• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAGACIOUS JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN DAN SOSIAL 2020, Vol. 7, No. 1, 43 50, ISSN: Jumiati *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SAGACIOUS JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN DAN SOSIAL 2020, Vol. 7, No. 1, 43 50, ISSN: Jumiati *"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Artikel Penelitian

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Faktor dan Kelipatan melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas IV SD Negeri Timbuk Bahalang

Jumiati *

SD Negeri Timbuk Bahalang Kecamatan Batang Alai Selatan Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan

Histori artikel:

Pengiriman Oktober 2020 Revisi November 2020 Diterima Desember 2020

ABSTRAK

Pembelajaran matematika materi faktor dan kelipatan di kelas IV SD Negeri Timbuk Bahalang, selama ini menggunakan metode yang kurang bervariasi, yaitu lebih banyak ceramah, kerja kelompok, dan penugasan. Karena itu keaktifan dan hasil belajar siswa yang kurang bahkan tergolong rendah men- jadi masalah klasik yang dihadapi guru. Mengatasi masalah ini, peneliti melakukan penelitian tindakan melalui pembelajaran dengan model Kooperatif tipe STAD. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa serta mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran ma- tematika materi faktor dan kelipatan dengan model Kooperatif tipe STAD.

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Timbuk Bahalang kecamatan Batang Alai Selatan kabupaten Hulu Sungai Tengah pada semester II tahun pelajaran 2017/2018 dengan subjek berjumlah 10 orang siswa. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian yang difokuskan pada proses pembelajaran yang berusaha mangkaji dan merefleksi suatu pendeka- tan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan proses dan produk pengajaran di kelas. Penelitian berlangsung 2 siklus melalui 4 tahapan pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data tentang hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif dengan teknis ketun- tasan. Sedangkan untuk data data aktivitas siswa dan pelaksanaan pembela- jaran dianalisis secara deskriptif dengan teknis persentase (%). Dari hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan, bahwa hasil belajar siswa dapat dit- ingkatkan dari ketuntasan 70% (tidak tuntas) pada siklus I menjadi 90%

(tuntas) pada siklus II. Aktivitas siswa dapat ditingkatkan dari 67,92%

(cukup aktif) pada siklus I menjadi 74,17% (aktif) pada siklus II. Kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan semakin baik dari 78,33% (baik) pada siklus I menjadi 83,33% (baik) pada siklus II.

Kata Kunci: hasil belajar, matematika, STAD

*Email korespondensi:

jumiati711164@gmail.com

Pendahuluan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat dalam segala aspek pada kehidupan manusia. Melalui pendidikan akan tercipta manusia yang berbudi pekerti, memiliki pengetahuan, keterampilan, dan tanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya termasuk terhadap bangsa dan negara (Baharuddin & Dalle, 2019). Hal demikian seperti tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang tujuan pelajarannya adalah agar siswa mampu menguasai konsep-konsep dan mengaitkan

(2)

antarkonsep serta mampu menggunakan konsep itu untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu dalam pembelajaran matematika hendaknya guru dapat menempatkan siswa sebagai subjek belajar melalui penggunaan berbagai strategi, metode, maupun model yang sesuai (Dalle, Hastuti, dkk., 2021).

Menurut Daryanto (2012), dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, dan tingkat perkembangan peserta didik. Anak usia sekolah dasar (SD), berteman dan bersosialisasi dengan teman sebaya dapat memberikan kontribusi yang positif bagi anak.

Pada masa ini, anak juga mulai bisa berbagi dan membantu orang lain. Karenanya penggunaan model-model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan salah satu yang dianjurkan guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika (Dalle, Raisinghani, dkk., 2021).

Harus diakui, selama ini memang tidak mudah mengajarkan matematika kepada siswa. Dalam realita di lapangan matematika menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian siswa. Hal demikian sebagaimana terjadi di SD Negeri Timbuk Bahalang.

Kebanyakan siswa beranggapan bahwa belajar matematika itu sulit dan membosankan karena banyak rumus-rumus dan angka yang bisa membuat kepala pusing. Salah satu materi pelajaran matematika di kelas IV dan dianggap siswa sulit oleh siswa adalah faktor dan kelipatan. Pada pelajaran materi ini siswa tampak kurang semangat dan gairah, lebih banyak diam dan cenderung pasif selama proses pembelajaran berlangsung.

Peneliti menyadari bahwa ada faktor lain yang membuat matematika kelihatan susah dan menjadi momok di kalangan siswa seperti lingkungan, metode pembelajaran, guru, dan lain sebagainya. Tidak bisa dipungkiri bahwa pembelajaran matematika di kelas IV SD

Negeri Timbuk Bahalang utamanya pada materi faktor dan kelipatan, selama ini menggunakan metode yang kurang bervariasi dan cenderung bersifat monoton, yaitu lebih banyak melalui ceramah, kerja kelompok, dan penugasan yang kurang terstruktur dengan baik. Karena itu dalam pembelajaran matematika masih dijumpai berbagai permasalahan klasik seperti keaktifan dan hasil belajar siswa yang masih kurang bahkan tergolong rendah.

Sebagai seorang guru, peneliti telah berupaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Timbuk Bahalang dengan berbagai macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat, mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok (Dalle dkk., 2020). Akan tetapi hasil belajar matematika pada materi faktor dan kelipatan masih berada di bawah 50% yang berhasil mencapai KKM, yaitu dengan nilai setidaknya mencapai 63.

Dari berbagai faktor kemungkinan penyebab rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Timbuk Bahalang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti lebih condong beranggapan bahwa yang menjadi penyebab adalah kurangnya minat dan motivasi belajar siswa serta metode mengajar guru yang monoton sehingga siswa cepat jenuh dan bosan dalam belajar matematika pada materi faktor dan kelipatan.

Sebagai langkah dan upaya mengatasi masalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Timbuk Bahalang, peneliti melakukan tindakan dengan melaksanakan pembelajaran melalui penggunaan model Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Model STAD dipilih karena merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran teman seke- lompok untuk menguasai materi guna mencapai prestasi yang maksimal. Jadi di sini terjadi tutor sebaya sehingga siswa dapat

(3)

belajar dengan lebih nyaman tanpa rasa sungkan atau malu.

STAD adalah yang paling tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti, sepeti perhitungan dan penerapan matematika. Selain itu, dalam STAD antar siswa akan saling memacu agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai ketrampilan yang diajarkan guru.

Sehingga antar siswa dalam satu kelompok harus ada kerja sama dalam memahami materi yang dipelajari (Rusman, 2010).

Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki banyak keunggulan seperti yang disebutkan oleh Istarani, dkk (2014) bahwa keutamaan model ini adalah dapat digunakan dalam pengajaran mengajarkan materi-materi ilmu pasti, dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa, melalui pemberian reward akan men- dorong atau memotivasi siswa untuk lebih giat belajar untuk meningkatkan prestasi bela- jarnya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti melakukan penelitian dengan mengambil judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Faktor dan Kelipatan Me- lalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Timbuk Bahalang.” Adapun tujuan dilakukan penlitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa serta mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika materi faktor dan kelipatan pada siswa kelas IV SD Negeri Timbuk Bahalang dengan model Kooperatif tipe STAD.

STAD merupakan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang paling se- derhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Model ini juga sangat mudah diadaptasi dalam ma- tematika, sains, ilmu pengetahuan sosial, dan banyak subjek lainnya. Menurut Slavin (dalam Kunandar, 2008) langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan model koopertif tipe STAD ini adalah sebagai berikut:

a. Para siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok.

tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya.

b. Guru menyampaikan materi pembelaja- ran.

c. Guru memberikan tugas kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk men- guasai materi pelajaran yang telah diberi- kan melalui tanya jawab atau diskusi di an- tar sesama anggota kelompok.

d. Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa pada saat menjawab pertanyann atau kuis dari guru siswa tidak boleh saling membantu.

e. Setiap akhir pembelajaran guru me- meberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

f. Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaanya terhadap materi pela- jaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

g. Kesimpulan

Tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan mempu- nyai ciri khas bekerja dalam kelompok dan bekerja secara individu untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi. STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi dian- tara siswa untuk saling memotivasi dan mem- bantu dalam memahami suatu materi pembela- jaran. Oleh karena itu, peneliti meyakini me- lalui penggunaan model ini dapat meningkat- kan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Tim- buk Bahalang.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Timbuk Bahalang yang beralamat di Jalan Geri- lya Timbuk Bahalang kecamatan Batang Alai Selatan kabupaten Hulu Sungai Tengah dan dil- akukan pada semester II tahun pelajaran 2017/2018. Keseluruhan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan hingga penyusunan laporan berlangsung selama 6 bulan dari Janu- ari s.d Juni 2018. Subjek berjumlah 10 orang

(4)

siswa terdiri dari 4 orang laki-laki dan 6 per- empuan.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tin- dakan Kelas (PTK). Penelitian difokuskan kepada proses pembelajaran berusaha mangkaji dan merefleksi suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkat- kan proses dan produk pengajaran di kelas.

Proses pembelajaran berkaitan dengan in- teraksi antara guru dan siswa, materi dan model pembelajaran yang digunakan, sehingga yang diteliti dalam penelitian ini adalah proses dan hasil belajar siswa (Kunandar, 2008).

Penelitian berlangsung 2 (dua) siklus dan se- tiap siklus terdiri dari 4 tahapan pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan hal-hal seperti membuat RPP, LKS, lembar observasi, pertanyaan kuis, dan soal evaluasi. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti mengimplementasikan ske- nario pembelajaran yang telah disusun dalam RPP, yakni pembelajaran dengan model koopertif tipe STAD. Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dilakukan pengamatan oleh teman sejawat untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pengamatan juga dilakukan peneliti sendiri untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Pada tahap akhir dilakukan refleksi untuk mengetahui apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai dan apa yang perlu diperbaiki lagi dalam siklus berikutnya.

Data hasil belajar siswa yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan teknis ke- tuntasan individual dan klasikal. Ketuntasan individual tercapai jika seorang siswa dapat memperoleh nilai tes/evaluasi setidaknya mencapai KKM sebesar 63 dan untuk ketunta- san klasikal tercapai jika jumlah siswa yang tuntas belajar setidaknya mencapai 80%. Se- dangkan untuk data data aktivitas siswa dan pelaksanaan pembelajaran dianalisis secara deskriptif dengan teknis persentase (%) melalui perhitungan dengan rumus berikut.

Persentase = (Skor hasil pengamatan) /(Skor maksimal) x 100%

(Djamarah, 2000)

Persentase yang diperoleh selanjutnya diinterpretasikan dengan kategori penilaian aktivitas siswa dan pelaksanaan pembelajaran.

Indikator yang dijadikan ukuran keberhasilan penelitian ini adalah apabila hasil belajar siswa dapat mencapai ketuntasan klasikal (80%), aktivitas siswa setidaknya mencapai 68% (aktif), dan pelaksanaan pembelajaran setidaknya mencapai 76%

(baik).

Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Siklus I

Hasil belajar siswa pada pertemuan 1 dengan 7 orang siswa tuntas belajar, 3 orang tidak tuntas sehingga diperoleh ketuntasan klasikal 70% (tidak tuntas). Pada pertemuan 2 keadaannya masih sama, yakni dengan ketuntasan klasikal 70%. Namun dari nilai rata-rata yang tercapai, hasil belajar siswa sudah mulai menunjukkan adanya peningkatan dari 68,33 pada pertemuan 1 menjadi 71,67 pada pertemuan 2.

Aktivitas siswa sudah tergolong cukup aktif dengan persentase pada pertemuan 1 sebesar 65,83% (cukup aktif) dan pertemuan 2 sebesar 67,92% (cukup aktif). Rata-rata siswa sudah cukup aktif mengikuti setiap kegiatan pembelajaran. Hanya pada aktivitas

mengajukan pertanyaan,

menjawab/menanggapi pertanyaan, siswa masih terlihat kurang aktif.

Kegiatan pembelajaran dengan model Kooperatif tipe STAD pada siklus I sudah terlaksana dengan baik. Hampir semua langkah-langkah kegiatan pembelajaran STAD dapat terlaksana dengan baik, hanya dalam memfasilitasi siswa melakukan refleksi dan membuat kesimpulan saja yang belum terlaksana secara maksimal. Persentase pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan 1 sebesar 76,67% (baik) dan pertemuan 2 meningkat menjadi 78,33% (baik).

Hasil Penelitian Siklus II

Hasil belajar siswa pada pertemuan 1 dengan 8 orang siswa tuntas belajar, 2 orang tidak tuntas sehingga diperoleh ketuntasan klasikal sebessar 80% (tuntas). Pada pertemuan 2, jumlah siswa tuntas belajar

(5)

menjadi 9 orang dan tidak tuntas hanya 1 orang dengan ketuntasan klasikal mencapai 90%

(tuntas).

Aktivitas siswa semakin meningkat. Pada pertemuan 1 persentase aktivitas siswa 72,08% (aktif) dan pertemuan 2 menjadi 74,17% (aktif). Jadi pada siklus II, secara umum siswa sudah dapat mengikuti pelajaran secara aktif.

Kegiatan pembelajaran pada siklus II dapat terlaksana dengan semakin baik dengan persentase pada pertemuan 1 sebesar 81,67%

(baik) dan pertemuan 2 meningkat menjadi 83,33% (baik).

Pembahasan

Hasil belajar siswa di kelas IV SD Negeri Timbuk Bahalang pada pelajaran matematika materi faktor dan kelipatan dalam pembelaja- ran-pembelajaran sebelumnya masih tergo- long rendah. Setelah dilakukan pembelajaran siklus I dengan menggunakan model Kooperatif tipe STAD, hasil belajar siswa mulai menunjukkan adanya peningkatan. Pada per- temuan 1, dari 10 orang siswa 5 orang dapat tuntas belajar dengan ketuntasan klasikal 50%

(tidak tuntas) dan pertemuan 2, jumlah siswa yang tuntas belajar bertambah menjadi 7 orang dengan ketuntasan klasikal 70% (tidak tuntas).

Walaupun hasil belajar siswa pada siklus I ini belum bisa memenuhi indikator keberhasi- lan yang telah ditetapkan, yaitu dengan ketun- tasan klasikal setidaknya mencapai 80%

(tuntas), namun dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa artinya sudah ada perbaikan hasil belajar siswa pada siklus I apa- lagi jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum dilakukan tindakan pembelajaran dengan model Kooperatif tipe STAD.

Selanjutnya pada pelaksanaan pembelaja- ran siklus II diperoleh hasil pada pertemuan 1 dengan jumlah siswa tuntas belajar 8 orang dan 2 orang tidak tuntas dengan ketuntasan klasikal 80% (tuntas) dan pada pertemuan 2, jumlah siswa tuntas belajar menjadi 9 orang dan tidak tuntas hanya 1 orang dengan ketun- tasan klasikal mencapai 90% (tuntas). Data ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada sikus II dapat semakin meningkat bahkan pada pertemuan 1 sudah dapat memenuhi indikator

keberhasilan sehingga penelitian pada siklus II sudah dapat dikatakan berhasil.

Peningkatan hasil belajar siswa pada penelitian ini terjadi karena dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD ternyata dapat meningkatkan intreraksi dan kerjasama siswa dalam menguasai materi pela- jaran yang disajikan dalam bentuk tugas-tugas kelompok yang diselesaikan bersama. Adanya pembelajaran melalui tutor sebaya dalam pen- erapan model ini dapat membantu siswa dengan kemampuan kurang, belajar dengan lebih nyaman kepada temannya yang memiliki kemampuan lebih tanpa rasa sungkan atau malu sehingga pemahaman terhadap materi yang dipelajari dapat ditingkatkan.

Peningkatan pemahaman siswa melalui kerjasama dalam kelompok dibuktikan dengan adanya kemajuan belajar siswa dari nilai kuis yang diperoleh siswa. Pada siklus I pertemuan 1 dari 3 kelompok yang ada semuanya mem- peroleh predikat hebat. Pada pertemuan 2, ter- dapat 1 kelompok yang memperoleh predikat super dan 2 kelompok lainnya hebat. Secara keseluruhan kelompok-kelompok siswa men- galami kemajuan belajar dari nilai rata-rata kuis 22,44 (hebat) pada pertemuan 1 menjadi 23,47 (hebat) pada pertemuan 2. Selanjutnya untuk siklus II, baik pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2 semua kelompok memperoleh predikat super. Secara keseluruhan kelompok- kelompok siswa mengalami kemajuan belajar dari nilai rata-rata kuis 26,25 (super) pada per- temuan 1 menjadi 28,25 (super) pada per- temuan 2.

Menurut Rusman (2010), STAD adalah yang paling tepat untuk mengajarkan materi- materi pelajaran ilmu pasti, sepeti perhitungan dan penerapan matematika, penggunaan ba- hasa dan mekanika, geografi dan ketrampilan perpetaan, dan konsep-konsep sains lainnya.

Selain itu, dalam STAD antar siswa akan saling memacu agar saling mendorong dan mem- bantu satu sama lain untuk menguasai ket- rampilan yang diajarkan guru. Sehingga antar siswa dalam satu kelompok harus ada kerja sama dalam memahami materi yang dipelajari.

Peningkatan hasil belajar siswa pada penelitian ini juga bisa terjadi karena adanya pemberian penghargaan oleh guru berupa

(6)

predikat kelompok (kelompok baik, hebat, atau super) berdasarkan skor atau nilai kemajuan siswa yang diperoleh dari nilai kuis masing- masing anggotanya. Hal demikian selaras dengan pendapat Istarani, dkk (2014), bahwa keutamaan model kooperatif tipe STAD ini ada- lah dapat digunakan dalam pengajaran mengajarkan materi-materi ilmu pasti, dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa, me- lalui pemberian penghargaan (reward) akan mendorong atau memotivasi siswa untuk lebih giat belajar untuk meningkatkan prestasi bela- jarnya.

Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran materi faktor dan kelipatan sebelum-sebe- lumnya masih tergolong kurang, siswa lebih banyak mendengarkan sajian materi pelajaran dari guru. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model Kooperatif tipe STAD pada siklus I, aktivitas siswa tampak mulai meningkat dan tidak lagi sepenuhnya terpusat pada guru.

Siswa tampak siap mengikuti pelajaran dan dapat memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Siswa juga sudah mulai terlibat dalam berbagai kegiatan kelompok seperti diskusi dan kerjasama menyelesaikan tugas. Hanya pada aktivitas mengajukan pertanyaan, menja- wab/menanggapi pertanyaan saja siswa masih terlihat kurang aktif.

Persentase aktivitas siswa pada per- temuan 1 rata-rata 65,83% (cukup aktif) dan pertemuan 2 sebesar 67,92% (cukup aktif).

Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pada siklus I rata-rata siswa sudah dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan cukup aktif. Na- mun hasil yang tercapai pada siklus I ini belum bisa memenuhi indikator keberhasilan yang te- lah ditetapkan, yaitu dengan persentase aktivi- tas siswa setidaknya mencapai 68% dalam kriteria aktif. Jadi aktivitas belajar siswa masih perlu ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya.

Pada pelaksanaan siklus II aktivitas siswa dapat semakin meningkat. Siswa tampak se- makin fokus dan memperhatikan setiap pen- jelasan guru. Siswa juga semakin banyak yang terlibat dalam kegiatan diskusi dan kerja ke- lompok. Aktivitas dalam mengajukan pertan- yaan, menjawab/menanggapi pertanyaan juga semakin banyak dilakukan siswa bahkan ham- pir merata pada semua siswa walaupun dari

segi frekuensi masih banyak yang hanya ka- dang-kadang saja melakukannya. Secara umum, persentase aktivitas siswa pada per- temuan 1 rata-rata sebesar 72,08% (aktif) dan pertemuan 2 meningkat menjadi 74,17% (ak- tif). Hasil yang tercapai ini sudah dapat me- menuhi indikator keberhasilan, yaitu dengan persentase aktivitas siswa setidaknya men- capai 68% dalam kriteria aktif. Jadi dari aspek aktivitas siswa penelitian pada siklus II sudah dapat dikatakan berhasil.

Peningkatan aktivitas siswa terbesar ter- jadi pada aktivitas 5 yakni dalam mengajukan pertanyaan, menjawab/menanggapi pertan- yaan. Hal ini terjadi karena pada pelaksanaan siklus II guru lebih sering melakukan kegiatan tanyajawab selama berlangsungnya proses pembelajaran. Oleh karena itu siswapun lebih banyak yang memperoleh kesempatan menja- wab atau menanggapi pertanyaan dari guru.

Secara umum peningkatan aktivitas siswa pada penelitian ini terjadi karena melalui penggunaan model kooperatif tipe STAD kegiatan pembelajaran menjadi lebih terpusat pada siswa sehingga siswa dapat aktif selama mengikuti proses pembelajaran. Guru merasa tidak lagi mendominasi kegiatan pembelajaran dan lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan membimbing siswa. Kegiatan pembelaja- ran yang demikian ternyata lebih memotivasi siswa dalam belajar yang dapat ditunjukkan siswa melalui keterlibatannya pada setiap kegiatan pembelajaran.

Menurut Shoimin (2014), penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat meningkatkan kerjasama dan interaksi peserta didik dan dapat meningkatkan kecaka- pan individu maupun kelompok. Hal demikian dikarenakan pembelajaran kooperatif men- jadikan peserta didik mampu belajar ber- diskusi, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat un- tuk kepentingan bersama.

Pelaksanaan pembelajaran materi faktor dan kelipatan sebelum-sebelumnya, disadari masih lebih banyak terpusat pada guru se- hingga siswa lebih banyak menerima apa adanya dari guru. Setelah melakukan pembela- jaran dengan model Kooperatif tipe STAD,

(7)

kegiatan pembelajaran menjadi lebih terpusat pada siswa.

Pembelajaran materi faktor dan kelipatan pada siklus I sudah dapat terlkasana secara baik. Hampir semua langkah-langkah kegiatan pembelajaran model Kooperatif tipe STAD dapat terlaksana dengan baik, hanya dalam memfasilitasi siswa melakukan refleksi dan membuat kesimpulan saja yang belum ter- laksana secara maksimal. Persentase pelaksa- naan pembelajaran pada pertemuan 1 sebesar 76,67% (baik) dan pertemuan 2 meningkat menjadi 78,33% (baik).

Hasil yang tercapai pada siklus I ini sebenarnya sudah dapat memenuhi indikator keberhasilan, yaitu dengan persentase setid- aknya mencapai 76% dalam kriteria baik. Na- mun karena aspek lainnya belum bisa memen- uhi indikator keberhasilan, maka penelitian tetap dilanjutkan pada siklus II. Selanjutnya pada siklus II, kegiatan pembelajaran dapat ter- laksana dengan semakin baik dengan persen- tase pelaksanaan pembelajaran pada per- temuan 1 mencapai 81,67% (baik) dan per- temuan 2 meningkat menjadi 83,33% (baik).

STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana sehingga mu- lai pelaksanaan siklus I peneliti merasa tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam men- erapkannya pada pembelajaran matematika materi faktor dan kelipatan. Semakin mening- katnya pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dikarenakan peneliti melakukan upaya per- baikan pembelajaran terutama pada kegiatan yang belum terlaksana secara maksimal pada siklus I, yaitu dalam memfasilitasi siswa melakukan refleksi dan membuat kesimpulan.

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi faktor dan kelipatan dapat ditingkatkan dari ke- tuntasan 70% (tidak tuntas) pada si- klus I menjadi 90% (tuntas) pada siklus II.

b. Aktivitas siswa pada pembelajaran ma- tematika materi faktor dan kelipatan dapat ditingkatkan dari 67,92% (cukup

aktif) pada siklus I menjadi 74,17% (ak- tif) pada siklus II.

c. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika materi faktor dan kelipatan dapat terlaksana dengan se- makin baik dari 78,33% (baik) pada si- klus I menjadi 83,33% (baik) pada si- klus II.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dis- arankan kepada guru kelas IV hendaknya dapat mencoba menggunakan model Kooperatif tipe STAD ini pada pembelajaran matematika ma- teri faktor dan kelipatan karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa seperti pada penelitian ini.

Referensi

Baharuddin, B., & Dalle, J. (2019). Transforming Learning Spaces for Elementary School Children with Special Needs. Journal of Social Studies Education Research, 10(2), 344–365.

Dalle, J., Hastuti, D., & Prasetya, M. R. A. (2021). The Use of an Application Running on the Ant Colony Algorithm in Determining the Nearest Path between Two Points. Journal of Advances in Information Technology, 12(3).

https://doi.org/10.12720/jait.12.3.206-213

Dalle, J., Hayat, A., Akrim, A., Tirtayasa, S., Sulasmi, E., & Prasetia, I. (2020). The influence of accounting information system and energy consumption on carbon emission in the textile industry of indonesia: Mediating role of the supply chain process. International Journal of Energy Economics and Policy, 11(1), 536–543.

Dalle, J., Raisinghani, M. S., Putra, A. P., Suriansyah, A., Sutarto, H.,

& Sahara, B. (2021). A Technology Acceptance Case of Indonesian Senior School Teachers: Effect of Facilitating Learning Environment and Learning Through Experimentation. International Journal of Online Pedagogy and Course Design, 11(4).

Daryanto. (2012). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Djamarah, Bahri, S. (2000). Guru Dan Peserta Didik Dalam Interaksi. Jakarta: Rineka Cipta.

Istarani. (2014). Tipe Pembelajaran Kooperatif. Medan: Media Persada.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Pengembangan Profesinalisme Guru. Bandung: Rajawali Pers.

Shoimin, A. (2014). Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

(8)

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Metode Penulisan yang digunakan oleh Penulis merupakan yuridis normatif yang akan dilakukan dengan cara melakukan studi kepustakaan dalam melakukan Analisis

Berbeda dengan penelitian oleh Saleh, Rachmad dan Susilowati (2004), Hilmi dan Ali (2008), Renata (2011) dan Awalludin (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan

Bila duduk posisi kedua tangan pasien dipaha atau dipinggang, bila tidur terlentang posisi kedua tangan disamping dan sejajar dengan badan4. Tentukan ruang antar iga ke-5 kiri

Dalam penelitian Coskun Betul,dkk dalam penelitian THE COMPARISON OF REACTION TIMES OF KARATE ATHLETES ACCORDING TO AGE, GENDER AND STATUS diperoleh data bahwa

Sumitra, yang berjudul "Measuring the Level of Plagiarism of Thesis using Vector Space Model and Cosine Similarity Methods", dalam mengukur tingkat

Pada bait pertama itu disebutkan bahwa kucing yang memiliki ciri seperti itu tidak baik dipelihara karena siapa pun yang memelihara kucing jenis ini akan sering

Inisialisasi target yang dimaksudkan disini merupakan penginisialisasian target klasifikasi yang akan dilakukan. Karena tujuan akhir dalam penelitian ini adalah