• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SENAM YOGA TERHADAP SKALA NYERI LOW BACK PAIN (LBP) PADA DEWASA MENENGAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI TENGAH ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SENAM YOGA TERHADAP SKALA NYERI LOW BACK PAIN (LBP) PADA DEWASA MENENGAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI TENGAH ABSTRAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SENAM YOGA TERHADAP SKALA NYERI LOW BACK PAIN

(LBP) PADA DEWASA MENENGAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

CIMAHI TENGAH

Lina Safarina, S.Kep., M.Kep., Shelly Nitmala Dewi, S.Kep

Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Email: linasafarina.1976@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Low back pain merupakan penyakit degeneratif spina termasuk salah satu gangguan muskuloskeletal yang sering terjadi. Negara Indonesia diperkirakan prevalensi nyeri low back pain sekitar 7,6% sampai 37%. Masalah low back pain umumnya dimulai pada usia dewasa menengah dengan puncak prevalensi pada kelompok usia 25-60 tahun. Dinas Kesehatan Kota Cimahi menyatakan bahwa penyakit LBP di Puskesmas Cimahi Tengah tahun 2017 pada dewasa menengah berjumlah 166 orang. Senam yoga merupakan terapi untuk mengurangi nyeri low back pain karena paling banyak merancang latihan untuk tulang belakang. Tujuan: Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rerata sebelum dan sesudah pelaksanaan senam yoga terhadap skala nyeri low back pain pada dewasa menengah di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Tengah. Metode: Design penelitian ini adalah pre experimental dengan rancangan one group pretest-posttest design dengan menggunakan teknik pengambilan sampel consecutive sampling sebanyak 12 responden dengan skala nyeri sedang dan berat terkontrol. Senam yoga diberikan sebanyak 2 kali dalam 1 minggu selama 3 minggu dengan durasi 35 menit dengan pengambilan data menggunakan lembar observasi skala nyeri dan diolah dengan menggunakan analisis univariat (mean dan standar deviasi) dan analisis bivariat (uji T-dependent). Hasil: Skala pretest pada dewasa menengah adalah 5,17 dan setelah diberikan senam yoga terdapat penurunan skala nyeri dimana skala posttest adalah 2,50 dan didapatkan nilai Pvalue 0,001. Dengan demikian senam yoga efektif untuk menurunkan skala nyeri low back pain pada dewasa menengah. Disarankan agar senam yoga sebagai pengobatan nofarmakologis pada penderita nyeri low back pain.

Kata Kunci : Dewasa Menengah, Low Back Pain, Senam Yoga

ABSTRACT

Introduction: Low back pain is a degenerative disease of the spine including one of the most frequent musculoskeletal disorders. Indonesia estimated prevalence of low back pain about 7.6% to 37%. This back pain problem generally begins in middle adulthood with a prevalence peak of 25-60 year age group. Cimahi City Health Office claimed that low back pain disease at Puskesmas Cimahi Tengah in 2017 in middle adulthood have amounted to 166 people. Yoga exercises are therapy for reducing low back pain because most of the exercises are designed for the spine health. Purpose: This study is to determine the mean difference of before and after of the yoga exercises on low back pain scale in middle adulthood at the area of Puskesmas Cimahi Tengah. Method: This research design is considered as a pre-experimental with a plan of one group pretest-posttest design which used a consecutive sampling technique as much as 12 respondents with medium pain scale and controlled weight. Yoga exercises are given 2 times in a week for 3 weeks with 35 minutes duration by taking data using pain scale observation sheet and processed by using univariate analysis (mean and deviation standard) and bivariate analysis (T-dependent test). The result: The pretest scale in middle adulthood was 5.17 and after being given yoga exercises there was a decrease in pain scale where the posttest scale was 2.50 and got the value of Pvalue 0,001. Therefore, with the result of the pretest, yoga exercises is effective to lower the scale of low back pain in the middle adulthood. It is recommended to consider yoga exercises as a non-pharmacological treatment for the low back pain patients.

Keywords : low back pain, middle adulthood, yoga exercises

PENDAHULUAN

Nyeri low back pain adalah kondisi nyeri kronik minimal keluhan 3 bulan disertai adanya keterbatasan aktivitas yang diakibatkan

nyeri apabila melakukan pergerakan atau mobilisasi (Helmi, 2012). Low back pain ini merupakan penyakit degeneratif spina yang

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Halaman 150

(2)

termasuk salah satu gangguan muskuloskeletal yang sering terjadi. Low back pain biasanya disebabkan oleh faktor biologis, psikologis dan sosial. Ketiga faktor ini dapat menyebabkan terjadinya stress, mengganggu kualitas hidup, menganggu hubungan dengan lingkungan, perubahan fisik (sistem saraf, hormon, imunitas, tendon, otot, tulang dan sendi) (Priherdityo,2016). Selain itu low back pain dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar dan berdampak pada penurunan produktivitas pada penderitanya (Lukman & Ningsih, 2012).

Keluhan low back pain menempati urutan kedua keluhan medis paling sering setelah penyakit saluran nafas atas. Menurut Bull & Archard (2007) mengatakan bahwa di negara Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung terutama nyeri pada bagian bawah telah mencapai proporsi epidemik, sekitar 17,3 juta orang di Inggris, sepertiga dari populasi orang dewasa. Masalah nyeri punggung dimulai pada usia dewasa muda dengan puncak prevalensi usia 25-60 tahun (Koesyanto, 2013) dan prevalensi low back pain pada laki-laki 26,5% sedangkan pada wanita 30,5% (Yang & Haldeman, 2017). Data epidemiologi mengenai nyeri low back pain di Indonesia belum ada, tetapi di Indonesia diperkirakan angka prevalensi low back pain sekitar 7,6% sampai 37%. Namun berdasarkan laporan tahunan dari Dinas Kesehatan Kota Cimahi bahwa penyakit Low back pain di Puskesmas Cimahi Tengah tahun 2017 berjumlah 166 orang dengan jumlah kasus menurut golongan umur 20-44 tahun sebanyak 28 orang dan umur 45-55 tahun sebanyak 35 orang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Leo, M, Dachlan (2009) di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta bahwa adanya perbedaan pengaruh antara back exercise model William dan back exercise model Mc Kenzie terhadap pengurangan nyeri punggung bawah. Dalam penelitian ini penderita memiliki kebiasaan sikap keseharian yang salah yaitu sering melakukan aktifitas yang tidak ergonomis

seperti sikap duduk, beban berat, adanya ketegangan dan kekakuan otot di daerah punggung bawah. Upaya dalam mengurangi nyeri dapat dilakukan dua intervensi keperawatan yaitu terapi farmakologis atau terapi nonfarmakologis. Dalam penelitian ini menggunakan terapi nonfarmakologis tanpa menggunakan obat-obatan. Salah satu bentuk terapi non farmakologis adalah terapi komplementer (senam yoga) yang paling efektif untuk mengurangi nyeri low back pin karena paling banyak merancang latihan untuk tulang belakang (Tilbrook, H. Et al, 2011). Latihan tersebut akan melenturkan dan menguatkan sistem tulang, otot dan sendi-sendi menjadi lebih fleksibel sehingga tidak mudah cedera. Senam yoga juga dapat mencegah terjadinya osteoporosis tulang belakang, oleh karena itu bagian kiri dan kanan bangunan tulang terdapat deretan simpul saraf simpatis dan parasimpatis yang bekerja secara otonom, sehingga pada saat berlatih yoga simpul saraf

akan dipijat dengan intens yang menjadikannya lebih sehat (Wiadnyana, 2015).

Hasil studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Tengah (Kelurahan Karangmekar dan Kelurahan Cimahi) didapatkan bahwa jumlah dari keseluruhan responden yang mengalami nyeri low back

pain adalah 166 orang sesuai dengan laporan

tahunan penyakit (LB1) dari Dinas Kesehatan Kota Cimahi. Peneliti melakukan wawancara kepada 10 orang dengan keluhan nyeri low

back pain dan peneliti juga menanyakan

mengenai senam yoga dapat mengurangi nyeri

low back pain, 8 dari 10 responden dengan

pekerjaan kuli bangunan, buruh cuci, buruh setrika dan penjual makanan yang setiap hari melakukan beban berat sehingga responden tersebut mengalami nyeri low back pain dan ketika responden selesai melakukan aktivitas, mereka tidak melakukan gerakan sedikitpun sehingga nyeri tersebut timbul berkelanjutan sedangkan 2 dari 10 responden mengetahui intervensi selain yoga dalam pengurangan nyeri low back pain seperti relaksasi napas,

(3)

menggunakan korset dan dipijat ke tukang urut. Responden mengatakan bahwa setelah dipijat nyeri punggung mengalami penyembuhan tetapi 2 hari setelah itu nyeri timbul kembali dan responden mengatakan

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode pre-eksperiment dengan rancangan one grup pretest-posttest. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 1 Rerata Skala Nyeri Low Back Pain (LBP) Sebelum Dilakukan Pemberian Senam Yoga pada Dewasa Menengah di Wilayah Kerja Puskesmas

Cimahi Tengah

Deskriptif Mean Min- SD CI N

max 95% Nyeri low 5,17 4-71,03 4,51- 12 back pain 5,8

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 1 menunjukkan bahwa dari 12 responden termasuk ke dalam nyeri sedang (skala 5,17) dengan nilai skala nyeri minimal 4 (nyeri sedang) dan skala nyeri maksimal 7 (nyeri berat terkontrol) dan nilai standar deviasi sebesar 1,030. Dalam penelitian ini kebanyakan responden mengalami nyeri sedang. Nyeri sedang merupakan nyeri yang menimbulkan sensasi terasa nyeri pada bagian punggun bawah, sebagian aktivitas terganggu, secara objektif pasien mendesis, menyeringai, nyeri menyebar ke punggung bagian atas, sulit atau susah berkonsentrasi.

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan penyebab responden mengalami nyeri low back pain adalah responden seorang pekerja bangunan yang sering mengangkat beban berat dengan posisi tubuh condong kedepan, pedagang keliling setiap hari berjalan

bahwa mengkonsumsi obat nyeri apabila nyeri tersebut terasa sakit di daerah punggung bawah. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian.

pengambilan data secara Consecutive Sampling. Penelitian ini menarik 12 responden

yang mengalami nyeri low back pain yang terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Tengah sebagai sampel.

membawa makanan dan pekerja rumahan yang duduk lama untuk menyetrika sehingga menimbulkan nyeri low back pain berkepanjangan. Hal ini sesuai dengan teori Wiarto (2017) bahwa faktor resiko dan penyebab low back pain disebabkan oleh wanita, riwayat sebelumnya nyeri punggung, nyeri menyebar ke bagian kaki, pergerakan tulang belakang yang terbatas dan distress psikologis. Sedangkan penyebab dari low back pain dikarenakan gaya berat tubuh terutama posisi berdiri, duduk dan berjalan terlalu lama. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat kesalahan postur tubuh dan posisi. Posisi yang tidak ergonomis dan aktivitas tubuh yang kurang baik merupakan salah satu penyebab terjadinya low back pain.

Low back pain adalah nyeri yang berkaitan dengan tulang, ligamen dan otot punggung, biasanya terjadi akibat gerakan mengangkat, membungkuk dan mengejan (Bull & Archard, 2007). Nyeri low back pain termasuk kedalam nyeri nonmaligna kronis yang tidak mengancam jiwa dan penyebab utamanya dapat menyita waktu kerja (LeMone, Burke, & Bauldoff, 2015). Kerja yang kurang baik dapat menimbulkan masalah-masalah kesehatan pada pekerjaan dengan penggunaan jangka waktu yang lama dalam perharinya, sehingga memberikan efek negatif pada kesehatan.

(4)

Kesehatan dewasa menengah dalam masalah nyeri, sering terabaikan karena pengakuan adanya nyeri sebagai tanda dari kelemahan (Kozier & Erb, 2009). Usia kerja 25-65 tahun merupakan keluhan pertama yang dirasakan pada usia 35 tahun dan keluhan tersebut terus meningkat seiring bertambahnya umur. Hal ini dapat menurunkan kekuatan dan ketahanan otot yang menyebabkan adanya penurunan aktivitas.

Teori diatas sesuai dengan hasil penelitian Defriyan (2011) dimana usia yang terjadi pada umur setengah baya terjadi penurunan mulai dari kekuatan dan ketahanan otot, sehingga resiko terjadinya keluhan otot dapat meningkat. Oleh karena itu, dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang belakang disaat seseorang berusia 35 tahun Sedangkan lama masa kerja dalam jangka waktu lama akan berpengaruh terhadap mekanisme dalam tubuh (sistem peredaran darah, pencernaan, otot, syaraf dan pernapasan).

Berdasarkan analisa peneliti senam yoga terhadap nyeri sangat dibutuhkan karena senam yoga dapat mengurangi stress dan mengurangi nyeri pada punggung bawah yang dialami oleh responden. Selain itu nyeri yang dialami oleh responden dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dalam melakukan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dilapangan bahwa sebelum dilakukan senam yoga responden banyak mengalami nyeri sedang, nyeri yang dirasakan responden telah menjalar ke area ekstremitas bawah sehingga menyebabkan responden mengalami kesemutan. Kesemutan ini menyebabkan responden malas untuk melakukan pekerjaan yang berat sehingga aktivitas sehari-hari menjadi terhambat. Responden juga jarang melakukan olahraga karena sibuk dengan pekerjaannya sehingga keadaan tubuh responden dibiarkan begitu saja setelah melakukan aktivitas berat. Oleh karena itu peneliti memberikan senam yoga untuk

mengurangi nyeri yang dialami oleh penderita low back pain.

Tabel 2 Rerata Skala Nyeri Low Back Pain (LBP) Setelah Dilakukan Pemberia Senam Yoga pada Dewasa Menengah di Wilayah Kerja Puskesmas

Cimahi Tengah

Deskriptif Mean Min- SD Ci N

max 95% Nyeri low 2,50 1-5 1,243 1,71- 12 back pain 3,29

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 2 menunjukkan bahwa dari 12 responden termasuk ke dalam nyeri ringan (skala 2,50) dengan nilai skala nyeri minimal 1 (nyeri ringan) dan skala nyeri maksimal 5 (nyeri sedang) dan nilai standar deviasi sebesar 1,243. Sehingga terdapat perbedaan rerata setelah diberikan senam yoga terhadap skala nyeri low back pain sebelum 5,17 dengan standar deviasi 1,030 dan skala nyeri

low back pain sesudah 2,50 dengan standar

deviasi 1,243.

Nyeri yang dirasakan oleh responden dapat dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya. Seseorang yang memiliki pengalaman negatif pada masa kanak-kanak tidak bisa di lalui, maka nyeri cenderung sulit untuk di persepsikan. Apabila pengalaman masa lalu seseorang berhasil untuk dilalui sampai saat ini nyeri yang sama timbul, maka respon terhadap tubuh seseorang nyeri tersebut mudah diatasi tergantung dengan pengalaman sebelumnya.

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri low back pain adalah memberikan senam yoga. Berdasarkan hasil observasi terhadap 12 responden setelah diberikan senam yoga, responden terlihat lebih rileks, nyeri yang dirasakan berkurang, adanya mobilisasi pada punggung bawah setelah responden melakukan aktivitas berat dan adanya rasa nyaman yang dirasakan oleh responden. Selain senam yoga responden juga mengkonsumsi obat pereda nyeri. Teori ini didukung oleh Lukman, & Ningsih, N (2012) bahwa pelaksanaan untuk

(5)

nyeri punggung bawah atau low back pain perlu diberikan obat-obatan untuk menangani nyeri seperti analgetik. Senam yoga ini merupakan teknik yang berfokus pada mekanisme pernafasan dan gerakan untuk mendapatkan relaksasi yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh, emosi dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Susana & Hendarsih, 2011).

Senam yoga ini dapat dilakukan oleh semua kalangan mulai dari anak-anak hingga lanjut usia dan senam yoga juga mudah tidak membutuhkan alat sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu - waktu. Hal ini diperkuat dalam penelitian Manurung, Sri, & Siti (2015) mengatakan yoga menggunakan teknik relaksasi, teknik relaksasi ini memberikan efek distraksi yang dapat mengurangi nyeri. Selain itu efek relaksasi juga memberikan kontrol diri ketika rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri.

Berdasarkan analisa peneliti, senam yoga sangat dibutuhkan oleh responden yang mengalami nyeri low back pain dan responden mulai mengikuti saran dari peneliti untuk melakukan senam yoga karena peneliti melakukan pemberian informasi kepada responden dengan menggunakan leaflet sehingga responden memahami gerakan dan melihat manfaat dari senam yoga tersebut. Hasil dilapangan setelah pelaksanaan senam yoga yang diberikan dalam 1 minggu dalam 2 kali selama 3 minggu responden mengatakan nyeri sedikit demi sedikit mulai berkurang, senam yoga juga mudah dilakukan dan tenang ke pikiran.

Tabel 3 Perbedaan Rerata Skala Nyeri Low Back Pain (LBP) Sebelum dan Sesudah diberikan Senam Yoga pada Dewasa Menengah di Wilayah

Kerja Puskesmas Cimahi Tengah Mean

Variabel (min- SD P.Value N max) Sebelum 5,17 1,030 0,001 12 dilakukan (4-7) senam yoga (pre) Setelah dilakukan 2,50 1,243 senam yoga (1-5) (post)

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan terhadap 12 responden pada bulan Mei-Juni 2018 di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Tengah didapatkan mean (rata-rata) skala nyeri low back pain sebelum dilakukan senam yoga adalah 1,030 dan skala nyeri low back pain setelah dilakukan senam yoga adalah 1,243. Hasil uji statistik didapatkan nilai Pvalue = 0,001 <α (0,05), berarti H0 ditolak sehingga terdapat pengaruh senam yoga terhadap skala nyeri low back

pain pada dewasa menengah di Wilayah Kerja

Puskesmas Cimahi Tengah.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Resmi, Soeharyo, & Runjati (2017) dengan jumlah sampel 14 responden didapatkan nilai Pvalue = 0,000 (<0,05) maka H0 ditolak, hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan yoga terhadap penurunan intensitas nyeri punggung bawah ibu hamil. Latihan yoga memiliki pengaruh terhadap seluruh tubuh seperti pernafasan, tubuh mengalami detoksifikasi atau pembuangan racun atau zat-zat yang tidak bermanfaat bagi tubuh sehingga pada saat melakukan yoga sistem saraf, sistem kelenjar, bagian otot, tulang menjadi lebih kuat dan lentur.

Kinasih (2010) mengatakan yoga dapat meningkatkan aktivitas GABA (gamma

aminobutyric acid) yaitu sistem

neurotransmitter yang membantu kerja fungsi syaraf manusia. Selain itu sistem syaraf otonom di bagian tubuh yang berhubungan dengan syaraf-syaraf tulang belakang dapat merangsang pengeluaran cairan, kelenjar dan gerakan otot polos. Senam yoga dapat menstimulasi pengeluaran hormon endorfin. Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang.

(6)

Endorphin yang dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat adanya penurunan skala nyeri setelah dilakukan senam yoga selama 1 minggu dalam 2 kali selama 3 minggu dengan waktu secara homogen yang telah disepakati waktunya sabtu-minggu, senin-selasa dan responden mengikuti semua gerakan yang diberikan oleh peneliti. Sebelum penelitian, responden diberikan materi manfaat senam yoga, pengertian senam yoga dan keuntungan senam yoga. Hal ini sejalan dengan teori Sindhu (2006) bahwa ketika melakukan senam akan menghasilkan kadar β- endorphin. Kadar ini akan keluar dan ditangkap oleh reseptor didalam hipotalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi dan peningkatan β -endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri.

Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Manurung, Sri, & Siti (2015) Efektivitas Yoga Terhadap Nyeri Dismenore Pada Remaja dari 30 responden dengan kelompok kontrol, adanya perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Rata-rata intensitas nyeri setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen adalah 4,20 sedangkan rata-rata intensitas nyeri sebelum pada kelompok kontrol adalah 5,13 dan sesudah pada kelompok kontrol adalah 5,12. Setelah perbandingan sesudah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka Pvalue <α (0,05) sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak berarti yoga efektif dalam menurunkan nyeri dismenore.

Hasil penelitian ini didukung pula oleh Imawati (2017) yang berjudul Pengaruh Latihan Senam Yoga Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Kolesterol Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh

penurunan kadar glukosa darah yang signifikan antara penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan kadar glukosa darah <250 mg/dl dan > 250 mg/dl, terbukti dari nilai p = 0.000 < 0.05. Sehingga latihan senam yoga memberikan pengaruh yang baik terhadap penurunan kimia darah.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Rahman (2012) Pengaruh senam yoga terhadap skala nyeri rhematoid arthritis pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang dengan metode penelitian menggunakan quasi

eksperiment one group pretest-posttest

terhadap 10 orang lansia dengan nyeri sedanag rematik. Uji statistik yang digunakan uji t berpasangan. Skala nyeri diukur dengan

mankoski pain scale dimana skala nyeri

pretestnya 4,6 dan skala posttesnya 1,6 sehingga didapatkan Pvalue = 0,000, artinya terdapat pengaruh pemberian senam yoga untuk menurunkan skala nyeri rhematoid

arthritis. Dengan demikian senam yoga efektif

untuk menurunkan skala nyeri Rhematoid

Arthritis pada lansia. Jadi disarankan kepada

responden, institusi puskesmas, perawat dan peneliti selanjutnya bahwa kita dapat menggunakan yoga sebagai cara alternative atau pengobatan nonfarmakologi pada penderita rematik dengan nyeri sedang.

Perawat mempunyai posisi penting dalam membantu memenuhi kebutuhan rasa nyaman akibat nyeri. Selain berkolaborasi dengan tenaga profesional kesehatan lain, perawat juga memberikan intervensi untuk menurunkan intensitas nyeri, mengevaluasi pengaruh intensitas, bertindak sebagai advokat dan pendidik bagi klien dengan cara mengajarkan mereka untuk mengatasi nyeri dengan menggunakan terapi komplementer yang disesuaikan dengan keadaan klien di samping penggunaan obat analgesik. Selain itu peran perawat dalam penelitian ini sebagai

counselor untuk memberikan bimbingan

kepada klien dalam mengatasi masalah kesehatan yaitu nyeri low back pain yang dapat mengubah persepsi negatif ke positif.

(7)

Senam yoga dalam penelitian ini diberikan 2 kali dalam 1 minggu selama 3 minggu dengan durasi 35 menit dengan memberikan pengertian senam yoga, manfaat senam yoga dan gerakan senam yoga terlebih dahulu dengan menggunakan leaflet. Sebelum diberikan senam yoga peneliti melakukan pre test skala nyeri terlebih dahulu dengan mengkaji nyeri yang dirasakan oleh responden.

Hasil analisa diatas senam yoga sangat penting bagi penderita nyeri low back pain karena dapat mengurangi nyeri, mengatur emosi, mengurangi kecemasan dan baik untuk pergerakan tulang punggung apabila responden banyak melakukan angkat beban berat, duduk lama, membungkuk dan mengejan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistik adanya perubahan yang signifikan sebelum dan sesudah pelaksanaan senam yoga

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Senam Yoga Terhadap Skala Nyeri Low Back Pain Pada Dewasa Menengah di Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Tengah yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan SARAN

Bagi Penderita Low Back Pain Diharapkan kepada Ibu/Bapak yang mengalami nyeri

low back pain/sakit punggung bawah

dapat mengaplikasikan senam yoga 1 minggu 2 kali sebagai salah satu terapi untuk pengurangan nyeri yang diderita oleh penderita low back pain.

Bagi Profesi Perawat

Penelitian senam yoga ini dapat dijadikan sebagai terapi komplementer bagi perawat dalam penanganan nyeri low back pain. Bagi Peneliti Selanjutnya

terhadap skala nyeri low back pain pada dewasa menengah. Sesuai penelitian dilapangan bahwa usia dewasa menengah paling banyak mengalami nyeri low back pain akibat dari faktor psikologis dan biologis yang diderita oleh responden. Selain itu peneliti juga melihat bahwa responden mulai merasakan nyeri berkurang dan kesemutan pada area ekstremitas responden sedikit demi sedikit berkurang dengan adanya gerakan senam yoga yang merancang untuk tulang belakang. Latihan ini dapat melenturkan dan menguatkan sistem tulang, otot dan sendi-sendi, karena dalam senam yoga terdapat deretan simpul saraf simpatis dan parasimpatis yang bekerja secara otonom, sehingga pada saat berlatih yoga simpul saraf akan dipijat dengan intens yang menjadikannya lebih sehat.

bahwa “Terdapat Pengaruh Senam Yoga Terhadap Skala Nyeri Low Back Pain Pada Dewasa Menengah Di Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Tengah (Pvalue= 0,001)”.

Pada penelitian selanjutnya semoga penelitian ini dapat menjadi acuan atau data dasar untuk mengembangkan dan melakukan penelitian, disarankan untuk melakukan intervensi lebih lama dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan penelitian untuk selajutnya bisa menambahkan durasi waktu dalam pemberian intervensi juga adanya kelompok kontrol untuk membandingkan adanya penurunan nyeri yang diderita oleh penderita lbp.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Bull, E., & Archard, G. (2007). Simple Guides

Nyeri Punggung. Jakarta : PT. Gelora

Aksara Pratama.

Defriyan. (2011). Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Keluhan Nyeri

Punggung Bawah Pada Proses

Penyulaman Kain Tapis Di Sanggar Family ART Bandar Lampung, Program

Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Helmi, Z. N. (2012). Buku Ajar Gangguan

Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba

Medika.

Imawati. (2017). Pengaruh Latihan Senam Yoga Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Kolesterol Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jendela Olahraga, 2 (2), 84-93

Kinasih. (2010). Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup.

Buletin Psikologi, 18 (1), 1-12

Koesyanto, H. (2013). Masa Kerja dan Sikap Kerja Duduk Terhadap Nyeri Punggung.

Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Kozier, & Erb. (2009). Buku Ajar Praktik

Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta:

EGC.

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Vol 1 Edisi 5. Jakarta: EGC.

Leo, M, Dachlan. (2009). Pengaruh Back

Exercise Pada Nyeri Punggung Bawah,

Tesis, Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret. Lukman, & Ningsih, N. (2012). Asuhan

Keperawatan Pada Klien dengan

Ganggguan Sistem Muskuloskeletal.

Jakarta: Salemba Medika.

Manurung, Sri & Siti. (2015). Efektivitas Yoga Terhadap Nyeri Dismenore Pada Remaja, 2 (2), 1258-1265

M.S.Wiadnyana. (2015). The Power Of Yoga

For Middle Age. Jakarta: Kawan Pustaka.

Priherdityo, E. (1 Juli 2016). Nyeri Punggung

Dapat Disebabkan Faktor Psikologis.

Diperoleh 26 Februari 2018, dari CNN Indonesia:

https://www.cnnindonesia.com

Rahman. (2012). Pengaruh Senam Yoga

Terhadap Skala Nyeri Rhematoid Arthritis Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas, Fakultas

Keperawatan Unand.

Sindhu, P. (2006). Hidup Sehat dan Seimbang Dengan Yoga. Bandung : Qanita.

Susana, S. A., & Hendarsih, S. (2011). Terapi

Modalitas Keperawatan Kesehatan

Jiwa. Jakarta: EGC.

Tilbrook, H, et al. (2011). Yoga For Chronic Low Back Pain. Annals Of Internal

Medicine, 155 (9), 569-578.

Wiarto, G. (2017). Nyeri Tulang dan Sendi. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Yang & Haldeman. (2017). Behavior-Related Factors Associated With Low Back Pain In The US Adult Population. Spine

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Biologi pada kelompok peserta didik kelas XI SMAN 2 Sinjai yang diberikan tes formatif bentuk pilihan ganda dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial melalui metode bermain peran dengan tema pekerjaan pada anak kelompok B TK

Bahasa tulis yang terdapat “Representasi Semboyan Edukasi Ki Hajar Dewantara Kajian Semantik (Pendekatan behavioral) tersebut mengandung makna atau arti, apa yang

Sehingga masih banyak informasi – informasi lainnya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan investor dalam membuat keputusan investasi, diantaranya adalah

teteskan sedikit demi sedikit p-klorobenzoil klorida ke dalam beaker glass yang berisi asam antranilat dalam campuran piridina dan trietilamin sambil diaduk pada suhu kamar selama

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut, kemampuan menanggapi isi artikel oleh siswa kelas X SMA

Bradyrhizobium + mos + mikoriza isolat tanah gambut (A11), dengan sangat nyata meningkatkan jumlah bintil akar, derajat infeksi mikoriza 1 , serta dengan nyata

B : Tempat penyimpanan bahan bukan pangan terpisah dengan bahan pangan dan produk akhir serta selalu dalam keadaan bersih. K : Tidak ada tempat penyimpanan terpisah untuk bahan