Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KONTRASTIVITAS MAKNA KATA KOWAI DAN OSOROSHII DALAM BAHASA JEPANG DENGAN KATA TAKUT DALAM BAHASA INDONESIA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang
Oleh
Reny Rahmalina 1107279
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG SEKOLAH PASCASARJANA
▸ Baca selengkapnya: kata rasila bersinonim dengan kata…
(2)Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KONTRASTIVITAS MAKNA KATA KOWAI DAN OSOROSHII DALAM BAHASA JEPANG DENGAN KATA TAKUT DALAM BAHASA INDONESIA
Oleh Reny Rahmalina S.S UNAND Padang, 2010
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang
© Reny Rahmalina 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Reny Rahmalina (2014). Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Penelitian ini adalah penelitian kontrastif dengan topik ‘Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia’. Penelitian ini mengkolaborasikan teori semantik leksikal dan teori perbandingan komponen emosi dalam ilmu Psikologi. Penelitian ini bertujuan menemukan persamaan dan perbedaan makna antara kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia, baik dalam tataran konsep maupun praktik berbahasa. Oleh karena itu, kegiatan yang dilakukan adalah menentukan komponen-komponen makna yang dimiliki oleh kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia. Komponen makna di sini yaitu anteseden, penilaian, pengalaman subjektif, dan ekspresi emosi. Selajutnya, mengumpulkan kalimat-kalimat yang mengandung kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia kemudian dilakukan analisis konteks kalimat yang bertujuan untuk mencari dalam konteks seperti apa sajakah kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia tersebut dipakai oleh penutur masing-masing bahasa. Tahap berikutnya ialah komponen-komponen yang berhasil ditentukan dicatat dan disusun kembali dalam sebuah tabel untuk memudahkan tahap pengkontrasan makna. Terakhir adalah mengkontraskan makna kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia. Kontras makna menghasilkan persamaan dan perbedaan makna di antara kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia. Secara umum makna kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia adalah sama yakni bahwa ‘takut’ merupakan reaksi spontan seseorang terhadap reaksi negatif dari luar. Persamaan konsep ini berimplikasi pada persamaan makna yang dimiliki keduanya, yaitu bahwa kata kowai/osoroshii dan takut adalah ‘perasaan tidak tenang, gelisah, dan cemas sebab adanya suatu kondisi yang dapat membahayakan dan merugikan diri’. Perbedaan antara kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia ialah pada situasi yang melibatkan kesadaran hati nurani yang dapat diwujudkan dengan rasa kepatuhan kepada Tuhan YME, sedangkan salah satu pemicu kowai dan osoroshii bagi penutur bahasa Jepang adalah situasi yang melibatkan interaksi dengan pihak lain, Perbedaan konsep tersebut lahir karena perbedaan latar belakang budaya di antara kedua penutur bahasa.
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
B. Rumusan dan Batasan Masalah...4
C. Tujuan Penelitian ...5
D. Manfaat Penelitian...5
E. Struktur Organisasi Tesis...5
BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Kontrastif...7
1. Prinsip-prinsip Dasar Analisis Kontrastif ...9
2. Manfaat Analisis Kontrastif ...10
B. Kata ...12
1. Makna Kata dan Studi Makna...12
2. Relasi Makna...17
2. Model Komponensial pada Emosi...32
D.Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam bahasa Jepang...35
1. Pengertian Kata Kowai...36
2. Pengertian Kata Osoroshii...41
3. Persamaan dan Perbedaan kata Kowai dan Osoroshii...45
E. Makna Kata Takut dalam Bahasa Indonesia...46
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian...51
B. Sumber Data...51
C. Metode Analisis Data...52
D. Mekanisme Kerja Teori dalam Mencermati Makna...54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengantar...57
B. Analisis Komponen Makna kata Kowai dan Osoroshii dalam bahasa Jepang...58
1. Analisis Komponen Makna kata Kowai dalam bahasa Jepang...58
2. Analisis Komponen Makna kata Osoroshii dalam bahasa Jepang...69
C. Analisis Komponen Makna Kata Takut dalam Bahasa Indonesia...80
D. Kontras Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia...96
1. Kontras Makna antara Kata Kowai dan Takut...97
2. Kontras Makna antara Kata Osoroshii dan Takut...99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...103
B. Saran...104
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam Etnopsikologi, konsep awal emosi adalah bahwa emosi lahir
sebagai bahasa manusia, yaitu semacam cara atau alat yang dipakai untuk
menyatakan niat atau keinginan manusia, aksi atau tindakan, serta relasi sosial
yang dijalaninya (Lutz dan White, 1986). Levy (Lutz dan White, 1986)
menambahkan bahwa emosi berperan sebagai cerminan kepekaan manusia
terhadap interaksi sosial disekitarnya. Ilmu linguistik memandang emosi
sebagai suatu cara manusia merefleksikan dunia dalam kesadarannya, yang
menunjukkan pengalaman-pengalaman mental, perasaan, maupun kekacauan
(Shumeiko, 2011).
Salah satu cara manusia bereaksi atas pengalaman-pengalaman mental
dan perasaannya yaitu dengan cara mengkonsepsikan hal-hal tersebut ke dalam
kosakata emosi (emotion words/affective words). Kosakata emosi adalah salah
satu bentuk komunikasi verbal emosi. Wierzbicka (1999: 32) menyatakan
bahwa kosakata emosi merefleksikan sikap budaya yang didalamnya
terkandung nilai-nilai, cara berpikir, serta kerangka referensi atas realitas sosial
dan lingkungan di mana mereka berada. Misalnya, dalam masyarakat Jawa
seseorang akan menunduk karena merasa malu telah melakukan kesalahan.
Namun, dalam budaya Arab, mendongakkan kepala ke atas seakan-akan
memohon ampun pada yang kuasa adalah respon wajar bagi seseorang yang
malu sebab ketahuan berbuat salah.
Dalam studi Linguistik, penelitian tentang komunikasi verbal emosi
dilakukan melalui dua cara, yaitu: 1) analisis semantis, terutama tentang
leksikon emosi, dan 2) praktik komunikasi emosi dalam konteks sosial (Lutz
dan White, 1986: 423). Hal itu dijelaskan juga lewat dua hal yang biasa dikaji
dalam linguistik yaitu, melihat makna kata dari sudut pandang dunia (berupa
2
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kata dari relasi sintagmatisnya dengan unsur-unsur lain pada saat dipakai dalam
kalimat (Shumeiko, 2011).
Berdasarkan kamus ungkapan yang mengatakan emosi atau 感情表現辞
典 ‘Kanjou Hyougen Jiten’ 中 村 明 著 東 京 堂 山 版 1993 terdapat
sepuluh buah jenis kategori emosi. Kategori emosi tersebut, ialah:
Tabel 1.1
mempelajari bahasa asing (bahasa Jepang), bahasa Indonesia ialah bahasa yang
sudah dipelajari dan dikuasai sejak dini dianggap sebagai bahasa Ibu (B1) dan
bahasa asing (bahasa Jepang) dianggap sebagai B2. Sebagai bahasa asing,
bahasa Jepang tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan dengan bahasa
Indonesia. Persamaan yang terdapat pada B1 dan B2, akan memudahkan
seseorang untuk mempelajari B2, sedangkan perbedaan yang terdapat pada B1
dan B2 justru memungkinkan terjadinya transfer negatif. Transfer negatif
tersebut terjadi sebagai akibat penggunaan sistem yang berbeda antara B1 dan
3
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bahasa Jepang dan bahasa Indonesia bukan merupakan bahasa yang
serumpun, maka salah satu alternatif untuk melakukan penelitian antara kedua
bahasa ini ialah dengan menggunakan metode analisis kontrastif antara bahasa
Jepang dan bahasa Indonesia. Dalam hal ini peneliti akan melakukan penelitian
yang berhubungan dengan salah satu kategori emosi yakni emosi takut (kowai
kanjou). Peneliti hanya memilih kata kowai dan osoroshii yang berada pada
kelas kata yakni adjektiva untuk mewakili kowai kanjou ‘emosi takut’. Kata
kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang memiliki arti ‘takut’ jika
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia tetapi adjektiva kowai dan osoroshii
tidak selamanya dapat digunakan dalam konteks kalimat yang sama di dalam
bahasa Indonesia. Begitu juga dengan adjektiva ‘takut’ dalam bahasa Indonesia
tidak selamanya dapat diterjemahkan menjadi kowai ataupun osoroshii dalam
bahasa Jepang. Hal ini yang terkadang menimbulkan kesalahan khususnya
dalam bidang penerjemahan dan penggunaan kata yang tepat ketika membuat
suatu kalimat.
Salah satu kesalahan yang dilakukan pembelajar bahasa Jepang ialah
akibat dari transfer negatif, misalnya penggunaan kata kowai dan osoroshii.
Kedua kata tersebut dalam bahasa Jepang merupakan persamaan kata atau
ruigigo. Ruigigo merupakan sebutan untuk beberapa kata yang memiliki bunyi
ucapan yang berbeda namun memiliki makna yang sangat mirip (Sudjianto dan
Ahmad: 2004). Dalam bahasa Indonesia kowai dan osoroshii berarti ‘takut’.
Akan tetapi sebenarnya tidak selamanya kowai dan osoroshii dapat diartikan
‘takut’. Pernyataan di atas, didukung oleh kalimat di bawah ini, yakni:
(1) 私 へび こわい (Tokugawa, 1972)
私 へび 恐 い
(2) 恐 い目 あう (Makoto, 2003)
こわい目 あう
Jika diperhatikan kedua contoh di atas, penggunaan kata kowai dan
osoroshii tidak selamanya dapat menggantikan, meskipun kedua kata ini
memiliki arti yang sama yakni ‘takut’. Hal ini dikarenakan ada hal-hal tertentu
4
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kowai pada kalimat pertama bersifat lebih subjektif, maksudnya hanya
sebagian orang saja yang takut terhadap ular. Oleh karena itu penggunaan kata
osoroshii tidak tepat pada kalimat pertama.
Begitu juga sebaliknya pada kalimat kedua, penggunaan kata osoroshii
lebih universal dan objektif, maksudnya kebanyakan orang akan merasa takut
jika melihat tatapan mata yang menakutkan. Oleh karena itu, penggunaan kata
kowai tidak tepat digunakan pada kalimat kedua. Jika diartikan ke dalam
bahasa Indonesia, makna kata kowai dan osoroshii dapat dipadankan dengan
kata takut ataupun ngeri. Hal ini tergantung pada konteks kalimat.
Agar tidak terjadi kesalahan seperti yang peneliti sampaikan,
pembelajar terlebih dahulu perlu memahami dengan baik bagaimana
penggunaan kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang, serta bagaimana
penggunaan ‘takut’ dalam bahasa Indonesia. Selain itu, untuk menjawab
permasalahan tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan
menggunakan motode kontrastif, melalui metode ini akan diperoleh persamaan
serta perbedaan antara B1 dan B2 sehingga selanjutnya diharapkan dapat
membantu mengatasi kesulitan dalam mempelajari B2, yakni bahasa Jepang.
Oleh karena itu, penelitian memfokuskan kajian ini mengenai Kontrastivitas
Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata
Takut dalam Bahasa Indonesia.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka rumusan
masalah yang dikaji dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. apa persamaan kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan
kata ’takut’ dalam bahasa Indonesia?;
2. apa perbedaan kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan
kata ’takut’ dalam bahasa Indonesia?; dan
3. dalam konteks kalimat seperti apa kata kowai dan osoroshii dalam bahasa
5
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sedangkan untuk batasan masalahnya, peneliti hanya meneliti
persamaan dan perbedaan kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang
dengan kata ’takut’ dalam bahasa Indonesia dari segi makna, serta konteks
munculnya kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dan kata ’takut’
dalam bahasa Indonesia yang berada pada kalimat.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
pada penelitian ini adalah menjawab seluruh permasalahan yang telah
dirumuskan. Sedangkan tujuan khususnya ialah:
1. untuk mengetahui persamaan kata kowai dan osoroshii dalam bahasa
Jepang dan kata ’takut’ dalam bahasa Indonesia; dan
2. untuk mengetahui perbedaan kata kowai dan osoroshii dalam bahasa
Jepang dengan kata ’takut’ dalam bahasa Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Setalah diketahui tujuannya, penelitipun mengharapkan manfaat dari
penelitian ini. Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. dapat menjadi bahan referensi bagi pembelajar bahasa Jepang;
2. dapat dijadikan masukan bagi pengajar bahasa Jepang sebagai bahan
pengayaan dalam mengajar bahasa Jepang khususnya mata kuliah
Honyaku dan Sakubun; dan
3. dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.
E. Struktur Organisasi Tesis
Bab I merupakan bab pendahuluan, pada bab ini peneliti menjelaskan
latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian serta struktur organisasi tesis.
Bab II ialah kajian pustaka, yang menguraikan tentang analisis
kontrastif, sinonim (ruigigo), makna kata dan studi makna, analisis komponen
6
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan komponensial pada emosi. Selanjutnya, akan dijabarkan mengenai makna
kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang, dan kata ‘takut’ serta
persamaan dan perbedaan kata kowai dan osoroshii. Selain itu, peneliti juga
mencantumkan penelitian terdahulu mengenai emosi.
Bab III merupakan bab metode penelitian, terdapat pengertian metode
penelitian, instrumen dan sumber data penelitian, serta teknik pengolahan data
yang terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan dan
mencantumkan mekanisme cara kerja teori dalam menganalisis data.
Bab IV merupakan bab hasil penelitian dan pembahasan, pada bab ini
peneliti menyebutkan kembali makna kata kowai dan osoroshii, serta kata
‘takut’ dilihat dari makna dan penggunaannya dalam kalimat, menyajikannya pada tabel dan melakukan pengontrasan makna kata kowai dan osoroshii
dengan kata takut.
Bab V ialah bab kesimpulan dan saran. Pada bagian ini akan disajikan
penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian
dengan cara uraian padat. Saran atau rekomendasi ditujukan kepada para
pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian dan kepada peneliti
52
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Creswell (2010:
4-5), metode ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan memaknai segala sesuatu yang
dianggap berasal dari masalah-masalah sosial atau kemanusiaan. Fenomena emosi
atau perasaan hati adalah bagian dari pengalaman hidup manusia. Adanya
pengalaman yang berbeda-beda oleh masing-masing kelompok budaya
(masyarakat) menyebabkan pemaknaan emosi juga bisa berlainan. Sesuai tujuan
penelitian, yaitu menemukan persamaan dan perbedaan makna kata kowai dan
osoroshii dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia, maka
penulis memilih metode kualitatif sebagai metode yang dinilai sesuai. Dengan
metode tersebut, data-data penelitian, baik berupa susunan kalimat-kalimat, dapat
digali lebih dalam untuk mendapat pemaknaan kata kowai dan osoroshii dalam
bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia.
B.Sumber Data
Nida (1975: 172-173) menjelaskan beberapa manfaat kamus dalam studi
makna. Pertama, kamus sangat membantu dalam proses analisis makna karena
secara umum kamus memuat keseluruhan makna semantis, menyediakan
konteks-konteks ilustratif untuk menjelaskan makna suatu lema, terkadang memuat
perbedaan sintaksis dalam hal pemakaian lema, memberikan data historis tentang
makna-makna yang berkaitan, juga memuat makna-makna figuratif dan idiomatis.
Kedua, kamus menyediakan informasi tentang kata-kata (lema) yang dianggap
bersinonim ataupun berantonim. Dengan mengacu pada manfaat kamus seperti
dikemukakan Nida di atas, beberapa kamus akan dipakai sebagai sumber data.
Unit data dalam penelitian ini ada dua jenis. Unit data pertama yaitu unit
data berupa makna kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan makna
53
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
relevan. Adapun kamus-kamus yang digunakan untuk menemukan makna dari
kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang ialah kamus Gendai Keiyoushi
Youhou Jiten (1991), Tsukaikata no Wakaru Ruigo Reikai Jiten (2003), Gakken
Shougaku Kokugo Jiten (1990), Ruigo Daijiten (2002), Nihongo Daijiten (1995),
Koutagu Ishawaei Jiten (1976), dan Ruigigo Jiten (1972). Sedangkan untuk
menemukan makna dari kata takut dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1997), Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008),
Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001).
Unit data kedua yaitu berupa kalimat-kalimat yang memuat satuan leksikal
bermakna takut di dalamnya. Data kalimat dipakai untuk melihat konteks-konteks
seperti apa sajakah yang memakai kosakata emosi takut. Jenis data kedua ini
diambil dari beberapa tulisan dalam surat kabar, majalah, maupun portal berita,
yang kesemuanya dipublikasikan secara digital (online). Data kalimat bahasa
Indonesia diambil dari Kompas online, dan Nova online; sedangkan data kalimat
bahasa Jepang diambil dari Yomiuri online dan s-woman.net, yakni sebuah
portal media yang didalamnya memuat beberapa majalah yang berada di bawah
naungan satu penerbit yang sama. Selanjutnya, untuk mempermudah klasifikasi
data, setiap data kalimat akan diberi kode berupa huruf dan nomor sesuai tanggal
pemuatannya di media online. Misalnya, data kalimat dari Kompasnews yang
dimuat pada tanggal 12 Maret 2013 akan diberikode ‘K-120313’. Kode ‘N’ untuk Nova online, ‘YO’ untuk Yomiuri online, dan ‘SW’ untuk s-women.net.
C.Metode Analisis Data
Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini
dikelompokkan ke dalam empat tahap. Pertama, menentukan
komponen-komponen makna yang dimiliki oleh kata kowai dan osoroshii dalam bahasa
Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia. Komponen makna di sini yaitu
anteseden, penilaian, pengalaman subjektif, dan ekspresi emosi. Setelah
komponen makna ditemukan, komponen tersebut dikelompokkan berdasarkan
dimensi semantis yang juga sama dengan pengelompokan berdasarkan jenis
54
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Komponen-komponen makna dapat diambil dari definisi satuan leksikal
yang tertulis sebagai lema dalam kamus maupun dari literatur yang relevan
Sebagai ilustrasi, kata takut memiliki komponen makna [BERBUAT SALAH],
[KEGAGALAN], serta [MELAKUKAN TINDAKAN YANG TIDAK SESUAI
ETIKET/KEBIASAAN] yang mengisi dimensi semantis Anteseden Emosi;
komponen [DIAM], [MENUNDUK], [MENUTUP WAJAH DENGAN TANGAN]
mengisi dimensi semantis Ekspresi Emosi. Sebuah komponen makna, misalnya
[SIKAP], dapat juga diuraikan ke dalam komponen-komponen makna, seperti:
[DIAM] atau [PERGI/MENGHINDAR].
Kedua, mengumpulkan kalimat-kalimat yang mengandung kata kowai dan
osoroshii dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia
kemudian dilakukan analisis konteks kalimat yang bertujuan untuk mencari dalam
konteks seperti apa sajakah kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan
kata takut dalam bahasa Indonesia tersebut dipakai oleh penutur masing-masing
bahasa. Selain itu, analisis kalimat juga dapat berfungsi untuk menemukan
komponen-komponen makna lainnya yang mungkin dapat ditemukan, misalnya
komponen [ANTESEDEN BERASAL DARI DIRI/EGO] Langkah pertama dan kedua
tersebut dilakukan untuk kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan
kata takut dalam bahasa Indonesia. Khusus untuk bahasa Jepang, penulis akan
mewawancarai beberapa informan untuk mengkonfirmasi data sekaligus
mendapatkan informasi lebih jauh mengenai pengalaman kata kowai dan
osoroshii yang dirasakan orang Jepang.
Ketiga, komponen-komponen yang berhasil ditentukan dicatat dan disusun
kembali dalam sebuah tabel untuk memudahkan tahap pengkontrasan makna.
Keempat, mengkontraskan makna kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang
dengan kata takut dalam bahasa Indonesia. Pengkontrasan ini bertujuan untuk
mencari komponen-komponen yang sama ataupun berbeda. Jika ditemukan
perbedaan, misalnya dalam hal anteseden emosi, pengalaman subjektif, penilaian
(evaluasi), dan ekspresi emosi, maka perbedaan tersebut akan dianalisis lebih jauh
dengan mempertimbangkan persamaan dan perbedaan latar belakang budaya
55
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengungkapkan adanya persamaan dan perbedaan makna kata kowai dan
osoroshii dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia.
D. Mekanisme Kerja Teori dalam Mencermati Makna
1. Metode Perbandingan Komponen Emosi dan Komponen Makna
Kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam
bahasa Indonesia merupakan bagian dari kosakata emosi yakni emosi takut.
Diantara beberapa variasi komponen emosi yang dikemukakan para ahli seperti
Mesquita, Frijda, dan Scherer (2002) serta Matsumoto dan Juang (2008), ada
enam komponen emosi yang sama dan selalu disebutkan, yaitu: 1) anteseden
emosi, 2) penilaian, 3) pengalaman emosional yang bersifat subjektif, 4)
perubahan fisiologis, 5) kesiapan aksi (kecenderungan perilaku dan tindakan
dalam menanggapi emosi), dan 6) regulasi emosi (kecenderungan tindakan). Akan
tetapi, dalam penelitian ini mengabaikan dua komponen, yaitu perubahan
fisiologis dan regulasi emosi. Pembatasan tersebut dilakukan dengan dua alasan.
Pertama, para ahli psikologi umumnya mengukur perubahan fisiologis dengan
cara memanfaatkan responden untuk mempraktikkan ekspresi wajah yang biasa
mereka alami ketika merasakan emosi tertentu. Karena praktek seperti itu sulit
dilakukan dalam kajian makna kosakata emosi, sehingga diabaikan dalam
penelitian ini. Kedua, berdasarkan pengertian tentang regulasi emosi (regulasi
yaitu: pengendalian emosi pada situasi tertentu terutama jika emosi yang muncul
lebih ringan juga dapat diartikan sebagai respon fisiologis maupun ekspresi emosi
ketika seseorang mengalami emosi dalam intensitas tertentu (Hude, 2006: 45),
penulis berpendapat bahwa hal itu sudah tercakup dalam komponen ekspresi
emosi dan penilaian. Berikut adalah definisi keempat komponen emosi tersebut
menurut Mesquita, Frijda, dan Scherer (2002: 269-283).
(1) Anteseden emosi, yakni stimulus yang berupa suatu hal, peristiwa, atau situasi
yang menjadi penyebab timbulnya emosi. Misalnya, ketika menerima pujian
dari orang lain, maka subjek (orang yang mengalami emosi) akan merasa
56
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(2) Penilaian, yakni evaluasi kognitif terhadap situasi atau peristiwa pemicu emosi.
Proses penilaian berlangsung otomatis dan dilakukan secara tidak sadar.
Komponen penilaian meliputi evaluasi otomatis dengan memperhatikan
beberapa dimensi, yaitu: (1) kebaruan/familiar, rasa menyenangkan/tidak,
rasa yang tidak menentu/tertentu, persepsi atas hambatan yang ada, tentang
terkontrol/tidak, tentang pembawa emosi (agen) (manusia/bukan, diri sendiri
atau orang lain; perubahan harga diri (bertambah/berkurang), kemungkinan
adanya pujian, kecaman, atau tertawaan oleh orang lain sehingga mungkin
bisa menaikkan atau menurunkan status; dan penilaian terhadap nilai atau
kesesuaian tentang apa yang sudah terjadi (norm compatibility). Perbedaan
pola penilaian diasumsikan merujuk pada emosi yang berbeda pula (Frijda,
Mesquita, dan Scherer, 2002: 274). Misalnya, pujian dari seseorang dinilai
sebagai sebuah penghargaan dari orang lain kepada subjek atas keberhasilan
yang telah dicapai subjek.
(3) Pengalaman subjektif, yaitu pengalaman emosional seseorang atas emosi
tertentu (senang-tidak senang; seru-membosankan, dan sebagainya). Menurut
sejumlah teori, komponen ini hanya dapat ditunjukkan dengan kata-kata
emosi yang sesuai/cocok (Frijda, Mesquita, dan Scherer, 2002: 273).
Misalnya, seseorang yang merasakan rikuh memiliki pengalaman subjektif
berupa perasaan-perasaan seperti: tidak enak, malu-malu, canggung, yang
mana malu-malu dan canggung adalah kata-kata emosi juga.
(4) Kesiapan aksi, yaitu ekspresi emosional berupa sikap dan tingkah laku subjek
ketika menanggapi emosi yang dirasakannya. Beberapa kesiapan aksi yang
utama, seperti: kecenderungan mendekat (pelibatan), menarik diri dan
menghindar, penolakan, mencari bantuan, bermusuhan, memutuskan
hubungan, dominansi, dan sikap tunduk. Kecenderungan sikap mendekat
biasa terjadi pada emosi-emosi menyenangkan, seperti: senang, gembira,
cinta; sedangkan sikap menarik diri lazim terjadi pada emosi-emosi yang
tidak mengenakkan, seperti malu, marah, benci (Hude, 2006: 52).
Keempat komponen emosi yang diambil dari teori psikologi tersebut
57
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
salah satu teori dalam linguistik, khususnya semantik leksikal). Pendapat tersebut
didasarkan pada teori analisis komponen makna oleh Nida (1975: 163) yang
menyebutkan bahwa salah satu tahap dalam menganalisis makna, khususnya
makna suatu entitas yang abstrak, yaitu menentukan jangkauan objek atau
peristiwa yang berkaitan dengan makna yang dimaksud oleh entitas tersebut.
Emosi sebagai entitas abstrak juga memiliki komponen-komponen emosi
berupa peristiwa pemicu emosi, evaluasi kognitif, pengalaman subjektif, dan
ekspresi emosi. Dengan menganalisis keempat komponen emosi tersebut, secara
tidak langsung berarti melakukan tahap penentuan jangkauan makna kosakata
emosi, seperti yang dimaksud Nida di atas.
Untuk analisis makna kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang, Nida
merekomendasikan tiga prosedur, yaitu: 1) analisis pemakaian kata dalam konteks,
2) meminta bantuan informan untuk mendapatkan penjelasan langsung dengan
teknik tertentu, dan 3) memanfaatkan definisi atau penjelasan dari kamus-kamus
yang relevan. Analisis makna untuk kata takut dalam bahasa Indonesia ialah
dengan mencari konteks sesuai dengan makna yang dikandung oleh kosakata yang
103
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang diperoleh selama penelitian dapat diambil
kesimpulan secara umum bahwa pengontasan antara kata kowai dan osoroshii
dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia memiliki banyak
kesamaan.
Secara lebih khusus, kesimpulan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. kontras makna antara kata kowai dan osoroshii dalam bahasa Jepang
dengan kata takut dalam bahasa Indonesia menunjukkan persamaan dan
perbedaan makna yang dipengaruhi oleh persamaan dan perbedaan konsep. Kedua kata tersebut memiliki kesamaan konsep, yakni bahwa ‘takut’ merupakan reaksi spontan seseorang terhadap reaksi negatif dari luar;
2. adapun perbedaan konsep yang ditemukan adalah, bahwa salah satu
pemicu kata takut bagi penutur bahasa Indonesia adalah situasi yang
melibatkan kesadaran hati nurani yang dapat diwujudkan dengan rasa
kepatuhan kepada Tuhan YME, sedangkan salah satu pemicu
kowai/osoroshii bagi penutur bahasa Jepang adalah situasi yang
melibatkan interaksi dengan pihak lain, Perbedaan konsep tersebut lahir
karena perbedaan latar belakang budaya di antara kedua penutur bahasa;
3. secara umum kata kowai/osoroshii dan takut muncul pada saat seseorang
merasakan perasaan tidak tenang, gelisah, dan cemas sebab adanya suatu
104
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B.SARAN
Hasil penelitian memberikan gambaran kepada semua pihak, baik pihak
penutur bahasa Indonesia yang sedang mempelajar bahasa Jepang, maupun
pembelajar bahasa Indonesia. Namun, penelitian ini tidaklah mudah, yang sangat
penting ialah ketepatan dalam mencarmati komponen makna, karena akan
mempengaruhi ketepatan setiap makna. Untuk itu beberapa saran yang kiranya
bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:
1. menggunakan analisis kontrastif dapat digunakan sebagai tambahan variasi
pembelajaran untuk lebih memahami bahasa asing;
2. sebagai studi pendahuluan hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman
untuk memahami pengontrasan penggunaan kata kowai dan osoroshii
dalam bahasa Jepang dengan kata takut dalam bahasa Indonesia;
3. disarankan pada penelitian berikutnya, agar dapat menemukan makna
105
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Berry, John W., Ype H. Poortinga, Marshall H. Segall, Pierre R. Dasen. (2011). Cross Cultural Psychology: Research and Applications (3rd edition). Cambridge: Cambridge University Press.
Badudu, J.S dan Muhammad Zain. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama
Bujinami, Makotoazamu. (2003). 使い方の分かる類語例辞典.Shohakukan: Japan
Chaer, Abdul. (1995). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Chaniago, Y.S. Amran. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (dilengkapi dengan singkatan umum). Bandung: Pustaka Setia
Cruse, D. Alan. (2004). Meaning in Language: An Introduction to Semantics and Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat (Cetakan Ketiga). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Goddard, Cliff. (1997). “The Social Emotion of Malay (Bahasa Melayu) dalam Ethos Vol 24 No. 3. Diunduh dari http://www.jstor.org/stable/640479.
Halliday. M.A.K. (1970). The Linguistic Sciences and Language Teaching. Blomington: Indiana University Press
Hida, Yoshi dan Hideko Asada. (1971). 現代形容詞用法辞典.東京堂出版
Kindaichi, Haruhikokanshuu. 金国学交図書館. 学研小学国語辞典:日本
Lado, Robert. (1995). Linguistik diberbagai Budaya Linguistik terapan untuk Guru Bahasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
106
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
___________________. 1976. Japanese Patterns of Behavior. Honolulu: University of Hawaii Press. Lutz, Catherine., White, Geoffre
Lutz, Catherine., White, Geoffrey M. (1986). “The Anthropology of Emotions” dalam Annual Review of Anthropology (Volume 15, hal. 405-436).
Lyons, John. (1977). Semantics (Volume 1). Cambridge: Cambridge University Press.
Markam, Suprapti S., Tri Iswardani A., Saparinah Sadili. (1992). “Leksikon dan Taksonomi Emosi” dalam Bambang Kaswanti Purwo (Ed.) PELLBA 5. Jakarta: Kanisius.
Matsumoto, David. Juang, Linda. (2008). Culture and Psychology (fourth edition). Canada: Thomson Wadsworth.
Matsumura, Akira. (1995). Nihongo Daijiten (2nd edition). Tokyo: Kodansha.
Mesquita, Batja., Nico H. Frijda, Klaus R. Scherer. (2002). “Culture and Emotion” dalam Handbook of Cross-cultural Psychology: Basic Process and human development. Berry, John W., Segall, Marshall H., Kagitcibasi, Cigdem (eds.). Boston: Allyn and Bacon.
Nida E. A. (1975). Componential Analysis of Meaning. The Hague: Mouton Publishers
Nokan Shoichi. (1976).講類社和英辞典 Japan
Parera, J.D. (1997). Linguistik Edukasional. Jakarta: Erlangga.
Pateda, Mansoer. (1990). Linguistik Sebuah Pengantar. Bandung: Angkasa.
______________. (2001). Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta
107
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rusch, Craigh D. (2004). “Cross Cultural Variability of the Semantic Domain of Emotion Terms: An Examination of English Shame and Embarrass with Japanese Hazukashii” dalam Cross-Cultural Research Vol. 38 hal. 236-248. readings/Shaver/Indonesian emo lexicon 2001 pdf.
Russel, James A. (1991). “Culture and the Categorization of Emotion” dalam Psychological Bulletin Vol. 10, No. 3.
Shibata Takeshii dan Yamada Susumu類語大辞典.(2002).Kodansha. Japan
Shumeiko, O. (2011). “Semantics of Lexical Unit that Denote Negative Emotions in Modern American English” dalam The Advance Science Journal. diunduh dari http://advancedscience.org/2011/1/2011-01-01-007.pdf
Shaver, Philips., Murdaya, Upekha., Fraley, RC. (2001). “Structure of the Indonesian Emotion Lexicon” dalam Asian Journal of Social Psychology 4, hal. 201-224.
Diunduh dari http://socrates.berkeley.edu/~boblev/images/affective science
Soedjito. (1989). Sinonim. Bandung: Sinar Baru.
Sudjianto dan Dahidi, Ahmad. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Bekasi: Kesaint Blanc
Surayin. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya
Sutedi, Dedi. (2003). Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora
___________. (2004). Pengantar Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: FPBS-UPI
___________. (2011). Pengantar Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: FPBS-UPI
Tarigan, Henry Guntur. (1990). Pengajaran Remedi Bahasa. Bandung: Angkasa
108
Reny Rahmalina, 2014
Kontrastivitas Makna Kata Kowai dan Osoroshii dalam Bahasa Jepang dengan Kata Takut dalam Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tokugawa, Munemasa dan Tatou Miyazima. (1972). 類義語事典. Tokyo
Torii, Kouei. (2011). Anxiety, concern, worry の対照意味 分析. Fukushima National Collage of Technology: NII-Electronic Library Service.
Wierzbicka, Anna.. (1997). Understanding Cultures Through Their Key Words. Oxford: Oxford University Press.
_______________. (1999). Emotions Accross Language and Culture. Cambridge: Cambridge University Press.
Widhiarso, Wahyu. (2002). “A Caution on Emotion Words Translation on Different Cultures”. Diunduh dari
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1505307
感情表現辞典. (1993). 中村明著 東京堂山版. Tokyo, diunduh dari