendekatan saintifik pada

kurikulum 2013 sebagai proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa

agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui

tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan

data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsipyang “ditemukan”. Pendekatan

saintik bertujuan untuk memberikan pemahaman pada siswa, bahwa ilmu

pengetahuan dapat dicari oleh dirinya sendiri melalui banyak sumber belajar dan

tidak hanya terpaku pada informasi atau pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan

keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,

menjelaskan, dan menyimpulkan (Hosnan 2014: 34). Pembelajaran dengan

metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Berpusat pada siswa

(2) melibatkan keterampilan proses sains yang mengkonstruksi konsep, hukum

(44)

23

merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat

tinggi siswa (4) Dapat mengembangkan karakter siswa (Hosnan 2014: 36).

Pendekatan ilmiah (saintifik) mempunyai beberapa kriteria proses pembelajaran

sebagai berikut (a) materi pembelajaran berbasis pada akta atau fenomena yang

dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,

khayalan, legenda, atau dongeng semata. (b) Penjelasan guru, respon siswa, dan

interaksi edukatif guru-siswa terbebas dariprasangka yang serta merta, pemikiran

subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. (c)

mendorong dan menginspirasi siswa siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat

dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, alam

mengaplikasikan materi pembelajaran. (d) Mendorong dan menginspirasi siswa

mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu

sama lain dari materi pembelajaran. (e) mendorong dan menginspirasi siswa

mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikiryang rasional

dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. (f) berbasis pada konsep, teori,

dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. (g) tujuan pembelajaran

dirumuskan secara sederhana dan elas, namun menarik sistem penyajiannya.

2.1.6 Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Medòë adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Rahardjito dkk,

2009). Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen

(45)

24

Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Media adalah mediator

yang diartikan sebagai penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua

pihak dan ikut mendamaikannya (sukiman 2012: 28). Menurut Aderson dalam

Sukiman (2012: 28) menyebutkan media pembelajaran adalah media yang

memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang

pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Media merupakan segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga merangsang pikiran, perasaan, minat perhatian serta kemauan peserta

didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran yang efektif.

Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa media

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,

dan minat perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

2.1.7 Modul Pembelajaran

Modul adalah sebuah bingkisan bahan pelajaran tertulis yang dapat

dipelajari oleh anak dengan auto aktivitasnya, dimana layanan dan bimbingan

guru/pamong diatur sesedikit mungkin (Soemirat 1980: 3). Modul merupakan alat

atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara

mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai

(46)

25

2013:3). Dalam Jurnalnya Menurut Yulianti (2013:3-4) modul pembelajaran harus

mampu memerankan fungsi dan peranan dalam pembelajaran yang efektif, modul

perlu dirancang dan dikembangkan dengan mengikuti kaidah dan elemen yang

mensyaratkan. Pentingnya ketersediaan modul yang dikembangkan dengan

memanfaatkan hasil-hasil penelitian pendidikan karena materi yang akan disajikan

akan menghubungkan keterkaitan antara fakta yang diperoleh dari pengumpulan

data, konsep dari kajian teori, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi

pembelajaran (Parmin 2012:2).

Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar tahun 2004

mengartikan modul sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta

didik dapat belajar secara mandiri tanpa ada bimbingan guru (Prastowo 2013:

104). Menurut Surahman (dalam Prastowo 2013:105-106) menyatakan bahwa

modul adalah program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh peserta

didik secara perseorangan (self instructsional); setelah peserta menyelesaikan satu

satuan dalam modul, selanjutnya peserta dapat melangkah maju dan mempelajari

satuan modul berikutnya. Prastowo (2013: 112) menyebutkan ada tujuh unsur

yang harus ada dalam sebuah modul, yaitu judul, petunjuk belajar (petunjuk

peserta didik atau pendidik), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung,

latihan-latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja (LK), dan evaluasi.

Modul sebagai salah satu bentuk bahan ajar, memiliki beberapa

karakteristik, antara lain dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri;

merupakan program pembelajaran yang utuh dan sistematis; mengandung tujuan,

(47)

26

diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran pengajar; cakupan bahasan

terfokus dan terukur; serta mementingkan aktivitas belajar pemakai (Mohammad

dalam Prastowo 2013: 109-110). Untuk membuat sebuah modul yang baik, harus

memperhatikan unsur-unsur utama yang harus ada dalam sebuah modul.

Berdasarkan dari pendapat ahli di atas dapat dikatakan bahwa modul

adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi

materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri dan mudah

dipahami oleh peserta didik.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian pengembangan modul praktikum IPA sebagai suplemen

Kurikulum 2013 dan berpikir kritis siswa merupakan hal yang baru dan masih

sedikit yang dapat digunakan sebagai sumber penelitian yang relevan. Berikut

hasil penelitian relevan yang berhubungan dengan pengembangan modul dan

berpikir kritis siswa.

Parmin dan E. Peniati (2012) melakukan Penelitian tentang

Pengembangan Modul Mata Kuliah Stratergi Belajar Mengajar IPA Berbasis

Hasil Penelitian Pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengembangkan bahan ajar melalui pemanfaatan hasil penelitian pembelajaran

IPA dalam bentuk modul dana mengetahui keefektifan berdasarkan hasil belajar

dan respon mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan metode R & D (Research

and Development). Langkah-langkah yang ditempuh untuk pengembangan bahan

(48)

27

Kuliah Strategi Belajar Mengajar, 2. Analisis sumber belajar dalam hal ini

hasil-hasil penelitian pendidikan tentang pembelajaran IPA, 3. Analisis karakter

mahasiswa berdasarkan kondisi mahasiswa pada semester sebelumnya, 4.

Menetapkan sasaran dan isi, 5. Menetapkan strategi pengorganisasian isi

pembelajaran, 6. Menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, 7. Menetapkan

strategi pengelolaan pembelajaran dan, 8. Pengembangan prosedur pengukuran

hasil pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa mendapatkan nilai

AB sampai dengan A sebanyak 17 orang atau 68% sedangkan semua mahasiswa

menyatakan tertarik menggunakan modul mahasiswa terbantu ketika mempelajari

berbagai strategi belajar mengajar IPA.

F. Yuliawati, M. A. Rokhimawan, dan J. Suprihatiningrum (2013)

melakukan penelitian Pengembangan Modul Pembelajaran Sains Berbasis

Integrasi Islam-Sains untuk Peserta Didik Difabel Netra MI/SD Kelas 5 Semester

2 Materi Pokok Bumi dan Alam Semesta. Penelitian ini adalah penelitian

pengembangan dengan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan

modul pembelajaran sains Madrasah Ibtidaiyah untuk peserta didik difabel netra

berbasis integrasi Islam-sains yang memiliki karakter tertentu. Prosedur

pengembangan produk dalam penelitian pengembangan ini mengadaptasi model

prosedur penelitian oleh Thiagarajan dan Semmel (1974). Model ini terdiri dari 4

tahap pengembangan, yaitu pendefinisisan (define), perancangan (design),

pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Modul pembelajaran

(49)

28

pendidik SD dan SLB, dengan presentase keidealan 74,3%. Modul yang

dikembangkan menurut ahli adalah baik.

B. Hartati (2010) dengan penelitian Pengembangan Alat Peraga Gaya

Gesek untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mendapatkan alat peraga gaya gesek pada bidang yang

dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Penelitian pengembangan ini

dilakukan melalui: identifikasi masalah, kajian teori alat peraga, identifikasi alat

peraga yang ada, pembuatan alat peraga, ujicoba tahap 1, analisis alat, perbaikan

alat, ujicoba alat tahap 2, analisis hasil belajar. Data berpikir kritis diperoleh

melalui lembar pengamatan. Hasil pengujian alat menunjukkan bahwa

pengembangan alat peraga secara signifikan mampu meningkatkan keterampilan

berpikir kritis peserta didik dan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji

peningkatan keterampilan berpikir kritis dengan uji t diperoleh = 5,389 dengan

taraf signifikan 0,05. Kegiatan praktikum menggunakan alat peraga gaya gesek

hasil pengembangan secara nyata juga mampu meningkatkan hasil belajar peserta

didik dari 65,24 menjadi 70,63. Penggunaan alat peraga gaya gesek yang efektif

berbasis inkuiri dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, ternyata hasilnya

jelas berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik.

P. Dwijananti dan D. Yulianti (2010) meneliti tentang Pengembangan

Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based

Instruction pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan. Penelitian tindakan kelas ini

mempunyai tujuan mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada

(50)

29

masalah pencemaran lingkungan yang selama ini menjadi topik yang menarik

untuk dapat dicari pemecahannya. Penelitian dilakukan dengan prosedur

penelitian tindakan kelas yaitu melalui tahap-tahap perencanaan, implementasi,

observasi, dan refleksi yang dilaksanakan secara bersiklus. Jumlah siklus sesuai

dengan jumlah percobaan. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan berpikir

kritis siswa dapat dikembangkan pada model pembelajaran ini adalah:

mengklasifikasi, mengasumsi, memprediksi, menghipotesis, mengevaluasi,

menganalisis, dan membuat kesimpulan. Dengan rata-rata tiap siklus I, siklus II,

dan siklus III, berturut-turut: 63,10; 76,32; dan 79,80. Peningkatan nilai rata-rata

kemampuan berpikir kritis seiring dengan meningkatnya jumlah siswa yang

termasuk kategori sangat kritis dan kritis dalam hierarki kategori kemampuan

berpikir kritis.

Berdasarkan tinjauan penelitian yang relevan tersebut, pengembangan

media pembelajaran berupa modul praktikum IPA belum banyak dikeembangkan.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti masih relevan untuk mengembangkan dan

memanfaatkan modul praktikum IPA di kelas IV SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta. Peneliti berharap media pembelajaran berupa modul praktikum IPA

dapat digunakan sebagai pendukung kurikulum 2013 khususnya kelas IV Tema 3

(51)

30 2.3 Desain Diagram Penelitian

Desain diagram penelitian berdasarkan dari penelitian yang relevan

sebagai berikut.

Bagan 2.1 Penelitian yang relevan

Berpikir Kritis

Parmin dan E. Peniati (2013)

Pengembangan modul mata kuliah

Menghasilkan produk berupa modul Strategi belajar

mengajar IPA

P. Dwijananti dan D. Yulianti (2010)

Menghasilkan produk media pembelajaran berupa modul

praktikum IPA yang bertujuan sebagai suplemen kurikulum 2013 dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada siswa kelas IV mengenai materi Tema 3 Peduli terhadap makhluk hidup.

Peneliti

(52)

31 2.4 Kerangka Berpikir

Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum KTSP yang

menuntut siswa aktif dan inovatif dalam pembelajaran. Ciri khas dari Kurikulum

2013 adalah materi pelajaran yang diintegrasikan ke dalam satu tema tertentu.

Bahan ajar yang ada pada buku yang disediakan pemerintah masih terdapat

kekurangan yaitu kurangnya praktikum yang sebenarnya mendukung materi

tertentu tetapi tidak dipakai pada buku paket yang ada. Selain itu pembahasan

praktikum yang kurang mendalam pada praktikum yang ada pada buku paket dari

pemerintah.

Siswa SD pada umumnya berada pada rentang 6-11 tahun memasuki tahap

operasional konkret. Tahap ini menunjukkan bahwa anak dapat berpikir dengan

logis, teratur, terarah, mampu berpikir secara serasi dan klasifikasi pada

benda-benda konkret, serta penarikan kesimpulan. Anak sudah memiliki konsep tentang

bilangan, waktu, dan ruang secara lengkap. Dibutuhkan hal-hal yang konkret,

nyata, dan pengalaman secara langsung dalam pembelajaran di kelas. Salah

satunya dengan menggunakan praktikum pada mata pelajaran IPA. Pembelajaran

dengan praktikum tak lepas dari sarana pendukungnya termasuk adannya modul.

Modul yang dimaksudkan adalah modul praktikum IPA yang berisi tentang

praktikum yang dilakukan oleh siswa secara mandiri dengan pembahasan tentang

praktikum yang sudah dilakukan lebih mendalam dan mengembangkan

keterampilan berpikir kritis siswa. Modul praktikum IPA tersebut dimaksudkan

(53)

32

Peneliti melakukan analisis kebutuhan di SD dengan cara observasi kelas

pada saat pembelajaran IPA, penyebaran angket untuk guru dan siswa, wawancara

terhadap Kepala Sekolah, guru, dan siswa. Kemudian membuat produk berupa

modul praktikum IPA kelas IV untuk Tema 3 Kurikulum 2013 yaitu Peduli

Terhadap Makhluk Hidup setelah itu dilakukan validitas terhadap modul

praktikum IPA yang telah dibuat. Validasi digunakan untuk mengetahui kualitas

modul yang dikembangkan layak untuk digunakan atau tidak. Validasi dilakukan

oleh pakar IPA dan pakar Bahasa. Setelah dilakukan validasi setiap validasi pakar

dilakukan revisi. Peneliti juga melakukan uji coba kepada kelompok terbatas dan

lapangan. Ujicoba dilakukan untuk memastikan bahwa kualitas modul praktikum

IPA yang telah dibuat layak untuk digunakan guru dan siswa pada pembelajaran

(54)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian,

(3) prosedur pengembangan, (4) uji coba produk, (5) instrumen penelitian (6)

teknik pengumpulan data, serta (7) teknik analisis.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan R&D

(Research and Development). R&D (Research and Development) dalam Bahasa

Indonesia merupakan penelitian dan pengembangan. R&D (Research and

Development) menurut Sugiyono (2010: 407) adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk

tersebut. Penelitian ini mengembangkan media pembelajaran berupa modul

praktikum IPA untuk pembelajaran IPA kelas IV tema 3 Peduli Terhadap

Makhluk Hidup semester gasal SD Kanisius Sengkan dengan langkah-langkah

menurut Borg dan Gall dalam Sanjaya (2013: 133-134), yaitu: (1) pengumpulan

informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji produk awal,

(5) revisi produk, (6) uji lapangan, (7) revisi produk, (8) uji lapangan skala lebih

luas, (9) revisi uji lapangan skala luas, (10) desiminasi. Peneliti menggunakan

langkah-langkah penelitian menurut Borg dan Gall hanya sampai pada tahap ke 7.

Gambar

Gambar 4.5 Ujicoba Terbatas Kelas ....................................................................
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara Analisis
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat bagi guru, bersama guru IPA lain, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memberi materi pembelajaran dengan lembar kerja siswa yang

Hasil observasi kegiatan siswa dan guru menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran belum berjalan dengan maksimal, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis

materi, ahli media, dan guru biologi serta dapat digunakan sebagai acuan penelitian modul petunjuk praktikum IPA berbasis mind mapping pada materi sistem

Berdasarkan hasil observasi di kelas menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, secara umum masih bersifat teacher center dan siswa kurang

Kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan

Berdasarkan hasil observasi di kelas menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, secara umum masih bersifat teacher center dan siswa

pembelajaran ARIAS pada materi ekosistem telah dibuat sesuai dengan harapan guru dan siswa antara lain: buku yang digunakan harus dapat memotivasi siswa dan memberdayakan

Hasil analisis data menyimpulkan bahwa 1 Pengembangan soal berbasis open-ended dapat menjadi solusi bagi guru kelas IV SD Negeri 4 Pakis untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa