• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penguraian Sampah Organik Pasar Menggunakan Larva Black Soldier Fly

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Efektivitas Penguraian Sampah Organik Pasar Menggunakan Larva Black Soldier Fly"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Efektivitas Penguraian Sampah Organik Pasar Menggunakan Larva Black Soldier Fly

Asri Triwandani1, Pramiati Purwaningrum2*, Ratnaningsih Ruhiyat3

1Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti Jakarta Indonesia

2,3Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Trisakti, Jakarta Indonesia

*Koresponden email: pramiati@trisakti.ac.id

Diterima: 15 Februari 2023 Disetujui: 1 Maret 2023

Abstract

Organic waste dominates the waste sourced from the market so it needs to be processed before it goes to the TPA. Utilization of BSF larvae is an effort to process organic waste in reducing the volume of waste that will be disposed of in the TPA. The purpose of this study was to determine the ability of BSF larvae to reduce organic waste on the market. The composition of the type of waste used consisted of fruit, vegetable, food waste and mixtures (50% fruit waste: 40% vegetable waste: 10% food waste waste) with a variation of feeding rate of 40, 60 and 80 mg/larvae/day. The number of larvae included in each reactor was 4000 individuals (70 grams) using 5-day larvae (5-DOL) with a composting duration of 18 days. The results showed that BSF larvae were able to reduce organic waste under optimum pH conditions ranging from 7.5- 8.3 with an average temperature of around 31⁰C and humidity ranging from 56-88%. The reduction results obtained in this study were 78% for various vegetables with a feeding rate of 60 mg/larvae/day. The best results of laboratory analysis based on SNI 19-7030-2004 are mixed sample variations with a feeding rate of 80 mg/larvae/day which have a C-Organic content of 32.55%, a C/N ratio of 17%, a moisture content of 12.89%, N total 1.88%, P2O5 2.22% and K2O 2.68%.

Keywords: organic waste, market, larvae, black soldier fly, feeding rate, waste composition Abstrak

Sampah organik mendominasi sampah yang bersumber dari pasar sehingga perlu dilakukan pengolahan sebelum masuk ke TPA. Pemanfaatan larva BSF adalah salah satu upaya pengolahan sampah organik dalam mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPA. Maksud dari penelitian ini untuk mengetahui kemampuan larva BSF dalam mereduksi sampah organik di pasar. Komposisi jenis sampah yang digunakan terdiri dari sampah buah, sayur, sisa makanan dan campuran (50% sampah buah:40% sampah sayur:10%

sampah sisa makanan) dengan variasi feeding rate sebesar 40, 60, dan 80 mg/larva/hari. Jumlah larva yang dimasukkan pada tiap reaktor sebanyak 4000 ekor (70 gram) menggunakan larva 5 hari (5-DOL) dengan durasi pengomposan selama 18 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larva BSF mampu mereduksi sampah organik dalam keadaan pH optimum berkisar 7,5-8,3 dengan suhu rata-rata sekitar 31⁰C dan kelembapan berkisar 56-88%. Hasil reduksi yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu sebesar 78% pada variasi sayur dengan feeding rate 60 mg/larva/hari. Hasil analisis laboratorium yang paling baik berdasarkan SNI 19-7030-2004 adalah variasi sampel campuran dengan feeding rate 80 mg/larva/hari yang memiliki kandungan C-Organik 32,55%, C/N rasio 17%, kadar air 12,89%, N total 1,88%, P2O5 2,22%

dan K2O 2,68%.

Kata Kunci: sampah organik, reduksi sampah, larva, black soldier fly, feeding rate, komposisi sampah 1. Pendahuluan

Pasar tradisional merupakan sumber limbah yang cukup besar sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui potensi pemanfaatannya, termasuk di Pasar Anyar Tangerang. Dari berbagai jenis pasar tradisional masih ditemukan pasar yang tidak terkelola dengan baik dan telah terjadi perubahan kualitas fisik, misalnya Pasar Anyar Kota Tangerang. Masyarakat sekitar memanfaatkan Pasar Anyar Kota Tangerang sebagai pusat perdagangan yang menimbulkan tempat bertemunya pedagang dan pembeli serta akomodasi utama dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Saat ini, diperlukan inovasi daur ulang sampah dengan memanfaatkan larva Black Soldier Fly (BSF) karena pengolahan sampah organik yang berasal dari kegiatan pasar umumnya masih membutuhkan waktu yang lama. Kemampuan Black Soldier Fly (BSF) dalam mengonsumsi sampah organik menjadikannya salah satu agen dekomposer yang sering digunakan [1]. Menurut [2], penggunaan larva Black Soldier Fly (BSF) merupakan metode pengolahan alternatif yang dapat mencerna sampah organik dengan percepatan reduksi mencapai 62,68-73,98%. Larva Black Soldier Fly mampu mengolah sampah yang berbentuk padat

(2)

dan cair serta dapat mengekstrak energi dan nutrisi dari sisa-sisa buah, sayuran, makanan [1]. Sampah organik yang bersifat lunak dengan kandungan air yang tinggi akan menyebabkan larva sulit mencerna makanan [3]. Suhu yang paling optimum ada di kisaran 30-36oC [4]. Larva BSF tetap bisa bertahan hidup pada suhu yang lebih rendah daripada itu dengan bantuan panas dari sampah yang dimakannya [5].

Beberapa penelitian yang dilakukan tentang kandungan protein pada Larva BSF telah dilakukan [6], kandungan nutrien larva BSF pada ketiga perlakuan memiliki kadar protein berkisar dari 31.44% sampai 33.88%, kadar lemak berkisar dari 30.07% sampai 34.39%, sedangkan [7] pengukuran kadar protein Larva BSF dengan pemberian pakan berupa campuran sampah organik (agregat) dengan kadar protein 29,9%.

[8] menggunakan 1 jenis buah nangka muda yang kadar proteinnya 12,71% dan menggunakan kulit pisang dengan kadar protein yang diperoleh 11,30%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Larva BSF dapat menjadi bahan baku pakan ternak yang ideal dibandingkan dengan pakan ternak lainnya karena kandungan protein yang tinggi.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui gambaran implementasi pemanfaatan Black Soldier Fly (BSF) dalam pengolahan sampah organik pasar. Modifikasi pakan yang akan diberikan ke larva BSF berupa sisa sayuran, sisa buah-buahan, dan sisa makanan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hasil modifikasi pakan larva BSF paling optimum dalam reduksi sampah organik seperti buah, sayur, dan sisa makanan serta menghasilkan kompos yang baik sesuai dengan kriteria SNI Kompos 19-7030-2004 tentang Spesifikasi Kompos Sampah Organik Domestik dengan parameter yang diukur seperti C/N rasio, pH, suhu, kelembapan, dan lama waktu pengomposan.

2. Metode Penelitian 2.1. Kerangka Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan dengan kerangka penelitian yang akan dilakukan tahapan-tahapan sesuai dengan diagram alir penelitian pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Penelitian Sumber: Peneliti, 2023

2.2. Pelaksanaan Sampling di Pasar Anyar Tangerang

Pengambilan sampel dilakukan sebelum melakukan penelitian pengolahan sampah organik menggunakan larva BSF. Sampling sampah organik pasar yang digunakan diantaranya sampah sayur, sampah buah, sampah sisa makanan, dan sampah campuran 50:40:10. Perbandingan sampah campuran yang digunakan dilihat dari hasil timbulan sampah sayur, sampah buah, dan sampah sisa makanan yang ada

(3)

di Pasar Anyar. Dalam penentuan jumlah sampel di Pasar Anyar Tangerang, hal yang perlu diketahui adalah menentukan jumlah kios yang ada di Pasar Anyar Tangerang sebesar 663 kios dengan jumlah kios aktif sebesar 423 kios. Penentuan jumlah sampel dengan persamaan Slovin yang ditulis sebagai berikut:

n = N/[1+Ne2] Keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran Populasi pedagang

e = Nilai kritis (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel)

Berdasarkan hasil rumus di atas, maka perhitungan total untuk seluruh kios di Pasar Anyar Tangerang dapat dilihat sebagai berikut:

𝑁 = 423/[1 + 423 (0,12)]

423 /5,2 𝑁 = 80,87 ∞ 81 kios

Dari hasil perhitungan Slovin menunjukkan jumlah kios masing-masing di Pasar Anyar Tangerang diperoleh sebesar 81 sampel. Berikut ini merupakan jumlah penentuan sampel pada masing-masing kios di Pasar Anyar Tangerang yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah penentuan sampel pada masing-masing kios di Pasar Anyar Tangerang

No. Jenis Kios

Jumlah Kios

Kios aktif

Total Kios

Jumlah Sampe

l

Penentuan Sampel Tiap

Kios

1. Kios buah 91 91 17

2. Kios sayur 64 64 12

3. Kios daging 119 61 12

4. Kios ikan basah 13 10 2

5. Kios bumbu 7 3 1

6. Kios beras 28 14 3

7. Kios telur 7 5 1

8. Kios kelontongan lantai 1 27 11 423 81 2

9. Kios kelontongan lantai 2 37 21 4

10. Kios perhiasan 66 32 6

11. Kios pakaian jadi 128 61 12

12. Kios kosmetik 12 4 1

13. Kios plastik 11 10 2

14. Kios sepatu 29 12 2

15. Rumah makan 24 24 5

Total Kios 663 423 81

Sumber: Hasil perhitungan, 2023 2.3. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan skala pilot dengan masing-masing kebutuhan sampel sampah organik sesuai dengan feeding rate yang sudah ditentukan. Alur penelitian dimulai dari pengambilan sampel berupa sampah organik, dilanjutkan dengan pemberian larva BSF 4000 ekor dengan usia 5 hari (5-DOL) pada masing-masing reaktor sebanyak 24 reaktor yang terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Variasi sampel penelitian No. Nama Sampel Feeding rate

(mg/larva/hari)

1. Sayur 40

60 80

2. Buah 40

60

(4)

No. Nama Sampel Feeding rate (mg/larva/hari)

80

3. Sisa Makanan 40

60 80 4. Campuran

(50:40:10)

40 60 80 Sumber: Hasil penelitian, 2023

2.4. Pelaksanaan Penelitian di Intermediate Treatment Facility (ITF) Jatiuwung, Tangerang

Dua variable digunakan dalam penelitian ini. Variabel pertama yaitu jenis sampah pasar dan variabel kedua yaitu feeding rate. Variasi penelitian disesuaikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Variasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu terdapat masing-masing feeding rate sebesar 40, 60, dan 80 mg/larva/hari. Jumlah larva yang dimasukkan sebanyak 4000 ekor tiap reaktor dengan umur 5 hari (5-DOL) dengan kebutuhan tiap sampel yaitu 12 reaktor dan larva BSF dengan umur 5 hari (5-DOL) diambil dari Intermediate Treatment Facility (ITF) Jatiuwung, Tangerang. Dari kebutuhan sampel sampah yang akan digunakan pada masing-masing reaktor selanjutnya akan dilaksanakan penelitian di ITF Jatiuwung selama periode larva 18 hari dengan pemberian pakan setiap 3 hari sekali dimulai hari ke-0, 3, 6, 9, 12, dan 15.

2.5. Analisis Data

Pada tahap analisis melalui skala pilot dengan menimbang masing-masing feeding rate yang sudah di tentukan dan diberikan larva usia 5 hari (5-DOL) selama 18 hari. Larva yang sudah ditempatkan kedalam reaktor diberi pakan sesuai feeding rate yang sudah ditentukan dan kain kasa digunakan sebagai penutup guna menghindari adanya serangga/hewan lain masuk. Jumlah larva yang digunakan adalah 4000 ekor pada setiap reaktor sebanyak 12 reaktor. Setelah 18 hari perubahan larva BSF akan berubah menjadi prepupa.

Hasil perubahan larva menjadi prepupa ini ditandai dengan warna larva yang menjadi kehitaman dengan ukuran dan berat prepupa yang lebih besar dari umur awal larva 5-DOL.

Pada tiap reaktor, komposisi sampah yang memiliki tingkat reduksi tertinggi dapat ditentukan melalui pemanfaatan larva BSF. Kemampuan larva dalam menguraikan seluruh jenis sampah yang diberikan dapat dinilai dari tingkat reduksinya. Tingkat reduksi diperoleh dari persentase berat sampah organik awal dan akhir pengomposan yang ditandai dengan larva yang berwarna kehitaman. Jenis makanan dan feeding rate sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan larva dilihat dari bobot akhir larva setelah 18 hari. Feeding rate rendah akan cenderung optimal dalam mengolah makanan yang diberikan.

Output pengolahan berupa larva basah, larva kering dan kompos kering. Larva basah, dan kompos kering akan diuji kualitasnya di laboratorium. Sedangkan, larva basah BSF akan dibiakkan dalam reaktor pupa. Kualitas kompos organik dianalisis dengan membandingkan antara kompos organik pada setiap perlakuan dengan kriteria SNI 19-7030-2004 tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik.

Analisis ini dilakukan dengan tujuan mengetahui sampah organik pasar tereduksi larva BSF apakah lolos syarat sebagai kompos organik atau tidak dan untuk menganalisis kandungan protein pada larva BSF setelah dilakukan proses reduksi sampah organik pasar.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Timbulan Sampah Organik Pasar Anyar

Data timbulan sampah diperoleh dari jumlah berat sampah atau volume sampah organik sebelum diangkut ke TPS. Timbulan sampah organik pasar Anyar didapatkan dari masing-masing kios dan dilakukan selama 8 hari. Berikut Tabel 3 merupakan timbulan sampah organik Pasar Anyar Tangerang.

Tabel 3. Timbulan sampah organik pasar Sumber sampah

Jumlah Kios

Timbulan Sampah (liter/hari)

Timbulan Sampah (kg/hari)

Timbulan Sampah (m3/hari)

Timbulan Sampah (ton/hari)

Kios buah 91 288,05 195,63 0,29 0,20

Kios sayur 64 262,36 184,96 0,26 0,18

Kios daging 61 38,05 19,22 0,04 0,02

Kios ikan basah 10 24,59 14,33 0,02 0,01

(5)

Sumber sampah

Jumlah Kios

Timbulan Sampah (liter/hari)

Timbulan Sampah (kg/hari)

Timbulan Sampah (m3/hari)

Timbulan Sampah (ton/hari)

Kios bumbu 3 24,30 15,04 0,02 0,02

Kios beras 14 11,03 5,13 0,01 0,01

Kios telur 5 24,47 12,69 0,02 0,01

Kios kelontongan lantai 1 11 41,24 20,17 0,04 0,02

Kios kelontongan lantai 2 21 28,52 13,33 0,03 0,01

Kios perhiasan 32 14,40 7,93 0,01 0,01

Kios pakaian jadi 61 24,88 14,81 0,02 0,01

Kios kosmetik 4 9,79 3,95 0,01 0,00

Kios plastik 10 20,25 10,19 0,02 0,01

Kios sepatu 12 19,97 10,36 0,02 0,01

Rumah makan 24 136,52 102,78 0,14 0,10

Kios buah (los) 224 1440,28 1124,63 1,44 1,12

Kios sayur (los) 179 830,41 653,58 0,83 0,65

Rumah makan (los) 48 882,48 478,56 0,88 0,48

Total 4121,6 2887,3 0,23 0,16

Sumber: Hasil penelitian, 2023

Persentase terbesar diperoleh dari sampah sisa makanan sebesar 39,83% dan sampah sayur & buah sebesar 12,66%. Sampah anorganik lainnya seperti kertas koran & majalah memiliki persentase sebesar 6,39% diperoleh paling banyak dari kios sepatu. Sampah kaleng memiliki persentase sebesar 2,26%

diperoleh paling banyak dari kios kelontongan. Sampah kain/tekstil memiliki persentase sebesar 1,43%

diperoleh paling banyak dari kios pakaian jadi. Sampah kaca/gelas sebesar 2,41% sedangkan sampah kayu memiliki persentase sebesar 1,68% dan E-waste sebesar 0,33% yang berasal dari kios daging karena membutuhkan lampu untuk daging dan baterai untuk jam dinding.

Gambar 2. Persentase total timbulan sampah di setiap jenis kios Sumber: Hasil penelitian, 2023

Sampah sayur dan buah dikenal sebagai sampah organik dengan kadar air yang tinggi dan tidak mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Sampah sayur diperoleh dari sayur yang sudah layu dan tidak memiliki nilai jual, sedangkan sampah buah-buahan diperoleh dari buah yang dibiarkan begitu saja sehingga membusuk secara alami dan tidak terjual. Sampah makanan adalah sampah organik yang mengandung protein dan/atau lemak. Sampah sisa makanan berasal dari nasi dan sayur dari warung makan.

Sampah organik yang dihasilkan merupakan sampah lunak yang disukai oleh BSF [9]. Oleh karena itu, komposisi sampah organik yang berpotensi untuk diolah dengan larva BSF terdiri dari sampah sayur dan buah serta sisa makanan.

3.2. Hasil Analisis Pengukuran Karakteristik Sampah Organik Pasar

Selama penelitian berlangsung dilaksanakan pengukuran nilai pH. Adanya fluktuasi nilai pH selama proses pengomposan sampah pasar menunjukkan bahwa proses tersebut berjalan dengan baik. Variasi sayur, buah, campuran dan sisa makanan memiliki pH dengan kisaran 7,5-8,3 yang berarti mempunyai sifat pH netral-basa. Sifat pH tersebut tidak akan berpengaruh terhadap pertumbuhan larva BSF karena larva BSF hanya dapat bertahan hidup pada lokasi ekstrem. Media yang digunakan larva BSF untuk berkembang

(6)

biak mempunyai toleransi pH cukup besar antara lain hidup pada media yang tinggi akan kandungan garam, alkohol, dan asam amonia [9].

Gambar 4. Fluktuasi karakteristik pH sampah organik Pasar Anyar Sumber: Hasil penelitian, 2022

Nilai pH akhir seluruh sampel adalah 7,5-8,3. Pengukuran akhir seluruh sampel tidak berada pada rentang pH yang harus dipenuhi sesuai kriteria SNI yakni 6,80-7,49. Dalam proses pengolahan kompos organik, seluruh variasi tidak menunjukkan nilai pH akhir yang sesuai dengan nilai pH ideal yaitu 7,00- 8,00 [10]. Namun, Larva BSF mempunyai jangkauan toleransi pH yang luas sehingga larva mampu hidup di berbagai kondisi lingkungan termasuk keadaan ekstrem [9]. Nilai toleransi pH Larva BSF 0,7-13,7 dan mampu mengubah pH awal dari 2,7-12,7 menjadi antara 7,8-8,9 [11]. Aktivitas penguraian sampah organik pasar oleh larva BSF digambarkan melalui peningkatan dan penurunan pH.

Besarnya toleransi pH makanan yang dimiliki larva BSF membuat hampir segala jenis sampah organik mampu dicerna olehnya [12]. Oleh karena itu, analisis ini juga memberikan hasil yang memperlihatkan baiknya kemampuan bertahan hidup larva BSF dan aktivitasnya dalam penguraian sampah organik dengan kondisi pH yang rentan. Berdasarkan penelitian [13], menjelaskan bahwa perkembangan larva BSF bergantung pada suhu dan kelembapan. Semakin tinggi suhu yang diterapkan selama proses pengolahan kompos maka semakin tinggi tingkat konsumsi oksigen yang diproduksi mikroorganisme dan larva BSF untuk mempercepat proses penyusutan [14].

Siang hari digunakan sebagai waktu yang cocok untuk mengukur suhu selama 18 hari. Berdasarkan hasil pengamatan suhu, diperoleh suhu rata-rata sebesar 31 ℃, dengan suhu maksimum sebesar 32℃ dan suhu minimum sebesar 31 ℃. Menurut hasil pengukuran, suhu larva proses pelaksanaan penelitian di ITF Jatiuwung merupakan lokasi dengan suhu yang mendekati optimum, yaitu antara 30°C-36°C sehingga dianggap cukup baik untuk pembiakan larva BSF [4]. Suhu yang terlalu panas membuat larva keluar dari sumber makanannya untuk mencari tempat yang lebih dingin. Sementara itu, suhu yang terlalu dingin berdampak pada melambatnya metabolisme larva sehingga frekuensi makan larva akan lebih sedikit dan pertumbuhan larva pun menjadi semakin lambat.

Gambar 5. Pengukuran suhu pada sampah organik Sumber: Hasil penelitian, 2022

(7)

Pertumbuhan yang baik menunjukkan bahwa sampah organik digunakan sebagai sumber nutrisi larva BSF selama proses degradasi sampah. Proses pembiakan larva akan sangat baik jika berada dalam kondisi suhu yang konstan. Selama fase pertumbuhan, larva akan selalu berusaha beradaptasi dengan lingkungannya. Berdasar pada penjelasan [15] pertumbuhan larva akan cenderung konstan apabila suhu dan kelembapan relatif udara juga konstan. Hal tersebut disebabkan karena semakin lama larva sudah lebih beradaptasi selama fase pertumbuhannya sehingga pertumbuhannya berlangsung jauh lebih baik.

Gambar 6. Pengukuran kelembapan pada sampah organik Sumber: Hasil penelitian, 2022

Persentase kelembapan pada sampah organik Pasar Anyar yang akan berdampak terhadap pertumbuhan BSF juga dipengaruhi oleh faktor suhu. Dalam penelitian ini, peningkatan dan penurunan kelembapan terlihat dari hasil pengukuran kelembapan selama proses pengolahan kompos. Sampah organik Pasar Anyar memiliki rentang persentase kelembapan senilai 56 – 88% yang berarti tidak memenuhi kriteria media pertumbuhan larva BSF dengan kelembapan optimum 60 – 70% [15]. Namun, penambahan zeolit selama proses pengomposan mampu mengatasi hal tersebut dengan cara menyerap kelebihan air [16].

3.3. Pertumbuhan Larva BSF

Setiap 3 hari selama 18 hari penelitian dilakukan penghitungan penambahan berat larva BSF. Total terdapat 6 kali perhitungan berat dimulai dari hari ke-0 hingga hari ke-18. Pertumbuhan yang signifikan pada sampel berefek pada metabolisme larva yang semakin cepat karena dipengaruhi oleh faktor tingginya variasi kandungan nutrien yang diperoleh dari sayuran dan buah-buahan, sehingga dapat mempercepat metabolisme larva. Proses metabolisme larva dinilai baik dengan bantuan rasio C/N yang baik pula.

Kualitas dan kuantitas media perkembangan larva BSF sangat mempengaruhi kandungan nutrien tubuh serta keberlangsungan hidup larva pada setiap instar (tahap pergantian kulit) dan tahap metamorfosis selanjutnya. Kualitas media perkembangan larva berkorelasi positif dengan panjang larva dan persentase daya tahan hidup lalat dewasa. Secara keseluruhan, sebagaimana tampak pada Gambar 7 dapat dijelaskan bahwa larva BSF mengalami peningkatan berat terbaik sebesar 0,3083 mg/ekor pada perlakuan sampel campuran (50% sampah sayuran, 40% sampah buah-buahan dan 10% sampah sisa makanan) dengan feeding rate 80 mg/larva/hari, karena tekstur sampah variasi campuran lebih lembut dan lunak dibandingkan dengan sampah sayuran, sedangkan sampah sayuran mempunyai kandungan serat tinggi sehingga menghambat pencernaan [17].

(8)

Gambar 7. Peningkatan berat larva BSF tiap sampel Sumber: Hasil penelitian, 2022

Berdasarkan pada grafik di atas juga dapat dijelaskan bahwa berat larva BSF sebelum dan sesudah proses pengomposan mampu memperlihatkan jelas adanya peningkatan berat larva. Kondisi sampah dan feeding rate dinilai menjadi faktor terjadinya peningkatan berat larva BSF.

3.4. Reduksi Sampah Organik Pasar

Berdasarkan kemampuan larva dalam mengonsumsi sampah organik, persentase sampel degradasi sampah organik pasar menunjukkan nilai yang berbeda. Persentase reduksi sampah diperoleh dari perbandingan berat akhir residu hasil pembusukan dengan berat total sampel yang ditambahkan [18].

Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa setiap variasi sampel berpengaruh terhadap besarnya reduksi sampah.

Gambar 8. Hasil reduksi sampah organik pasar Sumber : Hasil penelitian, 2022

Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase reduksi berkisar 61-78% melalui pengurangan paling efektif pada variasi sampah organik sayur dan feeding rate 60 mg/larva/hari dengan mereduksi sebanyak 77,81% sampah dari berat awal yang diberikan. Dalam penelitian ini, sampah organik pasar variasi sisa makanan memperlihatkan persentase reduksi terkecil yaitu sebesar 61,2% dengan angka feeding rate 80 mg/larva/hari. Jumlah pakan atau sampah dapat menyebabkan hal tersebut karena pemberiannya terlalu banyak dan kandungan air yang tinggi sehingga mengubah kondisi di dalam reactor menjadi anaerob. Kondisi anaerob dapat menghambat pergerakan larva ke makanannya yang lebih lanjut mampu menjadikan persentase reduksi sampah organik tidak optimal.

Tingkat reduksi material dipengaruhi oleh feeding rate. Kondisi anaerob yang tercipta di dalam reaktor dipicu oleh tingginya tingkat feeding rate dan kadar air sehingga aktivitas larva ke sumber makanan terhambat yang berpengaruh pada turunnya persentase reduksi sampah. Pengolahan makanan oleh larva akan dinilai optimal dilihat dari efisiensi proses pengomposannya yaitu termanifestasi Ketika nilai feeding rate rendah. Faktor jenis dan kualitas sampah seperti kandungan biji-bijian dan tulang dalam sampah akan susah diproses dibandingkan dengan sampah variasi sayuran, buah, maupun sisa makanan.

(9)

Tabel 4. Hasil reduksi sampah organik pasar

No. Feeding rate

(mg/larva/hari)

Berat awal sampah (gram)

Berat akhir sampah (gram)

Persentase reduksi

1. Sayur 40 640 162 74,69%

60 960 213 77,81%

80 1280 428 66,56%

2. Buah 40 640 196 69,38%

60 960 296 69,17%

80 1280 469 63,36%

3. Sisa Makanan

40 640 176 72,50%

60 960 327 65,94%

80 1280 497 61,17%

4. Campuran 40 640 178 72,19%

60 960 322 66,46%

80 1280 487 61,95%

Sumber: Hasil penelitian, 2022 Keterangan :

: variasi sampel yang menghasilkan reduksi sampah organik paling baik

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa larva BSF lebih mudah mengonsumsi sampah yang bersifat lunak, sehingga persen reduksi sampah pasar dengan feeding rate tertinggi memiliki reduksi sampah yang besar. Sampah organik lunak seperti sisa makanan, makanan fermentasi, sayuran, buah- buahan, daging dan tulang lunak cenderung disukai oleh larva BSF. Fakta tersebut membuktikan bahwa kontak antara bakteri dan material organik akan makin baik apabila ukuran sampah semakin kecil, sehingga banyak sampah yang menyusut dan perolehan hasil akan menjadi optimal [16].

3.5. Hasil Analisis Sampah Organik Kualitas Kompos

Sampah organik variasi sayur, buah, sisa makanan, dan campuran dapat terdekomposisi secara cepat oleh Larva BSF untuk memperoleh hasil akhir berupa residu BSF yaitu residu halus (kompos) dan residu kasar. Bahan organik seperti kompos yang bermanfaat bagi lingkungan merupakan hasil akhir dari pemanfaatan larva BSF dalam proses dekomposisi sampah sayur. Pada penelitian ini, hasil penguraian yang dianalisis merupakan sampah terurai larva BSF selama 18 hari yang dapat diamati pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil reduksi sampah organik pasar

No. Sampel C-C/N

(mg/ larva/hari)

Kadar organik (%)

N Ratio (%)

P2O5

air (%) Total (%)

K2O2 Total (%)

Total (%)

1. Sayur 40 32.26 18 12.08 1.84 2.58 2.47

60 32.32 17 12.67 1.88 1.92 2.48

80 32.39 16 12.31 2.02 2.03 2.45

2. Buah 40 35.60 19 10.73 1.85 1.58 2.66

60 34.76 17 10.57 1.99 2.4 2.65

80 35.06 17 11.69 2.03 2.21 2.67

3. Sisa 40 54.71 31 9.03 1.78 0.41 0.31

Makanan 60 51.63 32 7.89 1.64 0.63 0.65

80 55.17 25 7.3 2.24 0.42 0.41

4. Campuran 40 34.57 18 13.26 1,95 2.32 2.67

(50:40:10) 60 34.51 17 15.00 1.98 2.46 2.92

80 32.55 17 12.89 1.88 2.22 2.68

Sumber: Hasil penelitian, 2022

Hasil dekomposisi sampah organik terurai larva BSF di Pasar Anyar Kota Tangerang dapat mengubah sifat kimia sampah organik dengan bantuan enzim pencernaan dan mulut larva BSF yang sangat.

Sampel kompos yang terdapat pada reaktor berbahan plastik dinilai kualitasnya dalam kondisi aerob.

Selanjutnya pengamatan dilakukan pada sampel dengan tujuan mengetahui segi kualitasnya. Adapun parameter yang digunakan untuk mengetahui standar kualitas pada kompos padat adalah suhu, pH, kadar air, rasio C/N, fosfor (P2O5) dan kalium (K2O). Lalu dilakukan pembandingan antara kualitas produk

(10)

dekomposisi dengan standar SNI 19-7030-2004 tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik.

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 9 dapat ditentukan bahwa variasi sampel yang menghasilkan kompos organik paling buruk adalah hasil dari variasi sisa makanan dengan feeding rate 40 mg/larva/hari, sedangkan variasi sampel yang menghasilkan kompos organik paling baik adalah hasil dari variasi sampel campuran dengan feeding rate 80 mg/larva/hari. Penggunaan kompos organik mempercepat pertumbuhan tanaman. Ketersediaan nutrisi kompos organik mampu mendukung pertumbuhan tanaman sehingga dinilai mempunyai sifat atau karakteristik yang baik.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, timbulan sampah yang berasal dari Pasar Anyar Tangerang sebanyak 2887,3 kg/hari, diperoleh dari kios buah, kios sayur, kios daging, kios ikan basah, kios bumbu, kios beras, kios telur, kios kelontongan 1 dan 2, kios perhiasan, kios pakaian jadi, kios kosmetik, kios plastik kios sepatu, dan rumah makan. Sumber sampah terbanyak diperoleh dari kios sayur dan buah.

Proses pengolahan kompos menggunakan larva BSF membutuhkan kriteria kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan larva BSF yaitu nilai pH kisaran 7,0–11,4 dan suhu 30,4–26,2°C. Variasi sampel yang menghasilkan kompos organik paling baik berdasarkan SNI 19-7030-2004 adalah variasi sampel sayur dengan feeding rate 60 mg/larva/hari yang memiliki kandungan C-Organik 32,32%, C/N rasio 17%, kadar air 12,67%, N total 1,88%, P2O5 1,92% dan K2O 2,48% dan variasi sampel campuran dengan feeding rate 80 mg/larva/hari yang memiliki kandungan C-Organik 32,55%, C/N rasio 17%, kadar air 12,89%, N total 1,88%, P2O5 2,22% dan K2O 2,68%.

5. Referensi

[1] Widyastuti, S., & Sardin. (2021). Pengolahan Sampah Organik Pasar Dengan Menggunakan Media Larva Black Soldier Flies ( BSF ). Jurnal Teknik Lingkungan, 19(1), 1–13.

[2] Rofi, D. Y., Auvaria, S. W., Nengse, S., Oktorina, S., & Yusrianti, Y. (2021). Modifikasi Pakan Larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens) sebagai Upaya Percepatan Reduksi Sampah Buah dan Sayuran. Jurnal Teknologi Lingkungan, 22(1), 130–137. https://doi.org/10.29122/jtl.v22i1.4297 [3] Hakim, A. R., Prasetya, A., & Petrus, H. T. B. (2017). Potensi Larva Hermetia illucens Sebagai

Pereduksi Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada, 19(1), 39. https://doi.org/10.22146/jfs.26461

[4] Popa, R., & Green, T. R. (2012). Black Soldier Fly Applications. DipTerra LLC.

[5] Alvarez. (2012). The Role of Black Soldier Fly, Hermetia illucens (L.) (Diptera: Stratiomyidae) in Sustainable Management in Northern Climates. University of Windsor. Ontario.

[6] Monita, L., Sutjahjo, S. H., Amin, A. A., & Fahmi, M. R. (2017). Pengolahan Sampah Organik Perkotaan Menggunakan Larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens). Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management), 7(3), 227–234. https://doi.org/10.29244/jpsl.7.3.227-234

[7] Yuwono, A. S., & Mentari, P. D. (2018). Black Soldier Fly (BSF) Penggunaan Larva (Larva BSF) Dalam Pengolahan Limbah Organik. SEAMEO BIOTROP

[8] Pangestu, W., Prasetya, A., & Cahyono, R. B. (2017). D126 - Pengolahan Limbah Kulit Pisang Dan Nangka Muda Menggunakan Larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens). Simposium Nasional Rapi XVI, 2, 97–101.

[9] Suciati, R., & Faruq, H. (2017). Efektivitas Media Pertumbuhan Larva BSFs Hermetia illucens (Lalat Tentara Hitam) Sebagai Solusi Pemanfaatan Sampah Organik. BIOSFER: Jurnal Biologi Dan Pendidikan Biologi, 2(1), 0–5. https://doi.org/10.23969/biosfer.v2i1.356

[10] Astari, L. P. (2011). Kualitas Pupuk Kompos Bedding Kuda dengan Menggunakan Aktivator Mikroba yang Berbeda. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Peternakan. Bogor.

[11] Alattar, M. A. (2012). Biological treatment of leachates of microaerobic fermentation. Portland : Theses. Portland State University

[12] Eawag. (2017). Proses pengolahan sampah organik dengan Black solider fly

[13] Sutiyanta, Sarasmita A. (2016). Pemanfaatan Sampah Dedaunan di Kampus Institut Teknologi Bandung Menggunakan Larva Hermetia Illucens Sebagai Alternatif Penerapan Produksi Bersih.

Bandung : ITB.

(11)

[14] Dewilda, Y., & Darfyolanda, F. L. (2017). Pengaruh komposisi bahan baku kompos (sampah organik pasar, ampas tahu, dan rumen sapi) terhadap kualitas dan kuantitas kompos. Jurnal Dampak, 14(1), 52-61.

[15] Holmes, L.A., S. L. VanLaerhoven, and J. K. Tomberlin. (2012). Relative humidity effects on the life history of Hermetia illucens (Diptera: Stratiomyidae). Environ. Entomol. 41: 971–978

[16] Damanhuri E dan Padmi T. (2016). Pengolahan Sampah Terpadu. Bandung: Fakultas Teknik Sipil Dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung.

[17] Singh, Jaswinder. 2018. Sustainable Food System From Agriculture to Industry Role of Earthworm in Sustainable Agriculture. New York : Elsevier Inc.

[18] Diener S. (2010). Valorisation of organik solid waste using the black soldier fly, Hermetia illucens L., in low and middle-income countries [Disertasi]. Diambil dari ETH Zurich.

Referensi

Dokumen terkait

Gred industri tidak sesuai untuk kegunaan perubatan atau penyedutan Tiada yang diketahui..

Pemberian limbah dari pembuatan tepung ubi jalar ungu dari taraf 2,5% sampai 10% dapat meningkatkan konsumsi ransum dan tidak berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan ransum

Hausman statistics ini mengikuti distribusi Chi square dengan k degree of freedom dimana k tersebut besarnya sama dengan jumlah koefisien slope hasil estimasi. Dengan

Berdasarkan analisa peneliti, senam yoga sangat dibutuhkan oleh responden yang mengalami nyeri low back pain dan responden mulai mengikuti saran dari peneliti untuk

Pada kategori kedua, hukum Islam sebagai sumber nilai bagi aturan hukum yang akan dibuat, dilakukan dengan cara asas-asas (nilai-nilai) dari hukum tersebut

Naskah ini untuk mengidentifikasi (1) apa saja fakta pembenar bahwa Langgar Bubrah sebagai benda cagar budaya?, (2) benarkah Sunan Kudus dan generasinya memiliki

Keempat: Orang yang benar-benar tahu tentang Allah 'Azza wa Jalla mendapatkan petunjuk dari ilmunya tentang nama- nama dan sifat-sifat-Nya tentang apa yang dilakukan-Nya dan apa

peneliti, dengan adanya sistem pendukung keputusan menggunakan metode SAW untuk menentukan jurusan ipa atau ips dapat membantu dalam memberikan rekomendasi dan