Percepatan Getaran Tanah Maksimum Kota Denpasar, Bali
Berdasarkan Data Mikrotremor
URIPNURWIJAYANTOP1), MARJIONO2,*), SISMANTO2), JANUARARIFIN3) 1))Prodi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Yogyakarta,
1)E-mail: urip.nurwijayanto@gmail.com 2)Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Bandung 3)Jurusan Fisika, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
E-mail: sismanto@ugm.ac.id
2)Pusat Gempabumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.
E-mail: jarcorp@yahoo.com
*)PENULISKORESPONDEN
TEL: 0274375637; FAX: 0274375637
ABSTRAK: Kota Denpasar merupakan daerah yang rawan bencana gempabumi karena berdekatan dengan kawasan subduksi lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia dan zona penyesaran di utara Pulau Bali (Bali back arc thrusting). Penelitian ini dilakukan untuk memetakan percepatan getaran tanah maksimum dan intensitas gempabumi di Kota Denpasar. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data gempabumi dari tahun 1900-2014 dan data mikrotremor Kota Denpasar sebanyak 176 titik hasil pengukuran Pusat Survey Geologi pada tahun 2014. Data mikrotremor yang diolah menggunakan metode Horizontal to vertical spectral
ratio (HVSR) menghasilkan nilai frekuensi dominan tanah Kota Denpasar bernilai sekitar
1.04-14.90 Hz. Percepatan getaran tanah maksimum Kota Denpasar dihitung menggunakan metode Kanai dan menghasilkan nilai yang berkisar antara 115-436 gal.
Kata Kunci: Kota Denpasar, PGA, Mikrotremor, Kanai.
PENDAHULUAN
Pulau Bali merupakan bagian dari kepulauan Sunda kecil yang terbentuk dari proses subduksi lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Proses subduksi menyebabkan pulau Bali memiliki zona gempabumi di selatan Pulau Bali yang disebut Zona Benioff-Wadati dan di sebelah utara Pulau Bali akibat adanya penyesaran busur belakang kepulauan (Baliback arc thrusting) (Daryono, 2011).
Kota Denpasar terletak di Pulau Bali bagian selatan dan merupakan daerah yang rawan mengalami gempabumi (Supartoyo, 2009 dalam Prabowo, 2015). Sebagai ibu kota provinsi Bali serta pusat pariwisata dengan pertumbuhan dan pembangunan yang sangat pesat, maka perlu adanya peta yang dapat menggambarkan tingkat kerawanan gempabumi sebagai langkah mitigasi dan keperluan tata ruang. Peta yang dapat menggambarkan tingkat kerawanan gempabumi adalah peta percepatan getaran tanah maksimum (Peak Ground Acceleration/PGA) dan peta intensitas gempabumi (Broptopuspitoet al, 2006)
METODE PENELITIAN
dengan
α
adalah nilai percepatan getaran tanah maksimum (gal), T adalah periode dominan tanah (s),Madalah magnitudo gempabumi (Skala Richter), danRadalah jarak hiposenter (km).Data gempabumi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data gempabumi tahun 1900-2014 dengan magnitudo lebih dari 4 SR yang terjadi di sekitar Pulau Bali pada koordinat 1140-1160BT dan 70-100LS (Gambar 1). Data gempabumi diperoleh dari
katalog gempa milikInternational Seismological Center(ISC)
Nilai periode dominan tanah ditentukan berdasarkan data mikrotremor pada penelitian Prabowo et al (2016) sebanyak 176 titik hasil pengukuran Pusat Survey Geologi (Gambar 2). Data mikrotremor yang diolah menggunakan metode Horizontal to vertical spectral ratio (HVSR) (Nakamura, 1989; Marjiono et al, 2014; Prabowo et al, 2016).
Efek gempabumi di suatu daerah dapat digambarkan berdasarkan nilai intensitas gempabumi yang merupakan ukuran kerusakan akibat gempabumi dilihat dari hasil pengamatan efek gempabumi terhadap manusia, struktur bangunan dan lingkungan (Sukanta, 2010). Pada penelitian ini nilai intesitas gempabumi kota Denpasar ditentukan berdasarkan nilai percepatan getaran tanah maksimum (Wald et al, 1999) yang dirumuskan
66
,
1
log
66
,
3
α
MM
I
(2)dengan
I
MM adalah intensitas gempabumi dalam skala MMI danα
adalah nilaipercepatan getaran tanah pada titik pengamatan (gal).
Hasil perhitungan nilai periode dominan, PGA dan intensitas gempabumi di tiap titik pengamatan selanjutnya di interpolasi untuk memperoleh peta kerawanan gempabumi Kota Denpasar dan melakukan klasifikasi tingkat resiko gempabumi berdasarkan Tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 2. Peta Titik Pengukuran Mikrotremor (Prabowoet al, 2016)
Tabel 1. Tingkat resiko gempabumi (Fauzi et al, 2005 dalam Lungaet al, 2015)
No Tingkat Resiko Nilai Percepatan
(gal)
Intensitas (MMI)
1 Resiko sangat kecil <25 <VI 2 Resiko kecil 25-50 VI-VII 3 Resiko sedang Satu 50-75 VII-VIII 4 Resiko sedang dua 75-100 VII-VIII 5 Resiko sedang tiga 100-125 VII-VIII 6 Resiko besar Satu 125-150 VIII-IX 7 Resiko besar dua 150-200 VIII-IX 8 Resiko besar tiga 200-300 VIII-IX 9 Resiko sangat besar
satu 300-600 IX-X
10 Resiko sangat besar
dua >600 >X
Gambar 4. Peta PGA Gempabumi 1900-2014
Gambar 5. Peta Intensitas Gempabumi 1900-2014
Pada gambar 4 terlihat nilai PGA yang tinggi di Kota Denpasar bagian barat laut. Nilai PGA yang tinggi dipengaruhi oleh nilai frekuensi dominan yang rendah dan sumber gempa dengan jarak episenter yang dekat dan magnitudo lebih dari 6 SR di barat laut Kota Denpasar.
Peta sebaran nilai intensitas yang diakibatkan oleh semua gempabumi tahun 1900-2014 dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan nilai PGA, intensitas gempabumi dan klasifikasi tingkat resiko gempabumi (Tabel 1), maka Kota Denpasar termasuk dalam daerah resiko sedang tiga sampai resiko sangat besar satu.
KESIMPULAN
Daerah Kota Denpasar bagian barat laut merupakan daerah yang berpotensi mengalami percepatan getaran tanah terbesar jika terjadi gempabumi. Hal ini dikarenakan sumber gempabumi dengan magnitudo besar yang berasal dari sebelah barat laut Kota Denpasar dan nilai frekuensi dominan tanah yang tinggi.
DAFTAR RUJUKAN
Broptopuspito, K., Prasetya, T., Widigdo, F., 2006. Percepatan Getaran Tanah Maksimum Daerah Istimewa Yogyakarta 1943-2006. Jurnal Geofisika,Vol 1, pp. 19-22.
Daryono, 2011. Identifikasi Sesar Naik Belakang Busur (Back arc Thrust) Daerah Bali Berdasarkan Seismisitas dan Solusi Bidang Sesar, Artikel Kebumian, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, diakses melalui www.bmg.go.id, 5 Januari 2011.
Lunga, S., Minarto, E., Mantiri, S.Y.Y., 2015. Pemetaan Tingkat Resiko Gempabumi di Sekitar Wilayah Kota Jayapura Berdasarkan Pengukuran Mikrotremor. J.Fisika dan Aplikasinya vol 16, 1, pp 55-58.
Marjiono., Ratdomopurbo., Suharna., Zajuli, M.H.H., Setianegara, R., 2014. Geologi Bawah Permukaan Dataran Klaten Berdasarkan Interpretasi Data Mikrotremor. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral,vol 1, 15, pp. 3-9.
Nakamura, Y., 1989. A Method for Dynamic Characteristic Estimation of Subsurface using Microtremor on the Ground Surface., QR Railway Technical, vol 30, 1, pp 25-33..
Parolai, S.,Bormann, P., Milkereit, C., 2002. New Relationships between Vs, Thicknes of Sediments, and Resonance Frequency Calculated by the H/V Ratio of Seismic Noise for the Cologne Area (Germany). Bull of Seismological Society of America,vol 92, 6, pp. 2521-2527.
Prabowo, U., 2015. Pemetaan Daerah Rawan Rekahan Tanah Berdasarkan Analisis Mikrotremor di Kotamadya Denpasar dan Kabupaten Badung, Bali. Tesis tidak diterbitkan Yogyakarta: S2 Ilmu Fisika Universitas Gajah Mada.
Prabowo, U., Marjiyono., Sismanto, 2016. Mapping the Fissure Potential Zones Based on Microtremor Measurement in Denpasar City, Bali. IOP Conf Series: Earth and Environmental Science,vol 29.
Saito, A., Hasegawa, S., Ota, H., Yamanaka, M., 2006.Analysis Of Ground Motion Based On Microtremor Characteristics In Kagawa Prefecture Japan, London: IAEG, 590: The Geologi Society of London.
Sukanta, I.N., 2013. Accelerograph BMKG dalam Penentuan Peta Intensitas Gempa Kuat. Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG