• Tidak ada hasil yang ditemukan

MELALUI METODE TALKING STICK DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK KELAS II MIN 1 KOTA PALANGKA RAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MELALUI METODE TALKING STICK DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK KELAS II MIN 1 KOTA PALANGKA RAYA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

MELALUI METODE TALKING STICK DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK KELAS II

MIN 1 KOTA PALANGKA RAYA

FITRIYANI

MIN 1 Kota Palangka Raya [email protected]

Abstrak

Guru dituntut harus bisa untuk dapat mengembangkan bahkan memajukan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Karena selama ini peserta didik hanya diberi pembelajaran dengan metode yang monoton dan konvensional saja, sehingga berdampak dari hasil belajar peserta didik menurun. Metode Talking Stick sebagai salah satu metode yang dapat menjadikan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik akan lebih efektif dan menyenangkan karena peserta didik terlibat langsung dalam poses pembelajaran, sehingga diharapkan dengan adanya penerapan metode Talking Stick dalam mata pelajaran Akidah Akhlak mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Jenis design penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom action research. Hasil penelitian selama dua siklus ini menunjukan bahwa hasil belajar peserta didik khususnya materi akhlak terpuji pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam penerapan Metode Talking Stick, mengalami peningkatan terlihat dari rata-rata nilai sebelum melakukan pada siklus I peserta didik yang tuntas 15 peserta didik dengan presentase 60%. Dan pada siklus II jumlah peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 23 peserta didik dengan presentase 85%. Hal ini menunjukan bahwa penerapan metode Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas II khususnya pada materi akhlak tercela berbohong di MIN 1 Kota Palangka Raya.

Kata kunci: Metode Talking Stick, Hasil Belajar, Akidah Akhlak

(2)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

A. Pendahuluan

Perkembangan dunia pengetahuan pada saat ini terutama di dunia pendidikan dituntut untuk bisa mengembangkan bahkan memajukan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Oleh sebab itu, usaha untuk melahirkan suatu sistem pendidikan yang berkualitas yang sesuai dengan kondisi negara yaitu yang berdasarkan pancasila harus dilaksanakan, salah satunya yang harus ada adalah guru yang berkualitas yang mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional yakni yang memiliki potensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.1

Dalam dunia pendidikan guru memegang peranan penting karena dalam keberhasilan proses belajar mengajar sangat di tentukan oleh faktor guru, tugas guru adalah menyampaikan pada peserta didik dengan proses komunikasi dan proses belajar mengajar yang dilakukanya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangatlah tergantung pada intraksi antara guru dan peserta didik. Ketidakberhasilan interaksi akan mengakibatkan dampak pesan yang dibawa oleh guru.2

Terkait materi dalam penelitian ini maka dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan agama islam, khususnya dalam pembelajaran Akidah Akhlak Menurut Nasrudin mata pelajaran

1 Yudi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah pendekatan baru, Jakarta, Gaung persda perss, 2010, h.1.

2 Basyirudin Usman, Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta: Delia Citra Utama, 2002, h.1.

(3)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Akidah Akhlak adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan sebagai wahana pemberian pengetahuan bimbingan dan pengembangan kepada peserta didik agar dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalka dalam kehidupan sehari-hari, faktor media pembelajaran yang dianggap berpengaruh.

Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik tentang akidah Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama.

Sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia, sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warganegara. Cakupan materi pembelajaran akidah akhlah di MIN 1 Kota Palangka Raya pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran terpadu.

Pengajaran akhlak adalah salah satu bagian dari pengajaran agama. Karena itu patokan penilaian dalam mengamati akhlak adalah ajaran agama. Yang menjadi sasaran pembicaraan dalam pengajaran akhlak adalah bentuk batin seseorang. Bentuk batin itu dapat dilihat pada tindak tanduk atau tingkah laku dengan mempelajari apakah tindak tanduk itu berasal dari bentuk batin atau karena suatu pertimbangan tertentu. Tindak tanduk itu dinilai dengan ukuran ajaran agama. Buruk atau baik, terpuji atau tercela menurut pertimbangan ajaran agama. Dalam arti yang lebih dalam,

(4)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

sebenarnya pengajaran akhlak itu adalah pengajaran yang membicarakan tentang nilai suatu perbuatan orang.3

Selain itu guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam pembelajaran, seperti menggunakan metode dan media pembelajaran saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini sangat berguna agar peserta didik tidak merasa jenuh dalam menerima pelajaran. Seperti yang telah kita ketahui saat ini, mayoritas guru hanya datang untuk mengajar, memberi tugas, setelah itu selesai, sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak dapat meresap dalam ingatan peserta didik. Kebanyakan guru hanya menerapkan metode serta media pada mata pelajaran umum saja, misalnya matematika, IPA, dan lain-lain. Sedangkan pada mata pelajaran agama, mayoritas guru hanya mengandalkan satu metode saja yaitu ceramah.

Pada pembelajaran fiqih, mungkin guru masih menggunakan media dalam pembelajarannya walaupun hanya media manual atau yang disebut juga dengan media tradisional, tetapi sangat jarang dijumpai seorang guru yang sedang mengajar pembelajaran akidah akhlak dengan menggunakan metode dan media pembelajaran, mungkin karena kebanyakan orang menganggap remeh dan memandangnya dengan sebelah mata walaupun sebenarnya pelajaran tersebut yang akan membawa generasi muda negara ini menjadi pribadi yang baik dan bermoral.

Sangat disayangkan sekali melihat kejadian seperti itu, bahkan

3 Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 71.

(5)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

ketika peneliti terjun langsung ke lapangan, peneliti sering menemukan sebuah kenyataan bahwa pembelajaran akidah akhlak dilakukan hanya dengan menggunakan metode tradisional saja yakni metode ceramah. Seperti yang telah kita ketahui bahwa metode ceramah adalah suatu metode yang dirasa kurang efektif digunakan sebagai pembelajaran karena akan menyebabkan proses pembelajaran menjadi monoton.

Begitu juga dengan metode yang saya gunakan yakni MIN 1 Kota Palangka Raya, hanya menggunakan metode ceramah tanpa ada variasi metode lain. Sehingga kondisi kelas saat itu menjadi kurang kondusif. Ada sebagian kecil kelompok yang berminat untuk mengikuti pelajaran dengan mendengarkan penjelaan dari guru, namun selebihnya mereka tetap sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri. Banyak diantara mereka yang ngobrol dengan teman sebangku, bermain dengan temannya bahkan ada juga yang sibuk menulis bahkan menggambar sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Penyebab utama peserta didik tidak memperhatikan pelajaran karena mereka merasa bosan dengan proses pembelajaran yang begitu-begitu saja, dari awal sampai akhir mereka hanya jadi pendengar setia. Adanya sikap peserta didik yang pasif tersebut menyebabkan hasil belajar mereka kurang memuaskan. Nilai minimal peserta didik dinyatakan tuntas adalah nilai 70 atau sekitar 70% nya. Namun banyak di antara mereka yang mendapat nilai di bawah standar ketuntasan yang telah ditentukan.

(6)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Hal ini ternyata berdampak pada minat belajar anak yang kian hari nilai mata pelajaran Akidah Akhlak peserta didik kelas II MIN 1 Kota Palangka Raya dengan jumlah peserta didik 26 orang hanya 9 orang yang berhasil, yang artinya hanya 34.6% yang memperoleh nilai 70 keatas, sedangkan 65,4% mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu dibawah nilai 70. Persentase ketuntasan tersebut masih jauh dari tujuan yang diharapkan. Agar pembelajaran Akidah Akhlak pada materi menghindari akhlak tercela berbohong menjadi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, salah satunya dapat dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran talking stick. Talking stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan kondisi dan suasana belajar aktif dari peserta didik karena adanya unsur permainan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan model talking stick karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, peserta didik diberikan waktu beberapa saat untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Mengingat dalam talking stick, ada unsur kompetisi dalam setiap kelompok untuk mengumpulkan skor yang sebanyak-banyaknya maka hal ini dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik yang akan berdampak pada nilai hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka memberikan inspirasi sekaligus motivasi bagi peneliti untuk

(7)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

melakukan tindakan peningkatan hasil belajar dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick pada Peserta Didik Kelas II MIN 1 Kota Palangka Raya.”

B. Metode / Pendekatan Kajian

Jenis desain penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom action research. Penelitian ini lebih bersifat memecahkan suatu masalah yang hasilnya dideskripsikan secara menyeluruh. Subyek penelitian dalam PTK ini adalah peserta didik kelas II MIN 1 Kota Palangka Raya. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan II yang tiap-tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi.

C. Kajian Pustaka

1. Konsep Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. 4

4 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenadamedia Gruop, 2013), h. 13.

(8)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya".5

Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari peserta didik yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari. Bentuk perubahan perilaku harus menyeluruh secara komperhensif sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku.

Aspek perilaku keseluruhan dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin Bloom (1956) yang dapat menunjukkan gambaran hasil belajar, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Romizoswki yang dikutip oleh Sri Anita W. dkk dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran di SD menyebutkan dalam skema kemampuan yang dapat menunjukkan hasil belajar yaitu:

Berdasarkan konsepsi di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki peserta didik dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik.

Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

5 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), Hal. 22

(9)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

2. Metode Talking Stick

a. Pengertian Metode Talking Stick

Menurut Carol Locust yang dikutip oleh Miftahul Huda dalam bukunya yang berjudul Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran pernah berkata:

The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping6.

Jadi, Talking stick (tongkat berbicara) adalah metode yang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Kini metode talking stick sudah digunakan sebagai metode pembelajaran ruang kelas.

Sebagai mana namanya, talking stick merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini diulang terus menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.

b. Penerapan Metode Talking Stick

6 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 224.

(10)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Dalam penerapan metode talking stick, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 peserta didik yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, kecerdasan, persahabatan atau minat yang berbeda.

c. Langkah-Langkah Metode Talking Stick

Adapun langkah-langkah metode talking stick adalah sebagai berikut:7

a) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm b) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran

c) Peserta didik berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana

d) Setelah peserta didik selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilakan peserta didik untuk menutup isi bacaan

e) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu peserta didik, setelah itu guru memberi pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

7 Ibid., h. 225

(11)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

f) Guru memberi kesimpulan

g) Guru melakukan evaluasi/penilaian h) Guru menutup pembelajaran

d. Kelebihan Metode Talking Stick

Dalam metode talking stick terdapat beberapa kelebihan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Mampu menguji kesiapan peserta didik

b) Melatih keterampilan peserta didik dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat

c) Membuat peserta didik ceria, senang dan melatih mental peserta didik untuk siap dalam kondisi dan situasi apapun d) Melatih peserta didik berbicara di depan teman-temanya e) Menciptakan suasana menyenangkan dan membuat peserta

didik aktif

f) Menumbuhkan jiwa berkompetisi pada diri peserta didik

e. Kekurangan Metode Talking Stick

Adapun kekurangan metode talking stick adalah bagi peserta didiksiswi yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara di hadapan guru, metode ini mungkin kurang sesuai.

f. Implementasi Metode Talking Stick dalam Pembelajaran Metode talking stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Talking stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu peserta didik kepada peserta didik yang

(12)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka peserta didik yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Hal ini dilakukan hingga semua peserta didik berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Dalam pelaksanaannya metode talking stick memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b) Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.

3. Akidah Akhlak

a. Pengertian Akidah Akhlak 1) Pengertian Akidah

Akidah berasal dari bahasa Arab aqoda, secara bahasa Akidah memiliki arti sesuatu yang mengikat. Kata lain yang serupa adalah i‟tiqad yang memiliki arti kepercayaan. Dari

(13)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

pengertian tersebut, Akidah secara sederhana memiliki Arti kepercayaan yang tersimpul di dalam hati. Hal ini seperti ditegaskan oleh Ash Shiddieqy, bahwa Akidah adalah sesuatu yang di pegang teguh dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa dan tidak dapat beralih dari padanya.8

2) Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab Khuluqiyah atau lazim disebut moral. yang dimasksud dengan Akhlak (Moral) adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristi-karakteristik akal dan tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Terkadang definisi akhlak sebagaimana di sebutkan diatas dalam batasan- batasan tertentu terbaur dalam kepribadian.9

Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian mengenai akhlak adalah merupakan batasan antara baik dan buruk, benar dan salah, terpuji dan tercela dari perbuatan mukallaf, perkataan mukallaf, baik itu yang lahir maupun yang batin. Semua perbuatan, perkataan dari seorang mukallaf tersebut dapat dinilai melalui sumber dari akhlak yakni al- Qur'an. Apakah perbuatan tersebut sudah baik atau tidak, benar atau salah, maka yang akan menilai adalah al- Qur'an.

Dengan demikian dapat disimpulkan akidah akhlak adalah kepercayaan yang diyakini kebenarannya didalam hati yang diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan yang

8 Mahrus, Akidah, Direktorat Jendaral Pendidikan, Jakarta, 2009, h. 4.

9 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, cet.1-Jakarta, Gema Insani Press, 2004, h. 53.

(14)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

terpuji sesuai Dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadist. Maka menjaga akidah akhlak merupakan hal penting bagi kita. Hal-hal yang dapat kita lakukan antara lain dengan mempelajari ilmu-ilmu yang menyangkut akidah akhlak, hal-hal yang dapat merusak akidah akhlak, menjauhkan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak akidah akhlak dan mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.

4. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus yang bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar Akidah Akhlak denga materi menghindari akhlak tercela berbohong pada peserta didik di kelas II.

Indikator keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari peserta didik dapat menjelaskan batasan tentang pengertian akhlak yng baik serta peserta didik dapat mempraktekan sifat-sifat akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Pada siklus I ini sebelum peserta dikelompokan dalam beberapa kelompok, guru mendiskusikan tentang topik pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stick, hal ini diasumsikan agar dapat menarik perhatian peserta didik pada pelajaran yang diberikan guru, sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk semakin meningkatkan keseriusanya dalam proses belajar.

Pada siklus I peneliti menggunakan media pembelajaran yaitu metode Talking Stick yang dimaksudkan agar peserta didik termotivasi dan memahami materi akidah akhlak tentang akhlak

(15)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

tercela berbohong dan tentunya agar hasil belajar peserta didik meningkat.

Pada siklus pertama, peserta didik terlihat kurang dapat mengikuti KBM. Hal ini dapat diketahui dari kurangnya rasa ingin tahu mereka terhadap materi yang diberikan serta minimnya pertanyaan dari materi yang diajarkan, peserta didik umumnya merasa tidak bisa atau takut salah. Akan tetapi antusias mereka terhadap materi pembelajaran yang diberikan cukup baik. Hal ini ditunjukan dari rasa senang dan rasa ingin tahu mereka dalam mengikuti pembelajaran.pada pertemuan kedua siklus pertama.

Pada siklus kedua, peserta didik mulai menunjukan rasa ingin tahu yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari munculnya pertanyaan- pertanyaan dari peserta didik ketika guru membuka pertanyaan. Di awal pembelajaran peserta didik tampak bersemangat mengerjakan tugas dan berusaha mengerjakan dengan tepat waktu, kemudian peserta didik sudah mulai terbiasa mengikuti pembelajaran dengan metode Talking Stick. Metode pembelajaran ini sudah mulai tampak bisa diterima oleh peserta didik dan susasana kelas sudah mulai tampak hidup dan bergairah.

Kesimpulanya peneliti berusaha agar peserta didik tetap antusias dalam kegiatan belajar mengajar, guru melanjutkan materi pembelajaran akidah akhlak dengan menggunakan metode Talking Stick. Dalam pembelajaran ini peneliti berusaha memotivasi peserta didik agar berkerja sama dalam kelompok.

Secara umum hasil penelitian siklus pertama menunjukan bahwa, penerimaan yang positif dari peserta didik kelas II terhadap

(16)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

penggunaan metode Talking Stick dalam pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak, materi menghindari akhlak tercela berbohong Hal ini ditunjukan dari hasil tes peserta didik dimana peserta didik yang tuntas, meningkat sejumlah 15 orang menjadi 60% Ini sebuah peningkatan yang menggembirakan, Karena dibandingkan dengan yang belum tuntas, Jumlah menjadi lebih sedikit yaitu 10 orang atau 40%. Meskipun demikian, target ketuntasan 80% belum tercapai.

Berdasarkan hasil refleksi maka untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran akidah akhlak dalam materi menghindari akhlak tercela berbohong dan mengatasi masalah yang muncual pada siklus I peneliti mengambil langkah- langkah sebagai berikut:

a Memeriksa kesiapan dan partisipasi aktif peserta didik agar bisa lebih memperhatikan proses pembelajaran menerapkan metode Talking Stick

b Memberikan penjelasan ulang dan penguatan materi langsung melibatkan peserta didik

c Memberikan umpan balik materi yang telah diajarkan agar peserta didik dapat lebih memahami terhadap materi yang disampaikan.

d Hendaknya guru lebih intensif dalam menggunakan waktu yang ada, agar pembelajaran dapat tercapai.

Pada hakikatnya, media pembelajaran digunakan untuk memudahkan guru dalam proses pembelajaran dan dapat menarik minat dan perhatian peserta didik, dan salah satu kriteria dalam pemilihan media adalah dukungan terhadap isi

(17)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

bahan pelajaran dan kemudahan dalam memperolehnya. Apabila media yang sesuai belum tersedia maka guru berupaya untuk mengembangkan sendiri.

Hambatan yang dihadapi pada penggunaan metode Talking Stick, peserta didik tampak masih terbiasa dengan metode ceramah atau teacher oriented sedangkan penerapan metode Talking Stick yang diterapkan menuntut kemandirian peserta didik.

Untuk itu peneliti berusaha untuk mengubah kebiasaan belajar peserta didik pada siklus selanjutnya (siklus II), kendati hal itu bukanlah hal yang mudah. Peneliti juga dituntut untuk mengubah kebiasaan belajar, yang umumnya sebagai pemberi dan penyaji informasi menjadi sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing peserta didik dalam belajar.

Pada siklus II penggunaan metode Talking Stick terlihat bahwa peserta didik sudah mulai terbiasa dan sudah tidak mengalami perasaan takut salah, serta bingung. Peserta didik sudah mulai merasakan antusias dan senang dalam mengikuti proses belajar mengajar. Mereka dapat menyesuaikan dan tahu apa yang harus mereka lakukan pada saat kegiatan pembelajaran.

Kegiatan yang dilakukan secara kelompok ternyata menumbuhkan nuansa persaingan yang sehat antara kelompok sehingga dapat lebih memunculkan motivasi diantara peserta didik dalam mengikuti pembelajaran akidah akhlak, sehingga peserta didik mulai menunjukan rasa ingin tahu yang tinggi.

Secara umum, hasil penelitian siklus II menunjukan

(18)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

peningkatan kemampuan peserta didik dalam mempelajari pelajaran akidah akhlak di kelas II terhadap materi menghindari akhlak tercela berbohong Hal ini dapat ditunjukan dari hasil tes yang telah dilaksanakan dimana peserta didik yang tuntas, meningkat menjadi 23 orang atau 85%. Ini sebuah peningkatan yang Sangat menggembirakan, Karena dibandingkan dengan yang belum tuntas, Jumlah menjadi lebih sedikit yaitu 3 orang atau 15%. Hal ini berarti sudah berada di atas persyaratan Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) yang ditetapkan oleh madrasah untuk mata pelajaran akidah akhlak, yaitu 80%.

Dilihat dari target ketuntasan 80% yang telah tercapai sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus III.

Berdasarkan data dari hasil refleksi akhir maka peneliti berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan motivasi, pemahaman dan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran akidah akhlak dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru melanjutkan penjelasan materi dengan menggunakan metode Talking Stick agar peserta didik terbiasa menggunakan media tersebut dalam pembelajaran.

2. Memotivasi peserta didik agar meningkatkan

hasil belajarnya, dan pemahamanya terhadap materi pembelajaran akidah akhlak .

3. Memberikan bimbingan, arahan, dan penguatan kepada individu mupun kelompok.

Dengan demikian, data-data hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka terbukti bahwa dengan penggunaan

(19)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

metode Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar Akidah Akhlak pada peserta didik kelas II MIN 1 Kota Palangka Raya, dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

a. Menyebutkan pengertian akhlak tercela (bohong) dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.

b. Memberi contoh akibat suka berbohong dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.

c. Menjelaskan Pengertian bersikap bohong dengan benar.

d. Menyebutkan cara menghindari sifat berbohong dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.

5. Kesimpulan

Pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II MIN 1 Kota Palangka Raya pada mata pelajaran Akidah Akhlak pada materi menghindari akhlak tercela berbohong Tahun Pelajaran 2022/2023.

Hal ini ditunjukan dari hasil belajar peserta didik pada siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan, hal itu ditunjukan dengan jumlah ketuntasan belajar peserta didik serta presentase ketuntasan yang telah tercapai. Pada siklus I peserta didik yang tuntas 15 peserta didik dengan presentase 60%. Dan pada siklus II jumlah peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 23 peserta didik dengan presentase 85%.

Daftar Pustaka

(20)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Achmad Hufad, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensido Offset, Bandung, 1989.

--- , Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta, Juni 2009).

Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, cet.1-Jakarta, Gema Insani Press, 2004.

Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada.Jakarta,1995.

Arief S. Sadiman, et.al, Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002).

Arsyad Azhar, Media Pembelajaran, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.

Azwar Saiful, Metode penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.

Basyirudin Usman, Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta: Delia Citra Utama, 2002.

Bisri, Akhlak, Direktorat Jendaral Pendidikan Islam, Jakarta,2009.

Cahyani Isah, Bahasa Indonesia, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Jakarta,2009.

Cholid Narbuko, Abu Achmad, Metodologi Penelitian, Cet.9, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2008.

Cholid Narbuko,Abu Achmad,Metodologi Penelitian,cet.9, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2008.

Eka Warna, penelitian tindakan kelas, Jakarta, GP Press group, 2013.

Esti Ismawati, Faraz Umaya, Belajar di Kelas Awal, Ombok, Yogyakarta,2012.

Hamzah, Profesi Kependidikan, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2007.

Hufad Achmad, Penelitian tindakan kelas, jakarta, Juni 2009.

Ivor K davies, Pengelolaan Belajar, Jakarta, Rajawali perss,1991

(21)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Cet.4, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 2004.

Mahrus, Akidah, direktorat jendaral pendidikan islam, Jakarta, 2009 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu

Metodis dan Paradigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013).

Muhaimin.Strategi Belajar (Penerapan Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam), CV.Citra Media, Surabaya, 1996.

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2014),

Pupuh Faturrohman dan M Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Refika Aditama 2010.

Sanjaya Wina. Media Komunikasi Pembelajaran, PT Fajar Interpratama Mandiri, Jakarta, 2012.

Save M dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Jakarta, 2006.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta 1995.

Sudijono Anas, Evaluasi pendidikan, PT Raja Grafindo persada, Jakarta,1995.

Sudjana, Nana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, PT. Remana Rosdikarya, Bandung, 2005.

Suryabrata, Sumadi, Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi, Andi Offset, Yogyakarta, 2000.

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Renika Cipta, 2008) Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta:

Kencana Prenadamedia Gruop, 2013.

Yudi Munadi, Media Pembelajaran: sebuah pendekatan baru, Jakarta, Gaung Persada Press, 2010.

(22)

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Dimensi pengalaman ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan, persepsi dan sensasi yang dialami seseorang, contohnya perasaan dekat dengan Allah, perasaan nikmat

Pada saat itu, angin muson dari Benua Australia atau disebut angin timur yang bertekanan maksimun bergerak menuju Benua Asia yang bertekanan minimum melalui wilayah Indonesia.

Kebahagiaan dapat dirasakan dengan senantiasa bertaqwa dan beriman kepada Allah, beramal shaleh, berdzikir, jihad, taubat dan tazkiyah (Fuad, 2016; Sholihah,

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun

1. Mengenalkan mahasiswa/mahasiswi pada dunia kerja yang sesungguhnya. Mengaplikasikan, menerapkan dan membandingkan pengetahuan akademis yang telah didapatkan selama

Setiap kegiatan yang berlangsung ditemukan permasalahan-permasalahan oleh peserta Praktek Kerja Lapangan (PKL) yaitu peserta PKL kesulitas dalam menyesuaikan alur yang diterapkan

Tulisan ini mencoba mengetengahkan bahasan tentang hukum Islam pada masa kontemporer, yang berkenaan dengan pembaharuan dalam konteks pemikiran fiqh dengan pokok-pokok bahasan yang

[r]