• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

(Studi Kuasi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi D4 Akuntansi Tingkat Pertama Politeknik Pos Indonesia )

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

KHAIRANINGRUM MULYANTI 1201549

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

(Studi Kuasi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi D4 Akuntansi Tingkat Pertama Politeknik Pos Indonesia )

Oleh

Khairaningrum Mulyanti S.Pd UPI Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Fakultas Pendidikan Ekonomi

©Khairaningrum Mulyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR

DAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

(Studi Kuasi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi D4 Akuntansi Tingkat Pertama Politeknik Pos Indonesia )

Tesis ini telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr.H. Eeng Ahman,MS NIP. 19611022 198603 1 002

Pembimbing II

DR. H. Nugraha, SE.,M.Si.,Ak NIP 19661226 199001 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kebiasaan berpikir dan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), serta perbedaan peningkatan kebiasaan berpikir dan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi yang menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dengan mahasiswa yang menggunakan pembelajaran ekspositori. Metode yang digunakan kuasi eksperimen. Subjek penelitian yaitu mahasiswa tingkat pertama Program Studi D4 Akuntansi Politeknik Pos Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan paired sample t-test, Mann Whitney, dan independent sample t-test dengan bantuan software SPSS V.21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan berpikir dan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa setelah melaksanakan proses pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum melaksanakan proses pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving. Peningkatan kebiasaan berpikir dan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi yang melaksanakan proses pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang melaksanakan proses pembelajaran ekspositori. Dengan hasil tersebut para dosen dapat menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik TAPPS ini sebagai alternatif pembelajaran di jenjang pendidikan tinggi, khususnya pada bidang akuntansi

(5)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COLLABORATIVE LEARNING TECHNIQUE THINK ALOUD PAIR (TAPPS) TO INCREASE HABITS OF MIND AND PROBLEM SOLVING

ABILITY

The purpose of this research was to find out whether there is a difference on students’ habits of mind and problem solving ability in Introduction to Accounting course, before and after the implementation of collaborative learning technique Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), and the difference of increasement on students’ habits of mind and problem solving ability in Introduction to Accounting course which applied collaborative learning technique Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) compared to students who applied expository learning. The method applied in this research was quasi-experiment. The subject was first year students of D4 Accounting study program in Politeknik Pos Indonesia. The data analysis technique were paired sample t-test, Mann Whitney, and independent sample t-test through software SPSS V.21. The results showed that the students’ ability in habits of mind and problem solving was higher after the implementation of collaborative learning technique Think Aloud Pair Problem Solving compared to before the implementation. The increase of students’ habits of mind and problem solving ability in Introduction to Accounting course which applied collaborative learning technique Think Aloud Problem Solving was higher than the students’ that applied expository learning. With the results, lecturers can use collaborative learning technique Think Aloud Pair Problem Solving as an alternative learning in a higher education, particularly in the areas of accounting subject

(6)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

(7)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

1.1. Latar Belakang Penelitian ...1

1.2. Rumusan Masalah ...10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian………11

1.3.1. Tujuan Penelitian ...11

1.3.2. Manfaat Penelitian ...12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 14 2.1. Kajian Pustaka ...14

2.1.1. Kebiasaan Berpikir (Habits Of Mind)... 14

2.1.2. Pemecahan Masalah...19

2.1.3. Pembelajaran Kolaboratif ...29

2.1.4. Penelitian Terdahulu ...46

2.2. Kerangka Pemikiran ...49

2.3. Hipotesis ...53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...55

3.1. Objek Penelitian ...55

3.2. Metode Penelitian ...55

3.3. Desain Penelitian ...56

3.4. Operasionalisasi Variabel ...57

3.5. Alur Penelitian ...58

3.5.1 Tahap Persiapan ...59

3.5.2 Tahap Pelaksanaan...70

3.5.3 Tahap Penyusunan Laporan ...72

3.6. Pengujian Hipotesis ...72

3.6.1 Uji Normalitas ...73

3.6.2 Uji Homogenitas ...73

3.6.3 Uji Gain Ternormalisasi ...74

3.6.4 Pengujian Hipotesis ...75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...79

4.1 Deskripsi Penelitian ...79

4.1.1 Subjek Penelitian ...79

(8)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4.1.3 Implementasi Pembelajaran Kolaboratif Teknik TAPPS ...83

4.1.4 Data Hasil Penelitian ...87

4.2 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...91

4.2.1 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas ...91

4.2.2 Uji Gain Ternormalisasi ...96

4.2.3 Pengujian Hipotesis ...98

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ...113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...129

5.1 Kesimpulan ...129

5.2 Saran ...130

(9)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel

1. 1 Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Mata Kuliah

Pengantar Akuntansi ... 4

1. 2 Kebiasaan Berpikir (Habits Of Mind) Mahasiswa ... 6

2. 1 Indikator Habits Of Mind Menurut Costa & Kallick ... 18

2. 2 Beda Pokok Pembelajaran Kolaboratif & Pembelajaran Kooperatif ... 33

2. 3 Penelitian Terdahulu ... 46

3. 1 Desain Penelitian ... 56

3. 2 Operasionalisasi Variabel ... 57

3. 3 Pedoman Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah ... 62

3. 4 Bobot Nilai Jawaban responden ... 64

3. 5 Interpretasi Harga Koefisien Korelasi... 65

3. 6 Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 66

3. 7 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal... 67

3. 8 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ... 68

3. 9 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 72

3. 10 Kriteria Gain ... 75

4. 1 Hasil Uji Coba Pretest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah ... 80

4. 2 Hasil Uji Coba Pretest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah ... 82

4. 3 Hasil Uji Coba Tes Kebiasaan Berpikir (Habits of Mind) ... 83

4. 4 Deskripsi Habits of Mind Kelas Eksperimen ... 88

4. 5 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 89

4. 6 Deskripsi Gain Kebiasaan Berpikir Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 90

4. 7 Deskripsi Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 90

4. 8 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Kebiasaan Berpikir Kelas Eksperimen ... 92

4. 9 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 93

4. 10 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Gain Kebiasaan Berpikir Kelas Eksperimen-Kontrol ... 94

4. 11 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen-Kontrol ... 95

4. 12 N-Gain Habits of Mind Kelas Kontrol ... 96

4. 13 N-Gain Habits of Mind Kelas Eksperimen ... 97

4. 14 N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 97

4. 15 N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 98

(10)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4.17 Uji Paired Sample t-Test Kebiasaan Berpikir Kelas Eksperimen ... 99 4. 18 Korelasi Pretest dan Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 102 4. 19 Paired Sample t-Test Kemampuan Pemecahan Masalah Eksperimen ... 103 4.20 Uji Independent Sample t-Test Perbedaan Peningkatan Kebiasaan Berpikir

(11)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2. 1 Interaksi Dimensi Belajar... 15

2. 2 Hirearki Domain Keterampilan Intelektual Menurut Gagne ... 22

2. 3 Tahapan Pemecahan Masalah Menurut G. Polya ... 24

2.4 Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Akuntansi .. 28

2.5 Zone of Proximal Development... 37

2. 6 Prosedur Pembelajaran Kolaboratif Teknik TAPPS ... 45

2. 7 Kerangka Pemikiran ... 53

2. 8 Model Kausalitas Variabel Penelitian ... 53

3. 1 Alur Penelitian ... 59

4. 1 Grafik Perbandingan Kebiasaan Berpikir Kelas Eksperimen ... 100

4. 2 Grafik Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Eksperimen .... 104

4. 3 Perbandingan Rata-Rata Kebiasaan Berpikir Kontrol-Eksperimen ... 108

4. 4 Perbandingan N-Gain Kebiasaan Berpikir kelas Kontrol&Eksperimen 109 4. 5 Perbandingan N-Gain Indikator Kebiasaan Berpikir ... 109

4. 6 Perbandingan Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol-Eksperimen ... 111

4. 7 Perbandingan N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 112

(12)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar Mahasiswa Kelas Eksperimen 2 Daftar Mahasiswa Kelas Kontrol 3 Silabus Perkuliahan

4 Satuan Acara Perkuliahan

5 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Akuntansi (Pretest) 6 Soal Tes Pemecahan Masalah (Pretest)

7 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Akuntansi (Posttest) 8 Soal Tes Pemecahan Masalah (Posttest)

9 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kebiasaan Berpikir 10 Angket Penelitian Kebiasaan Berpikir

11 Soal Pemecahan Masalah Akuntansi (Treatment Kelas Eksperimen)

12 Sampel Hasil Pemecahan Masalah Akuntansi 13 Hasil Uji Instrumen Penelitian

14 Skor Indikator Kemamampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen 15 Skor Indikator Kemamampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol 16 Skor Indikator Kebiasaan Berpikir Kelas Eksperimen

17 Skor Indikator Kebiasaan Berpikir Kelas Kontrol

18 Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol-Kelas Eksperimen

19 Perbandingan Kebiasaan Berpikir Kelas Kontrol-Kelas Eksperimen 20 Dokumentasi

(13)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian

Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi agar lulusannya mumpuni dalam bidangnya senantiasa diupayakan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta. Pada tingkat perguruan tinggi terutama, peningkatan mutu pendidikan sangat berpengaruh kepada para lulusan yang siap menghadapi tuntutan para pencari kerja, atau bahkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga Agustus 2013, sebanyak 11,51% dari angka pengangguran di Indonesia berasal dari pengangguran intelektual. Kemenakertrans mendefinisikan tenaga kerja intelektual sebagai lulusan diploma atau universitas. Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa ada yang tidak sesuai dan tidak berhasil dalam pendidikan di tingkat tinggi, dapat

diduga bahwa daya analisis, evaluasi, kreativitas, rasa percaya diri, kemandirian dan keberanian mengambil risiko serta kemampuan pemecahan masalah para

lulusan Perguruan Tinggi baik Diploma maupun Universitas masih rendah. Selain itu juga hal tersebut menandakan standar kualifikasi tenaga kerja di negara kita belum cukup kuat untuk menyikapi perubahan dunia bisnis dalam era globalisasi sekarang ini.

(14)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

pekerjaan di berbagai sektor. KKNI ini merupakan perwujudan mutu dan jati diri Bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan dan pelatihan nasional yang dimiliki Indonesia.

KKNI terdiri dari Sembilan jenjang kualifikasi, dimulai dari tingkat SD sampai dengan S3. Jenjang pendidikan S1/D4 berada pada level kualifikasi 6 (enam). Deskriptor kualifikasi SDM level 6 (enam) pada KKNI terdiri dari empat paragraf. Paragraf yang pertama yaitu mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang keahliannya dan mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam penyelesaian masalah, paragraf kedua berbunyi menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural, paragraf ketiga mendeskripsikan untuk mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan analisis informasi dan data, juga memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi, serta paragraf

keempat yaitu bertanggungjawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.

Dari keempat paragraf mengenai deskripsi kualifikasi SDM level enam pada KKNI tersebut, dua paragraf menitikberatkan pada kemampuan dalam penyelesaian masalah. Pemecahan masalah atau yang sering disebut problem solving merupakan tujuan yang prinsipal dalam proses pembelajaran. Dengan

kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh mahasiswa, dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan sejumlah kemampuan dirinya sendiri. Pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya, dan bukan merupakan keterampilan genetik.

(15)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

kemampuannya mengurai masalah menjadi tujuan-tujuan, dan satu persatu tujuan tersebut dipecahkan mengikuti siklus dari proses tersebut. Gagne et-al (1992) dalam Purba (2010) menyatakan untuk keterampilan pemecahan masalah, mahasiswa dituntut terampil menggunakan kaidah-kaidah yang sesuai untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini mahasiswa mampu mengidentifikasi dan memahami permasalahan serta terampil dalam memilih, menggunakan, mengembangkan, dan mengorganisasikan kaidah atau aturan tingkat tinggi untuk memecahkan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah tersebut sejalan dengan KKNI pada level 6 (enam) yang sudah dibahas sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa pada level tersebut output pendidikan harus memiliki kemampuan pemecahan masalah yang memadai, begitu juga dalam Program Studi Akuntansi. Sesuai dengan deskripsi kualifikasi SDM dalam KKNI yang ditetapkan oleh Ditjen Dikti Republik Indonesia, lulusan dari program akuntansi harus memiliki beberapa kualifikasi

yang terkait dengan kemampuan pemecahan masalah khususnya pada bidang akuntansi. Diantaranya adalah mampu memilih dan mengembangkan solusi yang

tepat dan benar menurut kaidah akuntansi untuk menyelesaikan masalah dibidang akuntansi dan mampu melakukan riset yang dapat digunakan dalam memberikan berbagai alternatif penyelesaian masalah di bidang akuntansi.

(16)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Tabel 1. 1

Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Mata Kuliah Pengantar Akuntansi

Program Studi D4 Akuntansi Keuangan Politeknik Pos Indonesia

No

Nilai

Kemampuan Pemecahan

Masalah Frekuensi

(Orang)

Persentase (%) Rentang

Angka Mutu

Huruf Mutu

1 81-100 A 2 3

2 61-80 B 13 18

3 41-60 C 29 35

4 21-40 D 22 36

5 0-20 E 6 8

Jumlah 72 100

Sumber:Hasil pengolahan data prasurvey (2014)

Penilaian hasil belajar mahasiswa sesuai dengan Keputusan Menteri

(17)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Golongan mahasiswa yang mendapatkan nilai C dan D menandakan golongan yang cukup dan kurang, serta golongan E termasuk golongan kurang sekali. Dari tabel 1.1 diatas total mahasiswa yang termasuk dalam golongan-golongan tersebut berjumlah 57 orang mahasiswa atau sekitar 79%. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan mahasiswa tingkat dua Program Studi D4 Akuntansi Politeknik Pos Indonesia memiliki kemampuan pemecahan yang tidak cukup baik.

Tujuan yang paling penting dari pendidikan sebenarnya adalah mengembangkan kebiasaan mental yang memungkinkan individu untuk belajar mengenai segala hal yang mereka inginkan atau mereka butuhkan untuk memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan hidupnya. Seringkali individu tidak dapat merespon masalah yang dihadapinya, artinya individu tersebut tidak mengetahui apa dan bagaimana masalah itu terjadi dan bagaimana mengatasinya. Dalam situasi tersebut, diperlukan perilaku cerdas dalam arti tidak hanya

mengetahui informasi, tetapi juga mengetahui bagaimana harus bertindak. Kemampuan berperilaku cerdas tersebut disebut sebagai Habits of Mind (Costa &

Kallick, 2000). Selain kemampuan pemecahan masalah, mahasiswa juga dituntut untuk memiliki kebiasaan berpikir atau yang selanjutnya dalam penelitiaan ini juga disebut sebagai habits of mind yang baik. Memiliki kebiasaan berpikir (habits of mind) yang baik berarti memiliki watak berperilaku cerdas (to behave intelligently) ketika menghadapi masalah atau jawaban yang tidak segera

(18)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Selain kurangnya kemampuan pemecahan masalah, permasalahan yang ada di lingkungan Politeknik Pos Indonesia adalah rendahnnya habits of mind yang dimiliki oleh mahasiswa. Hal tersebut ditunjukkan pada hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh penulis dengan membagikan kuesioner kepada para mahasiswa Program Studi D4 Akuntansi mengenai habits of mind yang dimilikinya (soal kuesioner terlampir pada lampiran 22).

Tabel 1. 2

Kebiasaan Berpikir (Habits Of Mind) Mahasiswa Program Studi D4 Akuntansi Keuangan

Politeknik Pos Indonesia Sumber:Hasil pengolahan data prasurvey (2014)

(19)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

pembentuk yang dikemukakan oleh Marzano, yaitu : (1) self regulation meliputi (a) menyadari pemikiraanya sendiri, (b) membuat rencana secara efektif, (c) menyadari dan menggunakan sumber-sumber informasi yang diperlukan. (2) critical thinking meliputi (a) akurat dan mencari akurasi, (b) bersifat terbuka, (c)

menahan diri dari sifat impulsif. (3) Creative thinking meliputi: (a) dapat melibatkan diri dalam tugas meski jawaban dan solusinya tidak segera nampak, (b) melakukan usaha semaksimal kemampuan dan pengetahuannya, (c) menghasilkan cara baru melihat situasi yang berbeda dari cara biasa yang berlaku pada umumnya. Dari Tabel 1.2 tersebut dapat kita lihat presentase rata-rata mahasiswa yang memiliki habits of mind yang sangat baik sekitar 30,78%, nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata mahasiswa memiliki tingkat habits of mind yang rendah yaitu sekitar 32,78%. Sedangkan sisanya sebesar

36,44% masuk ke dalam kategori cukup.

Dari hasil survey pra penelitian yang dilakukan oleh penulis di atas

mengenai kemampuan pemecahan masalah dan habits of mind yang dimiliki oleh para mahasiswa masih berada pada batas yang cukup. Walaupun masuk kedalam

kategori cukup, tetapi pada kenyataannya para mahasiswa tersebut masih jarang menggunakan kebiasaan berpikir dengan baik. Begitupun dengan kemampuan pemecahan msalah yang mereka miliki, rentang nilai dari 41-60 yang masuk ke dalam kategori Cukup menandakan hasil yang mereka capai belum maksimal. Kedua hal tersebut mengindikasikan adanya permasalahan, salah satunya adalah permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Hasil wawancara yang juga dilakukan oleh penulis diperoleh jawaban menurut mahasiswa bahwa keadaan tersebut paling besar disebabkan oleh cara penyampaian dosen yang kurang jelas dan kurang menarik, interaksi yang dilakukan antara dosen dan mahasiswa hanya pada saat perkuliahan berjalan, dan proses perkuliahan yang monoton.

(20)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

mudah menyerah ketika mereka dihadapkan oleh tugas yang diberikan oleh dosen, pola belajar para mahasiswa juga tidak terstruktur, seringkali mereka tidak membuat rencana dalam proses belajar. Kurangnya interaksi antara teman sebayanya berkaitan dengan proses pembelajaran juga menjadi faktor pemicu permasalahan tersebut, seringkali mereka pasif dan tidak berusaha untuk bekerjasama. Dari penjelasan tersebut, dapat kita temukan beberapa hal yang menyangkut aspek-aspek habits of mind.

Proses pembelajaran yang banyak dipraktikkan sekarang ini sebagian besar berbentuk ekspositori, mahasiswa sebatas mendengarkan sambil membuat catatan. Dosen menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Pola pembelajaran dosen aktif dengan mahasiswa pasif ini mempunyai efektivitas pembelajaran yang rendah. Pembelajaran yang diterapkan saat ini berfokus pada penghafalan materi saja. Karena itu, metode pembelajaran yang banyak digunakan saat ini belum dapat

mengasah kemampuan analisis mahasiswa, kepekaan terhadap permasalahan, melatihpemecahan masalah serta kemampuan mengevaluasi permasalahan secara

holistik.

(21)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran” (Warsono, 2013: 12).

Pembelajaran aktif dapat dilakukan secara individual maupun berkelompok. Masing-masing pembelajaran tersebut memiliki kebaikannya tersendiri, tetapi dalam pembelajaran aktif secara kolaboratif juga mengembangkan hubungan sosial dengan para pengajar dan pelajar lainnya. Srinivas dalam Warsono (2013:53) menyatakan jika pembelajaran dilakukan secara berkelompok, para siswa akan meraih manfaat yang lebih besar karena mendapatkan informasi yang luas dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan pandangannya sendiri.

Hal tersebut juga sesuai dengan teori konstruktivisme yang diutarakan Vigotsky yang menekankan pada hakikat belajar sosial kultur yang intinya adalah penerapan teknik saling tukar gagasan antar individu. Dalam mengontruksi pengetahuannya, seringkali mahasiswa memerlukan scaffolding. Scaffolding

merupakan pengaturan dan panduan yang diberikan oleh orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Menurut Ormrod (1999:368) “…scaffolding support mechanism, provide by a more competent individual, that helps a learner

successfully perform a task within his or her ZPD”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa scaffolding adalah pemberian bantuan yang dapat mendukung mahasiswa agar lebih kompeten dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan jangkauan kemampuan kognitifnya serta dapat mencapai zone of proximal development (ZPD).

(22)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran kolaboratif bisa berlangsung apabila pelajar dan pengajar bekerja sama menciptakan pengetahuan…Pembelajaran kolaboratif adalah sebuah pedagogi yang pusatnya terletak dalam asumsi bahwa manusia selalu menciptakan makna bersama dan proses tersebut selalu memperkaya dan memperluas wawasan mereka.

Bermacam teknik dalam model pembelajaran kolaboratif mengakomodir berbagai macam keadaan dan faktor-faktor yang menjadi pembentuk proses pembelajaran tersebut. Teknik-teknik tersebut oleh Barkley (2012:145) dikelompokkan dalam lima kategori yaitu Diskusi, pengajaran resiprokal oleh teman, menyelesaikan masalah, pengelola informasi grafis, dan menulis. Melihat

fenomena dan permasalahan yang didapatkan penulis melalui pra penelitian yang dilakukan, maka penulis memilih untuk menggunakan teknik pembelajaran kolaboratif yang termasuk dalam kategori menyelesaikan masalah yang bertujuan agar para mahasiswa fokus pada praktik strategi-strategi penyelesaian masalah.

Salah satu teknik pembelajaran kolaboratif yang termasuk dalam kategori menyelesaikan masalah adalah Think-Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) yang dapat diartikan sebagai menyelesaikan masalah berpasangan secara lisan. TAPPS merupakan kombinasi dari thinking-aloud dan teachback techniques. “TAPPS tidak hanya melihat pemahaman siswa melalui cara berfikirnya dalam memecahkan masalah, tetapi juga melalui cara mengajarkan kembali apa yang telah mereka pelajari kepada orang lain” (Jonassen, et al, 2003: 139).

Barkley dkk (2012:259) menyebutkan dalam TAPPS, pasangan mahasiswa menerima sejumlah masalah dan juga berperan sebagai problem solver-penyelesai masalah, dan listener- pendengar. Problem solver “berpikir lisan”, berbicara berdasarkan langkah-langkah penyelesaian masalah. Mitranya mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan oleh problem solver, mengikuti langkah-langkahnya, berusaha memahami penalaran di balik langkah-langah tersebut, dan memberi saran jika ada langkah yang keliru. Kedua peran tersebut secara bergantian diperankan oleh masing-masing pasangan mahasiswa.

(23)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

model pembelajaran kolaboratif teknik TAPPS berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah dan habits of mind mahasiswa. Penelitian tersebut berjudul “Penerapan Pembelajaran Kolaboratif Teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) untuk Meningkatkan Kebiasaan Berpikir dan Kemampuan Pemecahan”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan sebelumnya, permasalahan umum dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran kolaboratif tipe TAPPS dapat mempengaruhi kebiasaan berpikir (habits of mind) dan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki mahasiswa dalam pembelajaran akuntansi, dan dapat dirumuskan secara rinci sebagai berikut:

1. Bagaimana kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi sebelum dan sesudah proses pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving?

2. Bagaimana peningkatan kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi di kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori?

3. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi sebelum dan sesudah proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving?

(24)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi sebelum dan sesudah proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving?

2. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi sebelum dan sesudah proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving?

3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi di kelas

eksperimen yang menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik

Think-Aloud Pair Problem Solving dan kelas kontrol yang menggunakan

pembelajaran ekspositori?

4. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi di kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving dan kelas kontrol yang menggunakan

pembelajaran ekspositori?

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini dapat dilihat secara teoritis maupun empiris. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

(25)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi bermanfaat untuk pengambilan kebijakan bagi lembaga pendidikan dan pemerintah dalam meningkatkan kebiasaan berpikir (habits of mind) dan kemampuan pemecahan masalah dan mahasiswa.

(26)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:38) pengertian objek penelitian adalah “… suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Objek penelitian disebut juga sebagai variabel penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel eksogen (X) adalah pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS). Sedangkan dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel endogen, yaitu kemampuan pemecahan

masalah (Y1) dan habits of mind mahasiswa (Y2). Penelitian ini dilaksanakan terhadap mahasiswa tingkat pertama Program Studi D4 Akuntansi Politeknik Pos Indonesia.

3.2.Metode Penelitian

(27)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3.3.Desain Penelitian

Desain eksperimen yang digunakan adalah Quasi Experimental Design. Desain ini merupakan pengembangan dari True Experimental Design. Adapun bentuk desain Quasi Experimental yang digunakan adalah Nonequivalent Kontrol Group Design. Desain ini sama dengan pretest – posttest kontrol group design,

hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Desain Penelitian

Eksperimen t1 X t2

Kontrol t3 C t4

Sumber:(Sugiyono, 2008 : 116)

Dalam penelitian ini terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang keduanya diberikan pretest ( t1 dan t3 ) untuk mengetahui keadaan awal

adakah perbedaan kemampuan antara kedua kelompok tersebut. Hasil pretes yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol. Selanjutnya kelompok eksperimen diberi perlakuan pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) ( X ) sementara kelompok kontrol menggunakan pembelajaran ekspositori ( C ). Kemudian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi posttest (t2 dan t4) untuk melihat hasil dari penggunaan model pembelajaran TAPPS pada kelompok eksperimen, serta melihat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan kebiasaan berpikir mahasiswa apakah ada peningkatan hasil jika dibandingkan ketika pretest.

3.4.Operasionalisasi Variabel

(28)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dan habits of mind mahasiswa (Y2). Operasionalisasi variabel endogen penelitian ini dapat dilihat pada table 3.2 berikut ini:

Tabel 3. 2

(29)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Variabel Konsep Teoritis

Konsep Empiris

Konsep Analitis Skala Pengukuran

persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, tahap akhir penelitian. Secara sistematis, peneliti menggambarkan prosedur penelitian seperti pada gambar

(30)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Kemampuan

Pembuatan rancangan penelitian, perangkat ajar, dan

instrumen penelitian coba instrument tesJudgment dan uji

Pemilihan objek penelitian

Secara rinci alur penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut:

3.5.1 Tahap Persiapan

(31)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

melakuka pra survey mengenai kemampuan pemecahan masalah mahasiswa serta kebiasaan berpikir yang dimiliki para mahasiswa terutama dalam perkuliahan akuntansi. Dari ketiga variabel penelitian disusunlah proposal penelitian yang diseminarkan dengan tujuan mendapatkan kritik dan saran serta memperoleh informasi apakah rancangan penelitian tersebut layak untuk dilaksanakan.

Langkah selanjutnya dalam tahap pertama ini adalah menyusun rancangan penelitian yang didalamnya terdapat penentuan teknik pengumpulan data; perangkat ajar berupa Silabus perkuliahan, Satuan Acara Perkuliahan (SAP) mata kuliah Pengantar Akuntansi 2 berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh Program Studi D4 akuntansi Keuangan, yang di dalamnya tercantum materi dan skenario pembelajaran baik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen (terlampir); penyusunan instrumen penelitian; serta judgment dan pengujian instrumen tes yang bertujuan untuk menguji apakah instrumen yang disusun layak dipakai dalam penelitian. Berikut ini akan dipaparkan mengenai teknik pengumpulan data

dan instrumen penelitian.

3.5.1.1Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan yang paling tepat digunakan dalam sebuah penelitian adalah sebuah teknik pengumpulan data yang dapat menghasilan data yang valid dan reliable yang betul-betul dapat merepresentasikan penelitian yang kita lakukan. Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

(32)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

2. Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan maupun pernyataan tertuis kepada objek penelitian yang menjadi anggota sampel dalam penelitian. Angket atau keusioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa.

3. Studi Dokumentasi, yaitu studi yang digunakan untuk mencari dan memperoleh hal-hal berupa catatan-catatan, laporan-laporan, serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Studi Literature, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, atau yang disebut juga sebagai preferensi.

3.5.1.2Instrumen Penelitian

Berdasarkan teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini,

maka instrument yang digunakan juga mengacu pada hal tersebut. Dalam penelitan ini ada dua buah variabel endogen yang ingin diukur, yaitu kemampuan

pemecahan masalah, dan habitsof mind. Kedua variabel tersebut memiliki skala yang berbeda, sehingga instrument yang digunakanpun berbeda.

1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Tes kemampuan pemecahan masalah Akuntansi dalam penelitian ini adalah menggunakan tes uraian. Menurut Hudojo (2005: 150), tes uraian dalam kegiatan mengajar belajar bermanfaat untuk, antara lain:

(1)mengungkapkan kemampuan intelektual yang tinggi, sebab siswa mengorganisasikan pengetahuannya untuk menemukan jawaban dengan menggunakan kata-katanya sendiri, (2) mengungkapkan cara berpikir logis, namun tes tentang membuktikan teorema yang sudah dibicarakan akan mendorong hafalan, dan (3) mendorong siswa untuk terbiasa dalam menentukan langkah-langkah penyelesaian masalah disertai alasan-alasannya.

(33)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

masalah, langkah-langkah pengerjaan, langkah-langkah pemecahan masalah, serta ketelitian mahasiswa dalam menyelesaikan soal akan terlihat. Materi yang digunakan untuk menyusun tes ini adalah materi perkuliahan pengantar akuntansi 2 yaitu pos-pos aktiva tetap yang sudah dipelajari dalam perkuliahan sebelum penelitian ini dilakukan dalam pretes serta pos kewajiban lancar dan jangka panjang sebgai materi yang diberikan selama proses penelitian ini berlangsung dalam posttest. Pemberian tes dilakukan melalui pretest dan posttest untuk mengukur peningkatan kemampuan pemecahan masalah bukan hanya pada salah satu materi saja, tetapi juga kemampuan pemecahan masalah dalam mata kuliah pengantar akuntansi secara keseluruhan yang diwakili oleh kedua materi tersebut. Sebelum membuat soal tes, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi soal tes tersebut untuk dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Tujuan judgment tersebut untukmengetahui validitas teoritik dari instrument yang akan dibuat. Peyusunan kisi-kisi soal kemampuan pemecahan masalah mencakup empat

indikator pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya (1973). Kisi-kisi soal kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada lampiran 5 dan lampiran 6.

Dengan skor maksimal 10 setiap butir soal pemecahan masalah, pedoman penilaian untuk kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini mencakup indikator pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya (1973) yang diadaptasi dari problem Solving Rubric National Central for Research on Evaluation, Standards, and Student Testing (CRESST) berikut ini:

Tabel 3. 3

Pedoman Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah

NO Aspek

Kemampuan

(34)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

NO Aspek

Kemampuan

(35)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

NO Aspek

Kemampuan

Kriteria Penilaian Skor Total Skor Maksimal

Total Skor Maksimal 10

Sumber: (Eflina, 2013:33)

2. Tes habits of mind (kebiasaan berpikir)

Dalam mengukur kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa peniliti menggunakan kuesioner (angket). Questionnaire (kuesioner) menurut Riduwan (2013:99) adalah “daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan penguna”. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yang merupakan “kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya” (Riduwan, 2013:100).

Adapun kuesioner untuk mengukur habits of mind mahasiswa tercantum indikator-indikator habits of mind yang diungkapkan oleh Marzano dalam bentuk pernyataan dengan alternatif jawaban skala Likert point. Masing-masing jawaban dari 5 alternatif jawaban yang tersedia diberi bobot nilai seperti pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3. 4

Bobot Nilai Jawaban responden No

Jawaban Responden Skor

Positif Negatif

1 Sangat setuju /selalu 5 1

2 Setuju / sering 4 2

3 Ragu-ragu / kadang-kadang 3 3

4 Tidak setuju / pernah 2 4

5 Sangat tidak setuju / tidak pernah 1 5

Sumber: (Riduwan, 2013: 86)

Proses penyusunan instrumen baik berupa tes pemecahan masalah maupun

(36)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dilakukan oleh peneliti adalah judgment penelitian kepada dosen pembimbing dan melakukan pengujian instrumen.

Sebelum kedua tes tersebut digunakan, instrumen penelitian tersebut diujicobakan kepada objek di luar kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Lalu dilanjutkan dengan proses menganalisis hasil pengujian tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, serta tingkat kesukaran untuk tes kemampuan pemecahan masalah, serta pengujian validitas dan reliabilitas pada tes kebiasaan berpikir (habits of mind) sehingga instrumen penelitian yang disusun layak digunakan di dalam penelitian ini.

1. Uji Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat keabsahan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen

tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian terhadap isi dari alat tes kemampuan pemecahan masalah dalam perkuliahan Pengantar Akuntansi

2 divalidasi oleh dosen ahli pendidikan akuntansi untuk menilai kesesuaian isi materi dari alat tes tersebut. Sedangkan pengujian validitas kriteria dilakukan menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan rumus :

diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya

responden. Jika r hitung > r 0,05 dikatakanvalid, sebaliknya jika r hitung r 0,05 tidak

(37)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Tabel 3. 5

Interpretasi Harga Koefisien Korelasi r XY Interpretasi Validitas

0,800 – 1,00 Dalam penelitian ini, pengukuran validitas soal tes pemecahan masalah dilakukan dengan bantuan program analisis butir soal uraian ANATES V.4 for windows. Sedangkan instrumen penelitian berupa kuesioner habits of mind yang

diadaptasi dari penelitian sebelumnya dan sudah melalui pengujian instrumen, tetapi peneliti tetap melakukan pengujian validitas terhadap angket tersebut dengan menggunakan bantuan program SPPS statistiks V. 21.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi. Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur. Sugiyono(2008 : 173) mengatakan bahwa ”Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.

Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus alpha dari Cronbach sebagaimana berikut:

2 Dimana; r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pernyataan atau banyaknya soal

(38)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

t = varians total

Kriteria penafsiran mengenai tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas menurut Guilford dalam Sundayana (2014: 70) sebagai berikut:

Tabel 3. 6

Interpretasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,80 ≤ r ≤ 1,00

Sumber:(Arikunto 2010: 76)

Sama halnya dengan pengujian validitas, dalam pengujian reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah peneliti menggunakan program ANATES versi 4 dan program SPPS statistiks V. 21 untuk menguji reliabilitas kuesioner kebiasaan berpikir (habits of mind).

3. Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran dari suatu instrumen dapat dilihat dari indeks kesukaran yang merupakan bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu instrumen dalam hal ini soal tes kemampuan pemecahan masalah. Taraf

kesukaran sebuah soal dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Arikunto, 2010 : 208) Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS = Jumlah seluruh siwa peserta tes

Klasifikasi interpretasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut: Tabel 3. 7

Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat Kesukaran Kriteria

P = 0,00 Terlalu Sukar

(39)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Tingkat Kesukaran Kriteria

Taraf kesukaran soal merupakan kesanggupan siswa dalam menjawab soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Dalam penelitian ini, pengukuran taraf kesukaran soal tes dilakukan dengan menggunakan software ANATES V.14.

4. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2010:211) ”Daya pembeda adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang berkemampuan rendah”. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda soal disebut indeks diskriminasi (D). Seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas (upper group) dan kelompok bawah (lower group). Suharsimi Arikunto (2010 : 212) menjelaskan:

a.) Untuk kelompok kecil, seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, yaitu 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.

b.) Untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor teratas sebagai kelompok atas dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah.

(40)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB =Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar P = � = �roporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

P = � = �roporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3. 8

Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Daya Pembeda Kriteria

D : negatif D : 0,00 – 0,20 D : 0,20 – 0,40 D : 0,40 – 0,70 D : 0,70 – 1,00

Sangat jelek Jelek (poor) Cukup (satistactory)

Baik (good) Baik sekali (excellent)

Sumber:(Arikunto , 2010 : 218)

Seperti pada pengukuran soal tes pemecahan masalah sebelumnya, pengukuran daya pembeda soal dalam penelitian ini juga menggunakan bantuan software ANATES V.14

3.5.1.3Populasi dan Sampel

Selain penyusunan perangkat pembelajaran, penyusunan dan pengujian instrumen penelitian, dalam tahap persiapan penelitian, peneliti juga menentukan siapa objek penelitian yang diwakili dengan pemilihan populasi dan sampel penelitian, serta menentukan siapa yang menjadi pelaksana eksperimen dalam penelitian ini.

(41)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi D4 Akuntansi Keuangan Politeknik Pos Indonesia yang berjumlah 143 orang.

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2012 : 118). Secara garis besar, Teknik Sampling atau teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling yang merupakan ”...teknik pengambilan sampel yang

tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel” (Sugiyono, 2012 : 122).

Salah satu teknik nonprobability sampling adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012 : 124) ”purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau tujuan tertentu”. Purposive sampling dikenal juga sebagai sampling pertimbangan yang menurut Riduwan (2013:63) sebagai teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.

(42)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Pelaksana eksperimen pada penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hal ini dikarenakan bahwa peneliti mengajar pada institusi yang bersangkutan dalam mata kuliah yang diuji dalam penelitian ini. Dengan melaksanaan eksperimen tersebut secara langsung, diharapkan peneliti dapat lebih mudah mengendalikan pelaksanaan penelitiaan baik pada kelas ekperimen dan kelas kontrol. Selain itu peneliti juga dapat melakukan observasi yang lebih luas dan mendalam mengenai proses penelitian ini karena menjadi pelaksana eksperimen secara langsung.

3.5.2 Tahap Pelaksanaan

Penelitian quasi eksperimen ini dilakukan sendiri oleh peneliti sebagai dosen pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan pertimbangan bahwa peneliti memang dosen pada kelas-kelas tersebut, sehingga dapat mengontrol keberlangsungan eksperimen tersebut secara maksimal. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap pelaksanaan ini. Kegiatan awal dalam tahap ini

adalah pretest atau tes awal. Pretest dilakukan pada masing-masing kelas, kelas kontrol diberikan pretest berupa tes pemecahan masalah (PreY1K) maupun tes

(43)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini digunakan dua kelas sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran ekspositori (C) dan kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (X) . Tahapan berikutnya adalah melakukan sosialisasi berupa penyampaian maksud, tujuan, dan prosedur pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) kepada mahasiswa di kelas eksperimen dan

pembelajaran ekspositori pada kelas kontrol. Kegiatan pembelajaran di kelas kontrol dan eksperimen dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dimana masing-masing pertemuan dilakukan selama 5 x 50 menit dengan materi mengenai kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang. Skenario pembelajaran kolaboratif teknik TAPPS tercantum pada Satuan Acara Perkuliahan di lampiran 4 Kegiatan akhir dalam tahap pelaksanaan adalah pemberian posttest (post Y1K,Y2K; dan post Y1E,Y2E) pada masing-masing kelas dengan instrumen berupa soal tes kemampuan pemecahan masalah mengenai materi kewajiban

lancar dan kewajiban jangka panjang yang telah dipelajari selama proses pembelajaran berlangsung baik pembelajaran ekspositori maupun pembelajaran

kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (soal posttest terlampir). Selain itu, posttest juga diberikan dalam bentuk kuesioner mengenai kebiasaan berpikir mahasiswa seperti yang telah diberikan pada saat pretest.

Tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan berdasarkan jadwal pelaksanaan yang telah direncanakan. Jadwal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. 9

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Indikator Jadwal

(44)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Pretest dan sosialisasi pembelajaran

30 Mei 2014 28 Mei 2014

Pertemuan 1 2 Juni 2014 3 juni 2014

Pertemuan 2 9 Juni 2014 10 juni 2014

Pertemuan 3 16 Juni 2014 17 Juni 2014

Posttest 9 Juli 2014 9 Juli 2014

3.5.3 Tahap Penyusunan Laporan

Kegiatan pertama dalam tahap ini adalah pengolahan data kuantitatif sesuai dengan pertanyaan penelitian yang tercantum dalam rumusan masalah. Data kuantitatif tersebut berupa skor pretest dan posttest, dan N- gain untuk kemampuan pemecahan masalah, serta skor skala kebiasaan berpikir (habits of mind) awal dan akhir, beserta N-gain-nya. Hal tersebut dilakukan untuk

mengetahui perbedaan hasil tes awal sebelum pelaksanaan pembelajaran ekspositori pada kelas kontrol, dan pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud

Pair Problem Solving pada kelas eksperimen. Setelah menganalisis gain score

dari masing-masing kelas, peneliti melakukan analisis data kuantitatif dari kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan uji statistik untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan.

Proses akhir dalam tahap penyusunan laporan ini adalah menyusun pembahasan dari proses analisis data yang sebelumnya dilakukan, dan menyusun kesimpulan akhir dari proses penelitian yang sudah dilaksanakan sebagai pembuktian dari hipotesis yang diajukan oleh peneliti.Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, hal yang harus dilakukan peneliti adalah mengolah data tersebut. Pengolahan data statistik dilakukan dengan menggunakan software Statistikal Package for Social Science (SPSS) for windows V. 21.

Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : 3.6.Pengujian Hipotesis

(45)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) pada kelas eksperimen, dan juga untuk mengetahui signifikansi perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa pada kelas Kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori dan kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik TAPPS.

3.6.1 Uji Normalitas

Untuk menentukan rumus statistik dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu kita harus melakukan uji normalitas dan homogentias pada data penelitan. Uji normalitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Menurut Arikunto (2010 : 314) “Jika berdistribusi normal maka proses selanjutnya dalam pengujian hipotesis dapat menggunakan perhitungan statistik parametrik. Jika tidak berdistribusi normal maka dapat menggunakan perhitungan statistik non parametrik”. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS V.21 pada taraf kepercayaan 95% atau α (0,05). Hipotesis yang dikemukakan adalah:

H0 : data dalam sampel berdistribusi normal H1 : data dalam sampel tidak berdistribusi normal.

Jika nilai signifikansi lebih besar dari α (0,05), maka H0 diterima, artinya bahwa data dalam sampel yang digunakan berdistribusi normal dan selanjutnya dapat dilakukan uji statistik secara parametrik. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,05), maka H0 ditolak, artinya bahwa data dalam sampel yang digunakan tidak berdistribusi normal dan untuk selanjutnya uji statistik yang digunakan adalah non pararmetrik (Trihendradi, 2013: 114,170).

3.6.2 Uji Homogenitas

(46)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

test for equality of variance dalam software SPPS V.21 dengan taraf kepercayaan 95% atau α (0,05). Pengujian homogenitas dilakukan sebagai uji prasyarat untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan apakah uji parametrik atau uji non parametrik. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas ini adalah:

H0 : data sample memiliki varian yang sama H1 : data sample memiliki varian yang tidak sama

Dengan syarat, jika nilai signifikansi lebih besar dari α (0,05), maka H0 diterima, artinya bahwa kedua kelompok yang digunakan memiliki varian yang sama dan selanjutnya dapat dilakukan uji statistik parametrik. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,05), maka H0 ditolak, artinya bahwa kedua kelompok yang digunakan tidak memiliki varian yang sama dan selanjutnya dilakukan uji statistik non parametrik (Trihendradi, 2013: 114)

3.6.3 Uji Gain Ternormalisasi

Dalam pengujian hipotesis penelitian eksperimen, terlebih dahulu kita harus mengetahui perbedaan nilai objek penelitian sebelum dan sesudah

diberikannya treatment. Seperti yang diungkapkan oleh Instrbusch dan Motz (dalam Leonard, 2009) bahwa dalam desain ekperimental dua kelompok dikaji yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen memperoleh perlakuan program atau proyek dan kelompok kontrol yang dalam berbagai aspek lain identik dengan kelompok eksperimen, tidak dikenakan perlakuan atau treatment dalam bentuk program atau proyek. Kedua kelompok diukur berdasarkan variabel hasil yang diinginkan sebelum dan sesudah program/proyek, selanjutnya perubahan pada kedua kelompok diperbandingkan.

Dalam melakukan penskoran hasil pretes dan postes, jawaban diperiksa berdasarkan strategi penyelesaian soal, langkah-langkah jawaban, serta, alasan-alasannya. Setelah selesai penskoran, dilakukan analisis data gain.

Gambar

Tabel 1. 1 Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa
Tabel 1. 2 Kebiasaan Berpikir (
Gambar 3. 1  Alur Penelitian
Tabel 3. 3  Pedoman Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan kinerja reksadana saham dengan metode Sharpe dan Treynor menghasilkan 12 reksadana bernilai positif, artinya bahwa hanya 29,26% reksadana saham yang

Dengan ini kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa RSUD Kabupaten Nunukan T.A.2012 dengan ini menyatakan sanggahan benar mengenai kekeliruan jadwal yang terlalu singkat dan kesalahan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT First Media Tbk dengan menggunakan metode Economic Value Added

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 7E dengan metode praktikum dapat meningkatkan kemandirian

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. ©Anindya Widita

jenis jaring insang yang dioperasikan secara pasif umumnya dilakukan pada.. malam hari dengan atau tanpa alat

Buah semusim dan merambat meliputi; stroberi, blewah, semangka, melon, anggur, dan markisa.. Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan signifikan dan berkontribusi

Dengan dibuatnya aplikasi multimedia player ini pemakai tidak perlu membutuhkan 2 player untuk menjalankan file audio dan file video dengan berbagai macam jenis file yang