• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Persepsi Dosen Tentang Interprofesional Education (Ipe) Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Persepsi Dosen Tentang Interprofesional Education (Ipe) Di Universitas Muhammadiyah Surakarta."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuntutan sistem pelayanan kesehatan mempengaruhi praktik dalam pelayanan kesehatan, di Amerika Serikat penyebab kematian nomer tiga pada pasien adalah dampak dari kesalahan tindakan medis (Jemes , 2013). Pada tahun 2001, Institut Kedokteran mendesain ulang sistem dan mengembangkan tim kesehatan yang efektif untuk mencapai perawatan berpusat pada pasien dan didukung oleh pengambilan keputusan yang sesuai dengan praktik.Sistem tersebut juga akan memperhitungkan akan keselamatan pasien, menghindari cedera, waktu, efisiensi dan keadilan (Crossing the Quality Chiasm: A new health system for the 21st century, 2014).

World Health Organization (2010) mencanangkan untuk mengatasi permasalahan sumber daya manusia kesehatan serta sistem pelayanan kesehatan dengan menerapkan praktik kolaborasi diantara tenaga kesehatan. Dalam konsep praktek kolaborasi, tenaga kesehatan akan bersama–sama berkolaborasi dalam menyediaan pelayanan kesehatan yang konfrehensif bagi masyarakat, Praktik kolaborasi dilakukan ketika tenaga kesehatan dari latar belakang profesi yang berbeda secara bersama-sama dengan pasien, keluarga, perawat, dan komunitas untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi (WHO,2010).

(2)

yang optimal. Pendidikan interprofessional mengacu pada kesempatan ketika anggota dari dua atau lebih profesi belajar dengan satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan (CAIPE, 2002). Praktek kolaboratif adalah proses interprofessional komunikasi dan pengambilan keputusan yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan penyedia perawatan kesehatan terpisah dan bersama untuk secara sinergis mempengaruhi perawatan pasien yang disediakan ( Way et al, 2000 ). Interprofessional education adalah proses dimana kita melatih atau mendidik praktisi untuk bekerja kolaboratif dan proses yang kompleks yang menuntut kita untuk melihat pembelajaran berbeda (CIHC, 2009).

Menurut CIHC (2009), manfaat dari Interprofessional Education antara lain meningkatkan praktik yang dapat meningkatkan pelayanan dan membuat hasil yang positif dalam melayani klien, meningkatkan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan yang memerlukan kerja secara kolaborasi, membuat lebih baik dan nyaman terhadap pengalaman dalam belajar bagi peserta didik secara fleksibel dapat diterapkan dalam berbagai setting. Hal tersebut juga dijelaskan oleh WHO (2010) tentang salah satu manfaat dari pelaksanaan praktek IPE dan kolaboratif yaitu strategi ini dapat mengubah cara berinteraksi petugas kesehatan dengan profesi lain dalam memberikan perawatan.

(3)

pendidikan kesehatan di Indonesia untuk diintergrasikan dalam kurikulum pendidikan kesehatan. Selain itu, praktek kolaborasi juga telah mulai diinisiasi oleh beberapa institusi pelayanan kesehatan (A’la, 2012). Dalam pendidikan interprofessional telah diidentifikasi sebagai kompetensi inti di bidang keperawatan, kedokteran, kedokteran gigi, farmasi, dan kesehatan masyarakat. Mahasiswa dan peserta pelatihan yang belajar dengan, dari, dan sekitar satu sama lain dalam lingkungan belajar interdisipliner mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk perawatan berbasis tim (Becker et al, 2014). Diharapkan IPE dapat segera diimplementasikan dan kedepannya dapat memberikan pengaruh pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

Dalam implementasi IPE, dosen sangat berperan penting pada IPE dalam menjembatani pemberian teori dan praktik sehingga dapat memberikan pembelajaran yang optimal dalam aspek pengetahuan dan skill (Camsooksai, 2002). Menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2005 mengenai guru dan dosen dijelaskan bahwa dosen adalah pendidik professional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

(4)

dipenuhi dalam pelaksanaan kurikulum IPE ( Yuliati, 2014).Salah satu outcome yang diharapkan dalam penerapan IPE adalah terjadinya kerjasama dan kolaborasi

yang kuat antar profesional kesehatan dari disiplin ilmu yang berbeda (Yuniawan,

2013). Dari persepsi positif dosen dalam penelitian ini mayoritas mempersepsikan

bahwa pembelajaran terintegrasi akan meningkatkan penerapan kolaborasi

interdisipliner dalam tatanan klinik yang akan membantu mahasiswa untuk siap

menjadi tim pelayanan kesehatan yang lebih baik, sehingga dosen menyatakan sangat

terbuka dan siap untuk mengajar pada kelompok belajar mahasiswa dari profesi

kesehatan yang berbeda-beda (Yuniawan, 2013).

(5)

Pada studi pendahuluan, menurut pengalaman penulis saat pelaksanaan IPE yang diselenggarakan oleh 3 jurusan yaitu Keperawatan, Kedokteran, dan Farmasi masih terdapat permasalahan yaitukurangnya informasi interprofessional education sebelum implementasi dari IPE, dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap 15 mahasiswa keperawatan khususnya kurang mengerti dengan IPE dan tujuannya. Dalam pelaksanaannyamahasiswa juga kurang menguasai materi dalam pembelajaran IPE yang di berikan karena waktu dan persiapan yang kurang.

B. Rumusan Masalah

Tuntutan sistem pelayanan kesehatan yang meningkat mempengaruhikompetensi dari mahasiswa kesehatan dalam memahami praktik dalam pelayananan kesehatan,sehinggaperan dosen sebagai fasilitator dalam proses pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaranIPE.

(6)

memberikan fasilitas pembelajaran yang baik terhadap mahasiswa saat menjalankan IPE dan meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam fungsi kolaborasi sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Berdasarkan masalah diatas, penelitimerumuskan pertanyaan penelitian yaitu: “Bagaimana persepsi dosen tentang IPE di Universitas Muhammadiyah Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diungkapkan diatas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Tujuan umum

Menjelaskan dari empat komponen persepsi dosen tentang Interprofessional Education (IPE).

2. Tujuan khusus

(7)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Menyumbangkan informasi tentang pentingnya persepsi dosen terhadap IPE. b. Sebagai bahan refrensi atau sumber data untuk penelitian sejenis selanjutnya. 2. Manfaat Praktis

a. Dosen pendidikan

Memberikan informasi sebagai acuan untuk mengetahui pandangan dosen terhadap interprofessional education.

b. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dalam proses belajar mengajar mengenai IPE.

c. Peneliti

Mendapatkan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan memperkaya pengetahuan sebagai peran perawat peneliti dan memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

E. Keaslian Penellitian

1.Analisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara pada Interprofessional

Education (IPE)

(8)

Pengambilan data kuantitatif dengan menggunakan kuesioner. Studi kuantitatif dilakukan terhadap 43 dosen fakultas ilmu kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan dalam kategori baik sebesar 83.7%. Motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan dalam kategori tinggi sebesar 72.1%. Kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan dalam kategori tinggi sebesar 46.5%.

Penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sama-sama meneliti variabel persepsi, namun peneliti tidak mengukur variabel motivasi dan kesiapan. Pada penelitian kali ini pendekatan yang dilakukan sama-sama menggunakan kuantitatif. Sampel penelitian juga memiliki perbedaan , dalam penelitian yani sampel yang diambil adalah dosen fakultas keperawatan dan fakultas kedokteran USU. Sedangkan pada penelitian ini sampelnya adalah program studi jurusan keperawatan, fakultas farmasi, dan fakultas kedokteran di UMS. Penelitian ini juga menggunakan kuesioner yang berbeda, penelitian Yani menggunakan Kuesioner buatan sendiri, sedangkan peneliti menggunakan IEPS milik Luecht et al. 1990. Penelitian Yani dilakukam di Fakultas ilmu kesehatan USU, sedangkan peneliti ini dilakukan di program studi jurusan keperawatan, fakultas farmasi, dan fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(9)

pendekatan kuantitatif. Pengambilan data kuantitatif dengan menggunakan kuesioner IEPS dan RIPLS. Studi kuantitatif dilakukan terhadap 73 dosen dari jurusan kedokteran,kesehatan masyarakat, keperawatan, farmasi, kedokteran gigi, dan ilmu gizi. Hasilnya Persepsi (84,9%), kesiapan (94,5%)dan Dapat disimpulkan bahwa persepsi dan kesiapan dosen terhadap IPE disetiap jurusan adalah baik.

Penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sama-sama meneliti variabel persepsi, namun peneliti tidak mengukur variabel kesiapan. Pada penelitian kali ini pendekatan yang dilakukan sama-sama menggunakan kuantitatif. Sampel penelitian juga memiliki perbedaan, dalam penelitian yani sampel yang diambil adalah dosenjurusan kedokteran,kesehatan masyarakat, keperawatan, farmasi, kedokteran gigi, dan ilmu gizi di UNSOED. Sedangkan pada penelitian ini sampelnya adalah program studi jurusan keperawatan, fakultas farmasi, dan fakultas kedokteran di UMS. Penelitian ini juga menggunakan kuesioner yang berbeda, penelitian Yuniawan menggunakan Kuesioner IEPS dan RIPLS, sedangkan peneliti hanya menggunakan kuesioner IEPS milik Luecht et al. 1990. Penelitian Yuniawan dilakukam di UNSOED, sedangkan peneliti ini dilakukan di program studi jurusan keperawatan, fakultas farmasi, dan fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Persepsi Interprofessional Teamwork: ITPS & IEPS

Texas Tech University Health Sciences Center (TTUHC) pada tahun

(10)

interprofessional dengan menggunakan Interprofessional Teamwork Perceptions Scale (ITPS) dan Interdiciplinary Education Perception Scale

(IEPS). Penelitian dilakukan di semua fakultas TTUHC dan menggunakan alumni yang sudah lulus satu, tiga, dan lima tahun yang lalu. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah kuesioner IEPS memiliki validitas dan reabilitas yang baik untuk mengukur persepsi kerjasama interprofessional.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Dairi dengan Mengubah Undang-Undang Darurat Nomor

Hal ini didukung dari nilai kemampuan penalaran matematis pada kelas dengan disposisi tinggi, dari data terihat bahwa dengan model pembelajaran MT maupun PBL, nilai

Artikel ini adalah sebuah kajian terhadap kesesuaian antara kebijakan strategis pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional yang terdapat pada lembaga Dewan Riset

Penelitian ini berjudul “Pengaruh mekanisme corporate governance, independensi auditor, kualitas audit dan faktor lainnya terhadap manajemen laba”. Metode analisis penelitian

faktor predisposisi anemia pada ibu hamil, yang meliputi: jarak kehamilan, paritas, status gizi, pendidikan, pengetahuan, penghasilan, dan penyakit. Pengambilan

Atas dukungan dan upaya masyarakat di Sulawesi Tengah, Pemerintah Daerah, Rektor UNHAS, Rektor IKIP Ujung Pandang serta Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, akhirnya status

Kewenangan pembentukan peraturan daerah untuk pemenuhan hak anak dalam perspektif ilmu perundang-undangan harus beranjak dari pandangan untuk mewujudkan pengayoman bagi