• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN BARU (COTYLELOBIUM MELANOXYLON).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN BARU (COTYLELOBIUM MELANOXYLON)."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN RARU (Cotylelobium melanoxylon)

Oleh:

Mega Sylvia Fitri NIM 4102220008 Program Studi Biologi

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi

ini dengan judul “IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN

RARU (Cotylelobium melanoxylon)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri

Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, mulai dari

pengajuan proposal penelitian, pelaksanaan sampai penyusunan skripsi antara

lain: Ibu Drs. Uswatun Hasanah, M. Si selaku dosen pembimbing dan ketua

Laboratorium Biologiserta Bapak Idramsa, S. Pd, M. Si yang telah banyak

meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan

kepada penulis selama melaksanakan penelitian hingga penulisan skripsi ini

selesai. Kepada Bapak Dekan, Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan

FMIPA UNIMED. Bapak Drs. Tri Harsono, M. Si selaku ketua jurusan Biologi

dan Bapak Drs. Lazuardi, M. Si selaku sekretaris jurusan Biologi. Kepada Ibu Dr.

Fauziyah Harahap, M. Si selaku dosen Pembimbing Akademik, Ibu Drs. Martina

Restuati, M. Si, Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd, dan Bapak Drs. Tri Harsono, M. Si

selaku dosen penguji yang telah memberi saran untuk penyempurnaan skripsi ini.

Kepada Pemerintah Indonesia yang telah memberikan kesempatan berupa

beasiswa Bidik Misi selama penulis menjalankan studi di Program Studi Biologi,

Jurusan Biologi FMIPA UNIMED.

Kepada kedua orangtua, Ayah Syalfie dan Ibu Armawati, Abang (Irsan

Wahyu Gunawan dan Aulia Zulkarnain) dan Zuanda yang dengan tulus dan

sepenuh hati memberikan dorongan moril dan materil bagi keberhasilan penulis,

serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya, penulis ucapkan terima

(4)

vi

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Eka Pratiwi, Nurhidayah

Marpaung, Restya Ulfa, Astrid Siska Pratiwi, Febri Sembiring, Ananda, Safrizal

Dalimunthe, Khairunnisa Sembiring, Julaili Irni, dan rekan-rekan kelas Non-Dik

2010 serta Laboran Biologi yang sudah banyak membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

(5)

iii

IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN RARU (Cotylelobium melanoxylon)

Mega Sylvia Fitri 4102220008

Abstrak

(6)

iv

IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN RARU (Cotylelobium melanoxylon)

Mega Sylvia Fitri 4102220008

Abstract

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Abstract iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi vii

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Ruang Lingkup 4

1.3. Batasan Masalah 4

1.4. Rumusan Masalah 4

1.5. Tujuan Penelitian 4

1.6. Manfaat Penelitian 5

BAB II TINJAUAN TEORI 6

2.1. Tanaman Raru (Cotylelobium melanoxylon) 6

2.2. Pengertian Jamur Endofit 8

2.3. Karakteristik Morfologi Jamur 11

2.3.1. Morfologi Makroskopis 11

2.3.2. Morfologi Mikroskopis 12

2.4. Reproduksi Jamur Endofit 13

2.5. Syarat Tumbuh Jamur 15

2.6. Metode Identifikasi Jamur Endofit 16

2.6.1. Metode Manual 16

2.6.2. Produksi Enzim 16

2.6.3. Karakterisasi Molekuler (Isolasi DNA) 17

2.7. Keanekaragaman Jamur Endofit 18

BAB III METODE PENELITIAN 23

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 23

3.2. Alat dan Bahan 23

3.3. Teknik Pengumpulan Data atau Prosedur 24

3.3.1. Pengumpulan Sampel 24

3.3.2. Pembuatan Media 24

(8)

viii

3.3.2.2. Malt Extract Agar (MEA) 25

3.3.2.3. Yeast Extract Agar (YEA) 25

3.3.3. Sterilisasi Permukaan 26

3.3.4. Isolasi Sampel 27

3.3.5. Pemurnian Isolat 27

3.3.6. Karakterisasi dan Identifikasi 28

3.3.6.1. Karakteristik Makroskopis 28

3.3.6.2. Karakteristik Mikroskopik 28

3.4. Teknik Analisis Data 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32

4.1. Hasil Penelitian 32

4.2. Pembahasan 35

4.2.1. Perbandingan Karakter Setiap Genus 36

4.2.2.Deskripsi Jamur Endofit 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56

5.1. Kesimpulan 56

5.2. Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 57

(9)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Jamur Endofit dan Aktivitas Biologinya 9

Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Jamur Endofit dari Kulit Batang 32 Tumbuhan Raru (Cotylelobium melanoxylon)

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kulit Batang Tanaman Raru 7

Gambar 2.2. Tanaman Raru (Cotylelobium melanoxylon) 7

Gambar 2.3. Bentuk-Bentuk Spora 14

Gambar 2.4. Bentuk Perkembangan Konidia 15

Gambar 2.5. Fusarium sp. 19

Gambar 2.6. Cladosporium sp. 20

Gambar 2.7. Aspergillus sp. 20

Gambar 2.8. Alternaria sp. 21

Gambar 2.9. Nigrospora sp. 22

Gambar 2.10. Penicillium sp. 22

Gambar 3.1.Diagram Prosedur Kerja 31

Gambar 4.1. Dendogram Isolat Jamur Endofit dari Kulit Batang 34 Tumbuhan Raru (Cotylelobiummelanoxylon)

Menggunakan AnalisisSimple Matching Coefficient

Gambar 4.2. Koloni Miselia Steril (a) dan Morfologi 41 Mikroskopisnya (b)

Gambar 4.3. Koloni Debaromyces sp. (a) dan Morfologi 42 Mikroskopisnya (b)

Gambar 4.4. KoloniAspergillus sp. Berwarna Hitam (a) dan 44 Hijau (b)

Gambar 4.5. Morfologi Mikroskopis Aspergillus sp. Berwarna 44 Coklat (a) dan Hijau(b)

Gambar 4.6. Koloni Nigrosporasp. (a) dan Morfologi 46

Mikroskopisnya (b)

Gambar 4.7. Koloni Botrytissp. (a) dan Morfologi 48

Mikroskopisnya (b)

(11)

x

Gambar 4.9. Koloni Fusarium sp. (a) dan Morfologi 51 Mikroskopisnya (b)

Gambar 4.10. Koloni Nigrospora sp. (a) dan Morfologi 53 Mikroskopisnya (b)

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Karakteristik Morfologi Makroskopis dan 63 Mikroskopis Isolat Jamur Endofit

Lampiran 2. Hasil Analisis Simple Matching Coefficient Dengan 64 Program MVSP

Lampiran 3. Data Hasil Perhitungan Analisis Simple Matching 66 CoefficientSecara Manual

Lampiran 4. Matriks Indeks Similaritas Hasil Perhitungan Secara 91 Manual

Lampiran 5. Nilai Indeks Similaritas Sorted – Unsorted 92

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara tropis yang kaya dengan flora dan fauna. Banyak

jenis tumbuhan merupakan sumber plasma nutfah yang tidak ternilai (Melliawati,

dkk. 2006). Sumber daya hayati Indonesia, khususnya mikroorganisme belum

banyak diteliti dan dimanfaatkan, padahal potensi sebagai sumber bahan aktif dan

senyawa berharga yang terkandung di dalamnya sangatlah besar (Sugijanto, dkk.

2009). Saat ini, hanya sekitar 80.000-100.000 spesies jamur yang telah

dideskripsikan (Suwannarach, dkk. 2012). Salah satu sumber utama metabolit

sekunder berkhasiat obat adalah jamur endofit, tetapi belum banyak yang

dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat (Sugijanto, dkk. 2009., Melliawati,

dkk. 2009).

Jamur endofit hidup di dalam jaringan tanaman tanpa menyebabkan efek

negatif pada tanaman tersebut (Suryanarayanan, dkk. 2011., Kumar, dkk. 2013.,

Xing, dkk. 2011., Qiu, dkk. 2008). Laju pertumbuhan jamur endofit berbeda pada

setiap bagian tanaman, baik akar, batang, serta daun, dan beberapa diantaranya

memiliki inang yang spesifik (Qiu, dkk. 2008., Suryanarayanan, dkk. 2011).

Telah didokumentasikan bahwa jamur endofit dapat memberikan

aktivitas yang menguntungkan bagi tanaman inangnya, seperti mendukung

pertumbuhan, kesehatan tanaman inang, berkontribusi dalam pertahanan tanaman

inang terhadap patogen seperti herbivora, ataupun stres terhadap lingkungan

(Xing, dkk. 2011,. Li, dkk. 2010), memainkan fungsi ekologi yang terpenting

dalam suksesi tanaman (Qiu, dkk. 2008), dan merupakan tempat penyimpanan

metabolit sekunder yang beberapa diantaranya memiliki aktivitas biologi yang

menguntungkan (Li, dkk. 2010., Zhao, dkk. 2012., Suryanarayanan, dkk. 2011).

Beberapa jamur endofit telah ditemukan memproduksi komponen kimia

yang mirip dengan komponen kimia yang diproduksi oleh tanaman inangnya

(Wang, dkk. 2011., Xing, dkk. 2011). Komponen kimia tersebut diantaranya telah

(14)

2

(Kumar, dkk. 2013., Wang, dkk. 2011), dan antioksidan seperti phenolic dan

flavonoid (Sharma, dkk. 2013). Salah satunya adalah senyawa taxol yang

dihasilkan oleh tanaman Taxus sp. ternyata senyawa taxol tersebut juga dihasilkan

oleh jamur endofit genus Taxomyces sp. yang diisolasi dari tanaman ini dan

senyawa taxol tersebut merupakan senyawa yang paling efektif sebagai antikanker

(Chandra, 2012). Saat ini, jamur endofit merupakan salah satu sumber bioaktif

metabolit sekunder yang bermanfaat dalam bidang pengobatan, pertanian, dan

industri (Xing, dkk. 2011., Zhao, dkk. 2012).

Penelitian tentang jamur endofit yang terdapat pada tumbuhan famili

Dipterocarpaceae telah dilakukan oleh Wang, dkk (2008) yang membuktikan

bahwa terdapat jamur endofit Penicillium sp. yang diisolasi dari tumbuhan Hopea

hainanensis. Sudjaritvorakul, dkk (2010) juga menemukan jamur endofit dari

genus Phyllosticta spp., Nodulisporium spp., dan Xylaria spp. dari 4 spesies

tumbuhan Dipterocarpaceae. Sedangkan Suryanarayanan, dkk (2011) meneliti 75

tanaman dikotiledon dari 33 famili termasuk Dipterocarpaceae dan menemukan

jamur endofit dari genus Alternaria spp., Fusarium spp., Phoma spp., Phomopsis

spp., dan Colleotricum spp.

Pada saat ini, telah banyak penelitian yang berhasil mengisolasi jamur

endofit serta senyawa metabolit sekundernya dari berbagai jenis tanaman,

diantaranya genus Colletotricum sp,. dari batang tanaman Cinnamomum

bejolgotha (Suwannarach, dkk. 2012), Aspergillus, Curvularia, Drechslera,

Fusarium, dan Penicillium dari tanaman Ocimum sanctum (Sharma, dkk. 2013),

Guignardia, Restalosiopsis, Phomopsis, Talaromyces, dan Trichoderma dari

tanaman mangrove (Suciatmih, dkk. 2013), Aspergillus, Penicillium, dan

Trichoderma dari tanaman Melia azedarach (Melliaceae) (Regina, dkk. 2003.,

Shekhawat, dkk. 2013), Taxomyces, Fusarium, Ozonium, Cuspidata, Nigrospora,

dan Cladosporium dari tanaman Taxus sp., serta Xylaria, Hypoxylon, Guignardia,

dan Nigrospora dari tanaman Zanthoxylum (Rutaceae) dan Cinnamomum

(Lauraceae) (Ho, dkk. 2012).

Penelitian yang telah diuraikan diatas, terhadap jamur endofit dari

(15)

3

tumbuhan Cotylelobium melanoxylon dari famili Dipterocarpaceae di Indonesia.

Famili Dipterocarpaceae merupakan famili tumbuhan meranti-merantian dengan

ciri buah yang memiliki sayap, pohon berukuran kecil hingga sangat besar,

kayunya mengandung damar, batang berbentuk silinder, berlekuk dan biasanya

berbanir. Genus yang termasuk famili Dipterocarpaceae di Indonesia yaitu

Anisoptera, Dipterocarpus, Cotylelobium, Dryobalanops, Hopea, Shorea,

Parashorea, Vatica, dan Upuna (Onrizal, 2010). Salah satu tumbuhan yang

termasuk famili ini adalah Cotylelobium melanoxylon. Tumbuhan ini merupakan

tumbuhan yang oleh International Union for Conservation of Nat (IUCN) pada

tahun 1998 menetapkan tumbuhan ini berstatus Endagered (terancam punah),

padahal manfaat dari tumbuhan ini sangatlah besar (Annonim, 2013). Kayunya

digunakan sebagai bahan bangunan sedangkan kulit kayunya memiliki nilai

etnobotani yang penting (Pasaribu, 2007).

Telah diketahui bahwa kulit batang tumbuhan C. melanoxylon digunakan

oleh masyarakat Tapanuli dalam pembuatan minuman tradisonal tuak (nira aren)

untuk menambah cita rasa dan kadar alkohol yang sesuai, mencegah buih, dan

menghambat peragian pada minuman tersebut (Pasaribu, 2007). Kulit batang C.

melanoxylon mengandung senyawa oligostilbenoid yang efektif untuk kanker,

antifungal, sitotoksik terhadap sel tumor, antiinflamasi, antibakteri, serta senyawa

hopeafenol yang ditemukan pada semua spesies Dipterocarpaceae diusulkan

sebagai chemical marker famili tumbuhan ini. Kulit batang tumbuhan ini juga

mengandung unsur tapisan dan sel-sel parenkim yang berfungsi melakukan

transportasi cairan dan makanan ke seluruh bagian tanaman, kondisi ini

merupakan kondisi yang paling sesuai untuk pertumbuhan jamur endofit

(Pasaribu, 2009).

Berdasarkan kajian ilmiah, kulit kayu ini mengandung kadar tanin yang

cukup tinggi dan cocok digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan juga

digunakan sebagai obat penyakit gula/ diabetes dengan cara meminum air

rebusannya (Pasaribu, 2007). Senyawa saponin yang terdapat didalamnya dapat

menurunkan kadar glukosa darah yang telah diuji cobakan pada tikus wistar

(16)

4

obat atau bahan pembuatan tuak merupakan kulit kayu yang dijual dipasaran

dengan ciri kulit beralur pendek yang berwarna putih kehijauan dan tebal kulit

berkisar 0,6 – 1,0 cm (Pasaribu, 2007).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti jenis jamur

endofit yang terdapat pada tumbuhan Cotylelobium melanoxylon. Telah diketahui

bahwa jamur endofit yang diperoleh oleh penelitian sebelumnya memiliki potensi

sebagai antimikroba, antikanker, antioksidan dan senyawa lainnya yang mirip

dengan senyawa yang diproduksi oleh tanaman inangnya. Atas dasar inilah,

peneliti ingin mengidentifikasi jenis jamur endofit dari kulit batang tumbuhan

Cotylelobium melanoxylon, sehingga diharapkan jamur endofit yang diperoleh

nantinya mampu menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang dapat

digunakan dalam bidang medis, pertanian dan industri, serta dapat dimanfaatkan

untuk kesejahteraan masyarakat.

1.2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini yaitu mengidentifikasi jamur endofit yang

terdapat di dalam kulit batang tumbuhan Raru (Cotylelobium melanoxylon) yang

sudah tua.

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya pada isolasi, karakterisasi, identifikasi jamur

endofit yang terdapat di dalam kulit batang tumbuhan Raru (Cotylelobium

melanoxylon) yang sudah tua dan identifikasi hanya sampai pada tingkat genus.

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Jamur jenis apa saja yang terdapat pada kulit batang tumbuhan Raru (Cotylelobium melanoxylon) ?”

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jamur endofit yang

(17)

5

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat tentang jenis-jenis

jamur endofit yang terdapat di dalam kulit batang tumbuhan Raru (Cotylelobium

melanoxylon) sehingga dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi

bagi mahasiswa biologi dan masyarakat khususnya yang peduli terhadap

(18)

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat

dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat 10 klaster/ genus jamur endofit yang ditemukan di dalam kulit

batang tumbuhan Raru (Cotylelobium melanoxylon). Kesepuluh genus

tersebut diantaranya adalah genus Miselia Steril, Debaromyces sp.,

Aspergillus sp., Nigrospora sp., Botrytis sp., Scopulariopsis sp., Fusarium

sp., Hifa 1, Hifa 2, dan Alternaria sp.

2. Genus Aspergillus sp. yang diperoleh pada penelitian ini terdiri dari dua

spesies berdasarkan warna koloni dan konidianya yaitu Aspergillus niger

dan Aspergillus flavus.

3. Klaster VIII dan klaster IX merupakan satu genus yang sama berdasarkan

indeks similaritasnya serta karakteristik morfologi makroskopis dan

mikroskopisnya, namun belum diketahui secara pasti nama genus dari

isolat jamur endofit pada klaster VIII dan IX tersebut.

5.2.Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan , peneli menyarankan agar:

1. Dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan analisis tingkat

molekuler sehubungan dengan beberapa genus jamur endofit dari kulit

batang tumbuhan Raru (Cotylelobium melanoxylon) yang belum

teridentifikasi.

2. Hasil identifikasi jamur endofit dari kulit batang tumbuhan Raru

(Cotylelobium melanoxylon) ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi

(19)

57

DAFTAR PUSTAKA

Amin, N., (2013), Diversity of Endophytic Fungi From Root of MAIZE Var. Pulut (Waxy Corn Local Variety of South Sulawesi, Indonesia), International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences 2(8): 148-154.

Annonim., (2010), http: // www.mycolog. com/ Conidium_ontogeny_quiz. gif & imgrefurl (Diakses pada tangal 5 Oktober 2013).

Annonim., (2011): http://hidupsehati.com/wp-content/uploads/2011/09/Gambar-6.3-Jenis-jenis-spora-aseksual-pada-jamur.jpg&imgrefurl (Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013).

Annonim., (2013), www.iucnredlist.org/Cotylelobium%20melanoxylon_files/ redlist_logo.gif (Diakses pada tanggal 10 November 2013).

Annonim., (2013), http://www.forestryimages.org (Diakses pada tanggal 3 Oktober 2013).

Bezerra, J. D. P., Santos, M. G. S., Svedese, V. M., Lima, D. M. M., Fernandes, M. J. S., Paiva, L. M., Souza-Motta, C. M., (2012), Richness of Endophytic Fungi Isolated from Opuntia ficus-indica Mill. (Cactaceae) and Preliminary Screening for Enzyme Production, World J Microbiol Biotechnol 28(1): 1989-1995. http://search.proquest.com/docview/ 1013443342/fulltextPDF/140288D65913F4D46C5/3? accountid= 38628 (Diakses pada tanggal 28 September 2013).

Bhagat, J., Amarjeet, K., Madhunika, S., Saxena, A. K., dan Chandha, B. S., (2012), Molecular and Functional Characterization of Endophytic Fungi from Traditional Medical Plants, World J Microbiol Biotechnol 28(1): 963-971. http://search.proquest.com/docview/920092480/fulltextPDF/ 1402596ECAB664581BA/ 5? accountid= 38628 (Diakses pada tanggal 27 September 2013).

Cappucino, J. G., dan Nathalie Sherman., (1987), Microbiology: A Laboratory Manual, The Benjamin/ Cummings Publishing Company, INC, California.

(20)

58

Chandra, S., (2012), Endophytic Fungi: Novel Sources of Anticancer Lead Molecules, Appl Microbiol Biotechnol 95(1): 47-59. http://search. proquest.com/docview/1018462822/fulltextPDF/1402897EB0A58DF331 6/60?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 28 September 2013).

Chen, X., Xiaoxue, S., Shaohe, L., Shujun, Z., dan Linhan, B., (2010), Studies on A Chlorogenic Acid-Producing Endophytic Fungi Isolated From Eucommia ulmoides Oliver, J Ind Microbiol Biotechnol 37(1): 447-454. http://search.proquest.com/docview/235104421/fulltextPDF/1402596EC AB664581BA/7?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27 September 2013).

Devi, N. N., dan Femina Wahab., (2012), Antimicrobial Properties of Endophytic Fungi Isolated From Medical Plant Camelia sinensis, Int J Pharm Bio Sci 3(3): 420-427.

Dwidjoseputro, D., (1990), Dasar-Dasar Mikrobiologi, Penerbit Djambatan, Jakarta.

Elavarasi, A., Gnanaprakash, S. R., dan Murugaiyan, K., (2012), Taxol Producing Mangrove Endophytic Fungi Fusarium oxysporum from Rhizophora annamalayana, Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine: S1081-S1085.

Fardiaz, S., (1992), Mikrobiologi Pangan, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gandjar, I., Robert A. S., Karin, T. V., Ariyanti, O., dan Iman, S., (1999), Pengenalan Kapang Tropik Umum, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Goveas, S. W., Royston, M., Shashi, K. N., dan Leo D’Souza., (2011), Isolation of Endophytic Fungi from Coscinium fenestratum- A Red Listed Endangered Medicinal Plant, EurAsia Journal of BioSciences 5(1): 48-53.

Heyne, K., (1987), Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta.

Ho, M. Y., Wen, C. C., Hung, C. H., Wen, H. C., dan Wen, H. C., (2012), Identification of Endophytic Fungi of Medicinal Herbs of Lauraceae and Rutaceae with Antimicrobial Property, Taiwania 57(3):229-241).

(21)

59

Kavanagh, K., (2005), Fungi Biology and Aplications, John Wiley & Sons, Inggris.

Kumar, S., Kaushik, N., Ebel, R. E., Ebel, R., dan Proksc, P., (2011), Isolation, Characterization, and, Bioactivity of Endophytic Fungi of Tylophora indica, World J microbiol Biotechnol 27(1): 571-577. http://search. proquest.com/docview/851440376/fulltextPDF/1402596ECAB664581B A/20?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27 September 2013).

Kumar, S., dan Nutan Kaushik., (2013), Endophytic Fungi Isolated from Oil-Seed Crop Jatropha curcas Produces Oil and Exhibit Antifungal Activity, Plos One 8(2): 1-9. http://search.proquest.com/docview/1330878836/ fulltextPDF /1402574E21D5F99E298/16?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27 September 2013).

Li, H. Y., Chun, A. Z., Chen, J. L., dan Xiao, F. X., (2010), Endophytic Fungi Diversity of Aquatic/ Riparian Plants and Their Antifungal Activity In Vitro, Journal of Microbiology 48(1): 1-6.

Li, J., Jianglin, Z., Lijian, X., Ligang, Z. L., dan Jingguo, W., (2008), Endophytic Fungi From Rhizomes of Paris polyphylla var. Yunnanensis, World J Mocrobiol Biotechnol 24(1): 733-737.

Malloch, D., (2000), Moulds: Their Isolation, Cultivation, and Identification, University of Toronto Press, Toronto.

Melliawati, R., Dian, N. D., Apridah, C. D., dan Harmastini, S., (2006), Pengkajian Bakteri Endofit Penghasil Senyawa Bioaktif Untuk Proteksi Tanaman, Biodiversitas 7(3): 221-224.

Melliawati, R., dan Harni., (2009), Senyawa Antibakteri Escherichia coli ATCC 35218 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 dari Kapang Endofit Taman Nasional Gunung Halimun, Jurnal Natur Indonesia 12(1): 21-27.

Ningsih, R., Mukarlina., dan Linda, R., (2012), Isolasi Dan Identifikasi Jamur Dari Organ Bergejala Sakit Pada Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa), Protobiont 1(1): 1-7.

Onrizal., (2010), Dipterocarpaceae: http://onrizal.files.wordpress.com/2010/05/ dipterocarpaceae.pdf (Diakses pada tanggal 28 November 2013).

(22)

60

Pasaribu, G. T., (2009), Zat Ekstraktif Kayu Raru dan Pengaruhnya Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Secara In Vitro, Tesis, Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor.

Qi, F., Tianzhung, J., dan Yaguang, Z., (2012), Characterization of Endophytic Fungi from Acer ginnala Maxim. In An Aetificial Plantation: Media Effect and Tissue-Dependent Variation, Plos One 7(10): 1-7. http://search.proquest.com/docview/1326551998/fulltextPDF/1402574E2 1D5F99E298/5?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27 September 2013).

Qiu, S. J., Guo, L. D., Zang, W., Ping, W. X., dan Chi, D. F., (2008), Diversity and Ecological Distribution of Endophytic Fungi Associated with Medicinal Plants, Sci China Ser C-Life Sci 51(8): 751-759. http://search.proquest.com/docview/224577810/fulltextPDF/1402574E21 D5F99E298/8?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27 September 2013).

Regina, M., Geris, D. S., Edson, R. F., Waldireny, C. R., dan Maria, F., (2003), Endophytic Fungi from Melia azedarach, World Journal of Microbiology & Biotechnology 19(1): 767-770.

Saryono., Atria Martina., dan Chainulfifah A. M., (2002), Isolasi dan Karakterisasi Jamur Penghasil Inulinase yang Tumbuh Pada Umbi Dahlia (Dahlia variabilis), Jurnal Natur Indonesia 4(2): 171-177.

Sharma, R., dan Kumar, B. S. V., (2013), Isolation Characterization and Antioxidant Potential of Endophytic Fungi of Ocimum sanctum Linn. (Lamiaceae), Indian Journal of Applied Research 3(7): 5-10.

Shekhawat, K. K., Rao, D. V., dan Amla, B., (2013), In vitro Antimicrobial Activities of Endophytic Fungi Isolates from Medicinal Tree - Melia azedarach L., Journal of Microbiology Research 3(1): 19-24.

Sudantha, I. M., dan Abdul Latief Abadi., (2007), Identifikasi Jamur Endofit dan Mekanisme Antagonismenya Terhadap jamur Fusarium oxysporum f. sp. Vanillae pada Tanaman Vanili, Agroteksos 17(1): 24-38.

Suciatmih., dan Maman Rahmansyah., (2013), Endophytic Fungi Isolated from Mangrove Plant and Have Antagonism Role Against Wilt, ARPN Journal of Agricultural and Biological Science 8(3): 251-257.

(23)

61

Sugijanto, N. E., Putra, H., Pritayuni, F., Albathaty, N., dan Noor, C. Z., (2009), Daya Antimikroba Ekstrak Lecythophora sp., Endofit yang Diisolasi dari Alyxia reiwardtii, Berk. Penel. Hayati 15(1): 37-44.

Suryanarayanan, T. S., Murali, T. S., Thirunavukkarasu, N., Rajulu, M. B, G., Venkatesan, G., dan Sukumar, R., (2011), Endophytic Fungal Communities in Woody Perennials of Tropical Forest Types of The Western Ghats, Southern India, Biodivers Conserv 20(1): 913-928. http://search.proquest.com/docview/862125155/fulltextPDF/1402574E21 D5F99E298/6?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27 September 2013).

Suwannarach, N., Boonsom, B., Wipornpan, N., Eric, H. C. M., Kevin, D. H., dan Saisamorn, L., (2012), Diversity of Endophytic Fungi Associated with Cinnamomum bejolghota (Lauraceae) in Northern Thailand, Chiang Mai J. Sci 39(3): 389-398.

Tan, X. M., Xiao, M. C., Chun, L. W., Xiao, H. J., Jin, L. C., Juan, C., Shun, X. G., dan Li, F. Z., (2012), Isolation and Identification of Endophytic Fungi in Roots of Nine Holcoglossum Plants (Orchidaceae) Collected From Yunnan, Guangxi, and Hainan Provinces of China, Curr Microbiol 64(1): 140-147. http://search.proquest.com/docview/915475816/fulltextPDF/ 1402596ECAB664581BA/14?accountid= 38628 (Diakses pada tanggal 27 September 2013).

Thanh, V. N., Martha, S., Dyk, V., Michael, J., dan Wingfield, (2002), Debaromyces mycophilus sp. Nov., A Siderophore- Dependent Yeast isolated From Woodliced, FEMS Yeast Research 2(1): 415-427.

Vashishta, B. R dan Sinha, A. K., (2002), Botany for Degree Students Part II: Fungi, S. Chand & Company, New Delhi.

Wang, F. W., Hou, Z. M., Wang, C. R., Li, P., dan Shi, D. H., (2008), Bioactive Metabolites from Penicillium sp., An Endophytic Fungus Residing in Hopea hainanensis, World J Microbiol Biotechnol 24(1): 2143-2147. http://search.proquest.com/docview/193927856/fulltextPDF/14028BD0F 216E04BD01/1?accountid=38628 (Diakses pada 28 September 2013).

(24)

62

Xing, Y. M., Juan, C., Jin, L. C., Xiao, M. C., dan Shun, X. G., (2011), Antimicrobial Activity and Biodiversity of Endophytic Fungi in Dendrobium devonianm and Dendrobium thyrsiflorum from Vietnam, Curr Microbiol 62(1): 1218-1224.http://search.proquest.com/docview/ 857926291/fulltextPDF/1402596ECAB664581BA/4?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27 September 2013).

Yunianto, P., Syofi, R., Indra, R., Wahyu, P. S., dan Wahono, S., (2012), Isolation and Identification of Endophytic Fungi From Srikaya Plants (Annona squamosa) Having Potential Secondary Metabolites as Anti-Breast Cancer Activity, Microbiologi Indonesia 6(1): 23-29.

Gambar

Tabel 2.1. Jamur Endofit dan Aktivitas Biologinya
Gambar 4.9. Koloni Fusarium sp. (a) dan Morfologi  Mikroskopisnya (b)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi jamur endofit dari kulit batang tumbuhan raru (Cotylelobium melanoxylon) yang mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans..

Aspergillus flavus merupakan spesies kapang penghasil aflatoksin yang banyak menginfeksi biji-bijian. flavus mulai terjadi pada tahap prapanen dan dapat dikendalikan secara

Ayam, burung kakatua dan itik diinfeksi oleh ketiga spesies agen penyakit yang lumrah terdapat di Indonesia, yaitu Aspergillus fumigatus, Asper gillus flavus dan Aspergillus

Pada awal pertumbuhan koloni jamur ini berwarna putih, setelah 14 hari mulai tumbuh banyak dan berubah menjadi warna hijau gelap saat konidia matang yang menandakan

Secara mikroskopis Aspergillus niger memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki konidiofor yang transparan serta konidia yang berwarna hitam kecoklatan serta sporangium

Jamur yang mengkontaminasi baik pada beras dan jagung di pasar Kereneng, Agung, Badung dan Ketapaian adalah. Aspergillus flavus, Aspergillus niger dan

Ekstrak jamur yang digunakan diperoleh dari hasil fermentasi yang dilakukan selama 30 hari, ekstrak jamur endofit dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen yaitu pada

Isolat jamur anggota Aspergillus niger UB1 dari hasil pengamatan memiliki karakter makromorfologis (Gambar 2A) yaitu, koloni pada media CYA berwarna hitam kekuningan