• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SDN Sidorejo Kidul 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/ 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SDN Sidorejo Kidul 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/ 2017"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Pra Siklus

Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Untuk mengetahui kondisi awal, maka peneliti melakukan observasi di kelas 5 SD Negeri Sidorejo Kidul 03. Observasi dilakukan pada minggu pertama bulan Mei hingga minggu terakhir bulan Mei tahun 2016 selama 2 jam pertemuan pada pelajaran matematika. Observasi dilakukan selama empat kali, hal ini bertujuan untuk menemukan permasalahan yang dialami siswa dalam pelajaran matematika. Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan kurang membuat siswa untuk aktif, beberapa siswa terlihat bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Setelah dilakukan wawancara tak berstruktur dengan guru, guru menyatakan bahwa pembelajaran berkelompok jarang dilakukan apalagi pada pembelajaran matematika. Guru lebih memilih menggunakan metode yang praktis pada pembelajaran matematika yakni dengan penjelasan materi dilanjutkan dengan pemberian tugas, namun hasil belajar dari proses seperti ini belum maksimal. Selain itu, cara guru mengajar yang masih didominasi dengan ceramah sehingga membuat pembelajaran menjadi kurang menarik perhatian siswa.

(2)

Tabel 4.1

Distribusi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Kidul 03 Sebelum Tindakan

No Skor Frekuensi (%)

1 85 – 89 1 6.25

2 80 – 84 - -

3 75 – 79 4 25

4 70 – 74 2 12.5

5 65 – 69 2 12.5

6 60 – 64 4 25

7 55 – 59 1 6.25

8 50 – 54 2 12.5

Jumlah 16 100

Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Sidorejo Kidul 03 sebelum dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) sebanyak 7 siswa atau 43.75% dari total keseluruhan siswa; sedangkan siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 9 siswa atau 56.25% dari total seluruh siswa. Meninjau kondisi tersebut, maka yang telah terlaksana belum maksimal, karena hampir 50% siswa mendapat nilai di bawah KKM, oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengatasi kondisi tersebut. Berdasarkan data hasil belajar kondisi awal atau data hasil belajar sebelum dilakukan tindakan, serta hasil observasi di kelas maka perlu adanya upaya tindak lanjut, salah satunya dengan melakukan PTK.

4.2 Deskripsi Siklus I

(3)

4.2.1 Perencanaan Tindakan

Perencanaan sangatlah penting dilakukan sebelum melakukan proses pembelajaran. Pada tahap perencanaan siklus 1 kegiatan yang dilakukan peneliti antara lain sebagai berikut.

a. Berdiskusi dengan guru untuk menentukan waktu dan materi yang akan digunakan pada siklus 1. Diskusi tersebut mendapatkan hasil bahwa materi yang akan dipakai adalah materi tentang operasi hitung bilangan bulat.

b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran yang dipilih yakni model cooperative learning tipe TGT. (RPP dapat dilihat pada lampiran 2)

c. Menyusun materi untuk tahap tim, menyusun prosedur dan soal untuk tahap games dan menyusun soal untuk tahap turnamen.

d. Menyusun lembar observasi kegiatan guru untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah didesain berdasarkan model cooperative learning tipe TGT dengan memperhatikan kurikulum KTSP dan lembar observasi aktifitas siswa untuk mengukur keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

e. Menyusun kisi-kisi dan isntrumen tes yang dapat dilihat pada lampiran 2. f. Melakukan validitas instrumen siklus 1 kepada guru kelas V SDN Sidorejo

Kidul 03. Adapun hasil validitas intrumen dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11.

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari perencanaan yang telah dirancang sebelumnya. Peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan guru kelas V bertindak sebagai observer. Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 terbagi menjadi 2 pertemuan, yaitu sebagai berikut.

4.2.2.1 Pertemuan Pertama

(4)

a. Kegiatan Awal

Pelaksanaan tindakan pada siklus satu pertemuan pertama diawali dengan mengkondisikan kelas dalam suasana belajar yaitu meminta ketua kelas untuk memimpin doa, dilanjutkan pengucapan salam, dan memeriksa kehadiran siswa. Hasil absensi menunjukkan bahwa ada 1 siswa yang tidak hadir, siswa tersebut tidak dapat hadir dikarenakan sakit. Selanjutnya guru menginformasikan mata pelajaran yang akan dipelajari siswa yakni pelajaran matematika dengan materi operasi bilangan bulat. Pada kegiatan apersepsi guru menuliskan beberapa bilangan di papan tulis, diantaranya bilangan: 4;

; 3; 2,5; -1;

; dan 0, selanjutnya guru menanyakan “manakah yang termasuk bilangan bulat?”. Dari pertanyaan tersebut, hanya beberapa siswa yang berani menjawab, sedangkan siswa yang lain masih tergolong pasif. Oleh karena itu, guru menunjuk beberapa siswa yang terlihat pasif untuk memberikan jawaban.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru melakukan tahap presentasi kelas dengan dengan menyampaikan menyampaikan materi, selanjutnya memberikan soal pada siswa. Setelah presentasi kelas dilakukan oleh guru, selanjutnya guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Pembagian kelompok dilakukan oleh guru dengan memperhatikan kemampuan kognitif siswa sehingga masing-masing kelompok memiliki kemapuan kognitif yang berbeda-beda. Berikut ditunjukkan pembagian kelompok siswa untuk setiap timnya.

Tabel 4.2 Pembagian Kelompok Kegiatan TGT

Pada tahap tim, setelah siswa berkumpul bersama anggota kelompoknya, maka guru membagikan lembar kerja siswa dan memberi penjelasan mengenai kegiatan kelompok yang akan dilakukan, yakni siswa akan mengerjakan soal yang diberikan guru pada lembar kerja siswa selanjutnya msing-masing perwakilan

TIM 1 TIM 2 TIM 3 TIM 4 Turnament

A1 = Peringkat 1 B1 = Peringkat 2 C1 = Peringkat 3 D1 = Peringkat 4 1

A2 = Peringkat 8 B2 = Peringkat 7 C2 = Peringkat 6 D2 = Peringkat 5 2

A3 = Peringkat 11 B3 = Peringkat 10 C3 = Peringkat 9 D3 = Peringkat 12 3

(5)

kelompok mengerjakan soal tersebut di papan tulis. Siswa diberi waktu dalam mengerjakan tugas kelompok, saat mengerjakan tugasnya siswa selalu diingatkan untuk berkerja sama karena ini merupakan tugas kelompok.

Pada tahap games, setelah siswa menyelesaikan tugasnya, guru memberikan nomor undian pada masing-masing kelompok untuk mewakili kelompoknya mengerjakan soal di papan tulis. Bagi kelompok yang jawabanya benar, guru memberikan uang mainan sebesar 1000 rupiah, dan bagi kelompok yang jawabannya salah mendapat uang mainan sebesar 500 rupiah. Selain itu pada tahap game, guru juga melaksanakan game lain. Games ini berupa pemberian soal kepada setiap kelompok di papan tulis. Setiap kelompok diminta menuliskan jawaban pada lembar jawab. Setelah semua soal game diberikan, guru dan siswa melakukan koreksi bersama. Guru memberikan poin berupa uang mainan pada masing-masing kelompok. Kelompok yang menjawab benar akan mendapat uang mainan 1000 rupiah, dan bagi yang salah diberikan 500 rupiah. Selanjutnya, bersama dengan guru siswa menghitung jumlah uang mainan yang diperoleh, guru mencatat poin dari tiap-tiap kelompok.

c. Kegiatan Penutup

Sebagai kegiatan penutup, guru merefleksikan materi yang telah disampaikan dan menginformaskan materi pada pembelajaran selanjutnya. Guru memberikan PR pada siswa. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup dan doa.

4.2.2.2 Pertemuan Kedua

Siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus 2016. Setelah memperhatikan kendala yang dialami pada pertemuan sebumnya, guru berupaya lebih maksimal dalam menerapkan pembelajaran dengan TGT pada permuan ke 2 siklus I.

a. Kegiatan Awal

(6)

siswa supaya semangat dalam mengikuti pembelajaran, guru memberikan penghargaan kepada tim terbaik pada kegiatan pembelajaran sebelumnya berupa cocard. Selanjutnya, guru melakukan apersepsi dengan meminta siswa menyebutkan bilangan bulat antara -13 sampai 13. Setelah siswa memberikan jawaban, siswa diminta untuk menentukan mana yang merupakan bilangan bulat positif, bilangan bulat negatif, bilangan bulat genap dan bilangan bulat ganjil.

b. Kegiatan Inti

Setelah materi diberikan, guru mengkondisikan siswa dalam tahap tournament. Bersama dengan guru, siswa menyiapkan meja tournament, ada 4 meja tournament yang disiapakan. Guru menyebutkan nama-nama siswa untuk menempati meja tournament, pembagian siswa pada meja tournament didasarkan pada peringkat siswa, sehingga pada kegiatan tournament siswa di kelompokkan berdasar kemampuan kognitifnya. Selanjutnya, guru membacakan aturan yang harus ditaati siswa dalam melaksanakan kegiatan tournament, yakni pada setiap meja, soal akan dibaca secara bergantian. Setelah soal dibaca, siswa diberi waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut, secara lisan dan bagi siswa yang menjawab benar akan mendapat poin berupa uang mainan sebesar 1000 rupiah. Urutan menjawab adalah searah jarum jam.

(7)

kegiatan tournament. Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang mendapat poin tertinggi berupa cocard sebagai tim terbaik.

c. Kegiatan Penutup

Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing, selanjutnya guru membagikan lembar soal evaluasi. Siswa diminta mengerjakan soal evaluasi secara individu. Guru memberikan waktu pada siswa dalam mengerjakan soal evaluasi. Setelah siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, guru meminta siswa untuk mengumpulkan soal tersebut, kemudian guru memberikan pesan supaya siswa rajin belajar. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam penutup dan doa.

4.2.3 Hasil Pengamatan/Observasi

Tahap pengamatan dilaksanakan secara bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh observer yakni Guru kelas 5 SDN Siderejo Kidul 03 terhadap guru (peneliti) dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe TGT di kelas. Pengamatan dilakukan mulai dari awal pembelajaran sampai pada pemberian evaluasi. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah guru dapat menerapkan model cooperative learning tipe TGT dengan baik atau tidak, sehingga hasil observasi dapat mendukung hasil belajar siswa. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada lampiran 4, sedangkan rekapitulasi hasilnya disajikan dalam Tabel 4.3. Perhitungan pada lembar observasi menggunakan rumus yang telah dijelaskan pada bab 3.

Tabel 4.3

Distribusi Aktifitas Guru dalam Pembelajaran Matematika Model TGT Siklus 1

No. Kegiatan Pembelajaran Skor Rata-Rata Kriteria

(8)

Hasil observasi yang dijabarkan pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa RPP sudah dirancang dengan sangat baik (hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 3). RPP sudah sesuai dengan model sintaks cooperative learning tipe TGT & sesuai dengan KTSP. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, secara garis besar guru telah dapat menerapakan model TGT dengan baik hasil tersebut dapat dilihat dalam penilaian lembar observasi yang telah diakumulasikan dalam tabel 4.3.

Meskipun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah tergolong baik, namun masih terdapat beberapa kendala diantaranya penguasaan kelas yang belum maksimal. Hal ini terlihat saat siswa menempatkan diri untuk berkelompok, kelas masih tergolong ramai. Selain itu, guru juga belum memberikan bimbingan kepada siswa saat melakukan kegiatan kelompok. Guru juga tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukkan pertanyaan. Setelah pembelajaran dilaksanakan, guru tidak membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. Permasalahan-permasalahan tersebut akan menjadi bahan refleksi sehingga dapat dirancang solusi.

Seperti halnya pertemuan 1, pengamatan pada pertemuan 2 siklus I juga dilakukan oleh guru kelas 5. Setelah peneliti selaku guru yang mengajar melaksanakan pembelajaran, maka hasil pada lembar observasi yang telah dinilai dihitung sehingga dapat diukur keberhasilan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil pengamatan pada pertemuan 2 siklus I menunjukkan bahwa, pembelajaran yang diterapkan oleh guru baik dari pada pertemuan sebelumnya. Meskipun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah tergolong sangat baik, namun masih terdapat beberapa kendala, diantarnaya bimbingan yang diberikan guru kurang menyeluruh, beberapa siswa terlihat bingung saat kegiatan tournament dilaksanakan. Guru belum memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan, serta guru tidak membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Permasalahan-permasalahan tersebut akan menjadi bahan refleksi sehingga dapat dirancang solusi.

(9)

hasilnya dapat mendukung hasil belajar. Pengamatan terhadap siswa juga dilakukan oleh guru kelas 5. Hasil penilaian pada lembar observasi siswa dapat dilihat pada lampiran 6, sedangkan rekapitulasi hasil pengisian lembar observasi siswa dapat dilihat pada Tabel 4.4. Sama halnya pada lembar observasi guru, lembar

observasi siswa dihitung dengan rumus yang sama. Adapun rumus perhitungan yang

digunakan dapat dilihat pada bab 3.

Tabel 4.4

Distribusi Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika Model TGT Siklus I

Kegiatan Siswa Skor Rata-rata Kriteria

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Kegiatan Klasikal 75% 82.5% 78.5% Baik

Kegiatan Kelompok 57.14% 78.57% 67.86% Cukup

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada siklus 1 pertemuan 1, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan cukup baik. Data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada kegiatan klasikal, nilai aktivitas siswa sebesar 75% dengan kategori baik. Adapun pada kegiatan kelompok, nilai aktivitas sebesar 57.14% dengan kategori cukup baik. Pada kegiatan kelompok dipertemuan 1 siklus I, siswa masih mengalami kesulitan mengenai tugas yang harus dikerjakan dalam kegiatan kelompok. Hal ini dikarenakan model pembelajaran TGT adalah model pembelajaran yang benar-benar baru bagi siswa, oleh karena itu siswa belum terbiasa.

(10)

selanjutnya akan menjadi bahan refleksi untuk dievaluasi sehingga dapat dirancang solusi.

Setelah pembelajaran dalam siklus I selesai dilakukan, maka diberikan tes evaluasi. Tes evaluasi diberikan di akhir setiap siklus. Hasil dari pembelajaran siklus 1 dengan menggunakan model cooperative learning tipe TGT secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 8 dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Skor Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Kidul 03 Siklus I

Skor Ketuntasan Frekuensi (%)

≥ 65 Tuntas 13 81,25

< 65 Tidak Tuntas 3 18,75

Jumlah 16 100

Persentase ketuntasan hasil belajar siswa SD Negeri Sidorejo Kidul 03, setelah dilakukan tindakan pada siklus I diketahui bahwa siswa yang tidak tuntas ada 3 siswa atau 18.75% dan siswa yang tuntas ada 13 siswa atau 81.25%. Kondisi ini jika dibandingkan dengan kondisi awal maka dapat dikatakan ada peningkatan, karena pada kondisi pra siklus siwa yang tidak tuntas ada 7, setelah dilakukan tindakan pada siklus I berkurang menjadi 3 siswa, dan siswa yang tuntas pada kondisi pra siklus ada 9 siswa meningkat menjadi 13 siswa. Persentase ketuntasan hasil belajar siklus I disajikan pada gambar 4.1.

Gambar 4.1

Diagram Distribusi Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Ketuntasan SiklusI

Tuntas 81.25%

TIDAK TUNTAS

18.75%

(11)

Berdasarkan hasil belajar siswa, setelah diadakan tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebanyak 4 siswa atau secara persentase peninkatannya sebesar 25% yakni dari 9 siswa (56.25%) menjadi 13 siswa (81.25%), kemudian terjadi penurunan bagi siswa yang belum tuntas atau mencapai KKM yaitu sebanyak 4 siswa atau secara prosentase sebesar 25%, yakni dari 7 siswa (43.75%) yang tidak tuntas berkurang menjadi 3 siswa (18.75%). Ketiga siswa yang tidak tuntas tersebut termasuk siswa yang tergolong lamban dalam memahami materi, selain itu ketiga siswa tersebut termasuk siswa yang pasif, tidak berani bertanya maupun mengemukakan pendapat. Untuk mengatasi kondisi tersebut, guru menunjuk siswa yang terlihat pasif dan membimbing siswa yang terlihat kesulitan. Meskipun terjadi peningkatan, penelitian ini belum dapat dikatakan berhasil, karena belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan yakni 85% dari seluruh siswa diharuskan mendapat nilai di atas KKM, namun pada siklus I ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 81.25%. Kondisi demikian menunjukkan bahwa diperlukan tindakan pada siklus berikutnya.

4.2.4 Refleksi

Setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 beserta pengamatan atas tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan beberapa kelebihan serta kekurangan yang perlu diperbaiki pada siklus 2 adalah sebagai berikut.

Kelebihan siklus 1 sebagai berikut.

1. Penyusunan RPP sesuai dengan sintaks dari model cooperative learning tipe TGT dan sesuai KTSP sudah baik.

2. Pelaksanaan pada siklus 1 sudah terlaksana sesuai dengan rencana.

3. Kegiatan games dan turnamen dapat terlaksana sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan.

4. Pembelajaran terlaksana sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan. Kekurangan siklus 1 sebagai berikut.

(12)

2. Guru tidak membimbing siswa dalam melakukan kegiatan kelompok, sehingga pada kegiatan tim banyak kelompok yang merasa bingung atas tugas yang diberikan.

3. Tahap games masih gaduh, penguasaan kelas oleh guru masih kurang 4. Tahap turnamen membuat siswa terkesan ramai

5. Guru tidak memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan, sehingga siswa kurang aktif bertanya dan mengemukakan pendapat.

6. Guru tidak membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. Tindak lanjut

1. Guru harus menguasai langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun di RPP.

2. Guru harus memberikan bimbingan pada siswa terutama dalam kegiatan kelompok, sehingga siswa tidak mengalami kendala dalam mengerjakan tugas tim.

3. Guru selalu memantau kegiatan games dan turnamen, untuk mengontrol suasa kelas, guru menegur dan menasehati siswa yang ramai.

4. Guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya, guru perlu menunjuk siswa yang terlihat pasif untuk bertanya atau menjawab pertanyaan.

5. Guru perlu membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai apa yang telah dipelajari dan menuliskan di papan tulis.

4.3 Deskripsi Siklus II

(13)

4.3.1 Perencanaan Tindakan

Seperti pada siklus I, pada siklus II juga dilakukan perencanaan sebelum melakukan pelaksanaan tindakan. Perencanaan tindakan pada siklus II yang dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut.

a. Menyusun skenario pembelajaran dengan memperhatikan kekurangan pada siklus 1, diantaranya:

1. Memberikan motivasi kepada siswa berupa pujian atau pemberian cocard. 2. Memaksimalkan bimbingan terhadap kegiatan kelompok dan pengerjaan

tugas.

3. Guru perlu memahami langkah-langkah pembelajaran, sehingga tidak ada langkah pembelajaran yang terlewatkan.

4. Guru perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya, sehingga siswa dapat turut aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

b. Menyiapkan materi pembelajaran yakni operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

c. Menyusun RPP sesuai rancangan pembelajaran dan memperhatikan standar proses KTSP.

d. Menyiapkan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa yang telah disusun pada siklus 1.

e. Menyiapkan soal evaluasi dan soal kegiatan kelompok. 4.3.2 Pelaksanaan Tindakan

Seperti pada siklus I, tahap pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan implementasi dari perencanaan yang telah dirancang sebelumnya. Pelaksanaan tindakan pada siklus II terbagi menjadi 2 pertemuan, yaitu sebagai berikut.

4.3.2.1 Pertemuan Pertama

(14)

a. Kegiatan Awal

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan pertama diawali dengan mengkondisikan kelas dalam suasana belajar yaitu meminta ketua kelas untuk memimpin doa, dilanjutkan pengucapan salam, dan memeriksa kehadiran siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan memberikan nasihat supaya siswa lebih aktif lagi dalam pembelajaran. Selanjutnya guru menginformasikan mata pelajaran yang akan dipelajari siswa yakni pelajaran matematika dengan materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Pada kegiatan aperspsi guru menuliskan contoh penjumlahan dan pengurangan di papan tulis, diantaranya 8 + -3; -4 + (-6); -6 + 4 ; 5 + 4, selanjutnya guru meminta siswa menentukkan mana yang termasuk penjumlahan dan mana yang termasuk pengurangan. Pada kegiatan ini, siswa yang tadinya terlihat pasif sudah mulai terlihat aktif dan berani memberikan jawaban tanpa ditunjuk oleh guru.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru melakukan presentasi kelas yakni dengan memberikan penjelasan terhadap materi ajar yaitu tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dilanjutkan dengan pemberian contoh soal. Kemudian guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Pembagian kelompok di lakukan oleh guru dengan memperhatikan kemampuan kognitif siswa sehingga masing-masing kelompok memiliki kemapuan kognitif yang berbeda-beda.

(15)

Pada kegiatan games, setelah siswa menyelesaikan tugas pada kegiatan tim, guru memberikan nomor undian pada masing-masing kelompok untuk mewakili kelompoknya mengerjakan soal di papan tulis. Guru memberikan bimbingan pada siswa, saat siswa menuliskan jawaban di papan tulis, serta mengingatkan siswa yang ramai untuk memperhatikan temannya. Bagi kelompok yang jawabanya benar, guru memberikan uang mainan sebesar 1000 rupiah, dan bagi kelompok yang jawabannya salah mendapat uang mainan sebesar 500 rupiah.

Selain itu pada tahap game, guru juga melakukan games lain, yakni dengan memberikan soal yang ditulis di papan tulis kepada setiap tim. Selanjutnya, setiap tim diminta untuk menuliskan jawaban pada lembar jawab. Setelah semua soal game diberikan, guru dan siswa melakukan koreksi bersama. Guru memberikan poin berupa uang mainan pada masing-masing kelompok. Kelompok yang menjawab benar akan mendapat uang mainan 1000 rupiah, dan bagi yang salah diberikan 500 rupiah. Selanjutnya, bersama dengan guru siswa menghitung jumlah uang mainan yang diperoleh, guru mencatat poin dari tiap-tiap kelompok. Guru membimbing siswa dalam melakukan kegiatan evaluasi terhadap kegiatan kelompok dan game yang telah dilakukan, guru juga memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Guru memberikan penjelasan terhadap beberapa materi yang kurang dipahami siswa.

c. Kegiatan Penutup

Sebagai kegiatan penutup, guru merefleksikan materi yang telah disampaikan dan menginformaskan materi pada pembelajaran selanjutnya. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Guru memberikan PR pada siswa. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup dan doa.

4.3.2.2 Pertemuan Kedua

Siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada minggu ke tiga bulan Agustus. Siswa yang mengikuti pembelajaran berjumlah 16 siswa.

a. Kegiatan Awal

(16)

mengabsen kehadiran siswa dengan menanyakan siswa yang tidak hadir beserta keterangannya pada siswa yang hadir. Pada pertemuan ini, untuk memotivasi siswa supaya semangat dalam mengikuti pembelajaran, guru memberikan penghargaan kepada tim terbaik pada kegiatan pembelajaran sebelumnya berupa cocard. Selanjutnya guru menyapaikan tujuan pembelajaran. Untuk mengawali pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan meminta siswa menyebutkan bilangan contoh penjumlahan dan pengurangan dengan bilangan bulat.

b. Kegiatan Inti

Setelah materi diberikan, guru mengkondisikan siswa dalam kegiatan tournament. Berssama dengan guru, siswa menyiapkan meja tournament, ada 4 meja tournament yang disipakan. Guru menyebutkan nama-nama siswa untuk menempati meja tournament, pembagian siswa pada meja tournament didasarkan pada peringkat siswa, sehingga pada kegiatan tournament siswa dikelompokkan berdasar kemampuan kognitifnya. Selanjutnya, guru membacakan aturan yang harus ditaati siswa dalam melaksanakan kegiatan tournament. Guru meminta siswa melakukan kegiatan tournament.

Dalam kegiatan tournament, 4 siswa dengan kemampuan kognitif yang seimbang berkumpul dalam 1 menja. Pada setiap meja, soal akan dibaca secara bergantian oleh siswa. Setelah soal dibaca, siswa diberi waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut, secara lisan dan bagi siswa yang menjawab benar akan mendapat poin berupa uang mainan sebesar 1000 rupiah. Urutan menjawab adalah searah jarum jam. Pada kegiatan turnamen, suasana kelas sudah terkendali terlihat pada masing-masing siswa yang tenang dan tidak ramai ketika kegiatan turnamen berlangsung. Siswa-siswa pada meja turnamen 1 dapat mengerjakan tugasnya lebih cepat disbanding siswa yang ada di meja turnamen lainnya. Siswa yang paling lamban dalam mengerjakan turnamen berada pada meja nomor 4, namun secara keseluruhan kegiatan turnamen dapat berjalan sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan.

(17)

masing-masing. Bersama dengan siswa, guru menghitung poin yang diperoleh siswa dari kegiatan tournament. Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang mendapat poin tertinggi berupa cocard sebagai tim terbaik. Setelah kegiatan tournament selesai dilaksanakan, guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan refleksi yakni membahas kesulitan yang dialami siswa, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan.

c. Kegiatan Penutup

Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari, selanjutnya guru membagikan lembar soal evaluasi. Siswa diminta mengerjakan soal evaluasi secara individu. Guru memberikan waktu pada siswa dalam mengerjakan soal evaluasi. Setelah siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, guru meminta siswa untuk mengumpulkan soal tersebut, kemudian guru memberikan pesan supaya siswa rajin belajar. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam penutup dan doa.

4.3.3 Hasil Pengamatan/Observasi

(18)

Tabel 4.6

Distribusi Aktifitas Guru Siklus dalam Pembelajaran Matematika Model TGT Siklus II

No. Kegiatan Pembelajaran Skor Rata-Rata Kriteria Pertemuan 1 Pertemuan 2

A. Persiapan

1. Penilaian RPP 100% 100% 100% Sangat Baik

B. Pelaksanaan

2. Pelaksanaan pembelajaran

pada kegiatan awal 93.75% 100% 96.88% Sangat Baik 3. Pelaksanaan pembelajaran

pada kegiatan inti 88.89% 94.4% 91.65% Sangat Baik 4. Pelaksanaan pembelajaran

pada kegiatan penutup 83.3% 91.67% 87.49% Sangat Baik C. Penguasaan Kelas

5. Keterampilan penguasaan

kelas 100% 100% 100% Sangat Baik

Hasil observasi yang dijabarkan pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa RPP sudah dirancang dengan sangat baik. RPP sudah sesuai dengan model sintaks cooperative learning tipe TGT & sesuai dengan KTSP. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, guru telah dapat menerapakan model TGT dengan baik. Hasil tersebut dapat dilihat dalam penilaian lembar observasi yang telah diakumulasikan dalam tabel 4.6. Kendala yang dialami pada siklu I sudah teratasi.

Seperti halnya pertemuan 1, pengamatan pada pertemuan 2 siklus I juga dilakukan oleh guru kelas 5. Setelah peneliti selaku guru yang mengajar melaksanakan pembelajaran, maka hasil pada lembar observasi yang telah dinilai dihitung sehingga dapat diukur keberhasilan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil pengamatan pada pertemuan 2 siklus I menunjukkan bahwa, pembelajaran yang diterapkan oleh guru baik dari pada pertemuan sebelumnya. Ini menunjukkan guru telah menguasi langkah-langkah pembelajaran TGT dengan baik, kesesuaian penyusunan RPP dengan KTSP juga sudah sesuai, RPP sudah menunjukkan langkah-langkah dari TGT. Penguasaan kelas oleh guru juga dikategorikan sangat baik.

(19)

hasilnya dapat mendukung hasil belajar. Pengamatan terhadap siswa juga dilakukan oleh guru kelas V. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa siklus II dapat dilihat pada lampiran 7, sedangkan rekapitulasi hasil pengisian lembar observasi siswa dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7

Distribusi Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Model TGT Siklus II

Kegiatan Siswa Skor Rata-rata Kriteria

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Kegiatan Klasikal 90% 92.5% 91.25% Sangat Baik Kegiatan Kelompok 82.14% 92.86% 87.5% Sangat Baik

Data pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada siklus II pertemuan 1, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan sangat baik ditunjukan dengan nilai aktivitas pada kegiatan klasikal sebesar 90%, dan kegiatan kelompok sebesar 82.14%. Selanjutnya pada pertemuan ke dua nilai aktivitas meningkat menjadi 92.5% pada kegiatan klasikal dan 92.86% pada kegiatan kelompok dengan kriteria amat baik. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan model cooperative learning tipe TGT dengan baik. Adapun kendala yang dialami pada siklus I, sudah dapat diatasi pada siklus II.

(20)

100. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa SD Negeri Sidorejo Kidul 03, setelah dilakukan tindakan pada siklus I diketahui bahwa tidak ada siswa yang tidak tuntas atau mendapat nilai di bawah KKM, ini menunjukkan semua siswa mengalami ketuntasan belajar dengan presentase 100%.

Berdasarkan hasil belajar siswa, setelah diadakan tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebanyak 3 siswa atau secara persentase peninkatannya sebesar 18.75% yakni dari 13 siswa (81.15%) menjadi 16 siswa (100%), kemudian terjadi penurunan bagi siswa yang belum tuntas atau mencapai KKM yaitu sebanyak 3 siswa atau secara persentase sebesar 18.75%, yakni dari 3 siswa (18.75%) yang tidak tuntas berkurang menjadi 0 siswa (0%), peningkatan tersebut sekaligus menunjukkan berhasilnya penelitian ini karena ketuntasan pada siklus II telah mencapai indikator yang ditentukan. Pada siklus II, guru memberi bimbingan ekstra pada ketiga siswa yang belum tuntas. Guru juga memberi kesempatan pertama bagi ketiga siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat. Guru memberikan nasihat serta masukan supaya siswa tersebut tidak merasa malu dalam bertanya. Adanya bimbingan yang diberikan guru tersebut membuat siswa yang sebelumnya tidak tuntas berani bertanya mengenai materi yang belum dipahami, siswa-siswa tersebut mampu mengejar ketinggalan sehingga setelah diberikan tes evaluasi menunjukkan hasil yang baik.

4.3.4 Refleksi

Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada materi operasi hitung bilangan bulat, maka peneliti melakukan refleksi.Ternyata hasil perbaikan pembelajaran memberikan hasil sesuai yang diharapkan, di mana semua siswa pada siklus II berhasil tuntas dalam belajarnya. Selain itu, kegiatan pembelajaran juga telah terlaksana dengan baik, seluruh langkah-langkah pembelajaran telah terlaksana, pada kegiatan tim, games dan turnamen dapat terlaksana dengan baik dan berjalan sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan.

(21)

Tabel 4.8

Distribusi Perbandingan Aktifitas Guru dalam Pembelajaran Matematika model TGT Siklus I dan Siklus II

Siklus Persentase Kriteria

I Pertemuan 1 72.68% Baik

Pertemuan 2 85.76% Sangat Baik

II Pertemuan 1 94.32% Sangat Baik

Pertemuan 2 97.67% Sangat Baik

(22)

Tabel 4.9

Distribusi Perbandingan Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika Model TGT Siklus I dan Siklus II

Siklus Kegiatan Pembelajaran Persentase Kriteria

I

Pertemuan 1 Kegiatan Klasikal 75% Baik

Kegiatan Kelompok 57.14% Cukup

Pertemuan 2 Kegiatan Klasikal 82.5% Amat Baik

Kegiatan Kelompok 78.57% Baik

II

Pertemuan 1 Kegiatan Klasikal 90% Amat Baik

Kegiatan Kelompok 82.14% Amat Baik

Pertemuan 2 Kegiatan Klasikal 92.5% Amat Baik

Kegiatan Kelompok 92.86% Amat Baik

Hasil penilaian terhadap lembar observasi siswa ditunjukkan pada tabel 4.10. Tabel 4.10 menunjukkan adanya peningkatan terhadap tingkah laku siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT. Hasil dari siklus I pertemuan 1 pada kegitan klasikal nilai aktivitas yang diperoleh sebesar 75% dengan kategori baik, sedangkan nilai pada kegiatan kelompok sebesar 57.14% dengan kategori cukup. Nilai tersebut menunjukkan bahwa secara garis besar, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan cukup baik. Pada pertemuan 1 siklus I, masih terdapat beberapa kendala seperti siswa masih mengalami kesulitan pada kegiatan kelompok, baik kegiatan tim, games maupun kegiatan turnamen. Namun setelah dilakukan refleksi dan dirancang solusi kendala tersebut dapat teratasi pada pertemuan 2 meskipun belum maksimal. Hal ini dikarenakan, siswa belum terbiasa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Meskipun demikian, nilai aktivitas pada pertemuan 2 siklus I mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya, yakni pada kegiatan klasikal nilai aktivitas sebesar 82.5% dan nilai aktivitas pada kegiatan kelompok sebesar 78.57%.

(23)

pada kegiatan klasikal dan 92.86% pada kegiatan kelompok dengan kriteria amat baik. Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa siswa telah dapat mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan amat baik, selanjutnya hasil ini dapat mendukung adanya peningkatan terhadap hasil belajar. Berikut disajikan perbandingan hasil belajar siswa.

Tabel 4.10

Distribusi Hasil Belajar Berdasarkan Skor Minimum, Skor Maksimum & Rata-Rata Siklus 1 dan Siklus 2

Skor Siklus

I II

Minimal 60 70

Maksimal 90 10

Rata-rata 70,62 82,25

Dari Tabel 4.11 terlihat bahwa dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan rata-rata kelas dari 70.62 menjadi 82.5 dengan ketuntasan yang juga terjadi peningkatan sebesar 18.75% yaitu dari 81.25% menjadi 100%. Persentase ketuntasan kelas V yang dicapai pada siklus I ke siklus II tersebut telah mencapai standar yang ditentukan SDN Sidorejo Kidul 03 yaitu minimal 85% siswa tuntas KKM, serta nilai rata-rata kelas juga telah mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Untuk lebih jelasnya akan disajikan perbandingan jumlah siswa yang nilai tes siklus I pada materi operasi hitung bilangan bulat menggunakan model

(24)

cooperative learning tipe TGT adalah 81% (13 siswa). Pada siklus II, persentase siswa yang tuntas yang diambil dari tes siklus II adalah 100% (16 siswa). Gambar di atas menunjukan peningkatan jumlah siswa tuntas dari siklus I ke siklus II. Kondisi tersebut juga diiringi dengan menurunnya jumlah siswa yang tidak tuntas mulai dari 3 siswa menjadi tidak ada siswa yang dinyatakan tidak tuntas. Hasil tersebut telah memenuhi indikator kinerja pada penelitian ini yaitu 85% tuntas dengan KKM 65, sehingga pelaksanaan pembelajaran dihentikan pada siklus II.

4.4 Pembahasan

Pada studi awal, siswa yang tuntas belajar sebanyak 7 siswa (43.75%) dari jumlah keseluruhan siswa, dengan nilai rata-rata 65.63. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 13 siswa (81%) dengan nilai rata-rata 70.63. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan nilai ketuntasan belajar kondisi awal ke siklus I yaitu 25%. Ketuntasan dari kondisi pra siklus ke siklus I diketahui karena dalam pembelajaran siswa merasa senang dengan adanya kegiatan game sehingga siswa tidak merasa tertekan. Pada tahap Tim, siswa bisa saling bekerjasama dalam kelompok. Pada tahap games, siswa dapat belajar soal dengan cara yang menyenangkan karena lewat pertandingan kelompok. Selanjutnya pada tahap tournament, meski berjuang secara individu tapi tetap membuat semangat karena persaingan yang seimbang, siswa berada dalam 1 meja dengan kemampuan yang sama. Kondisi tersebut membuat siswa dapat belajar dengan lebih baik, selain itu juga membantu siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Meskipun telah terjadi peningkatan, namun hasil ketuntasan belajar pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yakni sebesar 85% dari seluruh siswa mengalami ketuntasan, sedangkan ketuntasan pada siklus I hanya mencapai 81% saja. Oleh karena itu perlu dilakukan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

(25)

sebesar 18.75%. Memperhatikan ketuntasan belajar pada siklus II yang mencapai 100%, maka ketuntasan belajar pada siklus II telah melampaui indikator keberhasilan yang ditentukan, dengan demikian upaya meningkatkan hasil belajar siswa telah tercapai. Berdasarkan pada hasil ini maka dikatakan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan yang direncanakan. Hasil tersebut juga didukung dengan keberhasilan guru dalam menerapkan model kooperatif tipe TGT yakni ditunjukkan dengan peningkatan di setiap pertemuan dalam menerapkan model TGT pada pembelajaran matematika. Selain itu siswa juga dapat mengikuti pembelajaran TGT dengan baik, hal tersebut ditunjukkan dengan penilaian pada lembar observasi. Pada saat dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dapat lebih mudah memahami materi, yakni dengan adanya kegiatan tim di mana siswa dapat saling bertukar pikiran dan bebas menyampaikan pendapat. Selain itu kegiatan tim menumbuhkan semangat kerja sama. Siswa yang unngul belajarnya dapat membantu siswa yang lemah sehingga dalam kegiatan tim terjadi kerja sama yang baik. Selain itu kegiatan games dan turnamen merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa, siswa tidak merasa terbebani dengan adanya soal-soal yang diberikan oleh guru, meskipun di awal pertemuan masih terdapat siswa yang yang merasa kebingungan akan tugasnya namun kondisi demikian dapat teratasi dipertemuan selanjutnya. Kegiatan turnamen melatih siswa untuk melakukan kompetisi dengan baik, siswa saling berlomba-lomba untuk mengerjakan soal. Secara keseluruhan kegiatan pada TGT menolong siswa untuk menguasai materi tanpa adanya paksaan, siswa merasa perlu menguasai materi dengan keiningan sendiri, keinginan untuk unggul dalam kegiatan turnamen. Hal tersebut memicu meningkatnya hasil belajar siswa.

(26)

siklus I siswa yang sudah tuntas mencapai KKM sebanyak 16 siswa (64%), sedangkan pada akhir siklus II siswa yang sudah tuntas mencapai KKM sebanyak 27 siswa (96%). Ada kenaikan ketuntasan siswa atau nilai hasil belajar Matematika dari siklus I ke siklus II sebesar 32%.

Hasil peneltian lainnya yang juga menunjukkan keberhasilan dalam

meningkatkan hasil belajar melalui model kooperatif tipe TGT adalah penelitian

yang dilakukan oleh Ari Dwi Susyanto (2015) yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournamen Pada Siswa Kelas V SD N 1 Jembangan Poncowarno Kebumen”. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai ratarata kelas mengalami peningkatan yaitu dari hasil pra siklus sebesar 66,72 pada siklus I rata-rata kelas naik menjadi 69,54 dan pada siklus II naik menjadi 77,72. Pada pra siklus persentase ketuntasan keseluruhan siswa sebesar 18% atau 4 dari 22 siswa. Pada siklus I persentase ketuntasan keseluruhan siswa meningkat menjadi 50% atau 11 dari 22 siswa, kemudian pada siklus II meningkat kembali menjadi 86% atau 19 dari 22 siswa. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan prestasi belajar Matematika mulai tahap pra siklus, Siklus I dan Siklus II.

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2 Pembagian Kelompok Kegiatan TGT
Tabel 4.3 Distribusi Aktifitas Guru dalam Pembelajaran
Tabel 4.4 Distribusi Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran
+4

Referensi

Dokumen terkait

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa mampu menerapkan pelaksanaan audit pendokumentasian rekam medis dengan model analisis secara kuantitatif dari berbagai kasus pelayanan

Faktor penyebab rendahnya pemaham- an konsep energi panas dan bunyi pada siswa kelas IVB SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo yaitu dalam pembelajaran cenderung berpusat pada guru

By tying the production of Petrarchan lyric poetry to the development of reformed currents of thought in Italy in the early decades of the sixteenth- century, as the preceding

Dalam masa percobaan 1 (satu) tahun CPNS, hanya ada satu pendidikan dan pelatihan (pelatihan) terintegrasi yang telah menggabungkan seluruh kebutuhan

Cunneen C 2001 Conflicts, Politics and crime: Aboriginal communities and the police Allen &amp; Unwin Crows Nest Cunneen C 2009 'Criminology, criminal justice and Indigenous

Sesuai dengan rincian tugas dalam Surat Keputusan Menpan Nomor: KEP/128/M.PAN/9/2004 tentang Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya, maka dalam kurikulum Diklat

Kolom 2 (dua) diisi dengan butir kegiatan yang dinilai dalam Angka Kredit berdasarkan output yang dihasilkan (berdasarkan pada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Another doubling providing ground for the cultural work of the show is a tension between the urban – rural and real and imagined/dreamt or hard-to-comprehend territory 23