• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

20

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti akan memaparkan penelitian terdahulu yang relevan sebagai pendukung teori dalam menyusun penelitian, antara lain:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti /

Tahun Penelitian

Judul Persamaan Perbedaan

Netty Netty dan Budi Ardianto

(2019)

Peranan Pengawasan

Dinas Ketenagakerjaan

Dalam Pelaksanaan Upah Minimum

Kota Jambi4

Penelitian ini termasuk jenis

penelitian hukum empiris

yang bersifat deskriptif

Penelitian ini berfokus pada pelaksanaan terhadapkinerja pegawai di Dinas Ketenagakerjaan Kota Jambi. Tujuan

penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh dari tingkat pengawasan terhadap pelaksanaan upah minimum di Kota Jambi dan metode yang digunakan adalah Deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel jenuh.

Aci Nofriyanti dan Karol Teovani Lodan

(2019)

Analisis Peran Unit Pelaksana Teknis Dinas

Pengawasan Ketenagakerjaan

Kota Batam Terhadap Pengawasan

Metode yang digunakan

dalam penelitian ini

adalah Kualitatif- Deskriptif

Sedangkan perbedaaan pada penelitian ini yang paling mencolok adapada fokus

penelitian di mana penelitian ini berfokus kepada peran

pengawasan terhadap

4 Jurnal Netty Netty dan Budi Ardianto, 2019

(2)

21 Upah Minimum

Kota Batam5

upah minimum Kota Batam dan teori yang digunakan oleh

peneliti adalah peranan.

Widi Nugrahaningsih

(2013)

Implementasi Kebijakan Pemerintah

Melalui Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan

Terkait Dengan Perlindungan Upah Terhadap Tenagakerja Di Kota Surakarta6

Penelitian ini termasuk penelitian Sosiologis atau

empiris (sosio legal research)

atau penelitian non doktrinal.

Dalam penelitian ini terlihat beberapa

perbedaan yaitu penelitian ini berfokus

pada implementasi kebijakan pemerintah terhadap upah minimum

di Kota Surakarta

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Konsep Pengawasan

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Siagian (2011:176) menyatakan bahwa Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Selain dari pada itu yang dikemukakan oleh Situmorang (Adisasmita, 2014 : 21) menyebutkan bahwa Pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan

5 Jurnal Aci Nofriyanti Dan Karol Teovani Lodan, 2019

6 Jurnal Widi Nugrahaningsih, 2013

(3)

22

menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai.

Disamping itu, Terry (Torang, 2014 : 176) mengungkapkan

‘Controlling is as the process of determining what’s being accomplished, evaluating it, and if necessary applying corrective measures so that performance takes place accoreding to plans’.7 Jadi Pengawasan adalah sebagai proses penentuan apa yang sedang di capai, mengevaluasi, dan jika perlu menerapkan langkah-langkah perbaikan sehingga kinerja yang terjadi sesuai dengan rencana.

2.2.2.1 Pengertian Pengawasan

Pengawasan mempunyai peranan yang sangat penting didalam organisasi, karena tidak bisa terlepas dari masalah ketidaktertiban, penilaian, tujuan dari organisasi tersebut.

Dibawah ini beberapa pengertian tentang pengawasan diantaranya dikemukakan oleh Handayaningrat (1988) adalah :

"pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijakan yang telah ditentukan".8 Lebih lanjut ditegaskan oleh Handayaningrat bahwa pengawasan harus berpedoman terhadap : 1. rencana (planning) yang telah diputuskan, 2. perintah (order) terhadap pelaksanaan pekerjaan

7 Terry, Organisasi dan Manajemen (Torang, 2014), hlm 176

8 Handayaningrat, Pengantar Studi IImu Administrasi dan Manajemen (Jakarta, 1988)

(4)

23

(performance), 3. tujuan dan atau 4. kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya. Dan menurut Soekarno (1986) menerangkan: "arti sesungguhnya dari pengendalian atau pengawasan ialah tugas untuk mencocokkan sampai dimanakah program atau rencana yang telah digariskan itu dilaksanakan sebagaimana mestinya dan apakah telah mencapai hasil yang dikehendaki".9 Ditambahkan pula bahwa pengawasan atau pengendalian adalah suatu proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan, agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana.

Di sisi lain Winardi 1983 mengemukakan pengertian pengawasan dikutip dari pendapat George R. Terry dalam buku Principles of management edisi ketujuh sebagai berikut :

"Pengawasan berarti mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya meng-evaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan apa yang direncanakan".10 Lebih lanjut dijelaskan bahwa Controlling atau pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan.

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan beberapa

9 Soekarno, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta, 1986)

10 George R. Terry, Principles of Management edisi ketujuh

(5)

24

ahli di atas dapat diberikan kesimpulan umum bahwa pengawasan hubungannya sangat erat sekali dengan perencanaan, sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan dan pengawasan adalah kedua sisi dari mata uang atau Siamese twin (kembar siam). Seperti yang dikatakan oleh Harold Koontsz dan O'Donnel dalam Siagian (1988) bahwa: "Planning and Controlling are the two sides of same coin",11 Jelaslah bahwa rencana tanpa pengawasan akan menimbulkan penyimpangan- penyimpangan dengan tanpa alat untuk mencegahnya. Atau andai kata tujuan tercapai juga, tercapainya itu dengan pengorbanan yang lebih besar karena dalam pelaksanaannya terjadi inefisiensi dan pemborosan tanpa ada pencegahan ataupun perbaikan.

Fungsi pengawasan dalam setiap organisasi adalah sangat penting untuk menjamin terselenggaranya tugas serta fungsi sebagaimana mestinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Adapun untuk mengkaji lebih lanjut apakah sebenarnya yang menjadi tujuan dari pengawasan, dapat disimak beberapa pendapat sebagai berikut, diantaranya:

Soekamo (1986) yang menyatakan bahwa tujuan pengendalian atau pengawasan adalah: 1. Untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang telah digariskan; 2. Untuk

11 Harold Koontsz dan O'Donnel (Siagian:1988)

(6)

25

mengetahui apakahsegala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan instruksi serta asas-asas yang telah ditetapkan; 3. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan serta kekurangankekurangan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan pekerjaan; 4. Untuk mengetahui segala sesuatu apakah berjalan secara efisien; 5. Untuk mencari jalan keluar, bila ternyata dijumpa, kesulitan-kesulitan, kelemahan kelemahan atau kegagalan kearah perbaikan.

Sedangkan Atmosudirdjo (1982) mengatakan bahwa,

"tujuan dan hakekat dari pada controlling itu adalah membuat penyelenggaraan (performace) dan hasilnya (result, finish) sesuai dengan rencana (in accordance with plans). Akan tetapi disamping itu di dalam praktek, terdapat pula pengawasan yang tujuan dan sifatnya adalah problem solving (memecahkan sesuatu masalah), misalnya: meningkatkan keamanan atau security (kalau terlampau banyak pencurian, kerusakan, gangguan, dsb), meningkatkan disiplin, meningkatkan kebersihan, meningkatkan higiene". Lebih lanjut dijelaskan oleh Handayaningrat (1988), bahwa tujuan pengawasan adalah agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari

(7)

26

pengawasan pada dasarnya adalah untuk menjamin bahwa segala aktivitas yang berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi diharapkan sejalan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menhindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauh mana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauh mana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanakan kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, dimana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak dibawahnya. Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh

(8)

27

pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan atau suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.

Pengertian pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan Pasal 1 Peraturan Pemerintah No 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah menyatakan bahwa pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dari beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan pengawasan adalah hal yang penting dalam menjalankan suatu perencanaan di suatu instansi tersebut agar tercipta nya kerja yang sesuai dengan tujuan yang sudah direncanakan bersama.

2.2.2.2 Tujuan Pengawasan

Pengawasan merupakan fungsi manajerial yang keempat setelah perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan.

(9)

28

Sebagai salah satu fungsi manajemen, mekanisme pengawasan didalam suatu organisasi memang mutlak diperlukan.

Pelaksanakan suatu rencana atau program tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang baik dan berkesinambungan, jelas akan mengakibatkan lambatnya atau bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan. Menurut Ranupandojo, tujuan pengawasan adalah mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki (Ranupandojo, 2000:109). Sedangkan Sukarna12 mengemukakan tujuan pengawasan antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah berjalan sesuai dengan rencana

2. Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah sesuai dengan instruksi

3. Untuk mengetahui apakah kegiatan telah berjalan efisien 4. Untuk mengetahui kesulitan dan kelemahan-kelemahan

dalam kegiatan

5. Untuk mencari jalan keluar bila ada kesulitan, kelemahan atau kegagalan kearah perbaikan (Gouzali Saydam, 2000:197).

Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar

12 Sukarna, 2008. Teknik Pengawasan Pegawai. Jakarta. Jaya Sakti. Halaman 112

(10)

29

apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Untuk benar merealisasikan tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanakan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu maupun waktu-waktu yang akan datang.

Terwujud nya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi sebenarnya tidak lain merupakan tujuan dari pengawasan, sebab setiap kegiatan pada dasarnya selalu mempunyai tujuan tertentu.

Pengawasan mutlak diperlukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan. Menurut Simbolon (2004:62) pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerja diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

2.2.2.3 Fungsi Pengawasan

Pengawasan merupakan kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi lancarnya kegiatan suatu organisasi. Pengawasan bisa menjadi fungsi pengendali bagi manajemen untuk memastikan bahwa rencana-rencana yang telah mereka tetapkan dapat berjalan secara mulus dan lancar sehingga organisasi bisa mencapai setiap sasaran yang telah

(11)

30

ditetapkan. Pengawasan (controlling) sebagai fungsi manajemen bila dikerjakan dengan baik, akan menjamin bahwa semua tujuan dari setiap orang atau kelompok konsisten dengan tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini membantu meyakinkan bahwa tujuan dan hasil tetap konsisten satu sama lain dengan tujuan organisasi. Proses pengendalian mulai dengan perencanaan sampai pencapaian tujuan penampilan kerja. Tujuan penampilan kerja untuk mengukurnya maka disusunlah standar-standar capaian, ada dua tipe standar:

1. Standar output (keluaran), berfungsi untuk mengukur hasil- hasil tampilan dalam istilah kuantitas, kualitas, biaya atau waktu.

2. Standar input (masukan) berfungsi untuk mengukur usaha- usaha kerja yang masuk kedalam tugas (Rinaldi A, Thal, 2010).

Secara lebih detailnya, fungsi pengawasan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sarana manajemen untuk memberikan penilaian apakah pengendalian yang telah dilakukan oleh manajemen sudah mencukupi serta telah dikerjakan dengan efektif.

2. Untuk memberikan penilian apakah organisasi telah

(12)

31

bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan seperti yang telah dilaporkan oleh pelaksana tugas organisasi.

3. Untuk memberikan penilaian apakah setiap bagian dari manajemen telah mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

4. Untuk memastikan apakah pekerjaan telah dilakukan secara efektif dan efisien.

5. Untuk memastikan apakah tujuan organisasi telah tercapai atau tidak.

Jadi fungsi pengawasan adalah untuk memberikan analisis, menilai, merekomendasikan, dan menyampaikan hasil laporan sehubungan dengan bidang pekerjaan organisasi yang telah diteliti. Menurut Rusdiana dan Ghazin (2014:211) pengawasan mempunyai berbagai fungsi pokok, diantara nya sebagai berikut:

1. Mencegah terjadinya penyimpangan atau kesalahan, maksudnya adalah pengawasan dapat mencegah kemungkinan terjadinya berbagai penyimpangan kesalahan, serta penyelewengan.

2. Memperbaiki berbagai penyimpangan dan kesalahan yang terjadi, maksudnya dengan adanya pengawasan dapat dilakukan tindakan perbaikan terhadap penyimpangan atau

(13)

32

kesalahan yang terjadi, agar tidak berlarut-larut dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kerugian organisasi.

3. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban.

4. Mendinamisasikan organisasi, yaitu dengan pengawasan diharapkan dengan sedini mungkin terjadinya penyimpanagn dapat dicegah.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi pengawasan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan supaya, rencana yang telah ditetapkan bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan proses yang telah diatur.

2.2.2.4 Macam-Macam Pengawasan

Pengawasan dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung dari sudut pandang mana pengawasan tersebut ditinjau.

1. Dari sudut subyek yang mengawasi, dibedakan menjadi:

a. Pengawasan internal dan pengawasan eksternal.

b. Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung.

c. Pengawasan formal dan pengawasan informal.

d. Pengawasan manajerial dan pengawasan staf.

2. Dari sudut obyek yang diawasi, dibedakan:

a. Pengawasan material dan produk jadi/setengah jadi.

(14)

33

b. Pengawasan keuangan dan biaya, yang sasaranya meliputi:

a) Anggaran dan pelaksanaanya.

b) Biaya-biaya yang dikeluarkan.

c) Pendapatan atau penerimaan dalam bentuk uang.

c. Pengawasan waktu (time).

d. Pengawasan personalia, yang sasarannya meliputi:

kejujuran, kesetiaan, kerajinan, tingkah laku, kesetiakawanan.

2.2.2.5 Prinsip-Prinsip Pengawasan

Untuk memungkinkan adanya suatu sistem pengawasan yang efektif dan agar pengawasan itu dapat terarah, maka perlu dipenuhi beberapa, prinsip pengawasan sebagai berikut:

a. Obyektif dan menghasilkan fakta; Pengawasan harus bersifat obyektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya;

b. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan; Untuk mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan. Pengawasan harus berpangkal tolak dari keputusan pimpinan, yang tercermin dalam :

1) Tujuan yang ditetapkan.

2) Rencana kerja yang telah ditentukan.

(15)

34

3) Kebijakan dan pedoman kerja yang telah digariskan.

4) Perintah yang telah diberikan.

5) Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

c. Preventif; Karena pengawasan pada dasarnya adalah untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka pengawasan harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi kesalahan- kesalahan, berkembangnyadan terulangnya kesalahan- kesalahan.

d. Bukan tujuan tetapi sarana. Pengawasan hendaknya tidak dijadikan tujuan, tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi.

e. Efisiensi; Pengawasan haruslah dilaku- kan secara efisien, bukan justru menghambat efisiensi pelaksanaan pekerjaan.

f. Apa yang salah; Dalam pengawasan jangan- lah mencari siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya sifat kesalahan itu.

g. Membimbing dan Mendidik; Manajemen merupakan pengembangan manusia dan benda. Sebagai suatu fungsi manajemen, maka pengawasan harus bersifat membimbing dan mendidik supaya pelaksana atau pegawai

meningkatkan kemampuannya dan

dedikasinya untuk melakukan tugas-tugas yang

(16)

35 ditetapkan.

Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa penga- wasan yang baik harus menggunakan yang dapat dijadikan standar, dan dalam usaha bawahan melaksanakan pekerjaan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh pimpinan, maka instruksi yang diberikan harus jelas dan tegas. Dengan instruksi yang tegas, bawahan akan dapat mempedomani apa yang dimaksud atasan dan bawahan tidak mempunyai keraguan dalam melaksanakan tugasnya. Atas dasar inilah pengawasan dilaksanakan. Agar suatu pengawasan dapat berjalan baik, mau tidakmau prinsip-prinsip pengawasan yang telah dikemukakan itu haruslah mendapat perhatian sebagaimana mestinya.

Pengawasan dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Pengawasan Intern: Pengawasan yang dilaksanakan oleh organisasi/ lembaga itu sendiri, yang secara fungsional merupakan tugas pokoknya. Sedangkan kalau dalam instansi-instansi atau lembaga-lembaga bia-sanya dilakukan oleh kepala bagian/seksi terhadap kolega-kolega yang ada di bawah pimpinan;

2. Pengawasan Ekstern: Adalah pengawasan dari luar yaitu pengawasan yang dilaksanakan lembaga yang

(17)

36

independent, serta oleh masyarakat.

Agar dalam pengawasan bisa terarah dan sesuai dengan perencanaan maka diperlu- kan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Obyek pengawasan harus ditetapkan agar kita mengetahui sasaran yangakan diawasi.

2. Titik-titik strategi penga- wasan harus ditentukan, agar pelaksanaan penga- wasan lebih ditujukan kepada yang benar-benarpenting.

3. Tolok ukur kriteria kaidah- kaidah harus ditegaskan agar hasil yang dicapai dapat diukur, sehingga dapat diketahui apakah pekerjaan sesuai/ berhasil atau masih jauh di bawah ukuran yang dinginkan.

4. Prosedur, metode dan teknik pengawasan harus ditentukan agar sesuai dengan lingkungan/tugas pekejaan.

5. Sebab-sebab penyimpa- ngan harus dianalisa agar penyimpangan yangsama tidak akan terulang lagi.

6. Tindak lanjut harus diada- kan, karena pengendalian tanpa tindak lanjut koreksi tidak ada artinya dan hanya akan membuang- buang biaya.

7. Penilaian akhir (evaluasi) harus diadakan untuk keperluan di masa men- datang sebagai masukan untuk perencanaan beri- kutnya dan untuk melaku

(18)

37

kan pengawasan selanjutnya.

Fungsi pengawasan agar dapat mencapai hasil yang diharapkan, maka pimpinan organisasi atau unit organisasi yang melaksanakan fungsi pengawasana harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip pengawasan. George R. Terry dalam Winardi mengemukakan bahwa prinsip pengawasan yang efektif membantu usaha usaha kita untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai dengan rencana (George R. Terry 2000:396).

Dalam pelaksanaan pengawasan, diperlukan prinsip- prinsip sebagai pedoman dalam menjalankan kegiatan tersebut.

Simbolon (2004:69) menyatakan bahwa hal ini prinsip pengawasan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi

2. Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi

3. Pengawasan harus berorientasi kepada kebenaran menurut peraturan peraturan yang berlaku, berorientasi terhadap kebenaran atas prosedurn yang telah ditetapkan dan berorientasi terhadap tujuan (manfaat) dalam pelaksanaa pekerja

4. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerja

(19)

38

5. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti dan tepat

6. Pengawasan harus bersifat terus menerus

7. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan dan penyempurnaa dan kebijaksanaan waktu yang akan datang.

2.2.2.6 Teknik Pengawasan

Teknik pengawasan pada dasarnya menerangkan tentang cara melaksanakan pengawasan dengan terlebih dahulu menentukan titik-titik pengawasan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai keadaan keseluruhan kegiatan organisasi.

Sukarna13 menyatakan teknik pengawasan antara lain :

1. Peninjauan pribadi adalah mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi, sehingga dapat dilihat sendiri pelaksanaan pekerjaan.

2. Pengawasan melalui laporan lisan dilakukan dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan, dilakukan dengan cara wawancara kepada orang-orang tertentu yang dapat memberi gambaran dari hal-hal yang ingin diketahui terutama tentang hasil yang sesungguhnya yang ingin dicapai bawahan.

13 Opcit Halaman 113

(20)

14Siagian, Sondang. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta Bumi Aksara halaman 112

39

3. Pengawasan melalui laporan tertulis merupakan suatu pertanggung jawaban bawahan kepada atasannya mengenai pekerjaan yang dilaksanakan, sesuai dengan intruksi dan tugas-tugas yang diberikan.

4. Pengawasan melalui hal-hal yang bersifat khusus, didasarkan kekecualian atau control by exeption merupakan sistem atau teknik pengawasan dimana ini ditujukan kepada soal-soal kekecualian. Jadi pengawasan hanya dilakukan bila diterima laporan yang menunjukkan adanya peristiwa istimewa.

Siagian14 mengemukakan proses pengawasan pada dasarnya dilakukan dengan mempergunakan dua macam teknik yaitu:

1. Pengawasan Langsung yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri oleh pimpinan. Dalam hal ini pimpinan langsung datang dan memeriksa kegiatan yang sedang dijalankan oleh bawahan. Pengawasan langsung dapat berbentuk inspeksi langsung, On-the-Spot observatiton dan On-the- spot report.

2. Pengawasan tidak langsung. Pengawasan dari jarak jauh.

Pengawasan dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan baik tertulis maupun lisan

(21)

40 2.2.2.7 Indikator Pengawasan

Proses pengawasan adalah serangkaian kegiatan didalam melaksanakan pengawasan terhadap suatu tugas atau pekerjaan dalam suatu organisasi. Pandoyo15 merumuskan proses atau langkah-langkah yang dapat digunakan sebagai indikator dalam proses pengawasan meliputi :

1. Menentukan ukuran atau pedoman baku atau standar.

Standar terlebih dahulu harus ditetapkan. Ini tidak lain suatu model atau suatu ketentuan yang telah diterima bersama atau yang telah ditentukan oleh pihak yang berwenang. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil.

2. Mengadakan penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan. Penilaian yang dilakukan oleh pengawas dengan melihat hasil kerjanya dan laporan tertulisnya. Ini dapat dilakukan dengan melalui antara lain:

laporan (lisan atau tertulis), buku catatan harian tentang itu tentang bagan jadwal atau grafik produksi, inspeksi atau pengawasan langsung, pertemuan/konperensi dengan petugas-petugas yang bersangkutan, survei yang dilakukan oleh tenaga staf ahli atas badan tertentu.

15Pandoyo, Hendraman Ranu, 2007. Prinsip Pendisiplinan. Yogyakarta, FE UGM. Halaman 109

(22)

41

3. Membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan dengan standar yang ada untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi. Ini dilakukan untuk pembandingan antara hasil pengukuran tadi dengan standar, dengan maksud untuk mengetahui apakah diantaranya terdapat suatu perbedaan dan jika ada seberapa besarnya perbedaan, kemudian menentukan perbedaan itu perlu diperbaiki atau tidak.

4. Mengadakan perbaikan atau pembetulan atas penyimpangan yang terjadi, sehingga pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan apa yang direncanakan. Melakukan tindakan koreksi / perbaikan Bila hasil analisa menunjukkan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan.

Proses pengawasan adalah serangkaian kegiatan didalam melaksanakan pengawasan terhadap suatu tugas atau pekerjaan dalam suatu organisasi. Proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan langkah pokok yang bersifat fundamental bagi semua pengawasan menurut Handoko16:

1. Penetapan standar pelaksanaan/perencanaan. Tahap pertama dalam pengawasan adalah menetapkan standar pelaksanaan,

16 Opcit Handoko

(23)

42

standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil- hasil.

2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan. Penetapan standar akan sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Tahap kedua ini menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.

3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan. Beberapa cara melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu:

a. Pengamatan.

b. Laporan-laporan baik lisan ataupun tertulis.

c. Metode-metode otomatis.

d. Pengujian atau dengan pengambilan sampel.

4. Perbandingan pelaksanaan dengan standar analisis penyimpangan Tahap kritis dari proses pengawasan adalah membandingkan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang telah direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.

Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan\

Bila hasil analisa menunjukkan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan. Sementara Pandoyo merumuskan proses atau langkah-langkah pengawasan

(24)

43 meliputi:

1. Menentukan ukuran atau pedoman baku atau standar.

Pelaksanaan/perencanaan tahap pertama dalam pengawasan adalah menetapkan ukuran standar pelaksanaan, standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil- hasil.

2. Mengadakan penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan. Yaitu suatu penilaian yang dilakukan oleh pengawas dengan melihat hasil kerjanya dan laporan tertulisnya.

3. Membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau pedoman baku yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi saat bekerja.

4. Mengadakan perbaikan atau pembetulan atas penyimpangan yang terjadi, sehingga pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan apa yang direncanakan. Melakukan tindakan koreksi / perbaikan bila hasil analisa menunjukkan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan.

(25)

44

Dengan beberapa pendapat dari para ahli tersebut cukuplah jelas, yang dimaksud dengan proses pengawasan yaitu serangkaian tindakan dalam mengadakan pengawasan. Namun pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ikut mengubah wajah pelaksana pengawasan ketenagakerjaan di daerah yang dulunya sampai di tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota kini hanya dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi.

2.2.2 Tinjauan Umum Mengenai Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

Menurut Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER- 01/MEN/1999 tentang Upah Minimum, upah minimum adalah Upah Bulanan Terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap.

Dalam Pasal 97 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menentukan bahwa Pemerintah dalam hal ini Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Propinsi dan/atau bupati/walikota, menetapkan upah minimum berdasarkan KHL dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan ketentuan mengenai penghasilan yang layak, kebijakan pengupahan, kebutuhan hidup layak dan perlindungan pengupahan, penetapan upah minimum dan pengenaan denda terhadap pekerja/buruh yang melakukan pelanggaran karena kesengajaan atau kelalaian diatur

(26)

45

dengan peraturan pemerintah (Hardijan Rusli, 2011:91).

Upah minimum diarahkan kepada pencapaian KHL yaitu setiap penetapan upah minimum harus disesuaikandengan tahapan pencapaian perbandingan upah minimum dengan kebutuhan hidup layak yang besarnya ditetapkan Menaker (Menteri Tenaga Kerja). Pencapaian KHL perlu dilakukan secara bertahap karena kebutuhan 25 hidup minimum yang sangat ditentukan oleh kemampuan dunia usaha. (Hardijan Rusli, 2011:91).

Upah minimum dapat terdiri atas:

a. Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

b. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. (Hardijan Rusli, 2011:92).

Upah minimum sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok lapangan usaha beserta pembagiannya menurut klasifikasi lapangan usaha Indonesia untuk kabupaten/kota, provinsi, beberapa provinsi atau nasional, dan tidak boleh rendah dari upah minimum regional daerah yang bersangkutan.

Penetapan upah minimum perlu mempertimbangkan beberapa hal secara komprehensif. Dasar pertimbangan menurut Pasal 6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor PER01/MEN/1999 sebagai berikut:

1) Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dengan mempertimbangkan:

(27)

46

a. Kebutuhan Hidup Minimum (KHM);

b. Indeks Harga Konsumen (IHK);

c. Kemampuan, perkembangan, dan kelangsungan perusahaan;

d. Upah pada umumnya yang berlaku di daerah tertentudan antar daerah;

e. Kondisi pasar kerja;

f. Tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan perkapita.

2) Untuk penetapan Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) dan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK), di samping mempertimbangkan butir 1 di atas juga mempertimbangkan kemampuan perusahaan secarasektoral. (Abdul Khakim, 2006 :42- 43).

Terhadap perusahaan yang tidak mampu melaksanakan ketetapan Upah Minimum, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor. KEP-226/MEN/2000 juga mengaturnya di dalam Pasal 19 ayat (2) yang menentukan “Permohonan penangguhan pelaksanaan Upah Minimum diajukan kepada Gubernur melalui Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja/Instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di Propinsi.”

Permohonan penangguhan pelaksanaan Upah Minimum dimaksud di atas tidaklah serta merta dapat disetujui oleh Gubernur.

(28)

47

Di dalam Pasal 20 ayat (2) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor. KEP-226/MEN/2000 dinyatakan bahwa “Berdasarkan permohonan penangguhan pelaksanaan Upah Minimum, Gubernur dapat meminta Akuntan Publik untuk memeriksa keadaan keuangan guna pembuktian ketidakmampuan perusahaan atas biaya perusahaan yang memohon penangguhan.”

Selanjutnya Gubernur menetapkan penolakan atau persetujuan penangguhan pelaksanaan Upah Minimum berdasarkan audit dari Akuntan Publik. Apabila permohonan penangguhan pelaksanaan Upah Minimum disetujui oleh Gubernur, maka persetujuan tersebut berlaku untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun. Atau dengan kata lain, bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat melakukan penangguhan yang tata caranya diatur dengan keputusan Menaker. Penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Bila penangguhan tersebut berakhir, maka perusahaan yang bersangkutan wajib melaksanakan upah minimum yang berlaku pada saat itu, tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketentuan upah minimum yang berlaku pada waktu diberikan penangguhan.

Pengertian Upah Minimum Propinsi/Kabupaten/Kota Menurut Pasal 1 Ayat 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(29)

48

No.KEP-226/MEN/2000 tentang perubahan pasal 1, pasal 3, pasal 4, pasal 8, pasal 11, pasal 20, pasal 21 Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, upah minimum propinsi adalah upah yang berlaku untuk seluruh kabupaten atau kota di 28 satu propinsi. Besarnya upah minimum untuk setiap wilayah propinsi atau kabupaten atau kota tidak sama karena tergantung nilai kebutuhan hidup minimum (KHM) di daerah bersangkutan.

2.2.3 Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang

Menurut undang-undang No 13 Tahun 2003 Tentang KetenagakerjaanPasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 8 mengenai perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan meliputi: Kesempatan kerja, Pelatihan kerja, Produktivitas tenaga kerja, Hubungan industrial, Kondisi lingkungan kerja, Pengupahan dan Kesejahteraan tenaga kerja. Masalah ketenagakerjaan terus menerus mendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat dan keluarga.

Pemerintah melihat masalah ketenagakerjaan sebagai salah satu bahkan sentral pembangunan nasional, karena ketenagakerjaan itu pada hakikatnya adalah tenaga pembangunan yang banyak sumbangannya

(30)

49

terhadap keberhasilan pembangunan bangsa termasuk pembangunan di sektor ketenagaan itu sendiri. Dimana pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk:

1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimum,

2. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerjayang sesuai dengan pembangunan nasional,

3. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraannya, dan

4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

Dalam pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah diharapkan dapat menyusun dan menetapkan perencanaan tenaga kerja. Perencanaan tenaga kerja dimaksudkan agar dapat dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan. Strategi dan implementasi program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Sebagian besar manusia di muka bumi Indonesia menyadari bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku (actor) dalam mencapai tujuan pembnagunan.

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 51 tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Tangerang, dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tentang kewenangan Pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai

(31)

50

daerah otonom yang ditindak lanjuti dengan Keputusan Walikota Tangerang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang merupakan pedoman para pemangku keputusan Walikota Tangerang Nomor 10 Tahun 2010 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja dinas sosial, ketenagakerjaan dan transmigrasi Kota Tangerang.

Dinas Sosial, Ketenagakerjaan Dan Transmigrasi Kota Tangerang sebagai salah satu perangkat daerah dari Pemerintah Kota Tangerang, mempunyai kewajiban untuk membuat program kerja dinas dan merupakan salah satu tolok ukur pencapaian keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam menjalankan tugas pokokdan fungsinya.

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang yaitu membantu Walikota dalam melaksanakan tugas – tugas Pemerintahan, pembangunan, kewenangan dekonsentrasi dan perbantuan, perumusan kebijakan di bidang sosial, ketenaga kerjaan dan transmigrasi. Dengan rincian uraian tugasnya antara lain sebagi berikut:

c. Merumuskan kebijakan teknis program pemberdayaan Bidang Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi.

d. Melaksanakan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Bidang Sosial meliputi: kebijakan, perencanaan dan penggorganisasian, penganggaran, pembinaan, monitoring dan evaluasi serta kerjasama penanganan dan pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan

(32)

51

Sosial (PMKS) dan korban bencana,pemberdayaan potensi sumber daya kesejahteraan sosial, kelembagaan sosial, sarana dan prasarana kesejahteraan sosial, pekerja sosial masyarakat.

e. Melaksanakan kebijakan, perencanaan dan pengorganisasian, penganggaran, pembinaan, kerjasama, monitoring dan evaluasi kelembagaan sosial, tenaga fungsional pekerja sosial, sistem informasi kesejahteraan sosial, organisasi perangkat penanggulangan bencana.

f. Melaksanakan program pembinaan dan pelaksanaan tugas pemberdayaan dan rehabilitasi sosial, perlindungan dan jaminan sosial, penganugrahan tanda kehormatan, nilai – nilai kepahlawanan, keperintisan kejuangan dan kesetiakawanan sosial, Pemberian Jaminan Kesehatan Sosial Kemasyarakatan (Jamkesmas) dan Jaminan Sosial Kesehatan Masyarakat Daerah (Jamkesda).

g. Melaksanakan kebijakan, perencanaan dan penggorganisasian, penganggaran, pembinaan, kerjasama, monitoring dan evaluasi kelembagaan ketenagakerjaan, tenaga fungsional ketenagakerjaan, sistem informasi ketenagakerjaan dan hubungan industrial serta penggulangan pengangguran.

h. Merumuskan kebijakan perencanaan, pembinaan sumber daya aparatur ketenagakerjaan, program pendidikan dan pelatihan ketenagakerjaan, pembinaan pelatihan produktivitas tenaga kerja,

(33)

52

pembinaan sertifikasi ketenagakerjaan, penempatan tenaga kerja dalam negeri dan luar negeri.

i. Merumuskan kebijakan perencanaan, pelaksanaan dan pembinaan pengawasan ketenagakerjaan, tenaga mediator dan hubungan industrial serta perselisihan industrial, Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Jamsostek).

j. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi kelembagaan asosiasi ketenagakerjaan, unit pelaksana teknis daerah dan kelompok jabatan fungsional sosial ketenagakerjaan.

k. Merumuskan kebijakan perencanaan, pembinaan dan pelaksanaan program transmigrasi meliputi: seleksi, pembinaan keluarga calon transmigran, pemberangkatan, survei daerah penempatan transmigran, monitoring dan evaluasi penenpatan transmigran.

l. Pemberdayaan potensi sumberdaya baik manusia maupun potensi sumber daya lainnya.

m. Pelaksanaan tugas pembantuan bidang sosial ketenagakerjaandan transmigrasi lainya yang diserahkan Pemerintah Daerah.

n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

(34)

53 2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam memberikan suatu informasi, maka dibutuhkan pelayanan informasi yang tepat untuk dapat melihat bagaimana penerapan pelayanan informasi publik di Dinas Tenaga Kerja, agar fungsi dari pengawasan dapat terlaksana dengan baik dan tepat sesuai Undang-Undang. Berikut dibawah ini kerangka berpikir yang disusun oleh penulis:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

(35)

54

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berbagai permasalahan yang terjadi di dalam kawasan Kabil tersebut, maka perlu dilakukan studi kelayakan investasi perumahan di dalam Sub Wilayah

DH-2- Dixie Highway Medium Intensity Multi-Family District Development Regulations MAXIMUM

Kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pelaksanaan kegiatan shalat jumat dan yasinan secara berjamaah ini dilakukan secara continiu sehingga diharapkan siswa terbiasa untuk

khususnya meliputi banyak faktor, antara lain: masih sulitnya akses bantuan hukum bagi masyarakat Sum Sel karena masih kurangnya pengetahuan mengenai bantuan

Salah satu ciri utama daerah mampu dalam melaksanakan otonomi daerah adalah terletak pada kemampuan keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Pada kawasan tersebut terjadi genangan setinggi sekitar 40–60 cm dengan lama genangan 4-8 jam yang diakibatkan air dari saluran

Lapisan mukus ini melapisi permukaan mukosa dengan tebal 2-3 kali tinggi sel epitel permukaan. Cairan yang mengandung asam dan pepsin keluar dari kelenjar lambung

Kuasa penggunaan barang milik derah adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh pengguna untuk menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya..