• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN BERNYANYI UNTUK MENINGKATKAN ARTIKULASI BICARA ANAK AUTIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN BERNYANYI UNTUK MENINGKATKAN ARTIKULASI BICARA ANAK AUTIS."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MODEL PEMBELAJARAN BERNYANYI UNTUK

MENINGKATKAN ARTIKULASI BICARA ANAK AUTIS

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Seni Konsentrasi Pendidikan Seni Musik

Oleh:

Heidy Claudia, S.Pd

1101123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model Pembelajaran Bernyanyi

untuk Meningkatkan Artikulasi

Bicara Anak Autis

Oleh Heidy Claudia

S.Pd Universitas Negeri Jakarta, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia

© Heidy Claudia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Heidy Claudia, 2013

(4)

vi

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

MODEL PEMBELAJARAN BERNYANYI UNTUK MENINGKATKAN ARTIKULASI BICARA ANAK AUTIS

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan artikulasi bicara anak autis yang memiliki hambatan dalam berkomunikasi. Penelitian Action Research melibatkan seorang anak autis yang mengalami gangguan artikulasi berbicara bersama orang tua. Siklus yang berlangsung sebanyak tiga siklus. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan artikulasi konsonan “s” di tengah kata. Melalui kegiatan bernyanyi, subjek penelitian juga meningkat kemampuan berkomunikasi non verbal, verbal, dan interaksi sosialnya. Peningkatan kemampuan tersebut tidak lepas dari peran orang tua yang kooperatif dan peduli terhadap kemajuan anaknya.

(5)

vii

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE LEARNING MODEL OF SINGING TO IMPROVE SPEECH ARTICULATION FOR AUTISM CHILD

Autism is a kind of development disorder for children. This research is intended to increase speech articulation for an autism child who finds obstacle in communication. This Action Research involves an autism child who has disturbance in her speech articulation and her parents as the helper. Data were submitted from February 2013 until May 2013 in three cycles. The result of the research shows that there is an articulation improvement. Through singing, the subject also develops her non verbal and verbal communication, also her social interaction. Mother involvement on this program with cooperatively, have a many impact for her child progress.

(6)

viii

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C.Variabel dan Definisi Istilah ... 6

D.Hasil-Hasil Penelitian Terkait dengan Anak Autis dan Musik ... 21

(7)

ix

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F.Teknik Pengumpulan Data ... 36

2. Peningkatan Artikulasi Bicara ... 108

3. Implikasi Model Pembelajaran Bernyanyi ... 111

a. Peningkatan Kemampuan dan Motivasi Berbahasa ... 111

b. Peningkatan Kreativitas ... 112

c. Peningkatan Interaksi Sosial ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 114

A.Kesimpulan ... 114

B.Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 117

(8)

x

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 43

Tabel 4.1. Tabel Perencanaan Siklus I ... 44

Tabel 4.2. Hasil Baseline ... 48

Tabel 4.3. Siklus 1 Pertemuan 2 ... 50

Tabel 4.4. Siklus 1 Pertemuan 3 ... 52

Tabel 4.5. Siklus 1 Pertemuan 6 ... 54

Tabel 4.6. Hasil Belajar Kegiatan Bernyanyi Sehari-hari ... 55

Tabel 4.7. Hasil Siklus I ... 57

Tabel 4.8. Perbandingan Pre Test dan Post Test ... 57

Tabel 4.9. Tambahan Perbendaharaan Kata ... 57

Tabel 4.10. Hasil Wawancara dengan Orang Tua ... 59

Tabel 4.11. Tabel Perencanaan Siklus II ... 63

Tabel 4.12. Siklus 2 Pertemuan 1 ... 65

Tabel 4.13. Hasil Siklus II ... 71

Tabel 4.14. Hasil Wawancara Siklus II ... 72

Tabel 4.15. Perbandingan Hasil Siklus I dan Siklus II ... 74

Tabel 4.16. Tabel Perencanaan Siklus III ... 80

Tabel 4.17. Hasil Baseline Siklus III ... 83

Tabel 4.18. Siklus 3 Pertemuan 2 ... 84

(9)

xi

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.20. Siklus 3 Pertemuan 5 ... 88

Tabel 4.21. Hasil Post Test Siklus III ... 90

Tabel 4.22. Hasil Perbandingan Pre Test dan Post Test ... 90

Tabel 4.23. Tambahan Perbendaharaan Kata Siklus III ... 91

(10)

xii

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. The Pervasive Developmental Disorders: Autistic

Spectrum Disorders ... 9

Gambar 2.2. Keterkaitan Tiga Gangguan pada Anak Autis ... 11

Gambar 2.3. Hemisfer Kiri dan Kanan ... 15

(11)

xiii

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

(12)

xiv

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Konseptor Desain ... 121

Lampiran 2. Biodata Kolaborator ... 123

Lampiran 3. Biodata Subjek Penelitian ... 124

Lampiran 4. Persentase Peningkatan Artikulasi melalui Model Pembelajaran Bernyanyi Siklus I ... 125

Lampiran 5. Persentase Peningkatan Artikulasi melalui Model Pembelajaran Bernyanyi Siklus II ... 126

Lampiran 6. Persentase Peningkatan Artikulasi melalui Model Pembelajaran Bernyanyi Siklus III ... 127

Lampiran 7. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 128

Lampiran 8. Dokumentasi ... 129

Foto 1 ... 129

Foto 2 ... 129

Foto 3 ... 130

Foto 4 ... 130

Foto 5 ... 131

Foto 6 ... 131

Foto 7 ... 132

Foto 8 ... 132

Foto 9 ... 133

Foto 10 ... 133

Foto 11 ... 134

Foto 12 ... 134

Foto 13 ... 135

(13)

xv

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Foto 15 ... 136

Lampiran 9. Lembar Latihan Harian ... 137

Lampiran 10. Hasil Tes Diagnosis Candy ... 139

(14)

1

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, istilah autis sudah populer di dunia karena semakin banyak anak yang mengalami gejala autis ini. Peningkatan autisme ini juga terjadi di Indonesia. Menurut Sukotjo (2009) dalam artikel kesehatan masyarakat menyatakan bahwa jumlah anak autis mengalami peningkatan yang pesat. Secara global, data terbaru dari Centre for Disease Control and Prevention Amerika Serikat menyebutkan, kini 1 dari 110 anak di sana menderita autis. Angka ini naik 57 persen dari data tahun 2002 yang memperkirakan angkanya 1 dibanding 150 anak.

Autis merupakan gangguan yang dimulai dan dialami pada masa kanak-kanak (Safaria, 2005:1). Menurut Power dalam Priyatna (1989:7), anak autis memiliki enam gangguan yakni interaksi sosial, komunikasi (bahasa dan bicara), perilaku emosi, pola bermain, gangguan sensorik, dan motorik. Gejala ini tampak dari sejak lahir dan biasanya sebelum anak berusia tiga tahun.

Terjadinya perubahan susunan syaraf atau ketidakberfungsian salah satu syaraf yang ada di otak menjadi salah satu faktor utama terhambatnya berbahasa. Menurut Gardner dalam Delphie (2009: iv), berbahasa merupakan bagian yang sangat penting dalam kemampuan intelegensi manusia. Dengan bahasa kita dapat berkomunikasi dengan orang lain, dapat mengungkapkan keinginan, menjelaskan konsep, dan dapat meningkatkan kemampuan menghafal.

(15)

2

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

Berbahasa dan berkomunikasi pada anak autis sangat berbeda dengan anak seusianya. Anak autis sulit untuk berkomunikasi, baik verbal maupun non verbal. Dengan demikian, maka ada dua kesulitan untuk menggunakan bahasa, yaitu kesulitan pada bahasa reseptif dan bahasa ekspresif (Yuwono, 2009:63). Upaya untuk mengatasi kesulitan berbahasa ini adalah dengan terapi wicara.

Terapi wicara ini bertujuan untuk memperbaiki serta mengajarkan kemampuan berkomunikasi verbal dengan baik dan fungsional seperti bahasa reseptif dan ekspresif, menyebutkan kata benda dan kata kerja, serta kemampuan memulai pembicaraan (Prasetyono, 2008:207). Tahapan terapi ini adalah mendiagnosis penyebab anak kesulitan berbicara. Setelah itu akan dievaluasi untuk ditentukan kemampuan berkomunikasi pada anak.

Tahapan evaluasi ini akan menentukan kemampuan berkomunikasi anak, yaitu verbal atau non verbal. Apabila non verbal, maka akan dibantu dengan memakai alat bantu berupa gambar sehingga anak tetap dapat berkomunikasi. Sedangkan untuk anak yang verbal, akan mulai diajarkan untuk membuka mulut serta menggerakkan otot-otot di daerah wajah dan mulut. Terapis juga akan menstimulasi anak untuk mengucapkan beberapa kata sekaligus menunjukkan gambar atau benda faktual agar anak mengerti kata-kata tersebut, tidak hanya mengucapkan saja.

Peran terapi wicara ini tentu saja sangat penting untuk membantu meningkatkan berbahasa anak. Namun, kegiatan terapi ini hanya dalam waktu tertentu. Apabila tidak diulang di rumah, maka mengikuti terapi wicara ini tidak akan menunjukkan hasil yang maksimal. Peran orang tua dan anggota keluarga sangat penting karena dengan demikian anak akan mengerti bahwa melalui bahasa ia dapat berpartisipasi dan berkomunikasi dengan anggota keluarga. Selain itu, pengulangan materi dan latihan yang terus menerus tentunya akan menunjukkan peningkatan yang baik.

(16)

3

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekolah, padahal anak-anak ini butuh perhatian dan pengulangan materi saat mereka ada di rumah.

Menurut Kepala Sekolah dari sebuah Sekolah Autis di Bekasi, orang tua seakan-akan tidak peduli dengan kebutuhan anak, mereka terpaku dan terlalu menuntut bahwa sekolah harus dapat meningkatkan kemampuan anak mereka.

Pada serangkaian fenomena ini, peneliti menemukan satu keluarga yang memiliki kesadaran penuh bahwa peran mereka sangat besar dalam peningkatan anak mereka. Keluarga Ibu Irma sangat sadar dan fokus pada anak mereka, yaitu Candy, yang terdiagnosis sebagai anak autis.

Candy seorang anak yang berusia 6 tahun. Candy terdiagnosis sebagai anak autis yang tergolong pada kelompok autism dari kelompok ASD. Candy telah melakukan tes untuk melihat diagnosis penyebab autis, dan hasilnya menunjukkan bahwa Candy keracunan logam berat (lihat lampiran 10). Logam yang sangat tinggi pada diri Candy adalah timbal. Inilah yang menghambat Candy untuk belajar, berbahasa, dan berinteraksi sosial.

Ibu Irma ingin agar Candy mengalami peningkatan yang maksimal pada gangguan-gangguan yang dialami Candy sehingga ia memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus terhadap pengobatan Candy. Diet ketat pun telah dilakukan Candy dengan menjaga makanan. Suplemen dan obat juga diberikan kepada Candy agar mempercepat kesembuhan Candy. Hasil yang telah dicapai beberapa bulan diet adalah Candy sudah mau mendengar instruksi dari Ibu Irma.

Peneliti tertarik dengan Candy dan mengadakan observasi terkait dengan perkembangan bahasa Candy. Hasil dari observasi adalah Candy jarang berbicara, namun saat Candy berbicara, artikulasi dari kata-kata yang diucapkannya tidak jelas. Ketidakjelasan inilah yang menghambat Candy untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Ibu Irma menjelaskan bahwa Candy sudah mulai berbicara namun ada satu huruf yang tidak dapat diucapkan oleh Candy, yaitu konsonan “s”.

(17)

4

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Candy sangat suka bersenandung. Hal ini peneliti tanyakan kepada Ibu Irma dan ia membenarkan pertanyaan peneliti bahwa Candy sangat suka bersenandung. Candy menyanyikan semua lagu dengan pitch yang sangat tepat.

Peneliti merasa tertarik untuk menggabungkan talenta dan kekurangan Candy. Peneliti ingin memaksimalkan talenta yang dimiliki Candy untuk mengatasi gangguan yang dialaminya. Musikalitas dan ketertarikan Candy pada musik, khususnya kegiatan bernyanyi, akan digunakan untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Sebagian besar anak autis sangat tertarik dengan kegiatan bermusik. Menurut penelitian Kern dan Aldrige (2006) dalam Komaldini (2009:2), anak autis seringkali menunjukkan ketertarikan yang tinggi dan merespon positif terhadap stimulus musikal. Musik membangkitkan rasa ingin tahu, serta ketertarikan mengeksplorasi sesuatu. Menurut Djohan (2009:264), musik memiliki keunggulan yang sangat berarti bagi terjadinya suatu komunikasi non verbal. Apabila komunikasi non verbal ini berhasil, maka berbagai jenis komunikasi yang terkait dengan musik dapat disertakan.

Keunggulan musik ini dapat dikaitkan dengan model pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan bicara pada anak autis.

Anak autis yang sedang mengembangkan kemampuan bahasa sering berbicara secara monoton, bahasanya sulit ditangkap. Melalui lagu-lagu yang disusun sesuai kebutuhan, anak dapat dilatih memperlancar kemampuan bicara. Musik dapat menghapus kekurangan yang dimilikinya dan secara bertahap akan membekas sehingga anak akan terbiasa dengan suara bicara yang biasa. Bila anak lupa mengucapkan kalimat dengan benar, maka ia akan dengan cepat mengingat melalui lagu yang diingatnya (Djohan, 2009:266).

(18)

5

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ada yang menolak, oleh sebab itu maka subjek penelitian adalah anak autis yang menyukai musik.

Ada beberapa manfaat musik untuk meningkatkan pembelajaran, yaitu musik dapat menghangatkan lingkungan pembelajaran, membuat pikiran tenang dan terbuka belajar, menciptakan perasaan dan asosiasi positif dalam diri

pembelajar, menciptakan “peningkatan” di otak, mendorong pembelajaran multi

-indrawi, dan membantu mempercepat dan meningkatkan proses belajar (Meier, 2002:176).

Keunggulan musik penulis kaitkan dengan masalah yang ada pada Candy, yaitu masalah artikulasi bicara yang tidak jelas. Peneliti memakai musik sebagai model pembelajaran agar pembelajaran lebih menyenangkan dan Candy tidak merasa dipaksa untuk belajar.

Model pembelajaran ini menggunakan nyanyian sebagai kegiatan bermusik yang akan mengajarkan pada Candy untuk bernyanyi dengan menggunakan lirik. Nyanyian yang diulang-ulang tersebut akan membentuk suatu kebiasaan pada Candy sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan artikulasi bicara pada Candy. Lagu yang digunakan disesuaikan dengan kriteria lagu anak, yaitu memiliki irama dan melodi yang sederhana, bernilai edukatif, dan memiliki tema lagu yang sesuai dengan dunia anak-anak.

Penelitian ini dilaksanakan di rumah Candy yang melibatkan Ibu Irma sebagai pelaku dari model pembelajaran bernyanyi ini. Peneliti memiliki alasan untuk menjadikan Ibu Irma sebagai pelaku model pembelajaran bernyanyi ini karena peneliti melihat bahwa orang tua memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk dapat melakukan model pembelajaran ini secara terus menerus. Apabila model pembelajaran ini dilakukan di sekolah, maka guru dari tahun ke tahun akan berbeda sehingga model pembelajaran ini terhenti pada satu guru saja. Selain itu, model pembelajaran ini menuntut kontinuitas dan konsistensi pengulangan. Waktu Candy di sekolah lebih singkat daripada waktu bersama orang tua.

(19)

6

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengambil judul “Model Pembelajaran Bernyanyi untuk Meningkatkan Artikulasi

Bicara Pada Anak Autis”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada “Bagaimana peningkatan artikulasi terkait jenis-jenis gangguan artikulasi dengan menggunakan model pembelajaran bernyanyi?”. Untuk menjawab permasalahan yang telah diuraikan di latar belakang, maka dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran bernyanyi untuk meningkatkan artikulasi anak autis?

2. Bagaimana perkembangan artikulasi anak autis terkait dengan penerapan model pembelajaran bernyanyi untuk meningkatkan artikulasi anak autis? 3. Bagaimana implikasi model pembelajaran bernyanyi terhadap anak autis?

C. Variabel dan Definisi Istilah

1. Model Pembelajaran Bernyanyi

Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pelaksanaan pembelajaran maka diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu untuk mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan peserta didik (Sagala, 2003:175).

(20)

7

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengertian artikulasi dalam konteks ini yaitu gerakan otot-otot bicara yang digunakan untuk berbicara. Menurut Suherman (2012:8), artikulasi atau articulate terjemahan kamus diartikan sebagai yang nyata. Kaitannya dalam pembelajaran ucapan diartikan sebagai upaya alat bicara dalam pengucapan atau mengujarkan kata-kata menjadi jelas pola ucapannya. Bentuk pengucapan yang jelas oleh alat perangkat bicara sesuai dengan pola standar bunyi bahasa yang diinginkan sehingga pola-pola itu dapat dipahami oleh orang lain.

Anak autis mengalami gangguan dalam artikulasi. Mereka mengucapkan kata-kata dengan tidak jelas. Oleh sebab itu, melalui model bernyanyi ini diharapkan anak dapat meningkatkan artikulasi bicara, mengingat betapa pentingnya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini antara lain:

1. Untuk melihat proses penerapan model pembelajaran bernyanyi untuk meningkatkan artikulasi anak autis.

2. Untuk melihat perkembangan artikulasi anak autis terkait dengan penerapan model pembelajaran bernyanyi untuk meningkatkan artikulasi anak autis. 3. Untuk melihat implikasi model pembelajaran bernyanyi terhadap anak autis.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Peneliti

Mengetahui dan menambah wawasan bahwa model pembelajaran bernyanyi dapat meningkatkan artikulasi bicara pada anak autis.

2. Objek Penelitian

(21)

8

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Memberikan suatu model pembelajaran bernyanyi untuk meningkatkan artikulasi bicara pada anak autis.

4. Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini terbatas untuk meningkatkan artikulasi bicara pada anak autis. Dari hasil penelitian ini, mungkin dapat dikembangkan model pembelajaran lainnya yang dapat membantu anak autis untuk mengembangkan kemampuan lainnya melalui musik.

F. Sistematika Penulisan

Berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI (UPI, 2012:11-12), maka sistematika dari tesis ini adalah:

1. Bab I Pendahuluan; Bab I ini merupakan bagian pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, variabel dan definisi istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Bab II Landasan Teori; Landasan teori berisi tentang acuan teori yang mendukung penelitian, termasuk di dalamnya adalah penelitian terdahulu serta asumsi penelitian.

3. Bab III Metodologi Penelitian; Metodologi penelitian berisi tentang cara pengumpulan data di lapangan, yang mencakup pendekatan dan metode penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, prosedur penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.

(22)

9

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(23)

31

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode

Dalam penelitian ini, peneliti memakai pendekatan kualitatif dan metode Action Research. Action Research merupakan sebuah kegiatan kombinasi antara

kajian dan tindakan (Alwasilah, 2011:63).

Action Research memiliki ciri sebagai penelitian yang berorientasi pada

praktik dari kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Selain itu, penelitian ini berorientasi pada solusi dari permasalahan tersebut sehingga pada akhir penelitian akan ditemukan sebuah solusi untuk mengatasi persoalan tersebut.

Penelitian ini juga merupakan penelitian kolaboratif dan partisipatif, yang artinya melibatkan pihak lain (tim) untuk selalu membantu berkomunikasi pada setiap kali penelitian. Penelitian ini bertahap dan berkesinambungan sehingga penelitian yang dilakukan memakai siklus dalam waktu yang ditentukan (Alwasilah, 2011:64-65).

Menurut Arikunto (2010:129) penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan dalam masyarakat yang bersangkutan. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang ”dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

Madya dalam Wedhaningsih (2012:44), gagasan sentral penelitian partisipan ini adalah bahwa orang yang akan melakukan tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal. Dengan demikian, mereka tidak hanya menyadari perlunya melaksanakan program tindakan tertentu, tetapi secara jiwa raga akan terlibat dalam program tindakan tersebut. Tanpa kolaborasi ini, diagnosis dan rekomendasi tindakan untuk mengubah situasi cenderung mendorong timbulnya ketidakamanan, agresi dan rasionalisasi daripada kecenderungan untuk mendorong adanya perubahan yang diharapkan.

Penelitian ini menggunakan metode Action Researchkarena peneliti melihat suatu “kasus” unik dari anak autis, yaitu kesulitan mengucapkan kata dengan

(24)

32

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jelas. Oleh sebab itu, kasus tersebut ingin diatasi dan diubah dengan metode pembelajaran yang menarik, yaitu model pembelajaran bernyanyi.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kolaborasi atau partisipan karena dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan proses penelitian sendiri dan peneliti terlibat dalam penelitian tersebut. Peneliti menjadi pengamat untuk mencatat proses pembelajaran dan serangkaian kegiatan serta perilaku yang dilakukan Candy selama proses pembelajaran berlangsung. Ibu Irma, orang tua Candy, sebagai praktikan, yaitu sebagai pelaku model pembelajaran bernyanyi ini.

Peneliti mengajarkan kepada Ibu Irma sintaksis pembelajaran, cara, serta lagu yang akan diajarkan pada Candy selama proses pembelajaran ini berlangsung. Peneliti meminta Ibu Irma sebagai praktikan karena mengingat anak autis tidak mudah dekat dengan orang yang baru dikenal.

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan subjek penelitian pada anak autis. Peneliti ingin membuat model pembelajaran bernyanyi pada anak autis agar meningkatkan artikulasi mereka dan membantu anak autis untuk lebih mudah berbicara dengan intonasi yang lebih baik.

Penelitian ini ingin mengembangkan model pembelajaran bernyanyi pada anak autis. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki kriteria subjek penelitian, yaitu: 1. anak autis yang artikulasi berbicara tidak jelas

2. anak autis yang suka dengan musik.

Peneliti melakukan penelitian pada Candy, yaitu seorang anak perempuan berusia 6 tahun. Candy merupakan anak yang menyukai musik dan senang bersenandung, karena itu peneliti menggunakan model pembelajaran bernyanyi untuk meningkatkan artikulasi pada Candy.

(25)

33

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah Candy di Lippo Cikarang, Bekasi. Rumah dipilih sebagai lokasi penelitian karena di rumah Candy bisa lebih santai dan merasa tidak tertekan saat akan belajar, mengingat suasana pembelajaran pun harus mendukung.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah dan cara yang dilakukan oleh peneliti dalam suatu penelitian. Langkah penelitian awal adalah studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi objektif melalui penelitian kualitatif. Aspek yang diteliti adalah gangguan artikulasi pada anak autis. Setelah itu, langkah berikutnya adalah membuat daftar lagu. Setelah ketiga langkah tersebut dilalui, maka diaplikasikan model pembelajaran bernyanyi untuk meningkatkan artikulasi bicara pada anak autis.

Langkah-langkah penelitian:

Studi Lapangan

Studi Analisis

Pendahuluan

Studi Literatur

Aplikasi

E. Desain Penelitian

Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah desain penelitian tindakan model Kemmis dan Taggart.

(26)

34

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Menurut Kemmis Taggart http://physicsed.buffalostate.edu/danowner/KemmisAR.gif

Pola ini menjelaskan langkah-langkah kunci dalam melakukan penelitian partisipasi tindakan yang secara umum terkait dengan sebuah spiral atas putaran refleksi diri, yaitu:

1. perencanaan (planning) 2. tindakan (acting) 3. observasi (observation) 4. refleksi (reflection)

Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi, diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya atau dengan beberapa kali siklus. Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga siklus.

(27)

35

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan ini berlaku untuk tujuh kali pertemuan.

Jenis Kegiatan Kegiatan yang Dilakukan

1. Pre Test Pre Test dilakukan oleh peneliti kepada Candy pada membantu peneliti untuk mengajak Candy mengucapkan kata-kata yang telah dikuasai Candy. Peneliti akan mencatat kata-kata tersebut beserta dengan pengucapan kata-kata tersebut.

Data inilah yang akan menjadi data awal peneliti untuk melihat peningkatan artikulasi pada Candy.

2. Kegiatan Inti

1. Kegiatan bermain untuk menarik perhatian Candy sehingga Candy tertarik untuk ikut bergabung dalam kegiatan permainan. Permainan ini dikondisikan dengan suasana hati Candy dan digunakan beberapa kali pertemuan.

2. Kegiatan bernyanyi

Pada kegiatan bernyanyi, Candy diajarkan lagu sederhana. Lagu tersebut disesuaikan dengan kebutuhan Candy, yang mendukung peningkatan artikulasi pada fonem-fonem yang belum jelas. Kegiatan bernyanyi ini tidak monoton hanya bernyanyi saja, namun dilakukan juga gerakan serta permainan yang mendukung agar siswa tidak merasa bosan dan tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut.

Diaplikasikan : 2 kali dalam seminggu (7 kali pertemuan)

Lama : 1 x 30 menit

(28)

kata-36

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kata yang telah dicatat pada saat Pre Test.

2. Pelaksanaan

Untuk tahap pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan desain yang telah disusun. Pada kegiatan pembuka kegiatan pembelajaran, Ibu Irma akan mengajak Candy untuk bermain dan mengucapkan beberapa kata sebagai pembuka dan pemanasan sebelum masuk ke inti pembelajaran.

3. Pengamatan

Tahap pengamatan ini adalah sebuah tahapan peneliti mengamati kondisi di lapangan pada saat suatu perlakuan diberikan kepada subjek penelitian. Kegiatan ini dicatat oleh peneliti sebagai data tambahan untuk menganalisis data nantinya. Selain mencatat, pengamatan dilakukan dengan menggunakan bantuan rekaman video dan foto yang berfungsi untuk melihat kembali proses pembelajaran dan hal-hal yang tidak tercacat oleh pengamat.

4. Refleksi

Refleksi adalah tahap terakhir dari siklus I ini. Tahap refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Pada tahap refleksi ini peneliti mendiskusikan semua hal yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Pada tahap ini, peneliti melihat secara keseluruhan, terutama data baru, yaitu nilai Pre Test dengan nilai Post Test. Hasil dari siklus I direfleksikan untuk membuat perencanaan baru di siklus II dan seterusnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: 1. Observasi

(29)

37

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrumen pengamatan. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati (Arikunto, 2010: 200).

Penelitian ini menggunakan observasi sistematis, yaitu memfokuskan pada artikulasi berbicara Candy. Peneliti akan memerhatikan dan mencatat beberapa kegiatan serta kata-kata yang diucapkan Candy dalam berkomunikasi dengan orang tuanya. Fokus observasi tersebut adalah:

a. Subjek Penelitian (Candy)

Observasi terhadap anak dalam aplikasi pembelajarannya adalah dengan mengamati seberapa besar ketertarikan anak terhadap pembelajaran pengucapan artikulasi dengan menggunakan model pembelajaran bernyanyi.

Melihat perkembangan gangguan artikulasi bicara pada Candy. Mengamati perkembangan artikulasi kata yang diucapkan setelah memakai model pembelajaran bernyanyi dalam beberapa waktu. Melihat perkembangan motivasi dan peningkatan kemampuan bahasa ekspresif pada Candy.

b. Orang Tua (Ibu Irma)

Observasi terhadap orang tua terfokus pada ketepatan orang tua mengajarkan materi dengan menggunakan model pembelajaran bernyanyi yang sudah dilatihkan. Melihat cara mengajar dan konsistensi orang tua dalam menjalankan model pembelajaran bernyanyi tersebut. Observasi juga dilakukan untuk melihat keaktifan orang tua dalam mengajak anak berbicara dengan artikulasi yang jelas.

Peneliti mengadakan pengamatan ke lokasi penelitian, yaitu rumah Candy. Peneliti berbincang dengan Ibu Irma terkait dengan kondisi Candy. Pada saat pengamatan tersebut, peneliti memperhatikan semua kegiatan dan tingkah laku yang dilakukan Candy.

(30)

38

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dinyanyikannya. Ibu Irma mempraktekkan bagaimana mereka sering bermain menyanyi bersahutan dengan menggunakan lagu Iklan Aqua.

Peneliti juga melihat interaksi Candy dengan anggota keluarga saat di rumah. Candy lebih sering menggunakan “bahasa sendiri” untuk meminta sesuatu kepada Ibunya. Terkadang Candy hanya menggapai tangan Ibunya untuk meminta sesuatu. Interaksi Candy dengan anggota keluarganya tergolong baik, hanya saja Candy terkadang tidak jelas mengucapkan kata-kata yang dipergunakan dalam berkomunikasi.

Pada saat penelitian sudah berlangsung, observasi tetap dilakukan. Peneliti mencatat semua kejadian yang terjadi selama model pembelajaran bernyanyi tersebut digunakan. Data akan terus dicatat dari hasil observasi. Selain mencatat kejadian, peneliti juga akan merekam semua kegiatan agar data yang didapat lebih lengkap.

2. Wawancara

Wawancara atau interviu adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Wawancara dilakukan peneliti untuk menilai keadaan seseorang. Secara fisik wawancara dapat dibedakan atas wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur (Arikunto, 2010:198).

Wawancara pada penelitian ini dilakukan dengan cara bertatap muka dengan metode wawancara terstruktur dan terbuka, di mana wawancara tersebut direncanakan dan disusun pertanyaannya, namun pertanyaan akan terus berkembang sesuai dengan arah pembicaraan selama wawancara.

Wawancara dilakukan kepada orang tua untuk menanyakan peningkatan artikulasi berbicara Candy di rumah dan melihat efektivitas model pembelajaran bernyanyi ini. Berikut adalah pertanyaan wawancara pada orang tua:

a. Apa pendapat Anda tentang model pembelajaran bernyanyi?

(31)

39

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Apakah Anda sudah menjalankan model pembelajaran sesuai dengan sintaksis yang telah dilatihkan?

d. Apakah artikulasi bicara anak sudah lebih baik setelah menggunakan model pembelajaran bernyanyi?

3. Dokumentasi

Penelitian ini menggunakan dokumentasi untuk memberikan kejelasan mengenai hasil dari penelitian selama proses pembelajaran dalam bentuk video, foto, serta data-data dan catatan dokter mengenai kondisi Candy untuk mendukung hasil pengamatan peneliti.

4. Reflecting Journaling (Refleksi)

Refleksi adalah salah satu data yang diperoleh dari peneliti sendiri. Peneliti mencoba mengkaji ulang dari hasil yang didapatkan di lapangan dan menganalisis hasil tersebut, apakah sudah ada perubahan seperti yang diharapkan. Melalui refleksi ini, peneliti memperbaiki tahapan atau cara yang lebih baik untuk menghasilkan hasil yang lebih maksimal.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya.

(32)

40

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.1 Teknik Analisis Data

1. Pengumpulan data yang didapat dari observasi, wawancara, studi dokumentasi dan refleksi. Hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisa.

2. Reduksi atau penyederhanaan data adalah proses pemilahan data dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pada proses ini juga dilakukan penilaian pada penelitian peningkatan artikulasi berbicara pada Candy.

Penilaian Artikulasi Kata:

Rubrik : Jumlah huruf yang benar diucapkan X ( 100/jumlah huruf) Penyajian

Data Pengumpulan

Data (Data

Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Reduksi

(33)

41

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Penyajian data adalah menyajikan data dari hasil penelitian ini yang sudah dirangkum dan secara sistematis mengacu pada judul dan rumusan masalah, sehingga diperoleh tema dan pola secara jelas tentang hal yang diteliti agar mudah diambil kesimpulan dan pengambilan tindakan (Haerani, 2012:77). 4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya untuk mencari makna

dari data yang dikumpulkan dan memantapkan kesimpulan dengan member check atau triangulasi yang dilakukan selama dan sesudah data dikumpulkan. Dengan demikian proses verifikasi merupakan upaya mencari makna dari data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema hubungan, persamaan, perbedaan-perbedaan, hal-hal yang timbul dan sebagainya.

H. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sekitar bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 dengan kurun waktu sekitar tiga bulan. Berikut akan dilampirkan jadwal penelitian yang yelah berlangsung.

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Siklus Tanggal Kegiatan

I 12 Februari 2013 a. Pencatatan Baseline.

b. Orang tua mempelajari tiga lagu yang digunakan di siklus I.

c. Candy mulai mempelajari lagu Halo. 13 Februari 2013 a. Mempelajari lagu Halo.

b. Candy mampu menghafal melodi lagu Halo.

20 Februari 2013 a. Bermain menirukan kata.

b. Candy bernyanyi lagu Halo, bersahutan dengan Ibu Irma.

05 Maret 2013 a. Bermain menirukan kata.

b. Candy mempelajari tiga lagu tersebut. 06 Maret 2013 Post Test yang dilakukan Ibu Irma dan dicatat

oleh peneliti.

(34)

42

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan pesawat terbang. b. Candy bernyanyi tiga lagu. 13 Maret 2013 a. Vokalisi

b. Bernyanyi tiga lagu.

19 Maret 2013 a. Vokalisi permainan pompa balon. b. Menonton video klip

c. Bernyanyi tiga lagu 03 April 2013 a. Vokalisi pompa balon.

b. Bernyanyi tiga buah lagu. c. Menonton video klip. 09 April 2013 a. Bermain tebak nama hewan.

b. Vokalisi bunyi suara ular. c. Bernyanyi

d. Menonton video klip. 16 April 2013 a. Menonton video klip.

b. Vokalisi bunyi ilar. c. Bernyanyi lagu Halo.

17 April 2013 Post Test yang dilakukan oleh Ibu Irma. Peneliti mencatat kata yang diucapkan Candy.

III 07 Mei 2013 a. Berdiskusi sintaksis pembelajaran siklus III dengan Ibu Irma.

b. Mengajarkan tiga buah lagu baru pada Ibu Irma.

c. Pre Test yang dilakukan oleh Ibu Irma dan peneliti mencatat sebagai data Baseline.

08 Mei 2013 a. Candy belajar satu lagu, Simpan Mainan. b. Bermain tebak nama buah.

14 Mei 2013 a. Vokalisi dan bermain. b. Bernyanyi Simpan Mainan. 15 Mei 2013 a. Bermain menirukan kata.

b. Bernyanyi Simpan Mainan dan Nama Buah.

21 Mei 2013 a. Menonton video klip.

b. Bernyanyi dua lagu, yaitu Simpan Mainan dan Nama Buah.

c. Bermain dan vokalisi.

22 Mei 2013 a. Candy belajar lagu Kebunku.

(35)

43

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(36)

114

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

114 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Model pembelajaran adalah suatu strategi yang dilakukan pengajar untuk menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Model pembelajaran bernyanyi dilakukan pada anak autis yang memiliki gangguan artikulasi. Melalui model pembelajaran bernyanyi ini, anak dapat mempelajari pengucapan (artikulasi) dengan lebih senang. Pikiran dan hati yang positif dan menyenangkan akan membuat anak belajar lebih cepat dan lebih mudah.

Model pembelajaran ini melibatkan tiga orang, yaitu Candy (subjek penelitian), Ibu Irma, dan peneliti. Ibu Irma menjadi pembimbing utama dari kegiatan pembelajaran bernyanyi ini, sedangkan peneliti sebagai observer yang mencatat semua kegiatan yang berlangsung. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran bernyanyi dapat meningkatkan artikulasi bicara pada anak autis.

Kegiatan bernyanyi dapat digunakan untuk meningkatkan artikulasi pada anak autis yang memiliki kemampuan serta minat pada musik. Pada kasus Candy, model pembelajaran bernyanyi ini dapat meningkatkan gangguan artikulasi pada

konsonan “s”. Kendati belum maksimal, Candy sudah konsisten mengucapkan konsonan “s” dengan jelas di tengah kata, namun belum konsisten mengucapkan konsonan “s” di awal dan akhir kata.

Model pembelajaran ini tidak akan bisa berjalan dengan maksimal tanpa adanya sebuah kegiatan vokalisi. Kegiatan ini sebuah kegiatan permainan yang akan menstimulus Candy agar mampu dan terbiasa untuk mengucapkan konsonan

“s” dengan baik. Melalui permainan tersebut, Candy mampu memposisikan

lidahnya sehingga pada siklus III konsonan “s” dapat diucapkan dengan baik.

(37)

115

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyimpan mainannya tanpa harus menangis atau pun marah. Lagu ini juga meningkatkan kemandirian Candy yang menyimpan mainannya setelah ia bermain.

Pemilihan lagu harus disesuaikan dengan karakteristik musik dan suara pada usia Candy. Lagu riang dan berpola pengulangan (repetition) lebih mudah dipelajari oleh Candy dibandingkan lagu yang tidak berpola pengulangan. Dari enam lagu yang telah dipelajari, Candy kesulitan di lagu Kebunku yang memiliki melodi bervariatif tanpa ada pengulangan pola melodi.

Penelitian ini menggunakan media midi lagu dan video klip. Midi lagu dapat digunakan untuk membantu Candy berlatih bernyanyi agar kegiatan lebih menyenangkan. Video klip dapat digunakan sebagai media untuk memotivasi Candy untuk bernyanyi sambil mengucapkan lirik dan berekspresi menirukan model dalam video klip tersebut.

Peran orang tua sangat mendukung keberhasilan model pembelajaran bernyanyi ini. Dukungan, motivasi, dan kekonsistenan orang tua dalam mendukung Candy membuahkan hasil yang baik karena secara psikologis kedekatan Candy dengan Ibu Irma sangat dekat sehingga orang tua menduduki tingkat utama untuk kemajuan Candy. Kontinuitas sangat diperlukan agar mencapai hasil yang maksimal.

B. Saran

Dari hasil penelitian, peneliti mengemukakan beberapa saran terkait menerapkan model pembelajaran bernyanyi untuk meningkatan artikulasi pada anak autis, yaitu:

1. Subjek penelitian adalah anak autis yang menyukai musik dan sudah verbal. 2. Model lagu yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan subjek

penelitian.

(38)

116

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Media yang dipakai harus bisa memotivasi subjek penelitian untuk bernyanyi agar subjek tertarik untuk bergabung dalam aktivitas belajar ini.

5. Orang tua harus kooperatif untuk membantu menerapkan model pembelajaran bernyanyi ini secara kontinu agar hasil maksimal.

6. Lembaga pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan terapis wicara dapat menggunakan atau pun mengadopsi model pembelajaran bernyanyi. 7. Penelitian ini terbatas untuk meningkatkan artikulasi bicara pada anak autis.

Dari hasil penelitian ini, muncul beberapa temuan yang dapat dikembangkan model pembelajaran lainnya sehingga dapat membantu anak autis untuk mengembangkan kemampuan lainnya melalui musik.

(39)

117

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Aizid, R. (2011). Sehat dan Cerdas dengan Terapi Musik. Jogjakarta: Laksana. Alwasilah, A.C. (2011). Pokoknya Action Research. Bandung: PT. Kiblat Utama

Bandung.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bruce, J. et al. (2011). Models of Teaching (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Campbell, L. (2007). Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok: Intuisi Press.

Chaer, A. (2009). Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Delphie, B. (2009). Pendidikan Anak Autistik. Sleman: PT. Intan Sejati Klaten. Djohan. (2006). Terapi Musik, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang Press. Djohan. (2009). Psikologi Musik. Bandung: Best Publisher.

Dyer, L. (2004). Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Haerani, R. (2012). Aplikasi Model Sinektik dalam Pembelajaran Tari untuk Meningkatkan Interaksi Sosial dan Kreativitas Siswa di SD Inklusif. Tesis pada Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hernawati, T. (2003). Intervensi Untuk Anak Yang Gangguan Artikulasi. Jassi, Anakku (Jurnal).

Keraf, G. (1994). Komposisi. Flores:Nusa Indah.

Kern, P., Wolery, M., and Aldrige, D. (2007). “Use of Songs to Promote Independence in Morning Greeting Routines For Young Children With Autism”. Journal Autism Dev Disorder. 1264-1271.

(40)

118

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mulyadi, K. (2011). Autisme is Treatable. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Meier, D. (2002). The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif dan

Efektif Merancang program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Mizan Media Utama.

Merritt, S. (2003). Simfoni Otak: 39 Aktivitas Musik yang Merangsang IQ, EQ, SQ untuk Membangkitkan Kreativitas dan Imajinasi. Bandung: Kaifa.

Musbikin, I. (2009). Kehebatan Musik Untuk Mengasah Kecerdasan Anak (Mengenal Cara Kerja dan Pengaruh Musik untuk Kehebatan Anak Anda). Jogjakarta: Power Books. Psikologis Lainny). Yogyakarta: Diva Press.

Priyatna, A. (2010). Amazing Autism! (Memahami, Mengasuh, dan Mendidik Anak Autis). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Safaria, T. (2005). Autisme Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Simpson, K. and Keen, D. (2011). “Music Interventions for Children with Autism: Narrative Review of the Literature”. Journal Autism Dev Disorder.

Suherman, E. (2012). Pelaksanaan Pembelajaran Artikulasi pada Anak Tunarungu di Kelas D3 SLB Darul Ma'arif Kabupaten Bandung. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tarigan, H. G. (2011). Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa. Tedjasaputra, M. S. (2001). Bermain, Mainan, dan Permainan untuk Pendidikan

Usia Dini. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

(41)

119

Heidy Claudia, 2013

Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Wendaningsih, S. (2012). Peningkatan Kemampuan Gerak dan Interaksi Sosial Siswa Autis melalui Pembelajaran Seni Tari Berbasis Model Sinektik. Tesis pada PascaSarjana UPI: tidak diterbitkan.

Yuwono, J. (2009). Memahami Anak Autistik (Kajian Teoretik dan Empirik). Bandung: Alfabeta.

Internet:

http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme (Diakses: 07 Oktober 2011).

http://mommiesdaily.com/2011/05/09/tentang-autisme/ (Diakses: 7 Oktober 2011, pukul 10.25 WIB).

http://physicsed.buffalostate.edu/danowner/KemmisAR.gif (Diakses: 15 Februari 2013, pukul 10.45 WIB).

Sukotjo, Sumari (2009) Jumlah Anak Autis Meningkat. http://artikel kesehatanmasyarakat.Blogspot.Com/2009/12/jumlah-anak-autis

(42)

120

Heidy Claudia, 2013

Gambar

Tabel 4.24. Hasil Wawancara Siklus III  ......................................................
Gambar 2.1.
Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Menurut Kemmis Taggart
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kecamatan Menteng dan Senen memiliki potensi risiko rendah, sedangkan Kelurahan Cideng (Gambir), Kartini (Sawah Besar), dan Rawa Sari (Cempaka Putih) memiliki potensi

PNPM Mandiri Kehutanan dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian kawasan hutan. PNPM Mandiri

Selanjutnya setelah dilakukan refleksi terhadap siklus I, guna mengevaluasi pembelajaran dan menyusun solusi terhadap kendala selama siklus I maka diketahui

transaksional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT.. Artinya Budaya organisasi secara statistik berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Prosedur penelitian .Jakarta: Rineka Cipta... Motivasi kepemimpinan dan

Aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Transaksi PT.Yasiga Sarana Utama bagian Tambang telah berhasil dibangun dengan menggunakan metode waterfall yang terdiri dari

yang mungkin menyebabkan hasil korelasi lemah adalah penelitian ini menggunakan subjek mahasiswa kedokteran yang pada dasarnya mempunyai durasi tidur yang kurang