• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

NO. DAFTAR FPIPS :1915 /UN.40.2.3PL/2013

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI

SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh :

CUT DIAN TARAKAVITA 0908770

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

NO. DAFTAR FPIPS :1915 /UN.40.2.3PL/2013

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI

SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

Oleh

Cut Dian Tarakavita

Sebuah Skripsi yang iajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Cut Dian Tarakavita

Universitas Pendidikan Indonesia

2014

Hak cipta dilindungi undang-undang.

(3)

NO. DAFTAR FPIPS :1915 /UN.40.2.3PL/2013

Kompetensi Profesional Guru Geografi

Sekolah Menengah Atas di Kota Lhokseumawe

Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing: Pembimbing I

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001

Pembimbing II

Dr. Mamat Ruhimat, MT NIP. 19610501 198601 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd

(4)

Ii

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

ABSTRAK

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI

SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

Oleh : Cut Dian Tarakvita (0908770)

Pembimbing I Dr Epon Ningrum

Pembimbing II Dr Mamat Ruhimat

Kompetensi profesional guru adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional ini penting demi mewujudkan peranan geografi sebagai mata pelajaran yang memiliki peran realisasi tujuan pendidikan nasional. Guru di tiap sekolah tentu memiliki kompetensi profesional yang berbeda. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profesionalitas guru geografi khususnya dalam hal; (1) Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan (2) penguasaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (3) Mengembangkan Materi Secara Kreatif (4) Pengembangan diri secara profesional (5) Pemanfaatan Teknologi, Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi adalah semua guru geografi di SMA Kota Lhokseumawe dan sampel berjumlah 16 orang. Variabel penelitian adalah kompetensi profesional guru, penguasaan materi, penguasaan SK dan KD, mengembangkan materi secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan dan pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi. Instrumen menggunakan instrumen tes dan angket atau kuesioner.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penguasaan materi, struktur dan konsep keilmuan, masuk dalam kategori cukup menguasai, penguasaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar termasuk dalam kategori cukup menguasai, pengembangan materi secara kreatif termasuk dalam kategori cukup mengembangkan, pengembangan keprofesionalan termasuk dalam kategori cukup mengembangkan, dan pemanfaatan TIK termasuk dalam kategori cukup memanfaatkan. Kekurangan yang paling menonjol dari kompetensi profesional guru geografi di Kota Lhokseumwe adalah kurangnya penguasaan materi, pelaksanaan PTK dan kurang optimalnya pemanfaatan TIK sehingga pada aspek ini sangat perlu ditingkatkan.

(5)

ABSTRACT

THE PROFESSIONAL COMPETENCE

OF HIGH SCHOOL GEOGRAPHY TEACHER IN

LHOKSEUMAWE

By: Cut Dian Tarakavita (0908770)

Adviser I Dr Epon Ningrum

Adviser II Dr Mamat Ruhimat

Teacher professional competency is the ability of mastery learning material is wide and deep, which allows the guiding of students meet the standard of competence specified in the national standards of education. Professional competence is essential in order to realize the role of geography as a subject that has the role of the realization of the goals of national education. Teachers who teach at each school certainly has different professional competence. For that this research was conducted to find out the professionalism of teachers, especially in terms of; (1) control of the materials, structure, concepts and scientific mindset (2) Standards of competence and mastery of Basic competencies, (3) Developing Creative Material (4) self development in a professional manner (5) utilization of, information and Communication Technology in learning.

The method used is descriptive method. The population is all of high school geography teacher Lhokseumawe and the sample amounted to 16 people. Variable teacher professional competency is research, mastery of the material, the mastery of Standard of Competency and Basic Competency, developing the material creatively, Professionality development and utilization of information and communication technology. Instruments using instrument test and questionnaire.

Based on the results of the research note that mastery of the material, structure and scientific concepts, belongs to the category simply mastering, mastering the Basic Competencies and Competency Standards are included in the category simply overwhelms, developing creative materials are included in the category quite developed; development of professionalism included in the category quite a developed professionalism and utilization of ICT is included in the category quite harness. The shortage that prominently is mastery of the material, structure and scientific concepts , implementation of the Class Action Research and the unoptimal utilization of ICT so that on this very aspect needs to be improved.

(6)

vii

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Profesi Guru ... 6

1. Definisi Profesi Guru ... 6

2. Ciri-Ciri Profesi Guru ... 6

3. Pengembangan Profesi Guru ... 7

B. Kompetensi Guru ... 9

1. Definisi Kompetensi Guru ... 9

2. Jenis-Jenis Kompetensi Guru ... 9

a. Kompetensi Pedagogik ... 10

b. Kompetensi Kepribadian ... 14

c. Kompetensi Sosial ... 15

d. Kompetensi Profesional ... 17

C. Kompetensi Profesional Guru Geografi ... 19

D. Desentralisasi Pendidikan ... 20

1. Pengertian ... 20

2. Manfaat Desentralisasi Pendidikan ... 21

(7)

4. Peranan Guru dalam Desentralisasi Pendidikan ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Lokasi Penelitian ... 24

B. Metode Penelitian ... 27

C. Definisi Operasional ... 27

1. Kompetensi Profesional ... 27

2. Penguasaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ... 28

3. Pengembangan Profesionalisme ... 28

4. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 28

D. Populasi dan Sampel ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 30

3. Teknik Sampling ... 30

E. Variabel Penelitian ... 30

F. Teknik Pengolahan Data ... 31

1. Instrumen ... 31

a.Tes ... 31

b.Angket ... 32

2. Studi Literatur... 32

3. Studi Dokumentasi ... 32

G. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 33

1. Uji Validitas ... 36

2. Uji Reabilitas ... 37

H. Teknik Analisis Data ... 37

1. Penskoran (Scoring)... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Deskripsi Data Penelitian ... 40

1. Identitas Guru ... 40

a. Usia ... 40

(8)

ix

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

c. Masa Kerja... 42

d. Kepangkatan ... 43

e. Status Kepegawaian ... 44

f. Klasifikasi Formal ... 44

g. Latar Belakang Program Studi... 45

h. Sertifikasi ... 46

2. Penguasaan Materi... 46

a. Hakikat, Ruang Lingkup, Konsep, Prinsip Geografi ... 47

b. Pendekatan Geografi ... 49

c. Menguasai Materi Geografi Secara Luas dan Mendalam .... 49

d. Menunjukkan Manfaat Mata Pelajaran Geografi ... 51

3. Penguasaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 52

a. Penguasaan Standar Kompetensi ... 52

b. Penguasaan Kompetensi Dasar ... 56

c. Memahami Tujuan Pembelajaran Geografi... 62

4. Mengembangkan Materi Pembelajaran ... 66

a. Memilih Materi Sesuai Perkembangan Peserta Didik ... 66

b. Mengelola Materi Pelajaran yang Diampu Secara Kreatif ... 69

5. Mengembangkan Keprofesionalan Guru Geografi ... 73

a. Memanfaatkan Hasil Refleksi Dalam Rangka Peningkatan Kinerja ... 74

b. Melakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk Peningkatan Kinerja ... 77

c. Mengikuti Kemajuan Zaman dengan Belajar dari Berbagai Sumber ... 78

d. Melakukan Refleksi Terhadap Kinerja Sendiri Secara Terus Menerus ... 81

6. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 83

(9)

b. Memanfaatkan Teknologi dan Informasi Dalam Pengembangan

Diri ... 87

B. Hasil dan Pembahasan ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

A. Kesimpulan ... 95

(10)

xi

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

LAMPIRANDAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota

Lhokseumawe...27 Gambar 3.2 Peta Persebaran SMA Kota

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran di SD/MI, MP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK

11

Tabel 2.2 Standar Kompetensi Kepribadian Guru Mata Pelajaran di SD/MI, MP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MA

14

Tabel 2.3 Standar Kompetensi Sosial Guru Mata Pelajaran di SD/MI, MP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK

16

Tabel 2.4 Standar Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran di SD/MI, MP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK

18

Tabel 3.1 Luas Wilayah Administrasi Kota Lhokseumawe 24 Tabel 3.2 Daftar Sekolah di Kota Lhokseumawe 30

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen 34

Tabel 3.4 Kriteria Skala Pendapat, Pengukuran Sikap, Persepsi 38

Tabel 3.5 Kriteria Skala Guttman 38

Tabel 3.6 Kategori Persentase Responden 39

Tabel 3.7 Kategori Persentase Jawaban 39

Tabel 4.1 Usia Responden 41

Tabel 4.2 Jenis Kelamin 41

Tabel 4.3 Masa Kerja Responden 42

Tabel 4.4 Golongan 43

Tabel 4.5 Status Kepegawaian 44

Tabel 4.6 Kualifikasi Formal 44

Tabel 4.7 Latar Belakang Program Studi Guru 45

Tabel 4.8 Sertifikasi Guru 46

Tabel 4.9 Hakikat, Struktur Keilmuan, Ruang Lingkup 47

Tabel 4.10 Membedakan Pendekatan Geografi 48

Tabel 4.11 Penguasaan Materi Secara Luas dan Mendalam 50 Tabel 4.12 Menunjukkan Manfaat Mata Pelajaran Geografi 51

Tabel 4.13 Menjelaskan Standar Kompetensi 53

(12)

xiii

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

Tabel 4.15 Penguasaan Kompetensi Dasar 57

Tabel 4.16 Penguasaan tujuan Pembelajaran Geografi 63 Tabel 4.17 Pemilihan Materi Materi Geografi Sesuai Dengan

Perkembangan Peserta Didik

67

Tabel 4.18 Mengelola Materi Pelajaran yang Diampu Secara Kreatif 69 Tabel 4.19 Memanfaatkan Hasil Refleksi Dalam Rangka Peningkatan

Kinerja

74

Tabel 4.20 Masalah Penelitian Tindakan Kelas 77 Tabel 4.21 Mengikuti Kemajuan Zaman dengan Belajar dari Berbagai

Sumber

79

Tabel 4.22 Melakukan Refleksi Terhadap Kinerja Sendiri Secara Terus Menerus

82

Tabel 4.23 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Berkomunikasi

84

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Guru merupakan ujung tombak dalam suatu proses pembelajaran, karena guru merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat vital. Seorang guru, memiliki komponen tersendiri dalam dirinya, yaitu kualifikasi dan kompetensi.

Pasal 8 dan 9 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 menyatakan bahwa

“seorang guru hendaknya memenuhi kualifikasi sarjana atau diploma empat.” Hal ini dimaksud agar kualifikasi akademik serta kompetensi yang ada pada guru tersebut sudah diasah dalam program yang terintegrasi dengan tujuan pendidikan nasional.

Guru merupakan jabatan fungsional. Menurut Suryasubrata’, (2001:32)

“profesional memiliki makna yang mengacu pada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan untuk kerja sesuai profesinya.” Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 bahwa

“Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.

Berdasarkan penjelasan Peraturan Pemerintah No19 Tahun 2005 pasal 28 ayat3 butir C dikemukakan bahwa “Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.”

Kompetensi guru yang memadai tidak memiliki pengaruh yang positif bila persebaran dari guru profesional tidaklah proporsional. Tak jarang di sekolah-sekolah di kota besar memiliki guru yang banyak pada mata pelajaran tertentu, namun minim pada mata pelajaran yang lain. Pada kasus seperti ini biasanya stake holder sekolah akan menempatkan sumber daya guru pada mata pelajaran

(14)

2

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

lain. Tentu hal ini menjadi masalah ketika proses pembelajaran berlangsung, karena hal ini tidak sesuai dengna kompetensi akademik yang dimilikinya. Terlebih bila yang diajarkannya pada tingkat Sekolah Menengah Atas. Seperti yang diutarakan oleh Sumaatmadja (1997:58)

“Peranan pembelajaran geografi dalam pendidikan yaitu mengembangkan mental peserta didik yang dituntut untuk memiliki citra, waktu, ruang serta memahami nilai-nilai kehidupan yang mengatur keseimbangan dan keselarasan yang diharapkan benar-benar mencintai tanah airnya. Dalam membina citra ruang pemanfaatan sumber daya lingkungan, menjadi tugas utama pembelajaran geografi”

Lhokseumaawe merupakan kota kecil yang terletak di pesisir utara pulau Sumatra. Berhadapan langsung dengan selat Malaka dan terletak nyaris di tengah-tengah pusat pendidikan dan pemerintahan Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) yakni Banda Aceh yang berjarak 273 km dan Medan yang berjarak 335 km. Kondisi ini menjadi suatu hal yang dilematis bagi masayarakat Lhokseumawe. Pada satu sisi, Lhokseumawe diuntungkan karena menjadi daerah perlintasan perdagangan dua wilayah. Namun disisi lain Lhokseumawe juga kurang mendapat perhatian terkait pendidikan, karena dari segi pendidikan, baik masyarakat dan pemerintah tentu akan berkiblat ke Medan ataupun Banda Aceh. Hal ini dibuktikan dengan hanya terdapat tiga perguruan tinggi negeri yang terdapat di Kota Lhoksemawe, yaitu Universitas Malikussaleh (UNIMAL), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) dan Politeknik Negeri Lhokseumawe, yang sayangnya, tidak satupun dari perguruan tinggi tersebut menghasilkan guru bahkan calon geograf untuk masyarakat Kota Lhokseumawe. Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan wilayah terbarat dari Indonesia, dimana NAD termasuk salah satu provinsi yang mennjadi prioritas pemerintah dalam pengembangan pendidikan untuk wilayah terluar, terdalam dan tertinggal.

(15)

3

menentukan dalam usaha peningkatan kualitas pembelajaran. Kompetensi profesional guru geografi berbeda satu dengan lainnya, yang disebabkan oleh perbedaan pengalaman mengajar, latar belakang bidang studi dan pengambangan kompetensi yang dilakukan. Bila kompetensi profesional guru tersebut baik, maka proses pendidikan tentu dapat berlangsung baik pula. Terlebih Aceh memiliki sejarah kelam dimasa lalunya. Oleh karena itu, penulis menganggap penting untuk mengetahui bagaimana kompetensi profesional guru geografi di Kota Lhokseumawe.

Sehubungan dengan penjelasan yang telah dipaparkan, maka penelitian ini penting dilakukan mengingat kurikulum yang berkembang menuntut setiap elemen pendidikan untuk mampu berinovasi serta yang tentunya haruslah didukung dengan langkah kebijakan dari para pemimpin daerah. Hal itulah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian ini karena, kompetensi guru menjadi suatu hal yang mutlak diatas keterbatasan fasilitas pendukung yang ada. Adapun judul dari penelitian yang penulis lakukan ialah “KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI

KOTA LHOKSEUMAWE”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana kompetensi profesional guru geografi pada Sekolah Menengah Atas di Kota Lhokseumawe. Adapun rumusan masalah dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Sampai sejauh manakah penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan geografi oleh guru geografi di Sekolah Menengah Atas Kota Lhokseumawe?

2. Sampai sejauh manakah penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran geografi oleh guru geografi pada Sekolah Menengah Atas di Kota Lhokseumawe?

(16)

4

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

4. Bagaimanakah implementasi pengembangan keprofesionalan guru geografi di Kota Lhokseumawe?

5. Jenis media tekhnologi, informasi dan komunikasi apa sajakah yang digunakan oleh guru geografi pada Sekolah Menengah Atas di Kota Lhokseumawe?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan mata pelajaran geografi oleh guru geografi pada Sekolah Menengah Atas di Kota Lhokseumawe?

2. Untuk mengetahui penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran geografi oleh guru geografi SMA di Kota Lhokseumawe?

3. Untuk mengetahui pengembangan pembelajaran secara kreatif pada mata pelajaran geografi oleh guru geografi pada Sekolah Menengah Atas di Kota Lhokseumawe?

4. Untuk mengetahui usaha dari guru dalam meningkatkan kompetensi profesional guru geografi di Kota Lhokseumawe?

5. Untuk mengetahui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi guru geografi pada Sekolah Menengah Atas di Kota Lhokseumawe?

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Diperoleh informasi tingkat penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan mata pelajaran geografi oleh guru geografi pada Sekolah Menengah Atas di Kota Lhokseumawe

(17)

5

3. Diperoleh data pengembangan pembelajaran secara kreatif pada mata pelajaran geografi oleh guru geografi pada Sekolah Menengah Atas di Kota Lhokseumawe

4. Diperoleh data untuk mengetahui usaha dari guru untuk meningkatkan kompetensi profesional guru geografi di Kota Lhokseumawe

(18)

24

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Lhokseumawe yang terletak di antara 4˚54’ - 5˚18’ Lintang Utara dan 96˚ - 97˚ Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 24 meter di atas permukaan laut. Sejak terbentuk pada tahun 2001, hingga saat ini Kota Lhokseumawe dibagi menjadi 4 kecamatan, 9 mukim, 68 gampong, dan 259 dusun. Luas wilayah Kota Lhokseumawe adalah 181,06 km2 dengan batas wilayah:

a) Sebelah Utara : Selat Malaka

b) Sebelah Selatan : Kecamatan Kuta Makmu (Kabupaten Aceh Utara) c) Sebelah Barat : Kecamatan Dewantara (Kabupaten Aceh Utara) d) Sebelah Timur : Kecamatan Syamtalira Bayu (Kabupaten Aceh Utara)

Wilayah kota Lhokseumawe meliputi empat kecamatan, dimana Kecamatan Banda Sakti merupakan pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Berikut ini merupakan tabel luas wilayah administratif kota Lhokseumawe beserta jumlah Gampong / kelurahan yang terdapat didalamnya

Tabel 3.1 :

Luas Wilayah Administrasi Kota Lhokseumawe

No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Gampong / Kelurahan

1 Blang Mangat 56,12 km2 22

2 Muara Satu 55,90 km2 11

3 Muara dua 57,80 km2 17

4 Banda Sakti 11,24 km2 18

Sumber : Lhokseumawe dalam Angka 2011

(19)
(20)

26

26

Cut Dian Tarakavita, 2014

(21)

27

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data survey karena teknik survey ini memiliki beberapa keuntungan. Menurut Pabundu (2005 : 7)

terdapat beberapa keuntungan dalam survey, yaitu (1) dilibatkan lebih banyak orang untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (2) dapat menggunakan berbagai teknik pengumpulan data (3) sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui (4) dapat dibenarkan atau mewakili teori tertentu (5) biaya lebih rendah karena waktu lebih singkat.

Lebih lanjut Pabundu menjelaskan bahwa survey adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah data berupa variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan. Data dikumpulkan melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat menggeneralisasikan terhadap apa yang diteliti. Variabel yang dikumpulkan dapat berupa fisik maupun sosial. Sifat sosial misalnya kependudukan, agama, mata pencaharian, pendapatan, kompetensi dan lain sebagainya.

C. Definisi Operasional 1. Kompetensi Profesional

Menurut Huda (2011 : 11) “profesionalitas menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Profesionalitas bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalitas lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.”

(22)

28

28

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

2. Penguasaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 22 Tahun 2006, Standar Kompetensi (SK) kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.

3. Pengembangan Profesionalisme

Menurut Kemendikbud (2012: 1-2) diperlukan upaya untuk merumuskan kebijakan dan pengembangan profesi guru. Itu sebabnya, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi dan kompetensi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan selalu berusaha untuk menyempurnakan kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru.

4. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi

(23)

29

peserta belajar, dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi peserta belajar bukanlah sebagai peserta yang pasif. Peserta belajar dituntut untuk aktif selama proses pembelajaran sehingga terjadi pembelajaran yang aktif. Hal tersebut mendorong terciptanya kreativitas dan kemandirian dalam belajar. Kreatif dalam memunculkan dan menciptakan informasi atau pengetahuan baru serta mandiri dalam mencari beragam sumber belajar untuk mendukung proses pembelajaran. Kretaivitas dan kemandirian belajar yang terbentuk dengan diintegrasikannya teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran menjadikan peserta belajar sebagai individu yang mampu bersaing di pasar dunia. (Munawaroh, 2011:28).

Berdasarkan definisi operasional di atas, penelitian ini akan membahas terkait kompetensi profesional guru geografi di Kota Lhokseumawe.

1. Tingkat penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan geografi 2. Tingkat penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

geografi oleh guru geografi SMA di Kota Lhokseumawe?

3. pengembangan materi pembelajaran secara kreatif pada mata pelajaran geogtrafi?

4. Implementasi pengembangan keprofesionalan guru geografi di Kota Lhokseumawe?

5. Jenis media TIK yang digunakan oleh guru geografi

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(24)

30 Menengah Atas Kota Lhokseumawe sebanyak 14 sekolah

3. Teknik Sampling

Mengingat jumlah populasi sekolah hanya 1 sekolah (dengan asosiasi 1 sekolah terdiri dari 2 sampai 3 orang guru) maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel total. Semua objek tersebut diambil sebagai responden. Hal ini didasari pada pernyataan Sujarweni dan Endrayanto (2011:16) “teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.” Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Berikut ini adalah daftar nama sekolah yang dijadikan sampel.

Tabel 3.2

Daftar Sekolah di Kota Lhokseumawe

No Nama Sekolah Status

1 MAN Lhokseumawe Negeri Dibawah Depag 2 MAS Ihyaussunnah Swasta Dibawah Depag 3 MAS Misbahul Ulum Swasta Dibawah Depag 4 MAS Padang sakti Swasta Dibawah Depag 5 SMA Negeri 1 Lhokseumawe Negeri Dibawah Diknas 6 SMA Negeri 2 Lhokseumawe Negeri Dibawah Diknas 7 SMA Negeri 3 Lhokseumawe Negeri Dibawah Diknas 8 SMA Negeri 4 Lhokseumawe Negeri Dibawah Diknas 9 SMA Negeri 5 Lhokseumawe Negeri Dibawah Diknas 10 SMA Negeri 6 Lhokseumawe Negeri Dibawah Diknas 11 SMA Negeri 7 Lhokseumawe Negeri Dibawah Diknas 12 SMA Swasta Muhammadiyah Swasta Dibawah Diknas 13 SMA Swasta Sukma Bangsa Swasta Dibawah Diknas 14 SMA Negeri Yapena Negeri Dibawah Diknas

Sumber: www.lhokseumawe_siap.go.id

Jumlah guru geografi di SMA Kota Lhokseumawe belum terdata keseluruhan, maka berapapun jumlah guru geografi dalam suatu sekolah, maka guru tersebut merupakan subjek penelitian.

(25)

31

Menurut Arikunto (2002:104) “variabel penelitian adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian.” Sedangkan menurut Riduan dan Akdon (2008) “variabel adalah karakteristik yang dapat diamati dari sesuatu (objek) dan mampu memberikan bermacam-macam nilai atau beberapa kategori atau segala sesuatu gejala dari suatu fenomena yang menjadi objek penelitian.” Dalam hal ini adalah kompetensi profesional guru geografi Sekolah Menengah Atas Kota Lhokseumawe. Variabel tersebut diuraikan menjadi indikator penelitian, yaitu: (1) Penguasaan materi mata pelajaran geografi (2) Penguasaan SK dan KD mata pelajaran Geografi (3) mengembangkan materi secara kreatif (4) mengembangkan profesionalisme (5) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Restiyani (2012:38) “teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang akan diteliti.” Menurut Trianto (2007: 45) kegiatan penelitian terpenting adalah pengumpulan data. Sementara jenis teknik penambilan sampel adalah menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk menjadi sampel (Endaryanto dan Sujarweni :2011)

Menyusun instrumen merupakan pekerjaan penting di dalam langkah penelitian, tetapi mengumpulkan data jauh lebih lagi, terutama jika peneliti menggunakan metode yang rawan terhadap masuknya unsur subjektif peneliti. Adapun teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan instrumen tes dan angket

a. Test

(26)

32

32

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

“tes adalah seperrangkat alat pertanyaan atau latihan seta alat lain yang digunakan untk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimilki oleh individu atau kelompok.” Instrumen tes diberikan kepada guru-guru untuk memperoleh informasi mengenai kompetensi profesional guru-guru geografi di SMA Kota Lhokseumawe. Instrumen tes ini berupa soal pilihan ganda dan checklist untuk memilih jawaban dari pertanyaaan yang berhubungan dengan materi geografi.

b. Angket

Instrumen angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui persepsi guru terhadap kompetensi profesionalnya. Menurut Trianto (2007:47)

Angket adalah metode pengumpulan data, instrumenya disebut sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuaannya untuk memperoleh informasi dari responden berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami.

Angket yang disebar adalah angket tertutup, yaitu setiap pernyataan telah disediakan sejumlah alternatif jawaban untuk dipilih oleh setiap responden. Hasil dari instrumen angket akan ditabulasikan sehingga dapat memberikan gambaarn terkait hasil penelitian.

2. Studi Literatur

Studi literatur digunakan agar penulis mendapatkan teori tentang berbagai konsep yang relevan dengan penelitian yang dilakuakn melalui membedah buku-buku serta berbagai sumber informasi. Studi literatur pada penelitian ini lebih mengaji mengenai kompetensi profesional guru geografi.

3. Studi Dokumentasi

(27)

33

bahkan benda-benda bersejarah seperti prasasti dan artefak. Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data j umlah sekolah menengah atas, serta peraturan-peraturan yang relevan dengan penelitian ini.

G. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan seperangkat alat penelitian yang telah dibuat oleh peneliti untuk mengukur berbagai variabel penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggnakan ainstrumen angket dan tes.

Menurut Arikunto (2002:113) “tes adalah seperangkat alat pertanyaan atau latihan seta alat lain yang digunakan untk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimilki oleh individu atau kelompok.” Sedangkan instrumen kuesioner menurut Arikunto (2002:114) “sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang kepribadiannya atau hal-hal yang ia ketahui.”

(28)

34

34

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen

Variabel Sub-Variabel Indikator Komponen Butir Soal

Kompetensi

Menguasai standar kompetensi mata pelaharan geografi

27-35

Memahami kompetensi dasar

Menguasai kompeensi dasar mata pelajaran geografi 36-61

Memahami tujuan pembelajaran geografi

1. Pengembangan menurut tujuan pembelajaran 2. Syarat-syarat perumusan tujuan pembelajaran

(29)

35

Variabel Sub-Variabel Indikator Komponen Butir Soal

Mengelola materi pelajaran

3. Penggunaan media / alat

81-95

1. PTK yang sudah dilakukan 2. Masalah yang diteliti

3. Cara pemecahan masalah yang dilakukan 4. Guru yang diajak untuk berkolaborasi 5. Materi yang menjadi kendala

6. Hasil PTK

2. Jenis sumber belajar yang digunakan

1. 104 2. 105

Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus

1. Melaksanakan penilaian hasil belajar 2. Penilaian proses belajar

1. Memanfaatkan teknologi sebagai sarana komunikasi antara guru dan siswa

2. Memanfaatkan teknologi sebagai sumber belajar

1.112 – 116

1. Memanfaatkan teknologi sebagai media pengembangan profesi

2. Memanfaatkan teknologi sebagai alat komunikasi dengan sesama guru geografi

(30)

36

36

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

Setelah ditentukan jenis instrumen, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji validitas dan reabilitas terhadap instrumen tersebut. Menurut Arikunto (1998:160) “instrumen yang baik harus memenuhi dua kriteria, yaitu reabel dan valid pada tiap bulir soalnya.” Oleh karena itu, sangat penting bagi penelitian untuk melakukan reabilitas dan validitas sebelum instrumen ini diterjunkan ke lapangan.

1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2002:160), “sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.” Sedangkan menurut Surapranata (2004: 5) “Validitas tes perlu dilakukan untuk untuk mengetahui kualitas tes dalam kaitannya dengan mengukur hal yang seharusnya diukur.” Uji validitas sangat penting dilakukan, untuk mengetahui kualitas instrumen agar dapat digunakan secara layak sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung validitas soal seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2002:162) adalah

0,80 < r xy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik) 0,60 < r xy ≤ 0,79 Validitas tinggi (baik)

0,40 < r xy ≤ 0,59 Validitas sedang (cukup) 0,20 <r xy ≤ 0,39 Validitas rendah (kurang) 0,00 < r xy ≤ 0,19 Validitas sangat rendah R xy ≤ 0,00 Tidak Valid

�= � ( )−( )

(31)

37

2. Uji Reabilitas

Uji reabilitas diperlukan untuk mengukur kestabilan suatu perangkat soal. Menurut Sujarweni dan Endrayanto (2011:187)

reabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner.

Sedangkan menurut Surapranata (2004:86) “reabilitas atau keajegan suatu skor adalah hal yang sangat penting dalammenentukan apakah tes tersebut telah menyajikan pengukuran yang baik.” Untuk menguji reabilitas soal, digunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (1998:104) yaitu :

R11 = Reabilitas Alpha Cronbach K = Jumlah responden

Menurut Sugiyono (2008:142) “Teknik analisis data adalah proses pengelompokan data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan setiap data dari variabel yang diteliti dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.” Analisis data dalam penelitian merupakan tahapan dalam proses untuk mendapatkan gambaran hasil penelitian. Data yang dianalisis berasal dari instrumen tes dan angket yang telah diisi oleh responden. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalissi data penelitian sebagai berikut

1. Penskoran (Scoring)

(32)

38

38

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

benar diberi skor dan jawaban salah diberi skor nol. Setiap skor guru merupakan hasil penjumlahan seluruh jawaban yang benar.

Sedangkan untuk penskoran hasil instrumen kuesioner menggunakan skala Likert dan skala Guttman. Menurut Sugiyono (2001:74) Skala Likert digunakan

utnuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Masih menurut Sugiyono (2001:74-75) “Skala Guttman digunakan apabila ingin mendapatkan jawaban tegas dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.” Kriteria penskoran yang dihunakan pada instrumen kuesioner adalah sebagai berikut

Tabel 3.4

Kriteria Skala Pendapat, Pengukuran Sikap, Persepsi

Skala Nilai Kategori

4 Sangat Menguasai, Sangat Sering 3 Menguasai, Sering

2 Cukup Menguasai, Jarang

1 Kurang Menguasai, Tidak Pernah Sumber: Sugiyono (2008:74)

Tabel 3.5

Kriteria Skala Guttman Skala Nilai Kriteria Pilihan

1 Ya

0 Tidak

Sumber: Sugiyono (2008:75)

Data yang sudah terkumpul, lalu diptabulasikan dan dipersentasekan dan diklasifikasikan dan divisualisasikan dalam bentuk tabel dan diagram. Adapun rumusan persentase yang digunakan untuk melihat kecenderungan frekuensi jawaban responden menurut Pabundu (2005:69) adalah :

Keterangan

P = Persentase

f = Frekuensi dari setiap jawaban yang dipilih n = jumlah

P = �

(33)

39

100% = konstanta

Adapun hasil persentase dari tabulasi menurut data responden diklasifikasikan dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.6 :

Kategori Persentase Responden Nilai (%) Kategori Penafsiran

0 Tidak Ada

1-24 Sebagian Kecil

25-49 Kurang dari Setengahnya 50 Setengahnya

51-74 Lebih dari setengahnya 75-99 Sebagian Besar

100 Seluruhnya

Sumber :Koentjaraningrat (1990:98)

Berdasarkan klasifikasi persentase tersebut dapat kita jadikan patokan atas tingkat kecenderungan responden terhadap pemilihan jawaban tertentu. Sedangkan berdasarkan penguasaan atau jumlah jawaban yang benar, akan diklasifikasikan berdasarkan Tabel 3.6 berikut

Tabel 3.7

Kategori Persentase Jawaban Nilai (%) Kategori Penafsiran

0-25 Tidak Menguasai 26-50 Kurang Menguasai 51-75 Cukup Menguasai 75-100 Sangat Menguasai

Sumber: Sudiyono, A (1989:40)

(34)

95

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Penguasaan materi secara luas dan mendalam meliputi penguasaan hakikat struktur keilmuan, ruang lingkup dan objek geografi, membedakan pendekatan-pendekatan geografi, menguasai materi geografi secara luas dan mendalam serta menunjukkan manfaat mata pelajaran geografi. Berdasarkan tabulasi data, sebesar 50,35-62,5% atau lebih dari setengah responden menguasai materi secara luas dan mendalam. Materi-materi yang menjadi kendala dalam penelitian ini diantaranya berupa pengantar geografi seperti konsep, struktur dan ruang lingkup keilmuan, wilayah dan perwilayahan serta peta dan pemetaan. Hal itu dibuktikan dengan data kurang dari setengah responden yang mampu menjawab soal terkait materi tersebut dengan benar.

2. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa secara teori, guru geografi di SMA Kota Lhoksemawe tergolong Cukup Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Hal itu dibuktikan dengan lebih dari setengahnya atau 53,125% responden mampu menjawab instrumen tes dengan benar. 3. Berdasarkan hasil penelitian terkait mengembangkan materi pembelajaran

yang meliputi pemilihan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan mengelola materi secara kreatif, data menunjukkan sebagian besar atau 86,22% guru geografi menyatakan selalu dan sering mengembangkan materi pembelajaran. Angka tersebut termasuk evaluasi pembelajaran, persiapan dan pelaksanaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan materi oleh guru sudah baik. 4. Mengembangkan keprofesionalan guru geografi yang mencakup

(35)

96

zaman dengan belajar dari berbagai sumber, serta melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden menyatakan sering dan selalu mengembangkan keprofesionalan guru pada semua aspek,. Kecuali pada aspek melakukan penelitian tindakan kelas, hanya terdapat tiga responden yang menyatakan melakukan penelitian tindakan kelas atau 18,75 %. Angka tersebut tentu mengkhawatirkan mengingat PTK adalah salah satu alat evaluasi yang berkesinambungan. Bila PTK tidak dilaksanakan, maka akan terjadi stagnansi atau malah kemunduran dalam bidang pendidikan.

5. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup aspek memanfaatkan teknologi dan informasi dalam berkomunikasi serta memanfaatkan teknologi dan informasi dalam pengembangan diri tergolong baik mengingat lebih dari setengahnya atau 61,11-75% menyatakan sering dan selalu memanfaatkan TIK baik dalam rangka berkomunikasi ataupun dalam pengembangan diri

B. Saran

1. Berdasarkan hasil temuan di lapangan, masih ditemukan beberapa kekurangan dalam guru geografi, terutama pada aspek penguasaan materi, terutama untuk guru yang berlatar belakang pendidikan kependidikan non geografi, maupun non pendidikan geografi. Temuan di lapangan juga menunjukkan beberapa orang guru yang berstatus sebagai pengajar aktif mata pelajaran geografi, namun tidak berlatar belakang akademik yang integral dengan geografi. Maka diperlukan pelatihan yang relevan bagi guru terutama guru yang berlatar belakang non geografi dan non kependidikan.

(36)

97

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

Sedangkan dalam hal intensitas, sebagian besar guru geografi menyatakan selalu menjabarkan SK dan KD dalam proses pembelajaran

3. Mengadakan workshop pengembangan materi geografi dengan menghadirkan guru model yang ideal. Mengingat terdapat 13,72% guru yang belum mengembangkan materi secara kreatif.

4. Mengadakan pelatihan Penelitian Tindakan Kelas, serta melengkapi kelengkapan perangkat pembelajaran seperti Program Tahunan, Program Semester, Silabus dan RPP dalam agenda pembelajaran. mengingat saat pra penelitian, penulis mendapati wacana pembuatan perangkat pembelajaran oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat. Hal ini boleh jadi meringankan beban kerja guru, tapi disisi lain, wacana ini akan membatasi kreatifitas guru dalam melaksanakan agenda pembelajaran. Serta dilaksanakannya pengawasan dari berbagai pihak terkait pengembangan keprofesionalan berupa supervisi pendidikan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah mengingat jumlah guru yang melakukan Penelitian Tindakan Kelas sangat sedikit.

5. Sebagian besar guru geografi sudah memanfaatkan TIK dengan cukup baik. Hanya saja, pada beberapa orang guru geografi dengan usia yang relatif senior, terkadang motivasi untuk memanfaatkan TIK sebagai media komunkasi atau sebagai alat pengembangan diri kurang terlalu dimanfaatkan. Akibatnya, hal itu semacam menjadi contoh bagi rekan kerja yang relatif lebih muda di sekolah. Penemuan di lapangan, menyatakan bahwa walaupun guru yang relatif lebih muda dan telah disertifikasi, namun hal itu tidak berbanding lurus dengan pemanfaatan TIK, terutama pada pemanfaatan software yang menunjang materi pembelajaran seperti Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh. Maka dibutuhkan pelatihan berbagai software yang menunjang pembelajaran geografi

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon dan Riduan. (2008) Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta

Alma, B. Guru Profesional.(2009) Bandung. Penerbit Alfabeta

Anonim. (2012) Kualitas air minum.

(Online:http://atdr.tdmrc.org:8080/jspui/bitstream/123456789/324/1/Lhokseumawe.pdf. Diankes tanggal 18 September 2013)

Anonim. (2006). Undang-Undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. (Online: www.advokat-rgsmitra.com. Diakses tanggal 16 Februari 2013)

Anonim. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 Tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. (Online:

http://yanipieterpitoy.wordpress.com/2012/11/08/permendiknas-nomor-16-tahun-2007-standar-kualifikasi-akademik-dan-kompetensi-guru. Diakses tanggal 3 Maret 2013)

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2002) Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Dwiningrum. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Endrayanto, P dan Sujarweni, W. (2011) Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu

Hadiyanto. (2004). Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Hasan, A M., 2003. Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pengetahuan.(Online: Http//www.pendidikan network.com), Diakses tanggal 16 Februari 2013)

Hasbullah.(2010) .Otonomi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Huda, D. Peningkatan Profesionalitas di Abad Informasi. (2011). Kediri. STAIN Kediri

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi. 2012. (Online: www.dikti.go.id/files/atur/KTSP-SMK/11 )

Koentjaraningrat. (1990) Metode – Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Pustaka Jaya

Kusnandar. (2007) Guru profesional Implementasi Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta PT Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E. (2003) Manajemen Berbasis Sekolah.Bandung. Remaja Rosda Karya

(38)

Cut Dian Tarakavita, 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

Munawaroh M A. (2012), I. Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Untuk Menumbuhkan Kreativitas Dan Kemandirian Belajar. (2011) Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

Ningrum. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.

Pabundu, T. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Pidarta. (1997). Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT Bina Rineka Cipta.

Restiyani, T (2012). Kompetensi Profesional Guru Geografi Sekolah Menengah Atas di Kota Tasikmalaya. Bandung; UPI: Tidak Diterbitkan

Sagala, S. (2009) Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung. Penerbit Alfabeta.

Sagala, S. (2010). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta

Saondi, A dan Suherman, A (2009). Etika Profesi Keguruan. Bandung. PT Refika Aditama

Saroni, M. (2011). Personal Branding Guru (Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas Guru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Siagian,PS (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Soetjipto dan Kosasi,R. (2009). Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sudiyono, A. (1989) Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: CV Rajawali

Sugiyono. (2001) Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sumaatmadja, N. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Bandung : Bumi Aksara

Supriadi, D. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud

Surapranata, S. (2004) Analisis. Validitas, Reabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryasubrata, (2001). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Trianto. (2007). Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publiser

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Uno, H. (2008). Profesi Kependidikan: Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

(39)

Winkel W.S dan Hastuti, S. 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo

Yusuf, M. 2011.penjelasan komponen portofolio sertifikasi guru 2011. (online: http://labarasi.wordpress.com), Diakses tanggal 28 Maret 2013)

Gambar

Gambar 3.2  Peta Persebaran SMA Kota
Tabel 4.15
Tabel 3.1 : Luas  Wilayah Administrasi Kota Lhokseumawe
Tabel 3.2 Daftar Sekolah di Kota Lhokseumawe
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku konsumen yang mencakup sikap dan norma subjektif dalam keputusan pembelian Smartphone OPPO pada Mahasiswa

News Event File News Event Report Cases Campaign Target Target Lead Opportunity Lead Opportunity 1 Customer Relationship Management System Customers Sales

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa dalam penetapan kuota PPL/PLT terdapat per- masalahan yang menghambat yaitu sebesar 41,90%. Berdasarkan hasil penelitian

1. Rentang persentase ini dalam kategori hampir seluruh item pernyataan dapat digunakan untuk mengungkapkan kualitas evaluasi. Jadi, secara konstruk instrumen

Iya mbak, untuk tahfidz Al-Qur’an ini dilaksanakan setiap hari setelah mengaji Yanbu’a, yakni sekitar pukul 08.30-09.30 wib. Kegiatan tahfidz ini dibimbing oleh 1

Soal ujian nasional juga harus mempunyai implementasi yang merata pada aspek-aspek yang menyangkut proses perubahan perilaku pada peserta didik, yang membutuhkan banyak aspek

b Tampak belakang Gambar 11 : Realisasi Antena array mikrostrip sssssssssssscollinear 4 elemen Pengujian Gain Metode yang digunakan pada pengujian gain adalah dengan

Selain faktor-faktor penyebab dari hasil survey yang dilakukan Direktorat Jenderal Perbendaharaan di atas, diketahui pula bahwa perencanaan kas merupakan suatu bagian