• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pemahaman kosep vektor pada siswa Kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pemahaman kosep vektor pada siswa Kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta."

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Natalis Emanuel Koli Soge (091424035). Analisis Pemahaman Konsep Vektor pada Siswa Kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) pemahaman konsep siswa terhadap materi vektor; dan (2) pemahaman konsep siswa tiap sub konsep vektor.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20-24 September 2016 di SMA Bopkri 1 Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta berjumlah 50 siswa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Pada penelitian ini digunakan teknik Certanty of Response Index (CRI) untuk mengidentifikasi pemahaman siswa. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik pilihan ganda sebanyak 25 butir soal dan 1 butir soal esai yang dilengkapi indeks keyakinan siswa terhadap jawaban tes. Untuk mempertegas jawaban siswa dilakukan wawancara.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) pemahaman konsep siswa terhadap materi vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 22,08%); (2) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep mendefenisikan vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 28,40%); (3) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menguraikan komponen-komponen vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 11,30%); (4) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara geometri berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 29,20% dan 22%); (5) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara aanalisis berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 23,25%); (6) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menghitung perkalian titik dan perkalian silang vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 11%).

(2)

ABSTRACT

Soge, N.E.K. 2016. The student’s comprehension analysis of vektor concept on students class X SMA BOPKRI I Yogyakarta. Physics Education Studies Program, Department of Mathematics and Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aimed to figure out: (1) student’s comprehension on vektor material; and (2) student’s comprehension in each sub concept of it.

This research was conducted on 20-24th September 2016 where its subjects were students class X in SMA BOPKRI 1 Yogyakarta in number of fifty. The method used was a descriptive method. In addition, Certainty of Response Index (CRI) was used to identify if the materials were understandable. As much as 25 lists of multiple choices and an essay question completing by student’s index of confidence were a diagnostic test supporting its identification. Besides, an interview had been conducted to make sure students’ answer.

The results showed: (1) students were in the low category in case of vektor concept understanding (in range 0-30%, the percentage was in 22,08%); (2) students’ understanding in each sub concept of vektor defined the low category (in range 0-30%, the percentage was in 28,40); (3) students’ understanding on sub concept of analysing vektor’s components was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 11,30%); (4) students’ understanding especially on adding and reducing number of vektor by geometry was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 29,20% and 22%); (5) students’ understanding on adding and reducing number of vektor by analysis was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 23,25%); (6) students’ understanding on sub concept of calculating point-multiplication and cross-multiplication vektor was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 11%).

(3)

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP VEKTOR PADA SISWA KELAS X SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh :

NATALIS EMANUEL KOLI SOGE NIM : 091424035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

ii

(5)
(6)
(7)
(8)

vi ABSTRAK

Natalis Emanuel Koli Soge (091424035). Analisis Pemahaman Konsep Vektor pada Siswa Kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) pemahaman konsep siswa terhadap materi vektor; dan (2) pemahaman konsep siswa tiap sub konsep vektor.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20-24 September 2016 di SMA Bopkri 1 Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta berjumlah 50 siswa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Pada penelitian ini digunakan teknik Certanty of Response Index (CRI) untuk mengidentifikasi pemahaman siswa. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik pilihan ganda sebanyak 25 butir soal dan 1 butir soal esai yang dilengkapi indeks keyakinan siswa terhadap jawaban tes. Untuk mempertegas jawaban siswa dilakukan wawancara.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) pemahaman konsep siswa terhadap materi vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 22,08%); (2) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep mendefenisikan vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 28,40%); (3) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menguraikan komponen-komponen vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 11,30%); (4) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara geometri berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 29,20% dan 22%); (5) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara aanalisis berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 23,25%); (6) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menghitung perkalian titik dan perkalian silang vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 11%).

(9)

vii ABSTRACT

Soge, N.E.K. 2016. The student’s comprehension analysis of vektor concept on students class X SMA BOPKRI I Yogyakarta. Physics Education Studies Program, Department of Mathematics and Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aimed to figure out: (1) student’s comprehension on vektor

material; and (2) student’s comprehension in each sub concept of it.

This research was conducted on 20-24th September 2016 where its subjects were students class X in SMA BOPKRI 1 Yogyakarta in number of fifty. The method used was a descriptive method. In addition, Certainty of Response Index (CRI) was used to identify if the materials were understandable. As much as 25 lists of multiple choices and an essay question completing by student’s index of confidence were a diagnostic test supporting its identification. Besides, an interview had been conducted to make sure students’ answer.

The results showed: (1) students were in the low category in case of vektor concept understanding (in range 0-30%, the percentage was in 22,08%); (2)

students’ understanding in each sub concept of vektor defined the low category (in

range 0-30%, the percentage was in 28,40); (3) students’ understanding on sub concept of analysing vektor’s components was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 11,30%); (4) students’ understanding especially on adding and reducing number of vektor by geometry was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 29,20% and 22%); (5) students’ understanding on adding and reducing number of vektor by analysis was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 23,25%); (6) students’ understanding on sub concept of calculating point-multiplication and cross-multiplication vektor was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 11%).

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hadiratkan kepada Bapa di Surga atas segala rahmat dan bimbinganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik semua proses dari awal sampai akhir dalam penyusunan skripsi ini, baik penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Pemahaman Konsep vektor pada Siswa kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapakan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik dalam hal material, saran dan dukungan, sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik. Penulis secara khusus mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed. Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar saat memberi bimbingan, saran dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Andar Rujito, M.H selaku Kepala Sekolah SMA Bopkri 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan memperkenankan penulis untuk melakukan penelitian di SMA Bopkri 1 Yogyakarta.

(11)

ix

penelitian di SMA Bopkri 1 Yogyakarta sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian.

4. Semua teman-teman kelas X MIPA 3 dan MIPA 4 SMA Bopkri 1 Yogyakarta yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berpikir dan mengerjakan soal test; terlebih untuk teman-teman yang bersedia untuk diwawancarai, “kalian semua keren!!”.

5. Segenap staf karyawan Sekretariat JPMIPA atas segala bantuan dan informasi yang telah diberikan.

6. Segenap dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis melakukan studi di Universitas Satana Dharma.

7. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma dan semua dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang berguna demi penyempurnaan skripsi ini.

8. Bapa Ignasius Nasu Soge, Mama Theresia Bali Tukan, dan semua keluarga di Boru atas segala dukungan baik material, doa, semangat, saran dan kasih sayang yang tak pernah henti kepada penulis.

9. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2009 atas kebersamaan dan

dukungannya selama masa perkuliahan, “kalian luar biasa”.

(12)

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIError! Bookmark not defined. ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

(14)

xii

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Hakekat fisika ... 6

B. Pemahaman, konsep dan pemahaman konsep ... 7

C. Vektor ... 9

D. Kajian Penelitian Yang Relevan ... 20

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian... 23

B. Setting Penelitian ... 23

C. Data Penelitian ... 24

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 24

E. Uji Coba Instrumen penelitian ... 27

F. Data Hasil Uji Coba ... 29

G. Teknik Analisis Data... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Pelaksanaan Penelitian ... 34

B. Hasil Penelitian ... 35

1. Hasil tes diagnostik ... 35

2. Hasil wawancara ... 36

(15)

xiii

1. Analisis hasil penelitian Pemahaman konsep siswa kelas X MIPA pada materi vektor dengan menggunakan CRI. ... 64

2. Analisis hasil penelitian Pemahaman konsep siswa kelas X MIPA pada tiap sub vektor dengan menggunakan CRI. ... 66

a. Mendefenisikan vektor ... 67

b. Menguraikan komponen-komponen vektor ... 70

c. Menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara geometri ... 73

d. Menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara analisis ... 81

e. Menghitung hasil perkalian vektor dengan perkalian silang dan perkalian titik ... 85

D. Pembahasan... 88

1. Pemahaman konsep siswa kelas X MIPA pada materi vektor ... 88

2. Pemahaman konsep siswa kelas X MIPA pada tiap sub konsep vektor dengan menggunakan CRI. ... 89

a. Mendefenisikan vektor ... 89

b. Menguraikan komponen-komponen vektor. ... 91

c. Menjumlahkan dan mengurangkan vektor secara geometri. .... 92

(16)

xiv

e. Menghitung hasil perkalian vektor dengan perkalian silang dan

perkalian titik. ... 97

E. Keterbatasan Penelitian ... 99

BAB V PENUTUP ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 103

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Besaran fisika ... 10

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Soal Tes ... 25

Tabel 3. 2 Tabel kisi-kisi wawancara ... 26

Tabel 3. 3 Kriteria soal ... 28

Tabel 3. 4 Tingkat Kesukaran Soal ... 29

Tabel 3. 5 Tingkat kesukaran soal setelah diuji cobakan ... 29

Tabel 3. 6 Kisi-Kisi Instrumen Soal Setelah Divalidasi ... 30

Tabel 3. 7 Kriteria Penilaian Soal ... 32

Tabel 3. 8 Ketentuan berdasarkan jawaban dan kriteria CRI ... 32

Tabel 3. 9 Persentase Tingkat Pemahaman ... 33

Tabel 4.1 Tabel Proses Pelaksanaan Penelitian ... 34

Tabel 4.2 Persentase Jumlah Siswa Yang Menjawab Benar Soal Pilihan Ganda . 35 Tabel 4.3 Persentase Jumlah Siswa Yang Menjawab Benar Soal Essai ... 36

Tabel 4.4 Data Hasil Wawancara Soal Pilihan Ganda Terhadap 10 Orang Siswa 37 Tabel 4.5 Data Hasil Wawancara Soal Essai Terhadap 10 Orang Siswa... 58

Tabel 4.6 Rerata Persentase Pemahaman Konsep Siswa Soal Pilihan Ganda ... 65

Tabel 4.7 Tabel Persentase Jumlah Siswa Berdasarkan Skor ... 66

Tabel 4.8 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa Pada Butir Soal Dalam Sub Konsep Mendefenisikan Vektor ... 67

(18)

xvi

Tabel 4.10 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa Pada Butir Soal Pilihan Ganda Dalam Sub Konsep Menjumlahkan Dan Mengurangkan Vektor Dengan Cara Geometri ... 73 Tabel 4.11 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa Pada Butir Soal Essai Dalam

Sub Konsep Menjumlahkan Dan Mengurangkan Vektor Dengan Cara Geometri ... 76 Tabel 4.12 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa Pada Butir Soal Dalam Sub

Konsep Menjumlahkan Dan Mengurangkan Vektor Dengan Cara Analisis ... 81 Tabel 4.13 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa Pada Butir Soal Dalam Sub

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 107

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 108

Lampiran 3 Lembar Jawaban Siswa ... 120

Lampiran 4 Uji Kesukaran Soal Tes Pilihan Ganda ... 135

Lampiran 5 Uji Kesukaran Soal Tes esai ... 136

Lampiran 6 Data Penelitian ... 137

Lampiran 7 Frekuensi Siswa Berdasarkan Kategori Pemahaman ... 143

Lampiran 8 Persentase Tiap Nomor Soal Berdasarkan Kategori Pemahaman . 144 Lampiran 9 Frekuensi Untuk Soal Essai ... 145

Lampiran 10 Persentase Untuk Soal Essai ... 145

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang masa. Pendidikan menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat karena pendidikan dapat mempengaruhi dan mengubah pola pikir seseorang untuk selalu melakukan perbaikan dalam segala aspek kehidupan ke arah peningkatan kualitas diri sesuai harapan pelaku pendidikan. Pendidikan yang dibutuhkan adalah pendidikan yang berkualitas dan demokratis (Mastuhu, 2004 dalam Syafaruddin, 2008:6).

(21)

soal-soal fisika, tetapi juga ditentukan oleh seberapa maksimal siswa tersebut memahami konsep dari materi fisika yang sedang mereka pelajari. Namun, dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak luput dari permasalahan-permasalahan yang ditemui ketika melakukan proses tersebut. Kesulitan yang banyak dihadapi oleh sebagian besar siswa adalah dalam menginterpretasikan berbagi konsep dan prinsip fisika. Sedangkan dalam mempelajari fisika hal utama yang di butuhkan adalah pemahaman konsep. Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Widodo (2006:6) yaitu langkah awal yang paling tepat untuk mempelajari fisika adalah memahami konsepnya terlebih dahulu. Konsep-konsep pembelajaran tersusun secara sistematis. Sehingga diperlukan penguasaan konsep dalam setiap materi pelajaran sebelum melanjutkan ke materi selanjutnya. Konsep yang lebih awal diajarkan akan menjadi dasar bagi pengembangan konsep-konsep selanjutnya. Jika konsep dasar yang diajarkan belum dikuasai dengan baik, maka akan berpengaruh pada penguasaan– penguasaan konsep selanjutnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika.

(22)

yang dimana dalam pembahasan masalah tersebut tidak lepas dari pemahaman konsep. Oleh karena itu, penguasaan konsep vektor merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik untuk dapat menyelesaikan persoalan-persoalan pada materi vektor. Jika siswa belum mampu menguasai konsep vektor, maka siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan persoalan pada materi vektor.

Sehubungan dengan hal diatas, maka dilakukan analisis pemahaman konsep siswa dalam mempelajari fisika materi vektor untuk mengevaluasi hasil dari pembelajaran dengan judul “Analisis Pemahaman Konsep Vektor pada Siswa Kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa kelas X pada materi vektor dengan menggunakan CRI?

2. Bagaimanakah pemahaman siswa pada tiap sub konsep vektor dengan menggunakan CRI?

C. Pembatasan Masalah

(23)

1. Peneliti hanya menganalisis pemahaman konsep siswa kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta pada materi vektor dengan menggunakan CRI.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pemahaman konsep siswa kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta pada materi vektor.

2. Untuk mengetahui persentase pemahaman konsep siswa kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta pada tiap sub konsep vektor.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Guru dapat mengetahui pemahaman konsep siswa pada materi vektor.

2. Peneliti yaitu sebagai referensi untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran kemampuan siswa SMA kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta pada materi vektor.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan penelitian ini yaitu: BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, peneliti menyajikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

(24)

Pada bab ini, peneliti menyajikan teori-teori yang berhubungan dan mendukung pembahasan-pembahasan penelitian ini. Teori-teori tersebut yaitu hakekat fisika, pemahaman, konsep serta pemahaman konsep, vektor, CRI (Certainty of Respon Index), kajian penelitian yang relevan. BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti menyajikan jenis penelitian, setting penelitian (tempat penelitian, waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian), data penelitian, metode dan instrument pengumpulan data, teknik analisis data, prosedur pelaksanaan penelitian secara keseluruhan, data hasil ujicoba, dan analisis hasil uji coba.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti menyajikan tentang deskripsi pelaksanaan penelitian, data hasil penelitian, analisis data penelitian, pembahasan hasil analisis data, dan keterbatasan penelitian.

BAB V PENUTUP

(25)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakekat fisika

Suparno (2009: 75-76) mengemukakan hakekat fisika sebagai berikut:

1. IPA, termasuk di dalamnya Fisika, bukan hanya berisi tentang pengetahuan, melainkan juga proses penemuan.

2. Fisika mendasari perkembangan teknologi dan juga konsep hidup harmonis dengan alam.

3. Beberapa alasan mengapa Fisika perlu diajarkan di SMA/MA sebagai mata pelajaran tersendiri, antara lain sebagai berikut:

a. Fisika mampu menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

b. Memberikan bekal pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan yang diperlukan di perguruan tinggi dan pengembangan ilmu serta teknologi.

c. Pelajaran Fisika perlu dilaksanakan secara inkuiri ilmiah agar menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah dalam hidup.

(26)

B. Pemahaman, konsep dan pemahaman konsep 1. Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar dalam suatu hal. Pemahaman merupakan proses perbuatan, cara memahami (KBBI,1990). Sementara itu, menurut Anas Sudijono (1996:50) pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti, mengetahui atau memahami sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Siswa dikatakan paham jika mampu memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan (Sudijono, 1996: 50).

2. Konsep

Konsep memiliki pengertian berbeda dari tiap ahli. Berikut beberapa pengertian konsep menurut ahli dalam Santyasa ( 2006:9):

a. Menurut Breg

Konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir.

b. Menurut Rosser Dahar (1989)

(27)

atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama.

Kemampuan membangun konsep terjadi apabila seseorang mempunyai kemampuan memberikan respon terhadap stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik. Berikut adalah ciri-ciri konsep yang dikemukakan oleh Dahar, dalam (Santyasa, 2006:10-11), antara lain:

a. Konsep timbul dari hasil pengalaman manusia dengan lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta, konsep merupakan suatu generalisasi dari fakta-fakta tersebut.

b. Hasil berpikir abstrak manusia dari fakta-fakta tersebut; c. Suatu konsep dapat dianggap kurang tepat disebabkan

timbulnya fakta-fakta baru, sehingga konsep dapat mengalami suatu perubahan (bersifat tentatif).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah abstraksi dari ciri-ciri sesuatu untuk mempermudah komunikasi antara manusia serta mampu mendorong manusia untuk berpikir.

3. Pemahaman konsep

(28)

a. Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri;

b. Dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain;

c. Dapat menganalisis hubungan antar konsep dalam suatu hukum;

d. Dapat menerapkan suatu konsep untuk:

1) Menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus;

2) Untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis;

3) Mempredikisi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi. e. Dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih

cepat;

f. Dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang saling berkaitan;

g. Dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah, dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.

C. Vektor

(29)

Tabel 2. 1 Besaran fisika Besaran fisika Definisi Contoh Besaran skalar Hanya mempunyai

besar atau nilai tanpa mempunyai arah.

Besaran vektor Besaran yang

mempunyai besar dan

Besaran vektor dituliskan dalam huruf bercetak tebal dan huruf miringnya digunakan untuk menyatakan nilai skalar (besar vektor tersebut). Contoh, vektor A dituliskan dengan A dan besarnya dituliskan dengan A. selain itu, digunakan juga tanda pembeda untuk menuliskan vektor seperti anak panah diatas lambang vektor tersebut. Contoh, vektor A dituliskan dengan ⃗⃗ dan besarnya ditulis | |. Menurut Kanginan (2013:44), untuk buku cetakan lambing vektor juga dapat ditulis dengan menggunakan huruf kecil (bukan kapital) yang dicetak tebal, misalnya a.

2. Menjumlakan dan Mengurangkan vektor

(30)

A + B = R

Penjumlahan vektor berbeda dengan penjumlahan bilangan skalar, tetapi penjumlahan vektor juga memenuhi hukum komutatif penjumlahan dan hukum asosiatif penjumlahan.

Hukum komutatif penjumlahan: A + B = B + A

Hukum asosiatif penjumlahan: A + (B + C) = (A + B) + C

Sedangkan, pengurangan vektor adalah penjumlahan vektor dengan mendefenisikan vektor negatif sebagai vektor lain yang sama besar tetapi arahnya berlawanan. Contoh: A – B = A + (-B)

Penjumlahan dan pengurangan vektor dapat dilakukan dengan cara geometri dan analisis.

a. Cara geometri

Dengan menggunakan metode jajargenjang dan metode polygon (segitiga).

(31)

Gambar 2.2 Cara polygon dalam menjumlahkan vektor

Gambar 2.3 Pengurangan vektor dengan cara geometri

b. Cara analisis

Dari gambar dibawah ini, sudut yang dibentuk oleh dua buah vektor tersebut adalah α dan sudut antar vektor resultan (R)

dengan vektor a adalah β

Gambar 2.4 Menentukan resultan dua buah vektor secara analitis

(32)

Untuk penjumlahan

Untuk pengurangan

dengan R adalah besar vektor resultan ⃗⃗ , A adalah besar vektor A, B adalah besar vektor B, dan adalah sudut apit antara ⃗⃗ dan ⃗ .

Misalkan, sudut β merupakan sudut yang dibentuk antara

R dan A , maka dengan menggunakan aturan sinus pada segitiga, akan diperoleh :

3. Menguraikan komponen-komponen vektor

(33)

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa vektor A mempunyai komponen kearah sumbu-X, yaitu Ax dan mempunyai komponen kearah sumbu-Y, yaitu Ay. besarnya masing-masing komponen vektor A tersebut adalah:

,

,

Sementara itu, arah vektor A tersebut memenuhi ,

dengan adalah sudut yang dibentuk oleh vektor A dengan sumbu-X positif.

Vektor Satuan (Unit Vektor)

(34)

Pada gambar di atas, tampak bahwa vektor satuan i menunjukkan arah sumbu x positif, vektor satuan j menunjukkan arah sumbu y positif, dan vektor satuan y menunjukan arah sumbu z positif. Kita dapat menyatakan hubungan antara vektor komponen dan komponennya masing-masing, sebagai berikut:

Fx = Fx ̂ Fy = Fy ̂ Fz = Fz ̂

Kita dapat menulis vektor F dalam komponen-komponennya sebagai berikut:

F = Fx ̂ + Fy ̂ + Fz ̂

Sedangkan besar vektor F dapat dihitung dengan menentukan komponen-komponen vektor yang saling tegak lurus satu sama lain dengan persamaan:

F = √(Fx2 + Fy2 + Fz2)

Misalnya terdapat dua vektor pada ruang tiga dimensi yakni A dan B, maka jika dinyatakan dalam komponen-komponennya, sebagaimana tampak di bawah :

A = Ax ̂ + Ay ̂ + Az ̂ B = Bx ̂ + By ̂ + Bz ̂

Besar resultan penjumlahan dua buah vektor dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

(35)

R = (Ax ̂ + Ay ̂ + Az ̂) + (Bx ̂ + By ̂ + Bz ̂) R = (Ax + Bx) ̂ + (Ay + By) ̂ + (Az + Bz) ̂

Besar resultan pengurangan dua buah vektor dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

R = A – B

R = (Ax ̂ + Ay ̂ + Az ̂) – (Bx ̂ + By ̂ + Bz ̂) R = (Ax – Bx) ̂ + (Ay – By) ̂ + (Az – Bz) ̂

Vektor Posisi (Vektor Kedudukan)

Vektor posisi (r) atau vektor kedudukan adalah posisi atau kedudukan suatu benda pada bidang datar maupun ruang yang dapat dinyatakan dalam sebuah vektor pada saat tertentu. Vektor posisi dalam dua dimensi dapat dituliskan sebagai berikut:

r = x ̂ + y ̂

sedangkan untuk vektor posisi dalam ruang (tiga dimensi) dapat dituliskan sebagi berikut:

r = x ̂ + y ̂ + z ̂

dengan: x, y , z menyatakan komponen (nilai/besar) vektor, dan ̂, ̂, ̂ menyatakan arah vektor.

4. Mengalikan Vektor

(36)

(dot product), sedangkan hasil vektor dikenal sebagai hasil perkalian

silang (cross product).

1) Hasil Perkalian Titik

Secara umum, perkalian vektor A dan B menghasilkan hasil skalar dapat dinyatakan sebagai berikut:

dengan adalah sudut antara A dan B

Untuk memudahkan perhitungan perkalian titik dua vektor, perlu dipahami terlebih dahulu sifat-sifat perkalian titik sesama vektor satuan. Perkalian titik antara dua vektor satuan akan bernilai satu jika kedua vektor tersebut sejenis dan bernilai nol jika tidak sejenis.

̂∙ ̂ = ̂∙ ̂ = ̂∙ ̂ = (1)(1) cos 0° = 1 ̂∙ ̂ = ̂∙ ̂ = ̂∙ ̂ = (1)(1) cos 90°= 0

Sudut antara vektor satuan ̂ dan ̂adalah 0˚ maka ( ̂)( ̂) cos 0° = 1, sedangkan sudut antara vektor satuan ̂ dan ̂ adalah 90˚ maka ( ̂)( ̂) cos 90° = 0. Ketentuan ini memenuhi sifat perkalian titik sesama vektor.

(37)

A B = (Ax ̂ + Ay ̂ + Az ̂) ∙ (Bx ̂ + By ̂ + Bz ̂) = AxBx + AyBy + AzBz

2) Hasil Perkalian Silang

Secara umum, hasil perkalian vektor A dan B yang menghasilkan hasil vektor dapat dinyatakan dengan C = A × B, dengan C merupakan vektor baru yang besarnya adalah sebagai berikut.

| |

dengan, Ɵ adalah sudut antara A dan B

Arah dari vektor C ini tegak lurus dengan bidang yang dibentuk oleh dua vektor tersebut. Di mana arahnya adalah sesuai dengan aturan tangan kanan di mana ujung vektor A menuju ujung vektor B searah dengan lipatan empat jari sedangkan jempol menunjukkan arah vektor C (lihat gambar di bawah).

(38)

Pada perkalian silang vektor ini tidak berlaku sifat komutatif, jadi A×B ≠ B×A. Akan tetapi berlaku sifat anti -komutatif, yaitu A×B= -B×A. Artinya besar vektor B×A memiliki besar yang sama dengan vektor A×B namun arahnya berlawanan.

Untuk menentukan nilai resultan vektor dan persamaan perkalian vektor, dapat digunakan sifat-sifat perkalian silang sesama vektor satuan:

1. Perkalian silang antara dua vektor satuan yang sama besar dan searah bernilai nol. Misalnya, ̂ x ̂ = 0, ̂ x ̂ = 0, dan ̂ x ̂ = 0.

2. Perkalian antara dua vektor satuan yang berbeda akan bernilai positif jika searah jarum jam, dan bernilai negatif jika berlawanan arah dengan jarum jam.

̂ × ̂ = ̂, ̂ × ̂ = ̂, ̂ × ̂ = ̂, ̂ × ̂ = - ̂, ̂ × ̂ = - ̂, ̂ × ̂ = - ̂

(39)

A×B = (Ax ̂ + Ay ̂ + Az ̂)×(Bx ̂ + By ̂ + Bz ̂)

= (AyBz - AzBy) ̂ - (AxBz - AzBx) ̂ + (AxBy - AyBx) ̂

Untuk mempermudah dalam mengingat rumus di atas bisa menggunakan metode determinan seperti berikut ini:

A×B = ̂ AyBz + ̂ AzBx + ̂ AxBy - ̂ AyBx - ̂ AzBy - ̂ AxBz

= (AyBz - AzBy) ̂ - (AxBz - AzBx) ̂ + (AxBy - AyBx) ̂

D. Kajian Penelitian Yang Relevan

(40)

perubahan fase sebanyak 83%, miskonsepsinya meliputi siswa beranggapan bahwa saat terjadi perubahan wujud juga terjadi perubahansuhu,kemiringangrafikantarasuhudanwaktutidakdipengaruhi kalor jenis, fase zat padat dan cair yaitu saat terjadi perubahan suhu, saat terjadi dua fase zat (padat dan cair) ditunjukan saat air menguap. (3) Tingkat miskonsepsi yang dialami siswa pada konsep pemuaian zat sebanyak 32%, konsep perubahan pertambahan panjang terhadap perubahan suhu sebanyak 44%, sifat anomali air sebanyak 45%, perubahan fase sebanyak 83%, laju masukan panas terhadap perubahan suhu 53%, suhu yang dibagi sama rata sebanyak 52% dan hubungan kapasitas kalor dengan perubahan suhu sebanyak 82%.

2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh M”rifa, Kamaludin

dan Fihrin mengenai analisis pemahaman konsep gerak lurus pada siswa SMA Negeri di kota Palu menyimpulkan bahwa siswa SMAN di kota palu yang memahami konsep 23,90%, yang tidak memahami konsep 42,71% dan mengalami miskonsepsi 33.39%

(41)
(42)

23 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Herdiansyah (2010 :9), penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian, misalnya pelaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Penelitian kualitatif lebih tertarik pada proses daripada hasil dan srategi kualitatif menekankan bagaimana harapan-harapan diterjemahkan dalam kegiatan-kegiatan, prosedur dan interaksi setiap hari (Suparno, 2010:154).

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Bopkri 1 Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan dari Agustus - September 2016

3. Subyek dan Obyek Penelitian a. Subyek Penelitian

(43)

b. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah pemahaman konsep vektor.

C. Data Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data pemahaman konsep vektor siswa berupa data kualitatif yang diperoleh dari jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi vektor serta hasil wawancara.

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode tes diagnostik, wawancara dan dokumentasi

a. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang telah disampaikan meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan (Jihad&Haris, 2013:67). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk melihat pemahaman siswa pada materi vektor.

b. Wawancara

(44)

datanya, pedoman wawancara yang digunakan berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2010:197). c. Dokumentasi

Pengumpulan data-data lewat pengumpulan benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, notulen catatan harian, daftar nilai dan foto-foto, dll (Suparno, 2010:64).

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Soal Tes

Instrumen penelitian berupa tes pilihan berganda dan essai. Soal tes diambil berdasarkan pada indikator yang ingin dicapai pada materi materi vektor, soal tes pilihan berganda berjumlah 25 buah dan essai berjumlah 1 soal. Berikut ini kisi-kisi soal tes yang digunakan:

(45)

Materi

Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berupa garis besar permasalahan. Garis besar permasalahan tersebut berupa bagaimana langkah-langkah yang digunakan siswa untuk memperoleh jawabannya.

Siswa yang di wawancarai adalah sepuluh (10) orang perwakilan dari siswa dan dipilih secara acak. Berikut ini kisi- kisi wawancara yang digunakan:

Tabel 3. 2 Tabel kisi-kisi wawancara

No. Soal Wawancara Nomor

soal

1

 Apakah anda bisa membedakan besaran skalar dan besaran vektor beserta contoh-contohnya? untuk menjumlahkan dua buah vektor atau lebih dan bisa membedakannya?

3 dan 4

3  Apakah anda memahami gambar yang

ditampilkan pada soal? 5 dan 25

4

 Apakah anda paham cara menjumlahkan dan mengurangkan 2 buah vektor atau lebih dengan cara analisis dan yang disertai dengan sudut apitnya?

(46)

No. Soal Wawancara Nomor soal  Apakah anda yakin atau ragu-ragu atau

tidak yakin dengan jawaban anda? 5

 Apakah anda paham cara menghitung hasil perkalian dua buah vektor dengan cara perkalian silang atau titik?

16, 18,

 Apakah anda dapat mendefenisiskan vektor?

 Bagaimana anda menjawab soal tersebut?

9, 17, 21 dan 24

8

 Apakah anda dapat memvisualisasikan soal tersebut kedalam bentuk gambar?  Bagaimana cara anda menghitung

perpindahan atau resultannya?

26

E. Uji Coba Instrumen penelitian 1. Tingkat Kesukaran Soal

Kriteria soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 1990 :209). Sukar atau mudahnya soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran (difficulty index). Tingkat kesukaran (TK) masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2010:208) :

,

dengan P adalah angka indek kesukaran item, B adalah banyaknya siswa yang menjawab benar, dan JS adalah jumlah peserta tes.

(47)

Tabel 3. 3 Kriteria soal TK

Tingkat Kesukaran

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

2. Validitas Instrumen Penelitian

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data juga valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Seperti yang dijelaskan oleh Azwar (1987:173) bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan

(48)

validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas empiris atau validitas kriteria. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji validasi konstruk yang dilakukan oleh pakar dalam bidang fisika.

F. Data Hasil Uji Coba 1. Tingkat Kesukaran

Sebelum instrumen diuji, peneliti mengkategorikan tingkat kesukaran soal sebagai berikut:

Tabel 3. 4 Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat Kesukaran Nomor Soal Jumlah

Mudah 1,2,3,4,17,21,24,25 8

Sedang 5,6,7,9,10,11,14,22,23,26 10 Sukar 8,12,13,15,16,18,19,20 8 Instrumen penelitian kemudian diuji cobakan kepada 10 orang responden pada tanggal 14 Agustus 2016, sehingga tingkat kesukaran soal setelah diuji cobakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 5 Tingkat kesukaran soal setelah diuji cobakan Tingkat Kesukaran Nomor Soal Jumlah

Mudah 1,2,3,4,5,11,13,21, 7

Sedang 6,7,8,12,15,17,18,22,24,25,26 11

Sukar 9,10,14,16,19,20,23 8

2. Uji Validasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen berupa soal tes pilihan berganda dan soal essai. Untuk memvalidasi instrumen penelitian, peneliti menggunakan uji validitas konstruk (construct validity). Proses validasi konstruk sebuah instrumen dilakukan melalui

(49)

panel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai substansi atau konten dari variabel yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, validasi konstruk dilakukan oleh salah satu Dosen Fisika Sanata Dharma dan salah satu guru fisika SMA. Setelah dilakukan uji validasi konstruk, kisi-kisi instrumen yang disusun oleh peneliti tidak mengalami perubahan.

Tabel 3. 6 Kisi-Kisi Instrumen Soal Setelah Divalidasi Materi

G. Teknik Analisis Data

Data utama dalam penelitian ini adalah data hasil pemahaman konsep vektor. Data ini diperoleh dengan cara pemberian tes berupa pilihan ganda dengan menggunakan lembar jawaban model Certanty of response index (CRI) kepada sampel.

(50)

pemahaman konsep fisika yang dimaksud adalah konsep vektor. Teknik CRI merupakan teknik yang sederhana dan efektif untuk mengukur pemahaman. Teknik CRI (Certainty of Respon Index) bisa digunakan untuk membedakan siswa yang tahu konsep, siswa yang tidak tahu konsep, dan yang siswa mengalami miskonsepsi. Teknik ini menggunakan soal tes pilihan berganda yang disertai dengan indeks keyakinan (CRI). Nilai CRI yang rendah menunjukan adanya penebakan sedangkan nilai yang tinggi menunjukan responden memiliki tingkat kepercayan diri (Confidence) yang tinggi terhadap jawabannya. Dalam keadaan ini, jika jawaban responden benar, artinya tingkat keyakinan tinggi akan kebenaran konsepnya telah teruji (justified) dengan baik (Murni, 2013:206). Akan tetapi, jika jawaban responden salah, hal terebut menjadi suatu indikator terjadinya miskonsepsi (Murni, 2013:206).

Tes diagnostik CRI bisa digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa secara efisien, namun tidak bisa mengungkap proses penalaran siswa dan penyebab terjadinya. Alasan inilah yang menyebabkan beberapa ahli tertarik untuk menggunakan kombinasi tes diagnostik beralasan dengan wawancara (two-tier diagnostik) untuk mengidentifikasi miskonsepsi.

(51)

Data yang diperoleh dari hasil tes diagnostik CRI. Jawaban siswa dinilai dengan criteria penilaian sebagai berikut:

Tabel 3. 7 Kriteria Penilaian Soal

Bentuk Soal Nilai Keterangan

Pilihan ganda 1 Jika jawaban benar 0 Jika jawaban salah Jawaban siswa dianalisis dengan menggunakan model CRI. Merujuk pada jawaban yang benar dan yang salah dari siswa dan merujuk pada klasifikasi CRI. Bentuk matriks jawaban siswa dan pengkategoriannya disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. 8 Ketentuan berdasarkan jawaban dan kriteria CRI Kriteria

Jawaban

Kriteria CRI

Yakin Ragu-ragu Tidak Yakin Jawaban

benar Paham Kurang Paham

Tidak Paham / Menebak Jawaban

salah Miskonsepsi Kurang Paham

Tidak Paham / Menebak Jawaban siswa berdasarkan kategori CRI dipersentasikan berdasarkan kelompok kategori paham, miskonsepsi, dan tidak paham, dihitung dengan menggunakan rumus menurut (Sudijono,2009:43):

,

dengan P adalah angka persentasi (% kelompok), f adalah jumlah siswa pada setiap kelompok, dan n adalah jumlah sampel.

(52)

Tabel 3. 9 Persentase Tingkat Pemahaman Persentase Kategori

0 – 30% Rendah

31% - 60% Sedang

(53)

34 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Bopkri I Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 pada bulan Agustus – September 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X MIPA SMA Bopkri I Yogyakarta dengan jumlah siswa 130 orang dan sampel berjumlah 50 orang siswa terdiri dari: siswa kelas X MIPA 3 berjumlah 25 orang siswa dan kelas X MIPA 4 berjumlah 25 orang siswa.

Proses pelaksanaan penelitian ini akan disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4. 1 Tabel Proses Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Hari/Tanggal

1 Menyerahkan surat ijin penelitian di

SMA Bopkri 1 Yogyakarta 16 Agustus 2016 2

Mendapatkan informasi dari pihak sekolah bahwa bisa melakukan

penelitian di SMA Bopkri 1 Yogyakarta

23 Agustus 2016

3 Menjelaskan tujuan penelitian ke Pak

Andi selaku guru mata pelajaran fisika 24 Agustus 2016 4 Konsultasi instrumen penelitian

bersama Pak Andi Setiawan 30 Agustus 2016 5

Mendapatkan informasi dari Pak Andi bahwa materi vektor telah selesai diajarkan

19 September 2016

6 Melakukan pengambilan data di kelas X

MIPA 3 20 September 2016

7 Melakukan pengambilan data di kelas X

MIPA 4 21 September 2016

(54)

Kegiatan wawancara ulang dilakukan selama tiga hari. Hal ini dikarenakan waktu melakukan wawancara setelah siswa/i selesai melakukan kegiatan belajar di sekolah. Wawancara dilakukan di 2 tempat yaitu di sekolah dan di warung makan. Hal ini dikarenakan peneliti menyesuaikan dengan kegiatan siswa/i yang pada saat itu mengerjakan tugas kelompok di warung makan tersebut.

B. Hasil Penelitian

1. Hasil tes diagnostik

Berikut disajikan tabel persentase jumlah siswa yang menyelesaikan soal tes. Soal tes berupa soal tes pilihan ganda dengan jumlah butir soal sebanyak 25 dan soal essai sebanyak 1 butir.

(55)

Nomor soal

Persentase jumlah siswa yang menjawab benar

(%)

19 10

20 38

21 34

22 42

23 22

24 8

25 20

Tabel 4. 3 Persentase Jumlah Siswa Yang Menjawab Benar Soal Essai

Nomor soal

Persentase jumlah siswa yang menjawab benar

(%)

26 34

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa persentase jumlah siswa paling banyak menjawab benar adalah pada soal nomor 4 dengan persentase jumlah siswa sebesar 84%, sedangkan persentase jumlah siswa paling sedikit menjawab benar adalah pada nomor 24 dengan persentase jumlah siswa sebesar 8%.

Dari tabel 4.3 menunjukan bahwa persentase jumlah siswa yang menjawab benar untuk soal essai sebesar 34%.

2. Hasil wawancara

(56)

dan paling sedikit untuk setiap sub konsepnya. Berikut disajikan tabel hasil wawancara dengan 10 orang siswa.

Tabel 4. 4 Data Hasil Wawancara Soal Pilihan Ganda Terhadap 10 Orang Siswa

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara 1. atau kamu emang tau jawabannya Gak mas, saya tu bingung antara pilihan C atau E

2 (MS)

Dek, nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab D mas

Itu kamu yakin apa gak? yakin mas

berarti besaran vektor itu memiliki besar saja sedangkan skalar memiliki besar dan arah?

iya mas

coba kamu baca buku ini

(siswa mengambil dan membaca defenisi besaran skalar dan vektor) Wah, berarti saya salah dong mas, kebalik ya..hehehe

3 (P) Dek, nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab E mas

Itu kamu yakin apa gak? yakin mas

berarti besaran vektor itu memiliki besar dan arah sedangkan skalar memiliki besar saja?

iya mas

8 (KP) Dek, nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab C mas

Itu kamu yakin apa gak?

Saya bingung mas, antara C atau D

Coba kamu baca buku ini, liat bedanya besaran skalar dan besaran vektor

(siswa mengambil dan membaca buku)

(57)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara Hehhe. Yang E mas.

25 (P) Dek, nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab E mas

Itu kamu yakin apa gak? yakin mas

berarti besaran vektor itu memiliki besar dan arah sedangkan skalar memiliki besar saja?

iya mas 26

(MS)

Dek, nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab D mas

Itu kamu yakin apa gak? yakin ga yakin mas

kok bisa? Coba kmu lihat di kolom tingkat keyakinanmu itu, kamu centang yang mana?

Saya centang di kolom yakin mas berarti kmu yakin dengan jawabanmu yang D yaitu besaran vektor itu memiliki besar saja sedangkan skalar memiliki besar dan arah?

iya mas

coba kamu baca paragraf yang ini (sambil memberikan buku yang berisi defenisi besaran vektor dan besaran skalar)

(siswa mengambil dan membaca defenisi besaran skalar dan vektor dan membandingkan dengan jawabannya)

Hahaha,.. saya salah ya mas? Menurut kamu gimana?

Jawabannya E mas. Maaf mas saya salah

34 (P) Dek, nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab E mas

Itu kamu yakin apa gak? yakin mas

berarti besaran vektor itu memiliki besar dan arah sedangkan skalar memiliki besar saja?

(58)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara besar saja.

35 (Mn)

Nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab E mas

Itu kamu yakin apa gak? yakin mas

berarti besaran vektor itu memiliki besar dan arah sedangkan skalar memiliki besar saja?

iya mas

39 (P) Coba kamu perhatikan jawaban nomor 1 mu. Menurut kamu, kamu benar atau salah?

Iya mas. Benar mas Kamu yakin? Yakin mas

Kenapa kamu segitu yakin?

Yakin mas. Besaran vektor itu punya besar dan arah kalo skalar hanya besar saja tidak punya arah 40 (P) Dek, nomor 1 kamu jawab apa?

Saya jawab E mas Itu kamu yakin apa gak? yakin mas

berarti besaran vektor itu memiliki besar dan arah sedangkan skalar

(59)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

kenapa kamu memilih jawaban D? Gak tau mas kenapa milih D. sepintas aja milih D

Dengan cara menebak?

Iya mas. Mau gimana lagi. Mau nyontek teman ada masnya ma pa Andi yang jaga. Hehehe

2 (KP) Coba kita ke soal nomor 24. Menurutmu, jawabanmu gimana? Maksudnya mas?

Kamu jawab apa trus tingkat keyakinanmu?

Jawab C mas ma ragu-ragu

Kamu ragu dengan jawaban yang mana?

Sama yang B mas Kenapa kamu ragu? Bingung aja mas

Apa yang kamu bingungkan? Vektor kan biasanya ditulis dengan huruf besar trus ada tanda panahnya

Maksudnya huruf besar? Huruf kapital?

Iya mas. Huruf kapital

Kamu pernah baca buku matematika atau fisika yang ada cara penulisan vektor selain menggunakan huruf kapital? Belum mas

Kalau kamu punya waktu buat baca, coba kmu cek lagi ya. Hehe Iya mas

3 (MS)

Nomor 24 kamu jawab apa? Saya jawab C mas vektor tidak pernah memakai huruf kecil. biasanya yang kapital

(60)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

jawaban B (A). bagaimana

Tapi kan dia kapital mas. Jadi dia benar mas

8 (KP) Nomor 24 kamu jawab apa? Saya jawab E mas

Terus untuk tingkat keyakinanmu? Saya ragu-ragu mas

Kamu jawab apa nomor 24? Saya salah mas

Memangnya kamu jawab apa? A mas. Yang bener yang mana mas?

Menurut kamu yang mana?

Gak tau mas kalo tau pasti bener mas jawabanku. Hehe

26 (MS)

Nomor 24 kamu jawab apa? Saya jawab A mas. Kok salah ya? Iya menurut kamu kenapa?

Kenapa mas? Bukannya penulisannya seperti itu ya mas? Memang salah satu penulisan vektor memang seperti itu

Kok salah mas?

Coba kamu baca soalnya ulang Hahaha.. gak lihat mas kalo ada kecualinya. Kurang cermat mas. Hehehe

34 (KP)

Nomor 24 kamu jawab apa? A mas.

Kalo tingkat keyakinanmu? Ragu-ragu mas

Kenapa kamu ragu-ragu? Bingung mas

(61)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara Gk tau mas. Ya bingung aja

Bingung Ddngan pilihan jawabannya ato gimana? Gini aja kalo misalkan kamu milih, kamu pilih jawaban yang mana selain jawabanmu skrg ni?

Saya milih B mas Kenapa B?

Kemarin kan bingungnya antara A ato B itu mas. Hehehe

35 (KP)

Nomor 24 gimana? Jawaab apa? Jawab E mas

Kenapa E? Bisa jelaskan kenapa kamu pilih E?

Saya salah baca soal mas kemarin tu

39 (MS)

Nomor 24 kamu jawab apa? Jawab D mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Yakin mas

Kenapa kamu yakin dengan jawabanmu itu?

Karna itu bukan tanda panah mas. Itu kan cuman strep gtu aja bukan tanda panah

(62)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

komponen-komponen vektor.

mengerjakannya?

Karna saya tidak tau mas 2 (Mn) Nomor 10 kamu jawab apa dek?

Jawab A mas.

Klo tingkat keyakinanmu gimana? Tidak yakin mas dapat hasilnya itu mas

Kamu ngitungnya gimana?

Kalo komponen di sumbu-y pke sin kan mas?

Iya pake sin. Trus gimana? Jadinya kan

Iya. Terus?

Sepertinya saya salah ngitung mas

Coba kamu jelaskan cara ngitungnya gimana

20 x =10. Saya bingung di nya itu mas.bingung ngitungnya klo ada akarnya. Saya lihat di jawaban ada 10 jdi saya pilih yang A mas.

8 (KP) Nomor 10 kmu jawabnya apa? Jawab C mas

Kamu yakin dgn jawabanmu? Sebenarnya saya ragu mas

Kamu ngitungnya gimana? Boleh share?

Pake rumus komponen itu mas Rumus yang mana yang kmu pakai?

Yang itu mas

Iya.. terus gimana lgi?

(63)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

saya milih jawaban itu

Kok bisa kmu milih jawaban itu? Saya jumlahkan nya mas makanya saya pilih jawaban itu mas

25 (KP)

Nomor 10 kmu jawab apa? Jawab A mas

Yakinkah dgn jawaban itu? Gk begitu yakin sih mas

Klo kmu gk begitu yakin, kenapa milih jawaban itu?

Coba kalo gak pake akar mas, pasti ku bisa mas

Mmngnya kalo gak pake akar, cara kamu ngerjainnya gimana?

Yakin dengan jawabanmu dek? Yakin mas

Kamu tau cara ngerjainnya? Tau mas

Terus dapat itu darimana? Nebak aja mas

Yakin kah dengan jawabanmu? Iya mas

(64)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara (KP) A mas

Yakinkah dengan jawabanmu? Gak terlalu yakin mas

Kamu tau cara ngitungnya pake rumus apa?

Tau mas. Tpi dah malas kalo ada akar-akarnya. Malas buat ngitung Kmu ngitungnya pke rumus yang mana untuk soal ini?

Sumbu-y ya? Klo sumbu-y pake F sin θ mas

13 1 (Mn) Kalo nomor 13, kmu jawab apa? Sama mas. Gk ngisi juga

Gak sempat ngerjain ato gimana? Gak ngerti mas

Yakin kah dengan jawabanmu? Iya mas. Saya yakin

Kenapa kamu yakin? Sudah

Mungkin kmu masih ingat caranya walaupun cuman sedikit?

(65)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara Saya lupa mas

25 (KP)

Nomor 13 kamu jawab apa? B mas

Kamu pilih itu kenapa? Saya pilih ini karna ini mas

26 (P) Nomor 13 kamu jawab apa? Jawab A mas

Kmu yakin dgn jawabanmu? Yakin mas

Kamu ngerjainnya gimana? Pake F cos dengan F sin mas F cos itu untuk komponen di sumbu mana?

Kalo cos untuk sumbu x mas 34 (P) Nomor 13 kamu jawab apa?

Jawab A mas

Kmu yakin dgn jawabanmu? Yakin mas

Kamu ngerjainnya gimana? Pake F cos dengan F sin mas F cos itu untuk komponen di sumbu mana?

Kalo cos untuk sumbu x mas. Kalo sin itu untuk sumbu-y sama kaya nomor 10

35 (KP)

Nomor 13 kamu jawab apa? Jawab C mas

Terus tingkat keyakinan mu gimana?

Ragu-ragu mas

Kamu ngitungnya gimana? Pake sin cos itu mas

Sin cos yang mana? Yang F sin θ tu mas

Trus kenapa jawabanmu itu? Susah mas ngitungnya 39

(MS)

(66)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara Trus kamu jawab apa? Jawab B mas

Nomor 13 kamu jawab apa? Jawab B mas

Terus tingkat keyakinan mu gimana?

Saya jawab ragu-ragu mas Kamu ngitungnya gimana? Lupa mas gimana ngitungnya. Mungkin kamu masih ingat

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Bukan hasil menebak? Bukan mas

2 (P) Soal nomor 4 kamu jawab apa? B mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Bukan hasil menebak? Ya gaklah mas

3 (MS)

Soal nomor 4 kmu jawab apa? Jawab C mas

Yakinkah? Yakin mas

Jadi itu metode polygon? Iya mas

8 (MS)

Kamu jawab apa nomor 4? A mas

Yakinkah?

Waktu itu yakin mas.. hahaha Jadi itu metode jajargenjang? Waktu itu yakinnya itu mas Terus sekarang?

Ya tidaklah mas. Salah tu mas. Hahaa

(67)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara (KP) Jawab B mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Ragu-ragu mas

Kenapa ragu-ragu?

Kemaren bingung dengan yang polygon mas. Hehehee

Nomor 4 kamu jawab apa? Jawab B mas

Yakin, ragu ato tidak yakin? Ragu mas

Kenapa ragu?

Sebenarnya yakin mas. Tapi takut salah jadi ragu mas

35 (KP)

Nomor 4 kamu jawab apa? Jawab A mas

Nomor 4 kamu jawab apa? Jawab A mas C. bingung resultannya yang mana mas

2 (Mn) Nomor 25 kamu jawab apa? Jawab E mas

Yakin kah? Gak mas

(68)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

Ku gak tau mas jadi ku nebak aja 3 (P) Nomor 25 kamu jawab apa?

Jawab C mas Yakin kah? Yakin mas

Kenapa kamu pilih jawaban A? Karena setahu saya, resultannya itu F2

8 (KP) Nomor 25 kamu jawab apa? Jawab B mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Ragu-ragu mas

Kenapa kamu pilih jawaban B? Ya ku milih aja mas. Gak tau resultannya yang mana

25 (KP)

Nomor 25 kamu jawab apa? Jawab A mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Ragu-ragu mas

Kenapa kamu pilih jawaban A? Karena saya bingung milih antara A ato B. jadi kemarin itu q lebih milih A mas

26 (MS)

Nomor 25 kamu jawab apa? Jawab A mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Yakin mas

Kenapa kamu pilih jawaban A? Karena aku ingatnya rumus phytagoras mas jadi F3 = F1 + F2 34

(KP)

Nomor 25 kamu jawab apa? Jawab A mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Aku ngisinya ragu-ragu mas Kenapa kamu pilih jawaban A? Karena aku mikirnya F3 itu sisi miringnya. Jadi ku pikir F3 itu = F1 +F2

35 (Mn)

Nomor 25 kamu jawab apa?

Waduh.. kalo yang itu ku gak ngerti mas

Trus jawabanmu itu gimana? ya nebak aja mas

(69)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara (KP) Jawab C mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Ragu-ragu mas

Kenapa ragu?

Ya ragu aja mas dgn jawabanku 40

(Mn)

Trus klo nomor 25 jawab apa? Jawab A mas

Terus tingkat keyakinanmu gimana?

Ragu-ragu mas

Kenapa kamu ragu? Memangnya kamu ngerjainnya gimana?

Saya jumlahkan biasa mas. Saya takutnya itu jawaban jebakan mas 2 (P) Nomor 6 kamu jawab apa?

C mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Cara kamu ngerjainnya gimana? Ya dijumlahkan seperti biasa mas 3 (P) Nomor 6 kamu jawab apa?

C mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Cara kamu ngerjainnya gimana? Ya dijumlahkan seperti biasa mas 8 (KP) Nomor 6 kamu jawab apa?

C mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Gak yakin mas. Saya ragu-ragu Kenapa kamu ragu-ragu?

Saya bingung mas jawaban C ato E

Memangnya kamu ngitungnya gimana?

(70)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

Caramu itu bener lo. Tpi kenapa kamu ragu dengan itu?

Aku tu gak ngerti jumlahin min dengan positif itu. Seringnya keliru mas

25 (KP)

Nomor 6 kamu jawab apa? Jawab C mas

Yakinkah dengan jawaban C? Awalnya yakin mas. Terus waktu

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Cara kamu ngerjainnya gimana? Ya dijumlahkan seperti biasa mas 34 (P) Nomor 6 kamu jawab apa?

C mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Cara kamu ngerjainnya gimana? Ya dijumlahkan seperti biasa mas 35

(KP)

Nomor 6 kamu jawab apa? C mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Trus kenapa kamu centang ragu-ragu di tingkat keyakinanmu itu? Cara kamu ngerjainnya gimana? Ya dijumlahkan seperti biasa mas. Gak tau mas. Mungkin waktu itu aku bingung mas

39 (P) Nomor 6 kamu jawab apa? C mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Cara kamu ngerjainnya gimana? Itu kan tinggal dijumlahin aja mas 40

(Mn)

(71)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

Yakinkah dengan jawaban itu? Ga mask yakin

Kenapa gak yakin? Bener lho itu Gak tau klo bener. Tebak aja sih

Kamu yakinkah dengan jawabanmu itu

Saya ragu mas

Kamu ngitung gimana?

Gak ngerti e mas ngitungnya gimana. Dah lupa mas

Trus dapat hasilnya itu? Sepertinya itu mas

Trus takut jawaban jebakan lagi? Nggak mas

2 (KP) Kalo Nomor 11 kamu jawab apa? D mas

Kamu yakinkah dengan jawabanmu itu

Sempet mas tpi gk dapat hasilnya 3

(MS)

Kalo Nomor 11 kamu jawab apa? C mas

Kamu yakinkah dengan jawabanmu itu

Saya yakin mas

Kamu ngitung gimana? Lupa mas caranya gimana

Tapi kamu yakin menemukan

(72)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara jawabanmu itu

Ragu-ragu mas

Kamu ngitung gimana?

Kalo ini pake jajar genjang bisa ya mas?

Iya. Pake jajar genjang bisa. Memagnya kmarin kamu ngerjainnya gimana?

Gk pek jajar genjang mas Terus kamu pake apa?

Gak ngerti mas kmarin pake apa.

yakinkah dengan jawaban itu? Gak yakin mas

Kenapa gak yakin? Gak ngerti mas

Gak tau cara nerjainnya gitu? Iya mas. Gak tau

26 (Mn)

Trus kalo nomor 11, kamu jawab apa?

Ampun maas.. blaas gak ngerti nek nomor sewelas kui

Terus jawabna itu kamu nebak? Ato lihat punya temen?

Nebak sendiri mas

Nomor 11 kmu jawab apa? Jawab 0o mas

Tingkat keyakinanmu? Ragu-ragu mas

Kenapa ragu-ragu? Bener lho jawabnamu itu

Ya ragu aja mas ma jawaban itu 39

(Mn)

(73)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara Jawab D mas

Itu kan sudah jelas mas. Jelas gimana?

Kalo pake jajaran genjang kan resultannya tetep di sumbu-x itu mas. Jadi besarnya 0o

5.

(74)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara B mas

Itu kamu ngerjainnya gimana? Waah.. ku gak tahu mas gimana kerjainya tu.

Terus jawaban itu dari mana? Gak tau mas daeri mana tu 25 Nomor 20 kamu jawab apa?

E mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Ragu-ragu mas

Terus kamu jawab itu dapat dari mana?

Gak tau mas

Kamu tau cara nerjainnya gimana? Gak tau mas

26 (KP)

Nomor 20 kamu jawab apa? E mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Aku lupa mas cos 30 itu brapa mas. Seingatku kemarin mas. Jadi ku jawab 80

34 (KP)

Kalo nomor 20 kamu jawab apa? D mas

Memangnya kamu jawab itu dapat darimana?

(75)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara 35

(Mn)

Nomor 20 mu gimana? Kamu bisa gak?

Gak tau ngerjainnya mas. Nebak aja mas jawabannya itu

39 (KP)

Kamu jawab apa nomor 20? B mas

Di tingkat keyakinanmu, kamu yakin kah? salah jawaban itu mas

40 (MS)

Nomor 20 kamu jawab apa? Jawab C mas

Kamu tau cara menyelesaikan soal itu?

Tau mas yang A B cos kan mas? Iya. Terus kok bisa dapat hasil itu? Sepertinya saya salah di cos 30 itu mas

untuk tingkat keyakinanmu, kamu jawab apa?

Ragu-ragu mas

Cara kamu ngerjain soal itu gimana dek?

Yang panjang tu lho mas. Sepertinya saya salah ditanda positif dan negatifnya mas.

Berarti kamu keliru di hitung-hitungannya ya?

Iya mas. Sepertinya begitu 3

(MS)

Soal nomor 16 kamu jawab apa? Saya jawab B mas

Yakinkah? Iya yakin mas

(76)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara gimana?

Seingatku kalo ku centang yakin berarti ku dapat hasilnya seperti itu mas.

Iyaa.. tapi cara kamu menyelesaikan soal itu gimana? Waah.. gak ingat lgi e mas 8 (KP) Nomor 16 kamu jawab gimana?

Gak gimana gimana mas Maksudnya?

Ya karna ku tau ngerjainnya mas 34

(KP)

Nomor 16 kamu jawab apa? Jawab B mas jadi ku pilih jawab itu mas

35 (KP)

Gambar

Tabel 4.12 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa Pada Butir Soal Dalam Sub
Tabel 2. 1 Besaran fisika
Gambar 2.1 Cara jajargenjang dalam melakukan penjumlahan vektor
Gambar 2.2 Cara polygon dalam menjumlahkan vektor
+7

Referensi

Dokumen terkait

j. Karya lomba bersifat orisinil, objektif, dan tidak mengandung unsur SARA serta belum pernah diikutsertakan dalam lomba apapun. Panitia tidak bertanggung jawab

Dasar pembentukan organisasi Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI Kabupaten Landak sesuai dengan Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Upaya Kae Sang dalam membentuk personal branding sebagai seorang anak muda yang giat bekerja dan memiliki pola hidup sehat ini menunjukkan bahwa terdapat the

Secara umum perilaku WPS lokalisasi cenderung sedikit lebih aman (lebih banyak yang selalu dan kadang-kadang pakai kondom, lebih sedikit yang tidak pernah pakai kondom)

memberikan informasi tentang kerusakan mesin pendingin ruangan dan membuat konsultasi lebih efisien dengan hasil yang sesuai dengan diagnosa teknisi AC.. Kata Kunci : expert

[r]

Badan Litbang telah memperoleh akreditasi dari LIPI yaitu diberikan kewenangan penilaian dan penetapan angka kredit bagi Peneliti Pertama s/d Peneliti Muda sejak Tahun 2008 dan

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru