• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kecerdasan emosional dan nilai-nilai karakter berdasarkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Akuntansi untuk Sekolah Menengah Kejuruan kelas X SMK N 1 Pengasih, Kulon Progo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kecerdasan emosional dan nilai-nilai karakter berdasarkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Akuntansi untuk Sekolah Menengah Kejuruan kelas X SMK N 1 Pengasih, Kulon Progo."

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN NILAI-NILAI KARAKTER BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI UNTUK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KELAS X SMK N 1 PENGASIH, KULON PROGO

Rosta Natalia Ulitua Br S Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

(2)

ix

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND CHARACTER VALUES BASED ON 2013 CURRICULUM IN ACCOUNTING

SUBJECT FOR THE TENTH GRADE OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL, SMK N 1 PENGASIH, KULON PROGO

Rosta Natalia Ulitua Br S Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

(3)

PADA MATA PE

MENENGAH K

Diaj M Bidan PROGR BIDANG ST JURUSAN PE FAKULTA U

PELAJARAN AKUNTANSI UNTUK S

KEJURUAN KELAS X SMK N 1 PEN

KULON PROGO

SKRIPSI

iajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi ang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Rosta Natalia Ulitua Br S 111334053

GRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI STUDI KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTA PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SO

TAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI UNTUK SEKOLAH

MENENGAH KEJURUAN KELAS X SMK N 1 PENGASIH,

KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Rosta Natalia Ulitua Br S 111334053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG STUDI KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

KARYA INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK,

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan melindungiku selama aku berproses.

Papa dan Mama (Alm) kutercinta yang selalu member kekuatan dan memotivasiku.

Ke-6 saudara-saudaraku, Kak Alma, Kak Yana, Abang Nando, Abang Heri, Kak

Grace, dan KakLina yang selalu memberikanku dukungan dan semangat selama

proses perkulihan.

Teman terindahku Fey Irawan Samosir yang selalu bersedia mendengarkan semua

keluh kesahku.

Dosen pembimbing skripsi Bpk Bondan yang selalu dengan sabar membimbingku.

Sahabat-sahabatku Maria Diah Wulandari, Brigiita Dina, Valleria Diani Sitta, Theresia

Widyastuti, dan Aknes Suparyati yang selalu ada dalam suka dan duka.

(8)

v

MOTTO

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia

memberikan kekekalan dalam hat imereka

(Pengkotbah 3:

)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua

(Aristoteles)

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Juni 2015

Peneliti

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Rosta Natalia Ulitua Br S

Nomor Mahasiswa : 111334053

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Nilia-Nilai Karakter Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Akuntansi Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Kelas X SMK N 1 Pengasih, KulonProgo.

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam

bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di

Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari

saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Tanggal : 26 Juni 2015

Yang menyatakan

(11)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN NILAI-NILAI KARAKTER BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI UNTUK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KELAS X SMK N 1 PENGASIH, KULON PROGO

Rosta Natalia Ulitua Br S Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

(12)

ix

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND CHARACTER VALUES BASED ON 2013 CURRICULUM IN ACCOUNTING

SUBJECT FOR THE TENTH GRADE OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL, SMK N 1 PENGASIH, KULON PROGO

Rosta Natalia Ulitua Br S Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dan Nilai-nilai Karakter

Berdasarkan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Akuntansi Untuk Sekolah

Menengah Kejuruan Kelas X SMK N 1 Pengasih, Kulon Progo.”

Sripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bimbingan,

bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Pd, selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan serta masukan

berupa kritikan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

4. SMK N 1 Pengasih Kulon Progo atas kesediannya menerima penulis untuk

(14)

xi

5. Bapak / Ibu Dosen penguji yang memberikan masukan untuk kesempurnaan

skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan AKuntansi yang telah

membagikan ilmu pengetahuan dan memberikan bimbingan selama proses

belajar.

7. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah

membantu kelancaran proses selama ini.

8. Orang tua tercinta dan kakak-kakak tersayang yang selalu setia memberikan

dukungan, doa, dan semangat selama penulis berproses.

9. Sahabat-sahabatku Maria DiahWulandari, Brigiita Dina, Valleria Diani Sitta,

Theresia Widyastuti dan Aknes Suparyati yang selalu mendampingi dalam

suka dan duka.

10.Teman-teman kloworku Meiva, Grace, Hani, dan Lia yang selalu memberikan

dukungan dan semangat.

11.Teman terindah saya Fery Irawan Samosir yang selalu setia menemani,

mendukung, mendoakan, pengertian selama menyusun skripsi.

12.Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2011 yang telah menemani dan

membantu penulis.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dengan selalu

(15)

xii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Saran dan kritik

yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan, agar dapat melengkapi

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis,

(16)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xii

LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. KAJIAN TEORI ... 10

A. Deskripsi Teori ... 10

1. Kecerdasan Emosional ... 10

2. Nilai-nilai Karakter Mata Pelajaran Akuntansi ... 15

3. Kurikulum 2013 ... 29

B. Kerangka Teori ... 34

C. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

(17)

xiv

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 37

1. Populasi Penelitian ... 37

2. Sampel Penelitian ... 37

3. Teknik Penarikan Sampel ... 38

E. Variabel dan Indikator Penelitian... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 45

1. Pengujian Validitas ... 45

2. Pengujian Reliabilitas... 49

H. Teknik Analisis Data ... 52

1. Analisis Deskriptif ... 52

2. Pengujian Hipotesis ... 53

3. Analisis Korelasi ... 53

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Deskripsi Data ... 57

B. Analisis Data ... 60

C. Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Keterbatasan ... 67

C. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(18)

xv

Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter ... 16

Tabel 2.2 Kompetensi Dasar Pengantar Akuntansi Kelas X ... 23

Tabel 2.3 Konfigurasi Karakter Dalam Konteks Totalitas Proses Psikologi Dan Sosial Kultural ... 26

Tabel 2.4 Unsur-unsur Karakter Inti Dalam Konfigurasi Karakter... 26

Tabel 3.1 Operasional Kecerdasan Emosi ... 39

Tabel 3.2 Skala Likert Kecerdasan Emosi... 40

Tabel 3.3 Operasional Nilai-nilai Karakter Mata Pelajaran Akuntansi ... 42

Tabel 3.4 Skala Likert Nilai-nilai Karakter ... 44

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosi Siswa ... 46

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Nilai-nilai Karakter Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 47

Tabel 3.7 Hasil Uji Ulang Validitas Variabel Nilai-nilai Karakter Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 48

Tabel 3.8 Tingkat Keterhandalan Variabel Penelitian ... 51

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Emosi ... 51

Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Nilai-nilai Karakter Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 52

Tabel 3.11 Tingkat Korelasi Dan Kekuatan Hubungan ... 55

Tabel 4.1 Deskripsi Data Kecerdasan Emosi ... 58

(19)

xvi

Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 60

(20)

xvii

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 74

Lampiran 2 Induk Data Uji Validitas ... 86

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas... 90

Lampiran 4 Induk Penelitian ... 101

Lampiran 5 Penilaian Acuan Patokan (PAP II) ... 110

Lampiran 6 Mean, Median, Modus ... 113

Lampiran 7 Hasil Pengujian Normalitas ... 119

Lampiran 8 Hasil Pengujian Korelasi Kendall Tau ... 124

(21)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa untuk maju dan unggul

dalam persaingan global. Untuk unggul dan mampu menghadapi persaingan global

maka, dibutuhkannya sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan adanya sumber

daya manusia yang berkualitas maka akan membentuk peradaban yang lebih baik dan

sebaliknya sumber manusia yang buruk akan menghasilkan peradaban yang buruk

pula. Manusia yang berkualitas dapat dibentuk melalui pendidikan karena menurut

Hermino (2014:1) pendidikan menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang

tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh.

Namun, dalam realitanya pendidikan belum mampu membentuk manusia menjadi

manusia yang menjalankan bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara

utuh. Hal ini dapat dilihat banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi didunia

pendidikan diantaranya adalah banyaknya perkelahian antar pelajar, penindasan antar

teman sebaya, premanisme, pencurian, budaya mencontek, penyalahgunaan internet

untuk menonton video porno, dan bahkan maraknya para pelajar yang sudah

melakukan hubungan seks bebas. Dengan fenomena-fenomena tersebut,

menunjukkan bahwa Sistem Pendidikan di Indonesia yang tertuang didalam UU

(22)

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab belum

terwujud secara utuh dan menunjukkan merosotnya moralitas para pelajar di

Indonesia.

Merosotnya moralitas atau karakter yang terjadi pada para pelajar disebabkan

oleh banyak faktor diantaranya adalah pemahaman agama yang sangat kurang, arus

informasi dan teknologi yang berkembang secara cepat sehingga tidak tepat dalam

penggunaan dan kurang efektifnya pembinaan moral kepada peserta didik.Pembinaan

moral kepada anak dapat dilakukan melalui berbagai pihak seperti orang tua, sekolah,

dan guru.

Orang tua mempunyai peran penting dalam pembinaan moral anak karena

orang tua merupakan kunci utama dalam pembentukan karakteranak.Dari keluarga,

orang tua membekali nilai-nilai karakter seperti keagamaan, kesopanan, toleransi,

kerjasama, dll yang dapat digunakan oleh anak untuk menghadapi kehidupan di

masyarakat.Sekolah juga mempunyai peran penting dalam pembinaan moral kepada

para pelajar karena, sekolah merupakan alat yang paling efektif untuk menyadari

individu dalam jati diri kemanusiaannya. Menurut Zubaedi (2012:13) melalui sekolah

akan menghasilkan kualitas manusia yang memiliki kehalusan budi dan jiwa,

(23)

dirinya. Peran guru dalam pembinaan moral selain memberikan ilmu pengetahuan,

guru memberikan perhatian dan menekankan nilai-nilai karakter kepada para siswa

disetiap mata pelajaran sehingga, peserta didik tidak hanya mendapatkan pengetahuan

untuk mendukung hasil prestasinya tetapi juga mendapatkan nilai-nilai karakter yang

dapat membentuk peserta didik menjadi manusia yang berkarakter.

Kurikulum merupakan wadah yang menunjukkan keberhasilan pelaksanaan

kegiatan pendidikan. Tanpa kurikulum, pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik,

efektif, dan efisien sesuai yang diharapkan. Menurut Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003 menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu.

Kurikulum di Indonesia sudah mengalami perubahan sebanyak tujuh kali yaitu

kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan

Kurikulum 2013.Perubahan kurikulum ini bertujuan untuk terus melakukan

pembaharuan pendidikan untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan di

Indonesia.Tahun 2013 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Muhammad Nuh

melakukan pembaharuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi

kurikulum 2013. Perubahan kurikulum diperlukan karena, ditemukan beberapa

kelemahan dalam kurikulum KTSP.Kelemahan pada kurikulum KTSP seperti

(24)

International Student Assesment (PISA)” tahun 2009 yang menunjukkan bahwa

peserta didik Indonesia hanya mampu menguasai pelajaran sampai level tiga dan

prestasi peserta didik di Indonesia tertinggal dan terbelakang. Sedangkan didalam

materi sosialisasi kurikulum 2013 (Mulyasa, 2013:61) terdapat tujuh kelemahan

kurikulum KTSP, salah satunya adalah berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai

dengan perkembangan masayarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran

lingkungan, pendekatan, dan metode pembelajaran konstruktifistik, keseimbangan

soft skill dan hard skill, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam

kurikulum. Dengan ditemukannya beberapa kelemahan pada kurikulum KTSP, maka

pemerintah melakukan perubahan kurikulum menjadi kurikulum 2013.Mulyasa

(2013:6) menyatakan bahwa kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis

kompetensi sekaligus berbasis karakter. sedangkan menurut Kurniawan (2013:12)

menyatakan bahwa kurikulum 2013 sejalan dengan UU Nomor 20 tahun 2003

mengenai Sistem Pendidikan Nasional, yang mana pendidikan nasional harus

berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan

karakter.

Karakter seseorang dapat berkembang berdasarkan potensi yang dibawa sejak

lahir yang dikenal sebagai kerakter dasar yang bersifat biologis (Zubaedi,2012:13).

Pembentukan karakter anak dapat dilakukan melalui pendidikan yang memuat

nilai-nilai karakter yang dapat diterapkan atau diimplementasikan pada para pelajar

melalui kegiatan-kegiatan sekolah maupun proses pembelajaran berlangsung.

(25)

generasi yang berkompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap

menghadapi berbagai tantangan. Akan tetapi, perlu kita sadari bahwa, pemberian

nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran dirasa kurang memuaskan karena guru

maupun orang tua murid masih menitikberatkan pada hasil belajar siswa atau hard

skill tanpa melihat kecerdasansoft skill siswa. Dengan fenomena tersebut, maka

didalam kurikulum 2013 diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi dan berbasis

karakter (competency and character) yang membekali peserta didik dengan berbagai

sikap dan kemampuan sehingga peserta didik tidak hanya cerdas secara intelektual

saja tetapi juga memiliki sikap-sikap yang berkarakter yang dapat digunakan untuk

menghadapi berbagai tantangan globalisasi.

Kesuksesan peserta didik tidak hanya dapat dilihat dari kecerdasan

intelektualnya saja karena siswa yang memiliki intelektual tinggi belum tentu mampu

memiliki relasi yang baik dengan teman sebayanya atau lingkungannya. Peserta didik

dapat dikatakan sukses apabila kecerdasan intelektual dan pengimplementasian

nilai-nilai moral yang berlaku dimasyarakat dapat berjalan dengan seimbang.

Pengimpelmentasian nilai-nilai moral dapat diterapkan apabila peserta didik memiliki

kecerdasan emosi yang baik sehingga dengan emosi yang dimiliki dapat memahami

nilai-nilai moral manakah yang harus dilakukan dan tidak dilakukan.

Pada penelitian ini, penulis hanya memfokuskan pada nilai-nilai karakter yang

ada pada mata pelajaran akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penelitian

dilakukan di SMK karena SMK memfokuskan untuk menghasilkan peserta didik

(26)

dengan keterampilan dan pengalaman lapangan yang lebih dibandingkan Sekolah

Menengah Umum (SMU). Penelitian dilakukan pada mata pelajaran akuntansi

karena, pada hakikatnya akuntansi memberikan gambaran seni mengenai proses

pencatatan yang dimulai dari pencatatan pertama dalam jurnal sampai terbentuknya

hasil akhir dari proses tersebut berupa laporan keuangan. Salah satu konsep dalam

akuntansi yaitu akun debet dan akun kredit haruslah seimbang. Dengan konsep

akuntansi ini, menunjukkan bahwa antara kecerdasan dengan karakter harus

seimbang. Internalisasi nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran akuntansi dapat

dilakukan melalui proses pembelajaran akuntansi.

Dalam pembelajaran akuntansi, pendidik menjelaskan berbagai teori mengenai

konsep-konsep dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan. Pendidik akuntansi

harus mampu menerapkan konsep akuntansi sebelum diterapkan pada anak didiknya.

Dengan adanya pendidik akuntansi yang kurang paham mengenai konsep akuntansi

secara mendetail, maka tidak akan menghasilkan peserta didik yang berkarakter

secara teori dan konsep akuntansi melainkan, peserta didik berkarakter pada lingkup

teori saja. Agar nilai-nilai karakter yang terdapat dalam mata pelajaran akuntansi

dapat terealisasikan pada para siswa, maka dalam proses pembelajaran akuntansi,

guru mampu memasukkan nilai-nilai karakter akuntansi dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Dengan demikian, nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran

akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 diharapkan dapat membentuk kecerdasan para

siswa secara seimbang antara kecerdasan secara intelektual dengan kecerdasan

(27)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN

NILAI-NILAI KARAKTER BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA MATA

PELAJARAN AKUNTANSI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KELAS

XSMK N 1 PENGASIH, KULON PROGO”.

B.Batasan Masalah

Penelitian ini memfokuskan pada kecerdasan emosional dan nilai-nilai karakter

kurikulum 2013 dalam mata pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan

kelas X. Pembatasan ini dimaksudkan untuk mengetahui adakah hubungan antara

kecerdasan emosi dan nilai-nilai karakter kurikulum 2013 dalam mata pelajaran

Akuntansi kelas X.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian

adalah apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dan nilai-nilai karakter

(28)

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara kecerdasan

emosional dan nilai-nilai karakter kurikulum 2013 mata pelajaran Akuntansi.

E.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti yaitu dengan

melakukan penelitian akan menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi pihak peneliti sendiri untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara kecerdasan emosional dengan nilai-nilai karakter

kurikulum 2013 mata pelajaran akuntansi kelas X SMK N 1 Pengasih,

Kulon Progo.

2. Bagi Guru

Penelitian mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dengan

nilai-nilai karakter berdasarkan kurikulum 2013 mata pelajaran

akuntansi akan memberikan manfaat bagi para guru. Dengan hasil

penelitian guru akan mengetahui bagaimana hubungan antara

kecerdasan emosional dengan nilai-nilai karakter kurikulum 2013 mata

pelajaran akuntansi di kelas X. Setelah mengetahui dari hasil penelitian,

guru dapat melakukan peningkatan dan perbaikan dalam pemberian

(29)

3. Bagi Siswa

Memberikan manfaat tersendiri bagi para siswa yaitu siswa mengetahui

bagaimana hubungan antara kecerdasan emosil mereka dengan

(30)

10

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Teori

1. Kecerdasan Emosi (Emotional Intellegence)

Emotional Intellegence atau kecerdasan emosional diciptakan

dan didefinisikan oleh Peter Salovey dan John (Jack) Mayer pada

tahun 1990. Salovey dan Mayer (Stein dan Howard, 2004:30)

menjelaskan bahwa kecerdasaan emosional adalah kemampuan untuk

mengenali perasaan, meraih, dan membangkitkan perasaan untuk

membantu pikiran, memahami perasaan, meraih, dan membangkitkan

perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan

maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga

membantu perkembangan emosi dan intelektual.

Menurut Goleman (2005:98) kecerdasan emosi (Emotional

Intellegence) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita

sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi sendiri, dan

kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam

hubungan dengan orang lain. Sedangkan menurut Bar-On (Stein dan

Howard, 2005:30) kecerdasan emosi adalah kemampuan, kompetensi,

(31)

kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan

lingkungan.

Berdasarkan definisi-definisi kecerdasan emosi di atas maka

peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan

seseorang untuk mengenali diri sendiri dan orang lain, memiliki

kemampuan untuk mengendalikan perasaan, dan mampu berhubungan

dengan baik dengan orang lain sehingga dapat berhubungan dengan

lingkungan sekitarnya.

Menurut Goleman (Zubaedi, 2012:49-50) kecerdasan emosi

seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu,

1) Faktor otak

Didalam otak terdapat sistem yang merupakan pusat emosi. Sistem tersebut adalah sistem limbik. Dan didalam otak juga terdapat sistem amigdala yang merupakan bagian penting dalam mengatur kehidupan yang berkaitan dengan masalah-masalah emosional. Hal ini menunjukkan bahwa, amigdala dalam struktur otak berfungsi sebagai tempat ingatan emosi dan makna dari emosi.

2) Faktor pola asuh orang tua

Kecerdasan emosi anak terpengaruh oleh pola asuh orang tua karena orang tua merupakan sekolah pertama bagi anak untuk mengenal dan mempelajari emosi. Jadi, orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan kecerdasan emosi anak.

3) Faktor lingkungan sekolah

(32)

a. Pengembangan Kecerdasan Emosi (EQ)

Kecerdasan emosi dapat dikembangkan bersamaan dengan

sejarah manusia itu sendiri. Claude Steiner menjelaskan 3 (tiga)

langkah untuk mengembangkan kecerdasan emosional

(Mahayana,2005:100-102)

1) Membuka hati

Membuka hati menjadi langkah pertama karena karena hati adalah simbol pusat emosi. Hati merasa damai ketika berbahagia, dalam kasih sayang, cinta, atau kegembiraan. Hati merasa tidak nyaman ketika sakit, sedih, marah, atau patah hati. Dengan demikian, dengan membebaskan pusat perasaan dari impuls dan pengaruh membatasi untuk menunjukkan cinta satu sama lain. Tahap-tahap untuk membuka hati adalah latihan memberikan stroke kepada teman , meminta stroke, menerima atau menolak stroke, dan memberikan stroke sendiri.

2) Menjelajahi emosi

Setelah membuka hati, kita dapat melihat kenyataan dan menemukan peran emosi dalam kehidupan. Menjelajahi emosi, seseorang dapat berlatih untuk mengetahui apa yang sedang dirasakan, seberapa kuat, dan apa alasannya. Setelah menjelajahi emosi, seseorang akan menjadi paham hambatan dan aliran emosi yang dirasakan, mengetahui emosi yang dialami orang lain dan bagaimana perasaan orang lain yang dipengaruhi oleh tindakan kita. Selain itu, dengan menjelajahi emosi, seseorang mulai memahami bagaimana emosi berinteraksi dan kadang-kadang menciptakan gelombang perasaan yang menghantam dirinya dan orang lain. Tahapan menjelajahi emosi adalah pernyataan tindakan atau perasaan, menerima pernyataan tindakan atau perasaan, menanggapi percikan intuisi, dan validasi percikan intuisi.

3) Bertanggung jawab

(33)

mengakui kesalahan, menerima atau menolak pengakuan, meminta maaf, dan menerima atau menolak permintaan maaf.

b. Komponen-komponen kecerdasan emosi

Sternberg dan Salovey (Goleman,1999:57-59) menemukan lima

kerangka yang dibutuhkan manusia untuk meraih sukses dalam

kehidupannya, yaitu

1) Mengenali diri sendiri

Mengenali diri sendiri merupakan kecerdasan emosional untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan sendiri sesungguhnya membawa seseorang berada dalam kekuasaan perasaan.

2) Mengelola emosi

Mengelola emosi merupakan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Mengelola emosi bisa berupa kemampuan untuk menghibur sendiri, melepas kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan dan sebab akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosional. Seseorang apabila keterampilan emosionalnya buruk akan terus menerus melawan perasaan murung. Sedangkan seseorang yang pintar dan dapat bangkit kembali dengan lebih jauh cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.

3) Memotivasi diri sendiri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal penting untuk memberi perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini akan cenderung produktif dan efektif dalam hal apa pun yang dikerjakan.

4) Mengenali emosi orang lain

Seseorang yang memiliki empati tergantung pada kesadaran diri emosional yang merupakan keterampilan bergaul. Seseorang yang empatiknya lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dikehendaki dan dibutuhkan orang lain.

5) Membina hubungan

(34)

akan sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain.

c. Langkah-langkah melatih kecerdasan emosi

Menurut Gottman dan Joan DeClaire (1998:73-103) terdapat lima

langkah penting melatih kecerdasan emosi, diantaranya adalah

1) Menyadari emosi-emosi anak

Dalam Gottman dan Joan DeClaire (1998:73-103) memperlihatkan bahwa agar orangtua merasakan apa yang dirasakan oleh anak-anak mereka, mereka harus menyadari emosi-emosi, pertama dalam diri mereka sendiri dan kemudian dalam diri anak-anak mereka.

Orang dapat sadar secara emosional dan dengan demikian siap menjadi pelatih emosi tanpa bersikap sengat ekspresif, tanpa merasa seolah-olah mereka kehilangan kendali. Kesadaran emosi hanyalah berarti Anda mengenali kapan Anda merasakan suatu emosi, Anda dapat mengidentifikasi perasaan-perasaan, dan peka terhadapa hadirnya emosi-emosi dalam diri orang lain.

2) Mengakui emosi sebagai peluang untuk kedekatan dan mengajar Dalam Gottman dan Joan DeClaire (1998:94) mengatakan bahwa pengalaman-pengalaman negatif pada anak seperti nilai matematika yang buruk, pengkhianatan seorang teman dapat dijadikan peluang bagi orang tua untuk membangun kemesraan dengan anak-anak dan untuk mengajarkan mereka cara-cara menangani perasaan itu. Dengan membangun kemesraan dengan anak-anak, orangtua dapat memandang amarah anak-anak sebagai sesuatu yang lain daripada tantangan atau otoritas orangtua.

3) Mendengarkan dengan empati dan meneguhkan perasaan anak Dalam Gottman dan Joan DeClaire (1998:95,100) mengemukakan bahwa orangtua yang telah mampu menjalin keakraban dan mengajarkan pemecahan masalah, orangtua telah siap untuk mendengarkan dengan empati. Ketika orangtua mendengarkan anak pada saat-saat emosional, sebaiknya orangtua menyampaikan pengamatan-pengamatan sederhana jauh lebih bermanfaat dari pada mengajukan pertanyaan-pertanyaan menyelidik untuk membuat percakapan berlangsung lancar.

(35)

4) Menolong anak memberi nama emosi dengan kata-kata

Dalam Gottman dan Joan DeClaire (1998:101-102) mengatakan bahwa menyediakan kata-kata dengan cara memberi nama emosi dengan kata-kata dapat menolong anak mengubah suatu perasaan yang tidak jelas, menakutkan, dan tidak nyaman menjadi suatu yang dapat dirumuskan, sesuatu yang tidak mempunyai batas-batas dan merupakan bagian wajar dari kehidupan sehari-hari. Amarah, kesedihan, dan rasa takut menjadi pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh setiap orang dan setiap orang mengatasinya.

Tindakan memberi nama emosi dapat berefek menenteramkan terhadap sistem saraf, dengan membantu anak-anak untuk pulih kembali lebih cepat dari peristiwa-peristiwa yang merisaukan. Anak-anak yang dapat menenteramkan diri mereka sendiri sejak usia dini memperlihatkan beberapa tanda kecerdasan emosional. Anak-anak lebih cenderung berkonsentrasi secara lebih baik, mempunyai hubungan yang lebih baik dengan teman-teman sebayanya, memiliki prestasi akademis lebih tinggi, dan tubuh yang sehat.

5) Menentukan batas-batas sambil membantu anak memecahkan masalah

Dalam Gottman dan Joan DeClaire (1998:113) mengemukakan bahwa anak harus didorong untuk memilih salah satu pilihan dan mencobanya.Bila anak sudah mendapatkan keputusannya, bantulah anak untuk menyusun rencana konkret untuk menidaklanjutinya. Apabila anak memilih suatu pemecahan masalah dan itu gagal, orangtua berperan untuk membantu anak menganalisis mengapa hal tersebut gagal.

2. Nilai-nilai Karakter Mata Pelajaran Akuntansi

Pemberian dan pembentukan nilai-nilai karakter pada para siswa

dapat diinternalisasikan pada pusat-pusat pendidikan karakter yaitu

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat.Menurut Zubaedi (2012:42) pendidikan karakter adalah

(36)

perasaan (feeling), dan tindakan (action). Dengan pendidikan karakter,

seseorang akan menjadi cerdas emosinya.

Menurut Kurniawan (2013:40-41) nilai-nilai yang dikembangkan

dalam pendidikan karakter diidentifikasi berasal dari empat sumber

diantaranya adalah agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan

nasional. Berdasarkan kempat sumber nilai tersebut, teridentifikasi

[image:36.595.99.520.238.722.2]

sejumlah nilai untuk pendidikan karakter yaitu,

Tabel 2.1

Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter

No Nilai Deskripsi

1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai ketentuan dan peraturan.

5 Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

(37)

No Nilai Deskripsi

7 Mandiri Sikap dan perillaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8 Demokrasi Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9 Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, atau didengar. 10 Semangat kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan

berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. 11 Cinta tanah air Cara berpikir, bertindak, dan

berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. 12 Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

13 Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.

14 Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15 Gemar membaca Kebiasan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16 Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu

berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

(38)

No Nilai Deskripsi

18 Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan YME.

Harmin dan Simon (Adisusilo, 2014:59) mengatakan bahwa “values are general yo behavior which tend to give direction to life”. Dalam pandangan Harmin dan Simon, nilai itu merupakan panduan umum untuk membimbing tingkah laku dalam rangka mencapai tujuan hidup seseorang. Pendapat ini selaras dengan Kalven mengenai peranan nilai dalam kehidupan manusia. Kalven (Adisusilo, 2014:59) menyatakan bahwa “Values play e key role in guiding action, resolving conflicts, giving direction and coherence to life. Values are motivators, not only in daily actions, but over the long haul. . . . Values are important as guides in a bewildering world, but even if we lived in a more stable and that tranquil moment of history, values would still have prime importance because of their profound relation both to vitality and to the processes of human maturing.” Jadi, menurut Kalven nilai mempunyai peranan begitu penting dan banyak di dalam hidup manusia, sebab nilai selain sebagai pegangan hidup, menjadi pedoman penyelesaian konflik, memotivasi dan mengarahkan hidup manusia. Nilai itu bila ditanggapi positif akan membantu manusia hidup lebih baik. Sedangkan bila dorongan itu tidak ditanggapi dengan positif, maka orang akan merasa kurang bernilai dan bahkan kurang bahagian sebagai manusia.

Berdasarkan pengertian nilai dari para ahli dapat disimpulkan

bahwa nilai merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan yang menjadi

dasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya,

atau menilai sesuatu yang bermakna atau tidak bermakna bagi

(39)

Adisusilo (2014:70) mengatakan bahwa seseorang yang berhasil

menyerap nilai-nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta

digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya maka orang tersebut

adalah manusia yang berkarakter atau berwatak. Aristoteles (Lickona,

2013:71) mengatakan bahwa karakter yang baik sebagai hidup dengan

tingkah laku yang benar, tingkah laku benar dalam berhubungan dengan

orang lain dan berhubungan dengan diri sendiri. Sedangkan menurut

Lickona (2013:72) karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan,

menginginkan kebaikan, dan melakukan kebaikan.

a. Komponen-komponen karakter yang baik

Menurut Lickona (2013:74) karakter terbentuk dari tiga macam

bagian yang saling berkaitan diantaranya adalah :

1) Pengetahuan moral

Ada beragam pengetahuan moral yang dapat dimanfaatkan ketika berhadapan dengan tantangan-tantangan moral. Enam pengetahuan moral yang dapat menjadi tujuan pendidikan karakter :

a) Kesadaran moral

Tanggung jawab kesadaran moral adalah menggunakan pemikiran untuk melihat suatu situasi yang memerlukan penilaian moral dan kemudian untuk memikirkan dengan cermat tentang apa yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar. Selain itu, tanggung jawab kesadaran moral adalah memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan.

b) Mengetahui nilai-nilai moral

(40)

menjadi warisan moral yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Mengetahui sebuah nilai moral berarti memahami bagaimana menerapkannya dalam berbagai situasi.

c) Pengambilan perspektif

Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi dari sudut pandang orang lain, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi dan merasa. Hal ini merupakan prasayarat bagi pertimbangan moral.

d) Penalaran moral

Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang bermoral dan mengapa harus bermoral. Pada tingkatan tertinggi, penalaran moral akan melibatkan pemahaman terhadap prinsip moral klasik seperti : hormatilah martabat setiap individu, perbanyak berbuat baik. Prinsip-prinsip semacam ini menuntun perbuatan moral dalam berbagai situasi.

e) Pengambilan keputusan

Mampu memikirkan cara seseorang bertindak melalui permasalahan moral dengan cara ini merupakan keahlian pengambilan keputusan reflektif.

f) Pengetahuan diri

Memahami diri sendiri merupakan pengetahuan moral yang paling sulit untuk dikuasai, tetapi penting bagi pengembangan karakter. Untuk menjadi orang yang bermoral diperlukan kemampuan mengulas perilaku diri sendiri dan mengevaluasinya secara kritis. Membangun pemahaman diri berarti sadar terhadap kekuatan dan kelemahan karakter pada diri sendiri dan mengetahui cara untuk memperbaiki kelemahan tersebut.

Kesadaran moral, pengetahuan terhadap nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pembuatan keputusan, dan memahami diri sendiri semua ini merupakan kualitas-kualitas pikiran yang membentuk pengetahuan moral. Seluruhnya memberikan kontribusi yang sama terhadap sisi kognitif karakter.

2) Perasaan moral a) Hati nurani

(41)

seseorang merasa berkewajiban untuk melakukan hal yang benar. Bagi seseorang yang berpegang pada hati nurani, moralitas merupakan hal penting. Hal ini disebabkan karena, ada komitmen untuk menegakkan nilai-nilai moral orang tersebut.

b) Penghargaan diri

Memiliki penghargaan diri yang sehat berarti mampu menghargai diri sendiri. Mampu menghargai diri sendiri maka akan menghormati diri sendiri. Penghargaan diri yang tinggi tidak menjamin terbentuknya karakter yang baik karena penghargaan diri yang tinggi bisa muncul dari hal-hal yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan karakter yang baik.

c) Empati

Empati adalah kemampuan mengenali, atau merasakan, keadaan yang tengah dialami orang lain. Empati merupakan sisi emosional dari pengambilan perspektif. Perbedaan tingkat empati pada diri seseorang telah ada pada usia dini.

d) Menyukai kebaikan

Ciri lain dari bentuk karakter yang tertinggi adalah ketertarikan murni, yang tidak di buat-buat pada kebaikan. Seseorang mencintai kebaikan, mereka akan senang melakukan kebaikan.

e) Kontrol diri

Kontrol diri merupakan pekerti moral yang penting karena kontrol diri dapat membantu seseorang untuk bersikap etis ketika sedang tidak menginginkannya. Selain itu, kontrol diri juga penting untuk mengekang keterlenaan diri. Hanya dengan memperkuat kontrol diri, masalah-masalah pribadi maupun kelompok dapat dikurangi secara signifikan. f) Kerendahan hati

Kerendahan hati merupakan bagian penting dari karakter yang baik. Kerendahan hati adalah bagian dari pemahaman diri. Dengan kerendahan hati, dapat membantu kesombongan seseorang dan pelindung terbaik dari perbuatan kejahatan.

(42)

3)Tindakan moral

Tindakan moral adalah produk dari pengetahuan moral dan perasaan moral. Jika seseorang memiliki kualitas intelektual dan emosional maka, mereka akan melalukan tindakan yang menurut pengetahuan dan perasaan mereka adalah tindakan yang benar. Tiga aspek karakter dalam tindakan moral adalah :

a) Kompetensi

Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Kompetensi berperan dalam situasi-situasi oral lainnya.

b) Kehendak

Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali oleh akal, untuk dapat melihat dan memikirkan suatu keadaan melalui seluruh dimensi moral, untuk mendahulukan kewajiban bukan kesenangan, dan kehendak dibutuhkan untuk menahan godaan, bertahan dari tekanan teman sebaya, dan melawan gelombang. Kehendak merupakan inti keberanian moral.

c) Kebiasaan

Kebiasaan merupakan faktor pembentuk perilaku moral. Untuk membentuk anak memiliki karakter jujur, bersikap santun dan adil, dan menolong orang lain maka dibutuhkan kesempatan untuk membangun kebiasaan-kebiasaan baik tersebut.

Seseorang yang berkarakter baik, pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral bekerja secara bersama-sama untuk saling mendukung. Membangun karakter merupakan proses seumur hidup. Kehidupan moral yang dijalani secara bertahap akan dapat memadukan pertimbangan, perasaan, dan pol-pola tingkah laku yang benar.

(43)

pendidikan karakter berupaya untuk mengembangkan keseluruhan aspek kognitif, emosional, dan perilaku dari kehidupan moral.

Pengembangan nilai-nilai karakter yang baik dapat

diimplementasikan dalam setiap pokok bahasan dan setiap mata

pelajaran.Nilai-nilai karakter tersebut tercantum dalam silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilakukan oleh guru yang

professional.Di dalam RPP, nilai-nilai karakter berdasarkan kurikulum

2013 dicantumkan didalam kompetensi inti.Kompetensi nilai-nilai

karakter terdapat pada kopetensi inti 1 1) dan kompetensi 2

(KI-2).Komptensi initi 1 (KI-1) merupakan kompetensi inti yang berisikan

nilai-nilai karakter mengenai sikap spiritual. Sedangkan kompetensi inti 2

(KI-2) berisikan nilai-nilai karakter mengenai sikap sosial. Melalui RPP,

guru dengan cermat dan professional mengintegrasikan nilai-nilai karakter

dalam pembelajaran yang dilakukan didalam kelas, sehingga RPP yang

telah disiapkan oleh guru dapat dilaksanakan dengan baik dan nilai-nilai

karakter dapat diimplenmentasikan kepada peserta didik.

Tabel 2.2

Kompetensi Dasar Pengantar AkuntansiKelas X

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menunjukkan keimanan sebagai rasa syukur dan keyakinan terhadap kebesaran Sang Pencipta karena menyadari keteraturan dan

(44)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR menciptakan alam semesta dan semua unsur di dalamnya. 2. Menghayati dan

Mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktifdan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.1 Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu dalam menemukan dan memahami

pengetahuan dasar tentang ilmu yang dipelajarinya.

2.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (disiplin, jujur, teliti, tanggung jawab, obyektif, kritis, kreatif, inovatif, santun, peduli dan ramah lingkungan) dalam melakukan pekerjaan sebagai bagian dari sikap ilmiah.

2.3 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam pembelajaran sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap kerja 3. Memahami, menerapkan

dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.

3.1 Menjelaskan pengertian, fungsi dan jenis uang

3.2 Menjelaskan tujuan, fungsi dan peranan keuangan dalam perusahaan 3.3 Menjelaskan posisi bidang keuangan

dalam struktur organisasi perusahaan

3.4 Menjelaskan jabatan/karier dalam bidang keuangan perusahaan 3.5 Menjelaskan bentuk-bentuk

alternatif organisasi bisnis 3.6 Menjelaskan sumber-sumber

keuangan perusahaan

3.7 Menjelaskan sistem dan prosedur penggunaan dana perusahaan 3.8 Menjelaskan pasar uang dan pasar

modal

3.9 Menjelaskan penganggaran modal melalui pembiayaan tunai, kredit dan sewa (leasing)

3.10Menjelaskan nilai waktu dari uang 4. Mengolah, menalar, dan

menyaji dalam ranah

(45)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR konkret dan ranah abstrak

terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas

spesifik di bawah pengawasan langsung.

keuangan di berbagai perusahaan 4.3 Mengidentifikasi posisi bidang

keuangan dalam struktur organisasi perusahaan

4.4 Mengklasifikasi berbagai jabatan/karier dalam bidang keuangan perusahaan

4.5 Mengklasifikasi bentuk-bentuk badan usaha berdasarkan kepemilikan modal

4.6 Mengklasifikasi sumber-sumber keuangan perusahaan

4.7 Mengidentifikasi sistem dan prosedur dalam penggunaan dana 4.8 Mengidentifikasi lembaga-lembaga

pasar uang dan pasar modal

4.9 Mengevaluasi penganggaran modal melalui pembiayaan tunai, kredit dan sewa (leasing)

4.10Menghitung nilai uang sekarang dan nilai uang masa depan

b. Pembentukan Karakter Dalam Diri Manusia

Menurut Zubaedi (2014:192:193) mengatakan bahwa

pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari

seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan

psikomotorik) dalam kontek interaksi sosial kultural (dalam keluarga,

sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.

Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas psikologi dan

sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam olah hati

(46)

development), olahraga dan kinestetik (physical and kinesthetic

development)¸dan olah rasa dan karsa (affective and creativity

[image:46.595.98.517.172.682.2]

development).

Tabel 2.3

Kofigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologi dan sosial-kultural

Olah Pikir

cerdas

Olah Hati

Jujur

Bertanggung Jawab

Olah Raga (Kinestetik)

Bersih, sehat, menarik

Olah Rasa dan Karsa

Peduli dan kreatif

Keempat kelompok konfigurasi karakter tersebut memiiki

unsur-unsur karakter inti sebagai berikut:

Tabel 2.4

Unsur-unsur Karakter Inti Dalam Konfigurasi Karakter

No Kelompok Konfigurasi Karakter

Karakter Inti (Core

Characters)

1 Olah Hati • Religius

• Jujur

• Tanggung jawab

• Peduli sosial

• Peduli lingkungan 2 Olah Pikir •Cerdas

• Kreatif

• Gemar membaca

• Rasa ingin tahu 3 Olahraga • Sehat

• Bersih 4 Olah Rasa dan Karsa •Peduli

(47)

c. Cara-cara menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta

didik

Menurut Lickona (2012:112) guru memiliki kekuatan untuk

menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik melalui tiga

cara yaitu,

1) Guru dapat menjadi seorang yang penyayang yang efektif, menyayangi dan menghormati murid-murid, membantu mereka meraih sukses disekolah, membangun kepercayaan diri siswa, dan membuat peserta didik mengerti apa itu moral dengan melihat cara guru memperlakukan peserta didik dengan etika yang baik.

2) Guru dapat menjadi seorang model, yaitu orang-orang yang beretika yang menunjukkan rasa hormat dan tanggung jawabnya yang tinggi, baik didalam maupun diluar kelas. Guru pun dapat memberi contoh dalam hal-hal yang berkaitan dengan moral beserta alasannya, yaitu dengan cara menunjukkan etikanya dalam bertindak disekolah dan lingkungannya.

3) Guru dapat menjadi mentor yang beretika, memberikan intruksi moral dan bimbingan melalui penjelasan, diskusi kelas, bercerita, pemberian motivasi personal, dan memberikan umpan balik yang korektif ketika ada siswa menyakiti temannya atau menyakiti dirinya sendiri.

d. Alasan sekolah mengajarkan nilai-nilai karakter dan

membangun karakter yang baik

Menurut Lickona (2013: 25-28) ada sepuluh alasan mengapa

sekolah mengajarkan nilai-nilai karakter dan membangun karakter

yang baik pada para siswa, diantaranya adalah:

1)Ada kebutuhan yang jelas dan mendesak.

2)Menyampaikan nilai-nilai adalahselalu menjadi tugas peradaban. 3)Peran sekolah sebagai pendidik moral menjadi semakin vital

(48)

moral dari orangtua mereka dan ketika pengaruh dari tempat-tempat yang menjadi pusat nilai seperti rumah ibadah juga tidak hadir dalam hidup mereka.

4) Landasan etis umum tetap ada, bahkan di dalam masyarakatdengan konflik nilai seperti kita.

5) Demokrasi punya kebutuhan khusus terhadap pendidikan moral, karena demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat.

6) Pendidikan bebas nilai itu tidak ada.

7) Pertanyaan-pertanyaan moral adalah salah satu dari sejumlah pertanyaan besar yang harus dihadapi manusia individual dan bangsa manusia.

8) Ada dukungan secara luas yang semakin kuat untuk memberikan pendidikan nilai di sekolah.

9) Komitmen yang tak malu-malu terhadap pendidikan moral jika kita ingin menarik dan mempertahankan guru-guru yang baik. 10) Pendidikan nilai adalah sebuah pekerjaan yang bisa dilakukan.

e. Strategi mengajarakan nilai-nilai melalui kurikulum

Menurut Lickona (2013:230-231) Terdapat 9 (sembilan) strategi

yang dapat dilakukan untuk mengajarkan nilai-nilai karakter melalui

kurikulum, diantaranya adalah:

1) Melibatkan siswa dalam proyek-proyek yang dapat menumbuhkan kepedulian aktif untuk melindungi alam

2) Mengajari siswa menghormati dan bertanggung jawab terhadap binatang.

3) Menganalisis setiap subyek dan mengajukan pertanyaan. 4) Menentukan target nilai untuk tingkat sekolah

5) Cari atau buat bahan-bahan mengajar yang baik. 6) Merancang metodologi mengajar yang efektif.

7) Mengembangkan tema etis yang dapat menyatukan kurikulum sekolah, mendorong guru mengolah tema dengan berbagai cara. 8) Mendatangkan pembicara tamu untuk menyoroti nilai tertentu. 9) Melakukan pendidikan multikultural untuk membangun

(49)

3. Kurikulum 2013

Kurikulum di Indonesia sudah mengalami perubahan sebanyak

tujuh kali yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984,

kurikulum 1994, KBK KTSP, dan Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum

ini bertujuan untuk terus melakukan pembaharuan pendidikan untuk dapat

meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun 2013

dilakukannya pembaharuan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013.

Perubahan kurikulum yang terjadi berulang-ulang tersebut karena

terjadinya perubahan-perubahan zaman yang terus berkembang sehingga

pendidikan menyesuaikan dengan perubahan zaman tersebut. Dengan

adanya perubahan kurikulum ini menunjukkan bahwa kurikulum berperan

penting dalam pendidikan karena, dengan kurikulum kegiatan pendidikan

akan terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut

Waters (Hermino,2014:35) mengemukakan bahwa

“The new curriculum balance subject knowledge with the key concepts and processes that underlie the discipline of each subject. Some subjects share key concepts and processes. Curriculum opportunities highlight the potential for links between subjects. Dimensions can be used to cut across the curriculum and make links to the major ideas and challenges that face society.”

Pengertian dalam tataran nasional dapat dimaknai bahwa

kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan

memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan

(50)

pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan

jenjang masing-masing satuan pendidikan. Sedangkan menurut UU RI

Nomor 20 tahun 2003 yang dimaksud dengan kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Berdasarkan definisi kurikulum dapat disimpulkan bahwa konsep

dasar kurikulum tidak hanya sebatas makna kata “kurikulum”, tetapi juga

menekankan pada aspek yang fungsinya yang ideal. Aspek-aspek

kurikulum tersebut menurut Kurniawan (2013:54) adalah

a. Kurikulum sebagai program studi, yaitu seperangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari peserta didik di sekolah atau di instansi pendidikan lainnya.

b. Kurikulum sebagai content, yaitu memuat sejumlah data atau informasi yang tertera dalam buku-buku teks atau informasi lainnya yang memungkinkan timbulnya proses pembelajaran.

c. Kurikulum sebagai kegiatan berencana, yaitu memuat kegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana hal tersebut dapat diajarkan secara efektif dan efisien.

d. Kurikulum sebagai hasil belajar, yaitu memuat seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu, tanpa menspesifikasikan cara-cara yang dituju untuk memperoleh hasil-hasil yang dimaksud.

e. Kurikulum sebagai reproduksi kultural, yaitu proses transformasi dan refleksi butir-butir kebudayaan masyarakat agar dimiliki dan dipahami peserta didik sebagai bagian dari masyarakat tersebut. f. Kurikulum sebagai pengalaman belajar, yaitu keseluruhan

pengalaman belajar yang direncanakan dibawah pimpinan sekolah g. Kurikulum sebagai produksi, yaitu seperangkat tugas yang harus

(51)

Dari aspek-aspek kurikulum tersebut, dapat dikatakan bahwa

kurikulum sangat diperlukan dalam rangka memajukan dan

menyukseskan tujuan pendidikan. Untuk memajukan dan menyukseskan

tujuan pendidikan tersebut, pemerintah melalui Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan perlu menetapkan dan mengembangkan kurikulum

pendidikan yang telah ada menjadi lebih baik lagi sehingga dapat

memberikan dampak positif bagi peserta didik sendiri, masyarakat,

maupun bangsa dan negara. Berdasarkan pertimbangan itulah, maka

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun, mengembangkan,

dan menetapkan sebuah kurikulum yang berlaku pada tahun pelajaran

2013/2014.Kurikulum tersebut dikenal dengan kurikulum 2013.

Menurut Fadlillah (2013:16) Kurikulum 2013 merupakan

pengembangan kurikulum dari kurikulum yang sudah ada sebelumnya,

baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis tahun 2004

maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006.

Terjadinya perubahan tersebut disebabkan karena ditemukannya beberapa

kelemahan yang ditemukan dalam kurikulum KTSP dan hasil survey

“Programme for International Student Assesment (PISA)” tahun 2009

yang menunjukkan bahwa “peserta didik Indonesia hanya mampu

menguasai pelajaran sampai level tiga dan prestasi peserta didik di

Indonesia tertinggal dan terbelakang”(Mulyasa,2013:60). Selain hasil dari

(52)

dikarenakan faktor-faktor tantangan internal dan tantangan eksternal.

Tantangan internal tersebut adalah bagaimana mengupayakan

sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah dapat

ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki

kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi

beban. Sedangkan tantangan eksternal terkait dengan arus globalisasi dan

berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan

teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan

perkembangan pendidikan di tingkat internasional (Permendikbud No 17

tahun 2003).

Kurikulum 2013 menurut Mulyasa (2013:6-7) mengartikan

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dan

berbasis karakter (competency dan character based curriculum), yang

dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan

yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan

teknologi.Sedangkan menurut Fadlillah (2014:16) kurikulum 2013

berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap

dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik

melalui pengetahuan di sekolah. Dengan kata lain, kompetensi dan

karakter atau soft skills dan hard skill dapat tertanam secara seimbang.

Pengimpelementasian antara kompetensi dengan karakter atau soft

(53)

Pengimpelmentasian tersebut terangkum dalam administrasi guru yaitu

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut Fadlillah

(2014:180) Pelaksanaa proses pembelajaran pada kurikulum 2013 guru

dengan professional dapat menerapkan beberapa prisip-prinsip dalam

pelaksanaan pembelajaran yaitu

a. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik

Maksud dari proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah pembelajaran dirancang bahwa yang menjadi subjek belajar adalah peserta didi, sedangkan guru hanyalah berperan sebagai fasilitator dan salah satu sumber bagi peserta didik. Jadi, dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didik yang harus lebih aktif untuk mendapatkan informasi-informasi atau pengetahuan baru pada saat proses pembelajaran berlangsung.

b. Mengembangkan kreativitas peserta didik

Pelaksanaan pembelajaran dapat menumbuhkan motivasi peserta didik untuk terus belajar dan berkreativitas. Dalam hal ini, guru dituntut untuk lebih kratif dan professional dalam melaksanakan pembelajaran bersama-sama peserta didik.

c. Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang

Dalam pelaksanaan pembelajaran, peserta didik harus dibawa pada kondisi yang menyenangkan dan menantang bagi dirinya. Menyenangkan yang dimaksud adalah pembelajaran harus menarik bagi siswa sehingga anak merasa tertarik dan tertantang untuk mengikuti serangkaian pembelajaran yang direncanakan oleh guru. d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika

Peserta didik dapat belajar mengenai nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika melalui peran yang ditunjukkan oleh guru yang menjadi pendamping. Jadi, guru menjadi teladan bagi peserta didik dalam bersikap dan bertingkah laku, serta cara berpikir yang baik dalam setiap menghadapi persoalan.

e. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual,efektif, efisien, dan bermakna.

(54)

B. Kerangka Teoritik

Pemahaman mengenai teori dan konsep akuntansi tidak hanya didasarkan

pada kecerdasan intelektual saja tetapi kecerdasan emosional yang memiliki

peranan penting dalam menerima teori dan konsep akuntansi tersebut.Menurut

Salovey dan Mayer (Stein, 2004:30) kecerdasan emosi adalah kemampuan

untuk mengenali perasaan, meraih, dan membangkitkan perasaan untuk

membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan

perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan

intelektual.

Dengan kecerdasan emosi yang dimiliki para siswa, siswa mampu

menerima dan menerapkan nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran akuntansi

yang diantaranya adalah menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

dianutnya, menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai). Nilai-nilai karakter

akuntansi ini lah yang akan membentuk siswa menjadi siswa yang berkarakter

secara teori maupun secara konsep akuntansi.

Dalam pembentukan karakter siswa berdasarkan nilai-nilai karakter

akuntansi dipengaruhi oleh kecerdasan emosi yang dimiliki oleh peserta didik.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Goleman (Saptono,

2011:139) dikatakan kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosi

yang memberikan kontribusi 80%, sedangkan kecerdasan intelektual hanya

(55)

Dengan fenomena tersebut, dapat dikatakan bahwa, siswa yang memiliki

kecerdasan emosi dapat menerima dan mengimplementasikan nilai-nilai

karakter akuntansi yang diberikan pendidik melalui proses pembelajaran.

Pendidik yang mampu menerapkan teori dan konsep-konsep akuntansi

pada peserta didik dan peserta didik memahami teori dan konsep akuntansi

tersebut maka, akanterbentuknya karakter para siswa. Hal ini dikarenakan,

mata pelajaran akuntansi tidak hanya mempelajari mengenai teori akuntansi

saja melainkan konsep-konsep akuntansi yang akan di praktikkan dalam

pembuatan laporan keuangan berdasarkan transaksi-transaksi yang sudah

terjadi.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori yang mendasari dan kerangka berpikir yang

telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan yaitu ada

hubungan antara kecerdasan emosi dan nilai-nilai karakter kurikulum 2013

(56)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasiaonal. Korelasional

adalah suatu bentuk analisis data dalam penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan di antara dua variabel atau

lebih, dan besarnya pengaruh yang disebabkan oleh variabel yang satu atau

variabel bebas terhadap variabel lainnya atau variabel terikat (Siregar,

2014:250).

Penelitian ini juga termasuk dalam penelitian studi kasus. Studi kasus

adalah penelitian terhadap satu individu, keluarga, kelompok institusi sosial

dan masyarakat mengenai faktor dan hubungan antarfaktor sehingga

memperoleh informasi mengenai perilaku atau status subjek yang diteliti

secara rinci dan mendalam (in depth), diantaranya mengenai latar belakang

dan sifat atau ciri-ciri yang khas dari kasus tersebut (Suprapto, 2013:15).

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di SMK N 1 Pengasih, Kulon Progo.

2. Waktu penelitian

(57)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa SMK N 1 Pengasih kelas X

Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Akuntansi

Keuangan, Administrasi Perkantoran, dan Pemasaran.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kecerdasan emosi siswa mengenai nilai-nilai

karakter berdasarkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran akuntansi.

D. Populasi, sampel, dan teknik penarikan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK N 1 Pengasih

Kulon Progo.

2. Sampel

Sugiyono (2012:82) mengatakan bahwa sampel bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh sampel tersebut. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Bidang Keahlian Bisnis dan

Manajemen, Program Keahlian Akuntansi, Administrasi Perkantoran, dan

(58)

3. Teknik Penarikan Sampel

Menurut Darmawan (2013:152) teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah nonprobability/nonrandom sampling atau sampel

tidak acak dengan unsur purposive sampling yang artinya adalah

responden yang terpilih menjadi anggota sampel atas dasar pertimbangan

sekolah-sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013.

E. Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Kecerdasan Emosi

Kecerdasan Emosi(Emotional Intellegence) adalah kemampuan untuk

mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan

memotivasi sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik

Gambar

Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis Kendall Tau ............................................................
Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
Tabel 2.3 Kofigurasi karakter dalam konteks totalitas proses
Tabel 3.1 Operasionalisasi Kecerdasan Emosional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan, maka bersama ini Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Satuan Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Pemilihan Langsung Nomor : 027/ 14 / PP.Gdg.Sukorejo/ 405.21/ 2012, tanggal 11 Juli 2012, maka diumumkan kepada para Peserta

Dengan kata lain, pemilik sertifikat Berkaitan dengan sertifikat sebagai tanda bukti hak yang bersifat kuat,. sertifikat yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan

[r]

[r]

- Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang.. Undang-Undang

Aplikasi penelitian ini dimasa yang akan datang disarankan agar Hotel Grand Duta Syariah Palembang dapat membedakan fungsi penjualan dan fungsi kas agar tidak

Membawa Dokumen Penawaran Asli dan Foto copy sesuai dengan yang telah diunggah. dalam