viii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN NILAI-NILAI KARAKTER BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI UNTUK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
KELAS X SMK N 1 PENGASIH, KULON PROGO
Rosta Natalia Ulitua Br S Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
ix
ABSTRACT
THE RELATION BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND CHARACTER VALUES BASED ON 2013 CURRICULUM IN ACCOUNTING
SUBJECT FOR THE TENTH GRADE OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL, SMK N 1 PENGASIH, KULON PROGO
Rosta Natalia Ulitua Br S Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
PADA MATA PE
MENENGAH K
Diaj M Bidan PROGR BIDANG ST JURUSAN PE FAKULTA UPELAJARAN AKUNTANSI UNTUK S
KEJURUAN KELAS X SMK N 1 PEN
KULON PROGO
SKRIPSI
iajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi ang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Rosta Natalia Ulitua Br S 111334053
GRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI STUDI KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTA PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SO
TAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI UNTUK SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN KELAS X SMK N 1 PENGASIH,
KULON PROGO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Rosta Natalia Ulitua Br S 111334053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG STUDI KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
KARYA INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK,
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan melindungiku selama aku berproses.
Papa dan Mama (Alm) kutercinta yang selalu member kekuatan dan memotivasiku.
Ke-6 saudara-saudaraku, Kak Alma, Kak Yana, Abang Nando, Abang Heri, Kak
Grace, dan KakLina yang selalu memberikanku dukungan dan semangat selama
proses perkulihan.
Teman terindahku Fey Irawan Samosir yang selalu bersedia mendengarkan semua
keluh kesahku.
Dosen pembimbing skripsi Bpk Bondan yang selalu dengan sabar membimbingku.
Sahabat-sahabatku Maria Diah Wulandari, Brigiita Dina, Valleria Diani Sitta, Theresia
Widyastuti, dan Aknes Suparyati yang selalu ada dalam suka dan duka.
v
MOTTO
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia
memberikan kekekalan dalam hat imereka
(Pengkotbah 3:
)Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua
(Aristoteles)
Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Juni 2015
Peneliti
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Rosta Natalia Ulitua Br S
Nomor Mahasiswa : 111334053
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Nilia-Nilai Karakter Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Akuntansi Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Kelas X SMK N 1 Pengasih, KulonProgo.
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Tanggal : 26 Juni 2015
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN NILAI-NILAI KARAKTER BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI UNTUK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
KELAS X SMK N 1 PENGASIH, KULON PROGO
Rosta Natalia Ulitua Br S Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
ix
ABSTRACT
THE RELATION BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND CHARACTER VALUES BASED ON 2013 CURRICULUM IN ACCOUNTING
SUBJECT FOR THE TENTH GRADE OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL, SMK N 1 PENGASIH, KULON PROGO
Rosta Natalia Ulitua Br S Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dan Nilai-nilai Karakter
Berdasarkan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Akuntansi Untuk Sekolah
Menengah Kejuruan Kelas X SMK N 1 Pengasih, Kulon Progo.”
Sripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bimbingan,
bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Pd, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan serta masukan
berupa kritikan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4. SMK N 1 Pengasih Kulon Progo atas kesediannya menerima penulis untuk
xi
5. Bapak / Ibu Dosen penguji yang memberikan masukan untuk kesempurnaan
skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan AKuntansi yang telah
membagikan ilmu pengetahuan dan memberikan bimbingan selama proses
belajar.
7. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
membantu kelancaran proses selama ini.
8. Orang tua tercinta dan kakak-kakak tersayang yang selalu setia memberikan
dukungan, doa, dan semangat selama penulis berproses.
9. Sahabat-sahabatku Maria DiahWulandari, Brigiita Dina, Valleria Diani Sitta,
Theresia Widyastuti dan Aknes Suparyati yang selalu mendampingi dalam
suka dan duka.
10.Teman-teman kloworku Meiva, Grace, Hani, dan Lia yang selalu memberikan
dukungan dan semangat.
11.Teman terindah saya Fery Irawan Samosir yang selalu setia menemani,
mendukung, mendoakan, pengertian selama menyusun skripsi.
12.Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2011 yang telah menemani dan
membantu penulis.
13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dengan selalu
xii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan, agar dapat melengkapi
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis,
xiii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xii
LAMPIRAN ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. KAJIAN TEORI ... 10
A. Deskripsi Teori ... 10
1. Kecerdasan Emosional ... 10
2. Nilai-nilai Karakter Mata Pelajaran Akuntansi ... 15
3. Kurikulum 2013 ... 29
B. Kerangka Teori ... 34
C. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
xiv
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 37
1. Populasi Penelitian ... 37
2. Sampel Penelitian ... 37
3. Teknik Penarikan Sampel ... 38
E. Variabel dan Indikator Penelitian... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 44
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 45
1. Pengujian Validitas ... 45
2. Pengujian Reliabilitas... 49
H. Teknik Analisis Data ... 52
1. Analisis Deskriptif ... 52
2. Pengujian Hipotesis ... 53
3. Analisis Korelasi ... 53
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Deskripsi Data ... 57
B. Analisis Data ... 60
C. Pembahasan ... 63
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 67
A. Kesimpulan ... 67
B. Keterbatasan ... 67
C. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
xv
Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter ... 16
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar Pengantar Akuntansi Kelas X ... 23
Tabel 2.3 Konfigurasi Karakter Dalam Konteks Totalitas Proses Psikologi Dan Sosial Kultural ... 26
Tabel 2.4 Unsur-unsur Karakter Inti Dalam Konfigurasi Karakter... 26
Tabel 3.1 Operasional Kecerdasan Emosi ... 39
Tabel 3.2 Skala Likert Kecerdasan Emosi... 40
Tabel 3.3 Operasional Nilai-nilai Karakter Mata Pelajaran Akuntansi ... 42
Tabel 3.4 Skala Likert Nilai-nilai Karakter ... 44
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosi Siswa ... 46
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Nilai-nilai Karakter Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 47
Tabel 3.7 Hasil Uji Ulang Validitas Variabel Nilai-nilai Karakter Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 48
Tabel 3.8 Tingkat Keterhandalan Variabel Penelitian ... 51
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Emosi ... 51
Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Nilai-nilai Karakter Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 52
Tabel 3.11 Tingkat Korelasi Dan Kekuatan Hubungan ... 55
Tabel 4.1 Deskripsi Data Kecerdasan Emosi ... 58
xvi
Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 60
xvii
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 74
Lampiran 2 Induk Data Uji Validitas ... 86
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas... 90
Lampiran 4 Induk Penelitian ... 101
Lampiran 5 Penilaian Acuan Patokan (PAP II) ... 110
Lampiran 6 Mean, Median, Modus ... 113
Lampiran 7 Hasil Pengujian Normalitas ... 119
Lampiran 8 Hasil Pengujian Korelasi Kendall Tau ... 124
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa untuk maju dan unggul
dalam persaingan global. Untuk unggul dan mampu menghadapi persaingan global
maka, dibutuhkannya sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan adanya sumber
daya manusia yang berkualitas maka akan membentuk peradaban yang lebih baik dan
sebaliknya sumber manusia yang buruk akan menghasilkan peradaban yang buruk
pula. Manusia yang berkualitas dapat dibentuk melalui pendidikan karena menurut
Hermino (2014:1) pendidikan menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang
tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh.
Namun, dalam realitanya pendidikan belum mampu membentuk manusia menjadi
manusia yang menjalankan bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara
utuh. Hal ini dapat dilihat banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi didunia
pendidikan diantaranya adalah banyaknya perkelahian antar pelajar, penindasan antar
teman sebaya, premanisme, pencurian, budaya mencontek, penyalahgunaan internet
untuk menonton video porno, dan bahkan maraknya para pelajar yang sudah
melakukan hubungan seks bebas. Dengan fenomena-fenomena tersebut,
menunjukkan bahwa Sistem Pendidikan di Indonesia yang tertuang didalam UU
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab belum
terwujud secara utuh dan menunjukkan merosotnya moralitas para pelajar di
Indonesia.
Merosotnya moralitas atau karakter yang terjadi pada para pelajar disebabkan
oleh banyak faktor diantaranya adalah pemahaman agama yang sangat kurang, arus
informasi dan teknologi yang berkembang secara cepat sehingga tidak tepat dalam
penggunaan dan kurang efektifnya pembinaan moral kepada peserta didik.Pembinaan
moral kepada anak dapat dilakukan melalui berbagai pihak seperti orang tua, sekolah,
dan guru.
Orang tua mempunyai peran penting dalam pembinaan moral anak karena
orang tua merupakan kunci utama dalam pembentukan karakteranak.Dari keluarga,
orang tua membekali nilai-nilai karakter seperti keagamaan, kesopanan, toleransi,
kerjasama, dll yang dapat digunakan oleh anak untuk menghadapi kehidupan di
masyarakat.Sekolah juga mempunyai peran penting dalam pembinaan moral kepada
para pelajar karena, sekolah merupakan alat yang paling efektif untuk menyadari
individu dalam jati diri kemanusiaannya. Menurut Zubaedi (2012:13) melalui sekolah
akan menghasilkan kualitas manusia yang memiliki kehalusan budi dan jiwa,
dirinya. Peran guru dalam pembinaan moral selain memberikan ilmu pengetahuan,
guru memberikan perhatian dan menekankan nilai-nilai karakter kepada para siswa
disetiap mata pelajaran sehingga, peserta didik tidak hanya mendapatkan pengetahuan
untuk mendukung hasil prestasinya tetapi juga mendapatkan nilai-nilai karakter yang
dapat membentuk peserta didik menjadi manusia yang berkarakter.
Kurikulum merupakan wadah yang menunjukkan keberhasilan pelaksanaan
kegiatan pendidikan. Tanpa kurikulum, pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik,
efektif, dan efisien sesuai yang diharapkan. Menurut Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Kurikulum di Indonesia sudah mengalami perubahan sebanyak tujuh kali yaitu
kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan
Kurikulum 2013.Perubahan kurikulum ini bertujuan untuk terus melakukan
pembaharuan pendidikan untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia.Tahun 2013 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Muhammad Nuh
melakukan pembaharuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi
kurikulum 2013. Perubahan kurikulum diperlukan karena, ditemukan beberapa
kelemahan dalam kurikulum KTSP.Kelemahan pada kurikulum KTSP seperti
International Student Assesment (PISA)” tahun 2009 yang menunjukkan bahwa
peserta didik Indonesia hanya mampu menguasai pelajaran sampai level tiga dan
prestasi peserta didik di Indonesia tertinggal dan terbelakang. Sedangkan didalam
materi sosialisasi kurikulum 2013 (Mulyasa, 2013:61) terdapat tujuh kelemahan
kurikulum KTSP, salah satunya adalah berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan perkembangan masayarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran
lingkungan, pendekatan, dan metode pembelajaran konstruktifistik, keseimbangan
soft skill dan hard skill, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam
kurikulum. Dengan ditemukannya beberapa kelemahan pada kurikulum KTSP, maka
pemerintah melakukan perubahan kurikulum menjadi kurikulum 2013.Mulyasa
(2013:6) menyatakan bahwa kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis
kompetensi sekaligus berbasis karakter. sedangkan menurut Kurniawan (2013:12)
menyatakan bahwa kurikulum 2013 sejalan dengan UU Nomor 20 tahun 2003
mengenai Sistem Pendidikan Nasional, yang mana pendidikan nasional harus
berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan
karakter.
Karakter seseorang dapat berkembang berdasarkan potensi yang dibawa sejak
lahir yang dikenal sebagai kerakter dasar yang bersifat biologis (Zubaedi,2012:13).
Pembentukan karakter anak dapat dilakukan melalui pendidikan yang memuat
nilai-nilai karakter yang dapat diterapkan atau diimplementasikan pada para pelajar
melalui kegiatan-kegiatan sekolah maupun proses pembelajaran berlangsung.
generasi yang berkompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap
menghadapi berbagai tantangan. Akan tetapi, perlu kita sadari bahwa, pemberian
nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran dirasa kurang memuaskan karena guru
maupun orang tua murid masih menitikberatkan pada hasil belajar siswa atau hard
skill tanpa melihat kecerdasansoft skill siswa. Dengan fenomena tersebut, maka
didalam kurikulum 2013 diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi dan berbasis
karakter (competency and character) yang membekali peserta didik dengan berbagai
sikap dan kemampuan sehingga peserta didik tidak hanya cerdas secara intelektual
saja tetapi juga memiliki sikap-sikap yang berkarakter yang dapat digunakan untuk
menghadapi berbagai tantangan globalisasi.
Kesuksesan peserta didik tidak hanya dapat dilihat dari kecerdasan
intelektualnya saja karena siswa yang memiliki intelektual tinggi belum tentu mampu
memiliki relasi yang baik dengan teman sebayanya atau lingkungannya. Peserta didik
dapat dikatakan sukses apabila kecerdasan intelektual dan pengimplementasian
nilai-nilai moral yang berlaku dimasyarakat dapat berjalan dengan seimbang.
Pengimpelmentasian nilai-nilai moral dapat diterapkan apabila peserta didik memiliki
kecerdasan emosi yang baik sehingga dengan emosi yang dimiliki dapat memahami
nilai-nilai moral manakah yang harus dilakukan dan tidak dilakukan.
Pada penelitian ini, penulis hanya memfokuskan pada nilai-nilai karakter yang
ada pada mata pelajaran akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penelitian
dilakukan di SMK karena SMK memfokuskan untuk menghasilkan peserta didik
dengan keterampilan dan pengalaman lapangan yang lebih dibandingkan Sekolah
Menengah Umum (SMU). Penelitian dilakukan pada mata pelajaran akuntansi
karena, pada hakikatnya akuntansi memberikan gambaran seni mengenai proses
pencatatan yang dimulai dari pencatatan pertama dalam jurnal sampai terbentuknya
hasil akhir dari proses tersebut berupa laporan keuangan. Salah satu konsep dalam
akuntansi yaitu akun debet dan akun kredit haruslah seimbang. Dengan konsep
akuntansi ini, menunjukkan bahwa antara kecerdasan dengan karakter harus
seimbang. Internalisasi nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran akuntansi dapat
dilakukan melalui proses pembelajaran akuntansi.
Dalam pembelajaran akuntansi, pendidik menjelaskan berbagai teori mengenai
konsep-konsep dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan. Pendidik akuntansi
harus mampu menerapkan konsep akuntansi sebelum diterapkan pada anak didiknya.
Dengan adanya pendidik akuntansi yang kurang paham mengenai konsep akuntansi
secara mendetail, maka tidak akan menghasilkan peserta didik yang berkarakter
secara teori dan konsep akuntansi melainkan, peserta didik berkarakter pada lingkup
teori saja. Agar nilai-nilai karakter yang terdapat dalam mata pelajaran akuntansi
dapat terealisasikan pada para siswa, maka dalam proses pembelajaran akuntansi,
guru mampu memasukkan nilai-nilai karakter akuntansi dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Dengan demikian, nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran
akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 diharapkan dapat membentuk kecerdasan para
siswa secara seimbang antara kecerdasan secara intelektual dengan kecerdasan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN
NILAI-NILAI KARAKTER BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA MATA
PELAJARAN AKUNTANSI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KELAS
XSMK N 1 PENGASIH, KULON PROGO”.
B.Batasan Masalah
Penelitian ini memfokuskan pada kecerdasan emosional dan nilai-nilai karakter
kurikulum 2013 dalam mata pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan
kelas X. Pembatasan ini dimaksudkan untuk mengetahui adakah hubungan antara
kecerdasan emosi dan nilai-nilai karakter kurikulum 2013 dalam mata pelajaran
Akuntansi kelas X.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
adalah apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dan nilai-nilai karakter
D.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara kecerdasan
emosional dan nilai-nilai karakter kurikulum 2013 mata pelajaran Akuntansi.
E.
Manfaat PenelitianManfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti yaitu dengan
melakukan penelitian akan menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pihak peneliti sendiri untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan antara kecerdasan emosional dengan nilai-nilai karakter
kurikulum 2013 mata pelajaran akuntansi kelas X SMK N 1 Pengasih,
Kulon Progo.
2. Bagi Guru
Penelitian mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dengan
nilai-nilai karakter berdasarkan kurikulum 2013 mata pelajaran
akuntansi akan memberikan manfaat bagi para guru. Dengan hasil
penelitian guru akan mengetahui bagaimana hubungan antara
kecerdasan emosional dengan nilai-nilai karakter kurikulum 2013 mata
pelajaran akuntansi di kelas X. Setelah mengetahui dari hasil penelitian,
guru dapat melakukan peningkatan dan perbaikan dalam pemberian
3. Bagi Siswa
Memberikan manfaat tersendiri bagi para siswa yaitu siswa mengetahui
bagaimana hubungan antara kecerdasan emosil mereka dengan
10
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Teori
1. Kecerdasan Emosi (Emotional Intellegence)
Emotional Intellegence atau kecerdasan emosional diciptakan
dan didefinisikan oleh Peter Salovey dan John (Jack) Mayer pada
tahun 1990. Salovey dan Mayer (Stein dan Howard, 2004:30)
menjelaskan bahwa kecerdasaan emosional adalah kemampuan untuk
mengenali perasaan, meraih, dan membangkitkan perasaan untuk
membantu pikiran, memahami perasaan, meraih, dan membangkitkan
perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan
maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga
membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Menurut Goleman (2005:98) kecerdasan emosi (Emotional
Intellegence) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita
sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi sendiri, dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain. Sedangkan menurut Bar-On (Stein dan
Howard, 2005:30) kecerdasan emosi adalah kemampuan, kompetensi,
kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan
lingkungan.
Berdasarkan definisi-definisi kecerdasan emosi di atas maka
peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan
seseorang untuk mengenali diri sendiri dan orang lain, memiliki
kemampuan untuk mengendalikan perasaan, dan mampu berhubungan
dengan baik dengan orang lain sehingga dapat berhubungan dengan
lingkungan sekitarnya.
Menurut Goleman (Zubaedi, 2012:49-50) kecerdasan emosi
seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu,
1) Faktor otak
Didalam otak terdapat sistem yang merupakan pusat emosi. Sistem tersebut adalah sistem limbik. Dan didalam otak juga terdapat sistem amigdala yang merupakan bagian penting dalam mengatur kehidupan yang berkaitan dengan masalah-masalah emosional. Hal ini menunjukkan bahwa, amigdala dalam struktur otak berfungsi sebagai tempat ingatan emosi dan makna dari emosi.
2) Faktor pola asuh orang tua
Kecerdasan emosi anak terpengaruh oleh pola asuh orang tua karena orang tua merupakan sekolah pertama bagi anak untuk mengenal dan mempelajari emosi. Jadi, orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan kecerdasan emosi anak.
3) Faktor lingkungan sekolah
a. Pengembangan Kecerdasan Emosi (EQ)
Kecerdasan emosi dapat dikembangkan bersamaan dengan
sejarah manusia itu sendiri. Claude Steiner menjelaskan 3 (tiga)
langkah untuk mengembangkan kecerdasan emosional
(Mahayana,2005:100-102)
1) Membuka hati
Membuka hati menjadi langkah pertama karena karena hati adalah simbol pusat emosi. Hati merasa damai ketika berbahagia, dalam kasih sayang, cinta, atau kegembiraan. Hati merasa tidak nyaman ketika sakit, sedih, marah, atau patah hati. Dengan demikian, dengan membebaskan pusat perasaan dari impuls dan pengaruh membatasi untuk menunjukkan cinta satu sama lain. Tahap-tahap untuk membuka hati adalah latihan memberikan stroke kepada teman , meminta stroke, menerima atau menolak stroke, dan memberikan stroke sendiri.
2) Menjelajahi emosi
Setelah membuka hati, kita dapat melihat kenyataan dan menemukan peran emosi dalam kehidupan. Menjelajahi emosi, seseorang dapat berlatih untuk mengetahui apa yang sedang dirasakan, seberapa kuat, dan apa alasannya. Setelah menjelajahi emosi, seseorang akan menjadi paham hambatan dan aliran emosi yang dirasakan, mengetahui emosi yang dialami orang lain dan bagaimana perasaan orang lain yang dipengaruhi oleh tindakan kita. Selain itu, dengan menjelajahi emosi, seseorang mulai memahami bagaimana emosi berinteraksi dan kadang-kadang menciptakan gelombang perasaan yang menghantam dirinya dan orang lain. Tahapan menjelajahi emosi adalah pernyataan tindakan atau perasaan, menerima pernyataan tindakan atau perasaan, menanggapi percikan intuisi, dan validasi percikan intuisi.
3) Bertanggung jawab
mengakui kesalahan, menerima atau menolak pengakuan, meminta maaf, dan menerima atau menolak permintaan maaf.
b. Komponen-komponen kecerdasan emosi
Sternberg dan Salovey (Goleman,1999:57-59) menemukan lima
kerangka yang dibutuhkan manusia untuk meraih sukses dalam
kehidupannya, yaitu
1) Mengenali diri sendiri
Mengenali diri sendiri merupakan kecerdasan emosional untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan sendiri sesungguhnya membawa seseorang berada dalam kekuasaan perasaan.
2) Mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Mengelola emosi bisa berupa kemampuan untuk menghibur sendiri, melepas kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan dan sebab akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosional. Seseorang apabila keterampilan emosionalnya buruk akan terus menerus melawan perasaan murung. Sedangkan seseorang yang pintar dan dapat bangkit kembali dengan lebih jauh cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.
3) Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal penting untuk memberi perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini akan cenderung produktif dan efektif dalam hal apa pun yang dikerjakan.
4) Mengenali emosi orang lain
Seseorang yang memiliki empati tergantung pada kesadaran diri emosional yang merupakan keterampilan bergaul. Seseorang yang empatiknya lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dikehendaki dan dibutuhkan orang lain.
5) Membina hubungan
akan sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain.
c. Langkah-langkah melatih kecerdasan emosi
Menurut Gottman dan Joan DeClaire (1998:73-103) terdapat lima
langkah penting melatih kecerdasan emosi, diantaranya adalah
1) Menyadari emosi-emosi anak
Dalam Gottman dan Joan DeClaire (1998:73-103) memperlihatkan bahwa agar orangtua merasakan apa yang dirasakan oleh anak-anak mereka, mereka harus menyadari emosi-emosi, pertama dalam diri mereka sendiri dan kemudian dalam diri anak-anak mereka.
Orang dapat sadar secara emosional dan dengan demikian siap menjadi pelatih emosi tanpa bersikap sengat ekspresif, tanpa merasa seolah-olah mereka kehilangan kendali. Kesadaran emosi hanyalah berarti Anda mengenali kapan Anda merasakan suatu emosi, Anda dapat mengidentifikasi perasaan-perasaan, dan peka terhadapa hadirnya emosi-emosi dalam diri orang lain.
2) Mengakui emosi sebagai peluang untuk kedekatan dan mengajar Dalam Gottman dan Joan DeClaire (1998:94) mengatakan bahwa pengalaman-pengalaman negatif pada anak seperti nilai matematika yang buruk, pengkhianatan seorang teman dapat dijadikan peluang bagi orang tua untuk membangun kemesraan dengan anak-anak dan untuk mengajarkan mereka cara-cara menangani perasaan itu. Dengan membangun kemesraan dengan anak-anak, orangtua dapat memandang amarah anak-anak sebagai sesuatu yang lain daripada tantangan atau otoritas orangtua.
3) Mendengarkan dengan empati dan meneguhkan perasaan anak Dalam Gottman dan Joan DeClaire (1998:95,100) mengemukakan bahwa orangtua yang telah mampu menjalin keakraban dan mengajarkan pemecahan masalah, orangtua telah siap untuk mendengarkan dengan empati. Ketika orangtua mendengarkan anak pada saat-saat emosional, sebaiknya orangtua menyampaikan pengamatan-pengamatan sederhana jauh lebih bermanfaat dari pada mengajukan pertanyaan-pertanyaan menyelidik untuk membuat percakapan berlangsung lancar.
4) Menolong anak memberi nama emosi dengan kata-kata
Dalam Gottman dan Joan DeClaire (1998:101-102) mengatakan bahwa menyediakan kata-kata dengan cara memberi nama emosi dengan kata-kata dapat menolong anak mengubah suatu perasaan yang tidak jelas, menakutkan, dan tidak nyaman menjadi suatu yang dapat dirumuskan, sesuatu yang tidak mempunyai batas-batas dan merupakan bagian wajar dari kehidupan sehari-hari. Amarah, kesedihan, dan rasa takut menjadi pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh setiap orang dan setiap orang mengatasinya.
Tindakan memberi nama emosi dapat berefek menenteramkan terhadap sistem saraf, dengan membantu anak-anak untuk pulih kembali lebih cepat dari peristiwa-peristiwa yang merisaukan. Anak-anak yang dapat menenteramkan diri mereka sendiri sejak usia dini memperlihatkan beberapa tanda kecerdasan emosional. Anak-anak lebih cenderung berkonsentrasi secara lebih baik, mempunyai hubungan yang lebih baik dengan teman-teman sebayanya, memiliki prestasi akademis lebih tinggi, dan tubuh yang sehat.
5) Menentukan batas-batas sambil membantu anak memecahkan masalah
Dalam Gottman dan Joan DeClaire (1998:113) mengemukakan bahwa anak harus didorong untuk memilih salah satu pilihan dan mencobanya.Bila anak sudah mendapatkan keputusannya, bantulah anak untuk menyusun rencana konkret untuk menidaklanjutinya. Apabila anak memilih suatu pemecahan masalah dan itu gagal, orangtua berperan untuk membantu anak menganalisis mengapa hal tersebut gagal.
2. Nilai-nilai Karakter Mata Pelajaran Akuntansi
Pemberian dan pembentukan nilai-nilai karakter pada para siswa
dapat diinternalisasikan pada pusat-pusat pendidikan karakter yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat.Menurut Zubaedi (2012:42) pendidikan karakter adalah
perasaan (feeling), dan tindakan (action). Dengan pendidikan karakter,
seseorang akan menjadi cerdas emosinya.
Menurut Kurniawan (2013:40-41) nilai-nilai yang dikembangkan
dalam pendidikan karakter diidentifikasi berasal dari empat sumber
diantaranya adalah agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional. Berdasarkan kempat sumber nilai tersebut, teridentifikasi
[image:36.595.99.520.238.722.2]sejumlah nilai untuk pendidikan karakter yaitu,
Tabel 2.1
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
No Nilai Deskripsi
1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai ketentuan dan peraturan.
5 Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
No Nilai Deskripsi
7 Mandiri Sikap dan perillaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8 Demokrasi Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9 Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, atau didengar. 10 Semangat kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. 11 Cinta tanah air Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. 12 Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
13 Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
14 Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15 Gemar membaca Kebiasan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16 Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
No Nilai Deskripsi
18 Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan YME.
Harmin dan Simon (Adisusilo, 2014:59) mengatakan bahwa “values are general yo behavior which tend to give direction to life”. Dalam pandangan Harmin dan Simon, nilai itu merupakan panduan umum untuk membimbing tingkah laku dalam rangka mencapai tujuan hidup seseorang. Pendapat ini selaras dengan Kalven mengenai peranan nilai dalam kehidupan manusia. Kalven (Adisusilo, 2014:59) menyatakan bahwa “Values play e key role in guiding action, resolving conflicts, giving direction and coherence to life. Values are motivators, not only in daily actions, but over the long haul. . . . Values are important as guides in a bewildering world, but even if we lived in a more stable and that tranquil moment of history, values would still have prime importance because of their profound relation both to vitality and to the processes of human maturing.” Jadi, menurut Kalven nilai mempunyai peranan begitu penting dan banyak di dalam hidup manusia, sebab nilai selain sebagai pegangan hidup, menjadi pedoman penyelesaian konflik, memotivasi dan mengarahkan hidup manusia. Nilai itu bila ditanggapi positif akan membantu manusia hidup lebih baik. Sedangkan bila dorongan itu tidak ditanggapi dengan positif, maka orang akan merasa kurang bernilai dan bahkan kurang bahagian sebagai manusia.
Berdasarkan pengertian nilai dari para ahli dapat disimpulkan
bahwa nilai merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan yang menjadi
dasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya,
atau menilai sesuatu yang bermakna atau tidak bermakna bagi
Adisusilo (2014:70) mengatakan bahwa seseorang yang berhasil
menyerap nilai-nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta
digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya maka orang tersebut
adalah manusia yang berkarakter atau berwatak. Aristoteles (Lickona,
2013:71) mengatakan bahwa karakter yang baik sebagai hidup dengan
tingkah laku yang benar, tingkah laku benar dalam berhubungan dengan
orang lain dan berhubungan dengan diri sendiri. Sedangkan menurut
Lickona (2013:72) karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan,
menginginkan kebaikan, dan melakukan kebaikan.
a. Komponen-komponen karakter yang baik
Menurut Lickona (2013:74) karakter terbentuk dari tiga macam
bagian yang saling berkaitan diantaranya adalah :
1) Pengetahuan moral
Ada beragam pengetahuan moral yang dapat dimanfaatkan ketika berhadapan dengan tantangan-tantangan moral. Enam pengetahuan moral yang dapat menjadi tujuan pendidikan karakter :
a) Kesadaran moral
Tanggung jawab kesadaran moral adalah menggunakan pemikiran untuk melihat suatu situasi yang memerlukan penilaian moral dan kemudian untuk memikirkan dengan cermat tentang apa yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar. Selain itu, tanggung jawab kesadaran moral adalah memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan.
b) Mengetahui nilai-nilai moral
menjadi warisan moral yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Mengetahui sebuah nilai moral berarti memahami bagaimana menerapkannya dalam berbagai situasi.
c) Pengambilan perspektif
Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi dari sudut pandang orang lain, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi dan merasa. Hal ini merupakan prasayarat bagi pertimbangan moral.
d) Penalaran moral
Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang bermoral dan mengapa harus bermoral. Pada tingkatan tertinggi, penalaran moral akan melibatkan pemahaman terhadap prinsip moral klasik seperti : hormatilah martabat setiap individu, perbanyak berbuat baik. Prinsip-prinsip semacam ini menuntun perbuatan moral dalam berbagai situasi.
e) Pengambilan keputusan
Mampu memikirkan cara seseorang bertindak melalui permasalahan moral dengan cara ini merupakan keahlian pengambilan keputusan reflektif.
f) Pengetahuan diri
Memahami diri sendiri merupakan pengetahuan moral yang paling sulit untuk dikuasai, tetapi penting bagi pengembangan karakter. Untuk menjadi orang yang bermoral diperlukan kemampuan mengulas perilaku diri sendiri dan mengevaluasinya secara kritis. Membangun pemahaman diri berarti sadar terhadap kekuatan dan kelemahan karakter pada diri sendiri dan mengetahui cara untuk memperbaiki kelemahan tersebut.
Kesadaran moral, pengetahuan terhadap nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pembuatan keputusan, dan memahami diri sendiri semua ini merupakan kualitas-kualitas pikiran yang membentuk pengetahuan moral. Seluruhnya memberikan kontribusi yang sama terhadap sisi kognitif karakter.
2) Perasaan moral a) Hati nurani
seseorang merasa berkewajiban untuk melakukan hal yang benar. Bagi seseorang yang berpegang pada hati nurani, moralitas merupakan hal penting. Hal ini disebabkan karena, ada komitmen untuk menegakkan nilai-nilai moral orang tersebut.
b) Penghargaan diri
Memiliki penghargaan diri yang sehat berarti mampu menghargai diri sendiri. Mampu menghargai diri sendiri maka akan menghormati diri sendiri. Penghargaan diri yang tinggi tidak menjamin terbentuknya karakter yang baik karena penghargaan diri yang tinggi bisa muncul dari hal-hal yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan karakter yang baik.
c) Empati
Empati adalah kemampuan mengenali, atau merasakan, keadaan yang tengah dialami orang lain. Empati merupakan sisi emosional dari pengambilan perspektif. Perbedaan tingkat empati pada diri seseorang telah ada pada usia dini.
d) Menyukai kebaikan
Ciri lain dari bentuk karakter yang tertinggi adalah ketertarikan murni, yang tidak di buat-buat pada kebaikan. Seseorang mencintai kebaikan, mereka akan senang melakukan kebaikan.
e) Kontrol diri
Kontrol diri merupakan pekerti moral yang penting karena kontrol diri dapat membantu seseorang untuk bersikap etis ketika sedang tidak menginginkannya. Selain itu, kontrol diri juga penting untuk mengekang keterlenaan diri. Hanya dengan memperkuat kontrol diri, masalah-masalah pribadi maupun kelompok dapat dikurangi secara signifikan. f) Kerendahan hati
Kerendahan hati merupakan bagian penting dari karakter yang baik. Kerendahan hati adalah bagian dari pemahaman diri. Dengan kerendahan hati, dapat membantu kesombongan seseorang dan pelindung terbaik dari perbuatan kejahatan.
3)Tindakan moral
Tindakan moral adalah produk dari pengetahuan moral dan perasaan moral. Jika seseorang memiliki kualitas intelektual dan emosional maka, mereka akan melalukan tindakan yang menurut pengetahuan dan perasaan mereka adalah tindakan yang benar. Tiga aspek karakter dalam tindakan moral adalah :
a) Kompetensi
Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Kompetensi berperan dalam situasi-situasi oral lainnya.
b) Kehendak
Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali oleh akal, untuk dapat melihat dan memikirkan suatu keadaan melalui seluruh dimensi moral, untuk mendahulukan kewajiban bukan kesenangan, dan kehendak dibutuhkan untuk menahan godaan, bertahan dari tekanan teman sebaya, dan melawan gelombang. Kehendak merupakan inti keberanian moral.
c) Kebiasaan
Kebiasaan merupakan faktor pembentuk perilaku moral. Untuk membentuk anak memiliki karakter jujur, bersikap santun dan adil, dan menolong orang lain maka dibutuhkan kesempatan untuk membangun kebiasaan-kebiasaan baik tersebut.
Seseorang yang berkarakter baik, pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral bekerja secara bersama-sama untuk saling mendukung. Membangun karakter merupakan proses seumur hidup. Kehidupan moral yang dijalani secara bertahap akan dapat memadukan pertimbangan, perasaan, dan pol-pola tingkah laku yang benar.
pendidikan karakter berupaya untuk mengembangkan keseluruhan aspek kognitif, emosional, dan perilaku dari kehidupan moral.
Pengembangan nilai-nilai karakter yang baik dapat
diimplementasikan dalam setiap pokok bahasan dan setiap mata
pelajaran.Nilai-nilai karakter tersebut tercantum dalam silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilakukan oleh guru yang
professional.Di dalam RPP, nilai-nilai karakter berdasarkan kurikulum
2013 dicantumkan didalam kompetensi inti.Kompetensi nilai-nilai
karakter terdapat pada kopetensi inti 1 1) dan kompetensi 2
(KI-2).Komptensi initi 1 (KI-1) merupakan kompetensi inti yang berisikan
nilai-nilai karakter mengenai sikap spiritual. Sedangkan kompetensi inti 2
(KI-2) berisikan nilai-nilai karakter mengenai sikap sosial. Melalui RPP,
guru dengan cermat dan professional mengintegrasikan nilai-nilai karakter
dalam pembelajaran yang dilakukan didalam kelas, sehingga RPP yang
telah disiapkan oleh guru dapat dilaksanakan dengan baik dan nilai-nilai
karakter dapat diimplenmentasikan kepada peserta didik.
Tabel 2.2
Kompetensi Dasar Pengantar AkuntansiKelas X
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menunjukkan keimanan sebagai rasa syukur dan keyakinan terhadap kebesaran Sang Pencipta karena menyadari keteraturan dan
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR menciptakan alam semesta dan semua unsur di dalamnya. 2. Menghayati dan
Mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktifdan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
2.1 Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu dalam menemukan dan memahami
pengetahuan dasar tentang ilmu yang dipelajarinya.
2.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (disiplin, jujur, teliti, tanggung jawab, obyektif, kritis, kreatif, inovatif, santun, peduli dan ramah lingkungan) dalam melakukan pekerjaan sebagai bagian dari sikap ilmiah.
2.3 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam pembelajaran sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap kerja 3. Memahami, menerapkan
dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
3.1 Menjelaskan pengertian, fungsi dan jenis uang
3.2 Menjelaskan tujuan, fungsi dan peranan keuangan dalam perusahaan 3.3 Menjelaskan posisi bidang keuangan
dalam struktur organisasi perusahaan
3.4 Menjelaskan jabatan/karier dalam bidang keuangan perusahaan 3.5 Menjelaskan bentuk-bentuk
alternatif organisasi bisnis 3.6 Menjelaskan sumber-sumber
keuangan perusahaan
3.7 Menjelaskan sistem dan prosedur penggunaan dana perusahaan 3.8 Menjelaskan pasar uang dan pasar
modal
3.9 Menjelaskan penganggaran modal melalui pembiayaan tunai, kredit dan sewa (leasing)
3.10Menjelaskan nilai waktu dari uang 4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR konkret dan ranah abstrak
terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas
spesifik di bawah pengawasan langsung.
keuangan di berbagai perusahaan 4.3 Mengidentifikasi posisi bidang
keuangan dalam struktur organisasi perusahaan
4.4 Mengklasifikasi berbagai jabatan/karier dalam bidang keuangan perusahaan
4.5 Mengklasifikasi bentuk-bentuk badan usaha berdasarkan kepemilikan modal
4.6 Mengklasifikasi sumber-sumber keuangan perusahaan
4.7 Mengidentifikasi sistem dan prosedur dalam penggunaan dana 4.8 Mengidentifikasi lembaga-lembaga
pasar uang dan pasar modal
4.9 Mengevaluasi penganggaran modal melalui pembiayaan tunai, kredit dan sewa (leasing)
4.10Menghitung nilai uang sekarang dan nilai uang masa depan
b. Pembentukan Karakter Dalam Diri Manusia
Menurut Zubaedi (2014:192:193) mengatakan bahwa
pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari
seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan
psikomotorik) dalam kontek interaksi sosial kultural (dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas psikologi dan
sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam olah hati
development), olahraga dan kinestetik (physical and kinesthetic
development)¸dan olah rasa dan karsa (affective and creativity
[image:46.595.98.517.172.682.2]development).
Tabel 2.3
Kofigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologi dan sosial-kultural
Olah Pikir
cerdas
Olah Hati
Jujur
Bertanggung Jawab
Olah Raga (Kinestetik)
Bersih, sehat, menarik
Olah Rasa dan Karsa
Peduli dan kreatif
Keempat kelompok konfigurasi karakter tersebut memiiki
unsur-unsur karakter inti sebagai berikut:
Tabel 2.4
Unsur-unsur Karakter Inti Dalam Konfigurasi Karakter
No Kelompok Konfigurasi Karakter
Karakter Inti (Core
Characters)
1 Olah Hati • Religius
• Jujur
• Tanggung jawab
• Peduli sosial
• Peduli lingkungan 2 Olah Pikir •Cerdas
• Kreatif
• Gemar membaca
• Rasa ingin tahu 3 Olahraga • Sehat
• Bersih 4 Olah Rasa dan Karsa •Peduli
c. Cara-cara menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta
didik
Menurut Lickona (2012:112) guru memiliki kekuatan untuk
menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik melalui tiga
cara yaitu,
1) Guru dapat menjadi seorang yang penyayang yang efektif, menyayangi dan menghormati murid-murid, membantu mereka meraih sukses disekolah, membangun kepercayaan diri siswa, dan membuat peserta didik mengerti apa itu moral dengan melihat cara guru memperlakukan peserta didik dengan etika yang baik.
2) Guru dapat menjadi seorang model, yaitu orang-orang yang beretika yang menunjukkan rasa hormat dan tanggung jawabnya yang tinggi, baik didalam maupun diluar kelas. Guru pun dapat memberi contoh dalam hal-hal yang berkaitan dengan moral beserta alasannya, yaitu dengan cara menunjukkan etikanya dalam bertindak disekolah dan lingkungannya.
3) Guru dapat menjadi mentor yang beretika, memberikan intruksi moral dan bimbingan melalui penjelasan, diskusi kelas, bercerita, pemberian motivasi personal, dan memberikan umpan balik yang korektif ketika ada siswa menyakiti temannya atau menyakiti dirinya sendiri.
d. Alasan sekolah mengajarkan nilai-nilai karakter dan
membangun karakter yang baik
Menurut Lickona (2013: 25-28) ada sepuluh alasan mengapa
sekolah mengajarkan nilai-nilai karakter dan membangun karakter
yang baik pada para siswa, diantaranya adalah:
1)Ada kebutuhan yang jelas dan mendesak.
2)Menyampaikan nilai-nilai adalahselalu menjadi tugas peradaban. 3)Peran sekolah sebagai pendidik moral menjadi semakin vital
moral dari orangtua mereka dan ketika pengaruh dari tempat-tempat yang menjadi pusat nilai seperti rumah ibadah juga tidak hadir dalam hidup mereka.
4) Landasan etis umum tetap ada, bahkan di dalam masyarakatdengan konflik nilai seperti kita.
5) Demokrasi punya kebutuhan khusus terhadap pendidikan moral, karena demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat.
6) Pendidikan bebas nilai itu tidak ada.
7) Pertanyaan-pertanyaan moral adalah salah satu dari sejumlah pertanyaan besar yang harus dihadapi manusia individual dan bangsa manusia.
8) Ada dukungan secara luas yang semakin kuat untuk memberikan pendidikan nilai di sekolah.
9) Komitmen yang tak malu-malu terhadap pendidikan moral jika kita ingin menarik dan mempertahankan guru-guru yang baik. 10) Pendidikan nilai adalah sebuah pekerjaan yang bisa dilakukan.
e. Strategi mengajarakan nilai-nilai melalui kurikulum
Menurut Lickona (2013:230-231) Terdapat 9 (sembilan) strategi
yang dapat dilakukan untuk mengajarkan nilai-nilai karakter melalui
kurikulum, diantaranya adalah:
1) Melibatkan siswa dalam proyek-proyek yang dapat menumbuhkan kepedulian aktif untuk melindungi alam
2) Mengajari siswa menghormati dan bertanggung jawab terhadap binatang.
3) Menganalisis setiap subyek dan mengajukan pertanyaan. 4) Menentukan target nilai untuk tingkat sekolah
5) Cari atau buat bahan-bahan mengajar yang baik. 6) Merancang metodologi mengajar yang efektif.
7) Mengembangkan tema etis yang dapat menyatukan kurikulum sekolah, mendorong guru mengolah tema dengan berbagai cara. 8) Mendatangkan pembicara tamu untuk menyoroti nilai tertentu. 9) Melakukan pendidikan multikultural untuk membangun
3. Kurikulum 2013
Kurikulum di Indonesia sudah mengalami perubahan sebanyak
tujuh kali yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984,
kurikulum 1994, KBK KTSP, dan Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum
ini bertujuan untuk terus melakukan pembaharuan pendidikan untuk dapat
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun 2013
dilakukannya pembaharuan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013.
Perubahan kurikulum yang terjadi berulang-ulang tersebut karena
terjadinya perubahan-perubahan zaman yang terus berkembang sehingga
pendidikan menyesuaikan dengan perubahan zaman tersebut. Dengan
adanya perubahan kurikulum ini menunjukkan bahwa kurikulum berperan
penting dalam pendidikan karena, dengan kurikulum kegiatan pendidikan
akan terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
Waters (Hermino,2014:35) mengemukakan bahwa
“The new curriculum balance subject knowledge with the key concepts and processes that underlie the discipline of each subject. Some subjects share key concepts and processes. Curriculum opportunities highlight the potential for links between subjects. Dimensions can be used to cut across the curriculum and make links to the major ideas and challenges that face society.”
Pengertian dalam tataran nasional dapat dimaknai bahwa
kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan
memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan
pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan
jenjang masing-masing satuan pendidikan. Sedangkan menurut UU RI
Nomor 20 tahun 2003 yang dimaksud dengan kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan definisi kurikulum dapat disimpulkan bahwa konsep
dasar kurikulum tidak hanya sebatas makna kata “kurikulum”, tetapi juga
menekankan pada aspek yang fungsinya yang ideal. Aspek-aspek
kurikulum tersebut menurut Kurniawan (2013:54) adalah
a. Kurikulum sebagai program studi, yaitu seperangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari peserta didik di sekolah atau di instansi pendidikan lainnya.
b. Kurikulum sebagai content, yaitu memuat sejumlah data atau informasi yang tertera dalam buku-buku teks atau informasi lainnya yang memungkinkan timbulnya proses pembelajaran.
c. Kurikulum sebagai kegiatan berencana, yaitu memuat kegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana hal tersebut dapat diajarkan secara efektif dan efisien.
d. Kurikulum sebagai hasil belajar, yaitu memuat seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu, tanpa menspesifikasikan cara-cara yang dituju untuk memperoleh hasil-hasil yang dimaksud.
e. Kurikulum sebagai reproduksi kultural, yaitu proses transformasi dan refleksi butir-butir kebudayaan masyarakat agar dimiliki dan dipahami peserta didik sebagai bagian dari masyarakat tersebut. f. Kurikulum sebagai pengalaman belajar, yaitu keseluruhan
pengalaman belajar yang direncanakan dibawah pimpinan sekolah g. Kurikulum sebagai produksi, yaitu seperangkat tugas yang harus
Dari aspek-aspek kurikulum tersebut, dapat dikatakan bahwa
kurikulum sangat diperlukan dalam rangka memajukan dan
menyukseskan tujuan pendidikan. Untuk memajukan dan menyukseskan
tujuan pendidikan tersebut, pemerintah melalui Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan perlu menetapkan dan mengembangkan kurikulum
pendidikan yang telah ada menjadi lebih baik lagi sehingga dapat
memberikan dampak positif bagi peserta didik sendiri, masyarakat,
maupun bangsa dan negara. Berdasarkan pertimbangan itulah, maka
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun, mengembangkan,
dan menetapkan sebuah kurikulum yang berlaku pada tahun pelajaran
2013/2014.Kurikulum tersebut dikenal dengan kurikulum 2013.
Menurut Fadlillah (2013:16) Kurikulum 2013 merupakan
pengembangan kurikulum dari kurikulum yang sudah ada sebelumnya,
baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis tahun 2004
maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006.
Terjadinya perubahan tersebut disebabkan karena ditemukannya beberapa
kelemahan yang ditemukan dalam kurikulum KTSP dan hasil survey
“Programme for International Student Assesment (PISA)” tahun 2009
yang menunjukkan bahwa “peserta didik Indonesia hanya mampu
menguasai pelajaran sampai level tiga dan prestasi peserta didik di
Indonesia tertinggal dan terbelakang”(Mulyasa,2013:60). Selain hasil dari
dikarenakan faktor-faktor tantangan internal dan tantangan eksternal.
Tantangan internal tersebut adalah bagaimana mengupayakan
sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah dapat
ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki
kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi
beban. Sedangkan tantangan eksternal terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional (Permendikbud No 17
tahun 2003).
Kurikulum 2013 menurut Mulyasa (2013:6-7) mengartikan
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dan
berbasis karakter (competency dan character based curriculum), yang
dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan
yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan
teknologi.Sedangkan menurut Fadlillah (2014:16) kurikulum 2013
berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap
dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik
melalui pengetahuan di sekolah. Dengan kata lain, kompetensi dan
karakter atau soft skills dan hard skill dapat tertanam secara seimbang.
Pengimpelementasian antara kompetensi dengan karakter atau soft
Pengimpelmentasian tersebut terangkum dalam administrasi guru yaitu
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut Fadlillah
(2014:180) Pelaksanaa proses pembelajaran pada kurikulum 2013 guru
dengan professional dapat menerapkan beberapa prisip-prinsip dalam
pelaksanaan pembelajaran yaitu
a. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik
Maksud dari proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah pembelajaran dirancang bahwa yang menjadi subjek belajar adalah peserta didi, sedangkan guru hanyalah berperan sebagai fasilitator dan salah satu sumber bagi peserta didik. Jadi, dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didik yang harus lebih aktif untuk mendapatkan informasi-informasi atau pengetahuan baru pada saat proses pembelajaran berlangsung.
b. Mengembangkan kreativitas peserta didik
Pelaksanaan pembelajaran dapat menumbuhkan motivasi peserta didik untuk terus belajar dan berkreativitas. Dalam hal ini, guru dituntut untuk lebih kratif dan professional dalam melaksanakan pembelajaran bersama-sama peserta didik.
c. Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang
Dalam pelaksanaan pembelajaran, peserta didik harus dibawa pada kondisi yang menyenangkan dan menantang bagi dirinya. Menyenangkan yang dimaksud adalah pembelajaran harus menarik bagi siswa sehingga anak merasa tertarik dan tertantang untuk mengikuti serangkaian pembelajaran yang direncanakan oleh guru. d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika
Peserta didik dapat belajar mengenai nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika melalui peran yang ditunjukkan oleh guru yang menjadi pendamping. Jadi, guru menjadi teladan bagi peserta didik dalam bersikap dan bertingkah laku, serta cara berpikir yang baik dalam setiap menghadapi persoalan.
e. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual,efektif, efisien, dan bermakna.
B. Kerangka Teoritik
Pemahaman mengenai teori dan konsep akuntansi tidak hanya didasarkan
pada kecerdasan intelektual saja tetapi kecerdasan emosional yang memiliki
peranan penting dalam menerima teori dan konsep akuntansi tersebut.Menurut
Salovey dan Mayer (Stein, 2004:30) kecerdasan emosi adalah kemampuan
untuk mengenali perasaan, meraih, dan membangkitkan perasaan untuk
membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan
perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan
intelektual.
Dengan kecerdasan emosi yang dimiliki para siswa, siswa mampu
menerima dan menerapkan nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran akuntansi
yang diantaranya adalah menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya, menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai). Nilai-nilai karakter
akuntansi ini lah yang akan membentuk siswa menjadi siswa yang berkarakter
secara teori maupun secara konsep akuntansi.
Dalam pembentukan karakter siswa berdasarkan nilai-nilai karakter
akuntansi dipengaruhi oleh kecerdasan emosi yang dimiliki oleh peserta didik.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Goleman (Saptono,
2011:139) dikatakan kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosi
yang memberikan kontribusi 80%, sedangkan kecerdasan intelektual hanya
Dengan fenomena tersebut, dapat dikatakan bahwa, siswa yang memiliki
kecerdasan emosi dapat menerima dan mengimplementasikan nilai-nilai
karakter akuntansi yang diberikan pendidik melalui proses pembelajaran.
Pendidik yang mampu menerapkan teori dan konsep-konsep akuntansi
pada peserta didik dan peserta didik memahami teori dan konsep akuntansi
tersebut maka, akanterbentuknya karakter para siswa. Hal ini dikarenakan,
mata pelajaran akuntansi tidak hanya mempelajari mengenai teori akuntansi
saja melainkan konsep-konsep akuntansi yang akan di praktikkan dalam
pembuatan laporan keuangan berdasarkan transaksi-transaksi yang sudah
terjadi.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang mendasari dan kerangka berpikir yang
telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan yaitu ada
hubungan antara kecerdasan emosi dan nilai-nilai karakter kurikulum 2013
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasiaonal. Korelasional
adalah suatu bentuk analisis data dalam penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan di antara dua variabel atau
lebih, dan besarnya pengaruh yang disebabkan oleh variabel yang satu atau
variabel bebas terhadap variabel lainnya atau variabel terikat (Siregar,
2014:250).
Penelitian ini juga termasuk dalam penelitian studi kasus. Studi kasus
adalah penelitian terhadap satu individu, keluarga, kelompok institusi sosial
dan masyarakat mengenai faktor dan hubungan antarfaktor sehingga
memperoleh informasi mengenai perilaku atau status subjek yang diteliti
secara rinci dan mendalam (in depth), diantaranya mengenai latar belakang
dan sifat atau ciri-ciri yang khas dari kasus tersebut (Suprapto, 2013:15).
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di SMK N 1 Pengasih, Kulon Progo.
2. Waktu penelitian
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa SMK N 1 Pengasih kelas X
Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Akuntansi
Keuangan, Administrasi Perkantoran, dan Pemasaran.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kecerdasan emosi siswa mengenai nilai-nilai
karakter berdasarkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran akuntansi.
D. Populasi, sampel, dan teknik penarikan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK N 1 Pengasih
Kulon Progo.
2. Sampel
Sugiyono (2012:82) mengatakan bahwa sampel bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh sampel tersebut. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Bidang Keahlian Bisnis dan
Manajemen, Program Keahlian Akuntansi, Administrasi Perkantoran, dan
3. Teknik Penarikan Sampel
Menurut Darmawan (2013:152) teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah nonprobability/nonrandom sampling atau sampel
tidak acak dengan unsur purposive sampling yang artinya adalah
responden yang terpilih menjadi anggota sampel atas dasar pertimbangan
sekolah-sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013.
E. Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan Emosi(Emotional Intellegence) adalah kemampuan untuk
mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik