SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI
DI WILAYAH KABUPATEN BANTUL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Lela Mustikasari
NIM: 131134124
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
ii
SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI
WILAYAH KABUPATEN BANTUL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Lela Mustikasari
NIM: 131134124
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat kasih yang selalu Kau curahkan didalam hidup ku.
2. Bapak Sumarno dan Ibu Sukarti yang selalu mendoakan dan selalu menyayangi dengan penuh kasih sayang dan kesabaran yang tak pernah putus.
3. Kakak-kakaku Yosua Turiman, Wahuni, Karinah, Eka Oktaviana,
Kuswanto, dan Sepi Kusworo yang selalu memberikan nasehat dan semangat.
4. Dosen Pembimbing Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. dan Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. yang telah memberikan kritik, saran, arahan, motivasi, waktu, pikiran, tenaga, dan bantuan dengan penuh kesabaran.
5. Kekasihku Ariel Tirza Edy Saputra yang selalu memberikan waktu, semangat dan memberikan masukan yang membangun disaat aku mulai lelah menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Sahabat-sahabatku seperjuangan skripsi, Ristya Ferinda, Rosita Cahayani S, dan Yovita Ratri S. yang selalu memberiku semangat dan membantuku untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Sahabat-sahabatku semuanya yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu, yang selalu mendengarkan keluh kesahku dan menyemangatiku.
v MOTTO
Matius 19 : 19
“Hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”
Amsal 1 : 7
“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”
Matius 21:22
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya”
Ibrani 11:1
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 April 2017 Peneliti
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Lela Mustikasari
Nomor Mahasiswa : 131134124
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI WILAYAH KABUPATEN BANTUL”
Dengan demikian saya memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola
dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatas dan
mempublikasikan ke dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 19 April 2017 Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI WILAYAH KABUPATEN BANTUL
Lela Mustikasari
Universitas Sanata Dharma
2017
Dinas pendidikan dasar Kabupaten Bantul telah menunjuk 45 sekolah dasar inklusi. Sekolah inklusi merupakan tempat bagi setiap siswa untuk dapat diterima menjadi bagian dari kelas, dapat mengakomodir dan merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak dan bermitra dengan masyarakat. Tujuan pendidikan inklusi adalah memberikan kesempatan kepada siswa berkebutuhan khusus dalam menempuh pendidikan dengan mendapatkan hak yang sama seperti siswa yang tidak menglami kebutuhan khusus.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode survei cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka, yang telah dilakukan validasi kepada dua orang validator sebelum dibagikan kepada responden. Kuesioner yang dibagikan kepada responden sebanyak 70 dan kuesioner yang kembali sebanyak 59 kuesioner. Dari hasil olah data, peneliti mendapatkan hasil bahwa sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul 50% sudah menerapkan prinsip-prinsip inklusi dengan baik namun belum maksimal. Proses penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di wilayah Kabupaten Bantul telah mencakup penerimaan peserta didik baru (PPDB); identifikasi; kurikulum fleksibel; merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak; penataan kelas yang ramah anak; asesmen; pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif; penilaian dan evaluasi pembelajaran.
ix
ABSTRACT
SURVEY THE IMPLEMENTATION OF INCLUSION OF PRIMARY
SCHOOL IN THE REGION OF DISTRICT BANTUL
Lela Mustikasari
Sanata Dharma University
2017
Department of primary education Bantul regency has appointed 45 inclusion primary school. Indusion school is a place for each student to be accepted as part of a class, accommodate and respond to the diversity through suitable curriculum to the needs of every child and to partner with the community .The aim of inclusion education to give opportunity to with students disabilities in education by getting equal rights a s students who did not experience specia l needs.
The research wa s non experimental quantitative research with crosssectional survey. An instrument used in this research wa s open ended questionnaire, which were validated by two validators before the questionnaire were distributed to respondents.Questionnaires were given to70 respondents and 59 questionnairesreturn. Besed on data analysis the result showed that there were 50 % inclusion principles that implemented by inclusion primary schools in Bantul district. The process of theinclusion primary schools in the district includes Bantul have the acceptance of new students for ( PPDB ); identification; curriculum flexible; devise of teaching materials and learning activities friendly children; the cla ss friendly child; assessments; procurement and the use of media learning adaptive; an assessment and evaluation learning .
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena kasih dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik yang berjudul “Survei Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul”. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat berhasil dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. 4. Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing I
yang telah memberikan kritik, saran, arahan, motivasi, waktu, pikiran, tenaga, dan bantuan kepada penulis dengan penuh kesabaran dari awal penyusunan hingga akhir penyusunan skripsi selesai.
5. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan kritik, saran, arahan, motivasi, waktu, pikiran, tenaga, dan bantuan kepada penulis dengan penuh kesabaran dari awal penyusunan hingga akhir penyusunan skripsi selesai.
6. Validator instrumen kuesioner yang telah memberikan kritik dan saran pada instrumen penelitian ini.
7. Kepala Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten Bantul yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.
xi
9. Kedua orang tuaku, Bapak Sumarno dan Ibu Sukarti yang selalu memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang.
10.Kekasihku, Ariel Tirza Edy Saputra yang selalu memberiku doa, semangat, bantuan, dan kasih sayang.
11.Ristya Ferinda, Rosita Cahayani, Yovita Ratri yang bersama-sama berjuang dan saling membantu dalam menyelesaikan skripsi.
Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus menjadi sumber belajar bagi peneliti lain yang memiliki tujuan memperkembangkan pendidikan inklusi.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
3. Karakteristik Pendidikan Inklusi ... 10
xiii
2. Sekolah Dasar Inklusi ... 11
3. Anak Berkebutuhan Khusus ... 12
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ... 12
2. Jenis-jenis Anak Bekebutuhan Khusus ... 13
4. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi ... 21
1. Penerimaan Peserta Didik Baru yang Mengakomodasi Semua Anak ... 21
2. Identifikasi ... 22
3. Adaptasi Kurikulum ... 23
4. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran Yang Ramah Anak ... 24
5. Penataan Kelas Ramah Anak ... 24
6. Asesmen ... 25
7. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Adaptif ... 27
8. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran ... 28
xiv
F. TEKNIK PENGUJIAN INSTRUMEN ... 43
1. Uji Validitas Instrumen ... 43
2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 50
G. TEKNIK ANALISIS DATA ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. DESKRIPSI PENELITIAN ... 54
B. TINGKAT PENGEMBALIAN KUESIONER ... 55
C. HASIL PENELITIAN ... 55
D. PEMBAHASAN ... 71
1. Kesesuaian Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul ... 71
2. Proses Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul ... 74
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 83
A. KESIMPULAN ... 83
B. KETERBATASAN PENELITIAN ... 83
C. SARAN ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85
LAMPIRAN ... 87
xv
DAFTAR BAGAN
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Daftar 9 sekolah dasar inklusi di Kabupaten Bantul
sebagai tempat penelitian ... 35 Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian tentang penyelenggaraan
sekolah inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul ... 40 Tabel 3.3 Skala Likert ... 44 Tabel 3.4 Contoh Coding Data ... 52 Tabel 4.1 Prinsip-prinsip Sekolah Inklusi yang Terlaksana
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Hasil Kuesioner ... 88
Lampiran 2 Permohonan Ijin Penelitian ... 108
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Perencanaan Pembangun Kabupaten Bantul ... 109
Lampiran 4 Daftar SD Inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bantul ... 110
Lampiran 5 Validasi Dosen Ahli A ... 112
Lampiran 6 Validasi Dosen Ahli B ... 123
Lampiran 7 Bentuk Kuesioner ... 134
1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan meliputi latar belakang, identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi
oprasional
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang.
Dilihat dari sudut perkembangan yang dialami oleh anak, pendidikan ditujukan
untuk membantu anak dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan yang dialami dalam setiap periode perkembangan. Dengan kata
lain, pendidikan dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai
keberhasilan dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010:2)
Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik
dengan sistem terbuka dan multi makna sebab pendidikan adalah suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat dan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (Kustawan, 2013:2). Dalam sistem pendidikan, sekolah
jenjang sosial, daerah, ras, budaya, bahasa, fisik, dan lainnya, sehingga
membuat calon peserta didik dan peserta didik tidak merasa terkucilkan dan
memiliki semangat atau kemauan untuk menempuh jalur pendidikan sampai
setinggi-tingginya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 15 menyatakan bahwa Pendidikan
inklusi adalah pendidikan khusus yang memberikan pelayanan dan
kesempatan kepada semua siswa yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan di atas rata-rata dan memiliki bakat istimewa untuk mengikuti
pendidikan dalam lingkungan belajar secara bersama-sama dengan siswa pada
umumnya. Konsep pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang
merepresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan keterbukaan
dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar
mereka sebagai warga negara. Pendidikan inklusi didefinisikan sebagai
konsep yang menampung semua anak yang berkebutuhan khusus maupun
anak yang memiliki kesulitan membaca dan menulis (Ilahi, 2013: 23)
Menurut Ilahi (2013 : 23), konsep pendidikan inklusi merupakan
konsep pendidikan yang merepresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan
dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk
memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara. Sebagai konsep
pendidikan inklusi sekolah inklusi diharapkan mampu memfasilitasi anak
berkebutuhan khusus dan anak tidak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi
akses pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus termasuk anak
penyandang cacat (Ilahi, 24-25).
O’Neil (1995:7) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem
layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di
sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya.
Melalui pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama
anak lainnya untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Oleh sebab itu
sekolah reguler dengan orientasi inklusi merupakan alat yang paling efektif
untuk memerangi sikap diskriminatif, menciptakan masyarakat yang ramah,
membangun masyarakat yang inklusi dan mencapai “pendidikan bagi semua”
(education for all)
Sekolah dasar inklusi adalah sekolah dasar yang menggabungkan
layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dan anak yang tidak
berkebutuhan khusus atau reguler. Di wilayah kabupaten Bantul terdapat 45
sekolah dasar yang dianggap mampu menerapkan sekolah inklusi. Sekolah
dasar tersebut tersebar di berapa kecamatan yang ada di Bantul, antara lain
kecamatan Dlingo, Imogiri, Kasihan, Banguntapan, Bantul, Pundong, Piyung,
Kretek, Sedayu, Pandak, Jetis, Bambanglipuro, Sewon, Pajangan, Sanden, dan
Pleret. Penelitian ini memusatkan perhatian pada bagaimana penyelenggaraan
sekolah inklusi yang dilakukan di sekolah-sekolah inklusi di wilayah
Kabupaten Bantul dengan menyebarkan angket yang ditujukan kepada guru
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, penulis menentukan dua
rumusan maslah yang diteliti. Dua rumusan masalah tersebut adalah seperti
berikut ini :
1. Berapa besar presentase kesesuaian penyelenggaraan SD inklusi di
wilayah Kabupaten Bantul dengan prinsip sekolah inklusi?
2. Bagaimana proses penyelenggaraan SD inklusi di wilayah Kabupaten
Bantul?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menentukan dua
tujuan penelitian. Tujuan penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut :
Untuk mengetahui apakah penyelenggaraan SD inklusi di wilayah
Kabupaten Bantul sudah sesuai dengan prinsip sekolah inklusi.
1. Untuk mengetahui besar presentase kesesuaian penyelenggaraan SD
inklusi di wilayah Kabupaten Bantul.
2. Untuk mengetahui proses penyelenggaraan SD inklusi di wilayah
Kabupaten Bantul.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi sekolah yang menerapkan
prinsip sekolah inklusi.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Sekolah Dasar Inkusi
Sekolah mendapatkan data tentang penyelenggaraan sekolah inkusi
berdasarkan prinsip sekolah inklusi dan proses penyelenggaraan
sekolah inklusi.
2. Bagi Kepala Sekolah dan Guru
Penelitian ini dapat memberikan manfaat dan informasi bagi
Kepala sekolah dan guru tentang penyelenggaraan sekolah inklusi
berdasarkan prinsip sekolah inklusi dan proses penyelenggaraan
sekolah inklusi untuk sekolah dasar inklusi.
3. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mendiskripsikan penyelenggaraan dan proses
penyelenggaraan sekolah inkusi se-Kabupaten Bantul dengan
mengunakan penelitian kualitatif.
E. Definisi Operasional
1. Pendidikan inklusi adalah sekolah yang harus mempunyai
pelayanan pendidikan untuk peserta didik yang berkebutuhan
khusus tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial
emosional, linguistik atau kondisi lainnya untuk bersama-sama
2. Sekolah dasar inklusi adalah sekolah yang menampung semua
siswa dan dapat mengakomodir dan merespon keberagaman.
3. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalamai
kecacatan atau kelainan (disability) dan anak yang mempunyai
kondisi eksternal yang mengalami hambatan dalam belajar
sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus.
4. Prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi adalah prinsip yang
digunakan untuk penyelenggaraan sekolah inklusi, diantaranya: 1)
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi
semua anak. 2) Identifikasi, 3) Adaptasi kurikulum, 4) Merancang
bahan ajar dan pembelajaran yang ramah anak, 5) Penataan kelas
yang ramah anak, 6) Asesmen, 7) Pengandaan dan pemanfaatan
media pembelajaran adaptif, 8) Penilaian dan evaluasi
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini menguraikan meliputi kajian teori, hasil penelitian yang
relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.
A. KAJIAN TEORI 1. Pendidikan Inklusi
a. Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang tidak
membeda-bedakan latar belakang kehidupan anak karena keterbatasan fisik maupun
mental (Ilahi, 2013:23). Menurut Staub and Pack (dalam Ilahi, 2013:27),
pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan,
sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukan bahwa
kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan,
apa pun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya. O’Neil (dalam
Ilahi, 2013:27) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagi sistem layanan
pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di
sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama teman-teman seusianya.
Dari pendapat di atas menunjukan bahwa pendidikan inklusi dapat
siswa dan memperoleh kesempatan dilayani dan bersekolah di sekolah reguler
terdekat.
Menurut Olsen (Tarmansyah, 2007: 82), pendidikan inklusi adalah sekolah
harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual,
sosial emosional, linguistik atau kondisi lainnya. Ini harus mencakup anak-anak
penyandang cacat, berbakat. Anak-anak jalanan dan pekerja anak berasal dari
populasi terpencil atau berpindah-pindah. Anak yang berasal dari populasi etnis
minoritas, linguistik, atau budaya dan anak-anak dari area atau kelompok yang
kurang beruntung atau termajinalisasi. Menurut Olsen (dalam Tarmansyah. 2007:
28) pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada
umumnya, sedangkan Staub dan Peck (dalam Tarmansyah, 2007: 83) menjelaskan
pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan ringan, sedang dan berat
secara penuh di kelas bersama anak-anak pada umumya..
Jadi menurut teori di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi
adalah pendidikan yang memberikan suatu pelayanan khusus untuk siswa yang
berkebutuhan khusus yang mengalami keterbatasan fisik maupun mental tanpa
membeda-bedakan dengan siswa yang tidak mengalami berkebutuhan khusus.
b. Tujuan Pendidikan Inklusi
Ilahi (2013:39) menjelaskan tujuan pendidikan inklusi, yaitu:
1. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
2. Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai
keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
Menurut Sembodo (2008: 7) dari tujuan pendidikan inklusi di atas
memperoleh manfaat pendidikan untuk siswa yang mengalami kebutuhan
khusus. Sembodo (2008: 7), menjabarkan beberapa manfaat pendidikan
dibuat agar anak – anak istimewa belajar bersama – sama anak – anak lain di antaranya adalah :
1. Meningkatkan interaksi sosial
2. Lebih banyak tingkah laku normal yang dapat dicontoh oleh mereka
3. Meningkatkan perkembangan bahasa
4. Menjadikan mereka lebih mandiri
5. Perkembangan dan nilai guna pendidikan bergantung pada program
dan intervensi yang dijalankan oleh guru
Rosilawati (2013 : 10) menjelaskan manfaat dan sisi positif lain yang
diperoleh dari adanya pendidikan inklusif diantaranya :
1. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan
analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua anak pada
setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.
2. Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial
3. Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan
monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.
Jadi menurut teori yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa tujuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada siswa
berkebutuhan khusus dalam menempuh pendidikan dengan mendapatkan hak
yang sama seperti siswa yang tidak menglami kebutuhan khusus.
c. Karakteristik Pendidikan Inklusi
Direktorat Pendidikan Luar Biasa (dalam Ilahi,2013 : 44) menjelaskan
pendidikan inklusi memiliki empat karakteristik makna, antara lain :
1. Proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara – cara merespon karagaman individu.
2. Mempedulikan cara – cara untuk meruntuhkan hambatan – hambatan anak dalam belajar.
3. Anak kecil yang hadir (di sekolah) berpartisipasi dan mendapatkan hasil
belajar yang bermakna dalam hidupnya.
4. Diperuntukkan utamanya bagi anak – anak yang tergolong marginal, ekslusif, dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajar.
d. Prinsip-prinsip Sekolah Inklusi
Menurut Ilahi (2013 : 48), prinsip dasar pendidikan inklusi sebagai
sebuah paradigma pendidikan yang menekankan pada keterbukaan dan
penghargaan terhadap anak berkebutuhan khusus. Ilahi (2013: 49) menyatakan
prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus
tanpa memandang perbedaan latar belakang kehidupannya. Florian (dalam
Ilahi, 2013: 50) menjelaskan pendidikan inklusi lahir atas dasar prinsip bahwa
layanan sekolah seharusnya diperuntukkan untuk semua siswa tanpa
menghiraukan perbedaan yang ada, baik siswa dengan kondisi kebutuhan
khusus, perbedaan sosial, emosional, kultural, maupun bahasa.
Jadi menurut teori yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa prinsip sekolah inklusi harus bisa menerima semua anak berkebutuhan
khusus belajar bersama dengan anak tidak berkebutuhan khusus tanpa
membeda-bedakan siswa yang satu dengan siswa yang lainnya untuk
mendapatkan hak belajar.
2. Sekolah Dasar Inkusi
Stainback dan Stainback (dalam Ilahi, 2013 : 83) mengemukakan
bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas
yang sama. Menurut Salamanca, sekolah regular dengan orientasi inklusi
merupakan cara yang paling efektif untuk memerangi sikap diskriminatif,
menciptakan masyarakat yang terbuka, membangun suatu masyarakat inklusi
dan mencapai pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dan
meningkatkan efisiensi sehingga menekan biaya untuk keseluruhan sistem
pendidikan. Menurut Rosilawati (2013 : 18), Sekolah inklusi merupakan
tempat bagi setiap anak untuk dapat diterima menjadi bagian dari kelas, dapat
mengakomodir dan merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai
Jadi menurut teori yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa sekolah dasar inklusi adalah sekolah yang menerima setiap anak di
dalam kelas yang sama dan mendapatkan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan setiap anak.
3. Anak Berkebutuhan Khusus
a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Triani (2013:3) dalam profil pendidikan inklusi di Indonesia
yang dikeluarkan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa tahun 2010, anak
berkebutuhan khusus (ABK) adalah:
1. Anak yang karena internalnya mengalami kecatatan/kelainan
(disability) membutuhkan layanan pendidikan khusus, seperti: tuna
netra, tuna rungu, tunawicara, tunagrahita, tuna daksa, tuna laras,
berkesulitan belajar, autis, memiliki gangguan motorik, anak berbakat
dan berkecerdasan istimewa, tuna ganda, memiliki kelainan lainnya.
2. Anak yang karena kondisi eksternalanya mengalami hambatan dalam
belajar sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus seperti
anak-anak dalam faktor gender, suku asli, pekerja anak, anak yang
terinfeksi HIV/AIDS, anak pekerja migran, anak korban bencana
alam,rural (termasuk juga rural exodus), anak di daerah terpencil atau
pulau terpencil, anak suku minoritas, anak jalanan, anak yang
Menurut Dhelpie (2006:1), Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)
yang menandakan adanya kelainan khusus. Menurut Rosilawati (2013:1),
anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya secara serius dan menetap.
Jadi menurut teori yang diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami hambatan dalam internal
atau eksternalnya sehingga mengalami kelainan khusus atau anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak yang tidak mempunyai
kebutuhan khusus.
b. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Tiarni (2013: 24), dalam panduan penganganan ABK bagi pendaming
orang tua, keluarga, dan masyarakat, membagi menjadi 12 macam, antara
lain:
1. Anak disabilitas penglihatanadalah anak yang mengalami gangguan
daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh (total) atau sebagian
(lowvision).
2. Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang mengalami gangguan
pendengaran, baik sebagian maupun menyeluruh, dan biasanya
memiliki hambatan dalam berbahasa dan bicara.
3. Anak disabilitas intelektual adalah anak yang memiliki inteligensi yang
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalam masa
perkembangan.
4. Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami gangguan gerak
akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk, dan
fungsi tubuh atau anggota gerak.
5. Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki masalah atau
hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta
berperilaku menyimpang.
6. Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH)
atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak
yang mengalami gangguan perkembangan, yang ditandai dengan
sekumpulan masalah berupa gangguan pengendalian diri, masalah
rentang atensi atau perhatian, hiperativitas, dan impulsivitas, yang
menyebabkan kesulitan berperilaku, berpikir, dan mengendalikan
emosi. Anak dengan gangguan spektrum autisma atau autism spectrum
disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga
area dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan
interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repititif dan stereotipi.
7. Anak dengan gangguan gada adalah anak yang memiliki dua atau lebih
gangguan sehingga diperlukan pendampingan, layanan, pendidikan
khusus, dan alat bantu pelajar yang khusus.
8. Anak lambat belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki
gangguan mental. Mereka butuh waktu lamadan berulang-ulang dan
untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non
akademik.
9. Anak dengan kesulitan belajar khusus atau specific learning disabilities
adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan pada satu
atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan mendengar,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung.
10.Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak yang
mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa wicara,
suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan oleh
faktor fisik, psikologis, dan lingkungan, baik reseptif maupun ekspresif.
11.Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah anak
yang memiliki skor inteligensi yang tinggi (gifted), atau mereka yang
unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti musik seni, olah
raga, dan kepemimpinan.
Permendiknas No 70 Tahun 2009 (dalam Sartika 2013:7-22) tentang
Pendidik Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Potensi
Kecerdasandan/atau Bakat Istimewa, menjelaskan bahwa peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, atau memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa adalah:
1. Tunanetra (hambatan indra penglihatan) tunanetra adalah individu yang
memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan
2. Tunarungu (hambatan pendengaran) adalah individu yang memiliki
hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen.
Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran
adalah:
1) Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB)
2) Gangguan pendengaran ringan (41-55dB)
3) Gangguan pendengaran sedang (56-70dB)
4) Gangguan pendengaran berat (71-90dB)
5) Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB)
3. Tunawicara (hambatan bicara) adalah seseorang yang mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga
sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain.
4. Tunagrahita (hambatan intelektual) adalah individu yang memiliki
itelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa
perkembangan.
5. Tunadaksa (kelainan motorik dan mobilitas) adalah individu yang
memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular
dan struktur tulang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan,
termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
6. Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Public La w (dalam Hidayat.
emosi, yaitu gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukan
salah satu atau lebih gejala-gejala berikut dalam satu kurun waktu
tertentu dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar :
1) Ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan
faktor kecerdasan, pengindraan, atau kesehatan
2) Ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan
teman dan guru
3) Berperilaku yang tidak pantas dalam keadaan normal
4) Perasaan tertekan atau tidak bahagia terus menerus
5) Cenderung menunjukan gejala-gejala fisik seperti takut
pada masalah-masalah sekolah.
Karkteristik yang dikemukakan oleh Hallahan & Kauffman (dalam
Hidayat. 2013: 32-33), berdasarkan dimensi tingkah laku:
1) Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku
memperlihatkan ciri-ciri : suka berkelahi, memukul,
menyerang, tidak mau bekerja sama, cemburu dan mudah
terpengaruh.
2) Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri, dengan
ciri-ciri khawatir, cemas, ketakutan, sedih, dan kurang
percaya diri.
3) Anak yang kurang dewasa, dengan ciri-ciri yaitu pelamun,
4) Anak yang agresif bersosialisasi, dengan ciri-ciri, yaitu
mempunyai kelompok jahat, mencuri bersama
kelompoknya, dan bolos sekolah.
7. Kesulitan belajar (lea rning disability) adalah suatu gangguan dalam
satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman
atau atau penggunaan bahasa, lisan maupun tertulis, yang
termanifestasikan dalam suatu kemampuan yang tidak sempurnauntuk
mendengarkan, berpikir, bicara, membaca, menulis, mengeja, maupun
melakukan perhitungan matematika. Jenis-jenis kesulitan belajar
diantaranya dyscalculia, dysgraphia, dyslexia, dan dyspraxia.
8. Lambat belajar (slow learner) adalah mereka yang memiliki prestasi
belajar rendah, di bawah rata-rata anak pada umumnya pada salah satu
atau seluruh area akademik, tetapi mereka ini bukan tergolong anak
keterbelakang mental.
Anak lambat belajar atau slow learner adalah merekayang memiliki
prestasi belajar rendah atau sedikit dibawah rata-rata dari anak pada
umumnya, pada salah satu atau seluruh area akademik. Jika dilakukan
pengetesan pada IQ mereka menunjukkan skor antara 70-90.Wiley
(dalam Triani, 2013:3) menjelaskan karakteristik anak yang mengalami
1). Inteligensi
Dari segi inteligensi, anak-anak lambat belajar atau slow
learner berada pada kisaran di bawah rata-rata yaitu 70-90
berdasarkan skala WISC.
2) Bahasa
Anak-anak lambat belajar atau slow learner mengalami
masalah dalam berkomunikasi.
bersosialisasi biasanya kurang baik. Mereka sering
memeilih jadi pemain pasif atau penonton saat bermain atau
bahkan menarik diri.
5) Moral
Anak-anak lambat belajar atau slow lea rner tahu aturan
yang berlaku tetapi mereka tidak paham untuk apa
peraturan tersebut dibuat (Tiarni, 2013:10-12).
9. Autis (autism child) adalah keadaan anak yang mengalami gangguan
autisme. Menurut Tiarni (2013: 26-28), Adapun anak berkebutuhan
1) Berkesulitan belajar
Adalah anak yang memiliki gangguan pada satu atau lebih
kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman
dan penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis yang dapat
memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung,
berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain
injury, disfungsi minimal otak, disleksia, dan afasia
perkembangan.
2) Lamban belajar
Jika anak yang berkesulitan belajar memiliki IQ rata-rata
atau di atas rata-rata maka sebaliknya dengan anak-anak
lamban belajar. Mereka memiliki IQ di bawah lancar
ingatannya sangat pendek sekali.
3) ADHD
Attention Deficits and hiperactivity disorder adalah
gangguan yang berupa kekurangannya perhatian dan
hiperaktivitas (aktivitas yang berlebihan).
4) Spectrum Autism
Spectrum Autisma atau autisme adalah kelainan
perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami
4. Prinsip Penyelenggaraan Sekolah Inklusi
Menurut Kustawan (2013: 61), di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) yang menyelenggarakan pendidikan inklusif akan terjadi
perubahan praktis yang memberikan kesempatan kepada suma anak dengan
latar belakang dan kemampuan yang berbeda untuk belajar yang sama.
Menurut Ilahi (2013: 24), konsep pendidikan inklusi merupakan konsep
pendidikan yang merepresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan
keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh
hak dasar mereka sebagai warga negera. Menurut Ilahi (2013:33), sekolah
inklusi memberikan manfaat untuk semua anak karena membantu
menciptakan masyarakat yang inklusi dan efisiensi serta efektivitas biaya
pendidikan.
1. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang Mengakomodasikan Semua
Anak
Kustawan (2013: 90 – 91) menyatakan bahwa penerimaan peserta didik baru di SD/MI pada setiap tahun pelajaran perlu mempertimbangkan sumber
daya yang dimiliki sekolah. Dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik
baru, sekolah membentuk Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru yang
dilengkapi dengan pendidik (guru pendidik khusus dan/ atau konselor) yang
sudah memahami tentang pendidikan inklusi dan keberagaman karakteristik
peserta didik berkebutuhan khusus. Bagi sekolah yang memiliki psikolog atau
bekerjasama dengan psikolog, maka psikolog tersebut dapat ikut serta dalam
peserta didik berkebutuhan khusus dengan mempertimbangkan sumber daya
yang dimiliki sekolah dan mengalokasikan kursi/quota untuk peserta didik
berkebutuhan khusus.
2. Identifikasi
Kustawan (2013: 93), menyatakan bahwa identifikasi adalah upaya
guru (pendidik) dan tenaga kependidikan lainnya untuk menemukan dan
mengenali anak yang mengalami hambatan/kelainan/ganguuan baik fisik,
intelektual, mental, emosional dan sosial dalam rangka pemberian layanan
pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Menurut
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (dalam Kustawan,
2013 : 93), istilah identifikasi dimaknai sebagai proses penjaringan,
sedangkan asesmen dimaknai sebagai suatu upaya seseorang (orang tua, guru
maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk melakukan prosespenjaringan
terhadap anak yang mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, Intelektual,
sosial, emosional/tingkah laku) dalam rangka pemberian layanan pendidikan
yang sesuai.
Dalam buku Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif (dalam Kustawan,
2013 : 93), identifikasi dapat diartikan menemukenali. Identifikasi anak
berkebutuhan khusus adalah suatu upaya menemukenali anak berkebutuhan
khusus, dalam hal ini anak berkelainan dengan gejala-gejala yang
menyertainya. Menurut Lerner (dalam Kustawan, 2013 : 95), identifikasi
dilakukan untuk lima keperluan yaitu penjaringan(screening),
pembelajaran (instructional planning), dan pemantauan kemajuan belajar
(monitoring pupil progress).
Kustawan (2013: 95), mejabarkan tujuan dilaksanakan identifikasi
adalah untuk menghimpun informasi atau data apakah seorang anak
mengalami kelainan/penyimpangan dalam pertumbuhan/perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya, dimana hasil identifikasi
dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran yang disesuiakan
dengan kebutuhan hususnya dan/atau untuk menyususn program dan
pelaksanaan intervensi/penanganan/terapi berkaitan dengan hambatannya.
3. Adaptasi Kurikulum (Kurikulum Fleksibel)
Menurut Kustawan (2013: 107), kurikulum fleksibel yakni
mengakomodasi anak dengan berbagai latar belakang dan kemampuan, maka
kurikulum tingkat satuan pendidikan akan lebih peka mempertimbangkan
keragaman anak agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan
kebutuhannya. Menurut Nasution (dalam Ilahi, 2013: 168), kurikulum
merupakan salah satu komponen penting pada lembaga pendidikan formal
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan isi pengajaran,
mengarahkan proses mekanisme pendidikan, tolok-ukur keberhasilan, dan
kualitas hasil pendidikan. Pengembangan dan pembenahan kurikulum harus
senantiasa dilakukan secara berkesinambungan dan menyesuaikan diri dengan
tantangan zaman. Menurut Arifin (dalam Ilahi, 2013 : 169), kurikulum tidak
sekadar dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan anak
kependidikan dan memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak didik
dalam rangka mencapai hakikat tujuan pendidikan yang sebenarnya, terutama
perubahan tingkah laku yang menjadi cerminan dari kualitas anak didik yang
berkepribadian luhur.
4. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran Yang Ramah Anak
Guru yang baik akan melakukan pembelajaran yang interaktif agar
perhatian anak didiknya terpusat penuh kepada guru. Guru juga harus
menggunakan metode pembelajaran yang cocok bagi anak didiknya agar anak
didiknya mampu berpartisipasi di dalam pelajaran. Jenis materi pelajaran
yang digunakan oleh para guru dapat memberikan pengaruh besar terhadap
keberhasilan akademis siswa-siswa penyandang disabilitas (Kustawan,
2013:111). Ilahi (2013: 172–173), menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan mengajar yang telah ditentukan, diperlukan bahan ajar. Bahan ajar tersusun
atas topik–topik dan sub–sub topik tertentu yang mengandung ide pokok yang relevan dengan tujuan yang ditetapkan.
5. Penataan Kelas Yang Ramah Anak
Menurut Everton dan Weintein (dalam Friend, 2015: 285) pengelolaan
ruang kelas mencakup semua hal yang dilakukan oleh para guru demi
mengoptimalkan proses belajar-mengajar yang efektif, mulai dari mengatur
siswa-siswa, ruang, waktu, hingga materi. Kerr dan Nelson (dalam Friend,
2015: 274) menyatakan bahwa cara penataan unsur-unsur fisik dalam suatu
ruang kelas dapat berdampak pada proses belajar dan perilaku siswa di
kelas dapat mempengaruhi kondisi dan suasana belajar bagi anak yang tidak
berkebutuhan khusus dan anak yang berkebutuhan khusus.Penataan unsur
fisik mencakup penampilan ruang kelas dan pemanfaatan ruang kelas, yaitu
meliputi area dinding, pencahayaan, area lantai serta ruang penyimpanan.
6. Asesmen
Asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk
memantau kemajuan dan mengambil keputusan pendidikan ketika diperlukan
(Overton dalam Friend, 2015: 209). Menurut Tiarni (2013: 25), asesmen
merupakan kegiatan secara utuh dan menyeluruh untuk tujuan tertentu,
kegiatan yang dilakukan dalam asesmen adalah mengumpulkan data dan
informasi yang akan digunakan untuk bahan pertimbangan dan keputusan
yang berkaitan dengan pembelajaran.
1) Screening
Menurut Friend (2015: 210), screening meliputi keputusan untuk
menentukan jika proses kemajuan seorang siswa dianggap cukup berbeda
dengan teman-teman sekelasnya sehingga patut untuk menerima
perubahan pengajaran, atau pada akhirnya, asesmen yang lebih mendalam
untuk menetapkan adanya kondisi disabilitas. Menurut Tiarni (2013: 22)
screening dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan alat identifikasi
anak berkebutuhan khusus.
2) Diagnosis
Friend (2015: 211), menjelaskan bahwa keputusan besar yang
khusus, pertimbangan berdasarkan ketentuan hukum bahwa siswa
dianggap layak untuk dianggap menyandang disabilitas atau tidak.
3) Penempatan program
Menurut Friend (2015: 215), bagian utama dari keputusan
penempatan program berkenaan dengan ranah yang menjadi tempat
berlangsungnya layanan pendidikan khusus yang diterima siswa, misalnya
saja di ruang kelas pendidikan umum, ruang sumber, atau ruang kelas
pendidikan khusus yang terpisah.
4) Penempatan kurikulum
Friend (2015: 216), menguraikan penempatan kurikulum meliputi
keputusan mengenai level mana yang akan dipilih untuk memulai
pengajaran siswa. Informasi mengenai penempatan kurikulum tentu juga
dapat dijadikan sebagai patokan pengukuran bagi para guru untuk
mengetahui sejauh apa siswa-siswa penyandang disabilitas mengakses
kurikulum pendidikan umum yang juga menjadi tujuan tegas dari IDEA.
5) Evaluasi pengajaran
Friend (2015: 217) menjabarkan keputusan dalam evaluasi
pengajaran meliputi keputusan untuk melanjutkan atau mengubah prosedur
pengajaran yang telah diterapkan pada siswa. Keputusan ini dibuat dengan
6) Evaluasi program
Friend (2015: 217), menjelaskan bahwa keputusan evaluasi
program meliputi keputusan untuk menghentikan, melanjutkan, atau
memodifikasi program pendidikan khusus seorang siswa.
7. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajarn Adaptif
Kustawan (2013: 117), mendeskripsikan media pembelajaran
adaptif bagi anak berkebutuhan khusus hakekatnya adalah media yang
dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam pembelajaran sehingga
dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam kegiatan pembelajaran.
Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan, kebutuhan,
materi, kemampuan, dan karakteristik anak akan sangat menunjang
efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pemeblajaran.
8. Penilaian dan evaluasi pembelajaran
Kustawan (2013: 124), menjelaskan evaluasi merupakan proses
yang penting dalam bidang pengambilan keputusan, memilih informasi
yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasitersebut agar
diperoleh data yang tepat yang akan digunakan pengambilan keputusan
dalam memilih diantara beberapa alternatif. Adapun karakteristik evaluasi
adalah: (1) mengidentifikasi aspek-aspek yang akan dievaluasi, (2)
memfasilitasi pertimbangan-pertimbangan, (3) menyediakan informasi
yang berguna, (4) melaporkan penyimpangan/kelemahan untuk
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan
terdahulu, adapun penelitian tersebut adalah:
Pertama, penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Inklusi Di Sekolah
Dasar Negeri 14 Pakan Sinayan Payakumbuh” ditulis oleh Winda Quida Sari
2012. Peneliti mengatakan bahwa penelitian ini penting dilakukan agar
pelaksanaan inklusi dapat terlaksana sebagaimana semestinya dan dapat
mencapai tujuan sesuai dengan tujuan pendidikan. Metode yang digunakan
oleh penulis untuk memahami dan memperoleh gambaran yang terjadi di
lapangan sebagaimana adanya tanpa melakukan perubahan atau interverisi
terhadap sasaran penelitian. Analisis data merupakan suatu proses
penyususnan data dapat ditafsirkan, karena penelitian ini bersifat deskriptif
maka teknik analisis data yang digunakan adalah gambaran dengan kata-kata.
Kedua, penelitian yang berjudul “Manajemen Pendidikan Inkusif
(Konsep, Kebijakan, dan Implementasinya dalam Persepektif Pendidikan
Luar Biasa)” ditulis oleh Sunaryo, peneliti mengatakan bahwa dalam tataran
oprasional di Indonesia, sekalipun sudah banyak sekolah yang
mendeklarasikan sebagai sekolah inklusi, tetapi dalam implementasinya
masih banyak yang belum sesuai dengan konsep-konsep yang mendasarinya.
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah tentang konsep pendidikan inkusi,
kebijakan, dan implementasinya di lapangan dalam persepektif pendidikan
Ketiga, penelitian yang berjudul “Manajemen Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar Negeri 32 Kota Banda Aceh” ditulis oleh Ery Wati 2014
peneliti mengatakan bahwa kepala sekolah dituntut untuk membuat sebuah
perencanaan yang matang agar tercapai tujuan yang diharapkan.
Ketiga penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan. Pada penelitian pertama memiliki relevansi dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti tentang tujuan dilakukannya
penelitian, yaitu untuk mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran anak
berkebutuhan khusus dalam pendidikan inklusi di sekolah dasar dari
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran. Pada penelitian kedua memiliki relevansi dengan penelitian
yang akan dilakukan peneliti tentang tujuan dilakukannya penelitian. Pada
penelitian ini tujuannya adalah agar pelaksanaan pendidikan inklusi dapat
terlaksana dengan sebagaimana semestinya dan dapat mencapai tujuan yang
sesuai dengan tujuan pendidikan. Pada penelitian ketiga memiliki relevansi
tentang latar belakang. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa meskipun
sudah banyak sekolah dasar yang ditunjuk sebagai sekolah inklusi, tetapi
dalam implementasinya masih banyak yang tidak sesuai dengan
konsep-konsep yang mendasar. Ketiga penelitian tersebut memberi relevansi kepada
peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai survei penyelenggaraan
sekolah inklusi. Penelitian yang dibuat oleh peneliti membahas apakah
sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul sudah menerapkan
sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan keadaan atau kondisi yang
terjadi di lapangan. Literature map penelitian yang relevan dapat dilihat pada
berikut ini :
Gambar 2.1 Bagan penelitian yang relevan
C.Kerangka Berpikir
Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang tidak membeda bedakan
latar belakang kehidupan anak karena keterbatasan fisik maupun mental
dalam menempuh pendidikan atau pembelajaran dalam satu sekolah tanpa
membeda-bedakan satu dengan yang lain serta mendapatkan hak yang sama
dalam bersekolah. Dalam sistem pendidikan, seharusnya sekolah wajib
menerima semua peserta didik tanpa membeda-bedakan jenjang sosial,
daerah, ras, budaya, bahasa, fisik, dan lainnya. Sehingga membuat calon
peserta didik dan peserta didik tidak merasa terkucilkan dan memiliki
semangat atau kemauan untuk menempuh jalur pendidikan sampai
setinggi-tingginya.O’Neil (1995:7), menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai
sistem layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan
dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman
seusianya. Melalui pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus dididik
bersama-sama anak lainnya untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Oleh sebab itu, sekolah reguler dengan orientasi inklusi merupakan alat yang
paling efektif untuk memerangi sikap diskriminatif, menciptakan masyarakat
yang ramah, membangun masyarakat yang inklusi dan mencapai “pendidikan
bagi semua” (education for all). Menurut Sugiarmin (2013: 397) agar inklusi
dapat memberikan dampak yang positif bagi guru, orang tua, dan semua anak,
hal yang harus dilakukan dengan tepat, yaitu jika telah sesuai dengan yang
dijanjikan, dan bila telah diimplementasikan dengan penuh tanggung jawab
Peneliti merasa prihatin jika ada pihak sekolah yang belum memahami
dan menerapkan konsep pendidikan inklusi. Maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian kuntitatif dengan jenis penelitian deskriptif yang
menggunakan tes subjektif berupa tes uraian terbatas untuk mengumpulkan
data. Tes ini berbentuk uraian (esai) yang memberi batasan-batasan atau
rambu-rambu tertentu kepada peserta tes dalam menjawab soal. Data yang
diperoleh kemudian akan diolah dan dianalisis.
Data yang diperoleh peneliti akan digunakan untuk mendeskripsikan
kesesuaian prinsip sekolah inklusi dengan penyelenggaraan sekolah dasar
inklusif di Wilayah Kabupaten Bantul. Penelitian akan memberikan kuisoner
dengan jawaban terbuka pada guru kelas di sekolah dasar inklusi
se-Kabupaten Bantul. Kuesioner yang diperoleh dari berbagai sekolah dasar
inklusi dan dikumpulkan, kemudian data tersebut akan diolah untuk dapat
disimpulkan bagaimana kesesuaian prinsip sekolah inklusi dengan
penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul.
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Sebesar 50% penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten
Bantul memenuhi prinsip-prinsip inklusi.
2. Proses penyelenggaraan inklusi mencakup penerimaan peserta didik baru
(PPDB), identifikasi, kurikulum fleksibel, merancang bahan ajar dan
asesmen, pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif,
BAB III
METODE PENELITIAN
Bagian metode penelitian ini menguraikan jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif non
eksperimental dengan metode survei cross sectional design. Penelitian
kualitatif dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka, atau data
yang berupa kata-kata atau kalimat yang dikonversi menjadi data yang
berbentuk angka (Martono, 2014:20).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Menurut
Nazir (dalam Prastowo, 2014:175), metode survei adalah penyelidikan yang
diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejalan yang ada dan
mencari keterangan-keterangan yang faktual, baik tentang situasi sosial,
ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Survei
(survey) atau jajak-pendapat atau lengkapnya self-administered survey adalah
metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
kepada responden-responden secara tertulis (Jugiyanto, 2008:3).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan peneliti
menggunakan pendekatan penelitian non eksperimental dengan menggunakan
fenomena atau gejala dari masalah yang dihadapi dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada responden-responden yang dilakukan dalam
satu waktu tertentu.
B. Setting Penelitian
1. Tempat dan Waktu
1) Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini sekolah dasar inklusi yang digunakan adalah 9
sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kabupaten Bantul yaitu:
Tabel 3.1 Daftar sembilan sekolah dasar inklusi di Wilayah
Kabupaten Bantul
No Sekolah Dasar Inklusi Kecamatan
1. SD Jolosutro Piyungan
2. SD 1 Petir Piyungan
3. SD 2 Petir Piyungan
4. SD Muhammadiah Banguntapan
5. SDIT Salsabila 3 Banguntapan
6. SD 1 Jambidan Banguntapan
7. SD 2 Jambidan Banguntapan
8. SD Muhammadiyah Krangturi
(Bodon 2)
Banguntapam
Dari tabel 3.1 penelitian dilakukan dibeberapa sekolah dasar inklusi
di Wilayah Kabupaten Bantul. Daftar sekolah inkusi di Wilayah
Kabupaten Bantul ini didapat peneliti dari Dinas Pendidikan Dasar
Kabupaten Bantul. Dari daftar sekolah inklusi yang ada di Wilayah Bantul,
peneliti mendapatkan izin dari 9 sekolah dasar yang telah menerima Surat
Keputusan (SK) sebagai sekolah dasar inklusi.
2) Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai bulan
Februari 2017. Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti dalam penelitian
ini adalah melakukan penentuan judul skripsi pada awal bulan Agustus
2016, penyusunan instrumen kuesioner yang dilakukan pada bulan
Aguatus sampai pertengahan November 2016, pada pertengahan akhir
bulan November peneliti konsultasi pembuatan surat pengantar validasi
dengan dosen pembimbing dan dilanjutkan pembuatan surat pengantar
validasi instrumen kuesioner dan pada awal bulan Desember peneliti
melakukan validasi instrumen kuesioner. Setelah mendapatkan validasi
instrumen kuesioner peneliti melanjutkan untuk meminta surat izin
penelitian pada Dinas Pendidikan Dasar Wilayah Kabupaten Bantul dan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bantul (BAPPEDA) pada
pertengahan Desember. Pada awal bulan Januari sampai Pertengahan
bulan Januari 2017 peneliti memintaizin dan membagikan kuesioner
kepada sekolah dasar inkulif di Wilayah Kabupaten Bantul dan pada akhir
dilanjutkan mengerjakan bab III. Pengolahan data, revisi, dan penyusunan
bab IV dan V dilakukan pada bulan Februari 2017 serta di bulan Februari
2017 mengikuti ujian skripsi.
3) Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas 1 hingga kelas 6 sekolah dasar
inklusi.
4) Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah penyelenggaraan sekolah inklusi di
Wilayah Kabupaten Bantul
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Nawawi (dalam Mustafidah, 2011:33) populasi adalah
keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan,
tumbuhan, gejala-gejala, atau peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai
sumber. Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada
suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah
penelitian (Martono, 2014:76). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
guru sekolah dasar inklusii di Wilayah Kabupaten Bantul dengan jumlah 45
sekolah. Penelitian ini membatasi 45 sekolah dasar berdasarkan surat
keputusan yang peneliti dapatkan dari Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten
2.Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang dipilih dengan
menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi
(Martono, 2014:76). Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2002: 56).
Dengan demikian dapat disimpulkan, sampel penelitian adalah sebagian yang
diambil dari populasi yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 9 sekolah dasar inklusi dari 45 sekolah dasar inklusi yang ada di
Wilayah Kabupaten Bantul. Dalam pengambilan data peneliti mengalami
hambatan diantaranya ada beberapa sekolah yang menolak untuk diambil
datanya, pada saat tanggal pengambilan data sekolah belum selesai mengisi
kuesioner yang diberikan sehingga harus menunggu dan bahkan harus
diundur pengambilannya. Hal tersebut yang menjadi tantangan dan melatih
kesabaran dalam pengambilan data.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif terdapat berberapa teknik pengumpulan data
yang dapat dilakukan dengan observasi, interview, kuesioner, dokumen, dan
gabungan (Ghony, 2014:164). Teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2014: 62). Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner terbuka.
dapat mengungkapkan penyelenggaraan sekolah inklusif di Wilayah
Kabupaten Bantul.
Kuesioner termasuk dalam teknik pengumpulan data non tes.Kuesioner
ini disebarkan kepada wali kelas 1 hingga wali kelas 6 di sekolah dasar
inklusif di Wilayah Kabupaten Bantul yang menjadi sampel dalam penelitian.
Kuesioner berisikan pertanyaan terbuka terkait dengan model
penyelenggaraan sekolah inklusif. Jangka waktu pengisian kuesioner
berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan pihak sekolah namun dengan
batas waktu tertentu.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai untuk menjembatani
antara subjek dan objek (secara substansial antara hal-hal teoritis dengan
empiris, antara konsep dengan data), sejauh mana data mencerminkan konsep
yang ingin diukur tergantung pada instrumen (yang substansinya disusun
berdasarkan penjabaran konsep/penentuan indikator) yang dipergunakan
untuk mengumpulkan data (Suharsaputra, 2014: 94).
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
terbuka. Lembar kuesioner terbuka ini digunakan untuk mengetahui
penyelenggaraan sekolah inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul. Kuesioner ini
dibagikan kepada guru kelas 1 sampai guru kelas 6 yang menjadi sample
penelitian. Menurut Effendi (2012: 185), pertanyaan terbuka, baik alasan
tersebut oleh peneliti, responden diberikan kebebasan untuk memberikan
jawaban atas pertanyaan tersebut.Kuesioner terbuka ini digunakan untuk
mengetahui penyelenggaraan sekolah inklusif di Wilayah Kabupaten Bantul.
Kuesioner dibagikan oleh peneliti kepada guru kelas 1 sampai dengan guru
kelas 6 sekolah dasar inklusif yang menjadi semple penelitian. Berikut tabel
3.2 kisi-kisi yang digunakan peneliti.
Tabel 3.2 Kisi-kisi InstrumenPenelitian tentang Penyelenggaraan Sekolah
DasarInklusi di Wilayah Kabupaten Bantul
No. Aspek Indikator No. Item
1 Penerimaan Peserta
Didik Baru (PPDB)
Mengukur sumber daya
pendidikan dan tenaga
kependidikan yang ada di sekolah
6, 7, 8
Mempersiapkan sarana dan
prasarana
9, 10, 11
Merencanakan sumber daya biaya
12, 13,
14, 15
2 Identifikasi Mengidentifikasi tipe anak
berkebutuhan khusus
16, 17,
18, 19
3 Adaptasi Kurikulum
(Kurikulum fleksibel)
Menyusun Kurikulum 20, 21,
No. Aspek Indikator No. Item
ramah anak Menentukan bahan ajar yang
terdiri dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
34, 35,
36, 37, 38
5 Penataan kelas yang
ramah anak
Mengelola kelas untuk
mengoptimalkan proses belajar mengajar
6 Asessmen Upaya pengumpulan informasi
untuk memantau kemajuan
pendidikan
51, 52,
53, 54, 55
Melakukan penyaringan atau screening
56, 57,
58, 59, 60
Melakukan diagnosis
menyangkut kelayakan atas layanan pendidikan khusus
kurikulum untuk memulai
pengajaran siswa
68, 69
Melakukan evaluasi pengajaran
untuk anak berkebutuhan
khusus
70, 71,
72, 73
Melakukan evaluasi program pada anak berkebutuhan khusus
Memahami pentingnya Media Pembelajaran Adaptif sebagai sarana dalam pembelajaran
No. Aspek Indikator No. Item Pada tabel 3.2 menunjukan kisi-kisi lembar kuesioner penyelenggaraan
sekolah inklusif di Wilayah Kabupaten Bantul. Bentuk kuesioner tersebut
terdiri dari 8 aspek, dimana masing-masing aspek terdiri dari beberapa
indikator. Sebelum kuesioner dibagikan, sebelumnya peneliti melakukan
validsai. Validasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan kuesioner tersebut
menurut para ahli. Penilaian validasi kuesioner ini terdiri dari dua aspek yaitu
aspek penggunaan bahasa dan konten isi. Aspek penggunaan bahasa yaitu
apakah kuesioner yang akan disebarkan sudah sesuai dengan kaidah EYD dan
mudah dipahami oleh subjek penelitian sedangkan konten isi tentang materi
dan bentuk soal yang akan diteliti. Validator dalam istrumen kuesioner ini
terdiri dari dua dosen Bimbingan Konseling (BK).
Berdasarkan validasi instrumen kuesioner yang dilakukan oleh kedua
validator, dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut layak digunakan
dengan beberapa revisi yang disarankan oleh validator. Revisi tersebut
diantaranya:
a. Memperbaiki kalimat dengan menggunakan SPOK.
b. Konsekuen menggunakan kata inklusif atau inklusi.