• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN MUSIM 8 DITINJAU DARI PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN MUSIM 8 DITINJAU DARI PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN."

Copied!
267
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN MUSIM 8

DITINJAU DARI PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Azuna Vion Harnadi NIM 12105241003

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Tidak ada segala sesuatu yang terjadi secara kebetulan, semuanya telah di atur oleh Yang Maha Kuasa.

Jadi untuk itu, percaya pada Sang Maha Pencipta dan diri sendiri dalam melangkah menuju masa depan

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan mengharapkan ridho Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ibu dan bapak tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi, perhatian serta semangat yang tiada hentinya.

(7)

ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN MUSIM 8 DITINJAU DARI PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN

Oleh

Azuna Vion Harnadi NIM: 12105241003

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait konten yang disajikan dari aspek prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi aktif, prinsip umpan balik, dan prinsip perulangan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang mengadopsi langkah-langkah Eriyanto. Analisis isi ini tidak menguji hipotesis ataupun hubungan antar variabel, namun menggambarkan aspek dan karakteristik dari suatu pesan. Dalam penelitian ini, analisis isi menggambarkan bentuk penerapan desain pesan pembelajaran pada serial film animasi Upin dan Ipin musim 8. Tahapan dalam penelitian ini meliputi perumusan tujuan analisis, konseptualisasi dan operasionalisasi, pembuatan lembar koding (coding sheet) atau kisi-kisi instrumen, penentuan populasi dan sampel, proses koding, input data, dan analisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa konten yang disajikan dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 menerapkan prinsip desain pesan pembelajaran. Pada prinsip kesiapan dan motivasi adalah adalah pengenalan karakter yang bersemangat dan antusias. Pada prinsip alat pemusat perhatian adalah bentuk ekspresi karakter, efek animasi, dan visual yang mendukung elemen-elemen didalamnya memiliki nilai unik dan menarik sehingga menjadi daya tarik yang luar biasa yang berujung pada pemusatan perhatian penonton. Pada prinsip partisipasi aktif siswa atau penonton adalah pancingan atau stimulus kepada penonton untuk dipikirkan melalui berbagai adegan yang ada dalam film. Pada prinsip umpan balik adalah terjawabnya pertanyaan dari masalah-masalah atau misteri dalam film. Jawaban disini berupa flashback dan tambahan informasi. Dan pada prinsip perulangan adalah pengulangan informasi penting atau informasi yang menjadi topik bahasaan. Pengulangan informasi disini berupa tambahan, perincian, dan penguatan informasi yang diperbincangkan karakter dalam film.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN MUSIM 8 DITINJAU DARI PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN” dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan banyak ucapan terimakasih yang tulus kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan penulis menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi izin penelitian dalam proses menyelesaikan skripsi.

3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY telah memberi rekomendasi perizinan pendidikan.

4. Bapak Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 12

C. Batasan Masalah ... 13

D. Rumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 16

1. Pengertian Animasi ... 16

a) Pengertian Animasi ... 16

b) Prinsip Animasi ... 18

c) Animasi dalam Pembelajaran ... 22

2. Anatomi Film ... 24

3. Serial Film Animasi Upin dan Ipin ... 26

a) Profil Serial Film Animasi Upin dan Ipin ... 26

(11)

4. Desain Pesan Pembelajaran ... 39

a) Pengertian Desain Pesan Pembelajaran... 39

b) Desain Pesan Pembelajaran dalam Media Pembelajaran ... 40

c) Prinsip-prinsip Desain Pesan Pembelajaran ... 42

1) Prinsip Kesiapan dan Motivasi ... 42

2) Prinsip Penggunaan Alat Pemusat Perhatian ... 45

3) Prinsip Partisipasi Aktif Siswa atau Penonton ... 47

4) Prinsip Umpan Balik ... 51

5) Prinsip Perulangan ... 54

5. Desain Pesan Pembelajaran dalam Animasi Upin dan Ipin ... 58

B. Penelitian yang Relevan ... 61

C. Kerangka Pikir ... 63

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 66

B. Jenis Data ... 68

C. Pengadaan Data ... 68

D. Objek Penelitian ... 69

E. Instrumen Penelitian ... 70

F. Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Deskripsi Data ... 73

1. Data Sampel 1 ... 74

a) Prinsip Kesiapan dan Motivasi ... 80

b) Prinsip Alat Pemusat Perhatian ... 83

c) Prinsip Partisipasi Aktif Siswa atau Penonton ... 87

d) Prinsip Umpan Balik ... 90

e) Prinsip Perulangan ... 93

2. Data Sampel 2 ... 97

a) Prinsip Kesiapan dan Motivasi ... 104

(12)

c) Prinsip Partisipasi Aktif Siswa atau Penonton ... 110

d) Prinsip Umpan Balik ... 114

e) Prinsip Perulangan ... 116

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 120

1. Prinsip Kesiapan dan Motivasi ... 123

2. Prinsip Alat Pemusat Perhatian ... 127

3. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton ... 132

4. Prinsip Umpan Balik ... 139

5. Prinsip Perulangan ... 144

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 160

B. Saran ... 162

DAFTAR PUSTAKA ... 163

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1

Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran .. 166

Lampiran 1.1 Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran episode 1 ... 167

Lampiran 1.2 Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran episode 14 ... 193

Lampiran 2 Konversi Persentase Adegan dan Konten ... 232

Lampiran 2.1 Formula Perhitungan Penentuan Hasil Nilai Persentase ... 233

Lampiran 2.2 Hasil Konversi Persentase Adegan ... 234

Lampiran 2.3 Hasil Konversi Persentase Konten ... 241

Lampiran 3 Contoh Adegan berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran ... 247

Lampiran 3.1 Contoh Adegan berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran ... 248

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian ... 253

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Animasi adalah satu elemen multimedia yang banyak menarik perhatian

pada masa ini karena mampu menciptakan (menuangkan) suatu fantasi manusia

kedalam alam realiti. Menurut Theresia Ari Prabawati bahwa animasi atau

animation berasal dari kataAnimate dan Motion. Kata Animate mempunyai arti

“hidup atau bernyawa”. Sedangkan Motion mempunyai arti gerakan atau

bergerak. Jadi yang dimaksud dengan animasi atau animation adalah gerakan

yang hidup dari sebuah gambar (Ari Theresia Prabawati,2008:95). Arti

menghidupkan disini bukan memberi nyawa kepada suatu gambar atau objek,

akan tetapi suatu objek, benda (gambar) diberikan dorongan kekuatan, semangat

dan emosi agar terkesan hidup. Animasi adalah suatu teknik yang banyak sekali

digunakan dalam dunia film masa kini, baik sebagai suatu kesatuan yang utuh,

bagian dalam suatu fim maupun bersatu dalam film. Dunia film sebenarnya

berakar dari fotografi, sedangkan animasi barakar dari dunia gambar, yaitu

ilustrasi desain grafis (desain komunikasi visual) (Yunita Syahfitri, 2011).

Animasi sebagai bentuk inovasi teknologi memberikan dampak yang

besar bagi seluruh tatanan industri. Mulai dari industri hiburan, industri

pendidikan, sampai industri periklanan. Animasi dirasa mempunyai prospek

(15)

menarik (attractive) bisa membius dan menarik minat para generasi muda serta

sesuai dengan zaman yang canggih saat ini. Untuk itu animasi diposisikan

sebagai salah satu pilar perkembangan hiburan, pendidikan, iklan dan film.

Dalam pendidkan animasi mengambil andil khususnya dalam pembelajaran.

Dalam kajian Mayer dan Moreno (2002) berkaitan dengan penggunaan animasi

sebagai BBM pada pembelajaran multimedia, mendapati bahwa terdapat kesan

yang konsisten terhadap penggunaan animasi dalam proses pembelajaran

multimedia berbanding dengan teknik tradisional yaitu menyampaikan pesan

secara verbal (lisan). Kajian ini menegaskan penggunaan multimedia seperti

animasi dalam proses pembelajaran menjadikan proses itu lebih bermakna dan

efektif. Selain itu Paivio (2006) dalam kajiannya tentang teori dwi-kod dalam

pendidikan mendapati bahwa dalam teori ini, proses pemerolehan bahasa melalui

saluran verbal dan visual menjadikan pembelajaran bahasa lebih efektif. Justru,

penggunaan animasi yang merangsang kesemua lima panca indera dan upaya

interaktifnya mampu menyumbangkan tahap pembelajaran yang terstruktur bagi

pelajar. Kajian Kayaoglu et al. (2011) mendapati, terjadi peningkatan yang

signifikan terhadap keputusan ujian post tes pelajar yang menggunakan animasi

dalam pembelajaran berbanding dengan mereka yang ujian pra tes. Justru, kajian

ini memberikan ide untuk mengintegrasikan aplikasi multimedia seperti animasi

dalam kelas-kelas pembelajaran bahasa sebagai elemen alternatif terhadap

suasana pembelajaran dalam kelas dan memberi motivasi kepada para pelajar.

(16)

animasi, film dan VCD banyak membantu pelajar dalam meningkatkan

kemahiran mendengar. Kerena mereka akan dapat memahami apa yang didengar

tersebut melalui gambar yang ditontonnya dan mereka dapat menebak suara yang

didengar. Selain itu, hasil kajian Abdul Rasid et al. (2012) mendapati animasi

adalah aplikasi yang paling kerap digunakan pelajar dalam pengajaran penulisan

karangan walaupun tahap kesadaran terhadap penggunaannya masih rendah

dalam kalangan guru yang mengajar penulisan karangan. Kajian ini mendapati

kesan positif penggunaan animasi yang mampu mewujudkan suasana yang

menyenangkan dan dapat mempengaruhi emosi pelajar. Kajian-kajian para ahli

di atas merupakan bukti bahwa animasi bisa membuat suasana baru dan

menyenangkan hingga membuat mental dan motivasi para pelajar menjadi lebih

baik serta membuat pembelajaran menjadi efektif dan meningkat dengan hasil

yang maksimal.

Dalam perkembangannya baik animasi maupun film dipublikasikan

melalui media massa televisi, karena media televisi mempunyai sifat audio visual

yang memang sangat cocok untuk animasi dan film. Televisi dinilai sebagai

media massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpati kalangan

masyarakat luas tidak memandang sosial ekonomi. Hal ini disebabkan sifat audio

visualnya yang tidak dimiliki media massa lainnya, sedang penayangannya

mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas. Dengan modal audio visual

(17)

berjam-jam. Karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya

pembentukan sikap perilaku dan sekaligus perubahan pola pikir.

Televisi sebagai salah satu media massa mempunyai banyak sekali

fungsi, diantaranya fungsi hiburan dan pendidikan. Umumnya media massa ini

dimaksudkan sebagai fungsi pendidikan (educational function of mass media)

(Harold, D. Laswell, 1948:38). Demikian pula dengan Wilbur Schramm melihat

fungsi media massa sebagai sarana promosi/iklan. “To sell goods for us” (Wilbur

Schramm, 1975:34). Melihat kedua pendapat tokoh di atas dapat dikatakan

bahwa media massa televisi ini sangat berperan besar sebagai penyalur

informasi, pendidikan, berita dan hal-hal lainnya. Sebenarnya fungsi-fungsi

media televisi saling terkait, antara fungsi hiburan, fungsi pendidikan, fungsi

promosi, dan fungsi berita dan penerangan. Contohnya pada fungsi hiburan, pasti

akan disisipkan fungsi berita dan fungsi pendidikan, agar nilai yang disampaikan

tidak hanya hiburan semata akan tetapi nilai-nilai yang lain. Karena itulah

acara-acara siaran televisi selalu diupayakan agar menjadi suguhan yang menarik dan

menyegarkan, sehingga bukan saja menjadikan penonton betah duduk didepan

pesawat televisi, tetapi juga yang paling penting adalah tontonan yang disaksikan

dapat menjadikan tuntunan.

Ada satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu meneruskan nilai-nilai luhur

yang menjadi identitas (jati diri) bangsa ke generasi berikutnya. Dengan adanya

media massa televisi yang berisikan semua jenis informasi dan budaya luar

(18)

masuk dan mempengaruhi nilai-nilai budaya Indonesia. Tidak semua nilai-nilai

budaya luar (asing) itu negatif, ada nilai-nilai atau ide tertentu yang bisa

dipergunakan untuk menjadikan sesuatu lebih baik. Oleh karena itu, Indonesia

harus bisa memilah-milah nilai budaya baru tersebut yang tidak bertentangan

dengan falsafah hidup bangsa, yaitu Pancasila. Bahkan jika mungkin dapat

membantu ke arah perkembangan yang lebih baik.

Televisi merupakan media yang memiliki potensi untuk menunjang

pendidikan bagi anak-anak apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang

memiliki kompetensi dalam merancang dan mengembangkan kontennya.

Kemampuan mendesain pesan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi

penonton serta bentuk belajar yang diharapkan sangat diperlukan agar proses dan

hasil belajar melalui media menjadi optimal. Namun kurangnya kemampuan

dalam mendesain pesan pembelajaran tidak akan menghasilkan proses dan hasil

belajar yang sesuai harapan (Asri Budiningsih, 2003:6). Terbukti dengan

banyaknya tayangan televisi yang mayoritas memberikan nilai-nilai negatif.

Seperti mengajarkan perkelahian, percintaan dan lain-lain. Untuk anak dewasa

mungkin bisa memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk, jika

anak-anak khususnya umur-umur sekolah dasar mungkin akan sulit dan akan begitu

saja menerima keadaan yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Bila acara

televisi yang disebutkan di atas tidak diawasi oleh orang tua akan sangat

(19)

telah dialih bahasakan oleh Sugeng P, dalam buku Pengaruh Televisi, Video

Game, dan Komputer terhadap Pendidikan Anak.

“Menonton televisi dapat menjadi suatu kegiatan pasif yang mematikan

apabila orang tuanya tidak mengarahkan apa-apa yang boleh dilihat oleh

anak-anak mereka dan sekaligus mengajar anak-anak-anak-anak itu untuk menonton secara kritis

serta untuk belajar dari apa-apa yang mereka tonton” (Greenfield, 1989:3)

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak pada masa

kanak-kanak awal berada pada tahap perkembangan praoperasional (umur 2-7 tahun)

dan intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun). Dalam tahap praoperasional anak telah

mampu menggunakan bahasa dan mengembangkan konsepnya, walaupun masih

sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Tahap

intuitif anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang

agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan

kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi

hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang

luas (Asri Budiningsih, 2012:37-38).

Dari pendapat ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa anak dalam

tahap praoperasional dan intuitif masih memiliki cara kerja pemikiran yang

sederhana dan belum matang, sehingga pada tahap ini sering terjadi kesalahan

presepsi atau pemahaman. Tidak hanya itu pada tahap ini anak belajar dari

lingkungan sekitar terutama keluarga dan teman yang sering berinteraksi dengan

(20)

dihasilkan dari lingkungan sekitarnya, terutama orang yang lebih dewasa dari

dirinya baik itu orang tua, kakak dan teman yang lebih dewasa dari dirinya.

Karena pada umur inilah anak banyak menyerap pengetahuan dan informasi

untuk mengetahui siapa jati dirinya. Dengan kata lain pada tahap ini terjadi

pembentukan perilaku imitasi, karena anak selalu melihat, merasakan, dan

mengaplikasikannya. Disinilah awal masalah jika anak dibiarkan terus-menerus

berteman dengan televisi (acara televisi) dan tanpa pengawasan dan bimbingan

orang tua. Hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku

anak. Untuk itulah pentingnya perhatian orang tua terhadap apa saja yang dilihat

dan ditonton anak-anak. Jika anak sampai salah menirukan nilai, sikap dan

perilaku akan menjadi masalah yang serius bagi perkembangannya dimasa

depan.

Saat ini banyak tayangan televisi cenderung melihat dari sisi bisnis,

bukan kualitas, sehingga walaupun tayangan tersebut kurang mendidik tetapi

menyedot perhatian para penonton, perusahaan akan tetap menanyangkan acara

tersebut karena penghasilan dan iklan akan tetap tinggi. Dengan keadaan seperti

itu ada salah satu serial film animasi yang sangat digemari oleh anak-anak. Film

animasi yang ramah dengan banyak sekali nilai-nilai moral didalamnya yang

membuat orang tua merasa tenang. Serial film animasi ini tayang selama 9 tahun,

mulai pada tahun 2007 yang tayang pada stasius TVRI kemudian beralih ke

(21)

di tengah keluarga, teman dan lingkungan sosial di Kampung Durian Runtuh.

Dengan tingkah lucu dan menggemaskannya anak usia belia (4-6 tahun) yang

dikemas dengan cerita yang sederhana namun menarik. Film animasi ini

mengangkat berbagai hal seputar anak usia dini, mulai dari kekreatifan,

kecerdasan, hubungan sosial dan lain-lain yang memang dimiliki oleh anak-anak

usia dini.

Serial film animasi Upin dan Ipin tidak seperti film animasi lain yang

biasanya mengangkat tema superhero dan imajinasi yang tinggi, film animasi ini

mengusung tema yang sederhana, logis dan sesuai dengan keadaan asli di

lingkungan sosial. Sehingga bisa menjadi acuan bagi para anak-anak bagaimana

bertingkah laku dan bermain sesuai dengan usia yang dimiliki. Dengan demikian

film animasi ini bisa menjadi sarana pembelajaran bagi anak-anak khususnya

anak usia dini, dengan pembawaan cerita yang sederhana dan mudah dipahami

yang tidak jauh berbeda dari keadaan aslinya. Tidak heran kenapa anak-anak

suka dengan film animasi ini, terbukti pada rating pertelevisian di Indonesia

serial film animasi ini tidak pernah turun dari peringkat 10 besar. “Selain acara

sinetron remaja, acara kartun anak-anak Upin Ipin juga termasuk yang

mempunyai rating yang lumayan. Serial kartun yang disiarkan MNC TV tersebut

masuk dalam daftar 10 besar acara tv dengan rating tertinggi”

(http://seleb.info/2016/01/11/rating-acara-tv-indonesia-per-10-januari-2016/). Serial film animasi Upin dan Ipin bersaing dengan sinetron dan film-film lain.

(22)

20 besar, sedangkan bila khusus acara animasi, animasi Upin dan Ipin berada

pada rating 5 besar, bersaing ketat dengan animasi Adit dan Sopo Jarwo. Film

animasi ini juga telah diteliti oleh beberapa orang, diantaranya oleh Fajar

Purwaka yaitu Penerapan Desain Pesan Pembelajaran dalam Serial Animasi

Upin dan Ipin (Purwaka Fajar, 2015:vi), yang diteliti adalah season 1 Upin dan

Ipin dengan tema bulan Ramadhan.

Penerapan desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi

anak-anak merupakan hal yang relatif baru. Apalagi, film animasi Upin dan Ipin tidak

berbentuk format film instruksional, namun berbentuk naratif. Oleh karena itu,

bentuk penerapan desain pesan pembelajaran dalam film animasi Upin dan Ipin

berbeda dengan format video atau film instruksional maupun desain

pembelajaran dalam media pembelajaran yang lain seperti modul dan audio

pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Purwaka tentang bentuk penerapan

desain pesan pembelajaran dalam film animasi Upin dan Ipinseason, mendapati

hasil sebagai berikut:

Bahwa serial film animasi Upin dan Ipin season 1 menerapkan prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran yang meliputi prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa, prinsip umpan balik dan prinsip perulangan. Bentuk penerapan prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin season 1 adalah sebagai berikut :

(23)

2. Prinsip penggunaan alat pemusat perhatian dalam serial film Upin dan Ipin meliputi daya tarik karakter berupa karakter yang atraktif, daya tarik rasa takut berupa adegan yang menampilkan rasa takut karakter utama akan misi yang akan dipikulnya, daya tarik humor, daya tarik kesalahan berupa kesalahan yang dibuat oleh Upin dan Ipin yang berpotensi menggagalkan puasanya, dan anthropomorphic berupa karakter asap dan ayam yang bertingkah selayaknya manusia sehingga kelihatan ganjil atau aneh.

3. Bentuk penerapan partisipasi aktif penonton yang dibangun oleh film animasi Upin dan Ipin season 1 berupa direct address. Lewat teknik direct address, Upin menginstruksikan penonton untuk duduk sebelum menonton.

4. Bentuk penerapan prinsip umpan balik dalam serial Upin dan Ipin season1 berupa umpan balik yang informatif, umpan balik peringatan, dan umpan balik motivasi. Umpan balik informatif berupa jawaban-jawaban Opah atas pertanyaan-pertayaan yang diajukan oleh Upin dan Ipin mengenai puasa Ramadhan. Umpan balik peringatan berupa peringatan Mei-mei kepada Upin dan Ipin agar tidak makan dan minum saat puasa meskipun tidak ada yang tahu. Umpan balik motivasi berupa dorongan Opah kepada Upin dan Ipin agar mereka berpuasa secara ikhlas.

5. Penerapan prinsip perulangan dalam serial film Upin dan Ipin season 1 terdapat berupa perulangan informasi mengenai waktu berbuka dan mengenai hukum berpuasa setengah hari. (Purwaka Fajar, 2015:44-45).

Selain penelitian yang dilakukan oleh Fajar Purwaka, serial film animasi

ini juga dikaji hubungannya dengan pembelajaran, khususnya pembelajaran di

kelas. Seperti penelitian oleh Maspupah yakni “Pengaruh Tayangan Kartun

Upin dan Ipin di Media Nusantara Citra Televisi Terhadap Penggunaan Kosa

Kata Murid Raudhatul Athfal Al-Bariyyah Kramat Jati Jakarta Timur”. Pada

penelitian ini diperoleh hasil bahwa teori imitasi terjadi di lingkungan

(24)

terdapat dalam serial film animasi Upin dan Ipin, seperti sebutan Cik Gu,

Seronok, Budak, Basikal, dan sebagainya. (Maspupah, 2011:79-80).

Dengan dua orang peneliti di atas membuktikan bahwa serial film

animasi Upin dan Ipin layak dan baik untuk digunakan dan diteliti. Untuk itu

peneliti ingin meneliti kelanjutan dari penerapan desain pesan yang lain dalam

serial animasi Upin dan Ipin ini, ditinjau dari konten yang disajikan. Perlu

diketahui serial film animasi Upin dan Ipin telah mencapai 10 musim (season),

dengan semakin berkembangnya berbagai hal dalam film animasi ini seperti

cerita, warna, gerakan, dan isi-isi lainnya. Untuk itu peneliti ingin meneliti dan

mengkaji tentang serial film animasi Upin dan Ipin dalam season selanjutnya,

khususnya musim 8 (season8).

Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) berisikan 14

episode yaitu :Upin & Ipin Kesayanganku, Kail dan Laga, Belajar Sambil Main,

Cuai, Cuai, Cuai, Pengalaman Puasa, Raya Yang Bermakna, Warna Warni,

Jaga & Hargai Mata, Upin, Ipin dan Ultraman Ribut, Upin Ipin Angkasa, Hasil

Tempatan, Perangi Rasuah, Terompah Opah, dan Pokok Seribu Guna.

Penerapan desain pesan pembelajaran dalam musim 8 (season8) belum ada yang

mengkaji. Padahal dalam season atau musim 8 ini, banyak membahas dan

memberi contoh anak-anak zaman sekarang, dengan kata lain mengangkat isu

(25)

liburan dan sebagainya. Tidak hanya dari perkembangan isinya saja yang

membuat peneliti ingin meneliti musim 8 (season8) ini, tetapi hal-hal lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Purwaka di atas merupakan bukti

bahwa serial animasi Upin dan Ipin mengandung prinsip desain pesan

pembelajaran. Kelima prinsip desain pesan di atas juga didukung oleh pendapat

Asri Budiningsih. Menurut Asri Budiningsih (2003:119) berdasarkan teori

belajar kognitif, teori pemrosesan dan teori komunikasi, ada lima prinsip utama

desain pesan pembelajaran, yaitu prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip

penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa, prinsip umpan balik

dan prinsip perulangan.

Penelitian ini mengkaji penerapan prinsip-prinsip desain pesan

pembelajaran yang dikemukakan oleh salah satu ahli di atas yaitu Asri

Budiningsih dalam serial animasi Upin dan Ipin season 8 (musim 8) terkait

dengan konten (isi) yang disajikan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bentuk

masing-masing prinsip desain pesan pembelajaran di dalamnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat peneliti identifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Kurangnya pemanfaatan animasi dalam pembelajaran untuk anak-anak.

2. Perusahaan pertelevisian merupakan sebuah bisnis, sehingga cenderung

menanyangkan film yang populer saja dan kurang memperhatikan dari segi

(26)

3. Masih rendahnya pengetahuan dan pemahaman anak terhadap film atau

animasi yang ditonton, jadi akan berbahaya jika anak menangkap persepsi

yang salah dari film atau animasi yang ditonton.

4. Masih belum ada yang mengkaji secara spesifik kelanjutan dari serial film

animasi Upin dan Ipin khususnya musim 8 (season8).

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, peneliti memfokuskan pada

analisis konten serial film animasi Upin dan Ipin season 8 (musim 8) ditinjau

dari penerapan prinsip desain pesan pembelajaran yang meliputi prinsip kesiapan

dan motivasi, prinsip penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi

aktif, prinsip umpan balik, dan prinsip perulangan.

D. Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang di atas, peneliti merumuskan satu pokok

masalah atau satu pokok bahasan yakni bagaimana bentuk penerapan prinsip

desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8

(season 8) terkait konten yang disajikan dari aspek prinsip desain pesan

pembelajaran? Kemudian dari pokok permasalahan ini diperinci dengan isi dari

prinsip desain pesan itu sendiri yakni:

1. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial

film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season8) terkait konten yang disajikan

(27)

2. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial

film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season8) terkait konten yang disajikan

dari aspek prinsip penggunaan alat pemusat perhatian?

3. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial

film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season8) terkait konten yang disajikan

dari aspek prinsip partisipasi aktif?

4. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial

film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season8) terkait konten yang disajikan

dari aspek prinsip umpan balik?

5. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial

film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season8) terkait konten yang disajikan

dari aspek prinsip perulangan?

E. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk prinsip desain pesan

pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season8) terkait

konten yang disajikan dari aspek prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip

penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi aktif, prinsip umpan balik,

dan prinsip perulangan.

F. Manfaat

(28)

a. Penelitian ini dapat menggambarkan kelebihan dan kekurangan serial

film animasi Upin dan Ipin ditinjau dari segi penerapan prinsip desain

pesan pembelajaran.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai

penerapan prinsip desan pesan pembelajaran dalam media film dan

animasi lainnya.

2. Bagi Teknologi Pendidikan

Bagi Program Studi Teknologi Pendidikan, penelitian ini diharapkan

dapat memperkaya khazanah ilmu tentang penerapan prinsip desain pesan

(29)

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Animasi

a. Pengertian Animasi

y

z

animation animate motion Animate

y “ yw”. Sedangkan Motion mempunyai

arti gerakan atau bergerak. Jadi yang dimaksud dengan animasi atau

animation adalah gerakan yang hidup dari sebuah gambar (Theresia Ari

Prabawati, 2008:95). Senada dengan pendapat tokoh di atas, ada beberapa

tokoh yang mengemukakan definisi dari kata animasi. Menurut

Norazamudin (2005), kata animasi berasal dari kata latin yang membawa

arti “dihidupkan” ataupun “bring to life” dan menuju kepada suatu

proses menjadikan sesuatu objek yang pada dasarnya adalah statik agar

terlihat hidup. Tidak hanya itu, kata animasi itu sendiri sebenarnya

penyesuaian dari kata “animation” yang berasal dari kata dasar “to

animate” dalam kamus umum Inggris-Indonesia berarti mengidupkan

(30)

Dari beberapa pendapat tokoh di atas dapat peneliti simpulkan

bahwa animasi atau animation merupakan suatu teknik untuk membuat

suatu objek mati seperti gambar, dan benda-benda mati lainnya agar

terlihat hidup selayaknya benda hidup lainnya. Arti “terlihat hidup” disini

bukan memberi nyawa kepada suatu gambar atau objek mati seperti yang

dilakukan oleh Sang Maha Pecipta (Allah SWT). Akan tetapi suatu objek

mati atau benda (gambar) tersebut diberikan dorongan kekuatan,

semangat dan emosi agar terkesan hidup. Dalam hal ini tentu didukung

dengan peralatan dan software yang sesuai. Bila dahulu hanya dengan

peralatan yang sederhana, animasi yang dibuatpun sederhana. Sekarang

dengan berkembangnya zaman, baik teknologi, peralatan, dan software

bisa memfasilitasi pembuatan animasi sampai ke tingkat sekarang ini,

bahkan kadang kita bingung apakah itu asli atau animasi semata. Animasi

didasari dari ilusi, dari gambar diam kemudian secara bertahap

digerakkan. Dalam 1 gerakan biasanya terdapat 24 gambar agar terlihat

halus dan tampak realistik atau nyata. Dahulu mungkin animasi hanya

berdiri sendiri tetapi dengan kreatif, imajinatif dan inovatif sifatnya,

animasi bisa bergabung dalam sebuah film.

Jenis-jenis animasi yang ada sekarang ini mempunyai 3 jenis, yaitu

animasi 2D, 3D, dan 4D. Animasi yang ada pada umumnya adalah

(31)

juga termasuk dalam kategori animasi, karena teknik pembuatannya sama

dengan teknik pembuatan animasi lain, yaitu pergerakan dari benda mati

(gambar). Stop Motion menggunakan teknik kamera, dengan kata lain

foto berderet dari suatu benda atau objek yang diam. Semakin banyak

pergerakan foto dalam suatu adegan, maka akan menghasilkan stop

motion yang halus. Contoh animasi 2 dimensi adalah Dragon Ball dan

One Piece. Animasi 3 dimensi yaitu Upin dan Ipin, Adit Sopo Jarwo,

Pada Zaman Dahulu, Berbiedan sejenisnya. Animasi Stop Motion yaitu

Shaun The Sheep. Pada saat ini mayoritas animasi yang dibuat adalah

jenis 3 dimensi. Untuk animasi 2 dimensi mayoritas dibuat atau

diproduksi oleh Jepang dengan karaktekmanganya.

rnp Animasi

Menurut Djalle (2006, h. 28 dalam Febriyanto Saputro dan Amir

Fatah Sofyan, 2012: 16), prinsip film animiasi merupakan aturan baku

dan standar yang harus diketahui oleh para animator atau pembuat film

animasi. Dalam pembuatan animasi memang harus dimiliki oleh seorang

animator, tetapi animator juga harus memilikifeelingyang kuat mengenai

timing, pergerakan, pengamatan dan tingkah laku. Animator harus

menjadi seorang aktor, punya perasaan, dan logika agar dapat membuat

animasi terkesan hidup (nyata), alami, dan menarik. 12 prinsip animasi

(32)

1) Pose to Pose

Pose to poseatau penentuan gambarkey(utama/kunci) animation dan

inbetween (transisi) adalah cara animator menentukan posisi gerak

karakter dari posisi awal gerak, posisi gerak selanjutnya hingga posisi

akhir gerak.

2) Timing

Suatu gambar dimungkinkan hidup dan bergerak karena serangkaian

gambar terdapat perubahan beruntun, dan apabila diputar pada mesin

proyektor dalam satuan waktu tertentu akan memperlihatkan suatu

gerak dari gambar tersebut. Satuan waktu tersebut disebut timing.

3) Streeth and Squash

Gerak sebuah obyek agar terlihat hidup dan luwes (alami) dalam film

animasi, khususnya film kartun, perlu sedikit sentuhan kelenturan

agar tak terlihat kaku atau seperti sebuah benda tak berbobot. Streeth

and Squash merupakan prinsip animasi yang memberikan sentuhan

kelenturan pada suatu benda tertentu sesuai dengan karakter

materialnya, sehingga memberikan kesan obyek tersebut memiliki

bobot dan muatan tertentu bila sedang melakukan gerak animasi.

4) Anticipation

Anticipation adalah suatu gerak ancang-ancang ketika hendak

(33)

5) Secondary Action

Secondary Action atau aksi kedua merupakan gerakan yang muncul

dikarenakan adanya akibat suatu gaya dari gerakan atau aksi pertama

sebuah obyek benda animasi, contoh panah yang melesat kemudian

tertancap pada sebatang kayu. Panah yang melesat setelah gerak atau

aksi pertama itu berhenti dengan tiba-tiba menancap pada sebatang

kayu, maka ekor anak panah itu akan bergetar beberapa saat dengan

keras.

6) Follow Through and Overlapping Action

Prinsip ini melibatkan dua benda yang bisa saja sama atau berbeda

namun saling berkaitan satu dengan yang lain, dan bisa saling

mempengaruhi dalam setiap gerakannya. Atau dengan kata lain

reaksi yang terjadi atau gerakan overlap sebuah karakter animasi

setelah melakukan animasi utama atau gerakan utama.

7) Easy In and Ease Out

Easy In and Easy Out merupakan suatu kaidah animasi yang

berprinsip pada dasar hukum ilmu fisika yang berlaku yang berkaitan

sekali dengan gerak animasi, agar tampak logis, wajar, berbobot, dan

berkesan hidup pada saat ditonton. Prinsip ini berhubungan dengan

akselerasi ketika objek mengalami percepatan dan perlambatan saat

(34)

8) Arch

Prinsip animasi Arch atau gerak melengkung, agar tidak tampak

menjadi kaku, gerak setiap karakter animasi selalu melengkung agar

tidak tampak menjadi kaku, seperti gerakan menari, memutar,

berayun, melompat, berbelok, atau gerakan memutar. Tiap benda

mempunyai gaya atau kekuatan, kecuali benda yang sifatnya mekanis

atau tidak alami.

9) Exaggeration

Exaggeration yaitu teknik yang mendramatisasi adegan agar tampak

lebih ekspresif dan komunikatif.

10) Staging

Staging yaitu mengatur posisi pemain agar panggung sebagai bidang

(frame) pandangan penonton terisi dengan komposisi yang baik,

proposional enak dilihat dan komunikatif, sehingga penonton tidak

terlalu lelah dalam menyimak jalan cerita dan merasa terlibat disana.

11) Appeal

Kesan karakter yang disampaikan ini yang disebut Appealatau posisi

yang paling baik atau paling berkesan baik dalam jarak pengambilan

(35)

12) Personality

Karakter tokoh film animasi akan lebih kuat, bermakna, hidup, dan

berkarakter apabila dipahami terlebih dahulu segala sesuatunya

tentang karakter tersebut, seperti fisik, latar belakang sosial, ekonomi

dan budaya atau historisnya, sehingga dapat dideskripsikan dengan

baik bentuk karakter apa yang akan dikembangkan.

c. Animasi dalam Pembelajaran

Animasi sebagai bentuk inovasi teknologi memberikan dampak

yang besar bagi seluruh tatanan industri. Khususnya industri hiburan dan

industri periklanan. Animasi dirasa mempunyai prospek yang bagus di

masa yang akan datang, karena animasi yang bersifat baru dan menarik

(attractive) bisa membius dan menarik minat publik serta sesuai dengan

zaman yang canggih saat ini. Dengan potensinya tersebut animasi mulai

dikembangkan dan dirancang untuk industri pendidikan. Dengan sifatnya

yang menarik (attractive) dan dapat menyita perhatian publik, bukan

tidak mungkin bisa mempengaruhi para generasi muda khususnya

anak-anak masa sekolah. Untuk itu animasi diposisikan sebagai salah satu pilar

perkembangan pendidikan selain dari perkembangan hiburan, iklan dan

film. Dalam pendidikan animasi mengambil andil khususnya dalam

pembelajaran. Dalam kajian Mayer dan Moreno (2002) berkaitan dengan

penggunaan animasi sebagai BBM pada pembelajaran multimedia,

(36)

animasi dalam proses pembelajaran multimedia berbanding dengan

teknik tradisional yaitu menyampaikan pesan secara verbal (lisan). Kajian

ini menegaskan penggunaan multimedia seperti animasi dalam proses

pembelajaran menjadikan proses itu lebih bermakna dan efektif. Selain

itu Paivio (2006) dalam kajiannya tentang teori dwi-kod dalam

pendidikan mendapati bahawa dalam teori ini, proses pemerolehan

bahasa melalui saluran verbal dan visual menjadikan pembelajaran

bahasa lebih efektif. Justru, penggunaan animasi yang merangsang

kesemua lima panca indera dan upaya interaktifnya mampu

menyumbangkan tahap pembelajaran yang terstruktur bagi pelajar.

Kajian Kayaoglu et al. (2011) mendapati, terdapat peningkatan yang

signifikan terhadap keputusan ujian post tes pelajar yang menggunakan

animasi dalam pembelajaran berbanding dengan mereka yang ujian pra

tes. Justru, kajian ini memberikan ide untuk mengintegrasikan aplikasi

multimedia seperti animasi dalam kelas-kelas pembelajaran bahasa

sebagai elemen alternatif terhadap suasana pembelajaran dalam kelas dan

memberi motivasi kepada para pelajar. Menurut Rosni (2009), BBM

yang berbentuk rakaman bergambar seperti animasi, film dan VCD

banyak membantu pelajar dalam meningkatkan kemahiran mendengar.

Kerena mereka akan dapat memahami apa yang didengar tersebut melalui

(37)

animasi adalah aplikasi yang paling kerap digunakan pelajar dalam

pengajaran penulisan karangan walaupun tahap kesadaran terhadap

penggunaannya masih rendah dalam kalangan guru yang mengajar

penulisan karangan. Kajian ini mendapati kesan positif penggunaan

animasi yang mampu mewujudkan suasana yang menyenangkan dan

dapat mempengaruhi emosi pelajar. Kajian-kajian para ahli di atas

merupakan bukti bahwa animasi bisa membuat suasana baru dan

menyenangkan hingga membuat mental dan motivasi para pelajar

menjadi lebih baik serta membuat pembelajaran menjadi efektif dan

meningkat dengan hasil yang maksimal. Di atas merupakan bukti bahwa

animasi telah mulai digunakan untuk tujuan pendidikan khusunya

pembelajaran di kelas. Animasi dianggap bisa meningkatkan suasana,

emosi dan motivasi para pelajar menjadi lebih baik, sehingga

pembelajaran yang terjadi di kelas menjadi lebih bermakna dan hasil

yang dicapai pun memuaskan.

2. Anatomi Film

Sebuah film biasanya terdiri dari delapan sekuen. Delapan sekuen ini

merupakan formula yang sering dipakai dalam pembuatan film (Fajar

Purwaka, 2015:18). Namun, tidak semua film harus memakai formula ini,

karena film merupakan olah kreativitas pembuatnya. 8 sekuen dalam film

(38)

Sekuen satu, adalah bagian terpenting dalam sebuah film. Penonton

pada umumnya memutuskan akan terus menonton film atau berhenti

menonton film tergantung pada sekuen ini. Sekuen ini merupakan adegan

awal dalam sebuah film. Pada film panjang, sekuen satu umumnya

berlangsung sekitar lima menit. Sedangkan dalam film pendek atau film

serial, sekuen satu hanya berlangsung selama beberapa detik. Ada beberapa

unsure dalam sekuen satu (Fajar Purwaka, 2015:18), yaitu membangun

suasana, memberikan gambaran cerita, dan memperkenalkan karakter.

Sekuen satu ini bisa disebut sebagai prolog atau awalan sebuah cerita dan

film.

Sekuen dua, dalam sekuen ini karakter utama mulai mengetahui tujuan

dan rintangan yang akan dihadapinya. Dengan kata lain pada sekuen ini,

berisikan misi atau impian karakter utama. Sekuen tiga, adalah rintangan

pertama yang dihadapai oleh karakter utama. Ketika sudah memasuki

rintangan pertama ini, karakter utama sudah tidak memiliki pilihan untuk

menghindar dari tujuannya yang harus dicapai. Biasanya dalam sekuen ini,

masalah yang dihadapi belum terlalu berat. Tidak hanya itu karakter utama

biasanya mendapatkan teman atau bantuan untuk menyelesaikan masalahnya.

Sekuen empat, menceritakan karakter utama memperoleh penyelesaian

terhadap rintangan pertamanya. Sekuen lima, menceritakan karakter masuk

(39)

Sekuen tujuh, biasanya berisi twist dan ketegangan baru. Sekuen delapan,

adalah penutup dan penyelesaian masalah. Sekuen delapan dapat berupa

happy ending,sad ending, maupun cerita yang menggantung (Fajar Purwaka,

2015:19).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekuen merupakan sebuah

alur dalam sebuah cerita atau film. Sekuen atau alur di atas merupakan alur

maju, dimana pada sekuen satu hingga sekuen delapan menceritakan

kerututan seorang tokoh utama yang mengejar impian atau tujuanya hingga

menghadapi permasalahan sampai dengan menyelesaikan permasalahannya.

Sebenarnya ada 3 jenis alur, yakni alur maju, alur mundur, dan alur

campuran. Alur mundur adalah kebalikan dari alur maju, biasanya konflik

atau permasalahan utama terdapat di awal cerita. Sedangkan alur campuran

adalah gabungan dari alur maju dan alur mundur.

3. Serial Film Animasi Upin dan Ipin

a. Profil Serial Film Animasi Upin dan Ipin

Serial film animasi Upin dan Ipin merupakan animasi yang tayang

pertama kali dan sekaligus memperoleh penghargaan “Animasi Terbaik

dalam Festival Film International Kuala Lumpur. Serial film animasi

Upin dan Ipin pertama kali disiarkan pada September 2007 bertepatan

dengan bulan Ramadhan di stasiun televisi TV9 dan TVRI. Serial film

animasi ini sangat berpengaruh di kawasan Malaysia dan Indonsia. Pada

(40)

pencapaian serial animasi ini sangat fenomenal, yaitu mencapai 1.5 juta

penonton, menduduki peringkat kedua setelah Doraemon (1.6 juta

penonton) dan di atas SpongeBob SquarePants (800 ribu penonton)

(https://id.wikipedia.org/wiki/Upin_%26_Ipin). Dengan latar cerita yang

sederhana, kocak, berpendidikan serta bermakna animasi ini menarik

banyak perhatian, khusunya bagi anak-anak.

Pengambilan cerita serial film animasi Upin dan Ipin didasarkan

pada keadaan nyata suatu desa, dengan keadaannya yang rukun, gotong

royong dan rasa toleransi yang tinggi menjadikan serial animasi ini

sangat diminati baik oleh masyarakat Malaysia maupun masyarakat

Indonesia. Karena budaya antara Malaysia dan Indonesia tidak jauh

berbeda sehingga serial film animasi Upin dan Ipin bisa diterima dan

ditayangkan. Pada tahun 2008 serial film animasi beralih tayang yang

semula dari TVRI kemudian beralih ke TPI (sekarang menjadi MNC TV)

hingga sekarang. Selama perjalanan tayangannya, serial film animasi ini

mendapatkan prestasi dan penghargaan yang luar biasa antara lain

Penghargaan Shout!2009 sebagai Best On-Screen Chemistry, World

Brand Congress 2010 sebagaiBrand Leadership Award, NEF-Awani ICT

Awards 2010 sebagaiNEF-Awani Tun Dr Mahathir Award, Penghargaan

The BrandLaureate 2010 sebagai Best Brands in Animation, Malaysia

(41)

Paling Populer, dan sebagai Duta Besar Nasional UNICEF Malaysia

2013.

Sejak kemunculannya hingga sekarang, serial film animasi Upin

dan Ipin telah mencapai 9 musim dengan 117 episode. Dalam

pertelevisian Indonesia, rating serial film animasi ini masuk dalam

kategori 15 besar, bersaing dengan acara-acara yang lain, seperti sinetron,

talkshow, musik, dan lainnya. Jika dilihat dari segi acara animasi atau

kartun, serial film animasi Upin dan Ipin menduduki peringkat 3 besar,

bersaing ketat dengan animasi Indonesia,Adit Sopo Jarwo danKeluarga

Bang Somat.

Sinopsis Serial Film Animasi Upin dan Ipin

Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 berisikan 14 episode,

yaitu:Upin & Ipin Kesayanganku, Kail dan Laga, Belajar Sambil Main,

Cuai, Cuai, Cuai, Pengalaman Puasa, Raya Yang Bermakna, Warna

Warni, Jaga & Hargai Mata, Upin, Ipin dan Ultraman Ribut, Upin Ipin

Angkasa, Hasil Tempatan, Perangi Rasuah, Terompah Opah, dan Pokok

Seribu Guna.

Episode pertama (Upin & Ipin Kesayanganku) menceritakan

tentang kamar rahasia yang berada pada rumah Upin dan Ipin. Awal mula

episode ini ketika Upin dan Ipin diberikan tugas oleh Kak Ros untuk

(42)

yang terkunci dan membuat Upin dan Ipin penasaran. Ketika kakak

beradik ini berhasil membuka pintu, mereka menemukan sebuah pintu

rahasia yang didalamnya berisi cerita tentang keluarga besar Upin dan

Ipin yang diceritakan oleh ayah ibunya. Setelah mengetahui cerita

tersebut, mereka mencoba menggoda Kak Ros dan Opah dengan

pancingan-pancingan yang mengarah pada cerita yang diceritakan dalam

kamar rahasia. Ketegangan memuncak ketika Kak Ros bertanya langsung

kepada Upin dan Ipin beserta Opah yang sembunyi-sembunyi

mendengarkan. Misteri terungkap ketika Kak Ros tahu kebenaran cerita

yang ditulis oleh ayah ibunya, bahwa Kak Ros pun sangat disayangi tidak

hanya Upin dan Ipin saja. Kemudian Opah menjelaskan keberadaan

kamar rahasia tersebut beserta dengan sejarah yang mengikutinya.

Episode kedua (Kail dan Laga) menceritakan tentang ikan laga

(cupang) yang memiliki warna dan bentuk yang indah. Awal mula cerita

ketika Upin dan Ipin tertarik dengan ikan yang dibawa Ehsan, yang

kemudian diketahui bahwa ikan tersebut adalah ikan laga. Berbagai cara

dan masalah mulai muncul ketika Upin dan Ipin mencoba untuk mencari

ikan tersebut, mulai dari merayu Kak Ros untuk bisa ikut ke pasar hingga

bertanya kepada Atok. Kemudian puncak cerita ketika Upin dan Ipin

mengajak Atok memancing sekaligus mencari ikan laga. Setelah ikan

(43)

Mengadu ikan laga yang didapat, namun setelah diketahui bahwa akan

membunuh ikan laga tersebut, maka adu ikan dihentikan.

Episode ketiga (Belajar Sambil Main) menceritakan tentang

kecanggihan teknologi yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran.

Diceritakan untuk memperkenalkan kecanggihan teknologi pihak

sekolah Tadika Mesra menggunakan tablet untuk menggantikan

pembelajaran lama (ceramah) kepada pembelajaran yang baru. Dengan

adanya tablet ini memberikan motivasi kepada Upin dan Ipin beserta

kawan-kawan untuk lebih giat belajar sekaligus menghadirkan

pembelajaran yang menyenangkan, karena anak-anak bisa bermain

sekaligus belajar. Namun ada masalah muncul, karena anak-anak masih

belum begitu mengerti tentang kecanggihan teknologi, sehingga

menimbulkan efek kecanduan. Dalam episode ini juga dijelaskan tentang

dampak dan juga manfaat penggunaan tablet.

Episode keempat (Cuai, Cuai, Cuai) menceritakan tentang akibat

kecerobahan yang dilakukan oleh Upin dan Ipin. Pada episode ini

diceritakan tentang tindakan ceroboh Upin dan Ipin yang mengakibatkan

kerugian dalam kehidupan mereka. Bermula ketika kecerobohan mereka

menyebabkan Kak Ros cidera, kemudian berlanjut pada kecerobahan

mereka yang mengabaikan tugas yang diberikan oleh Kak Ros untuk

(44)

hilangnya buku yang harus dikembalikan pada perpustakaan keliling,

akibat dari kecerobohan Upin dan Ipin.

Episode kelima (Pengalaman Puasa) menceritakan tentang

pengalaman puasa Upin, Ipin, dan kawan-kawan. Pada episode ini

diceritakan tentang pengalaman yang menarik seputar puasa, mulai dari

berbagai jajanan pasar yang disediakan saat akan berbuka, hokum-hukum

puasa seperti wajib, sunnah, makruh. Kemudian cara agar puasa terjaga

dan mendapatkan pahalah atau amalan yang baik dikerjakan saat bulan

puasa. Dan bagaimana cara mengatasi cara lapar dan haus saat bulan

puasa.

Episode keenam (Raya Yang Bermakna) menceritakan tentang

istimewa dan bermaknanya hari raya idul fitri. Upin, Ipin belajar tentang

berbagai hal mengenai hari raya idul fitri. Mulai dari makna atau arti

ketupat yang dibuat sendiri serta menjalin silahturahmi dengan teman dan

orang lain dengan membagikan kartu ucapan selamat hari raya idul fitri.

Episode ketujuh (Warna Warni) menceritakan tentang

warna-warna yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, dengan kata lain belajar

mengenai warna. Awal mula ketika Upin dan Ipin melihat Kak Ros

sedang mengerjakan tugas sekolah yang berhubungan dengan warna.

Tidak hanya melihat, Upin dan Ipin kemudian juga belajar tentang warna,

(45)

Ipin berkaitan dengan warna. Mulai saat bermain ketika teman-teman

menunjukkan warna-warna pelangi yang bisa dibuat atau bisa dilihat dari

berbagai benda. Kemudian berlanjut pada saat sekolah, Upin dan Ipin

membahas arti masing-masing warna yang di imajinasikan secara

menarik.

Episode kedelapan (Jaga & Hargai Mata) menceritakan tentang

bagaimana cara menjaga dan menghargai mata. Dalam episode ini

mengangkat tema untuk memperingati Hari Penglihatan Sedunia. Dalam

episode ini Upin dan Ipin belajar bagaimana cara menjaga mata,

menghargai mata, dan belajar tentang gejala-gejala penyakit mata, seperti

rabun dan juling. Bermula saat Kak Ros mengikuti lomba teka-teki silang

memperingati Hari Penglihatan Sedunia. Sehingga membuat Upin dan

Ipin tertarik mengikuti lomba tersebut yang berujung pada belajarnya

kakak beradik ini tentang mata.

Episode kesembilan (Upin, Ipin dan Ultraman Ribut)

menceritakan tentang lingkungan hidup yang tercemar, mulai dari

pembakaran sampah hingga pembakaran hutan, yang kemudian

mendatangkan Monster Kilat dan Monster Halilintar yang ingin merusak

dan menghancurkan bumi. Disini Upin, Ipin, dan kawan-kawan bertindak

sebagai ahli pertahanan bencana yang bertugas melindungi bumi, dibantu

(46)

berhasil mengalahkan monster-monster yang menyerang. Dari kejadian

ini, Upin dan Ipin sadar arti dari menjaga lingkungan.

Episode kesepuluh (Upin Ipin Angkasa) menceritakan tentang

imajinasi dan cita-cita Upin dan Ipin, yakni menjadi angkasawan atau

astronot. Dalam episode ini diceritakan bagaimana Upin dan Ipin

berimajinasi menjadi astronot dan menjelaskan berbagai hal tentang tata

surya, mulai dari planet, rotasi, revolusi, dan sebagainya. Bermula ketika

Kak Ros sedang mengerjakan proyek sains kemudian berlanjut ketika

disekolah diberikan tugas untuk menceritakan cita-citanya, yang berujung

pada penjelasan dan cerita Upin dan Ipin tentang sistem tata surya.

Episode kesebelas (Hasil Tempatan) menceritakan tentang

keberagaman buah-buahan yang bermanfaat dalam menyehatkan tubuh,

khususnya buah-buah lokal yang mudah didapat, aman, dan berkhasiat.

Dalam episode ini diceritakan bagaimana Upin, Ipin , dan kawan-kawan

belajar tentang khasiat buah-buahan seperti vitamin dan kegunaannya

bagi tubuh.

Episode keduabelas (Perangi Rasuah) menceritakan tentang apa

itu KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), bagaimana bahaya dari KKN,

jenis-jenis KKN, dan cara mencegah KKN. Dalam episode ini Upin, Ipin,

dan kawan-kawan belajar tentang KKN tersebut, dan mendapatkan

(47)

Episode ketigabelas (Terompah Opah) menceritakan tentang

kenangan Opah mengenai terompahnya dulu, terompah (bakiyah) yang

sangat disayangi. Awal cerita ketika Upin dan Ipin diberikan hadiah oleh

Mei-mei berupa aksesoris (miniatur) terompah yang berujung pada cerita

Opah mengenai terompah yang disayanginya dulu. Kemudian setelah itu

Upin dan Ipin berusaha untuk membuat terompah yang bagus dan cantik.

Kemudian dari bantuan Atok terompah yang cantik berhasil dibuat dan

membuat Opah bahagia.

Episode keempatbelas (Pokok Seribu Guna) menceritakan tentang

mengisi waktu liburan yang bermanfaat dan berkualitas. Diceritakan

Upin dan Ipin bingung mengisi waktu liburan dan mengajak Atok untuk

pergi berlibur. Kemudian Atok mengajak Upin dan Ipin untuk liburan

sekaligus belajar. Dalam episode ini Upin dan Ipin belajar tentang

manfaat dan kegunaan pohon kelapa yang disebut juga sebagai pohon

seribu guna. Upin dan Ipin banyak mengetahui benda-benda yang bisa

dihasilkan dari pohon seribu guna ini bersamaan dengan keuntungannya.

c. Karakter dalam Serial Film Animasi Upin dan Ipin

Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 memiliki beberapa

karakter atau penokohan didalam ceritanya. Karakter tersebut meliputi:

1) Upin dan Ipin

(48)

mereka dalam sebuah rumah di Kampong Durian Runtuh. Mereka sudah menjadi anak yatim piatu karena ibu dan ayahnya meninggal saat mereka masih bayi. Upin lahir 5 menit lebih awal dari Ipin, dan oleh karena itu memandang serius peranannya sebagai kakaknya Ipin. Upin lebih pandai dalam bidang komputer dan menjadi ilmuwan cilik di rumahnya. Ipin lebih imut dan lucu daripada Upin dan gemar makan ayam goreng. Ipin juga cenderung sering mengulang satu kata menjadi tiga kali dalam satu kalimat, khususnya "betul betul betul". Upin dan Ipin selalu bersikap manja pada nenek, dan suka menggoda Kak Ros. Upin dan Ipin bersekolah di TK Kasih Sayang (Tadika Mesra). Untuk membedakan saudara kembar yang berkepala botak ini, Upin memiliki sehelai rambut di kepalanya dan selalu memakai baju kuning yang tertulis huruf U. Sementara Ipin tidak memiliki rambut, memakai baju biru yang tertulis huruf I, dan selalu pakai kain merah di lehernya. Upin & Ipin lahir pada tanggal 24 Mei 2002.

2) Kak Ros

Kak Ros (Ida Shaheera) adalah kakak sulung Upin dan Ipin, dan cucu pertama dari nenek. Kak Ros memiliki nama lengkap Jeanne Roselia Fadhullah. Walaupun terlihat galak, ia terlihat cantik. Sebenarnya dia adalah seorang kakak yang penyayang. dia selalu mempermainkan adik-adiknya. Kak Ros selalu mengajari adiknya agar menjadi seorang adik yang baik, berbudi mulia dan harus berhemat. Kak Ros Lahir Tanggal 27 Maret 1995.

3) Opah

Mak Uda (Hajjah Ainon Ariff), adalah nenek Upin, Ipin, dan Kak Ros, nama aslinya yaitu Siti dan biasa dipanggil "Opah". beliau adalah orang yang baik hati kepada warga Kampung Durian Runtuh. beliau juga bijaksana mengenai hal duniawi dan keagamaan.

4) Abang Ghani

(49)

5) Abdul Salam

Abdul Salam adalah Ayah dari Kak Ros, Upin, & Ipin, ia telah meninggal sewaktu Upin dan Ipin masih bayi, namanya diketahui di episode Upin & Ipin Kesayanganku, ia adalah tentara yang telah gugur. Kostum, lencana, topi, dan sepatunya masih disimpan rapi oleh Opah di kamarnya.

6) Cikgu Melati

Cikgu Melati adalah pengganti posisi Cikgu Jasmin di Tadika Mesra. Setelah Cikgu Jasmin meninggalkan Tadika Mesra untuk melanjutkan studinya di Kuala Lumpur.

7) Jarjit Singh

Jarjit (Mohd Shafiq Mohd Isa) adalah seorang anak-anak laki-laki berketurunan India Punjabi. Meskipun sebaya usianya dengan teman-teman sekelasnya yang lain tetapi suaranya besar seolah-olah sudah dewasa. Sosok Jarjit juga dikenali karena kepandaian berjenaka dan berpantun.

8) Mohammad Al Hafezzy (Fizi)

Fizi (Ida Rahayu Yusoff) adalah kawan Upin Ipin. Dia akrab dengan Ehsan. Fizi selalu mengejek Ehsan sebagai “Intan Payung” yang berarti Anak Manja. Fizi sebenarnya anak yang baik hati, terutama kepada teman-temannya. Cita-citanya adalah tukang angkat sampah karena ia senang melihat tempat yang bersih dan sehat.

9) Ehsan bin Azaruddin

Ehsan (Fareez Daniel) adalah ketua Kelas Aman di Tadika Mesra. Ayah dan Fizi selalu memanggilnya "Intan Payung". Ehsan selalu memakai pita merah di lehernya sebagai bukti ketua kelas. Dia memiliki perut yang gemuk, dan suka makan. Ehsan selalu berdandan paling mewah antara kawan kawannya. Dia juga suka memakai kacamata karna menderita rabun jauh. Jika dia kalah bermain, dia menjadi agak marah. Cita-citanya adalah menjadi juru masak handal. Eshan suka makan gula - gula. Eshan sikat gigi 5 kali sehari.

10) Mei Mei

(50)

keturunan Tionghoa, dan beragama Konghucu. Walau begitu, Mei Mei tetap menasihati kawannya bila melakukan sesuatu yang salah. Dia bertutur kata yang sopan. Dia juga sahabat Devi dan Susanti. Mei Mei adalah seorang anak terpintar di kelas. Dia memakai kacamata besar ada masalah mata karena membaca buku terlalu dekat sampai larut malam. Mei Mei memiliki paras wajah yang imut. Jika di TK, dia sebangku dengan Mail. Mei Mei lahir pada bulan Mei dan bercita-cita menjadi guru.

11) Ismail bin Mail

Mail (Mohd. Hasrul) merupakan seorang anak yang paling rajin di kalangan kawan-kawan Upin dan Ipin, bukan saja di sekolah, bahkan juga gigih mencari rezeki dengan membantu ibunya menjual ayam goreng, es krim, dan jagung bakar. Mail dan Mei Mei sedikit bermusuhan. Kata emas dia adalah "dua singgit" atau berarti dua seringgitdansatu dua ringgit. Mail selalu memikirkan tentang uang.

12) Susanti

Susanti (Sarah Nadhirah Azman) merupakan anak perempuan yang berasal dari sebuah keluarga yang berasal dari Jakarta, Indonesia. Baru tinggal di Malaysia ini, dan belum terbiasa dengan obrolan anak-anak lainnya. Susanti ini suka bermain bulutangkis dan sangat mengidolakan pebulutangkis legendaris asal Indonesia, Susi Susanti.

13) Dzul dan Ijat

Dzul (Mohd Amirul Zarizan) & Ijat (Muhammad Izzat Ngathiman) merupakan dua orang teman sekelas Upin dan Ipin yang sering dilihat berdampingan. Ijat tidak pandai berbicara sehingga memerlukan bantuan Dzul untuk "menerjemahkan" kata-katanya. Dzul dan Ijat adalah teman terbaik di Tadika Mesra. Walaupun Dzul dan Ijat jarang keluar mereka tetap teman baik dengan Upin dan Ipin.

14) Devi

(51)

15) Cikgu Besar

Cikgu Besar adalah kepala sekolah di Tadika Mesra. Ia memiliki tubuh yang besar dan mengenakan kerudung. Ia juga sedikit galak, tetapi hatinya sangat baik pada murid-muridnya.

16) Tok Dalang

Senin bin Khamis, atau lebih dikenali sebagai Tok Dalang Ranggi (Abu Shafian Abdul Hamid) merupakan ketua penghulu Kampung Durian Runtuh dan dalang wayang kulit yang berkali-kali menjuarai pertandingan wayang kulit (seperti yang dilihat pada koleksi piala di rumahnya). Seperti Opah, Tok Dalang banyak diminta pertolongannya oleh Upin, Ipin dan kawan-kawan, di samping memberi nasihat kepada mereka. Kakek Dalang mempunyai beberapa batang pokok rambutan untuk dijual buahnya, dan seekor ayam jantan peliharaan bernama Rembo.

17) Uncle Muthu

Muthu (Mohd Shafiq Mohd Isa), disapa sebagai Uncle Muthu oleh para pemuda di kampung, merupakan satu-satunya penjual makanan di Kampung Durian Runtuh dan ayah dari Rajoo. Antara makanan dan minuman yang dihidangkan di warungnya ialah Roti ikan, Roti telur, Nasi lemak, Nasi goreng, Nasi goreng pattaya, Ayam goreng, Mie goreng, Telur mata sapi, Teh tarik, Es ABCD dan sebagainya. Dalam arti kata lain, tidak ada bedanya gerai Muthu dengan restoran yang dijumpai di kota. Uncle Muthu biasa mengenakan singlet dan sarung.

18) Abang Salleh

Salleh adalah tetangga dekat Upin dan Ipin. dia dikenal galak. Dia memang cerdas dalam berdagang secara online. Sally/Salleh dikenal sebagai pemuda galak dan sirik. dia selalu berkata “Amboi”. Dia juga menjadi pelayan perpustakaan gerak. Salleh sesekali berperan jadi orang lebai dan suka memotivasi.

19) Uncle Ah Tong

Ah Tong (Mohd Shafiq Mohd Isa). Seorang pedagang yang berpakaian serba merah dan selalu berbicara dengan dialek Cina yang kuat. Dia juga bekerja sebagai pengepul keliling.

20) Ultraman Ribut

(52)

21) Herasawa-san

Pemuda yang mucul di episode Upin Ipin dan Ultraman Ribut. Dia juga yang menjadi Ultraman Ribut.

22) Raksasa Halilintar

Sebuah monster yang muncul di episode Upin Ipin dan Ultraman Ribut.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_karakter_Upin_%26_Ipin)

4. Desain Pesan Pembelajaran

a. Pengertian Desain Pesan Pembelajaran

Kata desain menunjukkan adanya suatu proses dan hasil. Sebagai

suatu proses, desain pesan sengaja dilakukan mulai dari analisis masalah

pembelajaran hingga pemecahan, yang dirumuskan dalam bentuk produk.

Produk yang dihasilkan dapat dalam bentuk prototipe, naskah atau

storyboarddan sebagainya (Asri Budiningsih, 2003:7). Seels dan Richey

(1994:32) mempunyai pendapat yang sama bahwa desain adalah proses

untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain itu sendiri ialah untuk

menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro seperti program dan

kurikulum, dan pada tingkat mikro seperti pelajaran dan modul.

Sedangkan pesan adalah isi didikan atau isi ajaran yang tertuang

dalam kurikulum yang dituangkan ke dalam simbol-simbol tertentu

(encoding) (Sukiman, 2012:29). Dengan kata lain pesan merupakan

sekumpulan data yang disebarkan dengan panca indera dengan

(53)

Menurut Grabowski dalam Seels (1994:33) desain pesan meliputi

“perencanaan untuk memperkaya bentuk fisik dari pesan”. Pesan sendiri

adalah pola-pola isyarat atau simbol yang memodifikasi perilaku kognitif,

afektif, dan psikomotor.

Jadi dalam hal ini desain pesan pembelajaran adalah perencanaan

untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan atau informasi pembelajaran

yang kajiannya mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi dan daya

serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi

komunikasi antara pengirim dan penerima atau antara pendidik dan

peserta didik (Asri Budiningsih, 2003:15).

! "#$ %n& "#$n& "m "l$' $ ($ )*$ +$m,"*%$&"m"l$'$ ($n

Heinich dan kawan-kawan dalam Sutirman (2013:15) mengartikan

bahwa media sebagai perantara yang mengantar informasi dari sumber

kepada penerima. Dengan demikian televisi, film, foto, radio, rekaman

audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya

adalah tergolong media. Apabila media tersebut membawa pesan-pesan

atau informasi yang mengandung maksud dan tujuan pengajaran maka

media itu disebut media pembelajaran.

Sependapat dengan pendapat di atas, Wang Qiyun dan Cheung

Wing Sum Sutirman (2013:15), menyatakan dalam konteks pendidikan,

media biasa disebut sebagai fasilitas pembelajaran yang membawa pesan

(54)

komunikasi baik tercetak maupun audio visual dan peralatannya,

sehingga media dapat dimanipulasi, dilihat, dibaca dan didengar.

Berpendapat sama, Sukiman (2012:29) menyimpulkan bahwa

media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang

pikiran, perasaaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik

sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran secara efektif.

Media merupakan komponen sumber belajar atau wahana fisik

yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat

merangsang siswa untuk belajar. Untuk itu media pembelajaran perlu

mendapatkan penanganan yang serius, terutama dari para Teknolog

Pendidikan atau Teknolog Pembelajaran yang memiliki kompetensi

dalam merancang dan mengembangkansoftware dengan cara mendesain

pesan-pesan pembelajaran yang akan diajarkan melalui teknologi

hardware. Perencanaan dan pengembangan software pesan-pesan

pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta belajar, media yang

digunakan serta bentuk belajar yang diharapkan, akan mengoptimalkan

proses dan hasil belajar.

Dalam kegiatan mendesain pesan pembelajaran pada media

Referensi

Dokumen terkait

Though you don’t need to be an expert assembly language programmer in order to write efficient code, if you’re going to study compiler output (as you will do in this book),

Tidak tersembunyi dari pikiran kita bahwa kaum muslimin di negeri haramain, memiliki tanggung jawab besar untuk tersebarnya Islam. Karena tanah haram, Mekah ini, adalah kiblatnya

TERHADAP SIKAP KONSUMEN AKAN PRODUK GREEN COSMETIC DAN NIAT UNTUK MELAKUKAN PEMBELIAN (Studi pada konsumen produk Lotion Eksotik Tanjung Martha Tilaar

Berkat daya ekspresifnya, manusia mampu menegosiasikan makna dengan orang lain yang juga ekspresif dalam suatu situasi, jadi tindakan manusia tidak dipandang sebagai akibat

4.3 Analisis Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kesiapan Menghadapi Dunia Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Administrasi Bisnis (D3)

Dalam usia yang a mat muda Mundinglaya harus hid up terpisah dari ayah dan ibunya , karena diangkat anak oleh kakak tirinya, Guru Gantangan, yang menjadi Raja Pajajaran

pencegahan kecelakaan kerja dalam proyek pembangunan Learning Center Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Untuk mengetahui penerapan Inspeksi

hati. Orang tua akan sangat bahagia jika anak-anaknya mendengarkan nasihat-nasihatnya untuk kemudian dilaksanakan dalam kehidupan sehari- hari. Semua orang tua menghendaki