IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V
SDN 2 SUNTENJAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Listriana Pratiwi
1003385
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN AKTIVITAS LISAN SISWA
PADA MATERI PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAH MELALUI
METODE MIND MAPPING BERGAMBAR DI KELAS V SDN 2
SUNTENJAYA KABUPATEN BANDUNG BARAT
Oleh
Listriana Pratiwi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Listriana Pratiwi 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V
SDN 2 SUNTENJAYA
Oleh
Listriana Pratiwi
NIM 1003385
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I
Dr. Dharma Kesuma, M.Pd.
NIP. 195509271985031001
Pembimbing II
Drs. Nana Djumhana, M.Pd
NIP. 195905081984031002
Diketahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Drs. Nana Djumhana, M.Pd
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Hipotesis Tindakan ... 6
F. Definisi Operasional ... 6
BAB II IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ... 9
A. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 9
1. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL) ... 10
2. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL) ... 10
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) ...12
4. Pendidik sebagai Fasilitator dalam Model Problem Based Learning (PBL) ...15
5. Peranan Siswa dalam Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) ... 17
6. Manfaat Model Problem Based Learning (PBL) ... 18
viii
B. Kemampuan Berpikir Kritis ... 20
1. Pengertian Berpikir Kritis ... 20
2. Karakteristik Berpikir Kritis ... 21
3. Keterampilan Penting dalam Berpikir Kritis... 23
4. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 24
5. Strategi Melatih Kemampuan Berpikir Kritis ... 27
C. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 28
1. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar ... 28
2. Tujuan Pembelajaran IPA ... 30
3. Ruang Lingkup Materi IPA ... 31
D. Kajian Penelitian Terdahulu ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A. Metode dan Pendekatan ... 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
C. Subjek Penelitian ... 33
D. Prosedur Penelitian ... 34
E. Instrumen Penelitian ... 38
F. Analisis dan Interpretasi Data ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Deskripsi Kondisi Awal ... 50
B. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ... 51
1. Pelaksanaan Tindakan Penelitian Siklus I ... 51
2. Pelaksanaan Tindakan Penelitian Siklus II ... 60
C. Hasil Penelitian ... 66
1. Hasil Penelitian Siklus I ... 66
a. Aktivitas Guru dan Siswa dengan Mengimplementasikan Model PBL ... 66
b. Analisis Berpikir Kritis Siswa pada Tahapan PBL ... 71
c. Hasil Belajar Siswa ... 74
2. Hasil Penelitian Siklus II ... 77
a. Aktivitas Guru dan Siswa dengan Mengimplementasikan Model PBL ... 77
b. Analisis Berpikir Kritis Siswa pada Tahapan PBL ... 81
c. Hasil Belajar Siswa ... 84
d. Refleksi Siklus II ... 86
D. Pembahasan ... 86
1. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Problem Based Learning ... 86
2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 90
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 95
A. Simpulan ... 95
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
LAMPIRAN
ABSTRACT
PROBLEM BASED LEARNING IMPLEMENTATION IN TEACHING
SCIENCE CHAPTERS NATURAL EVENTS FOR IMPROVING CRITICAL THINKING SKILL FIFTH GRADE STUDENT OF
SUNTENJAYA 2 ELEMENTARY SCHOOL
Oleh
Listriana Pratiwi
1003385
This Classroom Action Research is about Problem Based Learning implementation in teaching science chapters natural events for improving crtitical thinking skill fifth grade student of Suntenjaya 2 Elementary School. The purpose of this research are describing the application of Problem Based Learningthat can improve critical thinking skill fifth grade student of Suntenjaya 2 Elementary School in teaching science chapters natural events. This research also has a special purpose to describing the application and enhancement of critical thinking skill through Problem Based Learning implementation. The research used Classroom
Action Research (CAR) methods, Kemiis and Taggart’s model. The experiment
was conducted in two cycles, with each cycle consisting of planning, implementation measures, observation, and reflection. Data collection done by using research instruments such as observation sheets, students worksheet, and test. The measures were applied to this model : (1) aware of the problem; (2) formulate the problem; (3) Formulate the hypothesis; (4) data collection; (5) test the hypothesis; (6) determine the problem solving. The research found that the application of this model can involve students actively in every steps. The research showed an improvement in critical thinking indicators from the first cycle to the second cycle. For the further research may be able to enhance every stage Problem Based Learning implementation to make it easier for students to understand.
PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V
SDN 2 SUNTENJAYA
Oleh Listriana Pratiwi
1003385
Penelitian Tindakan Kelas berkenaan dengan implementasi Problem Based Learning dalam pembelajaran IPA materi peristiwa alam untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN 2 Suntenjaya. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai implementasi Problem Based Learning dalam pembelajaran IPA materi Peristiwa Alam untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V. Adapun penelitian ini bertujuan khusus untuk memperoleh dan mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA dan peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan mengimplementasikan Problem Based Learning. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model Kemmis dan Taggart ke dalam dua siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui instrument penelitian berupa lembar kerja siswa (LKS) yang sudah dimodifikasi, lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta lembar observasi kemampuan berpikir kritis pada tahapan PBL, dan tes formatif. Langkah yang diterapkan pada model ini berupa : (1) menyadari masalah; (2) merumuskan masalah; (3) merumuskan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5) menguji hipotesis; dan (6) menentukan pilihan penyelesaian. Hasil penelitian ditemukan bahwa dengan model ini dapat melibatkan siswa secara aktif dalam setiap tahapan pembelajaran. Terjadi peningkatan pencapaian indikator berpikir kritis siswa dari siklus I ke siklus II. Semoga peneliti selanjutnya yang menggunakan model PBL sebagai bahan penelitiannya agar mampu menyempurnakan lagi setiap tahapan PBL yang dilaksanakan dan membuat modifikasi LKS lanjutan yang akan lebih memudahkan siswa untuk mengerti dan melaksanakan setiap tahapan dalam PBL.
Kata Kunci : model pembelajaran, Problem Based Learning, kemampuan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003,
pendidikan merupakan sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Jadi dapat dimaknai bahwa pendidikan merupakan
suatu lembaga yang memfasilitasi setiap peserta didik agar menjadi manusia yang
mandiri dan menjadi bagian masyarakat di lingkungannya. Pendidikan juga menuntut
adanya pengembangan diri seorang peserta didik yang dibimbing dengan pendidikan
bermakna yang direncanakan oleh pendidik.
Sama halnya dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah
Dasar, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Bila siswa sudah terbiasa memecahkan persoalan di kehidupan sehari-hari
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SDN 2 Suntenjaya menunjukan bahwa
pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa kelas V kurang memberikan
respon. Dalam proses pembelajaran IPA siswa cenderung pasif sehingga guru harus
memberikan dorongan kepada siswa agar mau menjawab pertanyaan tersebut. Selama
pembelajaran berlangsung, siswa kurang bisa mengemukakan pendapatnya mengenai
masalah yang disajikan oleh guru. Hal ini ditandai dengan siswa yang tidak mau
bertanya kepada guru tentang materi pelajaran yang belum dipahami. Selain itu siswa
masih bingung ketika menjawab pertanyaan dengan kata tanya “Mengapa” dan
“Bagaimana”. Jawaban yang diberikan siswa cenderung singkat bahkan beberapa jawaban siswa masih asal tidak sesuai dengan konteks pertanyaan. Berdasarkan ini
dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran IPA di
kelas V masih rendah.
Pembelajaran IPA di SDN 2 Suntenjaya lebih dititik beratkan pada metode
ceramah yang diberikan oleh guru. Komunikasi yang terjalin selama pembelajaran
adalah komunikasi satu arah, sehingga guru tidak bisa memfasilitasi siswa dalam
berpikir lebih mendalam. Siswa hanya dibiasakan mendapatkan pengetahuan dari
buku dan penjelasan guru yang kemudian dicatat. Siswa terbiasa hanya menerima
pembelajaran dari guru sehingga tercipta suatu situasi dimana pelajaran di sekolah
hanya didapat dari penjelasan guru saja. Siswa belum terlatih untuk berani
mengungkapkan ide-idenya mengenai pembelajaran yang sedang berlangsung. Media
pembelajaran dan variasi metode pembelajaran yang sewaktu-waktu digunakan oleh
guru hanya dianggap sebagai sarana penarik perhatian, padahal seperti yang kita
ketahui penggunaan media dan metode pembelajaran yang bervariasi memiliki tujuan
agar siswa mampu mengkonstruksi dan mengembangkan pengetahuannya.
Fakta lain terungkap dari hasil wawancara dengan guru kelas bahwasanya selama
pembelajaran siswa-siswi kelas V bersikap apatis dan acuh terhadap materi
pembelajaran yang diberikan guru. Dari hasil observasi dan wawancara awal dapat
3
metode pembelajaran yang digunakan tidak menarik bagi siswa, sumber belajar yang
digunakan terbatas hanya dari guru dan buku pelajaran, dan yang tidak kalah
pentingnya yaitu kurangnya peran guru dalam menggali pengetahuan siswa
berdasarkan pemikiran dan pengalaman siswa itu sendiri.
Mengingat pentingnya hal tersebut, pembelajaran yang diharapkan adalah
pembelajaran yang berlangsung secara inovatif, efektif, dan efisien. Pembelajaran
pada dasarnya merupakan sebuah proses untuk membantu perkembangan
kemampuan berpikir siswa. Menurut Jufri (2013:44) “Proses pendidikan di sekolah
tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan tentang materi pelajaran,
tetapi lebih mengutamakan kemampuan peserta didik untuk memperoleh
pengetahuannya sendiri (Self Regulated Learning)”. Oleh sebab itu, proses
pembelajaran yang berlangsung di kelas dapat memfasilitasi siswa untuk
mengeksplorasi dan mengelaborasi sendiri sekaligus melakukan konfirmasi sesuai
dengan proses berpikirnya sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, masalah berpikir kritis ini mampu
ditangani dengan menggunakan beberapa metode maupun model pembelajaran,
seperti model Problem Based Learning (PBL), metode diskusi, pendekatan CTL,
inquiry terbimbing, dan lain-lain. Agar proses berpikir kritis siswa terfasilitasi dengan
baik diperlukan sebuah model pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir dan
keterampilan memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi pelajaran. PBL menekankan pada keaktifan siswa dalam
memecahkan suatu masalah, baik masalah yang disajikan guru maupun masalah yang
mereka munculkan sebagai bagian dari pengalamannya.
Menurut Arends (Putra, 2013:66) menyatakan bahwa :
menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, serta meningkatkan kepercayaan diri.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul ”Implementasi Problem Based
Learning dalam Pembelajaran IPA Materi Peristiwa Alam Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SDN 2 Suntenjaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
implementasi Problem Based Learning dalam pembelajaran IPA materi Peristiwa
Alam untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa Kelas V SDN 2
Suntenjaya?”. Adapun rumusan masalah khusus dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA materi Peristiwa Alam melalui
implementasi model Problem Based Learning di Kelas V SDN 2 Suntenjaya?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui
implementasi Problem Based Learning pada pembelajaran IPA materi Peristiwa
Alam di Kelas V SDN 2 Suntenjaya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan
mendeskripsikan data mengenai implementasi Problem Based Learning dalam
pembelajaran IPA materi Peristiwa Alam untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa Kelas V SDN 2 Suntenjaya. Adapun penelitian ini bertujuan khusus
untuk memperoleh dan mendeskripsikan :
1. Pelaksanaan pembelajaran IPA materi Peristiwa Alam melalui implementasi
5
2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui implementasi
Problem Based Learning pada pembelajaran IPA materi Peristiwa Alam di Kelas
V SDN 2 Suntenjaya.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, siswa, guru, dan
sekolah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan peneliti memperoleh model pembelajaran yang
tepat dalam mengupayakan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas
V SDN 2 Suntenjaya melalui implementasi model Problem Based Learning
dalam pembelajaran IPA materi Peristiwa Alam.
2. Manfaat Praktis
a. Peneliti
Diharapkan dapat menjadi landasan teoritik dalam pengembangan ilmu
pembelajaran IPA, sehingga dapat menjadi masukan dalam upaya mengkaji
lebih luas tentang penggunaan model Problem Based Learning dalam
pembelajaran IPA.
b. Siswa
Penelitian ini bermanfaat untuk siswa sebagai sebuah pengalaman belajar
baru dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning.
c. Guru
Penelitian ini bermanfaat sebagai perbaikan mengajar yang mengutamakan
pada keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran IPA mengenai
Peristiwa Alam dan menambah pengetahuan serta keterampilan dalam
Learning, serta memberikan keterampilan yang mendukung pengembangan
peran guru sebagai peneliti.
d. Sekolah
Sebagai contoh dalam mengupayakan peningkatkan kualitas pembelajaran
IPA di SDN 2 Suntenjaya.
e. Sumbangan pemikiran dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA khususnya dan mutu serta kualitas pendidikan di sekolah
pada umumnya.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis mencoba untuk merumuskan
hipotesis yang akan diuji kebenarannya lebih lanjut, adalah sebagai berikut :
”Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN 2 Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dalam pembelajaran IPA materi Peristiwa Alam”
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka definisi
operasional pada Implementasi Problem Based Learning dalam Pembelajaran IPA
Materi Peristiwa Alam untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
V SDN 2 Suntenjaya adalah sebagai berikut.
1. Model Problem Based Learning.
Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menjadikan
masalah sebagai subjek pembelajaran dan menuntut siswa untuk secara aktif dalam
memecahkan masalah yang berasal dari kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus
7
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Adapun langkah-langkah
pembelajaran model PBL yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Menyadari Masalah
b. Merumuskan Masalah
c. Merumuskan Hipotesis
d. Mengumpulkan Data
e. Menguji Hipotesis
f. Menentukan Pilihan Penyelesaian
2. Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah suatu kegiatan berpikir tentang ide atau gagasan dengan
melalui proses mengamati, menganalisis, dan mengevaluasi sebelum mendapatkan
keputusan masuk akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Kemampuan
berpikir kritis akan diukur pada saat proses pembelajaran dan tes formatif yang
diberikan setelah pembelajaran. Indikator berpikir kritis yang digunakan dalam proses
pembelajaran disajikan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1.
Indikator Berpikir Kritis dalam Penelitian
No. Indikator Sub-Indikator Indikator Sasaran
1. Memberikan
Penjelasan
Sederhana
Memfokuskan
pertanyaan
Siswa mampu merumuskan
pertanyaan berdasarkan
masalah yang ditemukan
2. Menganalisis
Argumen
Siswa mampu membandingkan
hipotesis yang telah dibuat
dengan hasil percobaan yang
telah mereka lakukan
3. Membangun
keterampilan dasar
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
Siswa mampu melaporkan
hasil observasi percobaan yang telah
dilakukan
4. Menyimpulkan Membuat induksi
dan
mempertimbangkan
induksi
Siswa mampu membuat
hipotesis sederhana dengan
bahasanya sendiri
Siswa mampu membuat
kesimpulan hipotesis mana
yang dapat diterima dan
hipotesis mana yang ditolak
5. Membuat strategi
dan taktik
Memutuskan suatu
tindakan
Siswa mampu mengambil
keputusan pemecahan masalah
yang memungkinkan untuk
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Kusumah dan Dwitagama
(2010:9) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri
dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Menurut Arikunto (2012:3) PTK merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama.
Berdasarkan pendapat tiga ahli di atas, masalah yang digunakan dalam
penelitian tindakan kelas berawal dari keinginan guru dalam memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya yang
beralamat di Kampung Gandok, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang,
Kabupaten Bandung Barat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 yang disesuaikan dengan
jadwal pelajaran yang tersedia di sekolah.
Pada penelitian ini, subjek penelitiannya yaitu siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri 2 Suntenjaya dengan jumlah sebanyak 34 siswa, terdiri dari 13 siswa
laki-laki dan 21 siswa perempuan.
D. Prosedur Penelitian
Model PTK yang dikembangkan adalah model Kemmis & McTaggart. Model
ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang telah diperkenalkan oleh
Kurt Lewin.
Model Kemmis & Taggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau
untaian-untaian dengan satu perangkat tersendiri dari empat komponen, yaitu :
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen tersebut
biasa dikenal dengan siklus. Siklus memiliki pengertian yaitu putaran kegiatan
yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam
pelaksanaan jumlah siklus yang terjadi disesuaikan dengan keberhasilan
permasalahan yang terselesaikan.
Untuk lebih jelasnya PTK model Kemmis & Taggart dapat dilihat dalam
bagan sebagai berikut :
Gambar 3.1.
Bagan Model Kemmis & Taggart
Siklus I
Siklus II
Permasalahan Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Pengamatan / Pengumpulan
Data I Refleksi
Tindakan I
Permasalahan Baru Hasil
Refleksi
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Pengamatan / Pengumpulan
Data II Refleksi
35
Sumber : Arikunto (2012:74)
PTK diprediksi akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Dimana pada siklus I
dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (2x35 menit), sedangkan
siklus II dirancang untuk dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan (3x35 menit). Pada
setiap siklus yang dilaksanakan akan melalui 4 tahapan, yaitu perencanaan
(Planning), pelaksanaan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi
(Reflecting).
Siklus I
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat surat permohonan izin penelitian di kantor Prodi PGSD.
b. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Sekolah SDN 2
Suntenjaya Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
c. Menetapkan materi pokok yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu
Peristiwa Alam.
d. Menentukan Indikator Capaian Kompetensi (ICK) pada materi Peristiwa
Alam yang akan digunakan pada siklus I.
e. Merancang materi pembelajaran yang akan digunakan pada saat penelitian,
yaitu Peristiwa Alam dengan menyesuaikan dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi dasar pembelajaran IPA.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA materi pokok
Peristiwa Alam dengan menerapkan model PBL.
g. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa dengan menerapkan Model PBL.
h. Menyiapkan instrumen evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan ICK
dan disesuaikan pula dengan indikator kemampuan berpikir kritis.
i. Menyiapkan instrumen penelitian yang dibuat berdasarkan pertanyaan
penelitian dan data yang ingin diperoleh dalam penelitian, berupa lembar
observasi aktivitas guru dan siswa pada model PBL serta lembar observasi
j. Membuat media pelajaran yang mampu menunjang pembelajaran materi
Peristiwa Alam.
k. Membuat kesepakatan dengan guru sebagai observer dan memberikan
penjelasan kepada observer tentang hal-hal yang harus dilakukan dan
menjelasan instrumen lembar observasi yang harus diisi oleh observer.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi.
b. Melaksanakan pembelajaran IPA materi Peristiwa Alam dengan menerapkan
model Problem Based Learning sesuai dengan RPP yang telah dibuat.
c. Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai kemampuan
berpikir kritis siswa tentang Peristiwa Alam dalam pembelajaran IPA dengan
menerapkan model Problem Based Learning.
d. Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat
pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap
refleksi.
e. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada
lembar observasi
3. Tahap Pengamatan
a. Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam
pembelajaran IPA dengan menerapkan model PBL
b. Observer mengisi lembar observasi.
4. Tahap Refleksi
Peneliti melakukan analisis terhadap semua data yang dikumpulkan dari
penelitian tindakan pada siklus I. Setelah menemukan point-point refleksi
berdasarkan data siklus I, peneliti menentukan tindak lanjut yang akan
dilaksanakan pada siklus II.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
37
b. Merancang materi pembelajaran yang akan digunakan pada saat penelitian
berdasarkan ICK yang telah ditentukan.
c. Menyusun RPP Siklus II yang dibuat berdasarkan hasil refleksi dari siklus I.
d. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa dengan menerapkan Model PBL
berdasarkan hasil refleksi dari siklus I.
e. Menyiapkan instrumen evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan
indikator capaian kompetensi dan disesuaikan pula dengan indikator
kemampuan berpikir kritis.
f. Menyiapkan instrumen penelitian yang dibuat berdasarkan pertanyaan
penelitian dan data yang ingin diperoleh dalam penelitian, berupa lembar
observasi aktivitas guru dan siswa pada model PBL serta lembar observasi
kemampuan berpikir kritis siswa.
g. Membuat media pelajaran yang mampu menunjang pembelajaran materi
Peristiwa Alam.
h. Membuat kesepakatan dengan guru sebagai observer dan memberikan
penjelasan kepada observer tentang hal-hal yang harus dilakukan dan
menjelasan instrumen lembar observasi yang harus diisi oleh observer.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi.
b. Melaksanakan pembelajaran IPA materi Peristiwa Alam dengan menerapkan
model Problem Based Learning sesuai dengan RPP yang telah dibuat.
c. Melakukan tes siklus II untuk mendapatkan data mengenai kemampuan
berpikir kritis siswa tentang Peristiwa Alam dalam pembelajaran IPA dengan
menerapkan model Problem Based Learning.
d. Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat
pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap
refleksi.
e. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada
lembar observasi.
a. Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam
pembelajaran IPA dengan menerapkan model Problem Based Learning.
b. Observer mengisi lembar observasi.
4. Tahap Refleksi dan Hasil Penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data yang diperoleh setelah
pembelajaran dengan menggunakan model PBL dilaksanakan dalam 2 siklus.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar
Kerja Siswa (LKS), lembar observasi, dan Tes.
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS dalam penelitian ini disusun berdasarkan langkah-langkah model PBL
yang sudah disesuaikan dengan indikator berpikir kritis. LKS digunakan sebagai
petunjuk siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
model PBL. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dirancang untuk memandu siswa
dalam mengikuti pembelajaran dengan model PBL. LKS ini juga digunakan
sebagai instrumen data kemampuan berpikir kritis, dimana dalam LKS terdapat
pertanyaan-pertanyaan yang disusun berdasarkan langkah-langkah pembelajaran
model PBL dan indikator berpikir kritis yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini. Berikut ini merupakan rancangan LKS pada siklus I yang disajikan
pada tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Rancangan Lembar Kerja Siswa (LKS)
No. Soal pada LKS Tahapan PBL Indikator Berpikir Kritis yang Dikembangkan
1.
Apa masalah yang terjadi
dalam tayangan video dan
artikel yang telah kamu
baca?
Menyadari
masalah
39
2.
Buatlah pertanyaan
mengenai tayangan video
dan artikel yang telah
kamu baca!
Merumuskan
masalah
Siswa mampu merumuskan
pertanyaan berdasarkan
masalah yang ditemukan.
3.
Buatlah jawaban
sementara dari pertanyaan
yang telah kamu buat
disesuaikan dengan
tayangan video, artikel,
dan buku sumber yang
telah kamu baca!
Merumuskan
hipotesis
Siswa mampu membuat
hipotesis sederhana dengan
bahasanya sendiri.
4.
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai
dengan percobaan yang
telah kamu lakukan!
a.Apa penyebab…?
b. Bagaimana proses
terjadinya…?
c.Apa akibat yang terjadi
berdasarkan percobaan
tersebut?
d. Bagaimana cara
menanggulangi peristiwa
tersebut berdasarkan
percobaan?
Mengumpulkan
data
Siswa mampu melaporkan
hasil pengamatan dari
percobaan yang telah
dilakukan.
5.
Sekarang, coba
bandingkan jawaban
sementara yang telah
kalian buat dengan
jawaban hasil percobaan
Menguji hipotesis Siswa mampu
membandingkan
(menemukan persamaan dan
perbedaan) hipotesis yang
yang telah kalian lakukan! percobaan yang telah mereka
lakukan.
Siswa mampu membuat
kesimpulan hipotesis mana
yang dapat diterima dan
hipotesis mana yang dapat
ditolak.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu
lembar observasi untuk melihat aktivitas guru dan siswa dalam penerapan
langkah-langkah model PBL dan lembar observasi kemampuan berpikir kritis
selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
pada penelitian ini disatukan agar lebih memudahkan observer dalam mengamati
aktivitas pembelajaran yang diberikan guru dan juga respon siswa terhadap
tindakan yang diberikan oleh guru. Lembar observasi berpikir kritis siswa
digunakan sebagai alat untuk mengamati proses perkembangan kemampuan siswa
dalam menjawab LKS. Kedua lembar observasi yang digunakan berbentuk lembar
observasi terbuka yang akan diisi oleh pengamat secara deskriptif sesuai dengan
indikator yang telah ditentukan.
Tabel 3.2.
Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Tahapan PBL
Tahapan
Pembelajaran Aktivitas Guru
Terlaksana
Keterangan Ya Tidak
Menyadari
Masalah
Guru memberikan artikel
dan tayangan video
sebagai stimulus siswa
dalam menemukan
41
Merumuskan
Masalah
Guru mengarahkan siswa
untuk mengajukan
rumusan masalah yang
telah ditentukan.
Merumuskan
Hipotesis
Guru meminta siswa untuk
membuat jawaban
sementara berdasarkan
rumusan masalah yang
telah dibuat oleh siswa.
Mengumpul-kan
Data
Guru membimbing siswa
dalam mempersiapkan dan
melakuklan percobaan
yang akan dilakukan oleh
setiap kelompok.
Guru membimbing siswa
untuk menjawab
pertanyaan dalam LKS
sesuai dengan hasil
percobaan.
Menguji
Hipotesis
Guru membimbing siswa
dalam menguji hipotesis
Menentukan
pilihan
penyelesaian
Guru membimbing diskusi
Tabel 3.3.
Lembar Observasi Pencapaian Siswa dalam Tahapan PBL
Tahapan
Pembelajaran Pencapaian Siswa
Terlaksana
Keterangan Ya Tidak
Menyadari
Masalah
Siswa mampu
menemukan masalah inti
Merumuskan
Masalah
Siswa mampu membuat
rumusan masalah tentang :
Apa penyebab tanah longsor?
Bagaimana proses
terjadinya tanah longsor?
Apa dampak yang
ditimbulkan dari tanah
longsor?
Bagaimana solusinya?
Merumuskan
Hipotesis
Siswa mampu membuat
hipotesis berdasarkan
rumusan masalah yang
dibuat:
Tanah longsor disebabkan
oleh ………
Tanah longsor diawali
dengan ………
Dampak yang ditimbulkan
43
Solusi yang dapat
dilakukan …….
Mengumpulkan
Data
Siswa mampu melakukan
percobaan sesuai dengan
langkah-langkah yang
telah ditentukan :
Siapkan alat dan bahan
yang akan digunakan,
seperti :
Miniatur lingkungan
penduduk
Wadah
dengan alas persegi
panjang
Tanah
Ember
Gayung
Air
Taruhlah
miniatur lingkungan
penduduk di atas meja.
Isilah
ember dengan air
secukupnya.
Peganglah
wadah yang telah terisi
tanah dengan posisi
miring di atas miniature
lingkungan penduduk.
tuangkan air ke dalam
wadah berisi tanah.
Bila air
terus menerus dimasukan,
apa yang akan terjadi?
Siswa mampu
menyajikan data hasil
percobaan tentang :
Penyebab tanah longsor Proses terjadinya longsor Dampak yang ditimbulkan
tanah longsor
Cara pencegahan tanah
longsor
Menguji
Hipotesis
Siswa mampu
membandingkan hipotesis
yang telah dibuat dengan
data hasil percobaan
tentang :
Penyebab tanah longsor Proses terjadinya tanah
longsor
Dampak yang ditimbulkan
tanah longsor
Cara pencegahan tanah longsor
Menentukan
pilihan
penyelesaian
Siswa mampu menyajikan
hasil diskusi kelompoknya
pada saat diskusi pleno
45
menentukan penyelesaian
masalah yang sesuai
berdasarkan hasil diskusi
pleno
Tabel 3.4.
Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis dalam Tahapan PBL
Kemampuan
Berpikir Kritis Indikator
Terlaksana
Keterangan Ya Tidak
Merumuskan
Masalah
Siswa membuat
pertanyaan yang
memberi arah untuk
memperoleh jawaban
Memberi
argumen
Siswa berargumentasi
sesuai konteks
Siswa dapat menunjukan
persamaan dan perbedaan
dengan argumentasi yang
diberikan oleh siswa
yang lain
Melakukan
deduksi
Siswa mampu
menentukan berbagai
kemungkinan
penyelesaian masalah
yang bisa digunakan
(Merumuskan hipotesis)
Melakukan
induksi
Siswa mampu
yang sesuai
Siswa mampu membuat
kesimpulan berdasarkan
data
[image:30.595.107.509.112.387.2]Siswa mampu membuat
grafik (Mind Map)
berdasarkan kesimpulan
yang telah diambil
Memutuskan dan
melaksanakan
Siswa mampu memilih
kemungkinan solusi
Melakukan
evaluasi
Siswa mampu
memberikan alternatif
penyelesaian masalah
3. Tes
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
materi Peristiwa Alam setelah diberikan tindakan. Soal tes disusun berdasarkan
indikator berpikir kritis yang disesuaikan pula dengan indikator capaian
kompetensi yang telah ditentukan dalam RPP. Soal terdiri dari 6 butir essay pada
siklus 1 dan 5 butir essay pada siklus 2.
Dalam penelitian ini diperlukan beberapa ketompok data yaitu tentang data
proses pelaksanaan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan
peningkatan kemampuan berpikir kritis melalui penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning. Teknik dan instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Data proses pelaksanaan penerapan model pembelajaran Problem Based
47
Data ini dikumpulkan melalui lembar observasi aktivitas guru dan siswa
yang mendeskripsikan kegiatan pembelajaran yang berlangsung dengan
menggunakan model PBL.
b. Data peningkatan kemampuan berpikir kritis melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning
Data ini dikumpulkan melalui LKS dan tes tertulis yang mengukur
kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu, observasi juga dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan
indikator-indikator dari aspek berpikir kritis yang telah ditentukan, yaitu merumuskan
pertanyaan, membuat hipotesis, melaporkan hasil pengamatan, membandingkan
hipotesis, menyimpulkan hipotesis yang diterima, dan mengambil keputusan
pemecahan masalah yang tepat.
F. Analisis dan Interpretasi Data
Setelah data-data penelitian terkumpul, data akan diolah dan dianalisis
berdasarkan kelompok data yang telah ditentukan sebelumnya. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif didapatkan
dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa pada setiap siklusnya. Hasil
observasi yang dilakukan oleh observer dituliskan di kolom deskripsi sesuai
dengan kriteria yang tersedia untuk selanjutnya deskripsi tersebut akan dianalisis
oleh peneliti. Selain itu, data kualitatif juga diperoleh dari lembar observasi
berpikir kritis dan LKS sebagai data hasil berpikir kritis siswa selama proses
pembelajaran. Kedua data tersebut dianalisis dengan mengelompokan jawaban
observer dan jawaban hasil pengerjaan LKS oleh siswa. dari hasil analisis data
kualitatif secara keseluruhan dapat disimpulkan bagaimana keterlaksanaan setiap
tahapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran IPA materi peristiwa
alam. Analisis data kualitatif ini juga akan menunjukan peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa selama pembelajaran berlangsung. Dalam mendeskripsikan
perhitungan persentase yang digunakan dari Santoso (2005:57) dan penganalisaan
dilakukan dengan menggunakan rambu-rambu analisis berikut:
P =
Keterangan :
P = persentase,
f = jumlah siswa yang memenuhi kategori,
n = jumlah keseluruhan siswa,
[image:32.595.112.506.341.549.2]100 = bilangan konstanta
Tabel 3.5.
Pedoman Tafsiran Data dalam Persentase (%) Kualitatif
Persentase Tafsiran
100 Seluruhnya
90-99 Hampir seluruhnya
70-89 Sebagian besar
51-69 Lebih dari setengahnya
50 Setengahnya
30-49 Hampir setengahnya
1-29 Setengah kecil
0 Tidak seorang pun
Santoso (2005:55)
Selain menggunakan analisis data kualitatif peneliti pun menggunakan
analisis data kuantitatif dalam pengolahan data hasil belajar siklus I dan II. Tes
tertulis tiap siklus dilaksanakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Rumus
yang digunakan untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa adalah:
Keterangan :
49
= Total nilai yang diperoleh siswa
= Jumlah siswa
Menghitung Prosentase Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan. Prosentase ketuntasan belajar siswa secara
klasikal dapat ditentukan dengan rumus :
Keterangan :
= Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari
atau sama dengan 65
n = Banyak siswa
100% = Bilangan tetap
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian mengenai
implementasi Problem Based Learning dalam pembelajaran IPA materi peristiwa
alam untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN 2
Suntenjaya, maka beberapa simpulan yang diperoleh sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan mengimplementasikan Problem Based
Learning dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu: a. tahap menyadari
masalah yang dilakukan dengan terlebih dahulu menyajikan media
audiovisual dan artikel bacaan sebagai stimulus bagi siswa untuk menyadari
masalah; b. tahap merumuskan masalah dilakukan dengan membuat
beberapa pertanyaan berdasarkan masalah utama yang telah ditentukan oleh
siswa; c. tahap merumuskan hipotesis dilakukan dengan cara siswa
berdiskusi dengan teman-teman kelompoknya untuk menjawab pertanyaan
yang telah mereka buat sebelumnya sesuai dengan pengetahuan yang mereka
miliki; d. tahap mengumpulkan data dengan melakukan percobaan secara
berkelompok; e. tahap menguji hipotesis dilakukan dengan
membandingkan jawaban sementara dengan jawaban hasil percobaan melalui
tabel perbandingan, kemudian mencari persamaan antara kedua jawaban
tersebut sebagai hipotesis yang diterima; dan f. tahap menentukan pilihan
penyelesaian dilakukan dengan cara berdiskusi dengan semua kelompok
untuk menetukan penyelesaian masalah yang tepat diantara penyelesaian
yang telah dikemukakan setiap kelompok sebelumnya.
2. Melalui implementasi Problem Based Learning serta modifikasi LKS dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V. Peningkatan
kemampuan berpikir kritis yang terjadi adalah indikator sebagai berikut:
96
siswa mampu melaporkan hasil pengamatan dari percobaan yang telah
dilakukan; siswa mampu membandingkan hipotesis yang telah dibuat dengan
hasil percobaan yang telah mereka lakukan; dan siswa mampu membuat
kesimpulan hipotesis mana yang dapat diterima dan mana hipotesis yang
ditolak.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan maka berikut ini dikemukakan saran yang
diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, khususnya dalam menerapkan dan
mengembangkan model Problem Based Learning.
1. Bagi Guru
Berdasarkan hasil penelitian, siswa menunjukan adanya peningkatan pada
beberapa indikator berpikir kritis, hal ini berarti bila guru menggunakan suatu
pendekatan, model, atau metode yang tepat dan sesuai dengan konten
pembelajaran akan memunculkan kemampuan-kemampuan siswa yang selama
ini terpendam. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran alangkah baiknya bila
guru mau berinovasi dan terus menggali berbagai macam seni membelajarkan
suatu materi pembelajaran kepada siswa.
2. Bagi Sekolah
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menbembangkan kurikulum di
sekolah sehingga implementasi PBL dapat digunakan pada beberapa mata
pelajaran yang memiliki kaitan yang erat dengan permasalahan nyata sehingga
siswa dapat memiliki kemampuan pemecahan masalah dan tidak hanya sekedar
mengetahui sebuah pengetahuan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini mengimplementasikan model PBL dalam pembelajaran IPA
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN 2
Suntenjaya. Untuk itu, peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya yang
menggunakan model PBL sebagai bahan penelitiannya agar mampu
berharap peneliti selanjutnya dapat membuat modifikasi LKS lanjutan yang akan
lebih memudahkan siswa untuk mengerti dan melaksanakan setiap tahapan dalam
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. T. (2013). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning : Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta : Kencana.
Arends, Richard I. (2008). Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Arikunto, et al. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Eggen dan Kauchak. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta : Indeks.
Fisher, Alec. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Harisanti, Winda. (2014). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam Mata Pelajaran IPS Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Kota Bandung Kelas VIII-B. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FPIPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran : Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Jufri, A. W. (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung : Pustaka Reka Cipta.
Kusumah dan Dwitagama. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Indeks.
Putra, S. R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta : Diva Press.
Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers.
Rusmono. (2014). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Sanjaya, Wina. (2013). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Santoso, S. (2005). SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elek Media Komputindo.
Sidik, Eki Permana. (2010). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran PKn Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 7 Bandung.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.