• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi pengobatan pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalansi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi pengobatan pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalansi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran pasien, gambaran engobatan, identifikasi Drug Related Problems (DRPs) serta mengetahui hasil

rapi pada pengobatan diabetes Melitus dengan komplikasi ulkus/gangren pada asien rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005. Ulkus/gangren merupakan mplikasi yang terjadi pada kaki penderita diabetes Melitus. Pengobatan diabetes Melitus dengan komplikasi ulkus/gangren meliputi kontrol glukosa darah, penutupan luka, penyembuhan infeksi dan pengatasan iskemik. Pengobatan yang tidak tepat dan tidak rasional

ak 58% pasien

obat tidak tepat, dan tidak perlu obat serta dosis berlebih masing

p te p

salah satu ko

dapat menimbulkan Drug Related Problems sehingga merugikan pasien.

Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Penelitian dilakukan pada 24 pasien DM dengan komplikasi ulkus/gangren di instalasi rawat inap Rumah Sakit Betesdha Yogyakarta periode Juli-Desember 2005 berdasarkan rekam medis. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan hasilnya ditampilkan dalam tabel atau gambar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 48% merupakan kelompok usia >45-≤64 tahun dan berjenis kelamin perempuan (72 %). Sebany

mengalami ulkus dan 42% mengalami gangren. Komplikasi lain yang terbanyak adalah hipertensi (8,33%). Strategi pengobatannya adalah dengan menggunakan 9 kelas terapi, di mana yang banyak digunakan adalah antibiotika (100%) dan antidiabetik (91,66%). Dari hasil evaluasi DRP ditemukan 13 kasus mengalami aktual DRP, yaitu 8 kasus dosis kurang, 6 kasus butuh terapi obat tambahan, 2 kasus

-masing 1 kasus. Potensial DRP juga ditemukan pada 2 kasus, yaitu tidak perlu obat dan adverse drug reaction masing-masing 1 kasus. Lamanya tinggal pasien selama 8-14 hari (58,33%) dan hasil adalah membaik (37%).

Kata kunci : diabetes Melitus, ulkus diabetik, Drug Related Problems

(2)

ABST ACT

This research aim to show patient’s profile, medical therapy’s profile, identification of Drug Related Problems (DRPs) and aim to know patient’s outcome in the medical therapy of foot ulcer diabetic inpatient at Bethesda Hospital Yogyakarta on Juli-Desember 2005 period. Foot ulcer or gangrene is one of diabetes mellitus complication ears, the amount of diabetic foot ulcer inpatient at Bethesda Hospital Yogyakarta keep on rising. Wrong and unrational medical therapy caused Drug Related problems whichpatients.

This research is a non experimental one with retrospective evaluative descrip

sion as second

and dossage too high (1 cases each). Potensial DRPs also fo

R

. In this last 4 y

tion design. The research have done in 24 patients foot ulcer diabetic inpatient at Bethesda Hospital Yogyakarta on Juli-Desember 2005 period based on patients medical record. Analysis of data done by descriptively and the result showed in table or picture.

The result of this research show that 48% patients in the age between

>45-≤65 years old, 72% patients are female. 58% patients have ulcer complication and 42% have gangrene complication. 8,33% patients have hyperten

ary complication. The medical therapy used consist by 9 categories which the most frequently used are antibiotic (100%) and antidiabetic (91,66%). The result of DRPs evaluation shows that there are 14 cases of actual DRPs. They are dossage too low (8 cases), need for additional drug therapy (6 cases), wrong drug (3 cases), drug unnecessary

und in 2 cases. They are drug unnecessary and adverse drug reaction 1 case each. Length of stay of patients between 8-14 days (58,33%) and the outcomes are get better (37%).

Keywords: diabetes mellitus, ulcer diabetic , Drug Related Problems

(3)

EVALUASI PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI ULKUS/GANGREN DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE JULI-DESEMBER 2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Antonia Ari Susanti

NIM : 038114109

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

EVALUASI PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI ULKUS/GANGREN DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE JULI - DESEMBER 2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Disusun oleh : Antonia Ari Susanti

NIM : 038114109

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

(5)

SKRIPSI

EVALUASI PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI ULKUS/GANGREN DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE JULI - DESEMBER 2005

Oleh :

Antonia Ari Susanti NIM : 038114109

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes tanggal ...

(6)

Pengesahan Skripsi Berjudul

EVALUASI PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI ULKUS/GANGREN DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE JULI - DESEMBER 2005

Oleh : Antonia Ari Susanti

NIM : 038114109

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal : 9 Juni 2007

Mengetahui

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Dekan

Rita Suhadi, M.Si, Apt.

Pembimbing :

dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes ...

Panitia Penguji :

1. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes ...

2. Rita Suhadi, M.Si, Apt. ...

3. Aris Widayati, M.Si., Apt. ...

(7)

Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan.

Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.

Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.

Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia masa muda abadi.

Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan.

Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa pemberian Tuhan.

Ambillah waktu untuk tersenyum, itu adalah musik menggetarkan hati.

Ambillah waktu untuk berbagi, itu adalah hal yang membuat hidup

terasa berarti.

Rasa

takut ’kan lebur oleh peng HARAPAN

Pengharapan takkan nyata tanpa USAHA

dengan penuh syukur dan doa

kupersembahkan karya ini untuk :

Yesus, Tuhan Pengharapanku

Maria Bundaku

Ibu bapak tercinta

Saudaraku, Mba’ Wanty dan de’ Ambar

Sungai yang boleh kuselami

Almamaterku

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

Yogyakarta,

Penulis

Antonia Ari Susanti

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(9)

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Kasih atas limpahan karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul ”Evaluasi Pengobatan Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi

Ulkus/Gangren di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

Periode Juli-Desember 2005” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

strata satu di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Bersama ucapan syukur ini Penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mengulurkan tangan hingga

terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada :

1. Dr. Sugianto,Sp.S.,M.Kes.,Ph.D. selaku direktur Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

2. Bapak Sis Wuryanto, AmdPerKes,SKM selaku kepala bidang rekam medis

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, Pak Darsono, Pak Ibnu, Pak Agung dan

seluruh staf bagian rekam medis Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang

telah membantu kelancaran Penulis dalam proses pengambilan data.

3. Kepala Bagian Pusmarsa Rumah Sakit Bethesda beserta staf yang telah

memberikan pengarahan prosedural kepada penulis sehingga sangat

membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.

4. Ibu Dra. Pramuji Eko Wardani, MAB.,Apt. selaku kepala instalasi farmasi

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan informasi dan

membuka wawasan penulis.

(10)

5. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma sekaligus sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak arti

bagi kelancaran penyelesaian skripsi ini dan telah memberikan banyak

6.

8. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si atas pemberian diri sebagai

n penyelesaian skripsi ini.

11. arma dan perpustakan Farmasi UGM atas

12. rkan

13. g telah memberikan dukungan dan kasih

persaudaraan. masukan dan saran.

Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan waktu dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini

hingga selesai.

7. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan

banyak masukan dan saran kepada penulis.

Bapak Ignatius

dosen pembimbing akademik dan ketulusan hati menunjukkan jalan bagi

Penulis.

9. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt dan segenap panitia skripsi Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan arti bagi

kelancara

10.Sekretariat Farmasi ; Mbak Sari, Mas Narto dan Pak Kartatmo yang telah

memberikan kemudahan bagi penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

Perpustakaan Universitas Sanata Dh

fasilitas dalam pencarian pustaka.

Ibu dan bapak atas doa dan cintanya serta pengorbanan untuk menganta

Ari hingga berjalan sejauh ini.

Mba’ Wanty dan de’ Ambar yan

(11)

14.Pasifikus Christa Wijaya atas kehadirannya untuk memberi waktu,

mendukung, mendengarkan dan menemani dalam setiap kesempatan hingga

dari keluarga kalian.

17.

, Mas Adit, Mba Sisca, Mas Vembri,

19. Yanto, Mas Simus, Mas Frans, Antoro, Hermin,

20. gga yang telah menjadi anugerah

21. k cerita yang masih berlanjut.

terselesaikannya skripsi ini. Juga Christa dan Leo, terimakasih karena boleh

menjadi bagian

15.Semua teman-teman C_Mistry, esp. Tawiq, Wenny, Ica, Sindi, Melin, Melon, Rini, Angga, Gallaeh, Rinto, Donny, Willy, Nia dan semuanya yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu. Bersama kalian aku banyak berkembang dan

belajar tentang arti persahabatan.

16.Mba’Puri, Mba’Wenny, Mba’ Meita, Mba’Astu, Mba’ Ullin, Mas Thomas

atas masukan-masukan yang diberikan.

Angger dan Ria, teman seperjuangan dalam proses pengambilan data.

Terimakasih atas semuanya.

18.Temen-teman JKMK terimakasih untuk kasih yang boleh kita bagi dan

rasakan, esp., Mba’ Vero, Mba’ Ratna Albert, Nendi, Mas Heri dan semuanya.

Rm. Issri, Rm. Wiratno, Mas

Prima dan teman-teman mudika Saint Mary semuanya terimakasih untuk kerjasama dan keceriaan kita selama ini.

Teman-teman Banana Hum dan tetan

terindah dalam hidup bersama. Eta, Ria, Detta terimakasih atas pinjaman

pustakanya dan Punto atas printernya.

Teman-teman VL gen_X terimakasih untu

(12)

22.Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini dan

tidak bisa disebutkan satu persatu.

Dengan segala kerendahan hati Penulis menyadari bahwa skripsi ini

baca

dap

Penulis masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun dari pem

sekalian sangat diharapkan. Akhirnya Penulis berharap semoga hasil penelitian ini

at bermanfaat bagi semua pihak.

(13)

INTISARI

Penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran pasien, gambaran engobatan, identifikasi Drug Related Problems (DRPs) serta mengetahui hasil

rapi pada pengobatan diabetes Melitus dengan komplikasi ulkus/gangren pada asien rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005. Ulkus/gangren merupakan mplikasi yang terjadi pada kaki penderita diabetes Melitus. Pengobatan diabetes Melitus dengan komplikasi ulkus/gangren meliputi kontrol glukosa darah, penutupan luka, penyembuhan infeksi dan pengatasan iskemik. Pengobatan yang tidak tepat dan tidak rasional

ak 58% pasien

obat tidak tepat, dan tidak perlu obat serta dosis berlebih masing

p te p

salah satu ko

dapat menimbulkan Drug Related Problems sehingga merugikan pasien.

Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Penelitian dilakukan pada 24 pasien DM dengan komplikasi ulkus/gangren di instalasi rawat inap Rumah Sakit Betesdha Yogyakarta periode Juli-Desember 2005 berdasarkan rekam medis. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan hasilnya ditampilkan dalam tabel atau gambar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 48% merupakan kelompok usia >45-≤64 tahun dan berjenis kelamin perempuan (72 %). Sebany

mengalami ulkus dan 42% mengalami gangren. Komplikasi lain yang terbanyak adalah hipertensi (8,33%). Strategi pengobatannya adalah dengan menggunakan 9 kelas terapi, di mana yang banyak digunakan adalah antibiotika (100%) dan antidiabetik (91,66%). Dari hasil evaluasi DRP ditemukan 13 kasus mengalami aktual DRP, yaitu 8 kasus dosis kurang, 6 kasus butuh terapi obat tambahan, 2 kasus

-masing 1 kasus. Potensial DRP juga ditemukan pada 2 kasus, yaitu tidak perlu obat dan adverse drug reaction masing-masing 1 kasus. Lamanya tinggal pasien selama 8-14 hari (58,33%) dan hasil adalah membaik (37%).

Kata kunci : diabetes Melitus, ulkus diabetik, Drug Related Problems

(14)

ABST ACT

This research aim to show patient’s profile, medical therapy’s profile, identification of Drug Related Problems (DRPs) and aim to know patient’s outcome in the medical therapy of foot ulcer diabetic inpatient at Bethesda Hospital Yogyakarta on Juli-Desember 2005 period. Foot ulcer or gangrene is one of diabetes mellitus complication ears, the amount of diabetic foot ulcer inpatient at Bethesda Hospital Yogyakarta keep on rising. Wrong and unrational medical therapy caused Drug Related problems whichpatients.

This research is a non experimental one with retrospective evaluative descrip

sion as second

and dossage too high (1 cases each). Potensial DRPs also fo

R

. In this last 4 y

tion design. The research have done in 24 patients foot ulcer diabetic inpatient at Bethesda Hospital Yogyakarta on Juli-Desember 2005 period based on patients medical record. Analysis of data done by descriptively and the result showed in table or picture.

The result of this research show that 48% patients in the age between >45-≤65 years old, 72% patients are female. 58% patients have ulcer complication and 42% have gangrene complication. 8,33% patients have hyperten

ary complication. The medical therapy used consist by 9 categories which the most frequently used are antibiotic (100%) and antidiabetic (91,66%). The result of DRPs evaluation shows that there are 14 cases of actual DRPs. They are dossage too low (8 cases), need for additional drug therapy (6 cases), wrong drug (3 cases), drug unnecessary

und in 2 cases. They are drug unnecessary and adverse drug reaction 1 case each. Length of stay of patients between 8-14 days (58,33%) and the outcomes are get better (37%).

Keywords: diabetes mellitus, ulcer diabetic , Drug Related Problems

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

i B. 1. H HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

KATA PENGANTAR ... vi

INTISARI ... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan Masalah ... 4

2. Keaslian Penelitian... 5

3. Manfaat Penelitian ... 7

a. Manfaat Teoritis... 7

b. Manfaat Praktis ... 7

Tujuan Penelitian ... 8

Tujuan Umum ... 8

(16)

2.

A.

1

1

B.

C. Dru D. Ket

BAB I

Tujuan Khusus ... 8

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 9

Diabetes Melitus ... 9

1. Definisi, Tanda dan Gejala... 9

2. Etiologi ... 10

3. Patofisiologi ... 1

4. Diagnosis Diabetes Melitus ... 3

5. Komplikasi Diabetes Melitus ... 14

Ulkus Diabetik ... 17

1. Definisi, tanda dan gejala... 17

2. Epidemiologi ... 18

3. Etiologi... 19

4. Patofisiologi ... 19

5. Diagnosis ... 22

6. Klasifikasi ... 23

7. Penatalaksanaan ... 25

a. Tujuan ... 25

b. Sasaran terapi ... 25

c. Strategi terapi ... 25

g Related Problems (DRPs)... 35

erangan Empiris yang diharapkan ... 37

II METODOLOGI PENELITIAN... 38

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 38

(17)

B. Definisi Operasional ... 38

C. Subyek Penelitian ... 40

D. Bahan Penelitian ... 41

E. Lokasi Penelitian ... 41

F. Tata Cara Penelitian ... 41

1. Perencanaan ... 41

2. Pengambilan data ... 42

3. Pengolahan data ... 43

4. Analisis hasil ... 43

BA A. ... 47

... 47

B. ... 52

... 53

B IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

Gambaran Umum Pasien Diabetes melitus dengan Komplikasi Ulkus/ Gangren di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005 ... 46

1. Distribusi jenis kelamin ... 2. Distribusi Usia ... 3. Distribusi tingkat keparahan ... 49

4. Distribusi komplikasi lain/penyakit penyerta ... 51

Gambaran Umum Pola Pengobatan Pasien Diabetes melitus dengan Komplikasi Ulkus/Gangren di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005... 52

1. Kelas Terapi Obat yang digunakan... 2. Golongan dan Jenis Obat yang digunakan ... a. Antibiotika ... 53

(18)

b. Antidiabetika ... 53

c. Analgesik ... 58

d. Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah ... 59

e. Obat Penyakit Otot Skelet dan Sendi ... 61

f. Obat Sistem Saluran Cerna ... 62

g. Obat Sistem Saraf Pusat ... 63

h. Obat Sistem Kardivaskuler ... 64

i. Obat Sistem Pernafasan ... 65

C. Eva Ulk Yo k i ... 80

... 85

luasi Pengobatan Pasien Diabetes melitus dengan Komplikasi us/Gangren di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda gya arta Periode Juli-Desember 2005 ... 66

D. Hasil Terapi (outcome) Pasien Diabetes melitus dengan Komplikas Ulkus/Gangren di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005 ... 78

E. Ringkasan Pembahasan ... BAB V. PENUTUP ... A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN ... 91

BIOGRAFI PENULIS ...136

(19)

DAFTARTABEL

Halaman Kategori Status Glukosa Darah (Tripliit et al., 2005)... 14 abel II. Bakteri Penginfeksi Ulkus 19

., 2 00)....

.

33

52

... 54

abel XII.

ren Tabel I.

T Diabetik (Frykberg et al., 2000)...

Tabel III. Klasifikasi Ulkus Diabetik (Frykberg et al 0 ... 23

Tabel IV. Klasifikasi Diabetic Foot Infection (Lipsky, et al., 2004) ... 24 Tabel V. Macam Insulin Berdasarkan Lama kerjanya (Johnson, 1998) 30

Tabel VI. Anjuran Pemilihan Antibiotik secara Empiris (Lipsky, et al., 2004) ... 32

Tabel VII Pemilihan Antibiotika berdasarkan hasil pemeriksaan Kultur

(Nuermberger, 2005) ...

Tabel VIII. Penyebab Drug Related Problems (DRPs) (Cipolle, 1998) .... 36

Tabel IX. Distribusi Komplikasi Lain dan Penyakit penyerta Pasien ...

Tabel X. Sembilan kelas terapi obat pada pasien Diabetes Melitus

dengan Komplikasi Ulkus/Gangren di Instalasi Rawat Inap

RS. Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005... 53

Tabel XI. Golongan dan jenis obat antiinfeksi yang diberikanpada

pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ulkus/Gangren

di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta Periode

Juli-Desember 2005 ...

T Gambaran kesesuaian pemberian antibiotika secara empiris

pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gang

di instalasi rawat inap RS Bethesda Yogyakarta periode

(20)

Juli-Desember 2005 ... 56

abel XIII.

.. 56

abel XIV.

... 59

... 61

abel XVI.

n

62

... 64

III. erikan

Gangren T Gambaran kesesuaian pemberian antibiotikaberdasarkan

hasil pemeriksaan kultur pus gangren pada pasien diabetes

melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalasi rawat

inap RS Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005

T Golongan dan jenis obat antidiabetik yang diberikanpada

pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ulkus/Gangren

di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta Periode

Juli-Desember 2005 ...

Tabel XV. Golongan dan jenis obat analgesik yang diberikanpada

pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ulkus/Gangren

di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta Periode

Juli-Desember 2005 ...

T Golongan dan jenis obat gizi dan darah yang diberikanpada

pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ulkus/Gangre

di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta Periode

Juli-Desember 2005 ...

Tabel XVII. Golongan dan jenis obat penyakit otot skelet dan sendi

yang diberikanpada pasien Diabetes Melitus dengan

Komplikasi Ulkus/Gangren di Instalasi Rawat Inap RS.

Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005...

Tabel XV Golongan dan jenis obat sistem saluran cerna yang dib

pada pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ulkus/

(21)

di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta Periode

Juli-Desember 2005 ... 65

abel XIX. angren .. 66

abel XX. ngren 7 abel XXI. angren .. 68

abel XXII. abel XXIII. ... 71

I T Golongan dan jenis obat sistem saraf pusat yang diberikan pada pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ulkus/G di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005 ... T Golongan dan jenis obat sistem kardiovaskuler yang diberikan pada pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ulkus/Ga di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005 ... 6

T Golongan dan jenis obat sistem pernafasan yang diberikan pada pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ulkus/G di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005 ... T Evaluasi DRPs kasus I ... 70

T Evaluasi DRPs kasus II ... Tabel XXIV. Evaluasi DRPs kasus V ... 72

Tabel XXV. Evaluasi DRPs kasus VIII ... 73

Tabel XXVI. Evaluasi DRPs kasus XIV ... 75

Tabel XXVII. Evaluasi DRPs kasus XVI ... 76

Tabel XXVII . Evaluasi DRPs kasus XXIII ... 77

Tabel XXIX. Ringkasan Aktual DRP Butuh terapi obat tambahan ... 78

Tabel XXX. Ringkasan Aktual DRP Tidak perlu obat ... 78

(22)

Tabel XXXI. Ringkasan Aktual DRP Obat tidak tepat ... 79

Tabel XXXII. Ringkasan Aktual DRP Dosis kurang ... 79

Tabel XXXII . Ringkasan Aktual DRP Dosis berlebih ... 80 I

Tabel XXXIV. Ringkasan Potensial DRP Tidak perlu obat ... 80

Tabel XXXV. Ringkasan Potensial DRP Efek obat yang tidak diinginkan ... 80

(23)

DAFTAR GAMBAR

halaman

ambar 1. Patofisiologi Ulkus Diabetik (Frykberg et al., 2000) ... 20 Gambar 2. Distribusi Jenis K s Melitus

dengan Komplikasi Ulkus/Gangren di Instalasi Rawat Inap

asien

... 50

ambar 5. G

elamin Pasien Diabete

RS. Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005... 47

Gambar 3. Distribusi Kelompok Usia Pasien Diabetes Melitus

dengan Komplikasi Ulkus/Gangren di Instalasi Rawat Inap

RS. Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005... 48

Gambar 4. Distribusi Tingkat Keparahan Ulkus/Gangren pada P

Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ulkus/Gangren

di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta Periode

Juli-Desember 2005 ...

G Keadaan pulang pasien Diabetes Melitus dengan

Komplikasi Ulkus/Gangren di Instalasi Rawat Inap RS.

Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005... 81

Gambar 6. Lamanya tinggal pasien Diabetes Melitus dengan

Komplikasi Ulkus/Gangren di Instalasi Rawat Inap RS.

Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005... 82

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

ampiran 1. Surat Keterangan Penelitian di RS. Bethesda Yogyakarta ... 91

Lampiran 2. Data Pengobatan Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi

Ulkus/Gangren di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Yogy

...104

ampiran 4.

...133

ampiran 6.

...138 L

akarta

Periode Juli-Desember 2005 ... 92

Lampiran 3. Data Pemeriksaan Laboratorium dan Non Laboratorium

Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ulkus/Gangren

di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta Periode

Juli-Desember 2005 ...

L Hasil Pemeriksaan Kultur Bakteri Pasien Diabetes Melitus

dengan Komplikasi Ulkus/Gangren di Instalasi Rawat Inap

RS. Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005...129

Lampiran 5. Daftar Obat Yang Diberikan Kepada Pasien Diabetes

Melitus dengan Komplikasi Ulkus/Gangren di Instalasi

Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember

2005 ...

L Distribusi 10 Besar penyakit, macam-macam komplikasi

diabetes melitus serta jumlah pasien diabetes melitus

dan DM dengan komplikasi ulkus/gangren di rawat inap

RS. Bethesda Yogyakarta tahun 2005 ...

(25)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut laporan terakhir WHO (2005), di dunia kini terdapat sekitar 200 juta penderita diabetes melitus dan diperkirakan akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030. Di Indonesia jumlah penderita DM sekitar 8,6 juta orang. Angka ini membuat Indonesia menempati posisi keempat setelah India, China, dan Amerika Serikat (Anonim, 2005a). Jumlah penderita DM akan terus meningkat sesuai pola hidup masyarakat saat ini yang aktivitas fisiknya kurang dan makanannya tinggi lemak.

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik, di mana penderita DM tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadi kelebihan gula dalam darah. Apabila kadar glukosa darah tidak dikendalikan, penyakit ini akan menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal, baik komplikasi akut maupun kronis. Komplikasi akut yang terjadi seperti hipoglikemia, koma dan ketoasidosis. Komplikasi kronis terjadi pada berbagai organ tubuh, yaitu pada pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah mata (retinopati diabetik), pembuluh darah ginjal (nefropati diabetik) serta pembuluh darah kaki (ulkus/gangren).

Dalam suatu penelitian di berbagai rumah sakit umum di Jawa, ditemukan angka komplikasi yang sering dihadapi. Angka komplikasi tertinggi

(26)

adalah penurunan kemampuan seksual sebesar 50,9% kemudian diikuti komplikasi saraf atau ulkus/gangren (30,6%), retinopati diabetik (penyempitan sampai kerusakan pembuluh darah mata) sebesar 29,3%, katarak (16,3%), TBC paru-paru (15,3%), hipertensi (12,8%) dan penyakit jantung koroner (10%) (Selamihardja, 2005).

Komplikasi ulkus/gangren pada kaki penderita DM sangat umum terjadi. Penyakit ini disebabkan oleh kadar glukosa darah yang tidak terkontrol sehingga terjadi gangguan pada pembuluh darah perifer yang akan mengurangi aliran darah ke kaki. Di samping itu, kadar glukosa darah yang tidak terkontrol mengakibatkan kerusakan saraf perifer sehingga penderita DM kehilangan sensoriknya dan tidak menyadari apabila terluka. Hal inilah yang menjadi faktor penyebab utama terjadinya ulkus diabetik.

Kurang lebih 15% penderita DM akan mengalami ulkus pada kaki selama perjalanan penyakit mereka (Frykberg et al.,2000) dan 3-4% dari mereka terkena infeksi yang berat. Sebesar 85% penderita ulkus diabetik akan menjalani amputasi dan 36% pasien yang diamputasi, 2 tahun setelahnya meninggal dunia (Pinzur, 2004). Infeksi yang terjadi menjadi alasan utama bagi pasien DM dengan komplikasi ulkus/gangren untuk menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit. Tentu saja penyakit ini sangat mengesalkan bagi pasien karena membutuhkan perawatan yang lama dan biaya yang tinggi. Pasien pun sering merasa khawatir jika harus menjalani amputasi.

(27)

tindakannya harus berorientasi pada pelayanan kepada pasien (patient oriented). Salah satu unit pelayanan di rumah sakit adalah instalasi farmasi. Di Indonesia saat ini, peran farmasis di rumah sakit cenderung hanya menangani hal-hal yang bersifat administrasi dan manajemen atau pengelolaan obat sebagai barang (Yusmainita, 2001). Hal ini bertentangan dengan paradigma mengenai peran farmasi di rumah sakit atau farmasi klinik yaitu Asuhan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) yang bertujuan mencapai hasil yang baik dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Kunci utamanya adalah pemantauan terapi obat (monitoring drug therapy) yang bertujuan mengoptimalkan terapi dan meminimalkan efek obat yang tidak diinginkan (adverse effects). Pemantauan terapi obat dapat dilakukan dengan evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada penatalaksanaan suatu penyakit khususnya terapi menggunakan obat.

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan perawatan diabetes melitus. Menurut unit pencatatan rekam medik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, jumlah pasien DM dengan komplikasi ulkus/gangren menduduki peringkat teratas diantara komplikasi DM yang lain. Selama 4 tahun terakhir, jumlah pasiennya terus meningkat. Jumlah pasien DM dengan komplikasi ulkus yang rawat inap pada tahun 2002 sejumlah 34 pasien, tahun 2003 sejumlah 67, tahun 2004 sejumlah 77 hingga pada tahun 2005 mencapai 89 pasien.

(28)

obat. Penggunaan obat harus tepat dan rasional agar kualitas hidup pasien semakin meningkat dan hasil terapi yang dicapai optimal. Apabila penggunaan obat tidak tepat dan tidak rasional dapat menimbulkan masalah-masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs). Terjadinya DRPs ini dapat merugikan pasien baik dalam hal peningkatan kualitas hidup, hasil terapi maupun finansial.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengevaluasi pengobatan pada pasien DM dengan komplikasi ulkus/gangren di instalasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dengan analisis DRPs.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan beberapa permasalahan mengenai evaluasi pengobatan diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005, sebagai berikut di bawah ini.

a. Bagaimanakah gambaran pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda pada periode Juli-Desember 2005 meliputi umur, jenis kelamin, adanya komplikasi lain dan penyakit penyerta serta tingkat keparahan ulkus/gangren?

b. Bagaimanakah gambaran pengobatan yang digunakan dalam pengobatan pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005 meliputi kelas terapi, golongan dan jenis obat ?

(29)

instalasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada periode Juli-Desember 2005 yang meliputi :

1). membutuhkan terapi obat tambahan (need for additional drug therapy) 2). tidak membutuhkan obat (unnecessary drug therapy)

3). obat tidak tepat (wrong drug) 4). dosis kurang (dosage too low) 5). dosis berlebih (dosage too high)

6). efek obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction/ADR) 7). ketidaktaatan pasien (incomplience)

d. Bagaimanakah hasil terapi pasien DM dengan komplikasi ulkus/gangren di instalasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005 meliputi lamanya tinggal dan kesembuhan pasien.

2. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengobatan diabetes melitus yang pernah dilakukan, antara lain : “Pola Peresepan Obat Hiperglikemik Oral dan Studi Literatur Interaksi Obat pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Inap di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Januari – Maret 2002” oleh Suryawanti (2002). Penelitian ini berisi tentang gambaran pola peresepan obat hipoglikemi oral beserta interaksi obat yang potensial terjadi pada pasien diabetes melitus rawat inap di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Januari – Maret 2002.

(30)

Rawat Inap Rumah Sakit Santo Antonius Baturaja Sumatera Selatan Periode Tahun 2002” dan “Pola Penggunaan Obat Antidiabetika Oral pada Penderita Diabetes Melitus Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2003”. Keduanya menggambarkan pola peresepan obat hiperglikemik atau antidiabetika oral untuk penderita DM usia lanjut.

Selain itu juga pernah dilakukan penelitian yang menggambarkan pola penggunaan obat antidiabetika oral beserta evaluasi kerasionalannya dari kriteria tepat pasien, tepat obat, dan tepat dosis oleh Setiawan (2005) dengan judul : “Evaluasi Penggunaan Antidiabetik pada Pasien Rawat Inap Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2004”.

Pada tahun 2007 telah dilakukan penelitian tentang evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien DM ulkus oleh Sukma (2007) yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Ulkus Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 2005”.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, yaitu bahwa pada penelitian terdahulu lebih difokuskan pada penggambaran pola pengobatannya sedangkan pada penelitian ini dilakukan evaluasi pengobatan dengan menggunakan analisis DRPs. Pada penelitian terdahulu yang melakukan evaluasi pengobatan pada pasien DM dengan komplikasi ulkus/gangren juga menggunakan analisis DRPs namun terbatas pada evaluasi penggunaan antibiotika dan dilakukan di rumah sakit lain.

(31)

digunakan dalam pengobatan. Di samping itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam hal tempat dan periode waktu pengambilan data. Dengan demikian penelitian mengenai evaluasi pengobatan pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005 belum pernah dilakukan. 3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut ini. a. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan pedoman bagi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dalam pengobatan diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren sehingga hasil pengobatan optimal.

b. Manfaat Praktis

1). Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pengobatan yang diberikan kepada pasien DM dengan komplikasi ulkus/gangren yang rawat inap di RS Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005.

2). Bagi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dapat menjadi salah satu referensi pertimbangan dalam pemantauan pelayanan kesehatan khususnya dalam hal pengobatan diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren. 3). Dengan dilakukannya penelitian ini dapat mendukung pelaksanaan asuhan

(32)

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengevaluasi pengobatan pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian mengenai evaluasi pengobatan pasien diabetes melitus dengan komplikasi di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005 ini adalah :

a. mengetahui gambaran pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005 meliputi umur, jenis kelamin, adanya komplikasi lain dan penyakit penyerta serta tingkat keparahan ulkus/gangren

b. mengetahui gambaran pengobatan yang meliputi kelas terapi, golongan dan jenis obat yang digunakan dalam pengobatan pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005

c. menggambarkan potensial dan aktual Drug Related Problems yang timbul pada pengobatan pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda periode Juli-Desember 2005

(33)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus 1. Definisi, tanda dan gejala

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2003, diabetes

melitus merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

(American Diabetes Association, 2003).

Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator karena

penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai

macam keluhan dengan gejala sangat bervariasi. Gejala-gejala tersebut dapat

berlangsung lama tanpa diperhatikan dan terkadang gambaran klinik dari diabetes

tidak jelas, juga baru ditemukan pada saat pemeriksaan untuk penyakit lain

(Priyanto, 2006). Menurut Suyono (2002), gejala klasik DM adalah rasa haus

yang berlebihan (polidipsia), sering buang air kecil terutama pada malam hari

(poliuria), selalu merasa lapar (polifagia), dan penurunan berat badan. Selain itu

terdapat pula keluhan lain seperti rasa lemah, kesemutan pada jari tangan dan

kaki, merasa cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan menjadi kabur, gairah seks

menurun, dan luka sukar sembuh.

Diabetes melitus ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah

(hiperglikemik) kronik karena gangguan metabolisme lipid, karbohidrat, dan

protein serta meningkatnya komplikasi penyakit vaskuler. Hiperglikemia kronik

(34)

pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang dan disfungsi

beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah,

yang menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain aterosklerosis,

neuropati, gagal ginjal, dan retinopati (Priyanto, 2006).

2. Etiologi

Klasifikasi DM menurut American Diabetes Assosiation (1997) dibagi

menjadi empat kelompok yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM

gestasional. Pembagian ini berdasarkan etiologi DM.

a. Diabetes Melitus tipe 1

Pada diabetes melitus tipe 1 ditemukan kerusakan autoimun sel β yang

mengakibatkan terjadinya defisiensi insulin absolut (Adam, 2000). Menurut

Triplitt et al. (2005), diabetes melitus tipe ini merupakan hasil dari kerusakan

sel β pankreas yaitu penghasil insulin. Diabetes Melitus tipe ini biasanya

terjadi pada anak-anak dan anak muda, tetapi bisa juga terjadi pada berbagai

usia.

b. Diabetes Melitus tipe 2

Diabetes Melitus tipe ini dikarakterisasikan dengan resistensi insulin dan

sedikitnya sekresi insulin relatif. Kebanyakan individu dengan DM tipe 2

menunjukkan obesitas abdominal yang juga menyebabkan resistensi insulin

(Triplitt et al., 2005).

c. Diabetes Melitus tipe lain

Diabetes melitus tipe ini berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu

(35)

penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat/zat kimia, infeksi:

rubela kongenital, sitomegalovirus, penyebab imunologi yang jarang: antibodi

antiinsulin, sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM (Widijanti, 2005).

d. Gestational Diabetes Melitus

Gestational Diabetes Melitus (GDM) dibatasi sebagai intoleransi glukosa yang

pertama kali diketahui selama kehamilan. Komplikasi GDM terjadi sekitar 7%

dari semua kehamilan. Pada umumnya GDM mulai ditemukan pada

kehamilan trimester kedua atau ketiga, yang ditandai dengan adanya resistensi

insulin (Triplitt et al., 2005).

3. Patofisiologi

Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung

dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari

karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan

lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh

untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar.

Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus diolah, di mana

glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang disebut

metabolisme (Priyanto, 2006).

Karbohidrat sebagai sumber glukosa yang utama, mengalami

pemecahan menjadi monosakarida. Proses ini terjadi di usus halus di mana sel

epitel yang membatasi usus halus mengandung empat enzim yaitu laktase,

sukrase, maltase, dan isomaltase, yang masing-masing mampu memecahkan

(36)

monosakaridanya. Monosakarida glukosa, galaktosa dan fruktosa kemudian

diabsorpsi melalui sel-sel epitel usus halus dan diangkut oleh sistem sirkulasi

darah sehingga kadar glukosa darah meningkat (Anonim, 2007a).

Setelah makanan diabsorpsi usus, glukosa dialirkan ke hati melalui vena

porta. Sebagian dari glukosa tersebut disimpan sebagai glikogen. Pada saat itu

kadar glukosa dalam vena porta lebih tinggi daripada kadarnya di vena hepatik.

Setelah absorpsi selesai, glikogen dalam hati dipecah kembali menjadi glukosa.

Pada saat ini kadar glukosa dalam vena hepatik lebih tinggi daripada kadarnya

dalam vena porta. Pada keadaan biasa, persediaan glikogen dalam hati cukup

untuk mempertahankan kadar glukosa darah (Handoko dan Suharto, 1995).

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu

membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel yang digunakan sebagai

bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel β di

pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel sehingga

glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di

dalam darah meningkat (Anonim, 2005b).

Insulin mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap metabolisme

karbohidarat, lipid, protein maupun mineral. Di samping itu insulin akan

meningkatkan lipogenesis, menekan lipolisis dan meningkatkan transpor asam

amino ke dalam sel. Oleh karena itu gangguan fungsi insulin dapat menyebabkan

pengaruh negatif dan komplikasi yang sangat luas pada berbagai organ dan

(37)

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel β

pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan

predisposisi untuk kerusakan autoimun sel β pankreas. Respon autoimun dipacu

oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau Langerhans dan terhadap

insulin itu sendiri (Triplitt et al., 2005). Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah

insulin normal, tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Keadaan ini disebut resistensi insulin yang merupakan suatu

keadaan di mana sel tubuh tidak dapat sepenuhnya merespon aksi insulin

(Anonim, 2005b). Resistensi insulin menyebabkan glukosa yang masuk ke dalam

sel sedikit dan glukosa dalam darah meningkat (Triplitt et al., 2005).

4. Diagnosis Diabetes Melitus

Kriteria diagnosis DM menurut ADA 1998 (cit.,Triplitt et al., 2005)

adalah sebagai berikut di bawah ini.

a. Gejala diabetes dengan glukosa darah sewaktu (casual plasma glucose) ≥200

mg/dl

Sewaktu adalah setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makan

terakhir. Gejala klasik adalah poliuria, polidipsi, dan penurunan berat badan

tanpa diketahui penyebabnya.

b. Kadar glukosa darah puasa (Fasting Plasma Glucose atau FPG) 126 mg/dl

Puasa didefinisikan sebagai keadaan tanpa adanya masukan kalori selama

minimal 8 jam.

c. Pada tes toleransi glukosa oral (Oral Glucose Toleransi Test atau OGTT)

(38)

Test harus menunjukkan seperti gambaran dari WHO (World Health

Organizaton), menggunakan beban glukosa yang ekuivalen dengan 75 g

glukosa yang dilarutkan dalam air sebelum OGTT (Triplitt et al., 2005).

Saat ini hiperglikemi tidak selalu terdiagnosis sebagai DM karena ada

kategori baru yaitu gangguan gula darah puasa (impaired fasting glucose atau

IFG) atau (impaired glucose tolerance atau IGT). Gangguan gula darah puasa

terdeteksi dengan menggunakan pengukuran FPG dan IGT terdeteksi dengan

menggunakan OGTT. Baru-baru ini pasien yang mengalami keadaan IFG dan

IGT disebut memiliki pre-diabetes. Pre-diabetes ini dapat beresiko tinggi

berkembang menjadi DM yang sesungguhnya. Berikut adalah tabel I ditunjukkan

kategori mengenai status gula darah.

Tabel I Kategori Status Glukosa Darah (Triplitt et al., 2005)

Kategori Kadar Glukosa Darah Puasa (FPG)

Kadar Glukosa darah 2 jam Sesudah Makan (OGTT)

Normal < 100 mg/dL < 140 mg/dL Pre-diabetes

(IFG atau IGT) 100-125 mg/dL 140-199 mg/dL Diabetes Melitus ≥ 126 mg/dL ≥ 200 mg/dL

5. Komplikasi Diabetes Melitus

Akibat penyakit DM akan terjadi komplikasi yaitu komplikasi akut dan

kronis. Komplikasi akut yang paling berbahaya adalah terjadinya hipoglikemia (kadar gula darah sangat rendah) karena dapat mengakibatkan koma (tidak sadar)

bahkan kematian bila tidak cepat ditolong. Gejala-gejala terjadinya hipoglikemia

adalah merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, keringat

(39)

Komplikasi akut yang lain adalah koma. Koma pada penderita DM juga

dapat disebabkan karena tingginya kadar gula dalam darah, yang biasanya dipicu

adanya penyakit infeksi atau karena penderita DM tidak minum

obat/mendapatkan insulin sesuai dosis yang dianjurkan (Priyanto, 2006).

Selain kedua komplikasi tersebut adalah ketoasidosis. Ketika kadar

insulin rendah, tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagai energi dan

karenanya lemak tubuh dimobilisasi tempat penyimpanannya. Penghancuran

lemak untuk melepas energi menghasilkan formasi asam lemak yang kemudian

akan melewati hati dan membentuk satu kelompok senyawa bernama benda

keton. Kadar benda keton yang meningkat dalam tubuh disebut ketosis dan

meningkatkan keasaman cairan tubuh dan jaringan sehingga kadarnya sangat

tinggi, menyebabkan kondisi asidosis. Asidosis terjadi akibat benda keton ini

disebut ketoasidosis (Priyanto, 2006).

Komplikasi kronis terjadi pada berbagai organ tubuh yaitu pada

pembuluh darah otak, pembuluh darah mata, pembuluh darah jantung, pembuluh

darah ginjal dan pembuluh darah kaki (Waspadji, 2002b). Perkembangan

komplikasi ini berkaitan dengan lamanya penyakit itu dan pengaruh glukosa atau

metabolitnya dalam waktu lama dalam kadar yang sangat tinggi. Komplikasi

kronis tidak jelas kelihatan sampai saat setelah dilakukan pemeriksaan diabetes

dan dapat menyebabkan kematian (Anonim,2005c).

Pada dasarnya komplikasi kronis DM ini terjadi di seluruh tubuh baik

organ makrovaskuler maupun organ mikrovaskuler. Komplikasi kronik

(40)

seperti pembuluh darah otak, jantung dan kaki. Aterosklerosis berawal dari

penumpukan kolesterol terutama ester kolesterol-LDL (Low Density Lipoprotein

atau lipoprotein densitas rendah) di dinding arteri. Lipoprotein densitas rendah

secara normal bisa masuk dan keluar dari dinding arteri lewat endotel. Masuknya

lipoprotein ke lapisan dalam dinding pembuluh darah meningkat seiring tingginya

jumlah lipoprotein dalam plasma (hiperlipidemia), ukuran lipoprotein dan tekanan

darah (hipertensi). Peningkatan semua itu akan meningkatkan permeabilitas

dinding pembuluh darah, sehingga lipoprotein dan ester kolesterol mengendap di

dinding arteri. Gangguan fungsi lapisan dinding pembuluh darah ini menjadi awal

proses aterosklerosis dan mendorong mekanisme inflamasi serta infeksi (Anonim,

2003).

Komplikasi kronik mikrovaskuler adalah komplikasi kronik yang terjadi

pada pembuluh darah halus seperti pada mata, ginjal dan saraf perifer (Adam,

2005). Retinopati pada penderita DM merupakan penyebab utama terjadinya

kebutaan di United States of America. Hubungan diabetes dengan retinopati

dimungkinkan terjadi secara nonproliferasi dan proliferasi. Retinopati

nonproliferasi berkembang dengan sedikit gangguan penglihatan, sedangkan

retinopati proliferasi dapat terjadi pengurangan penglihatan yang hebat atau

menyebabkan kebutaan mendadak (Steil, 1997).

Nefropati pada penderita DM dapat ditetapkan dengan keadaan

proteinuria yang tetap, penurunan fungsi filtrasi glomerulus dan peningkatan

(41)

mortalitas pada pasien DM. Sebanyak 35% dari seluruh penderita DM akan

mengalami sindrom tersebut (Steil, 1997).

Gangguan vaskuler yaitu penyumbatan arteri yang memasok saraf tepi

dan adanya penebalan membran dasar kapiler endoneurium serta gangguan

metabolik karena perubahan biokhemis akibat kadar glukosa darah tinggi.

(Samekto dan Gofir, 2001). Guladarah tinggi menghancurkan serat saraf dan satu

lapisan lemak di sekitar saraf, sehingga pengiriman sinyal terganggu dan

mengakibatkan kehilangan indra perasa atau nyeri di bagian yang terganggu.

Kerusakan saraf sensorik tubuh lebih sering terjadi (Priyanto, 2006). Gejalanya

antara lain timbul perasaan geli atau rasa terbakar dan ditegaskan dengan

hilangnya sensasi getar. Pada penderita neuropati, pasien mungkin kehilangan

semua sensasi atau perasaan pada bagian tertentu sehingga tidak dapat merasakan

panas, dingin atau nyeri (Steil, 1997).

B. Ulkus diabetik 1. Definisi, tanda dan gejala

Ulkus diabetik adalah suatu komplikasi kronik yang mengenai kaki.

Masalah kaki ini berupa borok di kaki dengan atau tanpa infeksi yang dapat

terlokalisasi, menyerang seluruh kaki, maupun kematian berbagai jaringan tubuh.

(Priyanto, 2006). Permasalahan tersebut dapat meliputi ulkus, gangren, abses,

selulitis dan osteomielitis. Ulkus adalah kerusakan lokal atau ekskavasi

permukaan organ atau jaringan yang ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan

(42)

dan jaringan di bawah kulit. Abses merupakan kumpulan nanah setempat dalam

rongga yang terbentuk akibat kerusakan jaringan, sebagai perkembangan dari

selulitis. Osteomielitis, yaitu infeksi yang menyebar ke jaringan dasar tulang

(Anonim, 2007b). Gangren adalah kematian jaringan yang berhubungan dengan

berhentinya aliran darah ke daerah yang terkena. Pada umumnya, gangren diikuti

kehilangan nutrisi, invasi bakteri dan pembusukan. Pada penderita DM, gangren

bersifat basah dan berbau khas (Anonim, 1998).

2. Epidemiologi

Salah satu komplikasi DM yang paling umum adalah ulkus pada kaki

(ulkus diabetik). Kurang lebih 15% penderita DM akan mengalami ulkus pada

kaki selama perjalanan penyakit mereka. Beberapa laporan studi menunjukkan

kejadian ulkus diabetik dalam setahun sebesar 2-3% dari jumlah penduduk.

Kejadian ulkus diabetik dari berbagai populasi berkisar antara 2-10%. Neuropati,

kelainan bentuk kaki, tekanan yang tinggi, rendahnya kontrol glukosa darah,

lamanya menderita DM dan perbedaan jenis kelamin merupakan faktor-faktor

penyebab terjadinya ulkus diabetik(Frykberg et al., 2000).

Penanganan ulkus dapat dilakukan di rumah (outpatient) saja, namun

jika timbul infeksi menjadi alasan utama untuk menjalani perawatan di rumah

sakit. Data rumah sakit nasional menunjukkan bahwa rata-rata lamanya tinggal

(length of stay atau LOS) pasien yang terdiagnosis ulkus diabetik 59% lebih lama

daripada pasien DM tanpa ulkus. Sebesar 85% amputasi yang dilakukan oleh

(43)

Pada tahun 1994, 67.000 kasus DM di United States dan Eropa

menjalani amputasi dan rata-rata LOS pasien selama 15 hari. Secara umum,

penderita DM lebih banyak menjalani amputasi dibandingkan orang yang tidak

menderita DM di mana pria lebih tinggi resikonya daripada wanita (Frykberg et

al., 2000).

3. Etiologi

Berbagai faktor penyebab ulkus diabetik ditunjukkan oleh banyak

penelitian. Faktor resiko yang telah dikenali yaitu; neuropati sensorik perifer,

kelainan bentuk kaki, trauma dan pemakaian sepatu yang tidak sesuai, kalus,

adanya riwayat amputasi, peningkatan tekanan dan jangka panjang, pergerakan

tulang sendi yang terbatas, lamanya menderita DM, buta atau gangguan

penglihatan, gangguan ginjal kronik dan usia tua (Frykberg et al., 2000).

Tabel II. Bakteri Penginfeksi Ulkus diabetik (Frykberg et al., 2000)

Aerob Anaerob

Gram +

Staphylococcus aureus (methicilin-sensitif dan resisten)

Staphylococcus epidermidis Streptocccus species

Enterococcus (Streptococcus Faecalis, Group D streptococcus)

Corynebacterium species

Peptococcus magnus Peptostreptococcus species Bacteroides fragilis Bacteroides species Clostridium perfringens Clostridium species

Lainnya

Gram -

Proteus mirabilis Proteus vulgaris Eschericia coli Klebsiella species Enterobacter cloacae Pseudomonas aeruginosa Acinobacter species

Candida albicans Candida species

Pasien ulkus diabetik sangat mudah mengalami infeksi, di mana infeksi

(44)

faktor resiko dilakukannya amputasi. Pada tabel II ditunjukkan bakteri patogen

yang biasa menginfeksi ulkus diabetik.

4. Patofisiologi

Berbagai macam faktor yang menyebabkan ulkus diabetik dapat

ditunjukkan dalam gambar 1 berikut ini.

Diabetes Melitus

Trauma Neuropati

Motoric

Atropi lemah Deformity Abnormal stress Tekanan tinggi plantar Terbentuk kalus

Sensoric

Kehilang an sensasi

Autonomic

ƒ Anhidrosis

ƒ Kulit kering, pecah

ƒ Penurunan nada simpatik (perubahan regulasi aliran darah)

Infeksi

DIABETIC FOOT ULCER

Kekurangan nutrien pembuluh darah

Mikrovaskuler

Struktural : Kapiler menebal Fungsional :

ƒ aliran darah menurun

ƒ neuropathic edema

Makrovaskuler

Atherosklerosis Iskemik

osteoarthropathy

Vascular disease

Amputasi Amputasi

Gambar 1. Patofisiologi Ulkus diabetik (Frykberg et al., 2000)

a. Neuropati perifer

Neuropati sensorik perifer, di mana seseorang tidak dapat merasakan luka

(45)

semua penderita ulkus diabetik disebabkan oleh neuropati, di mana 45%nya

merupakan gabungan dari neuropati dan iskemik. Bentuk lain dari neuropati

juga berperan dalam terjadinya ulserasi kaki. Neuropati motorik

mengakibatkan kelainan bentuk kaki sehingga memungkinkan

berkembangnya menjadi ulkus. Neuropati autonom mengakibatkan kaki

kering, pecah-pecah dan membelah sehingga membuka pintu masuk bagi

bakteri.

b. Gangguan pembuluh darah

Gangguan pembuluh darah perifer (peripheral vascular disease atau PVD)

jarang menjadi faktor penyebab ulkus secara langsung. Walaupun demikian,

penderita ulkus diabetik akan membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh

dan resiko untuk diamputasi meningkat karena insufisiensi arterial. Usaha

untuk menyembuhkan infeksi akan terhambat karena kurangnya oksigenasi

dan kesulitan penghantaran antibiotik ke bagian yang terinfeksi. Oleh karena

itu penting diberikan penatalaksanaan iskemik pada kaki.

c. Kelainan bentuk kaki (deformity) dan adanya riwayat ulserasi atau amputasi

Kelainan bentuk kaki karena neuropati, biomekanik tidak normal, cacat

bawaan atau akibat pembedahan sebelumnya mengakibatkan tingginya

tekanan pada kaki. Hal ini memungkinkan kecenderungan terbentuknya ulkus

pada area kaki. Area yang utama adalah pada telapak kaki, juga bagian tengah

dan punggung kaki karena pemakaian sepatu yang tidak sesuai.

(46)

Trauma pada kaki yang dialami oleh penderita DM neuropati perifer

merupakan faktor penting yang menyebabkan ulserasi. Trauma tersebut

meliputi luka tusukan dan luka karena benda tumpul dan yang paling sering

adalah tekanan yang berulang-ulang seperti berjalan setiap hari.

Manifestasinya adalah terbentuk kalus. Pemakaian sepatu yang tidak sesuai

juga menjadi penyebab ulkus pada kaki.

e. Keterbatasan pergerakan tulang

Keterbatasan pergerakan tulang baru diketahui sebagai faktor resiko penyebab

ulserasi. Glikosilasi kolagen sebagai akibat dari menderita DM yang telah

lama menyebabkan ligamen menjadi kaku. Keadaan tersebut menurunkan

pergerakan sendi kaki sehingga tekanan pada telapak kaki tinggi dan

meningkatkan resiko ulserasi.

f. Faktor lain

Faktor lain yang dapat meningkatkan resiko ulserasi adalah gangguan

penglihatan, rendahnya kontrol glukosa darah, gangguan ginjal kronik dan

usia tua (Frykberg et al., 2000).

5. Diagnosis

Pada evaluasi pasien dengan ulkus diabetik, tenaga kesehatan akan

memberi perhatian pada parameter klinik seperti berikut ini.

a. Karakteristik dari ulkus yang meliputi kenampakan, tempat dan ukuran dari

ulkus serta kedalaman ulkus. Pada umumnya, ulkus yang lebih dalam daripada

yang hanya di permukaan akan meningkatkan resiko berkembangnya menjadi

(47)

b. Infeksi, meliputi ; pemeriksaan tanda klinik yang menunjukkan adanya infeksi

yaitu ; pus, bau busuk, pembengkakan dan kemerahan. Jika sudah diduga

adanya infeksi, harus dilakukan pemeriksaan kultur dan dilakukan identifikasi

bakteri penyebab infeksi di laboratorium mikrobiologi. Jika adanya infeksi

diduga pada ulkus yang lebih dalam, dibutuhkan X-rays untuk menentukan

penyebaran pada jaringan tulang (osteomielitis).

c. Neuropati perifer, dilakukan skrining tes untuk menentukan apakah pasien

mengalami gangguan sensorik yang disebabkan neuropati perifer atau tidak,

dengan penentuan sensasi getar.

d. Gangguan pembuluh darah perifer, dengan memeriksa denyut nadi pada kaki

untuk menyaring ada tidaknya gangguan pembuluh darah perifer (Anonim,

2007b).

6. Klasifikasi

Tabel III Klasifikasi Ulkus diabetik (Frykberg et al., 2000)

Grade Luka Deskripsi

0 A B

Preulcer Iskemik Infeksi

Luka tertutup, kulit utuh, kemungkinan mengalami deformities, warna kulit memerah.

1 A B

Ulkus superfisial Iskemik

Infeksi

Gangguan kulit tanpa penembusan jaringan subkutan, dapat terjadi infeksi superfisial dengan atau tanpa selulitis.

2 A B

Deep ulcer Iskemik Infeksi

Ulkus sampai ke tendon (melewati daging) atau tulang tanpa abses yang dalam dan osteomielitis.

3 A B

Deep ulcer dengan abses, osteomielitis atau sepsis tulang

Iskemik Infeksi

Ulkus yang dalam di mana sampai atau tidak ke tulang, dengan abses, osteomielitis atau sepsis tulang.

4 A B

Gangren terlokalisasi Iskemik

Infeksi

Gangren di bagian depan kaki atau tumit.

5 A B

Gangren di seluruh kaki Iskemik

Infeksi

(48)

Klasifikasi yang tepat dari ulkus pada kaki mendasari penilaian,

memudahkan penatalaksanaan dan dapat meramalkan outcome yang diharapkan.

Sistem klasifikasi yang paling sederhana adalah neuropatik, iskemik dan

neuroiskemik yang dideskripsikan dengan ukuran dan kedalaman ulkus serta

infeksi. Namun demikian tidak hanya satu sistem klasifikasi yang digunakan

secara umum. Sistem klasifikasi yang umum digunakan adalah menurut Wagner.

Wagner membagi ulkus pada kaki ke dalam 6 tingkatan berdasarkan kedalaman

luas nekrosis jaringan dan menunjukkan adanya infeksi. Tabel III menunjukkan

klasifikasi menurut Wagner (cit.,Frykberg et al., 2000).

Tabel IV Klasifikasi Diabetic Foot Infection (Lipsky, et al., 2004)

Manifestasi klinik Keparahan infeksi

PEDIS grade Luka atau ada tanda inflamasi Tidak

terinfeksi 1 Terdapat ≥ 2 tanda (erithema, nyeri, panas) dan ada selulitis

dengan ukuran ≤ 2 cm mengelilingi ulkus. Infeksi pada kulit dan jaringan lunak, tidak ada komplikasi lokal atau kelainan sistemik.

Ringan

2 Adanya tanda infeksi (seperti di atas) pada pasien yang sistemik

dan metaboliknya normal tetapi mempunyai ≥ 1 tanda berikut : selulitis > 2 cm, adanya cairan limfa, abses jaringan yang dalam, gangren dan melibatkan otot, tendon, tulang sendi dan tulang.

Sedang 3

Infeksi pada pasien dengan adanya gangguan sistemik dan metabolik seperti; demam, kedinginan, takikardia, hipotensi, kebingungan, mual muntah, leukositosis, asidosis, hiperglikemia berat atau azotemia.

Berat 4

The International Consensus on Diabetic Foot (2003) (cit.,Lipsky, et

al., 2004) juga membuat sistem klasifikasi ulkus diabetik untuk tujuan penelitian.

Klasifikasi tersebut diringkas dengan akronim PEDIS (perfusion, extent/size,

depth/tissue loss, infection and sensation). Klasifikasi yang ditunjukkan pada

(49)

ada infeksi), grade 2 (adanya infeksi pada kulit dan jaringan lunak saja), grade 3 (selulitis atau infeksi yang dalam) dan grade 4 (keberadaan inflammatory response syndrome pada sistemik).

7. Penatalaksanaan a. Tujuan

Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat dari ulkus diabetik sangat penting untuk mencegah komplikasi serius dan mengurangi resiko amputasi bagian tubuh yang terkena ulkus. Mengontrol peningkatan kadar glukosa darah sangat penting untuk mengoptimalkan outcome bagi penderita DM dengan komplikasi ulkus. Adapun tujuan dari penatalaksanaan DM dengan komplikasi ulkus adalah : menutup ulkus, mengurangi tekanan pada kaki, penyembuhan infeksi dan pengatasan iskemik (Anonim, 2007). Tujuan yang utama pada penatalaksanaan ulkus diabetik adalah untuk mendapatkan ulkus tertutup yang sebaik mungkin (Frykberg et al., 2000). Mengelola DM dan keadaaan lain pada penderita DM seperti; hipertensi, gangguan fungsi ginjal, status nutrisi dan hiperlipidemia juga sangat penting untuk mengoptimalkan outcome yang diharapkan (Anonim, 2007; Stillman, 2006).

b. Sasaran terapi

Sasaran terapi yang mendasar dalam penatalaksanaan ulkus diabetik meliputi : penutupan luka, infeksi, iskemik dan kadar glukosa darah (Frykberg et al., 2000)

(50)

Strategi terapi pada ulkus diabetik meliputi terapi non farmakologis

dan farmakologis.

1). Non farmakologis

a). Pengelolaan DM, dapat dilakukan dengan perencanaan atau

pengaturan pola makan dan olahraga.

b). Penanganan ulkus secara non farmakologis, dapat dilakukan dengan

cara debridemen yaitu menggunakan pisau, gunting dan pinset untuk

mengeluarkan sebanyak mungkin jaringan nekrotik. Selain

mengeluarkan jaringan juga membuka jalur-jalur nanah agar drainase

menjadi baik. Setelah dibersihkan, luka dikompres dengan larutan

betadin dan neomisin 1%.

c). Mengurangi tekanan pada kaki mutlak dilakukan, yaitu dengan

istirahat tempat tidur. Dengan berjalan akan memberi tekanan pada

daerah ulkus dan memungkinkan rusaknya jaringan fibroblast yang

menghambat penyembuhan. Selain itu, tekanan pada luka akan

memberi iskemik pada daerah dan sekitarnya sehingga penyembuhan

dipersulit (Muchid, 2005; Adam, 2007).

2). Farmakologis

a). Penanganan ulkus secara farmakologis, dapat dilakukan dengan

cara-cara berikut.

(1) Penutupan luka, digunakan untuk menyembuhkan luka dengan

menciptakan lingkungan yang lembab dan hangat untuk

(51)

digunakan untuk menutup luka antara lain; hidrogel dan

hidrokoloid.

(2) Faktor pertumbuhan, yaitu suatu substansi protein yang

menstimulasi pembelahan sel dan proliferasi sel. Sebagai contoh,

faktor penumbuh yang biasa digunakan adalah : becaplermin, suatu

rekombinan platelet manusia. Ini dianjurkan oleh Food and Drug

Administration (FDA) untuk menangani ulkus neuropatik.

(3) Cangkok jaringan lunak biasa dilakukan pada ulkus diabetik yang

tidak dapat disembuhkan (Stillman, 2006; Adam, 2007; Anonim,

2007).

b). Pengelolaan diabetes melitus

Ada berbagai macam jenis obat antidiabetika oral yang berdasarkan

cara kerjanya dibagi menjadi 3 golongan yaitu : pemicu sekresi insulin

(sulfonilurea dan glinid), penambah sensitivitas terhadap insulin

(biguanid dan thiazolidindion), penghambat absorpsi glukosa (α

-glucosidase inhibitor).

(1) Golongan sulfonilurea

Golongan ini bekerja dengan menstimulasi sel β pankreas untuk

melepaskan insulin yang tersimpan (merangsang produk insulin).

Alasan tersebut yang mendasari pernyataan bahwa obat ini hanya

bermanfaat pada pasien yang masih mempunyai kemampuan untuk

mensekresi insulin. Golongan obat ini tidak dapat dipakai pada

(52)

Langerhans pemberian obat derivat sulfonilurea tidak bermanfaat

(Handoko dan Suharto, 1995). Obat golongan ini merupakan

pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang,

serta tidak mengalami ketoasidosis sebelumnya (Priyanto, 2006).

Pada pemakaian golongan sulfonilurea, umumnya selalu dimulai

dengan dosis rendah untuk menghindari hipoglikemia. Pada

keadaan tertentu jika kadar glukosa darah sangat tinggi, dapat

diberikan dalam dosis lebih besar hingga diperolah efek klinis yang

jelas dan dalam satu hari terjadi penurunan kadar glukosa darah

yang bermakna (Waspadji, 2002a).

(2) Golongan glinid

Merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan

sulfonilurea, dengan meningkatkan sekresi insulin. Golongan ini

terdiri dari dua macam obat yaitu repraglinid dan nateglinid

(Priyanto, 2006).

(3) Golongan biguanid

Menurut Waspadji (2002), biguanid meningkatkan pemakaian

glukosa oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa darah dan juga

diramalkan akan menghambat absorpsi glukosa dari usus pada

keadaan sesudah makan.

Sediaan yang ada yaitu menformin, buformin, dan metformin.

Derivat biguanid bekerja langsung terhadap organ sasaran.

(53)

dengan menghambat absorpsi karbohidrat, menghambat

glukoneogenesis di hati, meningkatkan afinitas pada reseptor

insulin, meningkatkan jumlah reseptor insulin, dan memperbaiki

penurunan respon insulin (Priyanto, 2006)

(4) Golongan thiazolidindion

Thiazolidindion berikatan pada peroxisome proliferator actived

receptor gamma, suatu reseptor inti sel otot dan sel lemak. Contoh

dari obat golongan ini adalah pioglitazon yang mempunyai efek

menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah

pentranspor glukosa sehingga ambilan glukosa di perifer

meningkat (Priyanto, 2006)

(5) Golongan α-glucosidase inhibitor

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α

-glukosidase dalam saluran cerna sehingga dengan demikian dapat

menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia

postprandial. Obat golongan ini bekerja di lumen usus dan tidak

menyebabkan hipoglikemi serta tidak berpengaruh pada kadar

insulin (Agoes, 1999). Efek samping yang dapat ditimbulkan

adalah gejala gastrointestinal seperti diare dan flatulensi. Efek

samping tersebut diakibatkan oleh maldigesti karbohidrat

(Priyanto, 2006).

Pengelolaan DM secara farmakologis selain penggunaan

Gambar

Tabel I Kategori Status Glukosa Darah
Tabel II. Bakteri Penginfeksi Ulkus diabetik
Gambar 1. Patofisiologi Ulkus diabetik
Tabel III Klasifikasi Ulkus diabetik (Frykberg et al., 2000)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penjualan konsinyasi dapat diartikan sebagai pengiriman atau penitipan barang dari pemilik kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjualan dengan memberikan keuntungan

Pedoman Teknis Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (selanjutnya disebut Pedoman Teknis E-KKP3K), disusun

Tim Koordinasi Raskin Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari penanggung jawab, pengarah, ketua, sekretaris, beberapa koordinator bidang antara lain bidang perencanaan,

Segala syukur dan puji hanya untuk Allah Rabb semesta raya yang dengan nikmat kesempatan dan kehendak-Nya penulisan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Pendapatan Asli

Salah satu fokus yang telah diberi perhatian oleh KPPM adalah semua JPN, PPD dan sekolah perlu memastikan guru berada dalam bilik darjah (guru mata pelajaran atau guru

Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan karena dengan tujuan akan mempengaruhi arah dan tindakan kita. Dengan tujuan itu pula kita dapat mengetahui apakah

[r]

Seleksi massa (dalam pemuliaan tanaman) atau seleksi individu (dalam pemuliaan hewan) adalah salah satu metode seleksi yang tertua untuk memilih bahan tanam yang