• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh korosi lingkungan pantai pada aluminium paduan 8,5% silikon 4% tembaga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh korosi lingkungan pantai pada aluminium paduan 8,5% silikon 4% tembaga."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

sebagai sudu kincir angin yang terdapat pada lingkungan pantai. Dikarenakan peneliti tertarik saat membaca salah satu berita, mengatakan peningkatan penggunaan listrik dan pemerintah akan mengadakan proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt. Alternatif logam paduang yang dipilih adalah Al-Si-Cu yang masing masing logam mempunyai tujuannya masing masing. Aluminium memiliki sifat yang ringan mudah dibentuk, dan silicon memiliki sifat yang tahan korosi sedangkan sifat dari tembaga adalah ulet. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan 8,5Si dan 4%Cu pada massa jenis, perubahan massa dan kekuatan tarik aluminium.

Proses pengecoran dari aluminium kondisi awal dan aluminium paduan 8,5%Si dan 4%Cu sebagai mengawali penelitian. Seletah proses pengecoran selesai logam ini mengalami proses pembentukan spesimen. Spesimen yang dibentuk untuk pengujian kekuatan tarik menurut standar ASTM A370, dengan spesimen memiliki panjang ukur 25 mm dan diameter ukur 6,25 mm. setelah itu spesimen ada yang tidak dikorosi atau 0 bulan ada yang dikorosi sampai 4 bulan. Pengkorosian dilakukan di pinggir Pantai Pelangi, Bantul, Yogyakarta. Dan setiap bulanya tiga spesimen diambil untuk di catat perubahan massa dan diujian kekuatan tarik

Pengaruh penambahan 8,5%Si-4%Cu meningkatnya massa jenis sebesar 4% dari spesimen aluminium kondisi awal, yang awalnya 2674,59 gr/dm3 menjadi 2782,50 gr/dm3. Pada kekuatan tarik spesimen paduan Al-8,5%Si-4%Cu meningkat 32% dari spesimen aluminium kondisi awal. Rata-rata penurunan kekuatan tarik aluminium kondisi awal adalah 21,25 Mpa per bulannya dan penurunan kekuatan tarik spesimen paduan 3,90 Mpa per bulannya. Spesimen aluminium kondisi awal setelah diberikan perlakuan korosi selama empat bulan menyebabkan penurunan kekuatan tarik. Penurunannya sebesar 75,42%, sehingga pada bulan keempat menjadi 27,67 Mpa yang awalnya sebesar 112,71Mpa. Setelah diberikan pembahan 8%Si dan 4%Cu pada spesimen aluminium, memberikan hasil yang lebih baik pada nilai kekuatan tariknya. penurunannya sebesar 13% dengan bulan keempat 117,28 Mpa dan awal sebelum diberi perlakuan korosi 135,39 Mpa.

(2)

to as a propeller of windwill where is placed on the coastal environment. There is news which had already read by the researcher. It is said that there are the increased use of the electricity therefore the government would hold power plant project 35.000 megawatts. The alloy of the alternatif metal which is chosen is AL –Si-Cu. Each metal have different characteristics. Aluminium have character which it is light and easy to be transformed. The silicon have a corrosion resistant properties. Then the nature of Copper is resilent. The purpose of this reseach is to know the influence of the addition 8,5 % Si and 4% Cu on the density, the changing of massa, and the tensile strength of Aluminium

The process of the casting from the initial condition Aluminium and Aluminium alloy 8,5%Si and 4%Cu started the research. After the process of casting is done, these metals were transformed into specimen. This specimen was formed to test the tensile strength according to standard of ASTM A370. This specimen have measurement that is 25mm in length and 6,25 mm in diameter. Then both of them got treatment, one specimen is not corroded or nol month and the other was corroded during four mounth. The corrosion had done on the shore of the Rainbow, Bantul, Yogyakarta. Every months, there are three specimen was taken in order to note the changing of density and tensile strength.

The influence of the addition 8,5 % Si and 4%Cu to Aluminium produces the density increased by 4% from the initial condition of Aluminium. It was originally 2674,59 gr/dm3 into 2782,50 gr/dm3.The tensile strength of specimen is the alloy Al-8,5%Si-4%Cu had increased 32% from the initial condotion of Aluminium. The average decreased of the tensile strength of the initial condition was 21,25 Mpa per month and the decreased of the tensile strength of specimen 3,90 Mpa per month. The initial condition of specimen aluminium after was given the corrotion of treatment during four month cause the decreased of tensile strength. The decresed is amount 75,42% therefore the initial condition which is 112,71Mpa becomes 27,67Mpa during four month. After the treatment was given which is addition 8,5%Si and 4%Cu on the specimen Aluminium, the result was better on the tensil strength. The decreased was amount 13% which the inital condition 135,39 Mpa became 117,28 Mpa on the fourth month..

(3)

PADA ALUMINIUM PADUAN 8,5% SILIKON 4% TEMBAGA

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1

Diajukan oleh:

RADITYA OMEGAWAN SAMBODO

NIM: 125214032

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

(4)

ii FINAL PROJECT

As partial fulfillment of the requirement to obtain the Sarjana Teknik Degree

in Mechanical Engineering

by

RADITYA OMEGAWAN SAMBODO

Student Number: 125214032

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(5)

Disusun oleh

Nama: Raditya Omegawan Sambodo

NIM: 125214032

Telah Disetujui Oleh:

Yogyakarta, 16 Ji 2016

Pembimbing Utama

(6)
(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelae kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

ernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, keculai secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

(8)

vi

INTISARI

Pada penelitian ini penulis tergerak untuk meneliti material yang cocok untuk digunakan sebagai sudu kincir angin yang terdapat pada lingkungan pantai. Dikarenakan peneliti tertarik saat membaca salah satu berita, mengatakan peningkatan penggunaan listrik dan pemerintah akan mengadakan proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt. Alternatif logam paduang yang dipilih adalah Al-Si-Cu yang masing masing logam mempunyai tujuannya masing masing. Aluminium memiliki sifat yang ringan mudah dibentuk, dan silicon memiliki sifat yang tahan korosi sedangkan sifat dari tembaga adalah ulet. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan 8,5Si dan 4%Cu pada massa jenis, perubahan massa dan kekuatan tarik aluminium.

Proses pengecoran dari aluminium kondisi awal dan aluminium paduan 8,5%Si dan 4%Cu sebagai mengawali penelitian. Seletah proses pengecoran selesai logam ini mengalami proses pembentukan spesimen. Spesimen yang dibentuk untuk pengujian kekuatan tarik menurut standar ASTM A370, dengan spesimen memiliki panjang ukur 25 mm dan diameter ukur 6,25 mm. setelah itu spesimen ada yang tidak dikorosi atau 0 bulan ada yang dikorosi sampai 4 bulan. Pengkorosian dilakukan di pinggir Pantai Pelangi, Bantul, Yogyakarta. Dan setiap bulanya tiga spesimen diambil untuk di catat perubahan massa dan diujian kekuatan tarik

Pengaruh penambahan 8,5%Si-4%Cu meningkatnya massa jenis sebesar 4% dari spesimen aluminium kondisi awal, yang awalnya 2674,59 gr/dm3 menjadi

2782,50 gr/dm3. Pada kekuatan tarik spesimen paduan Al-8,5%Si-4%Cu

meningkat 32% dari spesimen aluminium kondisi awal. Rata-rata penurunan kekuatan tarik aluminium kondisi awal adalah 21,25 Mpa per bulannya dan penurunan kekuatan tarik spesimen paduan 3,90 Mpa per bulannya. Spesimen aluminium kondisi awal setelah diberikan perlakuan korosi selama empat bulan menyebabkan penurunan kekuatan tarik. Penurunannya sebesar 75,42%, sehingga pada bulan keempat menjadi 27,67 Mpa yang awalnya sebesar 112,71Mpa. Setelah diberikan pembahan 8%Si dan 4%Cu pada spesimen aluminium, memberikan hasil yang lebih baik pada nilai kekuatan tariknya. penurunannya sebesar 13% dengan bulan keempat 117,28 Mpa dan awal sebelum diberi perlakuan korosi 135,39 Mpa.

(9)

ABSTRACT

In this research, the researcher move to examine the suitable material which would be used to as a propeller of windwill where is placed on the coastal environment. There is news which had already read by the researcher. It is said that there are the increased use of the electricity therefore the government would hold power plant project 35.000 megawatts. The alloy of the alternatif metal which is chosen is AL –Si-Cu. Each metal have different characteristics. Aluminium have character which it is light and easy to be transformed. The silicon have a corrosion resistant properties. Then the nature of Copper is resilent. The purpose of this reseach is to know the influence of the addition 8,5 % Si and 4% Cu on the density, the changing of massa, and the tensile strength of Aluminium

The process of the casting from the initial condition Aluminium and Aluminium alloy 8,5%Si and 4%Cu started the research. After the process of casting is done, these metals were transformed into specimen. This specimen was formed to test the tensile strength according to standard of ASTM A370. This specimen have measurement that is 25mm in length and 6,25 mm in diameter. Then both of them got treatment, one specimen is not corroded or nol month and the other was corroded during four mounth. The corrosion had done on the shore of the Rainbow, Bantul, Yogyakarta. Every months, there are three specimen was taken in order to note the changing of density and tensile strength.

The influence of the addition 8,5 % Si and 4%Cu to Aluminium produces the density increased by 4% from the initial condition of Aluminium. It was originally 2674,59 gr/dm3 into 2782,50 gr/dm3.The tensile strength of specimen is the alloy Al-8,5%Si-4%Cu had increased 32% from the initial condotion of Aluminium. The average decreased of the tensile strength of the initial condition was 21,25 Mpa per month and the decreased of the tensile strength of specimen 3,90 Mpa per month. The initial condition of specimen aluminium after was given the corrotion of treatment during four month cause the decreased of tensile strength. The decresed is amount 75,42% therefore the initial condition which is 112,71Mpa becomes 27,67Mpa during four month. After the treatment was given which is addition 8,5%Si and 4%Cu on the specimen Aluminium, the result was better on the tensil strength. The decreased was amount 13% which the inital condition 135,39 Mpa became 117,28 Mpa on the fourth month..

(10)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta:

Nama : Raditya Omegawan Sambodo

NIM : 125214032

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta skripsi saya yang berjudul:

PENGARUH KOROSI LINGKUNGAN PANTAI PADA AL

8,5%SI 4%CU

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media

lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 16 Juni 2016

Yang menyatakan,

(11)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu mencurahkan

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Pengaruh Korosi Lingkungan Pantai pada Aluminium Padua 8,5%Cu

4%Si ” dengan baik dan lancar. Penulisan skripsi ini memiliki tujuan untuk

memenuhi syarat dalam mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Saint dan Teknologi Santa dharma Yogyakarta.

Dalam proses skripsi ini penulis menyadari adanya keterbatasan yang

dimiliki. Akan tetapi berkat bimbingan dan dukungan yang diberikan oleh

berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karenanya,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor

2. Sudi Mungkasi, PhD, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik Mesin

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Budi Setyahandana, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing, terimakasih untuk

bimbingan serta paradigma yang dicontohkan selama ini.

5. Dr. Drs. Vet. Asan Damanik, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen mata kuliah yang telah memberikan ilmu bagi penulis selama

menempuh studi.

7. Orang tua yang sudah memberi dukungan secara moral dan material selama

ini

8. Antonius Venno Senatio, Arnold Ardhika, Laurentius Derry Satria Putra yang

(12)

x

9. Teman-teman Teknik Mesin USD angkatan 2011, 2012, 2013, dan 2014 yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

10. Christina Dwi Harsanti yang selalu memberi semangat dalam penulisan

skripsi ini.

11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa sebagai mahasiswa, pengetahuan yang dimiliki

masih terbatas sehingga kritik dan saran dirasakan sangat dibutuhkan untuk

kemajuan penulis di masa yang akan datang. Penulis mengharapkan semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 16 Juni 2016

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

TITLE PAGE ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

INTISARI ... vi

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

UCAPAN TERIMAKASIH ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Batasan Masalah ... 4

(14)

xii

2.4Paduan Aluminium Utama ... 10

2.4.1Paduan Al-Cu dan Al-Cu-Mg ... 10

2.4.2Paduan Al-Mn ... 12

2.4.3Paduan Al-Si ... 13

2.4.4Paduan Al-Mg-Zn ... 15

2.4.5Paduan Aluminum Cor ... 16

2.4.6Pengaruh Unsur Paduan dalam Aluminium ... 17

2.4.7Paduan Al-Si-Cu ... 19

2.5Pengujian Tarik ... 20

2.6Korosi ... 23

2.6.1Korosi Merata ... 23

2.6.2Korosi Galvanis ... 25

2.6.3Korosi Celah ... 25

2.6.4Koroi Sumuran ... 25

2.6.5Korosi Batas Butir ... 26

2.6.6Korosi Retak Tegang ... 27

2.6.7Korosi Selektif ... 27

2.7Tinjauan Pustaka ... 28

2.7.1 Tegangan yang Bekerja pada Sudu Kincir ... 28

2.7.2 Laju Korosi ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Diagram Alir ... 31

3.2Bahan dan Alat Penelitian ... 32

3.2.1 Bahan Penelitian ... 32

3.2.2 Alat-alat Penelitian ... 32

3.3Proses Peleburan Logam dan Pengecoran ... 34

3.3.1 Bahan Coran ... 34

3.3.2 Alat-alat yang digunakan ... 35

3.3.3 Proses Persiapan Pengecoran Logam ... 40

(15)

3.3.5 Pembongkaran Hasil Coran ... 41

3.4Pembuatan Benda Uji ... 41

3.5Tahap Pengujian Bahan ... 43

3.5.1 Pengujian Kekuatan Tarik ... 43

3.5.2 Pengujian Massa Jenis ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 45

4.2Data Penelitian Pengujian Massa Jenis ... 46

4.3Data Penelitian Pengujian Kekuatan Tarik ... 49

4.4 Pembahasan ... 52

4.5.1 Pembahasan Pengujian Massa Jenis ... 52

4.5.2 Pembahasan Pengujian Kekuatan Tarik terhadap Korosi ... 53

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sifat-sifat Fisik Aluminium ... 7

Tabel 2.2 Sifat-sifat Mekanik Aluminium ... 7

Tabel 2.3 Klasifikasi Paduan Aluminium Cor ... 8

Tabel 2.4 Klasifikasi Perlakuan Bahan ... 9

Tabel 2.5 Tabel Komposisi dan Sifat Mekanis Paduan Aluminium Tempa ... 10

Tabel 2.6 Sifat – sifat Mekanik Paduan Al-Cu-Mg... 12

Tabel 2.7 Sifat – Sifat Mekanik Paduan Al- Si ... 15

Tabel 2.8 Sifat-Sifat Mekanik Paduan 7075 ... 16

Tabel 2.9 Sifat-sifat Mekanis Paduan Aluminium CorMenurut Aluminium Association ... 17

Tabel 2.10 Sifat Paduan Aluminium ... 20

Tabel 2.10 Laju Korosi dari Baja, Tembaga, Zink, dan Aluminium Dalam (G/M2) Di Viriato Stasiun Pesisir (Kuba) ... 30

Tabel 4.1 Komposisi Aluminium ... 45

Tabel 4.2 Massa Jenis Aluminium Kondisi Awal ... 47

Tabel 4.3Massa jenis Al-8,5%Si-4%Cu ... 47

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Aluminium Kondisi awal ... 48

Tabel 4.5 Massa Jenis Aluminium Kondisi Awal Setelah Menggunakan Perhitungan Standar Deviasi ... 48

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Aluminium Paduan ... 49

(17)

Tabel 4.8 Kekuatan Tarik aluminium kondisi awal ... 50

Tabel 4.9 Kekuatan Tarik paduan Al -8,5%Si -4%Cu ... 51

Tabel 4.17 Data Kekuatan TarikSpecimen Paduan Al-8,5%Si-4%Cu ... 51

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram fasa Al-Sis ... 14

Gambar 2.2 Diagram Perbaikan Sifat-sifat Mekanik oleh Modifikasi Paduan Al-Si. ... 14

Gambar 2.3 Kurva Regangan dan Kekuatan Tarik ... 22

Gambar 2.4 Gambar Korosi Merata ... 24

Gambar 2.5 Gambar Korosi Galvanis ... 25

Gambar 2.6 Gambar Korosi Sumuran ... 26

Gambar 2.7 Struktur Mikro Korosi Intergranular ... 27

Gambar 2.8 Tegangan normal pada Sudu Kincir (a) karbon silikat (b) boroaluminium (c) fiberglass ... 28

Gambar 2.9 Tegangan normal pada Sudu Kincir (a) karbon silikat (b) boroaluminium (c) fiberglass ... 29

Gambar 3.1 Diagram Alur ... 31

Gambar 3.7 Batuan Silikon Metal ... 34

Gambar 3.8 Tabung Solar ... 35

Gambar 3.9 Selang Tembaga ... 35

(19)

Gambar 3.11 Pompa ... 36

Gambar 3.12 Tang Jepit ... 36

Gambar 3.13 Tungku ... 37

Gambar 3.14 Kowi tanah liat ... 37

Gambar 3.14 Thermokopel ... 37

Gambar 3.15 Stopwatch ... 38

Gambar 3.16 Kunci pass ... 38

Gambar 3.17 Cetakan gerabah ... 38

Gambar 3.18 Gergaji ... 39

Gambar 3.19 Palu ... 39

Gambar 3.20 Kikir ... 39

Gambar 3.21 Tabel Standar Tes Tegangan dengan Spesimen Bundar dan Contoh Spesimen Ukuran Kecil yang Proposional sebagai Standar Spesimen ... 42

Gambar 3.22 Dimensi spesimen ... 43

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada masa sekarang banyak sekali alat yang menggunaan energi listrik, diprediksi

setiap tahunnya pemakainan energi listrik di dunia semakin meningkat. Sampai pada

saat ini pembangkit listrik yang ada hanya menggunakan pembangkit tenaga air, batu

bara, nuklir, minyak, dan gas. Hanya sedikit yang menggunakan energi terbarukan

seperti energi angin. Sedangakan penggunaan energi listrik masyarakat Indonesia

tumbuh 8,7% per tahunnya. Melihat hal tersebut, pemerintahan sekarang mempunyai

proyek pembuatan pembangkit listrik 35.000 megawatt. Rencananya pembangkit

listrik ini akan didirikan di seluruh pulau di Indonesia dan ditargetkan berlangsung

selama 5 tahun. Setiap tahunnya pemerintah akan membangun pembangkit tambahan

7 ribu watt atau jaringan tambahan minimal 9.300 km per tahun menurut Menteri

Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM). Proyek 35000 megawatt ini

membutuhkan investasi Rp1.100 Triliun. Anggaran fantastis ini didapatkan dari

pinjaman sebesar Rp770 triliun dan sisanya modal dari pemerintah.

Proyek ini akan membutuhkan setidaknya 75.000 set tower trantsmisi di 210

lokasi, jaringan sepanjang 301.000 km, 26.000 set travo, dan menghabiskan 3,5 juta

ton baja Sehingga proyek ini bisa dijalankan. Lokasi yang dipilih untuk penempatan

proyek adalah Bantul, Yogyakarta. Dikarenakan kondisi anginya di pesisir pantai

bantul sangat ideal antara 6-7 knot per detik. Sebelumnya di kawasan bantul ini sudah

ada pembangkit listrik tenaga angin. Energi yang dihasilkan hanya digunakan untuk

warga sekitar pantai saja. Proyek pemerintahan akan membuat 30-40 kincir ukuran

(21)

Bermula dari gagasan proyek pembangkit tenaga angin, penulis ingin meneliti

tetang bahan dasar pembuatan blade dari kincir angin. Sebenarnya blade ini banyak

variasi bahan, dari berbahan kayu, logam, sampai komposit. Penulis tertarik pada

blade yang berbahan logam, dikarenakan blade yang berbahan kayu dan komposit

sudah banyak digunakan. Penulis harus mencari logam yang bersifat lebih tahan

dengan teganggan tarik, dan yang terpenting tahan terhadap korosi. Karena proyek ini

akan dipasang pada pesisir pantai, musuh terberat dari blade yang berbahan logam ini

adalah korosi. Maka penulis harus mencari logam yang bisa menangani masalah

masalah tersebut.

Setelah penulis membaca dari sumber sumber buku yang ada, penulis mengambil

kesimpulan bahwa logam Aluminium (Al), yang dikarenakan logam yang ringan dan

tahan korosi, tetapi jika blade ini berbahan dasar aluminium murni (99% Al), ini akan

membuat anggaran bisa membengkak, dan bahan dari aluminium sangat cepat

terkorosi dari pada aluminium paduan. Menaggulangi itu penulis memilih aluminium

paduan, dengan maksud untuk memperkuat sifat-sifat dari aluminium (Al) dan

memperkecil anggaran. Aluminium paduanya penulis memilih logam Silicon (Si) dan

Tembaga (Cu) sebagai bahan kincir.

Seperti yang sudah diketahui bahwa paduan Al–Cu memiliki kekerasan dan

kekuatan tarik yang baik, namun pada komposisi yang tidak pas akan cenderung

getas, resiko penyusutan besar dan mudah terjadi keretakan. Tapi semua kekurangan

itu dapat teratasi dengan di tambah dengan unsur silicon (Si). Karena Si memiliki

karakteristik permukaan yang baik, tanpa kegetasan panas, koefisien pemuaian kecil

dan memiliki ketahanan yang baik terhadap korosi. Maka paduan Al–Si–Cu dapat

menjadi alternatif bahan kincir yang baik karena massa jenis yang rendah, mampu

mengatasi beban tarik, koefisien pemuaian yang rendah, serta memiliki ketahanan

(22)

3

Penelitian ini dilaksanakan secara berkelompok dan penulis mendapatkan bagian

pengujian 4% tembaga (Cu), sedangakan anggota lain pada kolompok ini

mendapatkan pengujian 2%, 6%, 8% tembaga (Cu). Dengan kadar Al-Si yang sama

yaitu Al-8,5%Si. Jadi penulis mengerjakan Al-8,5%Si-4%Cu. penulis menentukan

fraksi Cu 2%, 4%, 6% dan 8%. Karena dengan penambahan Cu dapat meningkatkan

ketahanan beban tarik dan kekerasan. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk

meningkatkan kadar Cu sampai dengan kadar 8%. Pada paduan Al–Cu menurut Tata

Surdia dan S. Saito(1985), kadar Cu 4% sampai 5% paling sering digunakan sebagai

paduan coran, karena dapat meningkatkan kekuatan tarik. Tetapi jika kadar

ditingkatkan lebih dari 5% akan menurunkan ketahanan korosi dari material paduan,

cenderung bersifat getas, dan mudah retak pada coran. Dengan adanya Si dapat

mengatasi paduan yang cenderung getas, mengurangi resiko penyusutan dan

mengatasi mudah retak coran. Maka penulis menambahkan fraksi 6% dan 8% untuk

melihan saat dipadukan dengan Silicon (Si). Penulis juga memberikan variabel

pembanding dengan fraksi 4% dan variabel kontrol dengan aluminium kondisi awal

yang akan dikerjakan bersama kelompok.

Pengujian akan dilakukan selama 4 bulan. Spesimen aluminium paduan ini akan

diletakan di pinggir pantai untuk dikorosi dan dilihat perubahan apa yang terjadi pada

specimen. Pada masing masing spesimen Aluminium paduan memiliki 3 buah untuk

perbulanya. 3 spesimen ini masing masing akan di uji kekuatan tarik dan uji

kekerasan.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh paduan Al – 8,5%Si dengan penambahan 4% Cu

(23)

2. Bagaimana pengaruh paduan Al – 8,5%Si dengan penambahan 4% Cu

setelah mengalami korosi selama 1 sampai 4 bulan, terhadap kekuatan

tarik ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh paduan Aluminium kondisi awal dengan

penambahan 8,5%Si-4%Cu terhadap massa jenis dan kekuatan tarik.

2. Mengetahui pengaruh korosi terhadap kekuatan tarik aluminium

kondisi awal dan paduan Al – 8,5%Si dengan penambahan 4% Cu

setelah mengalami korosi selama satu sampai dengan empat bulan.

1.4 Batasan Masalah

Batasan Masalah yang ada dalam penelitian ini adalah :

1. Paduan yang akan penulis teliti paduan Al – 8,5%Si dengan 4Cu%

2. Data pengujian yang akan diambil massa jenis, kekuatan tarik, dan

korosi.

3. Setelah proses machining spesimen tidak mengalami proses perlakuan

panas (normalizing).

4. Pengujian korosi akan dilakukan di pinggir Pantai Pelangi,

(24)

5

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Aluminium

Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak. aluminium

ditemukan oleh Sir Humpey Davy dalam tahun 1809 sebagai unsur, dan pertama kali

direduksi sebagai logam oleh seorang ahli fisika Denmark yaitu H. C. Oersted, pada

tahun 1825. Ahli kimia Humprey Davy dari inggris telah berhasil memisahkan oksida

logam pada tahun 1809 dan memberinya nama aluminum. Dan orang inggris

mengubah ejaan dan pengucapan menjadi aluminium. Penggunaan Aluminium

sebagai logam setiap tahunnya adalah urutan yang kedua setelah besi dan baja yang

tertinggi diantara logam non fero.

Aluminium adalah logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi,

penghantar listrik atau konduktor yang baik dan sifat sifat yang baik seperti sifat

logam lainya. Penambahan kekuatan mekanik sebaiknya aluminium ditambahkan

atau dicampurkan dengan pemberian Cu, Mg, Si, Mn, Ni. unsur-unsur ini

memberikan sifat sifat fisik yang baik seperti memudahkan proses welding,

menambahkan daya lentur, memudahkan proses pencetakan dsb. Material ini tidak

dipergunakan di dalam bidang peeralatan rumah tangga saja tetapi berbagai bidang

seperti untuk keperluan material pesawat terbang, mobil, kapal laut, kontruks.

2.2 Sifat-sifat Aluminium

Aluminium merupakan unsur kimia logam IIIA dalam sistem periodik unsur,

dengan nomor atom 13 dan berat atom 26,98 gram per mol (sma). Setruktur Kristal

aluminium adalah struktur Kristal FCC . aluminium memiliki karakteristik sebagai

logam ringan dengan densitas 2,7 g/cm3 dan modulus elastisitas 10 x 106 psi. maka

(25)

mudah dibentuk atau mempunyai sifat bentuk yang baik. Aluminium memiliki

beberapa kekurangan yaitu kekuatan dan kekerasan yang rendah bila dibandingkan

dengan logam lain seperti besi dan baja. Meskipun aluminium memiliki kekerasan

ataupun kekuatan tarik yang rendah, aluminium memiliki kekuatan spesifik yang

sangat baik.

Aluminium juga memiliki keunggulan sifat yaitu: tahan korosi, karena

aluminium merupakan kelompok logam non ferro memiliki kerapatan yang tinggi,

maka semakin baik daya tahan korosinya. Meskipun aluminium adalah logam aktif

yang memiliki daya senyawa tinggi terhadap oksigen sehingga mudah sekali

mengoksidasi, aluminium memiliki lapisan tipis oksida yang dapat mengendalikan

laju korosi.

Aluminium memiliki sifat penghantar panas dan listrik yang baik karena

aluminium memiliki daya hantar panas dan listrik yang tinggi sekitar 60% dari daya

hantar tembaga dan tidak beracun, maka seringkali kita dapat di lihat pada

produk-produk kaleng makan dan minuman sebagai bahan pembungkus yang menggunakan

aluminium. Hal ini disebabkan karena rekasi kimia antara makanan dan minuman

dengan aluminium tidak menghasilkan zat beracun dan membahayakan manusia.

Sifat mampu berbentuk (formability) yaitu aluminium dapat dibentuk dengan

mudah. Aluminium juga mempunyai sifat mudah ditempa (machinability) yang

memungkinkan aluminium dibuat dalam bentuk plat atau lembaran tipis.Titik lebur

rendah (melting point). Titik lebur aluminium relative rendah yaitu (660oC) sehingga

sangat baik untuk proses penuangan dengan waktu peleburan relative singkat dan

biaya operasi akan lebih murah.

(26)

7

Tabel 2.1 menunjukan sifat-sifat Al dan Tabel 2.2 menunjukkan sifat-sifat

mekanik

Tabel 2.1 Sifat-sifat Fisik Aluminium

Sifat-sifat Kemurnian Al (%))

99,996 >99,0

Masa jenis (20°C) 2,6989 2,71

Titik cair 660,2 653-657

0,2226 0,2297

Hantaran listrik (%) 64,94 59 (dianil)

Tahanan listrik koefisien temperatur

(/°C) 0,00429 0,0115

Koefisien pemuaian (20-100°C) 23,86 x 10-6 23,5 x 10-6

Jenis kristal , konstanta kisi fcc, a = 4,013 kX fcc, a = 4,04

kX

(Sumber : Surdia , T., Saito, S. : Pengetahuan Bahan Teknik, 135)

Tabel 2.2 Sifat-sifat Mekanik Aluminium

Sifat-sifat

(Sumber : Surdia , T., Saito, S. : Pengetahuan Bahan Teknik, 135)

2.3 Paduan Aluminium

Paduan aluminium diklasifikasikan dalam berbagai standar oleh berbagai

Negara di dunia. Saat ini yang terkenal dan sempurna adalah standar Aluminium

Association America (AA) yang di dasarkan atas standar terdahulu dari Alcoa

(27)

sedangkan paduan coran dinyatakan dengan 3 angka. Standar AA menggunakan

penandaan dengan 4 angka sebagai berikut : Angka pertama menyatakan system

paduan dengan unsur-unsur yang ditambahkan yaitu 1. Al murni, 2.Al-Cu, 3.Al-Mn,

4.Al-Si, Al-Mg, 6.Al-Mg-Si, 7.Al-zn.

Sebagai contoh paduan Al-Cu dinyatakan dengan angka 2000. Angka tempat

kedua menyatakan kemurnia dalam paduan yang dimodifikasi dan Al murni,

sedangkan angka ketiga dan keempat dimaksudkan untuk tanda Alcoa terdahulu

kecuali S. sebagai contoh 3S sebagai 3003 dan 63S sebgagi 6063.

Tabel 2.3 Klasifikasi Paduan Aluminium Cor

Standar AA Standar Alcoa Keterangan

1001

Al murni 99,5% atau diatasnya

Al murni 99,0% atau diatasnya

Cu merupakan unsur paduan utama

Mn merupakan unsur paduan utama

Si merupakan unsur paduan utama

5050-5086

6061-6069 50S-69S

Mg merupakan unsur paduan utama

Mg2Si merupakan unsur paduan utama

7070-7079 70S-79S Zn mrupakan unsur paduan utama

(28)

9

Tabel 2.4 Klasifikasi Perlakuan Bahan

Tanda Perlakuan

Sebagian dianil setelah pengerasan regangan

Dianil untuk penyetabilan setelah pengerasan regangan, n=2

(1/4 keras), 4(1/2 keras), 6(3/4 Keras), 8(keras), 9(sangat keras)

Perlakuan panas

Penganilan penuh (hanya untuk coran)

Pengerasan regangan setelah perlakuan pelarutan

Penuaan alamiah penuh setelah perlakuan perlarutan

Penuaan tiruan (tanpa perlakuan pelarutan)

Penyetabilan tiruan setelah perlakuan pelarutan

Penyetabilan setelah perlakuan pelarutan

Perlakuan pelarutan, pengerasan regangan, penuaan tiruan

Perlakuan pelarutan, penuaan tiruan, pengerasan regangan

Pengerasan regangan setelah penuaan tiruan

(29)

Tabel 2.5 Tabel Komposisi dan Sifat Mekanis Paduan Aluminium Tempa

(Sumber : Mears, R. B., Corrosion Handbook)

2.4 Paduan Aluminium Utama

2.4.1 Paduan Al-Cu dan Al-Mg

Paduan Al-Cu yang paling sering diaplikasikan hanya berkisar sekitar 4-5%

(30)

11

terjadi keretakan. Pada paduan ini adanya Si sangat berguna dalam mengatasi

keadaan itu dan Ti sangat efektif untuk memperhalus butir. Dengan perlakuan panas

T6 pada coran dapat memiliki kemampuan kekuatan Tarik mencapai 25 kgf/mm2.

Paduan Al-Cu-Mg paduan yang mengandung 4% Cu dan 0,5% Mg dapat

mengeras dengan sangat dalam beberapa hari oleh penuaan dapa temperature biasa

setelah pelarutan, paduan ii ditemukan oleh A. Wilm dalam usaha mengembangkan

paduan Al yang kuat dinamakan duralumin. Selanjutnya telah banyak studi yang

dilakukan mengenai paduan ini. Khususmya Nishimura menemukan dua senyawa

ternet berada dalam keseimbangan dengan Al, yang dinamakan senyawa S dan T,

dan ternyata senyawa S (Al2CuMg) mempunyai kemampuan penuaan pada

temperature biasa. Duralumin adalah paduan praktis yang sangat terkenal di kenal

dengan kode paduan 2017, komposisi standarnya adalah

Al-4%Cu-1,5%Mg-0,5%Mn dinamakan paduan dengan kode 2024, nama lamnya disebut duralumin

super. Paduan yang mengandung Cu mempunyai ketahanan korosi yang jelek, jadi

apabila dibutuhkan ketahanan korosi yang khusus diperlukan permukaanya dilapisi

dengan aluminium murni atau paduan Al yang tahan korosi yang disebut pelat

(31)

Tabel 2.6 Sifat – sifat Mekanik Paduan Al-Cu-Mg

(Sumber : Surdia , T., Saito, S. : Pengetahuan Bahan Teknik, 135)

2.4.2 Paduan Al-Mn

Mn adalah unsur yang diperkuat Al tanpa mengurangi ketahanan korosi, dan

dipakai untuk membuat paduan yang tahan korosi. Dalam diagram fasa Al-Mn yang

ada dalam keseimbangan dengan larutan padat Al adalah Al6Mn (2,5,3%Mn), sistem

ortorobik a=6,498 A, b=7,552 A, c=8,870 A, dan kedua fasa mempunyai titik

(32)

13

Dengan paduan Al-12%Mn dan Al-1,2%Mn-1,0%Mg dinamakan paduan

3003 dan 3004 yang zdipergunakan sebagai paduan tahan korosi tanpa perlakuan

panas

2.4.3 Paduan Al-Si

Paduan aluminium silikon (Al-Si) sangat baik kecairannya, mempunyai

permukaan yang baik, tanpa kegetasan panas, dan sangat baik untuk paduan coran.

Sebagai tambahan, paduan aluminium silikon mempunyai ketahanan korosi yang

baik, massa yang ringan, koefisien pemuaian yang kecil dan penghantar listrik dan

panas yang baik. Paduan Al-12%Si adalah paduan yang paling banyak dipakai untuk

paduan cor cetak.

Gambar 2.1 menunjukkan fasa diagram fasa dari sistem ini. Ini adalah tipe

eutektik yang seederhana yang mempunyai titik eutektik pada 577°C, 11,7%Si,

larutan padat terjadi pada sisi aluminium, karena batas kelarutan padat sangat kecil

maka pengerasan penuaaan sukar diharapkan.

Kalau paduan ini didinginkan pada cetakan logam setelah cairan logam diberi

natrium flourida kira-kira 0,05-1,1% kadar logam natrium, tampaknya temperature

eutektik meningkat kira-kira 15°C, dan komposisi eutektik bergeser ke daerah kaya Si

kira-kira pada 14%. Hal ini biasa terjadi pada paduan hiper eutektik seperti

11,7-14%Si. Si mengkristal sebagai kristal primer dan strukturnya menjadi sangat halus.

Ini dinamakan sebagai struktur yang dimodifikasi. Gambar 2.2 menjukkan sifat-sifat

(33)

Gambar 2.1 Diagram Fasa Al-Si

(Sumber : Surdia, T., Saito, S. : Pengetahuan Bahan Teknik, 137)

Gambar 2.2 Perbaikan Sifat-sifat Mekanik oleh Modifikasi Paduan Al-Si

(Sumber : Surdia, T., Saito, S. : Pengetahuan Bahan Teknik, 137)

Koefisien pemuaian dari Si sangat rendah, oleh karena itu paduannya pun

mempunyai koefisien muai yang rendah apabila ditambah. Namun Si tidak memiliki

(34)

15

0,001%P, dapat tercapai penghalusan Kristal primer dan homogenisasi. Paduan Al-Si

banyak dipakai dengan elektroda untuk pengelasan yaitu terutama yang mengandung

5%Si.

(Sumber : Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta 1999, hal. 140

2.4.4 Paduan Al-Mg-Zn

Seperti telah ditunjukkan pada Gambar 2.2 alumunium menyebabkan

keseimbangan biner semu senyawa antara logam MgZn , dan kelarutannya

menurun apabila temperature turun. Telah diketahui sejak lama bahwa paduan sistem

ini dapat dibuat keras sekali dengan penuaan setelah perlakuan pelarutan. Tetapi sejak

lama tidak dipakai sebab mempunyai sifat patah getas oleh retakan korosi tegangan.

Di Jepang pada permulaan tahun 1940 Igarashi dkk. Mengadakan studi dan berhasil

dalam pengembangan suatu paduan dengan penambahan kira-kira 0,3Mn atau Cr,

dimana butir Kristal padat diperhalus, dan mengubah bentuk presipitasi serta retakan

korosi tegangan tidak terjadi. Pada saat itu tegangan itu dinamakan ESD, duralumin

super extra. Selama perang dunia II di Amerika Serikat dengan maksud hamper sama

telah dikembangkan pada suatu paduan. Yaitu suatu paduan yang tersendiri dari:

Al-5,5%Zn-2,5%Mn-1,5%Cu-0,3%Cr-0,2%mn, sekarang dinamakan paduan 7075.

(35)

mekaniknya ditunjukkan pada Tabel 2.5 penggunaan paduan ini yang paling besar

adalah untuk bahan konstruksi pesawat udara gunanya menjadi lebih penting sebagai

konstruksi

Tabel 2.8 Sifat-Sifat Mekanik Paduan 7075

(Sumber : Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta 1999, hal. 141

2.4.5 Paduan Alumunium Cor

Struktur mikro paduan alumunium cor (berhubungan erat dengan sifat-sifat

mekanisnya) terutama tergantung pada laju pendinginan saat pengecoran dilakukan.

Laju pendinginan ini tergantung pada jenis cetakan yang digunakan. Dengan cetakan

logam, pendinginan akan berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan cetakan pasir

sehingga struktur logam cor yang dihasilkan akan lebih halus dan menyebabkan

peningkatan sifat mekanisnya. Tabel 2.8 memperlihatkan sifa-sifat mekanis beberapa

paduan alumunium cor.

Halus dan menyebabkan sifat mekanisnya Tabel 2.8 memperlihatkan sifat-sifat

(36)

17

Tabel 2.9 Sifat-sifat Mekanis Paduan Aluminium Cor Menurut Aluminium

Association

(sumber: V. Malau, Diktat Kuliah Bahan Teknik Manufaktur, USD Yogyakarta)

2.4.6 Pengaruh Unsur Paduan Dalam Aluminium

Unsur paduan sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat aluminium paduan,

untuk perlu diketahui pengaruh suatu unsur terhadap sifat-sifat aluminium

A. Si (Silicon)

 Mempermudah proses pengecoran

 Meningkatkan daya tahan terhadap korosi.

 Memperbaiki sifat-sifat atau karakteristik coran.

 Menurunkan penyusutan bahan terhadap beban kejut

(37)

B. Cu (Tembaga)

 Meningkatkan kekerasan bahan.

 Memperbaiki kekuatan Tarik.

 Mempermudah pengerjaan dengan mesin.

 Menurunkan daya terhadap korosi

 Mengurangi kemampuan dibentuk dan dirol.

C. Mn (Mangan)

 Meningkatkan kekuatan dan daya tahan pada temperature tinggi.

 Meningkatkan daya tahan terhadap korosi.

 Megurangi pengaruh buruk unsur besi.

 Menurunkan kemampuan penuangan.

 Meningkatkan kekerasan butiran partikel

D. Mg (Magnesium)

 Mempermudah proses penuangan.

 Meningkatkan kemampuan pengerjaan mesin.

 Meningkatkan daya tahan terhadap korosi.

 Menghaluskan butira Kristal secara efektif.

 Meningkatkan ketahanan beban lanjut.

 Meningkatkan kemungkinan timbulnya cacat pada hasil cor.

E. Ni (Nikel)

 Peningkatan kekuatan dan ketahanan bahan pada temperature tinggi.

 Penurunan pengaruh unsur Fe (besi) dalam paduan.

 Peningkatan daya tahan terhadap korosi F. Fe (Besi)

(38)

19

 Penurunan kekuatan Tarik.

 Timbulnya bintik keras pada hasil coran.  Peningkatan cacat porositas.

G. Zn (Seng)

 Meningkatkan sifat mampu cor.

 Peningkatan kemampuan dimesin.

 Mempermudah keuletan bahan.

 Meningkatkan ketahanan korosi.

 Menurunkan pengaruh baik dari besi.

 Kadar Zn terlalu tinggi dapat menimbulkan cacat rongga udara. H. Ti (Titanium)

 Meningkatkan kekuatan hasil cor pada temperature tinggi.

 Memperhalus butiran dan permukaan.

 Mempermudah proses penuangan.

 Menaikkan viskositas logam cair dan mengurangi fluiditas logam c

2.4.8 Paduan Al-Si-Cu

Aluminium yang dipadukan dapat memiliki beranekaragam karakteristik,

sehingga sangat banyak dipakai untuk bermacam-macam kebutuhan. Aluminium

paduan tempa tanpa perlakuan panas (Non Heat-treatable wrought alloys) sering

digunakan sebagai komponen elektrik, kertas aluminium foil, pemrosesan makanan,

hampir semua rata-rata penggunaan kaleng, kebutuhan arsitektur, dan

komponen-komponen Angkatan Laut. Aluminium Paduan dengan perlakuan panas

(Heat-teatable wrought alloys) sering digunakan untuk ban truk dan kendaraan-kendaraan berat, bodi luar semua aircraft, piston, kano, rel kereta api, dan rangka pesawat.

Aluminium paduan cor (casting alloys) sering digunakan pada peralatan makan,

(39)

Tabel 2.10 Sifat Aluminium Paduan

3 (sumber: Askeland, Donald R., The Science and Engineering of Materials 6th

Edition, USD Yogyakarta)

(40)

21

uji secara perlahan-lahan sampai putus. Maka akan terlihat batas mulur, kekuatan

tarik, perpanjangan, pengecilan luas diukur dari benda uji. Pelaksanaan pengujian

sebagai berikut:

a. Ukuran dan nomor benda uji dicatat.

b. Kemudian benda uji dipasang pada grip (penjepit) atas dan bawah pada mesin

uji, dan dinaikan atau diturunkan grip bawah dengan kecepatan sedang

sehingga penjepitan benda uji dalam posisi yang tepat. Kedudukan benda uji

harus vertikal dan setelah itu kedua penjepit dikencangkan secukupnya.

c. Power printer dihidupkan dan kertas mili meter blok dipasang pada printer.

d. Mesin dijalankan dan catat angka yang ditampilkan pada data display sampai

benda uji patah.

Beban tarik yang bekerja pada benda uji akan menimbulkan pertambahan

panjang disertai pengecilan penampang benda uji. Dari data yang diperoleh dari

pengujian tarik, dapat dilakukan perhitungan untuk cari nilai dari tegangan

maksimum dan regangan dari benda uji tersebut, perhitungan dilakukan dengan

menggunakan rumus berikut:

1. Kekuatan Tarik :

adalah gaya maksimal (kg),

A adalah luas penampang mula-mula

adalah ultimate tensile strength atau kekuatan tarik maksimum (kg/ )

2. Regangan :

(41)

adalah Panjang ukur awal

merupakan panjang ukur akhir

merupakan pertambahan panjang

Semakin besar panjang ukur, semakin besar pula nilai regangan karena

pertambahan panjang akan semakin besar, dan rumus dari regangan sendiri

berbanding lurus dengan berubahan panjang dan berbanding terbalik dengan panjang

ukur awal benda uji. Percobaan tarik akan dilakukan untuk setiap bahan. Dari

pengujian tarik dapat disimpulkan sifat mekanik dari suatu bahan yaitu :

a. Semakin tinggi kemampuan kekuatan tarik suatu bahan maka akan lebih kuat

juga bahan tersebut dapat menerima kekuatan tarik, namun semakin rendah

kemampuan kekuatan tarik suatu bahan maka akan lebih lemah bahan dapat

menerima kekuatan tarik.

b. Semakin tinggi regangan maka bahan tersebut semakin mudah dibentuk, dan

sebaliknya semakin kecil regangan maka bahan tersebut akan sulit dibentuk.

Gambar 2.3 Kurva Regangan dan Tegangan Uji Tarik

(42)

23 2.6 Korosi

Korosi adalah gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam,

Menurut Denny A. Jones pada buku berjudul Principles and Prevention of Corrosion,

definisi korosi adalah rusaknya suatu bahan atau berkurangnya kualitas suatu bahan,

dikarenakan reaksi dengan lingkungannya. Korosi tersebut bisa mengakibatkan bahan

bertambah berat, bahan menjadi semakin ringan dan sifat-sifat mekanisnya berubah.

Korosi harus dicegah karena sangat merugikan. Dari kerugian ekonomi sampai

kerugian materi.

Efek dari Korosi sendiri akan berpegaruh pada umur pemakaian material.

Maka untuk mengetahui cepat atau lambatnya korosi pada sebuah material dapat

diperhitungankan melalui persamaan:

Dengan adalah laju reaksi korosi, ketetapan laju ukuran energy bebas aktivasi

dinyatakan dengan

Dengan A adalah tetapan, adalah energy bebas (selisih energy bebas antara logam

dan produk korosinya) dan R tetapan gas universal serta temperatur dinyatakan

dengan T.

Perlu kita ketahui bahwa korosi dibedakan menjadi beverapa jenis, yaitu:

2.6.1 Korosi Merata (uniform)

Korosi ini merata di seluruh permukaan logam dan termasuk korosi yang

paling sering dijumpai. Korosi ini dikontrol oleh reaksi kimia antara permukaan

(43)

metalurgi material yang sama. Dengan keseragaman tersebut, pelepasan electron akan

merata ke seluruh permukaan.

Gambar 2.4 Korosi Merata

(44)

25 2.6.2 Korosi Galvanis (Bimetal)

Korosi ini terjadi karena proses elektrokimiawi dua buah logam yang berbeda

potensial dihubungkan langsung didalam larutan elektrolit yang sama. Dimana

electron mengalir dari logamanodik (kurang mulia) ke logam yang lebih katodik

(lebih mulia), akibatnya logam yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion positif

karena kehilangan electron.

Gambar 2.5 Korosi Galvanik

(Sumber: Jones, DA :Principles and Prevention of corrosion)

2.6.3 Korosi Celah

Korosi celah merupakan korosi local yang mempunyai celah antara keduanya

yang mengakibatkan terjadinya sel korosi dengan katodanya adalah sisi luar

permukaan celah dan anodanya adalah elktrolit yang mengisi celah itu sendiri

2.6.4 Korosi Sumuran (pitting)

Merupakan korosi local yang terjadi pada logam secara local selektif yang

menghasilkan bentuk permukaan lubang lubang pada logam. Korosi jenis ini

(45)

Mekanisme korosi pitting ditandai dengan pembentukan lubang ataupun sumur pada

permukaan logam.

Gambar 2.6 Korosi Sumuran

(Sumber: Jones, DA :Principles and Prevention of corrosion)

2.6.5 Korosi Batas Butir (Intergranular)

Korosi batas butir merupakan serangan korosi yang terjadi pada batas kristal

(butir) dari suatu paduan karena paduan yang kurang sempurna (ada kotoran yang

masuk/endapan) atau adanya gas hydrogen atau oksigen yang masuk pada batas

kristal/butiran. Batas butir ini sering menjadi tempat pengendapan (precipitation) dan

pemisahan (segregation). Pengendapan dan pemisahan terjadi dikarenakan pada

logam terkandung logam antara dan senyawa pada batas butirnya pada batas butirnya.

Akan sangat renatn terhadap korosi batas butir. Jenis korosi ini sangat berbahaya

(46)

27

Gambar 2.7 Struktur Mikro Korosi Intergranular

(sumber: Jones, DA :Principles and Prevention of corrosion Hardiana 2010)

2.6.6 Korosi Retak Tegang

Korosi retak tegang adalah keretakan akibat tegangan Tarik dan media korosif

secara bersamaan dan terjadi pada material yang spesifik karakteristik dari korosi ini

adalah perpatahannya getas dimana retakan terjadi dengan regangan yang kecil dari

material.

2.6.7 Korosi selektif

Korosi selektid adalah suatu bentuk korosi yang terjadi karena pelarutan

komponen tertentu dari paduan logam. Pelarutan terjadi pada salah satu unsur

pemadu atau komponen dari paduan yang lebih aktif yang menyebabkan sebagian

besar dari pemadu tersebut hilang dari paduannya

2.6.8 Korosi Erosi

Korosi erosi terjadi akibat aliran dari suatu fluida mengalir sangat cepat

sehingga permukaan logam dan lapisan film pelindung. Amonia (NH3) merupakan

bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan

(47)

dunia industry ammonia umumnya digunakan sebagai bahan anti beku (refrigerant) di

dalam alat yang digunakan sebagai refrigerant adalah ammonia. Tentu saja dalam

preosesnya pengaruh ammonia tersebut akan menyebabkan korosi.

2.7 Tinjauan Pustaka

2.7.1 Tegangan yang Bekerja pada Sudu Kincir

Sebuah penelitian oleh Nurimbetov A., dkk, (2015) yang berjudul

Optimization of Windmill’s layered Composite Blades to reduce Aerodinamic noise

and Use in Construction of “Green” Cities”. Mengungkapkan tegangan yang bekerja pada sebuah blade adalah tegangan tarik dan tegangan geser.

(48)

29

Gambar 2.9 Tegangan normal pada Sudu Kincir (a) karbon silikat (b)

boroaluminium (c) fiberglass

2.7.2 Laju Korosi

Menurut F. Corvo, T. Perez, L.R. Dzib, dkk, Corrosion Science Vol 50 (2008)

y b r udu “Outdoor-indoor corrosion of metal in tropical coastal atmospheres”

telah meneliti laju korosi pada empat jenis logam diantaranya baja karbon, tembaga,

zink dan aluminium dengan tiga kondisi perkorosian. Outdoor atau pada udara

terbuka di pesisir pantai, sheltered atau diberi perlindungan berupa atap sehingga

logam akan terkena kondisi udara pesisir pantai namun tidak terpengaruh oleh

presipitasi atau tidak terkena hujan. Kondisi ketiga dimana dibuat media perlindungan

dan hanya diberikan ventilasi saja untuk masuknya udara terbuka pesisir pantai (vent

(49)

Tabel 2.11 Laju Korosi dari Baja, Tembaga, Zink, dan Aluminium Dalam (G/M2)

Di Viriato Stasiun Pesisir (Kuba)

Pada jurnal penelitian ini aluminium yang diberi perlakuan korosi secara

outdoor atau pada kondisi udara pesisir pantai tanpa perlindungan apapun, menghasilkan laju korosi 2,15 gram/m2 dengan rentang waktu enam bulan.

Diharapkan pada penelitian ini hasil laju korosi benda uji Al – Si – Cu yang diberi

(50)

31

Uji Tarik Uji Tarik Pengujian massa

(51)

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

3.2.1 Bahan Penelitian

Bahan yang diperlukan dalam membuat benda uji adalah aluminium, silikon dan

tembaga. Aluminium dan tembaga diperoleh di toko Aneka Teknik dipotong-potong

kecil-kecil, silikon yang diperoleh di Ceper di tumbuk hingga halus. Kemudian

alat-alat yang diperlukan antara lain cetakan gerabah, kowi, tabung solar, thermokopel,

dan kompor + burner. Proses pengecoran tersebut akan menghasilkan 2 jenis

specimen uji, yaitu:

1. Aluminium Murni.

2. Aluminium Paduan Silikon 8,5% dan Tembaga 4%.

3.2.2 Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam proses pengujian antara lain:

(52)

33

Gambar 3.3 Necara Digital

(53)

3.3 Proses Peleburan Logam

3.3.1 Bahan Coran

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengecoran antara lain:

Gambar 3.5 Aluminium

(54)

35 3.3.2 Alat –alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam proses pengecoran antara lain:

Gambar 3.8 Tabung Solar

(55)

Gambar 3.10 Burner

Gambar 3.11 Pompa

(56)

37

Gambar 3.13 Tungku

Gambar 3.14 Kowi tanah liat

(57)

Gambar 3.15 Stopwatch

(58)

39

Gambar 3.18 Gergaji

Gambar 3.19 Palu

(59)

3.3.3 Proses Persiapan Pengecoran Logam

Proses peleburan logam adalah sebagai berikut :

1. Aluminium (Al) diukur dan dikelompokkan menurut komposisinya.

2. Aluminium (Al) yang berbentuk silinder dipotong-potong kecil sesuai dengan

tinggi kowi, agar setelah melunak tidak tumpah keluar kowi.

3. Batuan silicon metal (Si) ditumbuk hingga halus untuk memudahkan proses

peleburan, kemudian timbang sesuai dengan komposisinya.

4. Tembaga (Cu) yang berbentuk silinder ditimbang sesuai komposisinya dan

dipotong sesuai tinggi kowi.

5. Bahan bakar solar dan corong untuk pengisian disiapkan.

6. Tabung solar disi solar secukupnya lalu diberi tekanan dengan memakai

pompa hingga bar tekanan penuh.

7. Burner dibersihkan dengan kompresor dan diberi TBA pada penghubung

selang tembaga.

8. Selang tembaga disambungkan dengan tabung solar, dan burner Diberi TBA

3.3.4 Proses Peleburan dan Pengecoran Logam

Prosedur Peleburan adalah sebagai berikut :

1. Aluminium (Al), silicon (Si), dan tembaga (Cu) yang sudah ditimbang dan

dikelompokkan disiapkan.

2. Aluminium (Al), silicon (Si), dan tembaga (Cu) dimasukkan ke dalam kowi

sesuai dengan komposisinya.

3. Kowi diletakkan didalam tungku dan dibawahnya diberi batu tahan api agar

semburan dari burner pas menuju ke kowi.

(60)

41

5. Api dinyalakan pada burner dan tunggu sampai panas.

6. Setelah burner mulai panas dan solar mulai menyembur. Tuas tabung solar

akan dibuka (dilakukan penyetelan nyala api burner).

7. Setelah kurang lebih 5 menit, nyala api akan menunjukan pengapian

sempurna.

8. Aluminium (Al) mulai melunak sekitar 40menit.

9. Kowi ditutup agar tidak ada panas yang terbuang.

10.Paduan diaduk agar aluminium (Al), silikon (Si) dan tembaga (Cu) tercampur

dengan baik.

11.Sekitar 56 menitbahan sudah terlebur sempurna.

12.Kowi dapat diangkat dari tungku dengan tang penjepit selanjutnya dituang ke

dalam cetakan gerabah yang sudah dipersiapkan.

13.Penuangan membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 30 detik.

3.3.5 Pembongkaran Hasil Coran

Paduan yang sudah dicor akan didiamkan selama 6 jam hingga dingin.

Cetakan terbuat dari tanah liat atau gerabah, maka dalam proses pembongkaran hasil

coran dilakukan dengan cara memukul dengan palu hingga cetakan pecah dan

pecahkan diseluruh bagian cetakan hingga tidak ada benda uji yang menempel

dengan cetakan. Setelah berhasil dibongkar maka selanjutnya benda uji akan dibentuk

dengan alat milling

3.4 Pembuatan Benda Uji

Hasil coran berupa 2 plat kotak dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 3cm

selanjutnya akan diratakan dengan mesin milling, benda uji akan diratakan sehingga

mencapai ketebalan 2 - 2,5 cm. Hasil coran digergaji menjadi 10 bagian, dan dibubut

hingga membentuk silinder dengan dimensi 12 cm x 1 cm x 1cm, sehingga

menghasilkan 20 spesimen benda uji. Dalam 4 bulan, per bulannya 3 spesimen yang

(61)

Sebagai landasan 3 spesimen dengan umur 0 bulan, akan diuji massa jenis, uji tarik,

dan uji kekerasan.

Gambar 3.21 Tabel Standar Tes Tegangan dengan Spesimen Bundar dan Contoh

Spesimen Ukuran Kecil yang Proposional sebagai Standar Spesimen

(Sumber : ASTM A370. : Standard Test Method and Definitions for Mechanical

Testing of Steel Products)

Menurut tabel ASTM A370 seperti pada Gambar 3.2 sebagai spesimen uji

tarik penulis mengambil ukuran standar yaitu, Small-Size Spesimens Proportional to

Standard dengan Nominal Diameter 6.25mm, Gage length (G) 25.0mm, Diameter (D)

6.25, Radius of fillet (R) 5mm, dan Length of reduced section (A) 32mm. Berikut

(62)

43

Gambar 3.22 Dimensi spesimen

3.5 Tahap Pengujian Bahan

3.5.1 Pengujian Tarik

Pengujian tarik dilakukan dengan tujuan untuk menentukan sifat-sifat mekanis

material antara lain kekuatan tarik dan regangan.

Proses pengujian tarik adalah sebagai berikut:

a. Benda uji dipasang pada penjepit atau chuck atas dan bawah pada alat uji

tarik. Penjepit bawah dinaikkan dan diturunkan dengan kecepatan lambat,

sehingga penjepit benda uji dalam posisi yang tepat, diusahakan agar

kedudukan dari benda uji betul-betul vertical, kemudian kedua penjepit atau

chuck dikencangkan.

b. Benda uji diberi beban tarik, sehingga benda uji akan bertambah panjang dan

sampai pada saat benda uji tersebut akan putus atau patah. Perpatahan yang

diharapkan adalah pada bagian panjang ukur dari benda uji, apabila patah

(63)

c. Data yang didapatkan kemudian dicatat selama pengujian tarik (pertambahan

beban dan pertambahan panjang) dengan interval yang ditentukan.

d. Beban tarik maksimum dan kekuatan tarik maksimum setelah benda uji putus

dicatat.

e. Pertambahan panjang yang tertera pada mesin uji dicatat setelah benda uji

patah.

3.5.2 Pengujian Massa Jenis

Proses pengujian Massa Jenis adalah sebagai berikut :

a. Spesimen diberi nomor menurut komposisinya, antara paduan Al 8,5%Si

-2%Cu dan Al kondisi awal.

b. Spesimen ditimbang dengan menggunakan neraca digital sebagai data (m).

c. Spesimen diukur volumenya dengan menggunakan gelas ukur berkapasitas 50

ml.

d. Gelas ukur diisi air sebanyak 40 ml.

e. Spesimen dimasukkan ke dalam gelas ukur. Selisih penambahan volume

dicatat sebagai data (v).

f. Data spesimen kemudian ditentukan massa jenisnya dengan menggunakan

rumus:

g. Dengan, adalah massa jenis dengan satuan gram/dm3, merupakan massa

(64)

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Paduan Aluminium

Pengujian komposisi bahan uji dilakukan di Polikteknik Manufaktur Ceper.

Uji komposisi ini bertujuan untuk mengetahui unsur unsur yang terdapat logam

aluminium yang akan di padukan dengan unsur Si dan Cu. Hasil pengujian komposisi

dapat dilihat pada tabel 4.1.

(65)

Tabel 4.1 adalah paduan komposisi aluminium, dapat dilihat aluminium sudah

memiliki kadar Si 0,194% dan Cu 0,17%, maka kadar Si dan CU yang ditambahkan

pada aluminium sebanyak 8.306% dan 3,83%.

4.2 Data Penelitian Pengujian Massa Jenis

Pengujian massa jenis dilakukan pada semua spesimen aluminium yang tidak

diberi campuran logam lain dan semua spesimen paduan Al-8,5%Si-4%Cu. Semua

spesimen di ukur volume dan massa pada saat sebelum dikorosikan di pinggir pantai.

Pengukuran volume menggunakan gelas ukur, dan pengukuran massa menggunkan

neraca digital. Perhitungan massa jenis diperoleh dengan:

m = 19,818 gram

v = 7,30 ml

= 0,0073 dm3

(66)

47

Tabel 4.2 Massa Jenis Aluminium Kondisi Awal

No volume

Tabel 4.3 Massa jenis Al-8,5%Si-4%Cu

(67)

No volume

Pada hasil massa jenis Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 terdapat hasil data yang kurang

baik sehingga diperlukan perhitungan ulang dengan menggunakan rumus standar

deviasi. Perhitungan standar deviasi:

√∑ ̅

Berikut adalah data massa jenis yang sudah menggunkan rumus standar

deviasi. Dapat dilihat pada tabel Tabel 4.5 dan Tabel 4.7.

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Aluminium Kondisi awal

st dev rata rata max Min

37,50 2674,59 2712,09 2637,09

Tabel 4.5 Massa Jenis Aluminium Kondisi Awal Setelah Menggunakan Perhitungan

(68)

49

= 9,8 m/s2 X 11,9 kg/mm2

= 116,79 Mpa

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Aluminium Paduan

st dev rata rata max Min

152,69 2774,42 2927,12 2621,72

Tabel 4.7 Massa Jenis Aluminium Paduan Al-8,5%Si-4%Cu Setelah Menggunakan Perhitungan Standar Deviasi

4.3 Data Penelitian Pengujian Kekuatan Tarik

Pengujian Kekuatan tarik dilakukan pada spesimen aluminium kondisi awal

dan spesimen paduan Al-8,5%Si-4%Cu yang tidak dikorosi dan yang dikorosi di

pinggir pantai. Pengujian menggunkan alat uji tarik, dan menghasilakn nilai beban

tarik (Kg), elongasi atau pertambahan panjang (mm) dan grafik hubungan beban dan

pertambahan panjang, dengan perhitungan Kekuatan tarik dengan rumus:

(69)

`Hasil pengujian aluminium kondisi awal dan paduan Al-8,5%Si-4%Cu dapat dilihat

pada Tabel 4.8, Tabel 4.9 dan Gambar 4.1.

Tabel 4.8 Kekuatan Tarik aluminium kondisi awal

(70)

51

Tabel 4.9 Kekuatan Tarik paduan Al -8,5%Si -4%Cu

(71)

4.5Pembahasan

Proses peleburan aluminium, tembaga dan silicon dilakukan secara manual

menggunakan burner dengan bahan bakar solar yang di kompresikan, tempat yang

digunakan dalam pengecoran adalah gerabah tanah liat. Proses pembentukan atau

machining dilakukan dengan mesin gergaji dan mesin bubut, yang menghasilkan 30

buah spesimen yang terdiri dari 15 buah spesimen kondisi awal tanpa menggunakan

Si dan Cu. 15 buah spesimen aluminium paduan Al-8,5%Si-4%Cu. Sebelum diujikan

korosi, semua spesimen ditimbang di laboratrium analisa pusat, Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma. Setiap spesimen diberikan nomer. Pada tanggal 15

desember 2015 spesimen mula pengkorosian dengan di gantungkan di pinggir pantai

Pelangi, Depok, Bantuk , Daerah Istimewa Yogyakarta. Setiap tanggal 15 dengan

rentang satu bulan. Proses pengambilan benda uji di pantai dilakukan sebanyak empat

kali pada setiap tanggal 15 dan pengambilan data berakhir pada tanggal 15 April

2016. Setiap bulannya mengambil 3 spesimen yang akan ditimbang, mengukur

volume, dan dimensi spesimen. Dan pengambilan data pengujian tarik.

4.5.1 Pembahasan Pengujian Massa Jenis

Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 menunjukkan perbedaan rata-rata massa jenis antara

spesimen aluminium kondisi awal dengan spesimen paduan Al-8,5%Si-4%Cu

meningkat 5%, dengan massa jenis kondisi awal 2674,59 gr/dm3 dan massa jenis

rata-rata spesimen paduan Al-8,5%Si-4%Cu 2804,904 gr/dm3. Peningkatan massa jenis

Al-8,5%Si-4%Cu disebabkan karena 8,5% massa Silikon menggantikan 8,5% masa

aluminium dengan massa jenis silicon toritis 2329 gram/dm3, dan 4% massa tembaga

(72)

53

4.5.2 Pembahasan Pengujian Kekuatan Tarik Terhadap Korosi

Hasil grafik Kekuatan Tarik pada Aluminium murni dengan Aluminium

paduan bisa dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Hasil akhir Kekuatan Tarik aluminium setelah proses korosi 4 bulan

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat kekuatan tarik sebelum diberikan perlakuan

korosi spesimen paduan Al-8,5%Si-4%Cu lebih tinggi daripada aluminium kondisi

awal. Saat belum diberikan perlakuan korosi kekuatan tarik dari aluminium kondisi

awal adalah 112,71 MPa dan pada spesimen padauan Al-8,5%Si-4%Cu sebesar

135,39 MPa .

Dengan mencoba tidak mengikut sertakan spesimen no 8,9 dan 11 disajikan

pada Gambar 4.6, analisa yang dapat diambil adalah penambahan logam Cu dan Si

membuat aluminium ini menjadi lebih tinggi kekuatan tariknya dan lebih tahan korosi

dari pada aluminium kondisi awal tanpa Cu dan Si. Pada bulan ke-4 kekuatan tarik

pada spesimen aluminium kondisi awal sebesar 27,70MPa dan kekutan tarik pada

spesimen paduan Al-8,5%Cu-4%Si 117,28 MPa . Rata-rata penurunan dari spesimen

(73)

tegagan tariknya 113,22 MPa dan presentasenya 16%. Jadi penambah logam Cu dan

Si meningkatkan 18% kekuatan tarik dari aluminium kondisi awal.

Kondisi udara di pinggir pantai yang bersifat korosif. Kadar garam atau NaCl

pada udara pinggir pantai sangat mudah bereaksi dengan aluminium dan

menghasilkan Aluminium Klorida (AlCl3). Aluminium klorida berbentuk seperti

butiran berwarna putih dan menempel pada permukaan. Pada saat udara menjadi

lembab atau saat pagi hari udara menghasilkan embun, terjadi reaksi kimia seperti

berikut:

Dapat disimpulkan ketika aluminium klorida bereaksi dengan uap air, tidak

terbentuk aluminium oksida yang bersifat melindungi spesimen dari korosi. Sehingga

terjadi pengikisan pada permukaan selama perlakuan korosi di pinggir pantai.

Permukaan spesimen yang terkikis ini menyebabkan penurunan kekuatan tarik yang

sangat signifikan. Data hasil penelitian menunjukkan, secara keseluruhan pada

aluminium kondisi awal dan Al paduan (Al-8,5%Si-4%Cu) tetap mengalami

(74)

55

BAB V

KESIMPULAN

5.1 kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Penambahan 8,5%Si-4%Cu meningkatnya massa jenis sebesar 4% dari

spesimen aluminium murni, yang awalnya 2674,59 gr/dm3 menjadi

2782,50 gr/dm3. Kekuatan tarik spesimen paduan Al-8,5%Si-4%Cu

meningkat 32% dibandingkan spesimen aluminium murni. Rata-rata

penurunan kekuatan tarik aluminium murni adalah 21,25 MPa per

bulannya sedangkan penurunan kekuatan tarik spesimen paduan 3,90

MPa per bulannya

2. Perlakuan korosi selama empat bulan menyebabkan penurunan

kekuatan tarik. Penurunannya sebesar 75,42% dari 112,71 MPa

menjadi 26,67 MPa. Sedangkan pada Spesimen aluminium paduan,

penurunan kekuatan tarik hanya 13% dalam waktu empat bulan, dari

Gambar

Tabel 2.6 Sifat – sifat Mekanik Paduan Al-Cu-Mg
Gambar 2.1 menunjukkan fasa diagram fasa dari sistem ini. Ini adalah tipe
Gambar 2.1 Diagram Fasa Al-Si
Tabel 2.7 Sifat – Sifat Mekanik Paduan Al-   Si
+7

Referensi

Dokumen terkait

13 Pelatihan Pengajaran bahasa Inggris Kreatif untuk Guru TK/PAUD Wilayah kab Sleman FBS UNY 2010 14 Juri Lomba Kreasi dan Inovasi Media Pembelajaran SMP Cisarua Bogor 2011.

Optimalisasi Pengelolaan Kawasan Wisata Banten Lama Sebagai Wisata Religi5. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai perangkat hukum yang mengatur pemerintahan daerah sesuai amanat UUD 1945, yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Mrpk salah satu cara pengumpulan data pd penelitian kualitatif, tp dpt jg digunakan pd studi kuantitatif.. Contoh : Pengamatan kondisi rumah, Pelayanan IUD, dll Keuntungan : Hasil

Konsumen mempunyai anggapan adanya hubungan yang positif antara harga dan kualitas suatu produk, maka mereka akan membandingkan antara produk yang satu dengan produk yang

PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN DITJEN CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM.. Nomor & Periode Invoice

Konsep tropis dipilih untuk merancang sebuah bangunan yang memiliki sistem penghawaan alami, sistem kenyamanan di dalam ruang yang baik struktur dan utilitas yang baik dan

Lebih lanjut, hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pada daging ikan tuna yang diambil di bagian ekor dengan suhu (-2)-1 °C selama penyimpanan 0 dan 2 hari tidak menunjukkan