• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH DALAM FILM JEJAK LANGKAH 2 ULAMA KARYA INISIASI KH. SALAHUDDIN WAHID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH DALAM FILM JEJAK LANGKAH 2 ULAMA KARYA INISIASI KH. SALAHUDDIN WAHID"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

LANGKAH 2 ULAMA KARYA INISIASI KH. SALAHUDDIN WAHID

Syabikul Khoir, Sayyidah Afyatul Masruroh

email : entungae@gmail.com, sayidah.afya@gmail.com Program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam

Fakultas Agama Islam, Universitas Hasyim Asy’ari, Jombang, Indonesia

Abstrak: Seiring perkembangan zaman, para dai menyadari bahwa peran film sebagai media edukasi sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, para dai juga menggunakan film sebagai media dakwah, untuk membangun karakter masyarakat muslim yang Islami. Film Jejak Langkah 2 Ulama (JL2U) yang disutradarai oleh Sigit Ariansyah diproduksi oleh Rumah Produksi Tebuireng (MAKSI) dan Mix Pro Yogyakarta ini mengisahkan perjalanan hidup 2 tokoh besar dalam dakwah Islam di Indonesia yaitu KH.

Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan. Film ini merupakan hasil perundingan dan kerjasama antara Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Muhammadiyyah dan Pesantren Tebuireng dibawah naungan Gus Sholah waktu itu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tanda dan makna tanda pesan dakwah dalam film tersebut, yakni pesan dakwah akidah, syariah dan akhlak. Pesan dakwah aqidah yang disampaikan dalam film ini adalah tentang iman kepada Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, dan utusan-utusan Allah.

Pesan dakwah syariah yang disampaikan adalah tentang ibadah dan muamalah, yakni perintah untuk bertanya kepada yang lebih ahli, perintah menyanyangi sesama makhluk hidup, menunaikan haji, mengajarkan ilmu, perintah tolong menolong, perintah meninggalkan perbuatan dosa, perintah menasihati dalam kesabaran, dan perintah saling memaafkan. Pesan dakwah akhlak yang disampaikan pada film ini adalah tentang sikap bijaksana, ketawadhuan dan kepatuhan kepada guru, sikap penolong kepada sesama manusia, sikap saling mengingatkan, dan kesabaran dan keikhlasan.

Kata kunci: Film Jejak Langkah 2 Ulama, Pesan Dakwah, dan Semiotika.

Abstract: Along with the times, preachers realized that the role of film as an educational medium is very influential for people's lives. Therefore, preachers also use film as a medium of da'wah, to build the character of an Islamic Muslim community. The film Traces of Steps 2 Ulama (JL2U), directed by Sigit Ariansyah produced by the Tebuireng Production House (MAKSI) and Mix Pro Yogyakarta, tells the story of the life journey of 2 major figures in Islamic da'wah in Indonesia, namely KH. Hasyim Asy'ari and KH. Ahmad Dahlan. This film was the result of negotiations and collaboration between the Muhammadiyyah Cultural Arts and Sports Institute (LSBO) and the Tebuireng Islamic Boarding School under the auspices of Gus Sholah at that time.

This study aims to analyze the signs and meanings of the da'wah message signs in the film, namely the da'wah messages of aqidah, sharia and morals. The message of aqidah da'wah conveyed in this film is about faith in God, faith in God's books, and God's messengers. The sharia da'wah messages conveyed are about worship and muamalah, namely the order to ask questions to those who are more expert, the order to love fellow beings, perform the pilgrimage, teach knowledge, the order to help each other, the order to leave sins, the order to advise in patience, and the order to forgive each other . The message of moral da'wah conveyed in this film is about

(2)

wisdom, humility and obedience to teachers, helping fellow human beings, reminding each other, and patience and sincerity.

Keywords: Film Trail 2 of Ulama, Message of Da'wah, and Semiotics.

PENDAHULUAN

Saat ini, dakwah tengah berada di era kontemporer, atau istilahnya dakwah kontemporer, yakni dakwah menggunakan teknologi modern melalui sosial media dan media massa, yakni media visual, audio, dan audiovisual. Konsep “rahmatan lil `aamin” dakwah perlu diupayakan agar mampu menembus segala penggal ruang dan waktu, termasuk ruang kekinian dan saat terkini.1 Salah satu media massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dakwah di era digital ini ialah menggunakan media audiovisual yaitu film. Film adalah hasil ide kreatif seseorang yang dituangkan dalam bentuk audiovisual.

Fungsi media massa adalah untuk menyampaikan informasi (to inform), untuk mendidik (to educate), untuk memengaruhi (to persuate), dan untuk menghibur (to entertain).2 Sebagai media edukasi, peran film menjadi sangat penting untuk membangun karakter (character building). Film bukan tercipta dari khayalan semata, tetapi juga mengumpulkan berbagai data dan informasi, atau melihat realitas kehidupan saat ini. Film juga mengandung nilai-nilai spiritual, budaya, sosial, dan nilai-nilai kehidupan lainnya yang diharapkan mampu memengaruhi dan mampu memberi edukasi terhadap penonton.

Dakwah merupakan ajakan, seruan, panggilan, dan bujukan, kepada kebaikan, sesuai dengan fitrah manusia, sekaligus seirama dengan tuntutan Al-Quran dan Hadits.3 Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 125–126 :

َوُه َكَّبَر َّنِإ ُنَسْحَأ َيِه ِتَِّلِبِ مُْلِْداَجَو ِةَنَسَْلْا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِْلِْبِ َكِ بَر ِليِبَس ِلِِإ ُعْدُا نَِبِ ُمَلْعَأ

َنيِدَتْهُمْلِبِ ُمَلْعَأ َوُهَو ِهِليِبَس نَع َّلَض ٌْيَْخ َوَُلْ ُْتَُْبََص نِئَلَو ِهِب مُتْ بِقوُع اَم ِلْثِِبِ ْاوُبِقاَعَ ف ْمُتْ بَ قاَع ْنِإَو .

.َنيرِباَّصلِ ل

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

1 Sokhi Huda, “Menggagas Sketsa Dakwah Kontemporer (Perspektif Historis-Paradigmatik),” dalam Jurna A-‘Adaah, Vol. 11, No. 2, (Agustus 2008), STAIN Jember, hal. 255.

2 Qudratullah, “Peran dan Fungsi Komunikasi Massa,” dalam Jurnal Tabligh, Vol. 17, No.2, (Desember 2016), STAIN Parepare, hal. 44.

3Abdul Rani Usman, “Metode Dakwah Kontemporer Jurnal,” dalam Jurnal Al-Bayan, Vol. 19, No. 28 Juli-Desember 2013, (Banda Aceh: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2013), hal.

109.

(3)

Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.4

Aktivitas penyampaian dakwah di era modern ini tidak hanya sekedar dari mimbar ke mimbar, bukan hanya berceramah. Sebab, jika aktivitas dakwah tidak mampu menyesuaikan perkembangan teknologi, maka Islam akan jalan di tempat. Karena seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kebutuhan dan selera khalayak dakwah (mad’u) juga sudah berbeda. Oleh sebab itu, penggunaan media komunikasi modern sesuai dengan perkembangan daya pikir manusia harus dimanfaatkan sedemikian rupa, agar pesan dakwah tepat mengena sasaran dan berjalan efektif.

Seiring perkembangan zaman, para dai menyadari bahwa peran film sebagai media edukasi sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, para dai juga menggunakan film sebagai media dakwah, untuk membangun karakter masyarakat muslim yang islami, sebab dakwah bukan hanya perkara mimbar. Dewasa ini, film memang yang paling banyak diminati masyarakat dari berbagai kalangan. Melalui film, dakwah dapat tersebar luas tanpa terikat ruang dan waktu. Penonton dapat mengakses film di mana saja dan kapan saja.

Sebuah film islami atau film religi mengandung pesan dakwah di setiap adegan maupun penokohan karakter film. Dengan perpaduan seni videografi dan musik, juga peragaan adegan dari para aktor film akan membuat jalan film menjadi semakin menarik. Pesan-pesan dakwah dalam film islami juga disampaikan dengan baik melalui dialog antar tokoh, karakter tokoh dan alur cerita yang apik. Sehingga, penonton terbawa arus film dengan berbagai adegan, akting, dan penokohan yang menarik dari film tersebut.

Film Jejak Langkah 2 Ulama (JL2U) yang disutradarai oleh Sigit Ariansyah juga diproduksi oleh Rumah Produksi Tebuireng (MAKSI) dan Mix Pro Yogyakarta ini mengisahkan perjalanan hidup 2 tokoh besar dalam dakwah Islam di Indonesia yaitu KH.

Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan. Durasi film ini 165 menit. Produser dari film ini adalah Andika Prabhangkara dan Abdullah Aminuddin Aziz (Amin Zein).

Film yang disutradarai oleh Sigit Ariansyah ini rilis pada 10 maret 2020. Jumlah penonton mencapai 30 ribu, terhitung hanya 2 bulan setelah film tersebut dirilis. Menariknya, pemutaran film ini diputar dengan sistem Pop Up Cinema (turun ke daerah-daerah/bioskop rakyat) sehingga daerah terpencilpun bisa menonton film ini. Terbukti, antusias masyarakat terhadap film sejarah ini sangat tinggi. Penonton bersifat umum, mulai dari anak kecil, hingga dewasa. Pesan dakwah dalam film ini sangat kuat baik disampaikan melalui verbal maupun nonverbal. Film ini mengambil setting lokasi di Jombang, Kediri, DI Yogyakarta dan Madura.

Dari segi lokasi, kita bisa melihat bahwa film ini dibawakan dengan suasana nyata pada masa itu, sehingga penonton digiring untuk kembali pada masa lampau. Selain itu, film ini mengajarkan banyak hal tentang kerja keras, kesabaran, dan sikap istiqomah.

4Kementrian Agama, Alquran Tajwid dan Terjemahan, (Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka, 2006), hal.

281.

(4)

Keunikan film ini dari setting lokasi yang mana mengambil tempat asli dari para tokoh, seperti kediaman ayah KH. Hasyim Asy’ari di Desa Keras, Diwek, Jombang dan juga tempat pendirian Muhammadiyah di Kampung Kauman Yogyakarta. Serta properti yang digunakan tokoh juga asli peninggalan mereka, seperti tongkat KH. Hasyim Asyari, Sorban, dan lain sebagainya. Sehingga keorisinilan film dakwah tersebut tampak di setiap scene-scene.

Keunikan lainnya, film ini ketika proses produksi melibatkan santri-santri bukan hanya menjadi pemeran. Tapi, ikut menjadi kru yang mana belum sama sekali ada pengalaman dalam perfilman. Para santri diajari susahnya berproses yang nantinya hasil akhir pasti akan terkenang seumur hidup.

Semiotika menjadi metode aternatif dalam memahami dan memaknai tanda-tanda yang ada dalam film JL2U terutama yang berhubungan dengan pesan dakwah, baik itu tanda yang tersurat maupun yang tersirat. Dalam hal ini, penulis menggunakan pisau analisis semiotika model Roland Barthes.

Barthes melihat signifikasi sebagai sebuah proses yang total dengan suatu susunan yang sudah terstruktur. Signifikasi itu tak terbatas pada bahasa. Pada akhirnya, Barthes menganggap kehidupan sosial sendiri merupakan suatu bentuk signifikasi. Dengan kata lain, kehidupan sosial, apa pun bentuknya, merupakan suatu sistem tanda tersendiri pula.5 Kehidupan sehari- hari termasuk poitik, agama, dan sosial seringkali digambarkan dalam tayangan film. Dengan demikian, simbol yang tersirat dalam film dapat ditransfer oleh penonton ke dalam kehidupannya. Secara umum, film dibangun dengan banyak tanda, di dalam tanda-tanda itu terdapat berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dan menghasilkan makna dalam upaya mencapai efek yang diharapkan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mendeskripsikan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam film Jejak Langka 2 Ulama. Berdasarkan dengan sifatnya, metode ini menggunakan cara analisa yang cermat dan terencana sehingga menghasilkan informasi yang aktual dan faktual terkait dari permasalahan yang sedang diteliti, sehingga dari sini peneliti dapat kesimpulan dari data data lapangan yang telah dikumpulkan dan menjadi objek penelitian yang dapat dianalisa sesuai objek kajian.6

Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif melalui metode analisis teks media dengan model analisis semiotika. Menggunakan semiotika sebagai metode analisis untuk menemukan makna di dalam tanda dan hal-hal tersembunyi di balik tanda itu, analisis semiotika dapat digunakan sebagai metode penelitian guna menemukan isi pesan tersirat dari film Jejak Langkah 2 Ulama. Dalam film “Jejak Langkah 2 Ulama” akan mengupas segala yang berhubungan dengan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam film tersebut, maka menggunakan teori semiotika model Roland Barthes yang lebih kritis dari pada

5 Kurniawan, dalam Yoyon Mudjiono, “Kajian Semiotika dalam Film,” dalam Jurna Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No. 1, April 2011, (Surabaya: Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya), hal. 130.

6 http://fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/3_Metpen-Kuaitatif.pdf

(5)

teori semiotika lainnya sangat cocok untuk penelitian ini, karena menurut Barthes semiotika sejatinya kajian yang mempelajari bagaimana manusia memaknai hal-hal.7 Dalam teori Barthes terdapat 3 langkah dalam memaknai sebuah tanda yang terdiri dari denotasi, konotasi, dan tanda. Sehingga model ini menerangkan bahwa obyek bukan hanya membawa tanda tetapi juga dapat mengkonstitusi struktur tanda.8

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menganalisis film Jejak Langkah 2 Ulama adalah library research, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penulisan yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana penulis sebagai instrumen kunci.9

Analisis data dalam penelitian kualitatif diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Analisa yang dilakukan terus-menerus tersebut akan memperoleh data yang sangat tinggi. Analisa data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, setelah itu data tersebut dikembangkan menjadi sebuah hipotesis. Analisis data sangat penting sekali dalam sebuah penelitian karena didalamnya melibatkan beberapa tahap untuk memperoleh data yang ingin dicapai seperti wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.10

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, Barthes mengatakan bahwa teori semiotika miliknya lebih kritis dibanding dengan teori lainnya, karena dalam teorinya Barthes telah menyempurnakan teori semiotika dengan mengembangkan sistem penandaan dengan konotatif. Barthes juga melihat aspek lain dalam penandaan yakni “mitos” yang menandai masyarakat. Dalam teorinya pula Barthes mengatakan bahwa semiologi adalah untuk mempelajari kemanusiaan memaknai hal-hal.11

Penelitian ini juga menggunakan rumusan signifikasi tentang mitos, atau Barthes menyebutnya juga sebagai signifikasi dua tahap. Tahap pertama adalah hubungan antara signifier dan signified yang disebut dengan denotasi, yaitu makna sebenarnya dari sebuah tanda. Sedangkan pada signifikasi kedua disebut dengan istilah konotasi, yaitu makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif yang berhubungan dengan isi, tanda kerja menggunakan mitos, mitos sendiri merupakan petanda dan makna yang paling dalam.12

Pengujian keabsahan data diperlukan untuk membuktikan kebenaran data yang didapat selama melakukan penelitian. Berikut adalah uji keabsahan data kualitatif:

1. Keabsahan data kualitatif13 a. Triangulasi

7 Kurniawan. 2001. Semiologi Roland Barthes. (Magelang: Yayasan Indonesia Tera) hal 53

8 Barthes, Roland. 1988. The Semiotics Chalenge. ( New York: Hill and Wang) hal 178

9Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2015), hal. 19

10 Sugiyono Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kuaitatif Dan R&D. (Bandung: Afabeta, 2013), hal. 131

11 Paul cobley & Litzza Jansz. 1999. Introducing Semotics. Ny: Totem Books, Hlm 51. (Dalam, Sobur 2013:69).

12 Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi.( Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia) hal 30

13 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kuaitatif dan R&D, Bandung: Afabeta. 2015, hal. 270

(6)

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas terdiri dari triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Jenis triangulasi dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

1) Triangulasi sumber Digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui berbagai sumber. Sumber yang akan diwawancarai pada Rumah Produksi Tebuireng (MAKSI) adalah bagian Produser, Asisten Sutradara 2, Tim Riset, dan Pemeran. Data yang telah diperoleh, dianalisis peneliti untuk mengambil kesimpulan dan dilakukan member check (kesepakatan).

2) Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Yaitu teknik observasi, wawancara dan dokumen pendukung terhadap informan.

b. Menggunakan Bahan Referensi

Bahan referensi digunakan untuk data pendukung untuk membuktikan temuan data yang diperoleh. Hasil wawancara didukung dengan adanya rekaman wawancara, foto dan dokumen dari pengumpulan data film Jejak Langkah 2 Ulama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Umum Film Jejak 2 Ulama

Film jejak langkah 2 ulama rilis pada tahun 2020 merupakan karya yang disutradarai oleh Sigit Ariansyah serta diproduseri oleh Andika Prabangkhara dan Amin Zein. Film ini mengisahkan perjalanan dan perjuangan 2 tokoh besar Islam Indonesia yaitu KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari dalam menegakkan ajaran-ajaran Islam.14

Film ini mengisahkan 2 ulama yang menuntut ilmu mulai dari kecil hingga dewasa sehingga mendirikan organisasi besar Indonesia yang menjadi tonggak kebangkitan Islam, bahkan kemerdekaan Indonesia.

Memahami perbedaan, menjunjung persamaan merupakan slogan dari film ini, yang mana KH. Ahmad Dahlan memiliki semangat yang tinggi unuk mendirikan sekolah dan rumah sakit di perkotaan. Sedangkan KH. Hasyim Asy’ari mendirikan sebuah mushola (langgar) untuk membenarkan ajaran yang sangat keras di wilayah Tebuireng pada saat itu. Persamaan dari kedua tokoh ini digambarkan pada film, pernah belajar di satu tempat yaitu pondok yang diasuh oleh KH. Sholeh Darat Semarang. Keduanya memang terkesan memiliki sudut pandang berbeda, tapi satu tujuan yang sama yaitu mencapai ridha Allah SWT.

Sebelum Indonesia merdeka, KH. Ahmad Dahlan berusaha untuk mengentaskan kemiskinan yang dilanda penduduk Indonesia, bukan hanya miskin materi saja, tetapi beliau memberi dan mengasah pengetahuan yang telah dipelajarinya selama ini. Dengan mendirikan sekolah anak-anak, sekolah wanita, dan madrasah diniyyah.

Setelah pulangnya KH. Hasyim Asy’ari dari makkah untuk belajar ada seorang yang memintanya untuk didirikan mushola (langgar) tepatnya di Tebuireng dikarenakan keresahan sesorang tersebut akan moral para penduduknya. Dirasa layak untuk memberikan pengetahuan

14 Wawancara dengan Abror Rosyidin, tangga 15 Juni 2022 di Kantor Tebuireng Media Group.

(7)

dan ajaran-ajaran Islam, akhirnya KH. Hasyim Asy’ari membangun mushola sendiri di tempat bermainnya pada saat kecil itu diikuti santri-santri dari bapaknya KH. Asy’ari maka berdirilah mushola. Karena daerah tersebut merupakan mayoritas penjajah, banyak rintangan yang dialami KH. Hasyim Asy’ari seperti mushola dibakar hangus oleh penjahat suruhan orang belanda, ingin membunuh semua santri dengan menusuk dinding-dinding pondok dan memfitnah seorang santri mencuri tebu milik warga, padahal itu semua ulah dari suruhan para penjajah belanda.

Tanggal 8 dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912 adalah momentum lahirnya Muhammadiyah, yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Kauman, Yogyakarta. Kata “ Muhammadiyah” secara bahasa berarti “pengikut Nabi Muhammad”. Kata “Muhammadiyah”

dimaksud untuk menisbahkan (menghubungkan) ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.

Organisasi ini bermula dari siswa dari Boedi Oetomo yang tertarik masalah agama yang diajarkan KH. Ahmad Dahlan yakni R. Budiharjo menyarankan agar pendidikan yang dirintis beliau ini tidak diurus sendiri, namun ada wadah untuk kelanjutan di masa yang akan datang.

Setelah sholat istikharah KH. Ahmad Dahlan memutuskan mendirikan organisasi Muhammadiyah yang menaungi pendidikaan dan kesehatan.

Latar belakang dari pendirian organisasi Nahdlatul Ulama (NU) berdasar dari usulan KH. Wahab Hasbullah untuk mengirimkan KH. Asnawi ke Makkah. Karena pada saat terjadi kebebasan bermadzhab dan akan dibongkarnya makam Rosulullah, maka perlu wadah atau organisasi.

Kata “Nahdlatul Ulama” secara bahasa berarti “kebangkitan para ulama”. Kata nahdlah ini merupakan isim marroh yang mempunyai arti kebangkitan, kata ini menunjukan peristiwa yang hanya sekali terjadi namun untuk selamanya, usulan ini dari KH. Mas Alwi Abdul Aziz, sebelum usulan ini disahkan turut mengungkap pendapat KH. Abdul Hamid dengan nama

“Nuhudlul Ulama” yang memiliki arti yang sama, namun kata nuhudl adalah isim masdar dari kata nahadla. Setelah menerima 2 pendapat tersebut, KH. Wahab memberi suara untuk kiai lainnya mana yang lebih cocok untuk disetujui, para kiai kebanyakan lebih cocok pendapat yang kedua yaitu “ Nahdlatul Ulama”. Dan pada tahun 1926 di Surabaya terjadilah momentum lahirnya organisasi “Nahdlatul Ulama” yang dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari sebagai Rois Akbar.

Secara garis besar film ini menceritakan bahwa ulama besar tentu besar juga perjuangannya, mulai dari mereka belajar lama, mengabdikan diri pada guru, sampai dimusuhi oleh orang-orang yang tidak menerima kehadirannya. Nilai dakwah dari film ini sangat banyak yang bisa dipelajari sehingga peneliti bisa menyalurkan kepada pembaca bagaimana perjuangan dakwah Islam yang dialami oleh 2 ulama ini.

Dengan semangat yang tinggi mendakwahkan ajaran Islam yang tentu untuk menuju ridha Allah, rintangan demi rintangan dihadapi oleh kedua ulama ini yaitu KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari. Banyak cobaan yang dihadapi mulai dari keluarga sendiri, para penjajah, dan para penjahat yang bersekutu dengan orang Belanda. Tapi dengan kebaran

(8)

yang tak terhingga, akhirnya 2 ulama ini bisa menjadi tongak kebangkitan Islam di Indonesia bahkan kemerdekaan Indonesia.

B. Penyajian Data

Dalam analisis ini peneliti menggunakan unsur naratif untuk mengungkap pesan dakwah yang terkandung dalam film Jejak Langkah 2 Ulama melalui adegan dan dialog dari tokoh pemeran film tersebut, juga menggunakan semiotika Roland arthes yang berupa makna denotasi dan makna konotasi.

Banyak peristiwa yang dialami oleh 2 ulama ini ketika mendakwahkan ajaran Islam, tentu banyak pula nilai-nilai pesan dakwah yang terkandung dalam film ini. Sehingga peneliti mengungkap pesan dakwah yang disampaikan meliputi pesan dakwah aqidah, syariat, dan akhlak.

Pesan dakwah merupakan titik utama yang dibahas di penelitian ini. Karena banyak hal tingkah laku dari 2 sosok tersebut yang bisa diambil pelajaran dan manfaat agar bisa berdakwah dengan semangat pantang menyerah. Allah memerintahkan kepada orang muslim untuk mengajak kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.

Allah menyebutkan ayat ini pada surat ali imron ayat 104.15

Berikut adalah ringkasan beberapa adegan yang mengandung unsur pesan dakwah:

Data 001 Scene 4 03:57-05:28

▪ Makna Denotasi

Pengambilan gambar pada adegan tersebut menggunakan teknik Long Shot. Dari penggambaran di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat dua orang laki-laki sedang duduk di ruangan yang terdapat banyak kitab-kitab di sekeliling mereka dengan pencahayaan

15Kementrian Agama. Aquran Tajwid dan Terjemahan. Jakarta Timur.: Maghfirah Pustaka. 2006

(9)

lampu obor. Mereka tampak sedang berkomunikasi satu sama lain. Laki-laki satunya memakai kopyah warna hitam dengan duduk menunduk. Laki-laki dihadapannya memakai tudung warna putih dan sorban di badannya.

▪ Makna Konotasi

Teknik pengambilan gambar yang digunakan di adegan ini adalah Long Shot (LS) yaitu pengambilan obyek penuh dengan latar belakangnya, memiliki makna menonjolkan obyek dengan latar belakangnya.

Data 002 Scene 4 11:10-11:36

▪ Makna Denotasi

Pengambilan gambar pada adegan di atas adalah menggunakan teknik Medium Close-Up (MCU). Dari penggambaran di atas diketahui bahwa terdapat tiga orang berdiri di luar ruangan yang terdapat pohon-pohon dan pagar. Dua orang menghadap kepada orang yang memakai sorban di badannya dengan posisi badan menunduk.

▪ Makna Konotasi

Teknik pengambilan gambar pada adegan ini adalah Medium Close-Up (MCU).

Pengambilan ini dari batas kepala hingga dada atas, bertujuan untuk mempertegas profil seseorang.

(10)

Data 003 Scene 10 21:55-23:32

▪ Makna Denotasi

Pengambilan gambar pada adegan di atas menggunakan teknik Extreme Long Shot.

Dari pengambilan tersebut diketahui bahwa terdapat dua orang yang berjalan menuju kandang kuda yang dikelilingi pohon-pohon dan di dalamnya terdapat rerumputan sebagai makanan kuda tersebut. Dua orang tersebut melakukan interaksi sambil melangkahkan kaki.

▪ Makna konotasi

Pengambilan gambar pada adegan di atas menggunakan teknik Extreme Long Shot, merupakan pengambilan yang menonjolkan latar belakang tempat terjadinya adegan.

Data 004 Scene 13 23:54-25:03

(11)

▪ Makna Denotasi

Pengambilan gambar pada adegan di atas menggunakan teknik Long Shot.

Pengambilan gambar tersebut menunjukan bahwa terjadi percakapan di antara tiga orang yang berada di depan gubuk dan pagar. Satu pria mengenakan pakaian putih, satunya coklat hitam dan dihadapan merek berdua mengenakan pakaian coklat gelap. Dari segi pakaian, latar belakang tempat menunjukan bahwa ini terjadi pada zaman dahulu.

▪ Makna Konotasi

Teknik pengambilan gambar pada adegan tersebut menggunakan teknik Long Shot (LS). Teknik ini menonjolkan latar belakang tempat, dan masih tampak jelas gambar tokohnya.

Data 005 Scene 15 27:57-28:50

▪ Makna Denotasi

Pengambilan gambar pada adegan tersebut menggunakan teknik Full Shot. Dari pengambilan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga orang yang berada di pasar, satu orang sedang naik delman, dan dua orang lainnya sedang berinteraksi datu sama lain. Satu orang yang tidak berpakaian terlihat sedang menerima sesuatu, dan orang yang berpakaian putih memberi sesuatu.

Makna Konotasi

Pengambilan gambar mengguna- kan teknik Full Shot, dari batas kepala hingga kaki memiliki makna memper- lihatkan objek dengan lingkungan sekitar.

Data 006 Scene 21 39:20-41-47

(12)

▪ Makna Denotasi

Pengambilan gambar pada adegan tersebut menggunakana teknik Medium Close-up (MCU). Dari pengambilan gambar tersbut diketahui bahwa da satu orang laki-laki memakai pakaian putih sedang bermain biola di depan rumah dengan wajah yang serius.

▪ Makna Konotasi

Pengambilan gambar mengguna- kan teknik Medium Close-Up yaitu dari batas kepala hingga dada atas, bertujuan untuk menggambarkan tokoh secara detail.

Data 007 Scene 22 42:38-44:04

▪ Makna Denotasi

Pengambilan gambar di adegan ini menggunakan teknik Medium Shot (MS).

Terlihat ada 4 orang warga sedang menikmati minum menunjukan kalo adegan ini terjadi di pasar. Satu orang berwajah putih sedang duduk dan menyanyi sambil memainkan alat musik kentongan.

▪ Makna Konotasi

Pengambilan gambar mengguna- kan teknik Medium Shot (MS), yaitu dari batas kepala hingga pinggang (perut bagian bawah) memberi makna memperlihatkan seseorang dengan tampangnya dengan jelas.

(13)

Data 008 Scene 28 57:14-59:38

▪ Makna Denotasi

Pengambilan gambar pada adegan di atas menggunakan teknik Group Shot. Berdasar dari gambar tesebut terdapat dua orang laki-laki dan satu orang perempuan, Laki-laki satu memakai baju hitam terllihat sedang memegang wajah dan ekspersi satunya orang yang memakai baju coklat wajah serius , Satu wanita memakai baju putih sedang memegang tangan dan badan bagian belakang orang yang memakai baju hitam. Mereka terlihat sedang melakukan interaksi di teras rumah.

▪ Makna Konotasi

Teknik pengambilan dalam adegan tersebut menggunakan teknik Group Shot, memperlihatkan 3 orang sekaligus dalam sebuah frame, teknik bertujuan agar ekspresi dari tiga tokoh tersebut dapat dilihat dalam satu frame.

(14)

Data 009

Scene 38 01:16:51-01:17:16

▪ Makna Denotasi

Pengambilan gambar pada adegan ini menggunakan teknik Long Shot (Long Shot).

Makna denotasi yang terdapat pada adegan gambar di atas yaitu terdapat lima orang yang sedang menanam padi, tampak orang yang memakain baju hitam sedang memberi arah kepada empat orang di sawah, dan warga sekitar lalu lalang. Mereka semua memakai caping.

▪ Makna Konotasi

Berdasar dari adegan tersebut, teknik pengambilan gambar menggunaka teknik Long Shot, teknik yang mengedepankan latar belakang yang jelas.

Data 010

Scene 57 02:07:17-02:10:00

(15)

▪ Makna Denotasi

Pengambilan gambar pada adegan ini menggunakan teknik Group Shot. Terdapat tiga orang laik-laki di dalam gubuk, satu laki-laki memakai baju putih berada di hadapan dua orang, satunya hitam dan lainnya coklat tampak berekspresi sedih dan menunduk.

Mereka saling berhadapan dan berinteraksi.

▪ Makna Konotasi

Adegan ini menggunakan teknik pengambilan gambar Group Shot. Pengambilan gambar tiga objek sekaligus dalam satu frame. Teknik ini menunjukan terjadinya percakapan di antara tokoh tersebut.

C. Analisis Data

Film pada umumnya mengandung pesan-pesan yang akan disampaikan kepada penontonnya. Pesan-pesan tersebut biasanya mengambarkan kehidupan manusia sehari-hari.

Hal ini terkait dengan film sebagai miniatur sebuah adegan dalam kehidupan yang nyata. Oleh karena itu, dalam skripsi ini penulis akan memaparkan analisis semiotika pesan-pesan dakwah yang disampaikan melalui film Jejak Langkah 2 Ulama untuk memahami pesan dakwah dalam film sederhana yang dilihat dari aspek Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.

a. Aspek Aqidah; Aspek akidah adalah pesan yang meliputi iman kepada Allah SWT, Iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul Allah, dan iman kepada qodla dan Qodar.

b. Aspek Syari’ah; Aspek Syari’ah adalah yang meliputi ibadah dalam arti khas (tharah, shalat, as-shaum, zakat, haji) dan muamalah dalam arti luas (al- qanun/hukum-hukum perdata dan al-a’am/hukum publik).

c. Aspek Akhlak; Aspek Akhlak adalah yang meliputi akhlak kepada alkhaliq dan makhluq (manusia dan non manusia).

1. Pada adegan ini terlihat KH. Hasyim Asy’ari sedang menjelaskan sesuatu kepada Basyir tentang kedatangannya di Pesantren Tebuireng.

(16)

a. Aspek Aqidah

Pada gambar di atas dapat dimaknai bahwa kita harus yakin dengan kitab Allah yaitu Alquran, karena pada adegan di atas seorang Basyir meminta fatwa kepada KH. Hasyim Asy’ari atas apa yang terjadi daerahnya dan keyakinan meminta fatwa kepada orang yang berilmu merupakan cerminan bahwa Basyir meyakini Alqur’an.

Seperti yang terdapat pada Q.S. Al-Anbiya’ ayat 7:

اَمَو َنوُمَلْعَ ت َلا ْمُتنُك نِإ ِرْكِ ذلا َلْهَأ ْاوُلَأْساَف ْمِهْيَلِإ يِحوُّن ًلااَجِر َّلاِإ َكَلْ بَ ق اَنْلَسْرَأ

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus (rasul-rasul) sebelum engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.”.

Allah Ta'ala berfirman menolak, Orang yang mengingkari diutusnya Rasul dari kalangan manusia.

( ْمِهْيَلِإ يِحوُّن ًلااَجِر َّلاِإ َكَلْ بَ ق اَنْلَسْرَأ اَمَو)

“Kami tiada mengutus para Rasul sebelummu, melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka,” yaitu seluruh Rasul yang terdahulu adalah laki-laki. Tidak ada seorang pun di antara mereka berasal dari Malaikat, sebagaimana Dia berfirman menceritakan umat-umat terdahulu, karena mereka mengingkarinya. Lalu, mereka berkata:

اَنَ نْوُدْهَّ ي ٌرَشَبَا

) “Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?”

(QS. At Taghabun 9. Untuk itu, Allah Ta'ala berfirman,(

َلا ْمُتنُك ن ِإ ِرْكِ ذلا َلْهَأ ْاوُلَأْساَف

َنوُمَلْعَ ت

) "Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu

tidak mengetahui." Yaitu, tanyakanlah oleh kalian kepada orang yang berilmu di antara umat-umat tersebut, seperti Yahudi, Nasrani dan aliran-aliran lain 'Apakah para Rasul yang datang kepada mereka itu manusia atau para Malaikat? Mereka hanyalah manusia. Hal itu merupakan kesempurnaan nikmat Allah kepada makhluk-Nya dengan diutusnya para Rasul dari jenis mereka yang memungkinkan untuk sampainya penyampaian dan penerimaan dari mereka.16

b. Aspek Syariah

Pada scene ditunjukkan bahwa nilai syariat yang ditonjolkan yaitu ketika ada kabar yang diterima seseorang maka Allah memerintahkan untuk bertabayyun yakni mencari informasi sebenarnya. Dalam hal ini dicontohkan oleh Basyir yang meminta fatwa KH. Hasyim Asy’ari. Surat Al-Hujurat ayat 6 menjelaskan :

ُتَ ف ٍةَلاَهَِبِ ٌۢاًمْوَ ق اْوُ بْ يِصُت ْنَا ااْوُ نَّ يَ بَ تَ ف ٍاَبَ نِب ٌٌۢقِساَف ْمُكَءۤاَج ْنِا ااْوُ نَمٓا َنْيِذَّلا اَهُّ يَآيٰ

اَم ىٓلَع اْوُحِبْص

َْيِمِدٓن ْمُتْلَعَ ف

16 Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq A-Sheikh, 1994, Tafsi Ibnu Katsir Jilid 5.

Terjemahan oleh M. Abdul Ghaffar & Abdurrahim Mu'thi (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi'i), hal 338-439

(17)

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.

Allah memerintahkan agar benar-benar meneliti berita yang dibawa oleh orang-orang fasik dalam rangka mewaspadainya, sehingga tidak ada seorang pun yang memberikan keputusan berdasarkan perkataan orang fasik tersebut, di mana pada saat itu orang fasik tersebut berpredikat sebagai seorang pendusta dan berbuat kekeliruan, sehingga orang yang memberikan keputusan berdasarkan ucapan orang fasik itu berarti ia telah mengikutinya dari belakang. Padahal Allah telah melarang untuk mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan. Dari sini pula, beberapa kelompok ulama melarang untuk menerima riwayat yang diperoleh dari orang yang tidak diketahui keadaannya karena adanya kemungkinan orang tersebut fasik. Namun kelompok lain menerimanya, menurut mereka, kami ini hanya diperintahkan untuk memberikan kepastian berita yang dibawa oleh orang fasik, sedangkan orang ini tidak terbukti sebagai seorang fasik karena tidak diketahui keadaannya. Dan kami telah menetapkan masalah ini dalam kitab al- Ilmu dalam kitab Syarh al-Bukhari. Segala puji bagi Allah Ta'ala.

Banyak ahli tafsir yang menyebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan al-Walid bin "Ugbah bin Abi Mu'ith ketika ia diutus oleh Rasulullah untuk mengambil sedekah (zakat) Bani Musthalig: Imam Ahmad meriwayatkan, Muhammad bin Sabig memberitahu kami, Isa bin Dinar memberitahu kami, ayahku memberitahuku bahwasanya ia pernah mendengar al-Harits bin Abi Dhirar al Khuza'I bercerita: “Aku pernah datang menemui Rasulullah 35, maka beliau mengajakku masuk Islam. Maka aku pun memeluk Islam dan mengikrarkannya.

Kemudian beliau mengajakku mengeluarkan zakat, maka aku pun menunaikannya dan kukatakan: “Ya Rasulullah, aku akan pulang kepada rakyatku dan aku akan ajak mereka untuk masuk Islam dan menunaikan zakat. Siapa saja yang memperkenankan seruanku itu, maka aku akan mengumpulkan zakatnya, dan kirimkanlah seorang utusan kepadaku ya Rasulullah, sekitar waktu begini dan begini guna membawa zakat yang telah aku kumpulkan itu.

Setelah al-Harits mengumpulkan zakat dari orang-orang yang mematuhi seruannya dan telah sampai pada masa kedatangan utusan Rasululah, ternyata utusan Rasulullah tersebut tertahan di tengah jalan dan tidak dating menemuinya.

Al-Harits pun mengira bahwasanya telah turun kemurkaan dari Allah Ta'ala dan Rasul-Nya pada dirinya. Ia pun segera memanggil para pembesar kaumnya dan mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Rasulullah telah menetapkan waktu kepadaku, di mana beliau akan mengirimkan urusannya kepadaku untuk mengambil zakat yang aku kumpulkan, dan bukan kebiasaan Rasulullah untuk menyalahi janji, dan aku tidak melihat tertahannya utusan beliau melainkan karena kemurkaan Allah. Oleh karena itu, marilah kita pergi bersama-sama menemui Rasulullah,”

Kemudian Rasulullah mengutus al- Walid bin ‘Ugbah untuk menemui al- Harits guna mengambil zakat yang telah dikumpulkannya. Ketika al Walid ber- angkat dan sudah menempuh beberapa jarak, tiba-tiba ia merasa takut dan kembali pulang, lalu menemui Rasulullah seraya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya al-

(18)

Harits menolak memberikan zakat kepadaku, bahkan ia bermaksud membunuhku."

Maka Rasulullah pun marah dan mengirimkan utusan kepada al-Harits. Dan al- Haris serta para sahabatnya pun bersiap-siap berangkat. Ketika utusan beliau meninggalkan kota Madinah, al-Harits bertemu dengan mereka. Maka mereka berkata: “Inilah al-Harits.” Dan pada saat al-Harits menghampiri mereka, ia berkata:

“Kepada siapa kalian diutus?”

“Kepadamu,” jawab mereka. “Lalu, untuk apa kalian diutus kepadaku?” tanya al-Harits lebih lanjut. Mereka menjawab: “Sesungguhnya Rasulullah telah mengutus al Walid bin "Ugbah kepadamu, dan ia mengaku bahwa engkau menolak memberikan zakat dan bahkan engkau akan membunuhnya.” Maka al-Harits 45 berkata: “Tidak benar. Demi Rabb yang telah mengutus Muhammad dengan kebenaran, aku sama sekali tidak pernah melihatnya dan tidak juga ia mendatangiku.”

Dan setelah al-Harits menghadap Rasulullah, maka beliau bertanya: “Apakah engkau menolak menyerahkan zakat dan bermaksud membunuh utusanku?” Ia menjawab: “Tidak. Demi Rabb yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku sama sekali tidak melihatnya dan tidak pula ia mendatangiku. Dan aku tidak datang menemuimu melainkan ketika utusan Rasulullah tertahan (tidak kunjung datang) dan aku takut akan muncul kemarahan dari Allah Ta'ala dan Rasul-Nya.” Ia mengatakan: “Pada saat itu turunlah surat al-Hujurat:

ُتَ ف ٍةَلاَهَِبِ ٌۢاًمْوَ ق اْوُ بْ يِصُت ْنَا ااْوُ نَّ يَ بَ تَ ف ٍاَبَ نِب ٌٌۢقِساَف ْمُكَءۤاَج ْنِا ااْوُ نَمٓا َنْيِذَّلا اَهُّ يَآيٰ

اَم ىٓلَع اْوُحِبْص ْمُتْلَعَ ف

َْيِمِدٓن َٓ للّا َّنِكٓلَو ْمُّتِنَعَل ِرْمَْلاا َنِ م ٍْيِْثَك ِْفِ ْمُكُعْ يِطُي ْوَل ۗ ِٓ للّا َلْوُسَر ْمُكْيِف َّنَا ااْوُمَلْعاَو َناَْيِْْلاا ُمُكْيَلِا َبَّبَح

هَنَّ يَزَو ِْفِ ٗ ْمُكِبْوُلُ ق َهَّرَكَو ُمُكْيَلِا َرْفُكْلا َقْوُسُفْلاَو َو

َناَيْصِعْلا َكِٕى ۤ ۗ

ٓلوُا ُمُه َنْوُدِشاَّرلا

ٌمْيِكَح ٌمْيِلَع ُٓ للّاَوۗ ًةَمْعِنَو ِٓ للّا َنِ م ًلًْضَف

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah, kalau ia menuruti (kemauan)mu dalam beberapa urusan, benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikanmu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikanmu benci kepada kekufiuran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikut jalan yang lurus.

Sebagai karunia dan nikmat dari Allah, Dan Allah Mahamengetahui lagi Mahabijaksana.”

Demikianlah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim. Hal yang sama juga diriwayatkan oleh ath-Thabrani, namun ia tidak menyebut al-Harits bin Sirar, dan yang benar adalah Dhirar bin al-Haar, sebagaimana yang telah dikemukakan.

Wallahu a'lam.17

17 Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq A- Sheikh, 1994, Tafsi Ibnu Katsir Jilid 7.

Terjemahan oleh M. Abdul Ghaffar & Abdurrahim Mu'thi (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi'i), hal 476-478

(19)

c. Aspek Akhlak

Pada gambar tersebut akhlak yang ditunjukkan Basyir merupakan akhlak yang baik. Karena rela jauh-jauh dari daerahnya yaitu Kauman, Yogyakarta untuk mencari kebenaran dan meminta fatwa dari KH. Hasyim Asy’ari.

2. Pada adegan ini terlihat seorang kiai berbincang dengan dua santri menunduk sambil membawa kitab.

a. Aspek Aqidah

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa seorang santri mempelajari tafsir Al-Quran, hal ini dimaknai bahwa mereka meyakini Al-Quran sebagai pedoman hidup sehingga patut untuk dipelajari. Disebut dalam hadits

ُهَمَّلَعَو َنآْرُقلْا َمَّلَعَ ت ْنَم ْمُكُْيَْخ

Artinya: “Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya”.(H.R Bukhari).

b. Aspek Syariah

Pada gambar di atas dapat dimaknai bahwa murid harus patuh dan taat atas apapun yang diperintahkan oleh gurunya. Karena Allah berfirman dalam Alquran surat al isra ayat 23.

ٓىَضَقَو َأ اَُهُُدَحَأ ََبَِكْلا َكَدْنِع َّنَغُلْ بَ ي اَّمِإ ۚ ًنًاَسْحِإ ِنْيَدِلاَوْلِبَِو ُهَّيِٰإ َّلاِإ اوُدُبْعَ ت َّلاَأ َكُّبَر َلًَف اَُهُ َلًِك ْو

اًيِْرَك ًلاْوَ ق اَمَُلْ ْلُقَو اَُهُْرَهْ نَ ت َلاَو ٍ فُأ اَمَُلْ ْلُقَ ت

Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua- duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau

(20)

mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."

Juga untuk mempermudah diterimanya syariat-syariat Islam di tengah masyarakat maka mengakulturasi budaya dengan diisi dengan nilai-nilai Islam di dalamnya sangat penting. Ditunjukkan dalam scene bahwa kiai Sholeh Darat membuat terjemahan Al-Qur’an dengan bahasa jawa (pegon).

Alah berfirman seraya memerintahkan agar hamba-Nya hanya beribadah kepada-Nya saja, yang tiada sekutu bagi-Nya. Kata "qadhaa" dalam ayat ini berarti perintah. Mengenai firman-Nya, ىَضَق َو “Dan telah memerintahkan,” Mujahid berkata:

“Artinya berwasiat.” Demikian pula Ubay bin Ka'ab, Ibnu Mas'ud dan adh- Dhahhgk bin Muzahim membaca ayat tersebut dengan bacaan, َلِّإاوُدُبْعَت َلَّأ َكُّب َرىًص َو َو ُهاَيِإ "Rabbmu berwasiat agar Kamu tidak beribadah kecuai kepada-Nya semata."

Oleh karena itu, Allah menyertakan perintah ibadah kepada-Nya dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua, di mana Dia berfirman, ِنْيَدِلا َوْلاِب َو اًناَسْحِإ “Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya."

Maksudnya, Dia menyuruh hamba-Nya untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Yang demikian itu seperti firman-Nya dalam surat yang lain, di mana Dia berfirman: “syukurlah kepada.Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku tempat kembaimu (Q.S A-Luqman: 19)

Dan firman-Nya lebih lanjut: “Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua- duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekai-kai janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah'” Maksudnya, janganlah engkau memperdengarkan kata-kata yang buruk, bahkan sampai kata "ah" sekaipun yang merupakan tingkatan ucapan buruk yang paing rendah/ringan. اَمُه ْرَهْنَت َلّ َو “Dan janganlah kamu membentak keduanya,” maksudnya, jangan sampai ada perbuatan buruk yang kamu lakukan terhadap keduanya. Sebagaimana yang dikatakan ‘Atha' bin Abi Rabah mengenai firman-Nya, اَمُه ْرَهْنَت َلّ َو “Dan janganlah kamu membentak mereka berdua,” ia berkata: “Artinya, janganlah kamu meringankan tangan kepada keduanya.” Dan setelah Allah melarang melontarkan ucapan buruk dan perbuatan tercela, Allah menyuruh berkata-kata baik dan berbuat baik kepada keduanya, di mana Dia berfirman, اًمي ِرَك ًلّ ْوَق اَمُهَل ْلُق َو, “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” Yakni, dengan lemah lembut, baik, penuh sopan santun, disertai pemuliaan dan penghormatan.18

c. Aspek Akhlak

Pada gambar tersebut dapat dimaknai bahwa dua santri memiliki akhlak yang baik. Hal ini ditunjukkan sikapnya yang tidak pernah menolak perintah gurunya, dan selalu patuh.

18 Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq A- Sheikh, 1994, Tafsi Ibnu Katsir Jilid 5.

Terjemahan oleh M. Abdul Ghaffar & Abdurrahim Mu'thi (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi'i), hal 153

(21)

3. Pada scene ini terlihat dua orang menghampiri kandang kuda.

a. Aspek Aqidah

Digambarkan dalam film begitu susah payah sang tokoh untuk mengurus kuda, mengaji dan sholat yang tak terlewat. Nilai aqidah terdapat dari scene ini yaitu kita meyakini bahwa segala sesuatu kebaikan yang kita perbuat itu pasti kembali ke Allah. Ridha Allah tercapai karena ridha dari seorang guru. Dalam hadist disebutkan

ِدِلاَوْلا ِطَخَس ِفِ ِبَّرلا ُطَخَسَو ِدِلاَوْلا ىَضِر ِفِ ِبَّرلا ىَضِر

"Ridho Allah terdapat pada ridho orang tua, dan murka Allah juga terdapat pada murkanya orang tua." (HR. Tirmidzi).

b. Aspek Syariah

Pada scene ini terdapat perkataan guru untuk tidak meninggalkan sholat.

Walupun sesibuk apapun kita sholat adalah hal utama yang wajib dikerjakan.

Dalam surat Al-baqarah ayat 43 disebutkan

َّزلااوُتٓاَو َةوٓلَّصلااوُمْيِقَاَو َْيِعِكاَّرلا َعَم اْوُعَكْراَو َةوٓك

Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.”

Firman Nya,

َْيِعِكاَّرلا َعَم اْوُعَكْراَو َةوٓكَّزلااوُتٓاَو َةوٓلَّصلااوُمْيِقَاَو

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku’."

Mengenai firman Allah kepada ahlul kitab, َةوٓلَّصلااوُمْيِقَاَو "Dan dirikanlah shalat,"

Muqatil mengatakan, artinya, Allah memerintahkan mereka untuk mengerjakan shalat bersama Nabi &. Dan firman-Nya, َةو ك َزلااوُت ا َو "Dan tunaikanlah zakat," artinya, Allah memerintahkan mereka untuk mengeluarkan zakat, yaitu dengan menyerahkannya kepada Nabi.

Sedang firman-Nya, َْيِعِكاَّرلا َعَم اْوُعَكْراَو "Dan ruku lah bersama orang-orang yang ruku"

artinya, Allah menyuruh mereka untuk ruku' bersama orang-orang yang ruku' dari umat Muhammad, maksudnya Dia berfirman, ikutlah bersama mereka dan bagian dari mereka.

Mengenai firman-Nya, َةو ك َزلااوُت ا َو “Tunaikanlah zakat,” Mubarak bin Fudhalah meriwayatkan dari Hasan a-Bashri, katanya: “Pembayaran zakat itu merupakan kewajiban, yang mana ama ibadah tidak akan manfaat kecuai dengan menunaikannya dan dengan mengerjakan shalat.”

(22)

Sedangkan firman-Nya, َنْيِعِكا َرلا َعَم ا ْوُعَك ْرا َو "Dan ruku lah bersama orang-orang yang ruku'." Artinya, jadilah kaian bersama orang-orang mukmin dalam berbuat yang terbaik, di antara ama kebaikan yang paing khusus dan sempurna itu adalah shalat.

Banyak ulama yang menjadikan ayat ini sebagai dail yang menunjukkan kewajiban shalat berjama'ah. Dan insya Allah, kami akan menguraikannya dalam Kitab a- Ahkam.19

Juga terdapat pesan bahwa menyayangi sesama makhluk hidup merupakan perintah dari Allah. Diriwayatkan dalam hadis

ِالله ِدْبَع ْنَع اْوَُحِْرِا ُنَْحَِّرلا ُمُهَُحِْرَ ي َنْوُِحِاَّرلَا َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْوُسَر َلاَق َلاَق وٍرْمَع ِنْب

ِفِ ْنَم

ِءاَمَّسلاىِفْنَم ْمُكَْحِْرَ ي ِضْرَْلْا

Artinya: "Orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Ar-Rahman, berkasih sayanglah kepada siapapun yang ada dibumi, niscaya Yang ada di langit akan mengasihi kalian...” (HR.

Tirmidzi no. 2049, Ahmad no. 6650 dan lainnya) c. Aspek Akhlak

Pada scene terlihat bahwa KH. Hasyim Asy’ari mengerjakan segala perbuatan yang diperintah oleh gurunya sepeti kepatuhan dirinya, ketawadhu’annya, dan tidak memmposisikan dirinya sebagai anak kiai merupaka tauladan yang baik bagi kita semua.

4. Pada gambar terlihat dua orang santri sedang bersalaman dengan seorang guru.

a. Aspek aqidah

Pada scene KH. Ahmad Dahlan berpamitan dengan gurunya Kiai Sholeh Darat untuk melaksanakan haji. Sebagai seorang mukmin menunaikan haji adalah kewajiban bagi yang mampu, ini menunjukan bahwa KH. Sholeh Darat percaya kepada Allah dengan menunaikan haji.

b. Aspek syariah

Pada scene KH. Ahmad Dahlan berpamitan dengan gurunya Kiai Sholeh Darat untuk melaksanakan haji. Karena haji merupakan syariat agama Islam yang

19 Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq A- Sheikh, 1994, Tafsi Ibnu Katsir Jilid 1.

Terjemahan oleh M. Abdul Ghaffar & Abdurrahim Mu'thi (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi'i), ha 120

(23)

wajib untuk dilaksanakan. Dalam Alquran disebutkan dalam Q.S. Ali Imron ayat 97:

ًلًيِبَس ِهْيَلِإ َعاَطَتْسٱ ِنَم ِتْيَ بْلٱ ُّجِح ِساَّنلٱ ىَلَع َِِّللَّو ....

...

Artinya: “....mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah...”

Firman-Nya,

ًليِبَس ِهْيَلِإ َعاَطَتْسٱ ِنَم ِتْيَبْلٱ ُّج ِح ِس اَنلٱ ىَلَع ِ َ ِلِلّ َو

“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjaanan ke Baitullah”

Menurut Jumhur ulama, ini adalah ayat menunjukkan kewajiban haji. 20 c. Aspek akhlak

Pada scene dapat dimaknai bahwa murid yang memiliki akhlak yang baik, dengan menjaga hubungan baik dengan gurunya, bersilaturahmi, dan berpamitan ketika ingin bepergian.

5. Pada adegan ini terlihat orang yang sedang menolong

a. Aspek aqidah

Pada scene dapat dimaknai bahwa orang mukmin harus saling tolong- menlong, karena orang mukmin meyakini bahwa Allah adalah maha penolong.

Dalam Al-qur’an disebutkan dalam surat Al-Asr ayat 3.

اْوَصاَوَ تَو ِتَٓحِلَّٓصلٱ اوُلِمَعَو اوُنَماَء َنيِذَّلٱ َّلاِإ ِْبََّصلٱِب اْوَصاَوَ تَو ِ قَْلْٱِب

Artinya: "Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."

A-‘Ashr berarti masa yang di dalamnya berbagai aktivitas anak cucu Adam berlangsung, baik dalam wujud kebaikan maupun keburukan. Imam Maik meriwayatkan dari Zaid bin Aslam: Kata al-‘Ashr berarti saat ‘Ashar. Dan yang populer adaah pendapat yang pertama.

Dengan demikian, Allah Ta’ala telah bersumpah dengan masa tersebut bahwa manusia itu dalam kerugian, yakni benar-benar merugi dan binasa. اوُنَماَء َنيِذَلٱ َلِّإ

20 Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq A- Sheikh, 1994, Tafsi Ibnu Katsir Jilid 2.

Terjemahan oleh M. Abdul Ghaffar & Abdurrahim Mu'thi (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi'i), hal 97

(24)

ِت َحِل َصلٱ اوُلِمَع َو "Kecuai orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan”. Dengan demikian, Allah memberikan pengecuaian dari kerugian itu bagi orang-orang yang berimandengan hati mereka dan mengerjakan ama shaihmelaui anggota tubuhnya.

ِرْبَصلٱِب ا ْوَصا َوَت َو ِ قَحْلٱِب ا ْوَصا َوَت َو “serta saing menasihati untuk kebenaran dan saing menasihati untuk kesabaran." Yakni bersabar atas segaa cobaan, takdir, serta gangguan yang dilancarkan kepada orang-orang yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.21 b. Aspek syariah

Pada gambar terlihat orang yang sedang menolong. Ini menunjukan bahwa pembuat film mengajak penonton untuk menumbuhkan rasa sosial dengan berbuat baik kepada sesama manusia. Karena perbuatan tolong menolong adalah syariat agama

Islam, seperti dalam surat Al-Maidah ayat 2:

َلاَوۖ ىٓوْقَّ تلاَو ِ ِبَْلا ىَلَع اْوُ نَواَعَ تَو ِباَقِعْلا ُدْيِدَش َٓ للَّّنًِا ۗ َٓ للّااوُقَّ تاَو ۖ ِناَوْدُعْلاَو ِْثِْْلاا ىَلَع اْوُ نَواَعَ ت

Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong- menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya."

Firman-Nya, ۖ ِنا َوْدُعْلا َو ِمْثِ ْلّا ىَلَع ا ْوُن َواَعَت َلّ َوۖ ى وْقَتلا َو ِ رِبْلا ىَلَع ا ْوُن َواَعَت َو

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan."

Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa tolong-menolong dalam berbuat kebaikan, itulah yang disebut A-Birru (kebaikan), sertameninggakan segaa bentuk kemungkaran, dan itulah dinamakan at- takwa. Dan Allah melarang mereka tolong-menolong dalam hal kebatilan, berbuat dosadan mengerjakan ha-ha yang haram.

Ibnu Jarir berkata:”A-Itsmu (dosa), berarti meninggakan apa yang oleh Allah perintahkan untuk mengerjakannya, sedangkan a-‘udwan (permusuhan), berarti melanggar apa yang telah ditetapka Allah dalam urusan agama dan melanggar apa yang telah diwajibkan-Nya kepada kaian dan orang lain.22

Dan disebutkan dalam kitab Arba’in Nawawi:

ِِبَّنلا ِنَع ،ُهْنَع ُالله َيِضَر َةَرْ يَرُه ِبَِأ ْنَع ﷺ

َسَّفَ ن ،اَيْ نُّدلا ِبَرُك ْنِم ًةَبْرُك ٍنِمْؤُم ْنَع َسَّفَ ن ْنَم« :َلاَق

َلَع ُالله َرَّسَي ،ٍرِسْعُم ىَلَع َرَّسَي ْنَمَو .ِةَماَيِقلا ِمْوَ ي ِبَرُك ْنِم ًةَبْرُك ُهنَع ُالله ْنَمَو .ِةَرِخلآاَو اَيْ نُّدلا ِفِ ِهْي

ِهْيِخَأ ِنْوَع ِفِ ُدْبَعلا َناَك اَم ِدْبَعلا ِنْوَع فِ ُاللهَو .ِةَرِخلآاَو اَيْ نُّدلا ِفِ ُالله ُهََتََس ًامِلْسُم ََتََس .

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia orang mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat.

21 Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq A- Sheikh, 1994, Tafsi Ibnu Katsir Jilid 8.

Terjemahan oleh M. Abdul Ghaffar & Abdurrahim Mu'thi (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi'i), hal 536

22 Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq A- Sheikh, 1994, Tafsi Ibnu Katsir Jilid 3.

Terjemahan oleh M. Abdul Ghaffar & Abdurrahim Mu'thi (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi'i), hal 9

(25)

Barangsiapa yang memberi kemudahan orang yang kesulitan (utang), maka Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat. Siapa saja yang menolong saudaranya, maka Allah akan menolongnya sebagaimana ia menolong saudaraya. (H.R Muslim)

c. Aspek Akhlak

Pada scene ini tergambar orang yang sedang menolong, tokoh utama yaitu KH. Ahmad Dahlan mempunyai akhlak yang baik karena menolong orang yang kesusahan, walaupun orang tersebut tidak dikenalinya. Ilmu yang telah beliau dapatkan selama ini diterapkan dengan empati kepada masyarakat setempat.

6. Terlihat pada ada KH. Ahmad Dahlan sedang memainkan biola di depan rumah.

a. Aspek Aqidah

Pada gambar terlihat KH. Ahmad Dahlan sedang memainkan biola. Pada scene ini pesan dari aqidah yang dapat diambil yakni KH. Ahmad Dahlan yakin dengan Al-Quran karena beliau menyampaikan metode dakwah yang sesuai dengan Q.S An-Nahl ayat 125–126:

ِإ ُعْدُا ُمَلْعَأ َوُه َكَّبَر َّنِإ ُنَسْحَأ َيِه ِتَِّلِبِ مُْلِْداَجَو ِةَنَسَْلْا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِْلِْبِ َكِ بَر ِليِبَس ِلِ

َّلَض نَِبِ

َنيِدَتْهُمْلِبِ ُمَلْعَأ َوُهَو ِهِليِبَس نَع .

نِئَلَو ِهِب مُتْ بِقوُع اَم ِلْثِِبِ ْاوُبِقاَعَ ف ْمُتْ بَ قاَع ْنِإَو .َنيرِباَّصلِ ل ٌْيَْخ َوَُلْ ُْتَُْبََص

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”

Allah berfirman seraya memerintahkan Rasul-Nya, Nabi Muhammad agar menyeru umat manusia dengan penuh hikmah. Ibnu Jarir mengatakan: “Yaitu apa yang telah diturunkan kepada beliau berupa A-Aur’an dan as-Sunah serta pelajaran yang baik, yang didalamnya berwujud larangan dan berbagai peristiwa yang disebutkan agar mereka waspada terhadap siksa Allah ta’ala.

(26)

Firman-Nya, ُنَسْحَأ َيِه يِتَلاِب مُهْلِداَج َو. “dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”

Yakni barang siapa yang membutuhkan diaog dan tukar pikiran, maka hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, lemah lembut, serta tutur kata yang baik. Yang demikian itu sama seperti firman Allah,

ْمُهْ نِم اْوُمَلَظ َنْيِذَّلا َّلاِا ُنَسْحَا َيِه ِْتَِّلِبِ َّلاِا ِبٓتِكْلا َلْهَا اْاوُلِداَُتُ َلاَو ۖ

Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik, kecuai dengan orang-orang yang zaim di antara mereka” (Q.S. A-Ankabut: 46) Dengan demikian, Allah memerintahkannya untuk berlemah lembut, sebagaimana yang Dia perintahkan kepada Musa dan Harun Ketika Dia mengutus keduanya kepada Fir’aun, melaui firman-Nya: ى شْخَي ْوَا ُرَكَذَتَي هَلَعَل اًنِ يَل ًلّ ْوَق هَل َلّ ْوُقَف “maka berbicaraah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah- mudahan dia sadar atau takut. (Q.S. Thahaa: 44).

Firman Allah Ta’ala, ِهِليِبَس نَع َلَض نَمِب ُمَلْعَأ َوُه َكَب َر َنِإ “Sesungguhnya Tuhanmu Diaah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jaan-Nya” dan ayat seterusnya. Maksudnya, Dia mengetahui siapa yang sengsara dan siapa pula yang Bahagia. Ha itu telah Dia tetapkan di sisi-Nya dan telah usai pemutusannya.

Serulah mereka kepada Allah, janglah kamu bersedih hati atas kesesatan orang- orang di antara mereka, sebab hidayah itu bukanlah urusanmu. Tugasmu hanyaah memberi peringatan dan menyampaikan risaah, dan perhitungan-Nya adaah tugas kami.23

b. Aspek Syariah

Pada scene ini KH. Ahmad Dahlan terlihat sedang memainkan alat musik itu menunjukan bahwa dalam penyampaian syariat-syariat Islam tidak hanya dengan pidato tapi dengan metode kesenian juga bisa.

c. Aspek Akhlak

Pada scene terlihat KH. Ahmad Dahlan memiliki sifat baik. Hal itu dilihat ketika beliau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan tutur kata yang lembut dan tidak menghilangkan budaya yang sudah ada. Sehingga masyarakat bisa nyaman dan mudah paham apa yang diajarkan beliau.

7. Pada gambar ini terlihat Plerok sedang bersyair dengan memainkan alat musik kentongan.

23 Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq A- Sheikh, 1994, Tafsi Ibnu Katsir Jilid 5.

Terjemahan oleh M. Abdul Ghaffar & Abdurrahim Mu'thi (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi'i), hal 121

(27)

a. Aspek Aqidah

Pada scene ini tokoh Plerok bersyair tentang ketika kita masih hidup harus hati-hati, janganlah kalian melakukan dosa. Nilai aqidah yang dapat dipetik yaitu orang yang beriman pasti meyakini bahwa Allah melarang melakukan perbuatan dosa.

b. Aspek Syariah

Pada scene ini tokoh Plerok menyindir para warga di sana dengan syair, karena warga di situ melakukan hal-hal yang dilarang oleh syariat agama seperti mabuk-mabukan dan berzina. Hal ini sesuai dengan surat Al-Maidah ayat 90:

َف ِناَطْيَّشلا ِلَمَع ْنِم ٌسْجِر ُم َلاْزَْلْاَو ُباَصْنَْلْاَو ُرِسْيَمْلاَو ُرْمَْلْااََّنَِّإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأَيٰ

ْمُكَّلَعَل ُهوُبِنَتْجا

َنوُحِلْفُ ت

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan."

Allah Swt. berfirman melarang hamba-hamba-Nya yang beriman meminum khamr dan berjudi. Telah disebutkan dalam sebuah riwayat dari Amirul Mu’minin Ai ibnu Abu Taib r.a., bahwa ia pernah mengatakan catur itu termasuk judi. Begitu pula menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari ayahnya, dari Isa ibnu Marhum, dari Hatim, dari Ja'far ibnu Muhammad, dari ayahnya, dari Ai r.a.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail A-Ahmasi, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Sufyan, dari Lais, dari Ata, Mujahid, dan Tawus, menurut Sufyan atau dua orang dari mereka;

mereka telah mengatakan bahwa segaa sesuatu yang memakai taruhan dinamakan judi, hingga permainan anak-anak yang memakai kelereng.

Telah diriwayatkan pula dari Rasyid ibnu Sa'd serta Damrah ibnu Habib hal yang semisa. Mereka mengatakan, "Hingga dadu, kelereng, dan biji juz yang biasa dipakai permainan oleh anak-anak."

Musa ibnu Uqbah telah meriwayatkan dari Nafi', dari Ibnu Umar, bahwa maisir adaah judi.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa maisir adaah judi yang biasa dipakai untuk taruhan di masa Jahiliah hingga kedatangan Islam. Maka Allah melarang mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk itu.

Maik telah meriwayatkan dari Daud ibnul Husain, bahwa ia pernah mendengar Sa'id ibnul Musayyab berkata, "Dahulu maisir yang dilakukan oleh orang-orang Jahiliah iaah menukar daging dengan seekor kambing atau dua ekor kambing."

Az-Zuhri telah meriwayatkan dari A-A'raj yang mengatakan bahwa maisir iaah mengundi dengan anak panah yang taruhannya berupa harta dan buah-buahan.24

Dan tercantum juga dalam surat A-Isra ayat 32:

24 Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq A- Sheikh, 1994, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3.

Terjemahan oleh M. Abdul Ghaffar & Abdurrahim Mu'thi (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi'i), hal 144

Referensi

Dokumen terkait

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersama- kan dengan itu. 2) Memberikan kredit

KEPUTUSAN PEMBELIAN KUALITAS PRODUK BRAND IMAGE BRAND TRUST PRICE.. Pada variabel kualitas produk untuk indikator smartphone oppo memiliki spesifikasi yang selalu update

Kesimpulan yaitu murid telah memiliki kebiasaan sarapan pagi namun kualitas asupan gizinya masih kurang yang ditandai dengan asupan energi, karbohidrat, protein,

indie dan highly kreatif yang berkaitan dengan hidup si penulis. Kekadang ia boleh berbual persoalan berat atau ringan. Hilang Punca lebih kearah penulisan ringan yang disertakan

Program Pembiayaan CENDANA diperkenalkan untuk memberikan sokongan dan menyediakan dana dan bantuan kewangan, dalam bentuk geran bersyarat kepada individu, kolektif,

Mengetahui hasil penelitian yang telah didapatkan mengenai waktu bebas demam yang diperoleh oleh antibiotik seftriakson pada empat kasus pasien demam tifoid anak dan

Selain itu guru harus dapat menimbulkan keberanian siswa baik untuk mengeluarkan idenya atau sekedar hanya untuk bertanya, hal ini disebabkan karena mengajar

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “PERANCANGAN SISTEM APLIKASI PENGELOLAAN DATA NILAI SISWA DI SMP SWASTA DHARMA BAKTI MEDAN DENGAN VISUAL BASIC 6.0.”. Pada kesempatan